PAULUS MINTARGA
Semester Genap Tahun Ajaran 2019/2020
NAMA/NIM:
FEBIYANTI (052001700047)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan buku ini yang berjudul :
“Paulus Mintarga, Arsitek Otodidak Kreatif Pemerhati Lingkungan”. Buku ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi nilai untuk mata kuliah Kajian Konsep dan
Tokoh Arsitektur. Dalam penyusunan buku ini penulis mengalami kendala dan kemampuan yang
terbatas dari penulis dan penulis menyadari bahwa penyusunan buku ini masih terdapat banyak
sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Atas segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan buku ini, penulis sangat mengharapkan adanya masukan, kritik dan saran
yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan buku ini. Cukup
banyak kesulitan yang penulis temui, tetapi Alhamdullilah dapat atasi dan selesaikan dengan
baik. Akhir kata penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
mohon maaf atas kesalahan dalam kata atau pengucapan yang dilontarkan penulis. Sekian dan
terimakasih banyak.
Penulis
(Febiyanti)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………….………………………………………………………………………......i
DAFTAR ISI………………..……………………..……………….
……………………………………....ii
ABSTRAK……………………………………………………………………………………………..…..1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………...…………………………………………..……………….….......2
1.2 RUMUSAN MASALAH……………...…………………………………………..……………….
…...2
1.3 TUJUAN PENELITIAN……………...…………………………………………..……………….
…....2
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA……………...…………………………………………..
……….2
KESIMPULAN...………...………………………………………………………....…………………….21
UCAPAN TERIMAKASIH…...………...………………………………………....
…………………….22
DAFTAR PUSTAKA…...………...………………………………………....………………....………...23
ii
iii
PAULUS MINTARGA, ARSITEK OTODIDAK KREATIF PEMERHATI LINGKUNGAN
ABSTRAK
Paulus Mitarga merupakan salah satu Arsitek yang gemar mengeluarkan ide-ide kreatif nan segar dalam
mengolah material bekas. Berlatar belakang pendidikan Teknik Sipil di UNS tak menghalangi semangat
dan kreativitasnya dalam mendesain bangunan yang ramah lingkungan. Potensinya dalam berarsitektur
dia pelajari secara otodidak mengantarkannya untuk berkenalan dengan para Arsitek terkenal lainnya dan
dapat mendesain bangunan yang indah serta unik. Pekerjaan utama sebagai kontraktor yang tertarik akan
ketukangan mengantarkannya pada eksplorasi material terutama pada material bambu yang menjadi
kecintaannya hingga saat ini. Dari bermacam material yang ada disekitarnya, Paulus tertarik dengan
karakteristik material alam, seperti batu, tanah, kayu, dan termasuk bambu itu sendiri. Baginya, material
alam memiliki dan belum tereksplorasi olehnya.
Beliau juga merupakan arsitek yang mengawali pengadopsian gaya beton ekspos dan tangga melayang.
Selain sebagai peneliti bahan-konstruksi bangunan dan green architecture yang juga aktif dalam berbagai
kegiatan sosial dan kultural di Solo. Proyeknya pun tak jarang bermuatan misi sosial untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat disekitar Bangunan tersebut dibangun seperti bangunan yang didesain dibuat
lebih terbuka untuk berinteraksi dengan warga masyarakat sekitar. Yang dimana bisa dimanfaatkan
sebagai tempat beberapa perkumpulan kesenian dan tempat ini membuka diri untuk kegiatan mereka.
Beberapa karyanya yang terkenal yaitu, Rumah Rempah Karya (Surabaya), Bamboo Biennale, Green
Host Hotel (Yogyakarta), Rumah Turi (Solo), dan masih banyak lagi.
Kata Kunci : Otodidak, Material, Sosial, Konstruksi, Eksplorasi
ABSTRACT
Paulus Mitarga is one of the architects who can bring the fresh and creative ideas in design used scraps
materials. He graduated from Universitas Negeri Solo, his background study major was Structure
Engineering. His background does not impede his enthusiasm and creativity in designing
environmentally friendly buildings. His potential in architecture he learned by him-self led him to get to
know with the other famous architects and be able to designed the beautiful and unique buildings. His
main job as a contractor who was interested in craftsmanship led him to exploration of materials,
especially on bamboo material which has become his passion until now. Of the various materials that are
around him, Paul is interested in the characteristics of natural materials, such as stone, earth, wood, and
including bamboo itself. For him, natural materials have many potentials and never completely explored
by him.
He is also the architect who began the adoption of exposed concrete styles and floating stairs. Aside from
being a researcher in building construction materials and green architecture, he is also active in various
social and cultural activities in Solo. The project also have a social mission to advance for the other
people. The building was built and designed more open space to interact with the surrounding
community. Which can be used as a place for several arts associations and this place is open to their
activities. Some of his famous works are, Rumah Rempah (Surabaya), Bamboo Biennale, Green Host
Hotel (Yogyakarta), Rumah Turi (Solo), and many more.
1
Keywords: Self-taught, Material, Social, Construction, Exploration
I. PENDAHULUAN (Introduction)
2
menggunakan data sekunder berupa jurnal, artikel, juga situs di internet yang memuat konteks yang
sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Menurut pengertian yang sudah ada, maka dapat didefiniskan arsitek sendiri merupakan orang yang ahli
dalam bidang merancang dan perancanaan bangunan, atau dapat mengawasi kegiatan konstruksi,juga
dapat berperan memandu keputusan yang dapat membawa pengaruh pada aspek bangunan dalam sisi
budaya, estetika, atau masalah sosial.
1[ - 4]; [6]
https://id.scribd.com/doc/57673058/Definisi-Arsitektur-Menurut-Para-Ahli
[5]
https://mygraphite.co/2018/09/03/what-do-architects-do/
3
2.2. Definisi Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti; pengertian, gambaran mental dari objek, proses,
pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan. [7]
Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" (Brownislaw, 1967), menyatakan bahwa
konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat
pemikiran manusia.[8]
Soedjadi (2000 : 14), mengartikan konsep ke dalam bentuk atau suatu yang abstrak untuk
melakukan penggolongan yang nantinya akan dinyatakan kedalam suatu istilah tertentu. [9]
Bahri (2008 : 38), konsep adalah suatu perwakilan dari banyak objek yang memiliki ciri-ciri sama
serta memiliki gambaran yang abstrak.[10]
Secara umum, konsep merupakan kumpulan dari gagasan, pemikiran yang menjadi suatu dasar acuan
untuk mengarah akan sesuatu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep arsitektur merupakan
sebuah hasil dari pemikiran, ide dan berbagai gagasan yang akan digunakan sebagai dasar yang
kelak akan menjadi panduan untuk melakukan semua keputusan desain selanjutnya hingga desain
tersebut dapat terealisasikan. Sumber konsep desain dapat muncul dari tapak tempat bangunan akan
didirikan sesuai dengn kontekstualnya, latar budaya atau pun perpaduan seni serta pengetahuan
teknologi dan keingininan dari kline itu sendiri.
8[7]
Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 520.
[]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61280/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
[9, 10]
https://id.scribd.com/document/375331122/Pengertian-konsep-menurut-ahli-docx
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Profil Paulus Mintarga
Paulus Mintarga, lahir di Solo 23 Agustus, salah satu sosok arsitek yang mencintai lingkungannya dan
merealisasikannya melalui karya yang diciptakannya. Awalnya beliau memulai kiprahnya secara
profesional sebagai kontraktor. Pada awalnya Paulus yang hanyalah lulusan Teknik Sipil UNS yang tidak
memiliki ketertarikan akan dunia arsitektur. Sebelum menjadi seorang arsitek dan kontraktor. Sebelum
memulai karir sebagai kontraktor, Paulus pernah memiliki bengkel las, toko besi dan kaca, sehingga
sebelumnya sudah mengenal material-material. Inilah yang menyebabkan ia tertarik akan ketukangan
kemudian membawanya tertarik dalam meneliti berbagai material. Sekian banyak macam jenis material,
ia terkesima dengan material alam, seperti tanah, batu, kayu, dan bambu. Menurutnya, banyaknya variasi
material alam ternyata memiliki kualitas yang unik dan dapat dieksplorasi potensinya. Material alam yang
tidak seragam lebih menarik daripada material industri yang memiliki pola motif yang sama. Berbagai
macam eksplorasi material sudah ia lakukan dan ia melakukan percobaan dengan menggunakan kayu
dengan bambu yang ternyata kuat untuk bangunan sederhana atap pelana dengan bentang 2,5 m dan
mampu menahan beban dua orang.
Banyak sekali material yang memiliki makna yang berbeda, pekerjaannya sebagai kontraktor
memudahkannya untuk mendapatkan material-material sisa yang kemudian ia desain menjadi ruang yang
menarik secara estetika.
Ketertarikan akan dunia arsitektur bermula pada tahun 2000, saat itu ia pergi ke Jakarta untuk membantu
temannya yang ingin membuat rumah tinggal pribadi saat itulah pikirannya berubah setelah melihat
rancangan yang cukup unik dan merupakan hal baru baginya. Saat dari situlah, ia mulai berkenalan
dengan beberapa arsitek lainnya. Sekitar tahun 2003, ia sempat datang ke open house Rumah Ciganjur
yang dirancang oleh Adi Purnomo dan menurutnya sangat menarik. Sangat mengena dan menambah
semangatnya untuk mengeksplorasi desain menggunakan material-material alam lokal Nusantara.
5
Dari sinilah, Paulus berkenalan dan berinteraksi dengan Adi Purnomo. Selain berdiskusi tentang desain
dan arsitektur, Adi Purnomo juga terkadang bertanya mengenai keteknisan karena latar belakang Paulus
sebagai seorang kontraktor yang lebih mengerti. Saat pertama kali ia membuat rumah di Jakarta, banyak
arsitek yang menyukai karyanya ini. Karena kebetulan rumah yang ia buat di Jakarta menggunakan gaya
arsitektur material ekspos ala Tadao Ando yang saat itu sedang menjadi tren. Paulus termasuk salah satu
arsitek awal yang mengangkat gaya beton ekspos dan tangga melayang. Karena karya-karyanyalah,
Paulus dapat mendalami dunia arsitektur lebih luas lagi dengan berkenalan dengan beberapa arsitek yang
sudah terlebih dahulu terjun ke dunia arsitektur seperti Andra Matin, Idris Samad, Yu Sing dan Ahmad
Djuhara. Setelah beberapa saat, ia mulai merumuskan gagasan bahwa arsitektur harus memenuhi 8 hal:
semangat tempat, skala manusia, struktur, fungsi, material, estetika, berkelanjutan, kesadaran lingkungan,
alam, dan komunitas sosial.
Gambar 3. Paulus Mintarga saat Rempah Rumah Karya hadir di Jiexpo dalam IFFINA 2012
( sumber : https://bengcumenggugat.com/2012/03/16/rempah-rumah-karya-hadir-di-jiexpo-dalam-iffina-2012-hai-hai-pun-ngerumpi/paulus-
mintarga/)
Karya-karya Paulus lebih banyak berada di kota kelahirannya, yaitu Solo. Tahun 2005, ia mendesain dan
membangun Rumah Turi, yaitu butik hotel berkonsep ekologis yang mendapat banyak pujian dan
penghargaan. Paulus juga membangun sebuah workshop bengkel kreatif yang bernama Rempah Rumah
Karya, di Colomadu, sebuah daerah perbatasan Solo. Arti Rempah sendiri yaitu remahan sampah dan
kerap kali menjadi tempat kunjungan mahasiswa seni dan desain.
Paulus Mintarga juga mempromosikan kekriyaan Nusantara sebagai ciri khas dari desainnya maksudnya
adalah keahlian dalam arsitektur tidak hanya bahan bangunan, tetapi juga kerja sama dan kesadaran
lingkungan. Semua aspek ini ada di masa lalu Nusantara. Paulus Mintarga biasanya akan meneliti
material bangunan yang akan digunakan terlebih dahulu agar sesuai sebelum mulai mendesain proyek.
Paulus Mintarga terkadang mengerjakan desainnya selain menggunakan konsep Green Architecture dan
Nusantara Kontemporernya, ia juga mendesain berdasarkan filosofi konservasi yang ada didaerah tersebut
6
sehingga eksplorasi desain tidak terbatas yang hanya di situ-situ saja tetapi dapat berkembang. Ia berkata
bahwa konsep Green Architecture harus didasari pada efektivitas, efisiensi, dan mempertimbangkan
sosial ekonomi dan sifat masyarakat sekitar.
Di tahun 2004, Paulus Mintarga biro konsultan arsitek yang diberi nama timtiga bersama Indris Samad
dan Rully Noviant selama kurang lebih 4 tahun yang juga menangani lansekap dan interior. Dari tahun
2011 hingga saat ini, Timtiga tetap dilanjutkan oleh Paulus Mintarga dan menjadi bagian rempah rumah
karya, ruang kreatif bersama para seniman, arsitek, desainer, akademisi, profesional maupun komunitas,
yang didirikan di pinggiran Solo, di daerah Colomadu, Karanganyar. Lalu pada 2010 berubah menjadi
CV. Tim Tiga.
Selain menangani berbagai proyek sosial, Paulus Mintarga aktif dengan beberapa kegiatan dengan
menjabat sebagai berikut :
Ketua Umum ICCN (Indonesia Creative Cities Network – Jejaring Kabupaten Kota Kreatif
Indonesia) 2015 – 2017, ICCN merupakan organisasi independen yang bekerja sama dengan
pemerintah, akademisi, bisnis dan komunitas untuk mendesain City Plan menuju kota kreatif.
Berperan aktif sebagai Board of Director dan Divisi Desain dalam Solo Creative City Network
(SSCN).
Ketua Bidang R&D Desain ASMINDO (Asosiasi Mebel dan Kerajinan di Indonesia) untuk
kepengurusan tahun 2017-2022.Pada tahun 2010 menjadi berbadan hokum CV. TIM TIGA.
Menjadi pengurus Yayasan Rumah Karya Kreatif Indonesia.
Menurutnya proses ide kreatif tercipta berawal dari sekitarnya, melihat benda yang tersedia di sekitarnya,
lalu mengukur kemampuan dan potensi, lalu merealisasikannya secara bersama-sama. Sebagai contoh, ia
kerap kali tak memikirkan bentuk struktur dalam prosesnya melainkan hasilnya yang menggunakan
sumber daya yang ada secara efisien. Tiap langkah dari proses konstruksi membuka kemungkinan baru
yang dapat diimprovisasi. Dari improvisasi inilah desain mengalami evolusi, seiring bertambahnya
pengetahuan maka makin luas pula persepsi tentang desain itu sendiri. Menurutnya sebagai arsitek tanpa
‘ijazah’ desain adalah media untuk menyampaikan pesan dan didukung dengan mempelajari berbagai
media untuk berkomunikasi. Tak masalah memiliki pendidikan formal atau tidak, semua orang akan
melakukan hal yang sama pada akhirnya.
Desain menciptakan ruang untuk manusia, maka harus dirancang dengan mempertimbangkan skala
manusia. Dalam arsitektur, konsep waktu dan ruang itu penting. Ruang dapat menandakan waktu
berdasarkan kapan dirancangnya. Faktor dalam mendesain ruang yaitu untuk siapa, apa, kapan, di mana,
dan mengapa. Menjadi seorang arsitek, desain harus memiliki tujuan yang jelas, realistis, serta logis agar
tidak menyulitkan orang lain. Membuat konsep dan desain harus menjadi diri sendiri, memahami
kemampuan diri sebelum memahami sekitar. Setiap individu berbeda, dan memiliki potensi, jadi perlu
memahami diri sendiri untuk memahami peran kita di dunia.
7
III.2 Karya-karya Paulus Mintarga
8
Gambar 9. View di sekitar Rumah Rempah
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/21/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-rumah-rempah-karya)
Gambar 10. Entrance massa 1 Rempah Rumahkarya Gambar 11. Ruang Transisi Massa bangunan 1 dan 2
Rempah Rumahkarya
(Sumber : http://cafestudio8.blogspot.com/2011/07/rempah-rumahkarya-surakarta-l-arsitek.html)
Rumah Rempah Karya ini sendiri menarik baik dari bentuk massa bangunannya dan material yang
digunakan. Memiliki konsep sustainable architecture, struktur kontruksi pada Rumah Rempah ini
menggunakan baja CNP dengan finishing mengunakan material bekas seperti bambu, batu bata, kayu,
kawat, kaca, glassblock, keramik terakota, dan juga besi.
9
Gambar 12. Struktur atap dan struktur kontruksi bangunan pada Rumah Rempah dengan menggunakan besi bekas sebagai
penahan beban.
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/21/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-rumah-rempah-karya ,
http://cafestudio8.blogspot.com/2011/07/rempah-rumahkarya-surakarta-l-arsitek.html, )
Struktur atap bangunan menggunakan material baja bekas yang dirangkai lalu dibentuk melengkung dan
dilapisi besi wiremesh lalu diberi bambu yang dipecah kemudian ditutup aspal paper yang terbuat dari
bekas kantong sak semen dilapis aspal, terakhir ditutup ijuk. Untuk memaksimalkan penghawaan dalam
ruangan pada bagian atas atap ditumbuhi oleh tanaman rambat.
Material yang digunakan untuk fasad berupa potongan anyaman kayu sisa mebel kemudian menggunakan
teknik rajutan dan bundel. Ini merupakan teknik rajutan yang terinspirasi dari masyarakat tradisional yang
merajut manik-manik di Dayak. Pemasangan pada fasad sendiri tidak terlalu rapat agar sirkulasi udara
lancar dan pencahayaan alami dapat optimal. Dan juga sebagai variasi pada fasad, terdapat potongan kaca
sisa dibingkai dengan besi siku bekas kemudian ditempelkan.
10
Gambar 15 . Material seperti kayu bekas yang digunakan untuk penutup dinding Rumah Rempah
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/21/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-rumah-rempah-karya)
Gambar 16. Bak Penampung Air. Gambar 17 . Pralon bekas sebagai material lampu taman.
(Sumber : http://cafestudio8.blogspot.com/2011/07/rempah-rumahkarya-surakarta-l-arsitek.html)
Saluran irigasi disekitar bangunan dibiarkan mengenai dan mengalir tanpa ditutup atau diarahkankan ini
bertujuan agar tidak mengganggu ekosistem sawah dan pengairan di persawahan. Bangunan ini
menggunakan LED sebagai pencahayaan buatan pada malam hari agar hemat energi.
Pada lantai menggunakan material bambu yang difinishing plaster semen dan beberapa bagian
ditambahkan anyaman bambu. Selain itu, pada interior dinding bermaterial pecahan ubin juga terdapat
ornamen yang menghiasi dinding terbuat dari plat mobil bekas.
Pada Rumah Rempah Karya ini tersirat semangat kreativitas dimana tempat ini
terbuka sebagai masyarakat untuk berinteraksi seperti perkumpulan kesenian dan
tempat ini membuka diri untuk kegiatan mereka. Gagasan pada desain bangunan
ini seperti halnya rempah yaitu memiliki beraneka ragam warna, sebagia ciri
khas bangsa Indonesia yang memiliki berbagai kebudayaan dalam kehidupannya.
Gambar 19. Interior Massa 1 Remah Rumahkarya
(Sumber : http://cafestudio8.blogspot.com/2011/07/rempah-rumahkarya-surakarta-l-arsitek.html)
11
Gambar 20. Taman gantung dengan menggunakan material rangka batang baja bekas.
(Sumber : http://cafestudio8.blogspot.com/2011/07/rempah-rumahkarya-surakarta-l-arsitek.html)
12
Poin yang ditargetkan dalam merancang Rumah Turi sebagai dasar yaitu penghematan energi terhadap
lingkungan (saving energy concept) karena menggunakan material daur ulang yang ada di sekitar dan
bereksperimen dengan memproses ulang air limbah untuk tanaman di kebun dan menciptakan tempat
usaha yang efisien dalam jangka waktu lama, memperhatikan tata ruang, serta kontekstual dengan
budaya.
Gambar 23. Batu bata bekas pembongkaran di gunakan untuk area perkerasan taman
(Sumber : https://www.booking.com/hotel/id/rumah-turi-eco-boutique-solo.id.html)
Selain mengusung konsep daur ulang greywater Rumah Turi juga menerapkan konsep vertikultur. Konsep
vertikulturnya sendiripun berasal dari dinding bermaterial kayu dan bamboo sebagai kulit luar bangunan,
dimana dapat menyaring udara dan cahaya. Kulit luar ini bersifat organik dimana berperan sebagai media
antara manusia dengan alam. Rumah Turi menerapkan konsep eco-architecture dan arsitektur nusantara
yaitu arsitektur yang selaras dengan alam. Kemudian hotel ini memenangkan ASEAN Energy Awards
2012.
13
Gambar 25. Kamar Pada Rumah Turi Gambar 26. Teras kamar
(Sumber : https://ruang17.wordpress.com/2010/07/10/rumah-turi/ )
Pengolahan air greywater yang menciptakan efek hujan buatan di depan pintu kamar berupa nozzle yang
dipasang dengan jarak 60 cm di depan kamar agar dapat mengatur iklim menjadi sejuk. Konsep hemat
energi juga diwujudkan dalam sirkulasi udara pada Rumah Turi di rancang sehingga interior ventilasi
mendapat aliran udara alami. Ventilasi berada di bawah atap dan di setiap kamar tidur didesain dengan
adanya taman pribadi untuk ventilasi alami, dan kamar mandi dengan jendela untuk pencahayaan dan
penghawaan alami.
Tak jauh dari hotel terdapat restaurant dan perpustakaan yang berjarak sekitar 6 meter. Ini ditujukan
sebagai tempat untuk berkumpul dan diskusi bersama. Seperti namanya bagaikan pohon Turi yang
dimanfaatkan sebagai peneduh jalan maupun halaman rumah, juga dapat mengisi ruang antara
perumahan.
.
Gambar 28. View di lantai 2
(Sumber : https://ruang17.wordpress.com/2010/07/10/rumah-turi/ )
Penggunaan material yang ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan kembali material alam yang
sudah tidak terpakai ataupun mengambil langsung dari alam seperti, konstruksi utamanya menggunakan
profil baja bekas bongkaran gudang, beberapa penutup dinding dalam berupa pecahan keramik, dan
dinding luar disusun dari limbah industri mebel dengan teknik rajut atau ikat. Kayu limbah untuk
furniture, parket, dinding untuk vertical plant, dan ornament, bata ekspos, genteng tanah, tegel dan juga
paku – paku bekas yang disusun menjadi pagar.
14
Gambar 29. Pagar dari paku bekas
(Sumber : https://ruang17.wordpress.com/2010/07/10/rumah-turi/ )
Untuk cat dinding menggunakan serbuk batu bata dan dicampur genteng. Sementara pencahayaan buatan
menggunakan lampu LED pada kamar dan ruangan lainnya, pada restoran dipasang ratusan bohlam kecil.
Ini dapat menghemat listrik hingga 40%, dan hanya menghabiskan listrik sekitar 80 watt saja.
Pengaturan iklim mikro dan makro pada hotel, mampu meminimalkan penggunaan lampu di siang hari
juga AC di malam hari. Serta penggunaan solar panel untuk air panas di kamar mandi, berikut adalah cara
kerja Solar Water Heater itu sendiri :
Solar Water Heater bekerja menggunakan panel surya, yang disebut kolektor yang dipasang di
atap bangunan yang memakai alat pemanas air tenaga surya. Panel mengumpulkan panas
matahari dan menggunakan untuk proses memanaskan air. Proses pemanasan itu dilakukan dan
disimpan dalam sebuah alat yaitu silinder air panas.
15
Gambar 31. Tanaman akar wangi pada kolam penampungan grey water, air yang masuk kesini digunakan kembali untuk menyiram
tanaman dan juga sebagai hujan buatan pada pagi hari.
(Sumber : https://www.booking.com/hotel/id/rumah-turi-eco-boutique-solo.id.html)
Cara penyiraman tanaman-tanaman di Rumah Turi menggunakan konsep hujan buatan dimana air yang
berasal dari, kamar mandi atau mencuci tangan (greywater) dialirkan melalui pipa ke sebuah lahan
penampungan air kotor, dimana sudah ditanami tumbuhan akar wangi, sejenis tumbuhan yang dapat
menyerap dan mengumpulkan air. Setelah air terkumpul, pompa mengalirkan air ke tangki yang telah
dipasang penyaring. Untuk menyedot air untuk didistribusikan ke tangki memakai tenaga listrik, dan
menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkannya dengan memakai pipa yang terssalur ke tanaman. Air
yang sudah tersaring akan mengalir setelah tutup penghalang tangki terbuka yang dipasang sprinkler di
ujung pipa sehingga air akan membasahi tanaman dan penyiraman dilakukan sebanyak 3 kali sehari.
Rumah Turi ini memiliki kriteria bangunan dengan konsep Green Architecture seperti : indoor
environmental quality, energy efficiency material and resource selection, sustainable site development,
water efficiency.
3. Green Host Boutique Hotel, Yogyakarta (2013)
Hotel yang satu ini sangatlah unik, karena Paulus Mintarga tetap mempertahankan konsep Green
Architecture Sustainable Design miliknya dengan menekanan pemanfaatan energi, efisiensi
pemilihan material bangunan, tata sirkulasi udara dan penghematan
penggunaan air ditengah kota Yogyakarta terkenal akan bangunan keraton bersejarah dan berbagai
bangunan zaman Belanda.
16
Gambar 33. Fasad Green Host Hotel, Yogyakarta.
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/24/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-greenhost-boutique-hotel,
https://emilliegarden.com/arsitektur-hijau-di-greenhost-boutique-yogyakarta/)
Fasad hotel dihiasi dengan tanaman lee kwan yew yang merambat di balkon kamar, tanaman ini dapat
memberikan pengaruh iklim makro dan mikro pada suhu ruangan didalamnya.
Gambar 34. Void dan Kolam Renang Green Host Hotel, Yogyakarta.
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/24/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-greenhost-boutique-hotel)
Material dinding lobby merupakan tumpukan potongan kayu sisa industri dan ditambah dengan lantai
papan kayu dengan plesteran semen ekspos juga lantai lobby yang menggunakan plaster semen ekspos
dan kombinasi kayu. Lalu dinding lift juga difinishing dengan kayu dan pada lantai koridor dengan floor
hardener yang difinishing halus dan besi sebagai railing tangga.
17
Gambar 36. Tangga dan Lantai pada Koridor Green Host Hotel, Yogyakarta.
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/24/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-greenhost-boutique-hotel)
Susunan pipa paralon berlubang untuk tanaman hidroponik dengan konsep agricafture (kombinasi antara
agrikultur dan craftman) di sepanjang area koridor kamar. Pipa juga berfungsi sebagai railing antara
koridor dengan void.
Gambar 37. Koridor Green Host Hotel, Yogyakarta.Gambar 38. Material daur ulang sebagai interior.
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/24/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-greenhost-boutique-hotel)
Terdapat 96 kamar dengan 7 variasi desain kamar hasil rancangan Ivan Christianto. Tiap kamarnya
mempunyai nuansa industrialis karena kombinasi bata ekspos, kayu dan semen ekspos. Furniture pun
menggunakan barang daur ulang.
Di lantai atas terdapat rumah kaca, sebagai roof garden yang ditanami bermacam sayuran organik dengan
menggunakan pipa paralon dengan sistem hidroponik. Kemudian hasil kebun tersebut dipakai untuk
kebutuhan dapur restoran dan dijual beli. Ini secara tidak langsung mengajak pengunjung untuk
memahami konsep city farming dengan menanam dan mengurangi sampah makanan untuk mencegah
kerusakan lingkungan.
18
Gambar 40. Roof Garden.
(Sumber : https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/24/a-week-of-paulus-mintarga-kad-bicara-greenhost-boutique-hotel,
https://emilliegarden.com/arsitektur-hijau-di-greenhost-boutique-yogyakarta/)
Pada tiap lantai ditanam vegetasi yang menjuntai kebawah yang berwadahkan wadah bekas yang
diletakkan di tiap sudut lantai.
Bamboo Biennale 2014 merupakan acara pameran instalasi yang bertemakan born (“lahir”) untuk
melestarikan budaya bambu. Terdapat sebanyak 15 instalasi bambu ditampilkan kolaborasi arsitek,
pengrajin, seniman, dan mahasiswa dipamerkan di Benteng Vastenburg dari 31 Agustus-28 September
2014. Salah satu tokoh penting yang ikut andil dalam Bamboo Biennale 2014 adalah Paulus Mintarga.
Paulus Mintarga membuat acuan dasar agar karya-karya yang dihasilkan dapat memiliki tujuan sama,
yaitu untuk mendiversifikasi produk, memberikan nilai tambah.
Gagasan Bamboo Biennale ini berawal dari ketidaksengajaan. Tahun 2010, budayawan Solo bernama
Mbah Prapto meminta Paulus untuk mendesain tempat pertunjukan tari di Candi Sukuh. Dengan konsep
suasana pasar agar dapat digunakan untuk berjualan. Lalu Paulus membuat tempat pertunjukan tersebut
19
dengan bamboo agar biaya material murah. Ia membuat gazebo dalam berbagai ukuran. Gazebo ditutup
dan diberi pencahayaan, lalu gazebo inilah yang menjadi latar pertunjukan di malam hari.
Kemudian Paulus membawa karya pertunjukannya ini ke tempat singgah miliknya di Tawangmangu agar
tidak ada limbah tersisa yang terbuang dari pertunjukan. Tak lama, Mbah Prapto meminta tolong untuk
pertunjukannya di Candi Borobudur. Dari sinilah, Paulus berkenalan dengan almarhum Galih Wijil
Pangarsa, dosen Arsitektur di Universitas Brawijaya. Galih ini yang mengenalkan dirinya dengan arsitek-
arsitek tersohor seperti Yu Sing, Adi Purnomo, Eko Prawoto, Budi Pradono, dan lainnya. Paulus dan
rekan arsitek merumuskan gagasan acara yang bernama Merajut Bambu.
Merajut Bambu berfokus pada kemasyarakatan disekitarnya, jadi Paulus dan beberapa arsitek memilih
tempat diselenggarakannya di desa dekat Candi Borobudur. Dibuat bale ajar dimana proses
pembuatannya diikuti oleh seluruh mahasiswa se Indonesia. Kegiatan inipun tetap berlanjut di tahun
berikutnya dengan proyek merancang menara di Pondok Tingal, Borobudur. Dari Merajut Bambu
tercetuslah gagasan mengeksplorasi material bambu lalu menjadi ide untuk menyelenggarakan acara
Bamboo Biennale. Ide ini pun mendapat berbagai dukungan dari Pemerintah Kota Solo, arsitek-arsitek,
Solo Creative City Network (SCCN) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Hal yang membedakan Bamboo Biennale dan lainnya yaitu proses kreativitas para peserta sebelum
pameran berlangsung dan bermacam kegiatan mempromosikan bambu sebagai material pengganti yang
dapat terbarukan. Paulus Mintarga percaya bambu dapat menjadi material masa depan yang mempunyai
banyak potensi karena proses regenerasinya yang cepat dibanding kayu dan sama kuatnya. Dan Paulus
pun mempromosikan agar arsitek dan desainer di Indonesia menggunakan bambu sebagai rangka atau
memasukkannya dalam rancangan yang lebih luas.
Karya Paulus Mintarga dalam Bamboo Biennale yaitu Sangkar Manu(k)sia, oleh Paulus Mintarga dan
Oky Kusprianto. Sangkar Manu(k)sia merupakan hasil kolaborasi instalasi bermaterial bambu antara
Paulus Mintarga dan Oky Kusprianto bekerja sama dengan Pramono dan Mardi sebagai pengrajin.
Instalasi bambu ini berbentuk sangkar burung dengan skala besar dan berskala manusia.
Ini dianalogikan seperti sarang burung yang kerap kali estetika seni pada bentuknya diabaikan karena
orang-orang fokusnya lebih tertuju kepada burung yang hidup di dalam sangkar. Pengandaian ini persis
seperti bambu yang memiliki potensi tetapi dilupakan karena banyaknya material produksi yang dianggap
lebih efisien dan modern di jaman sekarang ini. Sangkar Manu(k)sia ingin mengubah sudut pandang
masyarakat pada bambu, media sangkar burung yang dianggap pelengkap sebagai rumah burung, juga
menjadi rumah tempat manusia beraktivitas.
20
KESIMPULAN
Dari beberapa karya yang sudah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa Paulus Mintarga adalah seorang
arsitek yang mengusung Konsep Green Architecture karena semua bangunannya menerapkan dan
memenuhi indikator bangunan berkonsep Green Architecture. Ini dapat dilihat dari penggunaan material
material alam dan penggunaan material daur ulang (energy efficiency material and resource selection),
juga konsep hemat energi yang diterapkan diberbagai aspek pada karyanya, seperti penggunaan system
panel tata surya untuk solar water heater, menggunakan sistem vertikultur untuk memaksimalkan bukaan
pada fasad agar pencahayaan alami dan penghawaan alami dapat menekan penggunaan lampu dan AC
(indoor environmental quality) juga menanam berbagai tanaman di sekitar bangunan, water efficiency
yang memanfaatkan air bekas mandi, mencuci (greywater) lalu di saring oleh tanaman akar wangi yang
kemudian dikumpulkan lalu disalurkan ke tanaman-tanaman dengan cara membuat hujan buatan yang
juga dapat mengatur suhu di banguna tersebut, keberadaan unsur hijau berupa taman dengan vegetasi
beragam mulai dari tanaman rambat hingga tanaman vertikal yang juga dapat menghias fasad bangunan
ataupun interior. Juga memanfaatkan barang-barang bekas sebagai interior yang menghias ruangan. Lalu
pemanfaatan rooftop sebagai tempat menanam dengan cara hidroponik dan aspek lain yang menggunakan
prinsip pemanfaatan alam yang selaras alam (sustainable site development).
Selain itu, karya-karya Paulus Mintarga ini sendiri selalu mempunyai makna mendalam dan ia berharap
karyanya dapat bernilai sosial yang mempunyai dampak yang baik bagi sekitarnya untuk masyarakat dan
juga bagi lingkungan.
21
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah rahmat dan kasih karunia-
Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam menyelesaikan buku ini terdapat banyak kendala yang dihadapi dan berkat doa, dukungan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga akhirnya penulisan buku ini dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, Saya sebagai penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu :
1. Dr. Ir. Martinus Bambang Susetyarto, MT., selaku dosen pengampu utama mata kuliah Kajian
Konsep dan Tokoh Arsitektur.
2. MT, Ir. Dani Dwiyandana, MT., selaku dosen pendamping asistensi mata kuliah Kajian Konsep
dan Tokoh Arsitektur.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segalanya.
Akhir kata, penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan
masukan bagi pengembang dunia pendidikan. Mohon maaf sebesar-besarnya bila ada salah dalam
penyebutan kata dan kalimat. Terimakasih.
Penulis
(Febiyanti)
22
DAFTAR PUSTAKA
[ - 4]; [6]
https://id.scribd.com/doc/57673058/Definisi-Arsitektur-Menurut-Para-Ahli (diakses pada tanggal 12
April 2020)
[5]
https://mygraphite.co/2018/09/03/what-do-architects-do/ diakses pada tanggal 12 April 2020)
[7]
Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 520. (diakses pada tanggal 12 April 2020)
[8]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61280/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
(diakses pada tanggal 12 April 2020)
[9, 10]
https://id.scribd.com/document/375331122/Pengertian-konsep-menurut-ahli-docx (diakses pada tanggal
12 April 2020)
[11]
https://media.rooang.com/2014/09/paulus-mintarga-dan-kecintaannya-pada-material/ (diakses pada tanggal
12 April 2020)
[12]
https://sarasvati.co.id/news/architecture/01/arsitek-indonesia-pilihan/7/ (diakses pada tanggal 12 April 2020)
[13]
https://www.indesignlive.co.id/home-slides/paulus-mintarga (diakses pada tanggal 12 April 2020)
[14]
https://www.youtube.com/watch?v=_usyE5L081M&t=63s (diakses pada tanggal 12 April 2020)
[15]
https://www.youtube.com/watch?v=feGYm9c2SGs&t=119s (diakses pada tanggal 12 April 2020)
[16]
https://www.youtube.com/watch?v=Wur7_zFOaWE (diakses pada tanggal 12 April 2020)
[17]
http://forum.jalan2.com/topic/8635-rumah-turi-penginapan-yang-ramah-lingkungan/ (diakses pada tanggal
14 April 2020)
[18]
http://rumahturi.com/testi.html#sthash.cOOPHV7v.xYf3untA.dpuf (diakses pada tanggal 14 April 2020)
[19]
http://www.konteks.org/paulus-mintarga-bambu-punya-peluang (diakses pada tanggal 14 April 2020)
[20]
https://emilliegarden.com/arsitektur-hijau-di-greenhost-boutique-yogyakarta/ (diakses pada tanggal 15 April
2020)
[21]
https://ruang17.wordpress.com/2010/07/ (diakses pada tanggal 15 April 2020)
[22]
http://cafestudio8.blogspot.com/2011/07/rempah-rumahkarya-surakarta-l-arsitek.html (diakses pada tanggal
15 April 2020)
[23]
https://www.kadfirmaarsitektur.com/post/2018/07/19/aweekofpaulusmintarga-kad-bicara-rumah-turi
(diakses pada tanggal 15 April 2020)
[24]
http://forum.jalan2.com/topic/8635-rumah-turi-penginapan-yang-ramah-lingkungan/ (diakses pada tanggal
16 April 2020)
[25]
http://rumahturi.com/testi.html#sthash.cOOPHV7v.xYf3untA.dpuf (diakses pada tanggal 16 April 2020)
[26]
http://www.konteks.org/karya-karya-instalasi-bamboo-biennale-2014 (diakses pada tanggal 16 April 2020)
[27]
https://issuu.com/arcaka/docs/arcaka__3_final (diakses pada tanggal 16 April 2020)
23