Anda di halaman 1dari 59

ASAS PERANCANGAN ARSITEKTUR II

STUDI KASUS
MASJID DIAN AL-MAHRI

NAMA :
- MERYANA A. LINOME (1906090001)
- ARIOS A. KAUSE (1906090028)
DOSEN : MARIANUS BAHANTWELU, ST., MT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan studi kasus tentang ruang, struktur, sirkulasi dan fasad bangunan masjid degan
menggunakan bangunan Masjid Dian Al-Mahri tepat waktu.
Studi Kasus Masjid Dian Al-Mahri disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kulian Asas
Perancangan Arsitektur II di Prodi Arsitektur, Universitas Nusa Cendana. Selain itu, penulis juga
berharap agar tulisan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang bangunan Masjid

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen matakuliah Asas


Perancangan Arsitektur II]. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tulisan ini.

Penulis menyadari yulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Soe, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 5

C. Tujuan ....................................................................................................................................... 5

D. Metode Penelitian ................................................................................................................... 5

BAB II ISI ............................................................................................................................ 6

A. Masjid ....................................................................................................................................... 6

B. Masjid Dian AL Mahri ............................................................................................................. 7

C. Ruang Masjid Dian Al Mahri ................................................................................................. 8

D. Sirkulasi Masjid Dian Al Mahri ............................................................................................ 30

E. Fasad Masjid Dian Al Mahri ............................................................................................... 34

F. Material Masjid Dian Al Mahri ............................................................................................. 37

G. Struktur Masjid Dian Al Mahri ............................................................................................. 38

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................58

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 58

B. Saran ...................................................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................59

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masjid secara bahasa dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan untuk bersujud.
Sementara dalam keseharian, masjid dikenal sebagai tempat beribadah bagi umat
musli. Selain itu, masjid juga dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar pendidikan Al-
Quran. Dalam arti yang lebih luas Masjid merupakan bangunan yang dikhususkan
sebagai tempat berkumpul untul menunaikan salat berjamaah. Menurut syara’ masjid
adalah tempat yang disediakan untuk salat dan bersifat tetap, atau bukan sementara
seperti langgar.
Selain sebagai tempat beribadah, masjid memiliki peranan penting dalam membangun
karakter serta identitas kebudayaan umat muslim. Masjid biasa juga digunakan sebagai
tempat bermusyawarah bagi umat muslim, selain itu bangunan ini juga dimanfaatkan
sebagai tempat melakukan akad nikah, dan juga dimanfaatkan sebagai tempat
berlindungketika adanya bencanya yang datang.
Karena itu desain bangunan masjid harus memenuhi pengertian arsitektur sebuah
tempat ibadah yakni arsitektur yang didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam beribadah. Arsitektur untuk sebuah tempat ibadah meliputi gereja,
vihara, klenteng dan juga masjid (Hidjaz, 2018).
Banyaknya bangunan masjid di Indonesia yang diakibatkan mayoritas masyarakat
Indonesia merupakan umat muslim, membuat Arsitektur dari bangunan masjid semakin
berkembang. Salah satu bangunan masjid yang arsitekturnya unik adalah masjid Dian Al
Mahri yang berlokasi di Depok, Jawa barat. Keunikan Masjid ini adalah pada bagian
kubahnya yang dilapisi emas, menjadikan Masjid Dian AL Mahri atau biasa dikenal
dengan Masjid berkubah emas ini menjadi salah satu masjid dengan arsitektur terunik di
Indonesia.
Dengan desainnya yang berbeda dan unik, selain itu bangunan ini juga dimanfaatkan
sebagai tempat wisata, maka ruang, sirkulasi, fasad, material dan struktur bangunan ini

4
pun menjadi salah satu hal menarik untuk dianalisis dan menjadi suatu pengetahuan
tersendiri dalam dunia kearsitekturan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan ruang, sirkulasi, fasad, material dan struktur yang ada pada
Masjid Dian Al Mahri Depok?

C. Tujuan
Mengetahui perkembangan ruang, sirkulasi, fasad, material dan struktur yang ada pada
Masjid Dian Al Mahri Depok

D. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam kepenulisan ini ialah dengan studi
literature melalui buku dan akses internet mengenai semua teori yang berkaitan dengan
Arsitektur Masjid Dian Al Mahri.

5
BAB II

ISI

A. Masjid
Sebagai Tempat ibadah, arsitektur bangunan masjid harus memenuhi pengertian
arasitektur tempat ibadah yakni arsitektur yang didesain khusus untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam beribadah. Bentuk Arsitektur masjid sendiri berdasarkan
pada sebuah kriteria dalam rukun islam yang kedua, yakni shalat atau sembahyang
yang dilakukan pada saatnya; berlangsung 5 kali sehari; setelah melakukan
penyucian/wudhu; menghadap ke arah kiblat umat muslim yaitu Kabah.
Maka deain arsitektur Masjid, yang paling utama memiliki ruang sembahyangg yang
berorietasi ke kiblat, lalu harus terdapat ruang wudhu sebagai pensucian sebelum
melakukan sembahyang. Sementara ruang lain yang tak kalah penting adalah tempat
pemberitaan waktu shalat, yang diperlengkapi dengan ruang untuk muadzin melakukan
adzan, ruang untuk kentongan/bedug dan juga diperlengkapi dengan pengeras suara.
Raung pelengkap lainnya yang dapat ditambahkan adalah ruang pendidikan, keputrian,
dan ruang pengelola.
- Ruang Shalat
Ruang shalat sendiri memiliki beberapa desain khusus yang mengakomodasi konsep
islami seperti terdapat ruang pemimpin shalat (imam), terdapat mimbar untuk
melakukan khotbah, pemisahan ruang untuk pria maupun untuk wanita dimana terdapat
beberapa desain, seperti menggunakan tirai, memberi ruang khusus (keputrian) atauu
menggunakan lantai khusus. Selain itu desain ruang shaat harus memperhatikan fungsi
ruang seperti pembacaan Al-quran usai sembahyang juga memungkinkan Jemaah
untuk bersalaman usai melakukan shalat berjamaah. Untuk desain yang memungkinkan
Jemaah saling bersalaman sebelum keluar dari masjid, ruang sembahyang bisa di
desain tanpa sekat.
-Ruang Wudhu
Untuk ruang wudhu harus memisahkan area wudhu dengan area kamar mandi. Begitu
pula area untuk pria dan wanita harus dipisahkan. Pada area ini, menerapkan konsep
penggunaan keran wudhu juga sistem drainase daur ulang. Selain itu, pada area ini
seharusnya disediakan tempat duduk dan tempat menaruh barang sebelum berwudhu.

6
-Ruang Pemberitaan Shalat
Pada ruang ini umumnya menyediakan fasilitas untuk Muadzin melakukan tugasnya
untuk memberitakan pada khalayak bahwa waktu shalat telah tiba. Maka fasilitas
seperrti bedug dan pengeras suara harus disediakan.

Selain ruang-ruang tersebut, arsitektur masjid biasanya memiliki beberapa informasi dan
symbol islam seperti penggunaan mustaka (simbol bintang dan bulan sabit), pendirian
gapura di depan masjid sebagai symbol meminta pengampunan, penggunaan bilangan
5 (rukun islam), 6( rukun iman) dan 99 (sifat wajib Allah pada kelipatan atau ukuran
masjid)

B. Masjid Dian AL Mahri

Masjid Dian Al Mahri atau yang biasa dikenal dengan Masjid Kubah Emas adalah
sebuah masjid yang berlokasi di tepi jalan Raya Meruyung, kecamatan Limo, Depok.
Daya tarik yang dimiliki masjid ini yakni kubahnya yang terbuat dari emas, membuat
kompleks masjid Dian Al Mahri juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Hal ini juga
didukung luasnya area masjid dan juga akses ke masjid yang terbuka untuk umum.
Bangunan yang rampung pada tahun 2006 ini menganut gaya arsitektur Timur Tengah
dengan ciri kubah, menara, halaman dalam dan penggunaan hiasan dekoratif dengan
elemen geometris dan obelisk dan memiliki kapasitas 20.000 jemaah dengan luas

7
perletakan batu pertama sebear 50.000 m2 dan luas bangunan 8.000m2. Bangunan ini
memiliki 5 kubah yang dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik Kristal.
Satu kubah utama dan empat kubah kecil. Kubah utama memiliki diameter bawah 16
meter, diameter tengah 20 meter dan tinggi 25 meter dengan bentuk yang menyerupai
kubah Taj Mahal dan 6 menara dengan tinggi masing-masing menara 40 meter. Empat
kubah lainnya memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter dengan tinggi 8 meter.
Selain itu, masjid Dian Al Mahri juga memiliki enam buah menara berbentuk hexagon
yang melambangkan rukun islam dengan tinggi masing-masing menara 40 meter.
Menara-menara tersebut dibalut batu granit abu-abu dengan bentuk yang melingkar.
Pada interiornya terdapat lampu gantung dari Italia dengan berat 8 ton, juga terdapat
relief hiasan di tempat imam yang terbuat dari emas 18 karat dan juga pilar-pilar kokoh
yang menjulang tinggi. Ruang dalam masjid didominasi warna monokrom dengan unsur
utalama warna krem. Terdapat pagar di lantai 2 dengan hiasan kaligrafi di langit-langit
masjid. Sedangkan mahkota pilar majid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado
atau sisa emas.
Berdasarkan Jurnal Pemaknaan Ruang Pada Masjid Kubah Emas, Saefu Zaman, 2017,
terdapat tujuh buah fungsi yang diemban masjid Dian Al-Mahri, antara lain:
 Tempat kaum muslim beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.,
 Tempat kaum muslimimn beritikaf, membersihkan diri, menggembleng batin
untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan,
 Tempat bermusyawarah kaum muslimin untuk memecahkan persoalan
kemasyarakatan
 Tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan, meminta ban tuan
dan pertolongan,
 Tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotongroyongan umat,‟
 Tempat meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin, dan
 Tempat mengumpulkan dana dan membagikannya.

C. Ruang Masjid Dian Al Mahri


1) Ruang Luar
Luas lahan tempat pembangunan masjid Dian Al-Mahri adalah seluas 50.000 m2
dengan luas bangunannya mencapai 8000 m2. Masjid ini memiliki luas halaman luar
45 m x 57 m, kapasitasnya bisa menampung 8.000 orang dengan salah satu sisi

8
langsung berhubungan dengan ruang sholat, sementara 3 sisi lainnya
lainnya dibatasai pilar berbalut granit yang membentuk deretan arcade yang seolah
menjadi pembatas dari halaman masjid. Ruang luar masjid yang luas dibiarkan
terbuka sesuai dengan fungsi lain masjid selain sebagai tempat beribadah, juga
sebagai sarana wisata rohani. Terdapat taman-taman yang membentuk cluster-
cluster dan mengitari masjid yang menciptakan suasana berbeda di setiap sudut
pandangnya.
Bangunan masjid dibuat berskala besar memberi kesan Agung pada bangunan,
selain itu juga memberikan kesejukan dan keteduham bagi umat yang ingin
beribadah.

Karena fungsi bangunan masjid yang juga merupakan sarana wisata rohani, pada
ruang luarnya, setiapa depan pintu masuk kedalam masjid terdpat meja-meja yang
menjual souvenir masjid.
Dilansir dari website dianalmahri.com, beberapa fasilitas yang ada di lingkungan
masjid adalah Kantin dan Butik, Aula, 3 buah Villa dan tempat Parkir.
2) Ruang Dalam
Pada ruang dalam masjid terdapat pilar-pilar kokoh yang menjulang dan
menciptakan suasana agung. Untuk warna yang digunakan pada ruang bagian
dalam masjid adalah warna monokrom dengan unsur warna krem yang membentuk
karakter ruangan yang tenang dan hangat. Ornament-ornament pada interior
menggunakan beberapa warna yang masing-masing warna menyimbolkan arti

9
tersendiri. Seperti marmer hitam yang memberi unsur sakral, juga ornament emas
yang merupakan symbol keindahan dan kekuatan.
Pada langit-langit kubah terdapat lukisan langit yang diprogram dengan teknologi
tata cahaya dengan bantuan komputer emas dan pada bagian tengaj kubah
terdapat lampu Kristal seberat 2,7 ton dengan rangka terbuat dari kuingan yang
berapis emas 24 karat. Selain itu terdapat kaligrafi dengan gaya tsulutsy yang
tersebar di sekeliling ruang sholat. Kaligrafi ini dibuat dengan material marmer hitam
yang diselipkan kedalam marmer putih dengan teknik waterjet.
Selain itu, pada dinding bagian depan masjid, terdapat ruang yang menjorok
kedalam, yang berfungsi sebagai Mihrab yang berfungsi sebagai penunjuk kiblat
juga tempat seorang imam yang memimpin sholat. Ruangan ini memiliki 4 pilar
berbalut batu granit porto rose yang menyangga portal atasnya yang menjadi
mahkota mihrab, dengan hiasan kaligrafi, serta obelisk yang terbuat dari kuningan
yang berlapis emas. Sementara langit-langit dari Mihrab berbentuk setengah kubah
yang melambangkan jagat raya tempat seluruh ciptaan-Nya berada.
Berikut rincinya ruang-ruang dalam masjid
1. Ruang Shalat
Ketentuan mendasar dalam membangun masjid berkaitan dengan fungsi utama,
seperti kesucian tempat, arah kiblat, pemisahan gender, pengaturan shaf, mihrab
dan mimbar, dan perangkat pelengkap ruang shalat lainnya sehingga nantinya
berbagai permasalah yang ada dapat dipelajari dan dijadikan acuan oleh
masyarakat dalam membangun masjid. Unit-unit yang perlu ada dalam sebuah
ruang shalat meliputi:
a) Kesucian tempat.
Kesucian tempat diuraikan dari salah satu elemen pembentuk ruang,
pembatas bawah (lantai), selain itu pengamatan terhadap alur sirkulasinya
yang berpotensi mengkaburkan batas suci dan najis.
Untuk aspek ini pada bangunan masjid Dian Al-Mahri diterapkan pada
penggunaan karpet pada lantai, juga pembagian pintu masuk dan area
wudhu sebelum pintu masuk. Selain itu, sebelum memasuki pintu masuk,
terdapat tempat penitipan sandal. Ada pula perbedaan ketinggian lantai,
pertama-tama berupa tangga sebelum pintu masuk, lalu perbedaan
ketinggian lantai anatara area teras dengan area ruang sholat.
b) Menghadap kiblat

10
Secara umum, posisi Negara Indonesia terhadap Kabah adalah kira-kira 112
derajat arah barat laut. Arah kiblat tidak hanya sekedar arah barat, namun
jika dilihat dari titik koordinatnya, Ka‟bah memiliki latitude 21.42258 dan
longitude 39.826163. Sedangkan Masjid Dian Al-Mahri terletak pada titik
6.384098°S dan 106.772003°E. Jika di tetukan dengan aplikasi, arah rotasi masjid
kubah emas sudah sesuai dengan arah kiblat.

c) Pemisahan Gender
Adanya zonafikasi dalam ruang shalat berdasarkan gender. Namun
zonafikasi tersebut bersifat fleksibel karena berbagai macam kebutuhan
ruang dari berbagai kegiatan yang ditampung. Zonafikasi tersebut dipertegas
dengan dua hal yaitu:  Hijab, yang terbuat dari kayu dan bersisfat portable
sehingga bisa dipindah-pindah, fleksibel mengikuti pola dan zonafikasinya.

11
Pada bangunan Masjid Dian Al-Mahri, pemisahan area sholat antara pria
dan wanita dibagi bahkan sejak pintu masuk. Letak pintu masuk wanita di
bagian ujung timur sementara letak pintu masuk khusus pria di sisi utara dan
selatan bangunan masjid.
Pembagian ruang shalat pria
dan wanita ditandai dengan
adanya pembatas.

d) Pengaturan shaf.
Adanya elemen ruang yang dapat mengarahkan rapat dan lurusnya shaf
shalat dari pola lantai atau karpet. Pada bangunan masjid Dian AL-Mahri,
pengaturan shaf ditandai dengan adanya karpet memanjang.

12
e) Mihrab dan mimbar
Mihrab sebagai petunjuk arah kiblat, penghemat barisan shaf, dan pintu
alternative bagi ta‟mir merupakan hal yang dibutuhkan dalam ruang shalat
berskala nasional. Begitu juga mimbar sebagai tempat khutbah yang
merupakan salah satu rangkaian kegiatan shalat jum‟at yang wajib diadakan
di masjid jami‟

f) Perangkat pelengkap ruang shalat Ada hal lain di luar ruang shalat namun
masih berkaitan kebutuhannya yaitu:

13
- Pengeras suara, sebagai sarana mempermudah jalannya
shalat berjamaah

- Rak mushaf, penataannya yang mudah dijangkau dalam


ruang shalat dengan luasan tersebut.
- Perangkat untuk bersuci, sebagai sarana membantu menjaga
kesucian ruang shalat
- Petunjuk waktu shalat, pengadaan jam di tempat-tempat yang
terlihat
Ruang shalat masjid Dian Al-Mahri berupa area ruang yang luas dan menyerupai
aula. Didalamnya terdapat tiang kolom besar dan berjejer. Lantai ruangan ini dilapisi
karpet sebagai tempat sujud.
2. Ruang wudhu
Area wudhu terdapat di setia pintu masuk menuju bangunan utama. Berupa ruangan
dengan keran air yang berjejer. Pada umunya, Tempat wudhu dan kamar mandi
pria dibuat lebih luas daripada wanita agar dapat menampung jamaah pria yang

14
jumlahnya memang lebih banyak daripada wanita ketika berkunjung ke masjid.
Banyaknya pintu menuju tempat wudhu dan kamar mandi pria agar tidak berdesakan
saat jamaah membludak sehingga sulit masuk atau keluar. Sementara, pada kasus
Masjid Dian Al-Mahri terdapat dua pintu masuk untuk pengunjung laki-laki yang
mana berarti terdapat 2 buah ruang wudhu untuk laki-laki.

Tata Pencahayaan pada bangunan masjid Dian Al-Mahri


Desain Pencahayaan pada suatu bangunan berdasar pada 3 hal yakni daya tarik,
efisiensi energy dan juga fungsi sebuah bangunan. Misalnya bangunan masjid,
memiliki tingkat intensitas pencahayaan sekitar 200 lux. Sistem pencahayaan yang
diteapkan pada m asjid ini adalah sistem pencahayaan gabungan antara sistem
pencahayaan merata dan setempat.
 Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber utama
yaitu Matahari. Pada umumnya pencahayaan pada ruangan diperoleh dari
atas bagian atap) maupun melalui samping ruangan (dinding).
Pencahayaan alami umumnya memanfaatkan beberapa jenis cahaya seperti:
1. sinar matahari langsung (sunlight)
2. sinar matahari pantulan cahaya di atmosfer/ cahaya langit (skylight)
3. sinar matahari refleksi luar (hasil pantulan cahaya dari benda – benda
di luar ruangan
4. sinar matahari refleksi dalam ( hasil pantulan cahaya dari benda –
benda di dalam ruangan)

15
Selain itu, pencahayaan alami memanfaatkan bukaan pada ruangan.
Beberapa jenis bukaan yang digunakan dalam pencahyaan alami antara lain
jendela , clerestory , skylight (atap), sloped glazing , atap gergaji, dan sumur
cahaya.

Pada masjid Dian Al-Mahri sendiri, menerapkan pencahayaan alami dengan


memanfaatkan sinar matahari langsung. Dengan menggunakan jendela,
Celestory, dan skylight, pencahayaan alami diterapkan pada bangunan ini,
dan untuk menghindari adanya silau, material dinding dari bangunan ini
menggunakan warna yang agak gelap (bukan putih), juga pada bagian lantai
Marmer dilapisi dengan karpet sehingga meminimalisir pemantulan cahaya.
Meskipun masih ada bagian dinding yang menggunakan marmer pada area
sekitar area mihrab, juga pada kolom-kolom besar di bagian dalam masjid.

Berikut gambar jenis-jenis bukaan yang memanfaatkan cahaya alami pada


masjid Dian Al-Mahri:

16
Pada gambar-gambar diatas, menunjukan jenis-jenis pencahayaan alami
yang diterapkan pada masjid Dian Al-Mahri, dengan menerapkan material
batu angin pada area dinding selain mengatur radiasi cahaya yang masuk
pada masjid, hal ini juga berpengaruh pada sistem tata akustik. Dengan
dinding yang menggunakan material ini menjadikan luas permukaan dinding
menjadi lebih kecil sehingga area pemantulan suara-pun menjadi lebih
sedikit. Selain itu, penggunaan material ini membantu mengontrol radiasi

17
cahaya matahari yang masuk ke area masjid sehingga memberi kesan
nyaman kepada pengunjung/jemaat. Kemudian pemasangan jendela pada
bagian dinding yangn lebih tinggi, hal ini memberi kean agung. Dengan
jendela yangn dipasang di area lebih tinggi memanfaatkan pembayangan
yangjatuh kedalam ruangan sehingga memberi esan agung dan megah,
selain itu pada beberapa area, oembayangan ada interior ruangan dibantu
dengan adanya balkon sehingga cahaya yang masuk kedalam ruangan
cukup dan tidak berlebihan. Radiasi cahaya matari yang masuk pun diatur
oleh pembayangan. Berikutnya oenerapan Celestory windows di sekitar
kubah, selain membawa makna simbolik dalam agama, celestory windows ini
memberi kesan megah dan agung pada area dala m masjid. Didukung
dengan adanya ornament langit pada bagian dalam Kubah membuat kesan
agung semakin terasa.

 Pencahayaan Buatan
Dalam arsitektur, makna pencahayaan buatan bukan sekedar untuk
menyediakan lampu dan terangya, tapi juga untuk membentuk suasana baik
di dalam atau di luar ruang.
Terdapat 2 jenis pencayaan buatan yakni Direct lighting ( pencahayaan
langsung), yaitu pencahayaan yang diarahakan langsung pada objek tertentu
atau pada bidang kerja, dan Indirect lighting (pencahayaan tidak langsung)
yaitu pencahayaan dengan memantulkan sinar terlebih dahulu (misalnya ke
langit-langit dan ke dinding).

Berdasarkan cakupannya, cahaya dapat di bagi menjadi 4 bagian:


 General lighting : yaitu pencahayaan merata pada seluruh ruangan,
dan dimaksudkan untuk memberi terang merata pada ruangan.

18
 Task lighting : pencahayaan fungsional, untuk kerja visual tertentu
 Accent lighting : pencahayaan yang secara khusus diarahkan pada
objek untuk memperkuat tampilan (fungsi estetis).
 Ambient lighting : pencahayanan secara keseluruhan di dalam
ruangan, yang merupakan gabungan dari ketiga pencahayaan di atas.

Terdapat beberapa jenis pencahayaan buatan pada masjid Dian Al-


Mahri, yang pertama adalah general lightnig menggunakan lampu langit-
langit dengan berntuk kotak dan warna cahaya cool white. Warna cahaya
ini membangun suasana konsentrasi dan khusuk.

Untuk Task Lightning terdapat cahaya pada beberapa bagian tertentu


yakni lampu gantung tepat pada area bawah kubah, hal ini dimaksudkan
untuk fungsi visual. Warna cahaya yang digunakan adalah warm white
yang bertujuan membangun suasana relax dan intiim. Selain itu, lamu iini
secara visual membawa fokus pengguna ruan g ke area atas. Lalu
terdapat pula lampu di area MIhhrab. Hal ini bertujuan membawa fungsii
visual dan fokus pada arah kiblat juga pada imam yang memimpin sholat.

19
20
Pencahayaan di area outdoor masjid pada saat malam

21
Tata Akustik pada bangunan Masjid Dian Al-Mahri
Pada perancangan sebuah bangunan [ada umumnya terdapat 4 elemen yang wajib
dipertimbangkan dalam penataan bunyi antara lain sumber buny, penerima bunyi,
media rambat bunyi dan juga gelombang bunyi. Hal ini disebabkan bunyi memiliki
pengaruh secara lanngsung terhadap kesehatan manusia, baik secara fisik maupun
psikis. Selain itu, penataan bunyi pada suatu bangunan juga mempertimbangkan
fungsi dari bangunan tersebut, misalnya masjid sebagai bangunan tempat
peribadahan yang mana tujuan utamanya adalah penyampaian suara imam kepada
makmum ketika sholat berjamaah atau khotib kepada jamaah ketika berceramah.
Penyampaian suara ini harus sampai kepada para jamaah dengan baik untuk
menjaga kekhusukan selama beribadah, karena faktor kejelasan suara ini juga
mempengaruhi kekhusukan. Soegijanto (2001) dalam penelitian Kinerja Akustik
Masjid di Indonesia menyebutkan 5 persyaratan umum akustik untuk ruang masjid,
yaitu kekerasan suara yang mencukupi, distribusi suara yang merata, waktu

22
dengung yang optimum yang berpengaruh pada kejelasan pembicaraan, bebas dari
cacat akustik, dan tingkat bising yang rendah.
Dalam memenuhi tujuan masjid untuk penyampaian suara, maka dibutuhkan ruang
dengan akustik yang baik supaya distribusi suara bisa merambat secara merata ke
seluruh jamaah. Masjid yang digunakan untuk keperluan percakapan, dalam hal ini
ceramah atau khotbah disyaratkan untuk memilki distribusi tingkat tekanan bunyi
yang merata di seluruh sudut ruangan agar pendengar dapat menangkap informasi
yang dikeluarkan pembicara dengan baik di seluruh titik yang ada dalam ruangan
(Satriyo, 2005).
Kenyamanan dan kekhusukan beribadah sangat dipengaruhi oleh kondisi
mendengar (akustik) di dalam ruang masjid. Diharapkan di dalam ruang masjid
suara dapat didengarkan dengan keras, jelas dan estetis, atau memenuhi kriteria
loudness, clarity or intelligibility and liveness of sound. Kondisi nyaman secara audio
dituntut dan menjadi salah satu kriteria penting dalam rancangan ruang dengar
seperti halnya masjid, dimana kondisi ini akan berpengaruh terhadap terlaksananya
dengan sempurna aktivitas ibadah yang meliputi ibadah shalat, ceramah/khotbah
dan pembacaan ayat-ayat suci Alquran.
Pada studi kasus ini akan dibahas, penataan bunyi pada ruang dalam bangunan
masjid, penataan bunyi pada ruang luar juga perletakan pengeras suara pada
bangunan masjid.
1) Penataan bunyi pada ruang dalam Masjid Dian Al-Mahri

23
Kondisi bunyi di dalam ruang tertutup bisa dianalisa dalam beberapa sifat yaitu:
bunyi langsung, bunyi pantulan, bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan,
bunyi yang disebar, bunyi yang dibelokkan, bunyi yang ditransmisi, bunyi yang
diabsorpsi oleh struktur bangunan, dan bunyi yang merambat pada konstruksi
atau struktur bangunan (Suptandar, 2004).

Sementara pada dinding yang memiliki celah, Perambatan gelombang bunyi


yang mengenai obyek akan mengalami pemantulan, penyerapan, dan penerusan
bunyi, yang karakteristiknya tergantung pada karakteristik obyek. Perambatan
gelombang bunyi yang mengenai bidang batas dengan celah akan mengalami
defraksi (Mediastika, 2005).
Dalam akustik lingkungan unsur-unsur berikut dapat menunjang penyerapan
bunyi:
1. Lapisan permukaan dinding, lantai, atau atap
2. Isi ruang seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan
lunak, dan karpet
3. Udara dalam ruang
Bentuk merupakan unsur yang ikut mendukung pengkondisian akustik suatu
ruang sebagai elemen nonstruktural, tapi bisa juga sebagai elemen struktural.
Jenis-jenis bentuk yang ikut mempengaruhi akustik ruangan an tara lain:
1. Bentuk cekung Bentuk ini bersifat pemusatan suara yang tidak menyebar dan
bentuk tersebut merupakan kebalikan dari fungsi reflektor. Bentuk cekung
menimbulkan efek focal point atau sebagai pusat arah pantulan suara,

24
disebut whispering gallery atau gema yang merambat. Bentuk cekung bila
diolah menurut rambatan suara akan lebih mendukung kondisi akustik.
Bentuk cekung yang memiliki permukaan datar atau rata dapat berfungsi
sebagai akustik bila diletakkan dengan kemiringan agar memiliki arah
pantulan. Bentuk akustik datar dapat diolah untuk mengarahkan suara ke
daerah penerima yang luasnya ditentukan oleh besar kemiringan atau sudut
datang gelombang agar mampu meningkatkan jumlah pantulan dan
mengurangi cacat bunyi berupa gema melalui TDG (Perbedaan jarak
dengung) (Suptandar, 2004).
Bentuk cembung merupakan bentuk pemantul suara yang baik karena
memiliki sifat penyebar gelombang suara yang ikut mendukung kondisi difusi
akustik ruang. Bentuk cembung bisa menciptakan kejelasan suara dari
berbagai arah yang cukup luas dan menyebar. Bentuk akustik datar sifatnya
paling sederhana dan jelas. Bentuk akustik datar dengan teknik geometri
akan memberikan suara yang jelas kepada para penonton yang duduk di
deret paling belakang tanpa cacat dan perbedaan tempo penerimaan
(Suptandar,2004).

Berdasarkan bentuknya, masjid berkubah, memerlukan desain khusus untuk


penataan akustik. Hal ini dikarenakan bentuk cekung pada bagian dalam
tidak memadai sebagai pemantul suara. Sehingga masjid berkubah
memerlukan desain perletakan juga material fiishing yang khusus agar
penataan suara di dalam bangunan menjadi efektif. Berikut merupakan tabe
pengaruh bentuk dan dimennsi terhadap akustik ruangan,

25
Pada desain akustik ruanng dalam masjid, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain
 Arah Suara pada bagian dalam masjid
Sumber suara utama pada sebuah ruangan masjid adalah tempat
berdirinya imam dan Khotib. Dimana pada umumnya arah ini
menghadap pada kiblat. Dengan desain tata suara yang
memperhatikan sumber suara pada masjid, maka akan dapat
memenuhi kesan beribadah yang „menghadapkan wajah pada Sang
Kuasa‟
 Ruangan untuk beribadah
Ruang untuk beribadah harus memberi kessan damai. Hal yang harus
dipertimbangkan adalah frekuensi suara yang diterima, jika
frekuensinya tepat maka akan memberi kesan hangat. Juga perlu
memperhatikan material finishing.
 Ruangan untuk percakapan
Beberapa arameter akustik untuk ruang percakapan adalah :
waktu dengung  seberapa lama suatu sylabel bertahan di dalam
ruangan. Hal ini mempengaruhi artikulasi oada penerima, terutama
saat kegiatan khotbah yang mana memerlukan artikulasi dan
informasi yang diterima oleh pendengar.
Kejelasan suara ucap  Berkaitan dengan kemampuan untuk
memahami informasi dari percakapan. Factor ini disumbangkan oleh
perbandingan an tara energy yang dihasilkan sumber suara langsung
dan media peman tul suara.
Pada tata ruang dalam Masjid Dian Al-Mahri yang memiliki bentuk kubah secara
keseluruhan sehingga membutuhkan perlakuan khusus untuk akustik ruang dan tata
suara pada ruang dalam. Perlakuan khusus adalah dimensi dan letak kubah juga
material finishing yang tidak menimbulkan gema pada ruang dalam masjid.

26
Meskipun memiliki atap berbentuk kubah masjid Dian AL-Mahri memiliki struktur langit-
langit yang datar sehingga dengan teknik geometri dapat memberikan suara yang jelas
pada seluruh jemaat hingga area terjauh. Dengan akustik ruang yang cukup baik,
selanjutnya cukup diperhatikan penataan tata suara seperti perletakan soundsystem dan
pengaturan equalizer suara. Untuk material yang digunakan di area interior masjid,
lantai keramik yang dilapisi karpet mampu meminimalisir gema yang mungkin terjadi.
Selain itu perbandingan dimensi kubah dengan langit-langit secara keseluruhan juga me
mpengaruhi akustik di dalam bangunan masjid Dian Al-Mahri.

27
2) Penataan Bunyi Pada Ruang Luar Masjid Dian Al-Mahri
Penataan Bunyi pada ruang luar bertujuan untuk mengatasi bun yi/noise yang
tidak diinginkan pada bangunan, seperti suara aktifitas kendaraan bermotor atau
suara aktivitas manusia yang berlalulalang. Pada Masjid Dian Al-Mahri,
penangannannya ialah dengan memberi jarak yang cuup jauh dari jalanan
umum. Selain itu jug ataman-taman dan pepohonan penghalau kebisingan
ditemukan sepanjang jalan masuk Masjid ini.
Sehingga, meskipun fungsi nmasjid selain digunakan sebagai temat ibadah, tetai
juga area wisata religi namun sepanjang lingkungan Masjid memiliki suasana
yang sacral dan megah karena minimnya bising yang masuk kedalam area site.
Beberapa penanganan kebisingan yang doterapkan pada bangunana ini yakni:
 Penetapan Jarak yang cukup jauh dari area jalan yang ramai menuju
area bangunan masjid
 Pemisahan area ruangan yang membutuhkan ketenangan

 Menggunakan pagar umtuk menghambat perambatan bunyi

28
3) Perletakan Pengeras Suara pada Masjid Dian Al-Mahri
Pengeras suara terletak di bagian minaret masjid Dian Al-Mahri. Pada bagian ini,
terdapat beberapa pengeras suara pada bagian puncak dengan orientasi ke
berbagai arah, hal ini mampu menjalankan fungsi masjid sebagai pengingat
waktu ibadah bagi lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan sejarah, minaret hadir sebagai tempat muadzin mengumandangkan
adzan. Pada masjid kubah emas, terdapat enam buah minaret yang
melambangkan enam rukun iman, pengeras suara diletakan pada tiap minaret
yang berfungsi menyalurkan suara muadzin ke daerah setempat. Jumlah enam
buah minaret hanya memfungsikan simb ol keagamaan. Muadzin biasanya
meneriakan adzan dari dalam masjid dan disalurkan ke speaker.

29
D. Sirkulasi Masjid Dian Al Mahri
1) Sirkulasi dalam Tapak
Kompleks masjid Dian Al-Mahri sendiri merupakan sebuah komleks Islamic center
yang terdiri dari masjid, vila, dan butik. Masjid terletak tepat ditengaah-tengah
kompleks, jauh dari keramaian.

Pintu masuk kearah kompleks masjid adalah berupa sebuah gerbang berupa portal
dan hiasan geometris serta obelisk sebagai hiasannya. Pintu masuk utama ini
terletak tepat di tepi jalan raya. Dari pintu masuk utama terdapat jalan lebar kurang
lebih 500 m sebelum mencapai bangunan utama. Jalan lebar ini dilapi dengan taman
pada sisi kanan dan kirinya. Taman-taman ini terdiri dari barisan bunga yang rapi
beserta potnya. Selanjutnya ketika sudah mendekati masjid, maka pengunjung akan
dipisah berdasarkan jenis kendaraan yang dipakai. Untuk pejalan kaki, akan
diarahkan ke kiri langsung menuju halaman masjid, sementara untuk pengujung
yang mennggunakan sedan atau bis diarahkan ke kanan menuju area parker yang
disediakan sebelum menuju ke masjid.
Selain bangunan masjid dan taman, pada area site terdapat makam pemilih masjid
juga halaman masjid masih menyatu dengan halaman rumah pemilik masjid, Villa
yang berjumlah 3 buah, butik dan fasilitas lainnya akan tetapi dipisahkan dengan
sejenis gerbang dan pengaturan jalan.

30
Untuk sirkulasi di sekitar masjid, terdapar jalan besar sebagai penunjuk arah mulai
dari pintu masuk hingga keluar sehingga memudahkan pengunjung untuk berkeliling
area masjid. Di tepi jalan terdapat kawat pembatas antara jalan dan taman. Selain
itu, terdapat dua pintu masuk ke bangunan masjid yakni intu masuk khusus laki-laki
dan khusus perempuan. Untuk kedua pintu masuk, selain diberikan papan penunjuk
juga terdapat tanggga berbentuk setengah linggkaran. Pada bagian belakang
banguan masjid terdapat sebuah ruangan luas dengan atap terbuka yang berfungsui
sebagai lapangan yang mampu menampung 8000 orang.

31
2) Sirkulasi dalam Bangunan

32
Saat memasuki pintu masuk, terdapat sebuah ruangan yang sedikit menjorok
kebawah, dibagian kiri pintu masuk. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat penitipan
sandal. Kemudian pada bagian kanannya terdapat area wudhu dan toilet yang
diletakan secara terpisah. Area wudhu ini terdiri dari beberapa baris keran yang
berjejer. Setelah itu, pada area kiri dari pintu masuk, terdapat pintu utama menuju
ruang dalam bangunan masjid. Ruang dalam bangunan masjid yang berfungsi
sebagai tempat sholat ini cukup luas dengan tiang-tiang kolom yang lebar , tepat
pada bagian tengah terdapat kubah dengan orenamen langit, juga hiasan lampu.
Lalu pada area menuju kiblat terdapat mimbar besar yang biasa digunakan oleh
imam saat memimpin shalat.
Pintu masuk wanita terletak di bagian portal gerbang masuk. Berhadapan langsung
dengan halaman dalam masjid, sebelu menuju ruang sholat. Sementara pintu
masuk khusus pria, terdapat dua buah dengan letak saing berlawanan dibagian
utara dan selatan masjid.

Untuk menara-menara berkubah (minaret) terdiri atas dua menara tepat dibaian
depan bangunan masjid dan empat menara yang terbagi pada area lapang
dibelakang masjid.

33
E. Fasad Masjid Dian Al Mahri
Karakteristik masjid Dian Al-Mahri adalah memuat ciri khas dari gaya arsitektur Timur
Tengah dimana memiliki Ornamen Islami yang sangat kuat. Ornamen Islami ini
memberi kesan menyihir imajinasi seni yangbernuansa religi bagi setiap mata yang
memandangnya. Ciri khas dari arsitektur bergaya timur tengah ini adalah pemakaian
motif pada lantai dan langit-langit, tatanan pilar dan atap kubah, dan juga adanya air
mancur.
Jenis-jenis ornament masjid Dian Al-Mahri yang biasanya diterapkan dalam masjid
bergaya Timur Tengah antara lain:
 Kaligrafi Kaligrafi Arab nerupakan seni tulisan indah yang
berkembang di negara-negara dengan warisan budaya Islam. Pada
Masjid Dian AL-Mahri, motif ini dapat ditemukan di bagian bawah
kubah, dimana terdapat ornament kaligrafi berupa Shalawat yang
yang terbuat dari lempengan kuningan berlapis emas yang dibuat
seolah melayang ke atas.

 Hiasan Geometris motif Geometris biasanya dipakai sebagai titik


ukur/ gagasan awal dalam pembuatan ornamen yang berfungsi
menunjukan perhatian, mengenali, dan memberikan kesan perasaan.
Pada masjid Dian AL-Mahri, ornament hiasan geometris terdapat
pada koridor masjid dan langit-langit ruang sholat yang mana
membuat ruangan terlihat seimbang.

34
 Arabesk
Motif Arabesk adalah gambar atau ukiran yang bermotifkan sulur ,
daun, cabang, atau pohon. Masjid Dian Al-Mahri menerapkan motif
arabesk pada arsitekturnya yakni hiasan obelisk dan arabesk
berbentuk geometric persegi panjang dengan kerucut, juga ukiran
sulur.

Bagian fasad masjid didominasi warna hitam dari material marmer hitam. Selain itu
terdapat banyak jendela di sisi depan. Jendela-jendela ini berukuran lebar dengan jarak
yang sama satu dan lainnya. Selain itu ornamen-ornamen berwarna pastel juga
memberi hiasan pada bagian fasad. Pada umumnya bagian fasad masjid meliputi:
 Kubah Kubah Masjid Dian AL-Mahri terdiri dari lima buah kubah.
Satu kubah utama berada di tengah dan berfungsi sebagai atap
bangunan masjid, sementara keempat kubah lainnya tidak memiliki
fungsi khusus, hanya sebagai simbolik keagamaan yang mana
melambangkan lima rukun iman.
 Menara Menara pada Masjid Dian Al-Mahri menyerupai minaret
yang mana merupakan ciri has dari Arsitektur bergaya Timur Tengah.
Minaret ini berjumlah enam, jumlah minaret pada masjid ini lagi-lagi
berfungsi sebagai symbol keagamaan, selain itu menara-menara
berkubah ini juga berfungsi untuk mengumandangkan azan ke area
sekitar masjid.

35
 Gapura Gapura masjid ini terletak pada pintu utama yang
merupakan pintu masuk khusus jemaat wanita. Berupa portal dengan
empat buah pintu masuk.
 Dinding Bagian Luar
 Kolom Bagian Luar kolom bagian luar terdapat disepanjang koridor
yang mengeliling lapangan dalam masjid.

36
F. Material Masjid Dian Al Mahri
Material-material yang digunakan dalam pembangunan masjid Dian Al-Mahri
kebanyakan merupakan material yang diimpor dari luar negeri. Beberapa material yang
menonjol dalam bangunan masjid ini antara lain:
 Emas
Penggunaan emas sebagai pelapis bangunan telah populer sejak dulu, dan
buktinya terlihat dari berbagai bangunan bersejarah dengan ornamen atau
lapisan emas. Selain menambah keindahan, lapisan emas juga membuat
bangunan tampak indah lebih lama, karena sifatnya yang tidak mudah berubah
warna atau cacat. Sifat emas yang mudah dibentuk juga membuatnya ideal
untuk melapisi bangunan yang memiliki banyak detail dalam strukturnya.
Pada bangunan Masjid Dian AL-Mahri, emas digunakan sebagai pelapus di
bagian kubah, puncak minaret juga mahkota pilar di interior.
 Batu granit
Batu Granit sendiri merupakan jenis batuan beku intrusif yang granular dan
memiliki tekstrur phaneritic. Kata granit berasal dari bahasa latin “granum” yang
berari butir padi. Istilah granit juga berlaku pada jenis batuan beku intrusif
dengan tekstur yang sama, dan sedikit variasi pada komposisi dan asal.
Batu granit ini terdiri dari 3 unsur utama: kuarsa, feldspar alkali, plagioklas
feldspar. Mineral inilah yang membuat granit memiliki berbagai macam warna
seperti warna putih, merah muda, atau abu-abu terang. Granit juga mengandung

37
sejumlah kecil warna coklat tua, hijau tua, atau mineral hitam, seperti hornblende
dan biotit mika.
Batu granit sering digunakan sebagai bahan bangunan karena keindahan
tampilannya yang membuat bangunan terlihat menawan. Akan tetapi, selain
memiliki keindahan, batu granit juga memiliki kekuatan dan keras. Kekerasan
dan kekuatan ini berasal dari kepadatan batu yang rata-rata 2,65 hingga 2,75
g/cm3, serta kuat tekanan sebesar 200 Mpa (Megapascal).
Pada bangunan masjid dian Al-Mahri batu Granit digunakan pada bagian
tembok.

 Marmer
Batu alam marmer menjadi salah satu jenis batu alam dinding yang sering
digunakan untuk finishing pada bangunan. Menambahkan batu alam marmer
pada hunian dapat memberikan kesan alami, mewah, sekaligus elegan. Alasan
mengapa batu marmer ini seringkali dipilih sebagai batu penghias rumah adalah
karena batu ini mempunyai tampilan yang sangat indah. Marmer mempunyai
corak atau pola tertenu dan mempunyai beragam warna yang mengombinasinya,
hal inilah yang membuat marmer indah dan cocok digunakan sebagai bahan
untuk dekorasi bagunan. Selain itu juga karena batu marmer mempunyai sifat

yang tanah lama dan juga mudah dipahat.

Pada bangunan Masji Dian AL-Mahri, material ini digunakan pada lantai dan
material finishing pada pilar-pilar bangunan.

Penggunaan material ini, menurut pendirinya memberikan kesan megah pada masjid,
namun terdapat beberapa kekurangan seperti lantai dengan bahan marmer di bagian
teras masjid yang cenderung panas ketika siang, sehingga untuk mengantisipasinya,
terdapat beberapa karpet untuk pijakan saat berjalan.

G. Struktur Masjid Dian Al Mahri


Dalam arsitektur, struktur memiliki pengertian bagian-bagian pokok bangunan yang
tersusun menjadi kekokohan bangunan yang menentukan sebuah bangunan. Sebuah
bangunan dikatakan struktural apabila unsur-unsur utamanya yang bekerja sebagai
pendukung beban dan kekokohan bangunan disusun dan dibentuk sedemikian rupa

38
sehingga fungsinya sebagai pendukung beban dan kekokohan bangunan terlihat jelas.
Kesimpulannya, bangunan struktural tidak hanya memenuhi unsur kekuatan tetapi juga
menciptakan bangunan yang masuk akal, wajar, dan tidak berlebihan.
Struktur bangunan pun, diklasifikasi dalam beberapa jenis seperti sistem struktur dinding
pemikul, sistem dinding rangka juga box construction.
Desain arsitektur Masjid sebenarnya tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al Qur‟an
maupun Hadist, namun di dalam hadist Rasulullah bersabda: “sesungguhnya Allah itu
indah dan Allah menyukai keindahan” (Nana, 2002:53). Dengan demikian, karena
keindahan itu bersifat relatif, maka dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman,
maka Allah SWT menyerahkan sepenuhnya kepada manusia tentang bangunan Masjid
karena semata-mata ini adalah masalah di dalam dunia. Dalam hal ini Nabi Muhammad
SAW bersabda:”Kalian lebih tau dalam urusan dunia kalian”. Hal ini mengindikasikan
bahwa dalam persoalan dunia umat Islam diberi kebebasan untuk berkreasi. Di sini juga
merupakan peluang bagi umat Islam untuk merencanakan dan membangun Masjid yang
indah dan megah asal masih dalam batas-batas ajaran Islam. Batasan-batasan itu
adalah sebagai berikut:
a. Tidak boleh menyerupai produk budaya agama lain (Tasyabbuuh), seperti:
Gereja, Kelenteng, Candi dan bangunan ibadah lainnya yang berarti secara
sepintas orang akan langsung mengenali bangunan Masjid, dengan ciri khasnya.
b. Masjid hendaknya mencerminkan simbol ajaran Islam, seperti segitiga
merupakan simbol Iman, Islam dan Ihsan merupakan pondasi segi enam
sebagai simbol Rukun Islam, dan lain-lain.
c. Tidak boleh berlebihan (ishraf), jangan karena ingin indah lalu semenamena
melebihi kebutuhan yang dituntut oleh keindahan yang wajar, keindahan jangan
menjadi tujuan tanpa menghiraukan fungsi, karena Allah tidak menyukai orang
yang berlebihan (Q.S. Al- A‟raf: 31).

Dalam hal ini kualitas ruang arsitektur yang dihasilkan para arsitek harus memenuhi
beberapa kriteria pokok sebagai berikut (Rahmadi B. S, 1997):

a. Ruang yang diciptakan harus dapat memberikan ruang gerak, berinteraksi, dan
berkegiatan kepada pengguna ruang secara mudah sesuai dengan fungsi ruang,
serta memberikan kesan aman. Elemen perlengkapan (amenity) dibangun skala
yang manusiawi, baik dari segi ketinggian, detail, pertamanan, pagar, ornamen
bangunan sampai dengan ruangruang terbuka yang bersifat positif.

39
b. Ruang yang diciptakan harus memberi bentuk yang bermakna kepada pengguna
ruangnya, memberikan kejelasan, keindahan dan kecerahan kepada
lingkungannya, serta harmonis dari sudut pandang pengguna ruang.
c. Jati diri arsitektur yang berkaitan dengan identitas ruang yang tercipta harus
dibedakan menurut peran sertanya di dalam budaya, yaitu dalam memberikan
ciri yang bersifat universal, spesifik, dan bersifat alternatif. Universal karena
berperan sama dengan elemen- elemen budaya yang dimiliki oleh sebagian
budaya di dunia, misalnya identitas arsitektur tropis. Spesifik, karena dapat
sebagai elemen-elemen budaya yang hanya dimiliki oleh suatu kelompok.
Bersifat alternatif, karena menampilkan elemen-elemen yang terbuka karena
adanya pilihan, seperti gaya-gaya yang berkembang dalam arsitektur

Berdasarkan, kriteria pokok menurut Rahmadi B. S, 1997 struktur masjid Dian Al Mahri
yang sesuai dengan kriteria tersebut antara lain:

a. Ruang yang diciptakan harus dapat memberikan ruang gerak, berinteraksi,


dan berkegiatan kepada pengguna ruang secara mudah sesuai dengan
fungsi ruang, serta memberikan kesan aman.

Pada bagian ini dapat dilihat dari lokasi site masjid Dian Al-Mahri dimana
berdiri sendiri secara terpisah dari lingkungan di kompleks Islamic Center
yang mana ditinggali oleh masyarakat sekitar yang juga memiliki hubungan

40
timbal balik dengan masjid, maksudnya masjid membantu mendukung
perekonomian masyarakat, dan masyarakat sekitar juga ikut membangun
masjid. Ruang dalam masjid memberikan ruang gerak yang cukup bagi
penggunanya, meskipun banyak kolom-kolom besar, namun tetap berjarak
dan memberi kekebasan ruang gerak. Ruang-ruang lain seperti ruang
wudhu, ruang penitipan, bahkan lapangan dalam pun memberi ruang gerak
yang cukup. Fungsi utama ruang sebagai tempat ibadah pun cukup efektif
dengan struktur ruang yang luas, dengan langit-langit datar yang edukung
akustik ruang.
b. Ruang yang diciptakan harus memberi bentuk yang bermakna kepada
pengguna ruangnya, memberikan kejelasan, keindahan dan kecerahan
kepada lingkungannya, serta harmonis dari sudut pandang pengguna ruang.
c. Jati diri arsitektur yang berkaitan dengan identitas ruang yang tercipta harus
dibedakan menurut peran sertanya di dalam budaya, yaitu dalam
memberikan ciri yang bersifat universal, spesifik, dan bersifat alternatif.
Struktur sebuah bangunan terbagi atas 3 yakni struktur bawah, struktur tengah dan
struktur ata. Pada umumnya masjid memiliki ketiga struktur tersebut. Untuk struktur
bawah disesuaikan dengan tinggi dan lebar bangunan yang akan dibangun dan jenis
tanah pada site, sementara konstruksi atap masjid terbagi menjadi beberapa bentuk,
sepeti kubah, datar dan juga limas. Menara pada masjid juga memiliki jenis struktur
sendiri.
1. Struktur Bawah
Umumnya ukuran, jumlah serta dimensi pondasi sangat ditentukan oleh karakteristik
daya dukung suatu lapisan tanah pada lokasi dimana bangunan itu didirikan. Hal ini
tentunya dapat dilihat dan dianalisis melalui hasil penyelidikan tanah (investigation of
soil) yang umumnya dilakukan baik berupa uji CPT (Cone Penetration Test) atau
lazimnya disebut sondir maupun dengan uji SPT (Standard Penetreation Test) yang
tentunya menjadi bahan laporan untuk dianalisis oleh seorang insinyur struktur
dalam merencanakan dan mendesain detail suatu unit bangunan bawah (Sub
structure) yang outputnya berupa jumlah titik pondasi, ukuran penampang pondasi,
kedalaman suatu pondasi serta dimensi pilecap/poer yang kemudian
dikombinasikan dengan reaksi terhadap beban bangunan atas (upper sttucture)
yang akan direncanakan bekerja pada keseluruan unit struktur bangunan.

41
a. Pondasi Dangkal Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya
secara langsung dengan perbandingan kedalaman dan lebar telapak kurang dari
satu (D/B≤ 1), seperti:
(1.) Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung
kolom.
(2.) Pondasi memanjang yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung
dinding memanjang atau sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga
bila dipakai pondasi telapak sisinya akan berimpit satu sama lain.
(3.) Pondasi rakit (raft foundation) yaitu pondasi yang digunakan untuk
mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan
bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat disemua arahnya,
sehingga bila dipakai pondasi telapak, sisi-sisinya berimpit satu sama
lain
b. Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban
bangunan ke tanah keras atau tanah batu yang terletak relative jauh dari
permukaan, perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi lebih dari empat
(D/B≥ 4). Macam-macam tipe pondasi dalam seperti dibawah ini:
(1.) Pondasi sumuran atau kaison (pier foundation/ caisson) yaitu pondasi
yang merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang,
digunakan bila tanah keras terletak relatif dalam. Peck, dkk (1953)
membedakan pondasi sumuran dengan pondasi dangkal dari nilai
kedalamannya (Df) dibagi lebarnya (B). Untuk pondasi sumuran Df/B> 4,
sedangkan untuk pondasi dangkal Df/B ≤ 1.
(2.) Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada
kedalaman yang normal tidak mampu mendukung beban yang bekerja
dan tanah keras terletak sangat dalam. Pondasi tiang umumnya
diameternya lebih kecil dan lebih panjang dibandingkan dengan pondasi
sumuran.

2. Struktur Tengah
Struktur tengah masjid terdiri dari kolom. Menurut Wikipedia, kolom atau pilar adalah
istilah teknik arsitektur yang merujuk kepada elemen struktural yang
meneruskan tekanan, yaitu berat struktur di bagian atas (misalnya atap) ke elemen
struktur lain di bawahnya (landasan atau pondasi).

42
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi..
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan, sloof dan balok bisa

menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Kolom di klasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, cara


pembebanan, posisi beban pada penampang dan panjang kolom dan hubungannya
dengan dimensi lateral.

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis- jenis kolom ada tiga:

- Kolom ikat (tie column)


- Kolom spiral (spiral column)
- Kolom komposit (composite column)

43
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu:

 Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.


Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap
kokoh pada tempatnya.

 Kolom menggunakan pengikat spiral.


Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok
memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom.

Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.

 Struktur kolom komposit.


Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan
gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama
dan kolom praktis,

44
a. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu
besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur
bangunan harus dihitung.

Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya
dipakai ukuran 20/ 20, dengan tulangan pokok 8 d 12 mm, dan begel d 8-1 0cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12 mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel
diameter 8 dengan jarak 10 cm).

b. Kolom Praktis
Kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar
dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudut- sudut). Dimensi kolom praktis 15/ 15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-
20.

Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai
bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom- kolom portal tidak boleh digeser pada
tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka
portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap- tiap
lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban
bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.

45
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom
mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah
balok portal merangkai kolom- kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh
beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom- kolom pendukung.

Hubungan balok dan kolom adalah jepit- jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat
menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok,
di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

Kolom pada interior masjid Dian Al-Mahri merupakan kolom praktis dengan material
marmer dengan mahkota pilar berlapis emas.

3. Struktur Atap

Struktur atap yang digunakan pada masjid Dian Al-Mahri menggunakan struktur
atap kubah. Kubah sendiri baru muncul di Tanah Air pada abad ke-18. Bahkan di
Jawa, atap masjid berkubah baru muncul pada pertengahan abad ke-20
M. Meskipun sudah sejak lama rumah adat suku Dani di Papua, Honai,
mengenal bentuk kubah, hanya saja kubah tersebut dibangun secara sangat
sederhana dengan menggunakan rumbai. Masjid-masjid di Indonesia, terutama
di Jawa, awalnya tidak menggunakan kubah pada bagian atapnya, tetapi
menggunakan bentuk-bentuk minimalis dan berundak yang biasa digunakan
pada kuil Hindu.

Kubah baru diadopsi oleh masjid di Indonesia pada masa kekuasaan Yang
Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman (1833-1843). Struktur kubah diterapkan
pada Masjid Sultan di Riau. Namun, Pijper dalam Studien over de geschiedenis
van de Islam menduga, masjid pertama di Jawa yang menggunakan kubah ada
di Tuban, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1894. Munculnya
kubah itu diduga karena pecahnya perang antara Rusia dan Kesultanan Turki
Utsmani yang terjadi pada 1877-1878. Saat itu pula, Kekaisaran Utsmani
melancarkan gerakan budaya, termasuk pengenalan jenis masjid baru.

Gerakan ini pun sampai ke Asia Tengara, “Masjid-masjid tradisional beratap


tumpang digantikan masjid kubah dengan menara-menara gaya Timur Tengah
atau India Utara,” tulis Peter JM Nas dalam Masa Lalu Dalam Masa Kini:

46
Arsitektur di Indonesia. Akhirnya, lambat-laun kubah menjadi simbol arsitektur
Islam paling modern, yang seakan-akan wajib ada pada masjidmasjid baru di
Asia Tenggara.

Terdapat beberapa jenis kubah Masjid yang umumnya digunakan, yakni: :

- Bentuk kubah oval / telur


Bentuk kubah telur / oval terlihat seperti belahan telur raksasa yang di belah
secara horizontal sehingga bentuknya menjadi lonjong. Bentuk kubah oval ini
banyak di jumpai pada bangunan-bangunan kuno di masa Barok Rococo.

- Bentuk kubah bawang

Bentuk kubah bawang yaitu melengkung di bagian atas dan bawah kubah,
kemudian di bagian atas kubah terlihat meruncing. Bagian bawah kubah juga
terlihat lebih kecil seperti pangkal bawang. Kebanyakan masjid di Indonesia
berbentuk seperti ini, di luar negeri banyak dijumpai pada gereja-gereja orthodox
di Rusia

47
- Bentuk kubah berumbi

Bentuk kubah jenis ini sederhana, mirip separuh bumi tetapi pada bagian bawah sedikit
memanjang dan bagian ujungnya meruncing seperti bentuk tunas umbi yang sedang
tumbuh. Contohnya kubah pada bangunan Taj Mahal di India. Kubah dengan bentuk
berumbi sebagian besar banyak di jumpai pada bangunan masjid di Mesir.

- Bentuk kubah parabola

Bentuk kubah parabola lengkung namun tidak bulat penuh, bentuknya juga lonjong
dengan ujung semakin mengecil. Kubah jenis ini hanya bisa dijumpai pada sejumlah
bangunan kuno di Tattinu.

48
- Bentuk kubah biara

Bentuk kubah biara agak berbeda jika dilihat dari luar tidak terlihat seperti kubah pada
umumnya. Kubah ini akan terlihat layaknya sebuah kubah jika dilihat dari bagian bawah
kubah. Bentuk dasar kubah ini adalah persegi, memiliki rangka sudut dan permukaan
kubah berupa bidang lengkung.

- Bentuk kubah payung

Bentuk kubah payung mempunyai lembaran-lembaran berbentuk lingkaran dan


lengkungan yang membentuk kurva seperti sebuah payung.

- Bentuk kubah bersusun

49
Bentuk kubah bersusun memiliki dua buah kubah pada satu atap yang di tumpuk. Kubah bagian
bawah terlihat memiliki sisi yang melengkung, sementara bagian atasnya memiliki ujung yang
runcing. Kubah jenis ini sudah jarang dijumpai. Kubah jenis ini banyak di jumpai pada
bangunan-bangunan di masa Bizantium.

- Bentuk kubah layar

Bentuk kubah layar memiliki 4 buah alas di mana masing-masing alas mempunyai rongga
berbentuk setengah lingkaran. Rongga-rongga tersebut saling menyatu pada bentuk kubah
bagian atasnya.

- Bentuk kubah geodesik

Bentuk kubah geodesik bentuknya tak sepenuhnya bulat halus, melainkan terdiri dari
banyak bilah datar yang menyatu hingga berbentuk polihedral. Cukup banyak masjid yang
mempunyai kubah jenis ini tetapi sering diaplikasikan untuk bangunan monumen.

50
- Bentuk kubah setengah lingkaran

Bentuk kubah setengah lingkaran memiliki bentuk seperti bola yang di potong. Kubah
dengan bentuk seperti ini pertama kali ditemukan di Asyiria.

- Bentuk kubah panah menyilang

Bentuk kubah panah menyilang ini pada bagian kolong kubah terdapat gatis-garis yang
tidak saling memotong, melainkan saling bertemu di banyak titik sehingga membentuk
pola geometris kotak. Beberapa garis ini kemudian seolah membentuk bintang.

- Bentuk kubah piring tengkurap

Bentuk kubah piring tengkurap ceper dan hampir datar seperti piring saus. Berdasarkan
para ahli dan para pengamat arsitektur kubah jenis ini adalah kubah paling stabil dan
kuat, apalagi jika bahan dasar pembuatannya adalah dari beton. Kubah bentuk piring
tengkurap ini sangat cocok untuk bangunan yang luas, Kekurangan dari kubah piring ini
adalah kurang dapat meredam efek dari radiasi sinar matahari dikarenakan bentuknya
yang ceper.

Selain berdasarkan bentuknya, Kubah pun dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan


pembuatnya, antara lain:

- Kubah Beton

51
Beton kerap digunakan sebagai bahan utama sebuah kubah. Hal tersebut lantaran karakteristik
beton yang kuat disertai besi tulangan sebagai rangka.

- GRC

Kelebihan GRC sendiri adalah kuat, tahan panas, serta antikarat.

- Galvalum

52
- Bahan lain yang biasanya digunakan dalam pembangunan kubah adalah galvalum.
Keuntungan menggunakan bahan ini adalah tahan panas, berdaya rekat fleksibel, dan
antikarat.
- Enamel

Bahan enamel untuk kubah dikenal mampu memunculkan ketajaman dan kecerahan warna
yang baik. Keunggulan lainnya adalah jauh lebih ringan dan berpotensi minim bocor.

- Stainless

53
Kebanyaan masjid di Indonesia menggunakan stainless sebagai bahan dasar kubah. Daya tarik
yang ditonjolkan dari stainless adalah mengkilap dan tahan karat.

Berdasarkan uraian di iatas, Kubah Masjid Dian Al-Mahri memiliki bentuk parabola dengan
bentuk lengkung namun tidak bulat penuh, bentuknya juga lonjong dengan ujung semakin
mengec il.

Dengan bahan pelapisnya berupa emas.

Dilansir dari karyakubah.com, terdapat beberapa langkah-langkah dalam membuat kubah


yakni:

- Membuat bingkai kubah

54
Membuat kerangka kerja untuk kubah masjid harus disesuaikan dengan desain gambar. Bahan
yang digunakan untuk basis biasanya menggunakan pipa vertikal dan Kudu dan juga Gording.
Tujuannya adalah untuk membuat kubah terlihat sangat kuat dan bisa tegak dlam waktu yang
lama dan sturuktur dari itu sendiri.

- Instalasi efek Submersible

Pemasangan efek kedap air adalah untuk mencegah kebocoran terjadi karena air hujan. Untuk
efek tahan air terdapat 2 alternatif. Yang pertama adalah dengan menggunakan diafragma
untuk membuat segel dan yang kedua adalah dengan menggunakan bahan galvalum tahan air.

- Penggantian Untuk mengontrol panel

Untuk melampirkan frame untuk duduk Penel umumnya terdiri dari panel dengan mengemudi
Gording rata-rata.

- Panel instalasi

Pada panel instalasi, dapat menggunakan panel enamel atau galvium. Anda juga memiliki
warna dan pola dari panel menyesuaian untuk memenuhi keinginan. Selain itu, adapula
aksesoris di kubah, seperti tata letak bintang umumnya digunakan pada kubah masjid.

- Langit-langit kubah masjid

Memberikan langut-langit pada kubah tujuan masjid adalah untuk membuat kubah masjid
terlihat lebih indah dan lebih mewah muncul terlihat.

4. Struktur Menara
Secara umum terdapat lima bentuk dan gaya menara mesjid, yakni menara klasik,
menara variasi, menara segi empat, menara spiral, dan menara silinder. Menara klasik
memiliki desain yang khas. Lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi
oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki
dengan sebuah kubah kecil. Menara segi empat, sepenuh nya berbentuk segi empat
dari dasar hingga puncak. Di Mesir dan Syiria pada abad ke-7 hingga 13, menara yang
digunakan berbentuk segi empat dan tak terlalu tinggi serta terletak di empat sisi masjid.
Satu-satunya minaret berbentuk oktagonal yang terkemuka terletak di Chefchaouen
Cina bernama Emin Minaret yang dibangun pada 1778 oleh Kaisar Qianlong dari Dinasti
Qing. Minaret adalah menara yang berbentuk persegi dan digunakan untuk

55
mengumandangkan adzan pada masjid. Minaret diambil dari Bahasa
Arab “nur” yang berarti cahaya,
Bentuk dasar menara masjid terdiri dari empat bagian: alas, poros, tutup, dan
kepala. Menara mungkin berbentuk kerucut (meruncing), persegi, silindris, atau
poligonal (segi). Tangga melingkari poros dengan cara berlawanan arah jarum jam,
memberikan dukungan struktural yang diperlukan pada poros yang sangat
memanjang. Permukaannya ditutupi oleh kanopi seperti atap dan dihiasi dengan
ornamen, seperti batu bata dekoratif dan pekerjaan ubin, cornice , lengkungan dan
prasasti.

56
57
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Bangunan Masjid merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Untuk itu,
arsitektur masjid haruslah sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektur tempat ibadah juga
agama. Beberapa hal yang diperhatikan dalam pembangunan masjid antara lain:

 Ketentuan-ketetntuan yang telah dituliskan menurut agama, seperti penentuan batas


suci, shaf, arah kiblat, juga pemisahan gender..
 Ruang yang dibangun dalam masjid, selain konstruksi yang megah, penciptaan ruang
yang agung dalam masjid pun perlu diperhatikan. Dengan pengaturan pencahayaan,
akustik, dimensi ruang juga warna dapat membangun suasana agung , syahduh, dan
tenang.
 Sirkulasi dalam masjid memberikan kesan „terpisah‟ sehingga area masjid terasa sakral.

B. Saran
Minimnya teori juga ketidak mampuan penulis untuk mencapai tempat yang di studi
membuat tulisan ini kurang begitu lengkap, terutama pada bagian struktur dan material.
Namun, studi lebih lanjut diperlukan agar lebih mengerti tentang tata arsitektur pada
bangunan masjid.

58
DAFTAR PUSTAKA

https://depok.pikiran-rakyat.com/lokal-depok/pr-09323006/sejarah-pembangunan-masjid-kubah-
emas-depok-termegah-di-asia-tenggara

https://core.ac.uk/download/pdf/236574489.pdf\

www.99.co/amp/panduan/arsitektur-masjid-kubah-emas-depok/

Zaman, Saefu. Pemaknaan Ruang Pada Masjid Kubah Emas

http://www.home.co.id/read/3691/memahami-granit-dan-alasannya-dijadikan-bahan-bangunan#

https://core.ac.uk/download/pdf/87084401.pdf

http://ojsmhs.poltekba.ac.id/ojs/index.php/jutateks/article/download/207/156/

https://republika.co.id/berita/q7pevb320/asal-usul-kubah-dalam-arsitektur-masjidmasjid-di-
nusantara

https://ejournal.upi.edu/index.php/jaz/article/download/19261/10360

https://karyakubah.com/panduan-lengkap-cara-membuat-kubah-masjid-dari-nol/

https://arsitektur.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/JOURNAL-AULIA-GALUH-NINGRUM-
0810650027-65.pdf

https://joglolimasan.com/desain-pondasi-menara-masjid/

59

Anda mungkin juga menyukai