“Pasar Tradisional”
Disusun oleh:
Nama : Muhammad Hafidz Abdullah
NIM : 21020120130079
Kelas :A
2
3.1. Pelaku dan Aktivitas.................................................................................................................................................................................................. 30
3.2. Kebutuhan Ruang...................................................................................................................................................................................................... 30
3.3. Kelompok Ruang....................................................................................................................................................................................................... 33
3.4. Organisasi Ruang....................................................................................................................................................................................................... 33
3.5. Perhitungan Ruang.................................................................................................................................................................................................... 33
BAB IV....................................................................................................................................................................................................................................... 37
SITE DAN ANALISIS SITE..................................................................................................................................................................................................... 37
BAB V......................................................................................................................................................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................................................................................ 53
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey A.C. Nielsen pada tahun 2013 (Susilowati, 2014), pasar modern mengalami
pertumbuhan sebesar 35,1% sedangkan pasar tradisional telah mengalami penurunan hingga sebesar 8,1%. Data tersebut menunjukkan
bahwa jumlah presentase pasar tradisional di Indonesia terus mengalami penurunan. Tidak bisa dipungkiri bahwa penurunan presentase
pasar tradisional tersebut disebabkan oleh beberapa kemungkinan.
Kemungkinan pertama yaitu maraknya stigma kumuh, bau, kotor, panas, dan sebagainya yang melekat ketika nama pasar
tradisional disebutkan. Selain itu, pasar tradisional juga memiliki fasilitas yang kalah jauh jika dibandingkan dengan pasar-pasar modern
yang ada. Pada pasar modern terdapat pendingin ruangan berupa ac, kamar mandi yang bersih, dan lain-lain yang tidak bisa ditemukan
ketika berkunjung ke pasar-pasar tradisional. Dan kemungkinan lainnya adalah pasar tradisional terkesan tertinggal oleh jaman. Jika hal-
hal tersebut terus tetap dipertahankan, tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa waktu kedepan keberadaan pasar tradisional akan hilang.
4
Maka dari itu diperlukan sebuah terobosan agar eksistensi pasar tradisional tetap terjaga dan mampu bertahan di era globalisasi seperti
ini.
Di sisi lain, berdasarkan data yang diperoleh melalui Kementerian Dalam Negeri (2021) mencatat, jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 273,88 juta jiwa per 31 Desember 2021. Dari jumlah itu, penduduk Indonesia paling banyak berusia 10-14 tahun, yakni 24,13
juta jiwa. Sedangkan penduduk berusia 55-59 tahun hanya sebesar 13,22 juta jiwa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk
Indonesia didominasi oleh remaja-dewasa di rentang usia produktif. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah pertimbangan
mengenai peluang pasar yang menjanjikan dengan menyesuaikan target pasar terbanyak.
Untuk merespon permasalahan-permasalahan tersebut, kehadiran sebuah pasar tradisional yang kekinian dan juga memiliki
fasilitas yang lengkap dan nyaman menjadi suatu inovasi di dalam perancangan arsitektur kali ini. Dengan demikian dipilihlah konsep
arsitektur post modern yang dikombinasikan dengan konsep biophilic yang akan diterapkan pada bangunan pasar tradisional ini.
Diharapkan dengan diterapkannya konsep-konsep tersebut dapat menarik minat masyarakat untuk mengunjungi pasar tradisional kembali
serta menghilangkan stigma buruk tentang sebuah pasar tradisional yang sudah berkembang di masyarakat selama ini.
1.3. Tujuan
1. Menyusun landasan perencanaan dan perancangan bangunan pasar tradisional.
2. Menyusun konsep desain yang memerhatikan unsur fasilitas, aktivitas, penghawaan, pencahayaan, dan estetika.
3. Terwujudnya suatu rancangan bangunan pasar tradisional yang kekinian, modern, nyaman, berfasilitas lengkap.
5
1.4. Metode Pembahasan
Metode Pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitatif kemudian dianalisa
sehingga diperoleh suatu pendekatan program perencanaan dan perancangan untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
perancangan bangunan pasar tradisional.
1. Studi Literatur
Studi Kepustakaan dilakukan untuk memperoleh landasan teori, aturan serta standar yang bermanfaat untuk mengkaji data eksisting
dalam proses perancangan.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di bangunan dengan fungsi yang sama yaitu
pasar-pasar tradisional di Kota Semarang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Literatur
2.1.1. Definisi Pasar
Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran
(penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan. (Belshaw, Cyril S., Tukar Menukar di Pasar Tradisional dan Pasar Modern)
1. Pasar dalam arti “tempat”, merupakan sebuah tempat untuk bertemunya para penjual dengan pembeli.
2. Pasar dalam arti “penawaran serta permintaan”, merupakan pasar sebagai tempat terjadinya kegiatan transaksi jual beli.
3. Pasar dalam arti “sekumpulan anggota masyarakat yang mempunyai kebutuhan serta daya beli”, lebih merujuk pada 2 hal,
yaitu daya beli dan kebutuhan. Pasar merupakan sekumpulan orang yang berusaha untuk mendapatkan jasa atau barang serta
mempunyai kemampuan untuk membeli barang tersebut.
Sedangkan menurut KBBI, pasar merupakan tempat sekumpulan orang melakukan transaksi jual-beli. Merupakan sebuah
tempat untuk jual beli yang diadakan oleh sebuah organisasi atau perkumpulan dan sebagainya dengan maksud untuk dapat
mencari derma.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar adalah sebuah tempat yang dapat mewadahi terjadinya proses transaksi
jual beli dan juga penawaran yang dilakukan oleh penjual dan pembeli sehingga terjadilah harga yang sudah disepakati kedua
belah pihak.
7
2.1.2. Fungsi Pasar
Pasar yang berfungsi sebagai tempat atau wadah untuk pelayanan bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi
atau bidang diantaranya:
1. Segi Ekonomi Merupakan tempat transaksi antara produsen dan konsumen yang merupakan komoditas untuk mewadahi
kebutuhan sebagai demand dan suplai.
2. Segi Sosial Budaya Merupakan kontrak sosial secara langsung yang menjadi tradisi suatu masyarakat yang merupakan
interaksi antara komunitas pada sektor informal dan formal.
3. Segi Arsitektur Menunjukkan ciri khas daerah, yang menampilkan bentuk-bentuk fisik bangunan dan artefak yang dimiliki.
Dari ketiga segi atau bidang yang disebutkan diatas, dapat diambil atau diartikan fungsi dari pasar adalah suatu wadah
aktivitas dari tradisi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan, baik dilakukan secara barter maupun jual-beli yang diwujudkan
dalam suatu bangunan.
1. Pasar Tradisional
Menurut Permendag Nomor 21 Tahun 2021, pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, BUMN dan BUMD, termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los
dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Persyaratan:
Lokasi:
8
1) Sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota, dan RDTR Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya.
2) Memperhitungkan kondisi social ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern
serta usaha kecil, termasuk koperasi, yang ada di 24 No. Jenis Definisi Persyaratan wilayah yang bersangkutan.
3) Boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan
pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/ kabupaten.
Area Parkir
≥ 1 parkir kendaraan beroda empat untuk setiap 100 m2 luas lantai penjualan.
2. Pasar Modern
Pasar modern merupakan suatu pasar yang sifatnya modern dimana terdapat berbagai macam barang diperjualbelikan
dengan harga yang sudah pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar modern adalah di plaza, mal dan tempat-
tempat yang lainnya.
Persyaratan:
Lokasi:
1) Sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota, dan RDTR Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya.
2) Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada
di wilayah yang bersangkutan.
3) Memperhatikan jarak antara hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya.
9
Area Parkir:
≥ 1 parkir kendaraan beroda empat untuk setiap 60 m2 luas lantai penjualan pusat perbelanjaan dan/atau toko modern.
1. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar mampu memberikan dampak psikologi yang
penting bagi masyarakat. Setiap orang yang berperan pada transaksi jual beli akan melibatkan seluruh emosi dan
perasaannya, sehingga timbul interaksi sosial dan persoalan kompleks. Penjual dan pembeli saling bersaing mengukur
kedalaman hati masing-masing, lalu muncul pemenang dalam penetapan harga. Tarik tambang psikologi itu biasanya
diakhiri perasaan puas pada keduanya. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial yang lebih dekat. Konsumen dapat
menjadi langganan tetap stan pada pasar tradisional. Kelancaran komunikasi sosial antar pembeli dan penjual dalam pasar
tradisional tersebut menunjang ramainya stan tersebut. (kasdi, 1995) maka, dibutuhkan ruang sirkulasi berupa ruang
pendestrian dengan lebar yang cukup.
10
2. Pedagang di pasar tradisional berjumlah lebih dari satu, dan pedagang tersebut memiliki hak atas stan yang telah dimiliki,
dan memiliki hak penuh atas barang dagangan pada stan masing-masing, sehingga tidak terdapat satu manajemen seperti
yang ada di pasar modern.
Ciri pasar berdasarkan pengelompokan dan jenis barang pasar, yakni: Menurut Lilanda dalam (Lilananda, 1997), jenis
barang di pasar umumnya dibagi dalam empat kategori:
Ciri pasar berdasarkan tipe tempat berjualan menurut Lilananda,1994 (dalam Galuh Oktaviana, 2011) , tempat berjualan
atau lebih sering disebut stan, dipilih dengan cara undian (stan yang ada adalah stan milik sendiri dengan membayar biaya
retribusi per m2 /hari sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan). Jenis barang yang telah dikelompokkan, dilihat jenis barang
dagangan apa yang paling banyak diperdagangkan dan paling diminati. Bagian atau blok-blok yang telah di tetapkan tempat-
tempat yang strategis di utamakan diundi dahulu untuk pengurus setiap bagian, setelah itu sisanya diundi untuk pedagang lainnya.
Ciri pasar berdasarkan tingkatnya Berdasarkan tingkatannya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa kelas, diantaranya yaitu :
1. Pasar Kelas I, adalah pasar dengan komponen bangunan yang lengkap, dimana sistem arus barang dan orang terjadi baik di
dalam maupun di luar bangunan, serta melayani perdagangan tingkat regional.
2. Pasar Kelas II, adalah jenis pasar dengan komponen bangunan yang lengkap, dimana sistem arus barang dan orang terjadi
baik di dalam maupun di luar bangunan, serta melayani perdagangan tingkat Kota.
11
3. Pasar Kelas III, adalah jenis pasar dengan komponen bangunan yang lengkap, dimana sistem arus barang dan orang terjadi
baik di dalam maupun di luar bangunan, serta melayani perdagangan tingkat wilayah Kota.
4. Pasar Kelas IV, adalah pasar dengan komponen bangunan yang lengkap, dimana sistem arus barang dan orang banyak
terjadi di dalam bangunan, serta melayani perdagangan tingkat lingkungan.
5. Pasar Kelas V, adalah pasar degan bangunan yang lengkap, tanpa atau dengan komponen bangunan, dimana sistem arus
barang dan orang terjadi cukup baik, serta melayani perdagangan tingkat perkampungan dan blok.
Sisi muka kios adalah yang pertama kali dilihat oleh pembeli atau pengunjung dan mempengaruhi keputusan
mereka dalam berbelanja. Dengan demikian papan nama kios atau jendela panjang adalah instrument strategis untuk
menciptakan kesan positif. Panjang kios adalah jarak dari pintu masuk ke toko dinding belakang. Panjang kios harus
sesuai dengan proporsi lebar kios. Ketidak sesuaian proporsi akan mempengaruhi visibilitas pajangan produk. Kios harus
memiliki sisi muka (lebar) yang cukup lebar. Kios dengan sudut tajam,bentuk janggal (misalnya segitiga), serta
konfigurasi panjang dan sempitharus dihindari, karena kios seperti itu akan sulit disewakan dan tidak akan menghasilkan
pendapatan sewa yang tinggi.
12
satu cara untuk menghindari hal tersebut, yaitu dengan cara merancang koridor yang berlekuk atau menempatkan belokan
di beberapa titik agar koridor tidak tampak terlalu panjang jika dilihat dari salah satu ujung. Koridor harus cukup lebar
untuk memudahkan pengunjung berjalan tanpa berdesak-desakkan dengan pengunjung yang lainnya. Lebar koridor
minimal ditentukan berdasarkan peraturan bengunan lokal, biasanya 2,4 meter atau bisa lebih dari itu.
c. Konter Pelayanan Pengunjung
Konter layanan pengunjung (pusat informasi) adalah konter di pusat perbelanjaan yang ditangani oleh staf pusat
perbelanjaan yang ditugaskan untuk melayani pembelanja, misalnya menunjukkan arah ke kios atau took yang dicari atau
ke tempat-tempat di sekitar area pusat perbelanjaan. Lokasi konter harus mudah dilihat dan dijangkau oleh pengunjung.
Luas konter tergantung pada fungsi atau aktifitas yang dijalankan oleh staf konter.
d. Fitur petunjuk (signage)
Fitur petunjuk memberikan informasi dan petunjuk arah bagi pengunjung. Jenis fitur petunjuk pertama adalah
petunjuk arah. Pengunjung memperoleh orientasi singkat tentang ruang dan fasilitas pusat perbelanjaan dengan melihat
petunjuk arah. Hanya sedikit penjelasan detail yang tercantum peda petunjuk arah. Tingkat fitur petunjuk berikutnya
adalah petunjuk gerai. Setelah pengunjung berada di wilayah yang mereka tuju, selanjutnya mereka akan mencari gerai
yang mereka minati.
e. Direktori Pusat Perbelanjaan Direktori pusat perbelanjaan memberikan panduan mudah dan cepat bagi pengunjung. Denah
lantai harus disajikan dalam bentuk yang sederhana, mudah dibaca dan dipahami oleh orang awam. Penunjuk posisi
dimana pengunjung berada. Direktori juga harus menampilkan informasi yang terus diperbarui tentang para penyewa dan
ditempatkan di titik-titik strategis pada pusat perbelanjaan.
f. Area Antaran Atau Bongkar Muat Barang
Jalur untuk masuk dan keluar pada area bongkar muat barang harus dipisahkan dari tempat parkir umum, untuk
meminimalisir kepadatan serta untuk memaksimalkan tingkat keamanan, higienis dan keindahan. Area bongkar muat
13
barang adalah area yang digunakan untuk kendaraan dan alat-alat berat. Area bongkar muat harus memiliki tinggi dan
wilayah berputar yang memadai untuk truk kontainer 20-40 kaki. Permukaan lantai harus dilapisi oleh lapisan yang keras
agar dapat menahan beban penggunaan yang berat. Area bongkar muat juga harus memiliki penghawaan dan pencahayaan
yang memadai.
g. Tempat Ibadah
Di beberapa negara muslim, terutama negara Indonesia sendiri yang notabenenya sebagai negara pemeluk agama
islam terbanyak, diharuskan untuk menyediakan ruangan tempat beribadah untuk pengunjung atau pembeli pada pusat
perbelanjaan yang ada. Di ruangan tempat beribadah tersebut, harus disediakan juga fasilitas wudhu bagi 15 pengunjung
yang akan melaksanakan sholat. Tempat wudhunya pria dan wanita harus dipisahkan tidak boleh dicampur jadi satu.
Begitu juga tempat sholat juga harus dipisahkan antara pria dan wanita.
h. Tempat Parkir
Tempat parkir biasanya agak diabaikan, padahal seharusnya sudah diperhatikan sejak awal proyek. Rata-rata
tergantung profil pembelanja dan jenis pusat perbelanjaan, sekitar 30% pengunjung pusat perbelanjaan membawa
kendaraan pribadi. Karena tempat parkir umumnya dianggap sebagai fitur penting tetapi bukan pusat penghasil
pendapatan besar, maka lahan parkir biasanya ditempatkan di ruang bawah tanah (basement) atau di lantai atas. Dalam
perancangan pusat perbelanjaan, penting sekali untuk menyediakan tempat parkir yang memadai. Tempat parkir harus
memiliki petugas keamanan yang berpatroli secara teratur. Ukuran tempat parkir harus cukup lebar untuk memudahkan
pengemudi memarkir kendaraannya. Kondisi jalan ditempat parkir juga harus dijaga agar bebas dari lubang dan tumpahan
oli, untuk mencegah dan mengantisipasi kendaraan yang tergelincir. Tempat parkir juga harus diberi tanda (sign) yang
jelas dengan papan penunjuk untuk membantu pengunjung mengingat tempat mereka memarkir kendaraannya,
menemukan akses masuk ke pusat perbelanjaan, menemukan gardu parkir serta keluar dari tempat parkir.
i. Kamar Kecil (toilet)
14
Kamar kecil (toilet), harus cukup besar untuk melayani antisipasi kebutuhan pengunjung atau orang-orang yang
ada di dalam pasar. Kamar kecil harus disediakan sejak tahap desain dan konstruksi. Penampilannya harus disesuaikan
dengan tema pusat perbelanjaan, pelanggan dan sasaran serta kemudahan pemeliharaan. Kamar kecil tidak boleh
ditempatkan terlalu jauh di bagian belakang pusat perbelanjaan karena akan menyulitkan pengunjung mencarinya. Agar
kamar kecil tetap bersih, kering dan higienis, maka kamar kecil (toilet) harus memiliki ventilasi yang memadai dan
dibersihkan secarateratur. Didalam kamar kecil juga harus terdapat ruang penyimpanan khusus bagi petugas pembersih
ruangan untuk menyimpan peralatan kebersihan.
j. Pusat Pembuangan Sampah
Mesin pemadat sampah lebih bermanfaat dari pada kotak besar biasa, karena mesin tersebut dapat memadatkan
sampah dan mengurangi frekuensi penggantian kotak sampah. Pusat pembuangan sampah juga harus tertutup. Dua
masalah utama yang lazim timbul pada pusat pembuangan sampah adalah bau menyengat dan hama. Salah satu cara untuk
mengatasi bau sampah yang menyengat adalah dengan memisahakan pusat pembuangan sampah dalam area tertutup
dengan sietem pendingin ruanagn yang terpisah. Apabila hal tersebut dipandang kurang efisien, maka pusat pembuangan
sampah harus memiliki ventilasi yang memadai.
15
Pendirian pasar tradisional wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut.
Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan
toko modern serta usaha kecil, termasuk koperasi yang ada di wilayah yang bersangkutan.
Menyediakan areal parkir paling sedikit kebutuhan parkir satu buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 meter
persegi luas lantai penjualan pasar tradisional.
Menyediakan fasilitas yang menjamin pasar tradisional yang bersih, sehat (higienis), aman, tertib, dan ruang publik
yang nyaman.
3. Penyediaan Areal Parkir
Penyediaan areal parkir dapat dilakukan berdasarkan kerja sama antara pengelola pasar tradisional dengan pihak lain.
4. Izin Usaha
Untuk melakukan usaha pasar tradisional wajib memiliki Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T).
5. Pembinaan Pasar Tradisional
Dalam rangka pembinaan pasar tradisional, pemerintah daerah melakukan beberapa hal sebagai berikut.
Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan pasar tradisional sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola pasar tradisional.
Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum
dilakukan renovasi atau relokasi pasar tradisional.
Mengevaluasi pengelolaan pasar tradisional.
16
2.1.7. Persyaratan Ruang
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu (dalam Galuh Oktaviana, 2011:47), perencanaan
tapak yang baik adalah sebagai berikut :
1) Kios
Setiap kios adalah tempat strategis, sehingga setiap blok hanya terdiri dari 2 (dua) deret yang menjadikan kios
memiliki 2 (dua) muka. Kios paling luar menghadap keluar, sehingga fungsi etalase menjadi maksimal. Pola pembagian kios
diatas (hanya 2 deret kios) terkadang terkendala oleh keterbatasan lahan dan harga bangunan menjadi tinggi. Solusinya adalah
dapat dibuat 4 (empat) deret yang memungkinkan bagi pemilik kios yang lebih dari 1 (satu) kios dapat bersebelahan. Gambar
2.6 Pola Pembagian Los/Kios
(Sumber: Oktaviana, Galuh. LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN PASAR
TRADISIONAL JONGKE, SURAKARTA. Diss. UAJY, 2011)
17
2) Koridor
Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar. Lebar ideal 2-3 meter. Sedangkan koridor penghubung antar kios
lebar minimalnya adalah 180 cm.
3) Jalan
Tersedia jalan yang mengelilingi pasar. Sehingga semua tempat memberikan kesan bagian /dapat diakses dari segala arah.
Lebar jalan minimal 5 (lima) meter. Sehingga dapat dihindari penumpukan antrian kendaraan. Disamping itu kendaraan dapat
melakukan bongkar muat pada tempat yang tersebar sehingga makin dekat dengan kios yang dimaksud. Tujuan dari adanya
jalan yang mengelilingi pasar adalah meningkatkan nilai strategis kios, mempermudah penanggulangan bahaya kebakaran,
memperlancar arus kendaraan di dalam pasar, mempermudah bongkar muat.
4) Selasar luar
Untuk mengoptimalkan strategisnya kios, terdapat selasar yang dapat juga sebagai koridor antar kios.
5) Bongkar muat
Pola bongkar muat yang tersebar, sehingga dapat menekan biaya dan mempermudah material handing. Akan tetapi harus
ditetapkan ketentuan bongkar muat. Antara lain, setelah bongkar muat kendaraan tidak boleh parkir di tempat.
6) TPS
Tempat penampungan sampah sebelum diangkut keluar pasar terletak di belakang dan terpisah dari bangunan pasar
18
memiliki nilai sejarah tinggi dengan cara membuatnya berdampingandengan bangunan baru sehinga keduannya akan saling
mendukung.
Charles Jenks mengelompokkan arsitektur post modern menjadi enam aliran yang menurutnya sudah ada sejak tahun
1960-an, yaitu:
1. Historism, ditandai dengan pemakaian elemen-elemen klasik pada bangunan yang digabungkan dengan pola-pola modern
2. Straight Revivalism, ditandai dengan kebangkitan kembali langgam neo klasik ke dalam bangunan yang bersifat
monumental
3. Neo-Vernacularism, ditandai dengan penggunaan kembali elemen tradisional dengan bentuk dan pola-pola bangunan lokal
4. Contextualism atau sering juga disebut Urbanism, ditandai dengan perhatian terhadap lingkungan dalam penempatan
bangunan sehingga didapatkan komposisi bangunan yang serasi
5. Metaphor & Metaphisical, yaitu dengan mengekspresikan baik secara eksplisit dan implisit ungkapan metafora dan
metafisika atau spiritual ke dalam bentuk bangunan
6. Post-Modern Space, yaitu memperlihatkan ruang dengan megkomposisikan komponen bangunan itu sendiri
Pengaplikasian desain arsitektur biophilic dapat diterapkan dalam beberapa aspek, antara lain:
1. Penerapan dimensi organic desain biophilic dengan bentuk – bentuk didalam lingkungan bangunan yang secara langsusng,
tidak langsung, atau simbolis yang mampu merefleksikan hubungan manusia yang melekat dengan alam.
19
2. Denah bangunan yang akan didesain harus sesuai dengan fungsi ruang dan aktifitas pengguna
3. Penerapan sinergisitas unsur alam pada sudut ruang kerja guna mengurangi tingkat stres pada pegawai kantor.
Dengan menggabungkan unsur – unsur yang berasal dari alam, dapat memberi manusia sejumlah manfaat seperti dapat
mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan (Molthrop, 2012).
20
Sumber air PDAM
Tempat Penampungan Sampah (TPA), Komposting, Tempat Pemilahan Sampah
Penerangan Umum
Saluran Pembuangan
c. Lokasi
d. Kondisi Fisik
21
22
Gambar Dokumentasi Pasar
B. Pasar Jatingaleh
a. Data Fisik
Alamat : Jl. Teuku Umar, Tinjomoyo, Kec. Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah 50262
Luas Lahan :-
Luas Bangunan: -
23
Kapasitas :-
Jumlah Lantai : 1 Lantai
b. Fasilitas Umum
Area Parkir
MCK
Tempat Penampungan Sampah (TPA), Komposting, Tempat Pemilahan Sampah
Penerangan Umum
Saluran Pembuangan
c. Lokasi
24
d. Kondisi Fisik
25
26
Gambar kumpulan foto hasil survey langsung
C. Pasar Johar
a. Data Fisik
Alamat : Jl. K.H. Agus Salim, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah
Luas Lahan : 6.285 m2
Luas Bangunan: 17.225 m2
Kapasitas : ±4000 Kios
Jumlah Lantai : 2 Lantai, 2 Lantai, dan 4 Lantai (3 massa bangunan)
b. Fasilitas Umum
Area Parkir
MCK
Mushola
Ganset
Sistem Drainase yang baik
Alat Pemadam Kebakaran Ringan (APAR)
CCTV
c. Lokasi
27
Gambar Peta lokasi Pasar Johar
d. Kondisi Fisik
28
Gambar kumpulan foto hasil survey langsung
29
Tabel Rekapitulasi Hasil Studi Banding
30
BAB III
31
5. Musola
6. Pantry/ foodcourt
2. Aktivitas Kepala UPT 1. Parkir Kendaraan 1. Tempat Parkir
Pengelola 2. Mengkoordinasi dan 2. Ruang Kepala Pasar
meminta pertanggung 3. Ruang Rapat
jawaban semua aktivitas 4. Toilet
divisi, menentukan 5. Mushola
kebijakan 6. Pantry
3. Rapat 7. Ruang Tamu
4. BAK/ BAB
5. Ibadah
6. Makan
7. Menerima Tamu
Divisi 1. Parkir Kendaraan 1. Tempat Parkir
Administrasi 2. Menanggapi urusan 2. Ruang Divisi
Umum kesekretarian, kepegawaian, Administrasi Umum
dan kehumasan 3. Ruang Arsip
3. Menyimpan arsip 4. Ruang Rapat
4. Rapat 5. Toilet
5. BAK/ BAB 6. Musola
6. Ibadah 7. Pantry
7. Makan
Divisi 1. Parkir Kendaraan 1. Tempat Parkir
Keuangan 2. Menangani pembukuan 2. Ruang Divisi
keuangan, penggajian Keuangan
karyawan, pemasukan dan 3. Ruang Rapat
pengeluaran pasar, dan 4. Toilet
penagihan sewa kios dan 5. Musola
los 6. Pantry
3. Rapat
4. BAK/ BAB
5. Salat
32
6. Makan
Divisi 1. Parkir Kendaraan 1. Tempat Parkir
Teknik 2. Menangani Utilitas 2. Ruang Divisi Teknik
bangunan dan struktur 3. Ruang Rapat
bangunan, merwat dan 4. Toilet
memlihar lingkungan dan 5. Musola
gedung 6. Pantry
3. Rapat
4. BAK/ BAB
5. Salat
6. Makan
Divisi 1. Parkir Kendaraan 1. Tempat Parkir
Operasional 2. Menangani keamanan, 2. Ruang Operasional
kebersihan, dan parkiran 3. Ruang Rapat
3. Rapat 4. Toilet
4. BAK/ BAB 5. Musola
5. Salat 6. Pantry
6. Makan
3. Aktivitas Pengunjung 1. Makan dan minum 1. Foodcourt
Penunjang 2. Tarik tunai melalui ATM 2. ATM Center
3. Rekreasi 3. Wahana/ Ruang
bermain/
berinteraksi/
komunal
4. Aktivitas Pengelola 1. Parkir kendaraan 1. Tempat parkir
Servis 2. Memastikan system 2. Ruang panel, genset,
mekanikal dan elektrikal , Fire Service Tank,
berjalan semestinya, dan Water Tank dan
memperbaiki system jika Pompa
terjadi kerusakan 3. TPS
3. Membersihkan dan 4. Pantry dan Ruang
membuang sampah cleaning service
33
4. Makan 5. Gudang
5. Menyimpan barang 6. Pos jaga
6. Menjaga keamanan 7. Toilet
7. BAK/ BAB
(Sumber: Olah Data, 2017)
3.3. Kelompok Ruang
Di dalam pengelompokkan ruang, setiap ruang-ruang yang ada dibagi menjadi 4 bagian, diantaranya sebagai berikut:
Publik : Entrance, Tempat Parkir, Hall, Ruko, Kios, Los
Semi Publik : Ruang Pemotongan Hewan, Ruang Pendingin, Food Court, ATM
Privat :, Ruang Kelompok Pengelola, Mushola
Servis : Area Bongkar Muat, Ruang Sanitasi, Toilet, Ruang Kelompok Aktvitas Servis
3.4. Organisasi Ruang
ATM Center Foodcourt R. Pengelola
Tempat
Entrance Hall R. Berjualan R.`Kelompok Servis
Parkir
hxjshjhjs(99hs hxjshjhjs(99hsah((Ruko
34
1. Data Arsitek jilid 1 dan 2, Ernst Neufert (1980) disingkat menjadi DA
2. Timee Saver Standars For Building Types – Joseph de Chiara and John Honlock Callender, 1983 disingkat menjadi TS
3. Asumsi Pribadi disingkat menjadi As
Tabel Besaran Ruang
Kelompok Ruang Kebutuhan Ruang Sumber Jumlah Kapasitas Standard Besaran Ruang
Ruang
Kelompok Hall DA 1 300 Orang 1,5 m2/org 450 m2
Aktivitas Ruko 10 30 orang 2 m2/org 600 m2
Perdagangan Kios 40 5 orang 1,2 m2/org 240 m2
Los Basah 40 2 orang 1,2 m2/org 96 m2
Los Kering 120 2 orang 1,2 m2/org 288 m2
Ruang 1 unit 12 orang 2 m2/org 24 m2
Pemotongan
Hewan
Area Bongkar 1 4 truk 18,36 m2/truk 74 m2
Muat
Tempat cuci 2 8 orang 1,2 m2/org 20 m2
tangan umum
Toilet Umum 2 Pria 6 orang, Pria 56 m2
Wanita 4 orang 4 orang x (urinoir 1 m2) = 4 m2
2 orang x (wc 3 m2) = 6 m2
2 orang x (wastafel 1,5 m2) = 3 m2
Total= 13 m2
Wanita
4 orang x (wc 3 m2) = 12 m2
2 orang x (wastafel 1,5 m2) = 3 m2
Total= 15 m2
35
Total 2.403 m2
Kelompok Ruang Kebutuhan Ruang Sumber Jumlah Kapasitas Standard Besaran Ruang
Ruang
Kelompok Ruang Kepala DA 1 Unit 5 Orang 2,4 m2/org 12 m2
Aktivitas Pasar
Pengelola Ruang Rapat 1 Unit 10 orang 2,4 m2/org 24 m2
Ruang Divisi 1 Unit 4 orang 2,4 m2/org 10 m2
Keuangan
Ruang Divisi 1 Unit 10 orang 2,4 m2/org 24 m2
Administrasi
Ruang Divisi 1 Unit 10 orang 2,4 m2/org 24 m2
Teknik
Ruang Divisi 1 Unit 12 orang 2,4 m2/org 29 m2
Operasional
Ruang Tunggu 1 Unit 6 orang 1,2 m2/org 7 m2
Pantry 1 Unit 4 orang 2,4 m2/org 10 m2
Toilet 1 Unit Pria 1 Orang, Pria 6 m2
Wanita 1 Orang 2 orang x (wc 3 m2) = 6 m2
Luas Ruang Aktivitas Pengelola 146 m2
Sirkulasi 30% 44 m2
Total 190 m2
Kelompok Ruang Kebutuhan Ruang Sumber Jumlah Kapasitas Standard Besaran Ruang
Ruang
Kelompok Foodcourt (R. DA 1 unit 48 orang 1,2 m2/org 58 m2
Aktivitas Makan)
Penunjang Foodcourt 6 unit 3 orang 2,4 m2/org 44 m2
(Dapur)
ATM Center 3 unit 2 orang 1 m2/org 6 m2
36
Mushola 1 unit 20 orang 2,4 m2/org 48 m2
Luas Ruang Aktivitas Penunjang 156 m2
Sirkulasi 30% 47 m2
Total 203 m2
Kelompok Ruang Kebutuhan Ruang Sumber Jumlah Kapasitas Standard Besaran Ruang
Ruang
Kelompok Ruang Panel TS 2 Unit - 12 m2/unit 24 m2
Aktivitas Servis Listrik
Ruang Genset TS 1 Unit - 40 m2/unit 40 m2
Ruang Pompa dan TS 1 Unit - 20 m2/unit 20 m2
Water Tank
IPAL TS 1 Unit - 60 m2/unit 60 m2
TPS Sementara As 1 Unit - 30 m2/unit 30 m2
Gudang Peralatan As 1 Unit - 12 m2/unit 12 m2
Pos Keamanan As 1 Unit 2 orang 8 m2/org 8 m2
Luas Ruang Aktivitas Servis 194 m2
Sirkulasi 30% 58 m2
Total 252 m2
Kelompok Ruang Kebutuhan Ruang Sumber Jumlah Kapasitas Standard Besaran Ruang
Ruang
Kelompok Parkir Motor DA 1 Unit 150 Motor 0.75m x 2m = 1.5 m2/motor 225 m2
Aktivitas Parkir Parkir Mobil DA 1 Unit 40 mobil 2.5m x 5m = 12.5 m2/mobil 500 m2
Parkir Truk/ DA 1 Unit 4 Truk 8.5m x 2.5 = 21 m2/truk 84 m2
Bongkar Muat
Luas Ruang Aktivitas Parkir 809 m2
Sirkulasi 100% 809 m2
Total 1.618 m2
Maka, total luasan yang diperlukan adalah 2.403 + 190 + 203 + 252 + 1.618 = 4.666 m2
37
BAB IV
Alternatif Tapak 1
Data Lokasi
Kelurahan : Pedalangan
Alamat : Jl. Durian Raya 11-74, Pedalangan, Kec. Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah 50263
38
Gambar Denah Makro Tapak
Data Tapak
Keliling : 275 m
Luas : 4.760 m2
39
KDB : 60%
GSB :4m
Gambar Tapak
40
Alternatif Tapak 2
Data Lokasi
Kelurahan : Bulusan
Alamat : Jl. Bulusan Selatan Raya 9, Bulusan, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50277
41
Gambar Denah Mikro Tapak
Data Tapak
Keliling : 234 m
Luas :±3.300 m2
Orientasi : Barat
KDB : 60%
GSB : 2,5 m
42
Lebar Jalan :5m
Gambar Tapak
Alternatif Tapak 3
Data Lokasi
43
Kota/Kab : Kota Semarang
Kelurahan : Kramas
Alamat : Jl. Mulawarman Selatan Raya, Kramas, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50266
44
Gambar Denah Mikro Tapak
Data Tapak
Keliling : 351,50 m
Luas :±7.800 m2
KDB : 60%
GSB :4m
45
Gambar Tapak
46
Scoring Tapak
Berdasarkan scoring tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tapak yang terpilih merupakan alternatif tapak 1 yang berada
di Jl. Banjarsari Selatan, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah dengan ukuran 45 m x 85 m dan luasan lahan
3.800 m2 dan memiliki lebar jalan di depan tapak sebesar 8 m.
47
Analisis Tapak Terpilih
Tapak Alternatif 1: Jl. Durian Raya 11-74, Pedalangan, Kec. Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah 50263
- Analisis Topografi
48
- Analisis Matahari
49
Kelebihan : Tapak mendapat sirkulasi angin yang cukup fresh
dari arah selatan karena berbatasan langsung dengan
hamparan lahan hijau.
Kekurangan : Depan tapak/ dari arah utara terdapat bangunan
tinggi yang berpotensi mengurangi keefektifan
sirkulasi angin seperti seharunya.
Respon : Dapat memaksimalkan penghawaan alami dari sisi
selatan tapak sehingga pasar dapat meminimalkan
penggunaan energi listrik dan mendapatkan udara
fresh dari system cross ventilation yang nantinya
akan diterapkan.
50
- Analisis Pencapaian
51
Kelebihan : Tapak berada di pinggir jalan utama dan berdekatan
dengan titik-titik penting di daerah tersebut dan juga
bagi pasar itu sendiri. Tapak juga mudah diakses
karena dilewati oleh angkutan umum seperti BRT
dan pastinya dilihat oleh semua orang yang melintas.
Kekurangan : Jalan lumayan sempit sehingga berpotensi dapat
menimbulkan kemacetan.
Respon : Desain entrance yang menarik karena dapat
langsung dilihat oleh orang yang sedang lalu lalang.
Selain itu untuk menanggulangi macet yang mungkin
dapat ditimbulkan, parkiran nantinya didesain
menjorok ke dalam dan memiliki 2 gerbang yaitu
gerbang masuk dan keluar dikarenakan agar
kendaraan pengunjung tidak berhenti berlama-lama
di jalan tersebut sehingga dapat memutus kemacetan
yg ditimbulkan.
52
- Analisis View From Site
Kelebihan : Sisi selatan tapak memiliki potensi view berupa
hamparan lahan hijau yang masih belum diolah.
Kekurangan : Sisi utara tapak merupakan jalan raya sehingga tidak
dapat dimanfaatkan sebagai view dari tapak.
Respon : Desain nantinya dapat memaksimalkan bukaan pada
bagian sisi selatan dan barat daya sehingga dapat
memperoleh view yang menarik.
- Analisis Kebisingan
Kelebihan : Sumber kebisingan hanya berasal dari satu arah
yaitu utara tapak sehingga tidak begitu menyulitkan
ketika mendesain nantinya.
Kekurangan : Sisi utara tapak merupakan jalan utama berupa jalan
lurus yang sangat Panjang sehingga berpotensi
menjadi sumber kebisingan utama dari tapak.
Respon : Dapat mengaplikasikan partisi-partisi ataupun
vegetasi yang dapat menyerap suara kebisingan dari
jalan raya sehingga suara yang sampai ke dalam pasar
tradisional sudah tidak di taraf mengganggu. Selain
itu penataan massa bangunan yang lebih menjorok ke
dalam sangat cocok untuk diterapkan.
53
- Analisis Saluran Pembuangan
Kelebihan : Tapak sudah memiliki saluran pembuangan dengan
lebar lebih dari 1 meter tepat di depan tapak yang
menyambung ke bangunan kanan kiri tapak
begitupula dengan bangunan-bangunan yang ada di
seberang tapak.
Kekurangan :-
Respon : Ketika tapak akan digunakan diperlukan dag beton
sebagai akses ke dalam tapak di atas saluran
pembuangan
54
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
[1] A.C. Nielsen. (2009). Asia Pacific Retail & Shopper Trends. [online]
[2] Ryan, C. O., Browning, W. D., Clancy, J. O., Andrews, S. L., & Kallianpurkar, N. B. (2014). Biophilic design patterns: Emerging nature-
based parameters for health and well-being in the built environment. Archnet-IJAR, 8(2), 62–76. https://doi.org/10.26687/archnet-
ijar.v8i2.436
[3] Susilowati, K. D. S. (2014). The Impacts Of Modern Market To Traditional Traders (A Case In Malang City - Indonesia). International
Journal of Technical Research and Applications. 2(8), 38–44.
[4] Widaningsih, L. (2004). Post-modernisme dalam Karya Arsitektur Frank O . Gehry : Antara Imajinasi dan Profesionalisme. Universitas
Pendidikan Indonesia, 1–10.
[3] Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana
Perdagangan
[4] Belshaw, Cyril S. (1981). Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
[5] Hendri, Ma’ruf (2006). Pemasaran Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
[6] Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional
[7] Kasdi, A. (1995). Pengantar Dalam Studi Sejarah Suatu. Surabaya: IKIP.
[8] Lilananda, R. P. (1997). Transformasi pasar tradisional diperkotaan di Surabaya. Surabaya: Petra Christian University.
[9] Nasichin Khoirun. (2010). “Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten,Tema Sustainable Architecture”. Malang: Jurusan Teknik
Arsitektur Universitas Isalam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
[10] Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
55
[11] Ryan, C. O., Browning, W. D., Clancy, J. O., Andrews, S. L., & Kallianpurkar, N. B. (2014). Biophilic design patterns: Emerging nature-
based parameters for health and well-being in the built environment. Archnet-IJAR, 8(2), 62–76. https://doi.org/10.26687/archnet-
ijar.v8i2.436
[12] Davidson, D. (2013). Integrating Biophilic Principles and Therapeutic Design Elements in Outdoor Spaces for Children at Tucson Medical
Center. 8–87.
WEBSITE
http://www.acnielsen.de/pubs/documents/Retailand ShoppersAsiaTrends2009.pdf
http://jdih.kemendag.go.id/pdf/Regulasi/2021/PERMENDAG%20NOMOR%2021%20TAHUN%202021.pdf
https://kbbi.web.id/pasar
https://docplayer.info/53841462-Identifikasi-kondisi-pasar-tradisional-dijakarta-utara-dengan-pendekatan-konsep-pasar-pintar.html
http://www.kompas.com/kompascetak/0606/02/metro/2693747.
https://media.neliti.com/media/publications/78596-ID-dampak-keberadaan-pasar-modern-terhadap.pdf
http://repository.iainpalopo.ac.id/id/eprint/2205/1/MUHAMMAD%20IMRON.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/835/3/2TA12704.pdf
https://dataindonesia.id/ragam/detail/inilah-komposisi-penduduk-indonesia-berdasarkan-usia
http://eprints.itenas.ac.id/787/4/04%20Bab%201%20212017188.pdf
56