Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG SEMESTER GENAP, TA.2017

APRESIASI BUDAYA
ARSITEKTUR
APRESIASI BUDAYA PADA ARSITEKTUR BANGUNAN RUMAH JENGKI

HARIL AGUSTIN 11 25110204


DOSEN PEMBIMBING : FAJAR SADIK ISLAMI, ST .MSc.
APRESIASI OBYEK ARSITEKTUR
RUMAH JENGKI

Arsitektur Jengki menjadi pelopor arsitektur di Indonesia pasca kemerdekaan dan


berkembang pada tahun 1950-1960. Meski berumur cukup pendek, arsitektur jengki muncul
sebagai bentuk perlawanan (dalam bidang arsitektur) pada kolonialisme serta semangat
pencarian jati diri arsitektur Indonesia. Kita ingat dalam pelajaran sejarah bagaimana Bung
Karno pada tahun yang sama sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan, untuk
menunjukkan jati diri bangsa Indonesia kepada dunia.
ARSITEKTUR RUMAH JENGKI
Istilah jengki memang tidak populer dikalangan anak muda sekarang. Karena istilah ini
sebenarnya banyak ditemui di tahun 1970-an, misalkan celana jengki, merujuk pada celana yang
ketat dan sangat kecil bagian bawahnya. Juga sepeda jengki, serta perabot yang juga muncul
di tahun 1970-an kita kenal dengan sebutan meja jengki. Istilah jengki banyak digunakan untuk
menyebut gaya-gaya serta karakter yang tidak populer pada saat itu. Meminjam istilah sekarang,
jengki dapat dikatakan sepadan dengan istilah anti-mainstream.
Masih berhubungan dengan sejarah Indonesia, ketika orang-orang Belanda pulang ke negerinya,
praktis para arsitek-arsitek Belanda juga ikut kembali meninggalkan orang-orang Indonesia yang
menjadi ahli bangunan dan asisten para arsitek Belanda. Sayangnya, arsitek angkatan pertama
ini belum memiliki pengetahuan akan arsitektur yang madani. Bahkan, kebanyakan langgam ini
dipelopori oleh tukang-tukang bangunan masa itu. Namun dengan semangat penolakan
kolonialisme tadi, arsitektur jengki akhirnya lahir dengan bentuk bentuknya yang unik.
Meski sering disalah-kenal dengan rumah-rumah kolonial peninggalan Belanda (umumnya kita
sama-sama menyebutnya dengan rumah kuno), arsitektur jengki memiliki ciri dan bentuk yang
sama sekali berbeda dengan arsitektur kolonial. Seperti telah disebutkan di atas, arsitektur jengki
lahir dari semangat penolakan kolonialisme. Maka jika kita perhatikan, sebenarnya bentuk
arsitektur jengki dan kolonial jauh berbeda. Jika arsitektur kolonialisme didominasi bidang
horisontal dan vertikal serta bentuk yang geometris, maka arsitektur jengki secara umum memiliki
ciri unik dengan permainan bidang yang tidak simetris, garis-garis lengkung, serta jauh dari kesan
kaku.
CIRI ARSITEKTUR JENGKI
Atap yang tidak lazim
Rumah-rumah jengki umumnya menggunakan atap pelana yang tidak lazim. Banyak atap
yang berupa patahan dengan perbedaan ketinggian yang kemudian diselipkan ventilasi
sebagai media pembuangan panas pada atap. Selain itu atap-atap rumah jengki memiliki
kemiringan yang curam sebagai bentuk tanggap iklim tropis yang curah hujannya tinggi.

Gambar 2.
(Repro: Tabloid Rumah 20 Juli02 Agustus 2004).
Dinding yang Unik
Sebagai konsekuensi penggunaan atap pelana, rumah-rumah jengki memiliki dinding cukup
lebar pada tampak bangunan. Disinilah munculnya kreatifitas arsitek-arsitek jengki
menghadirkan tampak bangunan. Dinding yang miring dan membentuk bidang segi lima
menjadi ciri yang lazim kita temui pada arsitektur jengki. Selain itu dinding dihias dengan motif-
motif alam. Ada pula yang ditutup dengan batu alam yang disusun tidak teratur. Hal ini
merupakan penerapan anti-geometri dan anti-tegak lurus pada masa itu.
Beranda
Keberadaan beranda atau teras merupakan elemen mutlak dalam arsitektur tropis juga
disadari oleh para arsitek jengki. Teras berfungsi sebagai ruang penerima tamu, tempat
berteduh, dan tak sedikit sebagai aksentuasi pintu masuk. Bandingkan dengan ukuran teras
rumah-rumah sekarang yang semakin mengecil, teras pada rumah jengki masih memiliki
kesan yang luas dan selaras dengan pekarangan. Atap teras sendiri memiliki bentuk yang
berbeda-beda pada rumah jengki sebagai fungsi aksentuasi. Yang umum kita lihat adalah
atap beton yang melengkung maupun yang ditekuk-tekuk sebagai perlawanan terhadap
bentuk modern yang datar dan monoton (bayangkan, dengan ilmu arsitektur dan konstruksi
yang belum madani para arsitek jengki telah menghasilkan desain beton yang ditekuk!).
Permainan Bentuk Kusen dan Perletakan Jendela

Masih dengan semangat anti-simetris, bentuk kusen yang asimetris


dan permainan letak jendela yang tidak sejajar menunjukkan
kesan tersebut. Selain itu banyaknya bukaan jendela sebagai
sarana penghawaan dan pencahayaan yang alami berlawanan
dengan jendela rumah sekarang yang semakin lama semakin
mengecil (desain minimalis, jendela minimal?). Penyesuain desain
kusen dan jendela yang lebar dan besar juga menunjukkan bahwa
arsitektur jengki tanggap terhadap iklim tropis.
Krawang atau Rooster

Penggunaan krawang atau rooter merupakan penyesuaian terhadap iklim tropis. Fungsi
utamanya adalah sebagai ventilasi untuk pergantian udara secara alami. Selain itu dengan
bermacam-macam bentuk dari segilima, segitiga, lingkaran, hingga trapesium tak beraturan
menjadi ekspresi estetika pada rumah jengki.
Elemen Dekoratif pada Tampak Bangunan

Elemen-elemen dekoratif merupakan ungkapan para penghuni serta kreatifitas para arsitek jengki.
Maka kita menemukan satu ciri dekorasi yang sama antara satu rumah jengki dengan yang lain.
Ragam dekoratif kreasi arsitek jengki kebanyakan kombinasi-kombinasi garis lengkung dengan
motif alam, ataupun pola-pola garis vertikal dan horisontal. Elemen ini dapat kita lihat pada dinding
atau pada kolom bangunan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari artikel diatas adalah, Rumah gaya jengki terancam
punah, karena pemilik menganggapnya sudah kuno dan ketinggalan zaman serta
berusaha merubah bentuknya menjadi bentuk lain agar sesuai dengan zaman
sekarang. Rumah gaya jengki pada umumnya mengunakan atap pelana dengan
kemiringan yang curam sebagai bentuk tanggap iklim tropis, variasi bentuk dengan
penggabungan bidang segi lima dan segi empat. Mempunyai nilai keindahan atau
estetika dilihat dari komposisi bidang yang tidak simetris dan penggunaan bahan yang
bervariasi. Mempunyai makna untuk mengekspresikan gaya hidup pola kebudayaan
adaptif pada zamannya. Mencerminkan semangat nasionalisme atau dapat dimaknai
sebagai simbol perjuangan menentang kolonialisme lewat media arsitektur.
DAFTAR PUSTAKA
http://media.rooang.com/2014/08/jengki-gaya-arsitektur-pasca-
kemerdekaan/

Anda mungkin juga menyukai