TESIS
OLEH
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
TESIS
OLEH
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
TESIS
Oleh
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc) (Ir. Seri Maulina, Msi. PhD)
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelas Magister Teknik bidang
berisi kajian tentang kajian penerapan ekodrainase pada perumahan dengan studi
Proses penelitian dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Bersama ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc
dan Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan membuka wawasan penulis selama proses penelitian dan
penyusunan tesis.
Kepada para dosen penguji, Bapak. Ir. N Vinky Rahman, MT, Bapak. Ir.
Novrial, M.Eng, Ibu Ir. Basaria Talarosha, M, penulis mengucapkan terima kasih atas
saran dan kritik Dalam rangka memperDalam materi dan kajian literatur tesis ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Dwira N. Aulia,
M.Sc, PhD, selaku Ketua Jurusan Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera
Utara, Ibu Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Phd, selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Arsitektur dan dosen mata kuliah Metodologi, para dosen pengajar Magister Teknik
Arsitektur USU yang telah memberikan pengajaran selama proses perkuliahan dan
staf pegawai yang telah membantu dalam hal administrasi yang diperlukan.
iii
Ibu mertua, Saudara-saudara saya terkasih Mbak Ila, Mas Eko, Mbak Retno, Mbak
Diaz, Bang Khatib, Mbak Iin, Mbak Niken, dan seluruh keponakan atas dukungan
dan semangatnya.
Kepada suamiku tercinta, Irfan, ST dan anak tercinta Naufal Fadhillah, terima
seluruh teman dan rekan kerja saya, serta semua pihak yang telah membantu dan
Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan dan memiliki
banyak kekurangan. Namun begitu, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi
bagi pihak-pihak yang berkaitan. Adapun kritik dan saran sangat diharapkan untuk
Penulis,
iv
Indah Novita Sari, anak bungsu dari Soepardi dan Nani Sabariyah, lahir di
Negeri 17 Medan pada tahun 1993 dan SMU Negeri 11 Medan pada tahun 1996.
Estetika dari tahun 2000 hingga 2002. Selanjutnya bergabung di Ciputra Group
menangani proyek CitraGarden dan CitraLand Bagya City Medan dari tahun 2002
hingga sekarang.
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
vi
vii
viii
ix
1.4 Siklus Hidrologi Terbuka Aliran Permukaan dan Aliran Air Tanah
Dalam Sistem Hidrologi ......................................................................... 7
1.6 Sumur Resapan Air Hujan Biopori disediakan di Setiap Rumah ........... 17
2.10 Wadi, Tanah Rerumputan untuk Resapan dan Infiltrasi Air Hujan ....... 53
5.2 Peta Lokasi Banjir di Perumahan Citraland Bagya City Sekitarnya ....... 87
5.3 Peta Kondisi Parit Sebelum dikembangkan Citraland Bagya City ........ 88
xi
5.17 Ruang Terbuka Halaman Rumah di Perumahan Citraland Bagya City ..... 107
5.18 Danau yang Sudah dibangun di Perumahan Citraland Bagya City ........ 109
5.19 Jalan Rigid Beton Finishing Aspal di Perumahan Citraland Bagya City 110
5.22 Foto Paving di Jalan Pedestrian Citraland Bagya City .......................... 113
5.23 Analisa Ruang Terbuka Masterplan Perumahan Citraland Bagya City.. 115
5.24 Komposisi Ruang Terbuka di Perumahan Citraland Bagya City. ......... 116
5.25 Kajian Kebutuhan Danau di Perumahan Citraland Bagya City .............. 118
xii
5.33 Rencana Drainase Makro di Perumahan Citraland Bagya City .............. 124
5.36 Foto Posisi Sumur Resapan di Halaman Depan dan Belakang Rumah
Citraland Bagya City............................................................................... 127
5.39 Metode Modifikasi Lansekap dari Perumahan Citraland Bagya City .... 130
5.40 Metode Modifikasi Lansekap dari Perumahan Citraland Bagya City .... 131
6.1 Foto Banjir di Kawasan Perumahan Citraland Bagya City pada Tahap
Pembangunan Infrastruktur ..................................................................... 135
6.2 Foto Banjir di Kawasan Perumahan Citraland Bagya City pada Tahap
Pembangunan Infrastruktur ..................................................................... 136
6.5 Penerapan Sumur Resapan di Dalam Kawasan Citraland Bagya City ... 141
7.1 Siklus Ekodrainase dan Run Off di Citraland Bagya City ...................... 154
xiii
2.1 Analisis Kuantitatif yang Berhubung dengan Hujan dan Banjir Dengan
Sistem Saluran Air Terbuka di Kota Baru : Membandingkan
Kota Almere di Belanda dan Tianjin China ............................................ 37
5.1 Tabel Curah Hujan BMG lokasi Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. ....................................................................... 87
5.2 Analisa Elemen Ruang terbuka di CitraLand Bagya City. .................... 104
6.2 Tabel Analisa Nilai Koefisien Daerah Aliran Run Off (C)
CitraLand Bagya City ............................................................................. 149
xiv
ii
dari produk suatu proses desain terhadap ekosistem dan sumber daya bumi serta
pemberian prioritas terhadap penyisihan yang terus berjalan dan menimalisir dampak-
dampak merugikan tersebut (Yeang, 1995). Perancangan ekologis dapat lebih berhasil
bila dikembangkan di perumahan skala besar (puluhan atau ratusan hektar) karena
kompleksitas masalahnya (Surarjo, 2010). Saat ini semakin banyak perumahan yang
terhadap lingkungan. Pengelolaan air kotor yang ekologis atau ekodrainase adalah
air kelebihan melalui saluran ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga
tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir (Stephens Kim A, 2002).
merupakan latar belakang munculnya ekologi disain, sustainable disain dan arsitektur
hijau, yang mana isu ini sudah lama berkembang yang diawali dari Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) bumi di Rio de Jeinaro pada bulan juni 1992 menyepakati
wawasan ekologi dalam kegiatan pembangunan dengan tujuan manusia dapat hidup
yang terjadi karena perilaku manusia selama ini telah mengubah keteraturan alam.
Alam tidak lagi sepenuhnya dapat berkompromi dengan kebutuhan manusia dalam
lingkungan hidup semakin meningkat. Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (KTT) ini
menghasilkan Agenda 21 Global atau Agenda Rio 21 yang merupakan program kerja
besar untuk abad 20 sampai abad 21 yang mewujudkan hubungan kemitraan global
yang bertujuan terciptanya keserasian antara dua kebutuhan penting, yaitu lingkungan
yang bermutu tinggi dan perkembangan serta pertumbuhan ekonomi yang sehat bagi
Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air tidak
mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan manusia,
hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan, sumber energi, dan
berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk hujan lebat dan banjir, air
juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan kerugian harta dan jiwa, serta
Distribusi air baik yang diatur oleh alam atau hasil rekayasa manusia, dapat
terdistribusi dengan tidak merata seperti jumlah air yang terdistribusi terlalu banyak
atau sedikit. Ketersediaan air yang berlebih atau terlalu banyak membutuhkan
sistem drainase.
Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai
karakteristik yang unik dibandingkan dengan sumber daya alam yang lainnya. Air
bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang
berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang
tahun. Namun pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbarukan, misalnya pada
kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah membutuhkan waktu
ribuan tahun , sehingga bilamana pengambilan air tanah secara berlebihan, air akan
habis. Pasokan air di bumi terus-menerus diganti melalui siklus alami yang disebut
dan jatuh kembali ke permukaan sebagai presipitasi. Air adalah senyawa kimia yang
paling akrab dari semua senyawa kimia yang dikenal manusia. Bahkan, tubuh
manusia terutama terdiri dari air. Air adalah senyawa kimia tunggal yang molekul
terdiri dari dua atom hidrogen yang terikat pada satu atom oksigen. Rumus kimia dari
senyawa ini adalah H2O. Menimbang bahwa atom hidrogen beratnya hanya sekitar
satu-enam belas sebanyak atom oksigen, sebagian besar berat dalam air adalah karena
oksigen: 88,8% dari berat adalah oksigen dan 11,2% adalah hidrogen.
dengan istilah siklus hidrologi. Proses perjalanan air dalam siklus hidrologi secara
uap/gas atau air yaitu mulai dari evaporasi dari laut, butiran air di udara, hujan di laut
dan di darat, aliran permukaan dan aliran air tanah A+B+C+D=E+F+G (Kodoatie
Robert J, 2010).
Siklus hidrologi seperti ditunjukan dalam Gambar 1.1 dan 1.2 merupakan
konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Siklus hidrologi juga
menunjukan semua hal yang berhubungan dengan air. Bila dilihat keseimbangan air
secara menyeluruh maka air tanah dan aliran permukaaan: Sungai, danau, penguapan.
Merupakan bagian-bagian dari beberapa aspek yang menjadi siklus hidrologi menjadi
seimbang sehingga disebut dengan siklus hidrologi yang tertutup. Secara diagram
Pada lokasi tertentu, aliran air permukaan dapat merupakan satu atau lebih
sub-sistem dan tidak lagi tertutup, karena sistem tertutup itu dipotong pada suatu
bagian tertentu dari seluruh sistem aliran permukaan.Transportasi aliran diluar bagian
aliran air permukaan merupakan masukan dan keluaran dari subsistem aliran air
permukaan tersebut. Demikian juga dengan aliran air tanah. Gambar 1.4 menunjukan
gabungan sub-sistem aliran air tanah, aliran permukaan dan hidrologi yang
Gambar 1.4 Siklus Hidrologi Terbuka Aliran permukaan dan Aliran Air Tanah
Dalam Sistem Hidrologi Pada Suatu Lokasi Tertentu
Sumber: Kodoatie, Robert J; Sjarief, Roestam, 2010
Secara garis besar total volume air yang ada di dunia adalah 1.3853984.610
Berdasarkan agenda KTT bumi di Rio de Jeinaro 1992, ada pesan sederhana
untuk visi ke aksi millennium, yaitu pengembangan dan pengelolaan air harus
kebijakan dalam semua tingkatan yaitu mengelola air dengan manusia dan dekat
dengan manusia. Air memiliki nilai ekonomi dalam setiap pemakaian kompetitifnya
dan harus dipahami sebagai benda ekonomi yaitu merupakan kebutuhan dasar,
distribusi air memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan mengarahkan pada penentuan
harga penuh untuk mendorong pemakaian rasional dan harga pemulihan (Kodoatie
Robert J, 2010).
kajian pada penelitian ini adalah dikarenakan adanya permasalahan pengelolaan air
kotor dan lingkungan yang sering terjadi di kawasan perumahan dan sekitarnya
seperti banjir, sistem drainase yang tidak memadai dan polusi air. Tidak tersedianya
saluran drainase kota yang baik sehingga mengakibatkan banjir dan berkembangnya
penyakit yang berasal dari perairan. Kerugian ekonomi akibat banjir dan masalah
drainase dengan pendekatan ekodrainase. Pendekatan ini dapat disebut juga dengan
masalah kesehatan dan banjir di sungai terkait. Dari pengertian ini dapat diuraikankan
ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan dalam konsep ekodrainase yakni pendekatan
fungsi hidraulik dan fungsi ekologi, serta pendekatan kualitas air, yakni upaya
masalah kesehatan bagi manusia, flora dan fauna. Konsep ekodrainase merupakan
salah satu unsur dari konsep pengelolaan air hujan secara integratif. Pengelolaan
secara integratif ini bukan hanya diartikan secara administratif dari hulu ke hilir,
namun juga harus diartikan secara substantif menyeluruh menyangkut seluruh aspek
yang berhubungan dengan drainase, yang meliputi semua aspek; aspek teknis
peran masyarakat dan atau swasta dan hukum peraturan. Kesalahan konsep drainase
konvensional yang paling pokok adalah filosofi membuang air genangan secepat-
bagi air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan demikian, cadangan air tanah akan
pemahaman bahwa banjir dan kekeringan merupakan dua fenomena yang saling
bahwa semakin baik drainase konvensional di suatu kawasan aliran sungai, maka
kejadian banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau akan semakin
iklim mikro dan makro disertai tanah longsor di berbagai tempat yang disebabkan
oleh fluktuasi kandungan air tanah musim kering dan musim basah yang sangat
tinggi. Jika kesalahan konsep dan implementasi drainase yang selama ini kita lakukan
ini tidak diadakan revisi, usaha apa pun yang kita lakukan untuk menanggulangi
digunakan untuk meresapkan air kedalam tanah. Hal ini menyebabkan sering terjadi
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Di sisi lain terjadi
penurunan kemampuan tanah untuk meresapkan air sebagai akibat adanya perubahan
tata guna lahan. Air merupakan sumber kehidupan, dengan kata lain air merupakan
zat yang paling esensial dibutuhkan oleh mahluk hidup. Pengelolaan air yang tidak
baik juga akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan gangguan kesehatan
Sistem pembuangan air limbah rumah tangga dan air hujan, jika tidak
direncanakan dengan baik akan menimbulkan masalah lain seperti polusi air, banjir
dan sumber penyakit bagi lingkungan perumahan. Dari uraian terhadap dampak
lingkungan yang ada akibat pengelolaan air perumahan yang tidak ekologis, maka
perlu diterapkan solusi penerapan pengelolaan air kotor atau drainase yang ekologis
khususnya, sangat bermanfaat untuk kehidupan, karena akan membuat ruang yang
nyaman dengan lingkungan yang baik dan harmonis serta meningkatkan kualitas
pengembangan kota Medan dimana fungsi perumahan mulai banyak dibangun dan
dikembangkan di wilayah ini, salah satunya Perumahan CitraLand Bagya City. Sehingga
dari setiap tahapan kegiatan mulai dari tahap prakonstruksi, konstruksi, sampai tahap
kotor. Seiring dengan pesatnya pembangunan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang,
meresapkan air kedalam tanah. Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan tanah
untuk meresapkan air sebagai akibat adanya perubahan tata guna lahan. Salah satu
pembangunan itu adalah pembangunan Perumahan CitraLand Bagya City. Daerah ini
berkurangnya lahan kosong untuk meresapkan air kedalam tanah. Hal ini menyebabkan
ketika musim hujan tiba, air hujan hanya sedikit yang meresap ke dalam tanah dan
sebagian besar dialirkan melalui saluran drainase dan menyebabkan banjir kiriman ke
wilayah Tembung bagian Utara. Dengan latar belakang tersebut, perlu dilakukan
ketersediaan air, sistem drainase, polusi, dan masalah lingkungan. Sebelum perumahan
ini ada, pengelolaan air kotor eksisting yang ada sangat tidak memadai. Pada awalnya
tidak terdapat saluran kota, air kotor dari limbah rumah tangga yang ada dan limpahan
air hujan langsung masuk ke areal lahan terbuka yang mengakibatkan banjir. Upaya apa
adalah dengan memperbaiki sistem drainase konvensional yang ada dengan sistem
Tujuan penelitian ini mengarah pada sistem pengelolaan air kotor yang ekologis/
ekodrainase dengan konservasi air tanah pada lahan terbangun di perumahan CitraLand
Bagya City dan mengurangi limpasan permukaan yang akan membebani saluran
drainase di hilir daerah yang bersangkutan. Lingkup penelitian dititikberatkan pada segi
analisa fasilitas dan metode ekodrainase pada kawasan ini, seperti danau konservasi,
parit konservasi, sumur resapan, river side polder dan metode modifikasi lansekap
sekitarnya.
wilayah di sekitarnya.
Secara teoritis manfaat kajian pengelolaan air kotor - drainase yang ekologis
yang ekologis dengan kajian penerapan dari teori ekodrainase yang ada.
Manfaat praktis yang dapat diambil dari kajian pengelolaan air kotor
A. Secara makro:
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik bagi kawasan Deli Serdang dan
B. Secara mikro:
ada.
lingkungan.
(Gambar 1.5).
untuk mencegah banjir dan sebagai buffer cuaca panas di siang hari yang
CitraLand Bagya City ini nantinya, baik yang positip maupun yang negatip
Gambar 1.6 Sumur Resapan Air Hujan Biopori Disediakan di Setiap Rumah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Drainase
berfungsi mengalirkan air permukaan akibat hujan ke badan penerima air dan atau ke
bangunan resapan buatan. Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan
air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
19
mengalirkan air permukaan ke badan air, sumber air permukaan dan bawah
permukaan tanah dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah
diolah.
sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tertier melalui normalisasi maupun
rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik terhadap
saluran primer
saluran sekunder.
1. Memenuhi kebutuhan dasar drainase bagi kawasan hunian dan kawasan kota.
mungkin saluran yang ada. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan
a. Drainase alamiah, yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak
ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.
b. Drainase bawah tanah, yaitu saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air
a. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota,
saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi
saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu
b. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota metropolitan dan
a. Single purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
Pengertian dan definisi untuk kata pengelolaan dapat dilihat dari berbagai sumber.
Pengelolaan adalah sinonim dari manajemen (Endarmoko, 2006) dan dalam bahasa
inggris adalah management. Kata ini berasal dari bahasa prancis kuno management
yang berarti seni memimpin, mengarahkan, melaksanakan dan mengatur. Dari Bahasa
sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan. Efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
1988); (Webster’s New World Dictionary, 1983); (Collins Cobuild, 1988). Oleh
karena itu manajemen dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain: dapat berupa ilmu
orang atau beberapa grup dengan tujuan tertentu (Kodoatie, et al, 2010).
Pengelolaan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural
dan non-struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan
untuk mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tindakan
Menurut UU No.7 tahun 2004: Pengelolaan sumber daya air adalah upaya
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan ,
transparansi dan akuntabilitas. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (Kodoatie, et al,
2010).
2.1.3 Ekologis
green/hijau. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun
1869 sebagai ilmu interaksi antar segala jenis mahluk hidup dan lingkungannya.
Ekologis berasal dari bahasa yunani Oikos adalah rumah tangga atau cara bertempat
tinggal dan Logos bersifat ilmu atau ilmiah. Ekologi berarti ilmu tentang
rumah/tempat tinggal mahluk hidup. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya (Heinz
Frick, 1998).
Sjarief, 2010).
Murcutt, 1996).
2.1.4 Ekodrainase
2.Drainase konvensional
lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-
lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian
tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim
kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis dengan perbedaan
kelebihan air permukaan sehingga dapat mengalirkan secara terkendali dan lebih
banyak mempunyai kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan
agar konservasi air tanah masih dapat berlangsung dengan baik dan dimensi struktur
lingkungan ini merupakan usaha untuk mencegah kekurangan air tanah di masa yang
akan datang. Kota-kota besar di dunia, saat ini telah menggunakan konsep
kota besar di dunia. Krisis air bersih membuat kota tersebut membuat parkir air saat
kelebihan air secepatnya ke badan drainase pada sisi lain. Pada musim hujan sistem
sebelah hilir kawasan tersebut. Beban saluran drainase ke hilir pun kian besar karena
daerahnya bebas banjir. Jika semua kawasan menggunakan konsep ini, dapat
dibayangkan berapa debit air yang harus diterima daerah hilir. Itulah sebabnya sering
terjadi banjir.
Dalam drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan
diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk
cadangan pada musim kemarau. Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu
fasilitas resapan, tampungan dan saluran drainase. Sistem saluran drainase di atas
selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar yaitu ke badan air penerima. Salah
satu metode drainase ramah lingkungan yang dapat dipakai di Indonesia adalah
Danau konservasi ini dibuat untuk menampung air hujan terlebih dahulu,
rendah, daerah-daerah bekas galian pasir atau galian material lainnya, atau secara
ekstra dibuat dengan menggali suatu areal atau bagian tertentu. Danau juga sangat
pembangunan real estate, pemerintah dapat mewajibkan pengelola real estate untuk
membangun danau konservasi air hujan di lokasi perumahan, sekaligus ditata sebagai
areal rekreasi bagi masyarakat perumahan Di samping itu, danau buatan ini dapat
dengan intensitas hujan yang rendah. Kota-kota dan kawasan luar kota di Indonesia
perlu segera membangun danau tunggu air hujan ini. Sangat disayangkan, bahwa
perkembangan yang ada di Indonesia sekarang ini justru masyarakat dan pemerintah
berlomba mempersempit atau bahkan menutup danau alamiah yang ada (rawa, situ,
Danau konservasi dalam ekodrainase salah satu cara penanganan air limpasan
dalam konsep ekodrainase adalah cara retensi (penampungan). Cara retensi dibagi
menjadi dua macam, yaitu “off site retention”, misalnya pembuatan kolam atau
waduk dan “on site retention”, misalnya retensi pada atap bangunan, taman tempat
parkir, lapangan terbuka, halaman rumah. Untuk skala lebih besar, penerapan metode
retensi diwujudkan dalam bentuk danau konservasi. Danau konservasi atau danau
memberikan waktu yang cukup untuk air agar dapat meresap ke dalam tanah. Danau
penampungan juga berfungsi menahan aliran air agar tidak langsung mengalir ke
saluran drainase. Besar danau konservasi minimal sebesar debit curah hujan yang
Jadi, bila mengubah fungsi suatu kawasan, misalnya kawasan hijau diubah menjadi
konservasi ini sebenarnya juga akan menguntungkan jika dikaitkan dengan kebutuhan
rekreasi masyarakat. Danau penampungan dapat diserasikan dengan taman atau ruang
terbuka hijau sehingga bisa menjadi tempat tujuan rekreasi masyarakat sekitar Danau
Regulation Pond adalah danau yang berfungsi menyimpan air saat banjir untuk
sementara waktu dan mengalirkan lagi ke sungai setelah hujan mulai surut. Suatu
danau penampung atau danau konservasi dapat menahan air kelebihan pada masa-
masa aliran air tinggi untuk digunakan selama masa-masa kekeringan. Danau
pemompaannya dengan laju yang kira-kira seragam, kemudian memberikan air dari
Berapapun ukuran suatu danau konservasi atau apapun tujuan akhir dari
pemanfaatan airnya, fungsi utama dari suatu danau adalah untuk menstabilkan aliran
air, baik dengan cara pengaturan persediaan air yang berubah-ubah pada suatu sungai
alamiah, maupun dengan cara memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari pada
konsumen. Berhubung fungsi utama dari suatu danau adalah untuk menyediakan
simpanan (tampungan), maka ciri fisiknya yang paling penting adalah kapasitas
simpanan. Aspek yang paling penting dalam perencanaan danau penyimpanan adalah
suatu analisis tentang hubungan antara produksi dan kapasitas. Produksi pada danau
penampung adalah jumlah air yang dapat ditampung oleh danau dalam suatu interval
waktu tertentu. Interval waktu tersebut dapat berbeda-beda. Produksi aman atau
produksi pasti danau pengatur adalah jumlah air maksimum yang dapat disimpan
selama suatu periode tertentu yang kritis. Dalam praktek, masa kritis tersebut sering
diambil sebagai periode aliran. Merencanakan suatu danau bukanlah suatu hal yang
mudah karena melibatkan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan lain yang saling
pengetahuan itu antara lain geologi, hidrologi, hidrolika, mekanika tanah, bahkan
ilmu pengetahuan lain diluar bidang keteknikan seperti halnya lingkungan, ekonomi,
stastistik pertanian dan lain sebagainya. Danau adalah suatu bangunan yang berfungsi
untuk menampung kelebihan air pada saat debit tinggi dan melepaskannya pada saat
dibutuhkan.
Danau merupakan salah satu bagian dari proyek secara keseluruhan maka
yaitu:
dengan sistem aquifer air tanah dangkal maupun dalam. Jadi dasar harus digali
lapisan pasir / kerikil mempunyai nilai tinggi (10 pangkat-5 sampai 10 pangkat -4
m/det), sehingga dapat mempercepat proses infiltrasi atau perkolasi air permukaan ke
dalam lapisan tanah. Permeabilitas tanah permukaan (top soil) sebagai media infiltrasi
alami umumnya setara dengan tanah lempung yang nilai koefisien permeabilitasnya
mempunyai kapasitas resapan 10 – 100 kali lebih cepat dari top soil. Danau resapan
dapat dibuat dengan ukuran kecil 1-5 ha, untuk kawasan permukiman umum dan real
estate pengembang, dengan kondisi geologis berpasir. Sumber air bisa air hujan dari
sekitar danau resapan (hinter land) maupun dari sungai/kali dengan saluran pembawa.
Danau resapan berfungsi ganda yaitu mengurangi banjir dan menjaga/konservasi air
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, berikut ini teori-teori ekologi yang
(Maryono, 2005).
2. Beberapa hal tentang pengelolaan sumber daya air yang ekologis, meliputi :
b. Sistem sumber daya air alami adalah sekelompok elemen hidrologi dalam
lingkungan alam yang terdiri dari atmosfir, daerah aliran sungai atau daerah
tangkapan air, sungai-sungai, lahan basah, daerah banjir, akuifer dan sistem
c. Sistem sumber daya air buatan manusia adalah sekelompok fasilitas yang
dibangun dan dipakai sebagai pengendali aliran air baik secara kuantitas
maupun kualitas.
d. Sistem tata pengairan merupakan susunan tata letak sumber air, termasuk
terdiri dari 5 (lima) poin pedoman yang prinsipil (Kim A. Stephens, 2002),
sebagai berikut:
hujan tidak dapat dilihat hanya sebagai suatu sistem drainase dan atau
daya air.
pertanian).
menggunakan sumber seperti energi, air, material & tanah yang lebih
efisien, pencahayaan alam dan kualitas udara dan air yang lebih baik.
5. Kota Holistik yaitu tata kota untuk masa depan dengan penerapan prinsip
pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait dalam rangka tujuan untuk
dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti metode kolam konservasi, parit
kajian pengelolaan air kotor yang ekologis atau ekodrainase terhadap kawasan kota
1. Analisis kuantitatif yang berhubung dengan hujan dan banjir dengan sistem
pada kota Almere dan Tianjin dapat dilihat pada Table 2.1:
Tabel 2.1 Analisis Kuantitatif Yang Berhubung Dengan Hujan Dan Banjir
Dengan Sistem Saluran Air Terbuka Di Kota Baru: Membandingkan kota
Almere di Belanda dan Kota Tianjin di China
sistem air permukaan telah memberikan Hal ini sebagian terkait dengan fakta
kontribusi terhadap penciptaan ruang perkotaan bahwa Tianjin adalah kota yang
dan identitas landscape kekurangan sumber daya air
Mencari cara pengelolaan air terpadu dan
spasial.
Model pembangunan sejalan dengan kebijakan
nasional "hidup dengan air".
2 Distribusi spasial
sistem permukaan air
4 Statistik di permukaan
tanah
Water footprint (WF) adalah suatu konsep yang digunakan untuk melacak
jumlah air yang dipergunakan oleh seseorang, suatu komunitas dan bisnis
Penelitian ini mengambil megacity kota Beijing di Cina Utara sebagai studi
menghitung jejak air pada tahun 2007 dan 2010, berdasarkan konsumsi air
nyata dan virtual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jejak air dari
diringankan, yang mana situasi saat ini kekurangan air tetap merupakan
tantangan besar, jejak air per kapita hampir 10 kali lebih tinggi dari sumber
daya air yang tersedia. Oleh karena itu, pemanfaatan air di Beijing tetap
sumber daya air yang tersedia untuk penduduk kurang dari 300 m3, yang
(1/30), dan tetap lebih rendah dari standar minimum internasional 1000 m3
per kapita. Berdasarkan jumlah sumber daya air tahunan (21.2 × 108 m3)
antara tahun 1999 dan 2010 dan penduduk Beijing (19.610.000) dilaporkan
oleh keenam sensus nasional, sumber daya air per kapita tetap pada 108 m3
tahun 2007 dan 19.610.000 pada tahun 2010, sedangkan jejak kaki air per
kapita berada 2.355,91 m3 pada tahun 2007 dan 1.900,82 m3 pada tahun
2010. Mengingat bahwa footprint air per kapita adalah sekitar 10 kali lebih
banyak dari sumber daya air yang tersedia untuk satu penduduk, Beijing
yang sangat tinggi untuk konsumsi air. Dibandingkan dengan jejak air pada
tahun 2007, jelas bahwa 2010 jejak kaki dari warga, lingkungan, dan
Pada tahun 2010, proporsi karena jejak kaki air perumahan dan lingkungan
konsumsi sumber daya air yang nyata. Jejak kaki air yang disebabkan oleh
industri menjelaskan 46,88% dari total jejak air dari Beijing. Proporsi
untuk jejak air eksternal dan jejak air internal yang berada 14,94% dan
dari total tapak (49,17%), jejak air eksternal (25,31%), dan jejak air
internal yang (23,87%). Pada tahun 2010, permintaan makanan untuk biji-
Curah hujan dan aliran hidrologi merupakan sumber utama dari sumber
besar presipitasi (85%) terjadi dari juni sampai september. Sebuah periode
basah umumnya berlangsung dua atau tiga tahun dengan maksimal enam
Frekuensi periode musim kering yang tinggi berarti bahwa sumber daya air
yang tersedia untuk Beijing terbatas. Misalnya, curah hujan tahunan antara
permukaan lokal dan sumber daya air tanah turun 59% dan 33%, masing-
masing. Ini berarti bahwa sumber daya air total menurun sebesar 43%.
pasokan air dari dua waduk terbesar yaitu Waduk Miyun dan Guanting dan
waduk dari provinsi lain. Karena dampak negative dari perubahan iklim
dan peningkatan konsumsi air di daerah hulu, daerah yang sama mengalami
penurunan sebesar 77%. Disana ada juga terjadi pengurangan pasokan air
waduk sebesar 79%. Beijing tidak memiliki sumber daya air yang tersedia
yang disebutkan di atas, yang berarti bahwa tidak ada tambahan air untuk
itu Pentingnya konservasi air melalui danau atau waduk buatan sebagai
Gambar 2.3 Grand Kanal Memiliki Panjang Lebih dari 2.000 Km, yang
Menghubungkan Lima DAS (daerah arus sungai) Utama di Beijing, Cina.
Sumber: Ma, Dongchun, 2015
Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang sering dilanda banjir pada saat
musim hujan. Berbagai upaya telah dilakukan dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir ini, namun sampai saat ini banjir masih terlihat di berbagai
(ekodrainase) agar nantinya kelebihan air terutama air hujan dapat ditampung
dapat mendukung adanya usaha Konservasi Sumber Daya Air. Metode yang
m², kapasitas resapan 1 buah sumur sebesar 0,0032 m3/detik - 0,044 m³/detik,
ke sungai telah dinilai kurang tepat. Hal ini dikarenakan sungai akan
usaha konservasi smber daya air, dengan prinsip mengendalikan air hujan
supaya lebih banyak yang meresap ke dalam tanah. Sub DAS Metro dipilih
sistem drainase, yaitu seebsar 45% lebih besar dibandingkan dengan Sub
DAS-Sub DAS lain di kota Malang (Gambar 2.5). Adanya penelitian strategi
telah mampu meresapkan air yang ditandai dengan debit pengaliran yang
sumur resapan dinilai efektif untuk diterapkan. Hasil dari penelitian ini adalah
Penelitian ini dilakukan di wilayah Sub DAS Metro dengan alasan bahwa
yangg lebih besar dibanding wilayah Sub DAS lain di Kota Malang. Hal ini
dilakukan ada dua tahapan, yaitu dengan pengumpulan data primer melalui
pendukung. Beberapa variabel dalam penelitian ini adalah tata guna lahan,
topografi, dan jenis tanah. Sedangkan untuk metode analisis dalam penelitian
ini, secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu analisis deskriptif kondisi
fisik (meliputi kondisi fisik wilayah studi, kelerengan, hidrologi, tata guna
Gambar 2.6 Lokasi Genangan yang Terjadi di Pertemuan Jalan Simpang Gajayana,
Jalan JoyoSuko, Jalan Mertojoyo, dan Jalan Sunan Kalijogo.
Sumber: Wahyuningtyas, Ayu, 2011
1) Ditemukan bahwa terdapat beberapa wilayah di Sub DAS Metro yang ketika
datang musim hujan mengalami genangan dan bajir yang penyebab utamanya
dalah kapasitas saluran yang tidak memenuhi. Sementara itu, beberapa potensi
yang mendukung ekodrainase adalah jumlah luas lahan hijau di Sub DAS
Metro adalah sebesar 37,39% dan juga telah dimulainya upaya untuk
memperbanyak lahan.
tentang memenuhi kapasitas saluran. Hal ini dikarenakan 903 sumur resapan
sedangkan debit air yang melimpas adalah sebesar 56,874 m3/detik, sehingga
sisa debit yang melimpas di dalam saluran drainase adalah 2,947 m3/detik.
genangan, sumur resapan mampu meresapkan air hujan yang melimpas dan
berguna pula untuk konservasi air tanah serta menekan laju erosi.
Sebagai akhir penutup penelitian ini, rekomendasi yang dapat diberikan adalah:
Asal mula Belanda mempunyai sistem pengelolaan air yang sangat canggih ini
berangkat dari kenyataan bahwa Belanda memiliki tinggi tanah yang berada di
permukiman harus semakin diperlebar dan tibalah di titik kawasan yang rawan
terkena rob. Pada tahun 1250 pembangunan untuk mengatasi rob tersebut
drainase.
kincir angin saja dalam mengelola air. Belanda mempunyai sistem ekodrainase yang
sangat ramah lingkungan. Eco artinya ekologi yaitu hal berkaitan dengan alam,
peluang banjir, sistem ini mampu menjaga kualitas air. Ekodrainase berasal dari
pemikiran eco-hidrology yang pertama kali dikenalkan tahun 1982 oleh peneliti
Belanda, Van Wirdum. Pada dasarnya ia ingin menemukan keterkaitan antara unsur
Contoh implementasi ekodrainase ini dapat dilihat di Kota Utrecht. Air hujan
yang turun dipilah menjadi 2 yaitu air yang dianggap kotor dan air yang dianggap
bersih. Air yang dianggap bersih itu contohnya air hujan yang mengalir dari atap
rumah, sedangkan air kotor itu air yang jatuh dari permukaan jalan apalagi jalan yang
penuh kendaraan bermotor. Air yang tergolong bersih tadi dialirkan ke suatu tanah
rerumputan yang bernama “wadi”. Di sana air disaring rerumputan sehingga dapat
langsung terserap ke dalam tanah. Pemerintah Utrecht sadar bahwa tidak semua air
harus langsung dialirkan ke kanal dan sungai kemudian ke laut. Volume air buangan
mengalir harus dikurangi agar tidak terlalu membebani sistem bendungan di tepi laut
(Gambar 2.10).
Gambar 2.10 Wadi Tanah Rerumputan Untuk Resapan dan Infiltrasi Air Hujan
Sumber: Núñez, Montserrat et al, 2014
merupakan sebuah area perumahan di tepi barat kota Utrecht. Kota ini memanfaatkan
median jalan dari bahan paving (Gambar 2.11). Sistem ini yang sudah sering
diimplementasikan di Indonesia. Tujuannya agar air-air yang turun tadi bisa langsung
terserap ke dalam tanah. Jadi Pemerintah Belanda tidak hanya berorientasi saja
Kecanggihan sistem tata kelola air Belanda ini berdampak positif. Dalam kurun
waktu puluhan tahun, Belanda terakhir mengalami banjir besar tahun 1953. Memang
pada tahun 2012 lalu negara-negara di Eropa terkena bencana badai luar biasa yang
mengakibatkan banjir, termasuk Belanda. Itu pun karena ada ancaman tanggul yang
Adapun kerangka berpikir sesuai teori ekologi yang ada dalam kajian
METODOLOGI PENELITIAN
adalah termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang dimaksudkan untuk
menilai keefektifan, dampak, atau hasil akhir dengan didasarkan pada teknik-teknik
ekodrainase dengan standar drainase Green Building Council Indonesia dan SNI 03–
3424–1994 tentang Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, SNI 03–2453–
2002 tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Standar dan indikator tersebut dibandingkan dengan aplikasi aktual sesuai kondisi di
deskriptif kualitatif mengenai kondisi fisik, meliputi kondisi fisik wilayah studi,
masterplan, hidrologi, tata guna lahan, dan jenis tanah. Analisis deskriptif evaluatif
56
kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian
subjek yang diteliti secara tepat. Pengumpulan dan pengolahan data, yang kemudian
jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan,
fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan
apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, hubungan antar variabel, perbedaan
antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Masalah yang diteliti dan
diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi
komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional bersama unsur lainnya.
data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data
diartikan suatu usaha mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan waktu seoptimal
4. Kolam Konservasi
5. Parit Konservasi
6. Sumur Resapan
7. Modifikasi Lansekap
Secara umum akan dibahas penentuan lokasi site perumahan tersebut dengan
memperhatikan fungsi dan hubungannya dengan alam, seperti matahari, arah angin,
aliran air dibawah tanah, aliran air permukaan. Secara khusus akan membahas
tersebut.
ramah lingkungan. Aspek pengelolaan sumber daya air terdiri dari aspek utama dan
pendukung. Aspek utama yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan sistem manajemen pengelolaan air kotor yang ekologis. Sedangkan
pendukung terdiri dari sistem informasi serta pemberdayaan dan peran masyarakat.
Aspek pengelolaan air kotor ini disusun sesuai dengan kondisi wilayah masing-
masing.
3.2.1 Lingkungan
wilayahnya, manajemen pengelolaan air kotor, sistem drainase adalah dengan: survey
pencarian data hidrologi, tanah, iklim, vegetasi, mencari sumber data dari developer,
google map, Badan Meteorologi Klimatilogi dan Geofisika (BMG), Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Badan Pengelola Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda)
dengan survey lingkungan, survey dan observasi prasarana dan sarana kawasan
perumahan seperti: sistem drainase, pembuangan limbah rumah tangga dan air kotor,
saluran kota.
Bagya City, ditemukan konsep pengelolaan air kotor yang berwawasan ekologis,
seperti: sistem utilitas air kotor. Untuk menghemat pembuangan air di closet,
perumahan CitraLand Bagya City menggunakan closet dengan dual flush, sehingga
penyiraman air sesuai kebutuhan dan hemat air. Septictank pada setiap rumah
juga disediakan dua titik sumur resapan air hujan untuk mempercepat penyerapan air
membuat danau-danau buatan yang merupakan tampungan air, tampungan air bagi
kawasan sekitarnya untuk mencegah banjir dan sebagai penahan cuaca panas di siang
hari yang dapat mengurangi suhu temperatur lingkungan sekitar di siang hari.
penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Sampling dilakukan secara
acak. Akurasinya lebih tinggi, tingkat errornya bisa diperhitungkan. Dengan dua
1. Penduduk Sekitar
khususnya masalah banjir, ketersediaan air bersih yang higienis dan pembuangan air
kotor, polusi air, sehingga menjadi nilai tambah bagi wilayah di sekitarnya.
1. Data lingkungan yang meliputi site atau tapak dan wilayahnya, matahari,
arah mata angin, arus air mengalir diperoleh dengan melakukan observasi,
Bagya City.
CitraLand Bagya City, data ini diperoleh dari Badan Pengelola Dampak
Serdang.
ketersediaan air tanah cadangan dan pembuangan air kotor dengan sistem ekodrainase
1. Data konsep pengelolaan air kotor dan konsep disain CitraLand Bagya
City yang diperoleh dari developer perumahan CitraLand Bagya City dan
www.citralandbagyacity.com
2. Data perencanaan konsep drainase dan utility CitraLand Bagya City yang
Bagya City.
City, data ini diperoleh dari Badan Pengelola Dampak Lingkungan Hidup
kotor yang ekologis pada kawasan perumahan CitraLand Bagya City adalah:
City yang memanfaatkan sungai dan sumur dalam sebagai sumber air
4. Data konsep hunian yang hijau dan danau-danau buatan sebagai buffer dan
Bagya City.
wilayahnya, matahari, arah mata angin, arus air mengalir, saluran air,
Bagya City.
10. Membuat laporan penelitian tentang pengelolaan air kotor yang ekologis
data dampak lingkungan dari pembangunan perumahan, data konsep perumahan dan
data penerapan sistem pengelolaan air yang ekologis pada kawasan Perumahan
CitraLand Bagya City digunakan sebagai alat oleh peneliti untuk menemukan
pembangunan perumahan, data konsep perumahan dan data penerapan ekologi pada
perumahan dan data penerapan sistem pengelolaan air yang ekologis pada kawasan
Data-data yang diperoleh dari hasil survey dan kajian dokumen amdal atau ka-
3.4.4 Metode identifikasi konsep pengelolaan air kotor di Citraland Bagya City
dalam mengatasi permasalahan lingkungan
konsep perumahan CitraLand Bagya City berdasarkan data yang diperoleh dari
survey dan data dari developer tentang konsep-konsep pengelolaan air kotor yang
Bagya City, peneliti melakukan observasi dan kajian dokumen. Data-data yang
diperoleh dari observasi dan kajian dokumen ini dijadikan dasar didalam
CitraLand Bagya City, yang mana konsep ini diterapkan untuk mengatasi
permasalahan pengelolaan air kotor baik selama proses pembangunan maupun masa
3.4.5 Metode identifikasi penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
kawasan perumahan Citraland Bagya City
pengelolaan sumber daya air kotor yang ekologis dijadikan panduan didalam
pada kawasan perumahan CitraLand Bagya City peneliti mengkaitkan hasil survey
dan pengamatan langsung dengan teori Agus Maryono (2014), dari hasil identifikasi
ini, peneliti menjabarkan penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
kawasan perumahan CitraLand Bagya City yang berkaitan dengan teori Agus
Maryono (2014).
3.4.6 Metode analisa penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada kawasan
perumahan Citraland Bagya City
Landasan teori Agus Maryono (2014), dijadikan dasar analisa dan fokus pada
penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis yang berkaitan dengan teori.
Peneliti akan menganalisa data lingkungan yang meliputi site atau tapak dan
wilayahnya, sistem drainase, utilitas, pembuangan air kotor dan arus air mengalir.
Data hubungan manusia dengan alam, Namun analisa akan lebih di fokuskan kepada
konservasi energi sumber air tanah dan pengelolaan air kotor yang ekologis yang
holistik di perumahan CitraLand Bagya City yang merupakan landasan utama dari
CitraLand Bagya City dari masa persiapan pembangunan, masa pembangunan dan
3.4.8 Metode penemuan konsep pengelolaan air kotor di Citraland Bagya City
dalam mengatasi permasalahan lingkungan
terjadi akibat dari pembangunan perumahan CitraLand Bagya City dari masa
mengkaitkannya dengan konsep pengelolaan air kotor perumahan yang mana konsep
ini didisain sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan pengelolaan air kotor.
Bagya City dalam mengatasi permasalahan pengelolaan air kotor peneliti tetap
3.4.9 Metode penemuan penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
kawasan perumahan Citraland Bagya City
dan deskriptif. Menggambarkan secara rinci hasil temuan penerapan pengelolaan air
kotor yang ekologis pada kawasan perumahan CitraLand Bagya City dan kaitannya
dengan teori pengelolaan air kotor yang ekologis Agus Maryono (2014). Peneliti
menjadikan teori Agus Maryono (2014) sebagai acuan temuan penerapan pengelolaan
air kotor yang ekologis pada kawasan perumahan CitraLand Bagya. Peneliti
Kawasan Perumahan CitraLand Bagya City dengan berfokus pada acuan teori
pengelolaan air kotor ekologis (ekodrainase) yang di kemukakan oleh Agus Maryono
(2014).
Dari rumusan masalah yang ada, dalam metode analisa peneliti menggunakan
metode kualitatif melalui survey, wawancara yang berfokus pada analisis pengaruh
kawasan perumahan terhadap wilayah di sekitarnya yang ditinjau dari realitas sosial,
kawasan dan lingkungan sekitarnya. Metode analisa deskriptif yang mana penelitian
Bagya City yang diteliti dimana pada akhirnya ditemukan penyelesaian dan apa
yang dilakukan ada beberapa masalah aktual yang terjadi di sekitar obyek penelitian,
konsepperumahan dan data penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
kawasan Perumahan CitraLand Bagya City digunakan sebagai alat oleh peneliti untuk
menganalisa data dampak pengelolaan air kotor dari pembangunan perumahan, data
konsep perumahan dan data penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
sekitar.
konsepperumahan dan data penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
kawasan Perumahan CitraLand Bagya City digunakan sebagai alat oleh peneliti untuk
City.
air kotor yang ekologis pada kawasan perumahan CitraLand Bagya City.
kemudian dianalisa dengan menggunakan data dampak pengelolaan air kotor dari
air kotor yang ekologis pada kawasan Perumahan CitraLand Bagya City. Analisa
3.5.2 Metode analisa dampak pengelolaan air kotor dari pembangunan perumahan
Citraland Bagya City
dampak pengelolaan air kotor yang terjadi akibat dari pembangunan perumahan
tersebut dengan memfokuskan kepada gambaran dampak pengelolaan air kotor dari
Data-data yang diperoleh dari hasil survey, kajian dokumen amdal, standar
ekodrainase Green Building Council Indonesia dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
dijadikan panduan dan data pendukung didalam menganalisa dampak pengelolaan air
3.5.3 Metode analisa konsep pengelolaan air kotor di perumahan Citraland Bagya
City dalam mengatasi permasalahan lingkungan
diperoleh dari survey dan data dari developer tentang konsep-konsep disain yang
melakukan observasi dan kajian dokumen. Data-data yang diperoleh dari observasi
dan kajian dokumen ini dijadikan dasar didalam menganalisa konsep hunian yang
diterapkan di dalam perumahan CitraLand Bagya City, yang mana konsep ini
diterapkan untuk mengatasi permasalahan pengelolaan air kotor baik selama proses
3.5.4 Metode analisa penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada kawasan
perumahan Citraland Bagya City
kualitatif dan deskriptif. Teori Agus Maryono (2014) tentang ekologi pengelolaan air
kotor dijadikan panduan didalam menganalisa penerapan pengelolaan air kotor yang
pengamatan langsung dan kajian yang berhubungan dengan Pengelolaan Air, utilitas
dikaitkan dengan teori ekologi yang ada.Dari hasil identifikasi ini, peneliti
perumahan CitraLand Bagya City yang berkaitan dengan teori Agus Maryono (2014)
untuk keseimbangan sosial, ekonomi dan ekosistem dalam pengelolaan sumber daya
KAWASAN PENELITIAN
Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia. Alasan pemilihan CitraLand Bagya City
kabupaten Deli Serdang, jika ditinjau dari lokasinya terhadap kota Medan,
perumahan ini masih relatif dekat dengan pusat kota, yaitu 6 KM dari
81
luas 211,5 hektar (Gambar 4.3). Terletak di jalan Pasar V Timur dan Jl Batu
1. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk dan jalan Pasar IV.
Sudjono.
Percut.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan tol Bandar Selamat dan Universitas
sebagai perkebunan, yaitu perkebunan coklat, perkebunan jagung dan perkebunan jati
Gambar 5.1 Peta Perumahan Citraland Bagya City Sebelum Beralih Fungsi Sebagai
Perumahan.
Sumber: Google earth 2012
Ketika lahan ini berfungsi sebagai perkebunan dengan kontur tanah yang lebih
rendah dari wilayah di sekitarnya tentunya terdapat banyak lahan terbuka dan menjadi
85
areal tampungan dan serapan air hujan. Berdasarkan observasi yang dilakukan
sebelum adanya pengembang di wilayah ini tidak terdapat saluran drainase permanen
yang dibangun oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat. Dengan kontur lahan
yang lebih rendah dari jalan dan permukiman yang ada disekitarnya, menjadikan
lahan ini tempat pembuangan air alami. Terdapat parit angina atau saluran alami yang
berujung ke Sungai yang ada di dekat lokasi yaitu sungai Percut. Namun setelah
diselidiki melalui survey topography, ternyata saluran ini bukan merupakan saluran
drainase melainkan saluran irigasi yang justru membawa air sungai ke lokasi
penelitian. Hal ini terjadi mengingat fungsi lokasi penelitian yang awalnya adalah
menyerap air hujan limpasan dari sekitarnya, dengan pesatnya permukiman diwilayah
ini, lambat laun lahan ini tidak mampu lagi menampung limpasan air hujan yang
mengalir ke lahan ini. Ditambah tidak terdapat saluran drainase yang baik dan
mencukupi, sehingga lokasi penelitian dan sekitarnya sering dilanda Banjir. Terbukti
ketika hujan besar pada november tahun 2007, terjadi banjir di beberapa wilayah
Percut Sei Tuan (Gambar 5.2). Banjir ini di buktikan juga dengan data curah hujan
BMG pada November, 2007 dengan curah hujan 450 mm (Tabel 5.1 dan Gambar
5.4).
Tabel 5.1 Tabel Curah Hujan BMG lokasi Sampali, Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Lokasi Pengamatan/Stasiun : Sampali Kec.Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang
Koordinat : (3,201630 LU; 98,540298 BT)
Curah Hujan (mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Dec
2002 30 66 40 56 99 68 80 85 343 241 201 125
2003 124 32 12 291 220 204 199 145 350 279 226 191
2004 67 192 218 51 53 185 140 138 505 228 129 178
2005 73 30 35 103 150 147 277 142 246 300 148 345
2206 120 160 113 321 247 236 144 208 352 314 167 311
2007 212 15 12 174 339 179 329 175 308 428 450 184
2008 53 15 121 153 125 62 219 257 254 435 233 194
2009 203 10 176 184 268 51 208 192 346 272 213 65
2013 131 66 27 47 68 197 129 187 148 146 245 219
2016 218 99 232 234 143
Gambar 5.2 Peta Lokasi Banjir di Perumahan CitraLand Bagya City dan
Sekitarnya
Permasalahan tidak tersedianya saluran drainase permanen yang mencukupi
pada wilayah ini dan wilayah sekitarnya menyebabkan banjir. Dengan mengandalkan
saluran yang ada berupa parit terbuka yang terbentuk secara alami dan daya tampung
air yang tidak mencukupi untuk menampung limpasan air hujan (Gambar 5.3). Lokasi
ini bertahan dengan masalah lingkungan yang terjadi seperti banjir, polusi air dan
masalah pembuangan air hujan dan air kotor yang tidak memadai.
Gambar 5.3 Peta Kondisi Parit Sebelum Dikembangkan Citraland Bagya City
pengembang CitraLand Bagya City menunjukan kondisi saluran yang ada (Gambar
5.3). Untuk kawasan sepanjang pinggiran tol Bandar Selamat tidak terdapat saluran,
air hujan dari jalan tol langsung mengalir ke lokasi penelitian. Sementara saluran
lainnya baik di sepanjang jalan pasar lima, jalan perhubungan tidak memadai karena
hanya berupa saluran alami terbuka yang dangkal dan tidak terawat. Sehingga
Gambar 5.4 Analisa Frekuensi Curah Hujan di lokasi Sampali, Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMG)
City tidak berjalan sesuai rencana. Peristiwa banjir-banjir kecil ketika hujan besar
turun masih sering terjadi. Hal ini dikarenakan pembangunan saluran permanen yang
sekitar. Hal ini dapat dilihat dengan ditutupnya saluran yang telah dibuat dengan
perumahan CitraLand Bagya City pada tahap pekerjaan infrastruktur dan penimbunan
lahan adalah banjir yang masih sering terjadi selama tiga bulan pertama, dikarenakan
dimana tanah timbun yang ada ketika hujan masuk kesaluran dan menghambat
jalannya air. Polusi udara seperti debu juga sering terjadi pada tahap awal
pembangunan ini. Sehingga pada tahapan ini lokasi penelitian sering mendapat
Pada tahap awal, untuk mengatasi masalah banjir ini pihak pengembang
saluran yang dialirkan ke sungai dan ke saluran kota yang lebih besar di sekitarnya.
dengan teori Agus Maryono (2014), bahwa konsep drainase konvensional, seluruh
air hujan yang jatuh ke ke suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai
memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir. Seluruh
air hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat, sama
sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan
cukup untuk meresap ke dalam tanah. Di musim hujan, penggunaan konsep drainase
pada sisi lain justru akan memberikan dampak negatif pada daerah di sebelah hilir
kawasan tersebut. Beban saluran drainase ke hilir pun kian besar karena kawasan
tersebut berusaha memindahkan air ke daerah hilir untuk membuat daerahnya bebas
banjir. Jika semua kawasan menggunakan konsep ini, dapat dibayangkan berapa debit
air yang harus diterima daerah hilir. Itulah sebabnya sering terjadi banjir.
musim kemarau, banjir, longsor, dan pelumpuran ketika musim hujan. Dampak ini
sungai akan menerima beban yang melampaui kapasitasnya, sehingga meluap atau
terjadi banjir. Dengan demikian, cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di
musim kemarau akan terjadi. Dalam konteks inilah pemahaman bahwa banjir dan
aliran sungai, maka kejadian banjir di musim hujan dan kekeringan di musim
kemarau akan semakin intensif silih berganti. Dampak selanjutnya adalah kerusakan
ekosistem, perubahan iklim yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah
drainase konvensional dengan konsep drainase yang ramah lingkungan. Konsep ini
diidentifikasi melalui survey, observasi dan pengumpulan data dari developer tentang
konsep-konsep pengelolaan air kotor yang diterapkan pada perumahan ini. Konsep
khususnya banjir dan pembuangan air kotor adalah dengan menerapkan metode
tambahan nilai jual bagi perumahan ini. Kolam/danau konservasi yang dilakukan oleh
pemandangan danau yang indah, lengkap dengan fasilitas jogging track, fitness
outdoor dan gazebo tempat bersantai dan rekreasi keluarga. Ikan juga dipelihara di
danau buatan ini, setiap hari beberapa kelompok burung bangau datang ke danau ini
untuk mencari ikan yang mampu menambah daya tarik kawasan tepi danau buatan ini
(Gambar 5.7).
mengidentifikasi lima metode penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada
parit konservasi, Sumur resapan, river side polder dan metode modifikasi lansekap
yang sejalan dengan teori ekodrainase Agus Maryono (2014). Pengelolaan sumber
penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada kawasan CitraLand Bagya City.
river side polder dan metode modifikasi lansekap, pakar ekodrainase Agus Maryono
diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa
Dalam drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan
diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk
cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis
dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di Indonesia.
kelebihan air permukaan sehingga dapat mengalirkan secara terkendali dan lebih
banyak mempunyai kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Air hujan yang jatuh
di suatu daerah perlu diresapkan, ditampung sementara dan dialirkan. Caranya yaitu
dengan pembuatan fasilitas resapan, tampungan dan saluran drainase. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah masih dapat berlangsung dengan baik dan
dimensi struktur bangunan prasarana drainase dapat lebih efesien. Sistem drainase
berwawasan lingkungan ini merupakan usaha untuk mencegah kekurangan air tanah
Gambar 5.8 Identifikasi Penerapan Danau Konservasi pada CitraLand Bagya City
Terdapat dua jenis parit konservasi yang diterapkan pada lokasi penelitian,
yaitu parit konservasi terbuka dan tertutup. Parit terbuka, yaitu sistem saluran yang
biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan, sistem
dilokasi penelitian, saluran terbuka ini merupakan saluran luar proyek yang terdapat
dipinggiran jalan samping dan belakang lokasi penelitian. Saluran terbuka ini
dibangun di sepanjang sisi jalan batu sihombing sampai menuju sungai Percut,
saluran terbuka ini diberi lining atau lapisan pelindung dengan pasangan bata dengan
ukuran lebar saluran 1 meter dan kedalaman 1.3 meter (Gambar 5.9 - 5.11).
Gambar 5.9 Identifikasi Konsep Saluran Terbuka Menuju Sungai Percut di Kawasan
CitraLand Bagya City
berdiameter 60 cm sampai 100 cm. Selain alasan estetika dan kestabilan terhadap
gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan lain yang menuntut saluran
drainase ini dibuat dari saluran dengan lapisan. Saluran diberi tutup dengan lubang -
lubang kontrol di tempat-tempat tertentu. Saluran yang diberi tutup ini bertujuan
supaya saluran memberikan pandangan yang lebih baik atau ruang gerak bagi
mencukupi adalah dengan penerapan Metode Sumur Resapan. Konsep awal sumur
resapan yaitu sebagai pengganti tanah resapan air hujan yang mengalami perkerasan
yang menyebabkan air hujan yang jatuh tidak dapat langsung meresap ke dalam
saluran drainase di wilayah yang masih termasuk dalam daerah tangkapan air saluran
tersebut. Sumur resapan yang diaplikasikan didalam CitraLand Bagya City adalah
berupa Pipa PVC diameter 4 inchi dengan kedalaman 5 m sepanjang ukurang pipa.
Pada sekeliling pipa dilubangi setiap jarak 100 mm, pada bagian atas pipa di tutup
dengan ijuk setebal 200 mm (Gambar 5.13). Sumur resapan ini ditanam disetiap
City juga melakukan polder pinggir sungai di sungai Percut. Metode river side polder
ini dipasang di salah satu pinggiran sungai Percut yang berjarang sekitar satu
kilometer dari lokasi perumahan. Pada saat muka air naik (banjir), sebagian air akan
mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga banjir di bagian hilir
Gambar 5.14 Identifikasi Penerapan Metode River Side Polder Di Sungai Percut 1
Kilometer Dari Perumahan Citraland Bagya City
juga dapat dilakukan dengan menginterupsi air larian pada jarak-jarak tertentu,
sehingga air hujan memiliki tenggang waktu untuk meresap ke dalam tanah.
Pemilihan pohon yang akarnya mampu menyerap air dengan banyak dan
mampu menyimpan air tanah, seperti Trembesi, Bambu, Keben, Tababuya (Gambar
5.15)
pada penerapan pengelolaan air kotor yang ekologis pada kawasan perumahan
Citraland Bagya City. Dikaitkan dengan teori ekodrainase Agus Maryono (2014),
1. Danau konservasi
2. Parit konservasi
3. Sumur resapan
dari aspek ekodrainase. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa ruang terbuka
bangunan, halaman rumah, danau, jalan, paving, taman/areal hijau, (Gambar 5.16 dan
5.17). Terdapat 6 elemen ruang terbuka yang analisanya dapat dilihat pada Tabel 5.2,
yaitu:
A. Atap
Atap merupakan bagian elemen solid dari analisa masterplan CitraLand Bagya
City, dengan luas 71.47 Ha atau 33.78 % dari luas total CitraLand Bagya City.
Elemen atap ini terbagi dua , atap genteng dengan kemiringan 35-50 derajat dan
atap dak beton. Atap genteng digunakan di rumah dengan persentase 22.1%
(46.75 Ha) dan atap dak untuk bangunan ruko dengan persentase 11.68% (24.72
Ha). Elemen atap ini merupakan elemen tertutup yang menghalangi serapan air
langsung ke tanah. Namun dapat digantikan dengan roof garden atau pembuatan
taman diatas atap. Untuk atap dengan konstruksi atap dak beton dapat diusulkan
menjadi roof garden. Dalam hal ini dari 33.78 % elemen atap yang tidak
menyerap air, 11.68% nya dapat direncanakan sebagai roof garden. Solusi roof
garden ini dapat menambah ruang terbuka hijau pada kawasan CitraLand Bagya
Gambar 5.16 Solusi Roof Garden sebagai Bangunan Hijau, menambah Ruang
Terbuka Hijau Pada Kawasan CitraLand Bagya City
B. Halaman Rumah
Halaman rumah terbagi dua elemen, yaitu elemen solid berupa perkerasan
carport dan elemen void berupa taman. Halaman yang berupa taman pada bagian
depan dan bagian belakang rumah memiliki luas 26.81 ha atau 12.67% dari luas
total kawasan. Peraturan city manajemen perumahan CitraLand Bagya City tidak
pada halaman belakang. Sehingga halaman belakang rumah tidak dapat dikontrol
pemilik rumah untuk tidak menutup seluruh bagian halaman belakang dengan
atap, untuk penghawaan dan pencahayaan. Pada bagian atap yang merupakan
tambahan disarankan berupa dak beton dan difungsikan menjadi roof garden
(Gambar 5.17).
Perlu disarankan roof garden pada bagian atap pada perumahan ini untuk
Gambar 5.17 Ruang Terbuka pada Halaman Rumah di Perumahan CitraLand Bagya
City
C. Danau
Danau merupakan elemen ruang terbuka yang menjadi bagian dari ekodrainase di
seluas 11 ha atau 5% dari luas total CitraLand Bagya City. Danau yang sudah
terbangun saat ini seluas 2 Hektar dengan kedalamanan 1.5-2.5 meter. Salah satu
cara penanganan air limpasan dalam konsep eko-drainase adalah cara retensi
(penampungan). Cara retensi dibagi menjadi dua macam, yaitu “off site
retention”, misalnya pembuatan danau dan “on site retention”, misalnya retensi
pada atap bangunan, taman, tempat parkir, lapangan terbuka, halaman rumah.
Untuk skala lebih besar, penerapan metode retensi diwujudkan dalam bentuk
permukaan. Caranya dengan memberikan waktu yang cukup untuk air agar dapat
meresap ke dalam tanah. Danau juga berfungsi menahan aliran air agar tidak
langsung mengalir ke saluran drainase. Besar danau minimal sebesar debit curah
suatu kawasan.
yang dijual dengan view danau harganya lebih tinggi dan lebih menarik minat
konsumen. Danau dapat diserasikan dengan taman atau ruang terbuka hijau
sehingga bisa menjadi tempat rekreasi, berolahraga dan aktifitas sosial bagi
penghuni. Danau Tunggu (Regulation Pond) juga berfungsi menyimpan air saat
banjir untuk sementara waktu dan mengalirkan lagi ke sungai setelah hujan mulai
surut. Suatu danau penampung atau danau konservasi dapat menahan air
kelebihan pada masa-masa aliran air tinggi untuk digunakan selama masa-masa
Gambar 5.18 Danau yang Sudah Dibangun Di Perumahan CitraLand Bagya City
D. Jalan
Jalan pada perumahan CitraLand Bagya City terdiri dari dua material, yaitu dari
rigid beton dengan lapisan finishing aspal (Gambar 5.19) dan rigid beton dengan
lapisan finishing pattern concrete (Gambar 5.20). Kedua material jalan ini adalah
bagian solid yang tidak dapat menyerap air. Luas jalan di kawasan ini 37.16 ha
atau 17.56% dari luas total kawasan. Dengan lebar jalan dari 7 sampai 24 meter
dan kemiringan 2%. Air hujan yang mengalir kepermukaan jalan dialirkan ke
saluran melalui street inlet yang ada dipinggiran jalan (Gambar 5.21)
Gambar 5.19 Jalan Rigid Beton dengan Finishing Aspal di Perumahan CitraLand
Bagya City
Gambar 5.20 Jalan Rigid Beton dengan Finishing Pattern concrete di Perumahan
CitraLand Bagya City
Gambar 5.21 Potongan Jalan Dengan Penampang Street Inlet Dan Saluran Di
Perumahan CitraLand Bagya City
E. Paving
Bagya City. Luas paving yang ada di perumahan ini 19.7 ha atau 9.31% dari luas
total kawasan. Paving dengan tebal 8 cm ini menutupi bagian pejalan kaki di
berm jalan. Air hujan yang melalui paving dapat langsung diserap ke tanah
(Gambar 5.22)
F. Taman
perumahan CitraLand Bagya City. Taman diperumahan ini terdiri dari taman
berm di tepi jalan, taman cluster dan taman disepanjang tepian danau. Luas
taman di kawasan ini 45.34 ha atau 21.43 % dari luas total kawasan. Taman yang
di perumahan ini didisain dengan lansekap yang baik dengan pemilihan tanaman
melalui rekayasa kontur tanah dan cekungan penahan air yang merupakan bagian
jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam
tanah sehingga air lebih cepat diserap. Berdasarkan observasi terdapat empat
jenis tanaman penutup yang digunakan yaitu: (a) jenis merambat (rendah) seperti
rumput gajah mini, pacing mini, (b) jenis perdu/semak (sedang) seperti
alamanda kuning, pandan hijau, (c) jenis pohon (tinggi) seperti trembesi, palem
chinensis, (d) jenis kacang-kacangan seperti kucai hijau dan telo-telo. Konservasi
memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape. Kombinasi tanaman
dengan tajuk berbeda sangat mendukung, metode ini disebut pola tajuk
Gambar 5.23 Analisa Ruang Terbuka Masterplan Perumahan CitraLand Bagya City
ruang terbuka taman, penghijauan, jalan dan danau. Berdasarkan peraturan tata ruang
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dinas Cipta Karya, KDB untuk perumahan 60
%. Namun pada perumahan CitraLand Bagya City KDB dilaksanakan 46 %. Hal ini
membuktikan bahwa perumahan ini dari awal mengkonsepkan hunian yang ekologis
dengan menempatkan persentase ruang terbuka lebih besar dari lahan yang dibangun
(gambar 5.20). Komposisi ruang terbuka di perumahan CitraLand Bagya City cukup
besar dengan taman 21%, paving 9%, jalan 18 %, taman rumah 13% dan danau 5 %
(Gambar 5.24). Ruang terbuka ini dimanfaatkan sebagai bagian dari ekodrainase
secepat mungkin air ke saluran drainase terdekat atau badan air. Namun dengan
adanya permasalahan baru khususnya terkait perubahan iklim dan mitigasi bencana,
muncul paradigma baru yaitu menahan dan meresapkan air sebanyak mungkin ke
tanah melalui sumur resapan, kolam retensi, ataupun yang lainnya. Salah satu konsep
yang sesuai dengan paradigma baru tersebut adalah konsep ekodrainase, yaitu suatu
Konsep inilah yang dilakukan perumahan CitraLand Bagya City saat ini demi
mewujudkan drainase yang berwawasan lingkungan. Secara garis besar konsep ini
bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Dalam konsep ekodrainase, air hujan
tidak secepatnya dialirkan menuju sungai namun diresapkan atau ditampung terlebih
dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan dan kolam
retensi. Selain itu, konsep ekodrainase juga dapat dilaksanakan secara terintegrasi
dengan penanganan sampah dan air limbah yang bertujuan memulihkan dan
disebabkan oleh sampah atau air limbah yang masuk ke dalam saluran drainase.
CitraLand Bagya City telah dibangun danau seluas 2 hektar di kuadran pertama dan
kuadran ketiga dan 2 hektar di kuadran keempat, total kebutuhan danau seluruhnya 11
topografi rendah, secara ekstra dibuat dengan menggali suatu areal atau bagian
tertentu. Selain itu danau ini dapat difungsikan sebagai point view, tempat bersantai
Gambar 5.30 Danau Memanfaatkan Daerah dengan Topografi Rendah atau Tanah
Daya Dukung Rendah
Pada saluran parit drainase secara umum dikenal ada dua jenis konstruksi
saluran, yaitu:
1. Saluran Tertutup
2. Saluran Terbuka dengan lapisan, seperti pasangan batu atau beton
Saluran tanah memiliki kapasitas maksimum yang dibatasi oleh kemampuan
jenis tanah setempat terhadap bahaya erosi akibat aliran terlalu cepat. Hal tersebut
menjadi salah satu alasan mengapa diperlukan saluran dengan lapisan, meskipun
lapisan. Pemilihan pemakaian saluran tertutup ini untuk alasan estetika dan kestabilan
terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan lain yang menuntut
saluran drainase di perumahan ini dibuat dari saluran dengan lapisan. Saluran ini
dapat berupa saluran semi terbuka atau saluran yang diberi tutup dengan lubang –
sampai 100 cm. Saluran yang diberi tutup yang dapat dibuka, bertujuan supaya
saluran memberikan pandangan yang lebih baik atau ruang gerak bagi kepentingan
lain di atasnya. Pada beberapa bagian dipasang grill besi yang berfungsi sebagai
parit terbuka yang dikerjakan oleh CitraLand Bagya City yang merupakan saluran
luar sebagai penyambung antara saluran didalam proyek menuju saluran kota atau
Terdapat dua jalur saluran, Saluran pertama yaitu saluran kota kearah utara
disebut saluran V0-V2 sepanjang 950 meter , yaitu saluran dari CitraLand Bagya City
ke saluran kota jalan perhubungan. Saluran kedua yaitu saluran kota kearah timur
menuju sungai Percut disebut saluran (A-S) sepanjang 1500 meter dengan tujuan
membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan
terdapat dua sumur resapan disetiap rumah dihalaman depan dan halaman belakang.
Sumur resapan sederhana yang terbuat dari Pipa PVC diameter 4 inchi dengan
kedalaman 5 m sepanjang ukurang pipa. Pada sekeliling pipa dilubang setiap jarak
100 mm, pada bagian atas pipa di tutup dengan ijuk setebal 200 mm (Gambar 5.32-
5.33). Selain sumur resapan, septictank yang digunakan juga bioseptictank sehingga
buangan rumah tangga tidak mencemari air tanah. Perlu dicatat bahwa sumur resapan
ini hanya dikhususkan untuk air hujan, sehingga masyarakat harus mendapatkan
Motode sumur resapan selain mampu mengatasi masalah banjir, juga dapat
berfungsi sebagai konservasi air hujan. Metode ini tidak mengeluarkan biaya mahal,
Gambar 5.36 Foto Posisi Sumur Resapan di Halaman Depan dan Belakang Rumah
CitraLand Bagya City
Metode river side polder adalah metode menahan aliran air dengan
polder pinggir sungai Percut ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di
berbagai tempat secara selektif di sepanjang sungai. Untuk CitraLand Bagya City,
metode river side polder ini dipasang di salah satu pinggiran sungai Percut yang
berjarang sekitar 1 kilometer dari lokasi perumahan. Pada saat muka air naik (banjir),
sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga banjir
di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga (Gambar 5.38).
Gambar 5.38 Metode River Side Polder di Sungai Percut 1 Kilometer dari
Perumahan Citraland Bagya City
ada, baik secara makro maupun mikro, sehingga makin banyak air hujan yang
tertampung dan bisa diresapkan di areal tersebut . Dengan penataan lansekap yang
baik secara makro dapat memberi image suasana kota yang teduh dan hijau (Gambar
artistik, sehingga masih dapat dipakai untuk keperluan tertentu di musim kering
(Gambar 5.39). Modifikasi lansekap juga dapat dilakukan dengan menginterupsi air
larian pada jarak-jarak tertentu, sehingga air hujan memiliki tenggang waktu untuk
meresap ke dalam tanah. Rekayasa kontur tanah dengan membuat terasering. Dengan
adanya terasering, air larian diinterupsi agar punya kesempatan untuk meresap,
pohon yang akarnya mampu menyerap air dengan banyak dan mampu menyimpan air
Gambar 5.39 Metode Modifikasi Lansekap dari Perumahan CitraLand Bagya City
Gambar 5.40 Metode Modifikasi Lansekap dari Perumahan CitraLand Bagya City
Analisa keberhasilan ekodrainase juga dapat dilihat dari analisa nilai koefisien
run off kawasan. Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air hujan
yang mengalir atau melimpas diatas permukaan tanah dengan jumlah air hujan yang
jatuh dari atmosfir. Nilai koefisien pengaliran berkisar antara 0 sampai dengan 1 dan
bergantung dari jenis tanah, jenis vegetasi, karakteristik tata guna lahan dan
konstruksi yang ada dipermukaan tanah seperti jalan aspal, atap bangunan dan lain-
lain yang menyebabkan air hujan tidak dapat sampai secara langsung ke permukaan
tanah sehingga tidak dapat berinfiltrasi maka akan menghasilkan limpasan permukaan
berikut:
C=Q/R
Keterangan:
C = Koefisien Pengaliran
Q = Jumlah Limpasan
Besaran nilai koefisien ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan
lahan, jenis dan kondisi tanah.Standar nilai koefisien run off ini akan dibandingkan
terhadap run off kawasan penelitian akibat perubahan peruntukan lahan (Wesli,
2008).
Adapun nilai koefisien run off untuk beberapa kondisi area dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
PENEMUAN
pembangunan perumahan Citraland Bagya City yang terjadi pada tahap awal
pembangunan seperti ditunjukan pada Gambar 6.1, yaitu pada tahap pembangunan
1. Banjir yang masih sering terjadi ketika hujan turun disertai dengan kotoran
endapan lumpur yang terbawa oleh tanah timbun dari lokasi penelitian.
3. Polusi air akibat dari mengendapnya lumpur didalam saluran sehingga air
134
Gambar 6.1 Foto Banjir di Kawasan Perumahan Citraland Bagya City pada Tahap
Pembangunan Infrastruktur
yang ada, yaitu konsep ekodrainase, yang merupakan bentuk pembelajaran dari
ekodrainase ini terbukti mengurangi permasalahan lingkungan yang ada seperti banjir
Gambar 6.2 Foto Banjir di Kawasan Perumahan Citraland Bagya City pada Tahap
Pembangunan Infrastruktur
kotor yang ekologis pada kawasan perumahan Citraland Bagya City, yaitu penerapan
1. Danau konservasi yang terbangun saat ini seluas 2 Hektar untuk areal
2. Danau konservasi ini dibuat untuk menampung air hujan terlebih dahulu,
material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan menggali suatu areal
masyarakat sekitar.
permanen air hujan, sebagai cadangan air tanah ketika musim kemarau.
7. Run Off danau saat ini 0.0026-0.018 angka ini dibawah nilai standard
B. Parit konservasi
saluran parit konservasi yang diterapkan di lokasi ini yaitu saluran terbuka dan
langsung dengan saluran drainase kota dan ke sungai Percut dengan dimensi
ukuran saluran diameter 60 cm sampai 100 cm. Selain alasan estetika dan
kestabilan terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan
lain yang menuntut saluran drainase ini dibuat dari saluran dengan lapisan.
Gambar 6.4 Penerapan Saluran Tertutup dan Terbuka Sebagai Parit Konservasi di
Kawasan CitraLand Bagya City
C. Sumur resapan
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan
menekan terjadinya banjir, sumur resapan ini juga dapat berfungsi untuk
menyediakan cadangan air tanah pada musim kemarau. Dengan sumur resapan
ini, air hujan akan ditampung dan diresapkan ke dalam tanah sehingga dapat
Sementara itu, dengan pembuatan sumur resapan ini akan mampu menekan
banjir dan menyediakan air tanah pada musim kemarau sehingga sumur-sumur
dan mata air yang ada dapat tetap berair pada saat kemarau.
CitraLand Bagya City dipasang sumur resapan satu buah dihalaman depan dan
satu buah di halaman belakang. Sumur resapanini sangat sederhana dibuat dari
Pada sekeliling pipa dilubangi setiap jarak 100 mm, pada bagian atas pipa di
Sumur resapan ini diterapkan seperti pada studi kasus penerapan ekodrainase
kota tersebut.
Gambar 6.5 Penerapan Sumur Resapan di Dalam Kawasan CitraLand Bagya City
diketahui bahwa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan untuk
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah
2. Sumur resapan harus dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari
fondasi bangunan.
bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air tanah minimum 1,5 m
menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm/jam (artinya, genangan
air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi,
Metode river side polder juga ditemukan di salah satu pinggiran sungai Percut
yang berjarang sekitar 1 kilometer dari lokasi perumahan. Pada saat muka air
naik (banjir), sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir
reda, sehingga banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga
Belanda.
Gambar 6.6 Penerapan River Side Polder di Kawasan CitraLand Bagya City
E. Modifikasi lansekap.
mempertahankan minimal 20% pohon besar yang telah dewasa, yang ada
terdapat 35% tanaman pohon besar yang dipertahankan, yaitu pohon jati
5. Pemilihan pohon yang akarnya mampu menyerap air dengan banyak dan
Tababuya.
6. Ditemukan empat jenis tanaman penutup yang digunakan yaitu: (a) jenis
merambat (rendah) seperti rumput gajah mini, pacing mini, (b) jenis
tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape.
menyediakan ruang terbuka hijau untuk publik minimal 25% dari luas
ekodrainase di Belanda.
10. Run Off ruang terbuka taman saat ini 0.01-0.05 angka ini dibawah nilai
Gambar 6.7 Metode Modifikasi Lansekap di Dalam Kawasan CitraLand Bagya City
Parit Konservasi Ekodrainase ramah Mengurangi volume limpasan air √ Melambatkan aliran air
lingkungan mengelola air hujan kawasan ke drainase kota kelebihan dengan sistem saluran
kelebihan pada musim hujan parit konservasi ke danau
sehingga tidak mengalir sebelum ke sungai atau drainase
secepatnya ke sungai. kota
Standard koefisien taman yaitu 0.05- Run Off ruang terbuka taman
0.25 saat ini 0.01-0.05 -> Lebih
Baik
Modifikasi Lansekap Pohon yang di tanam di
Pemilihan pohon yang
lokasi penelitian Trembesi,
akarnya mampu menyerap air
Bambu, Keben, Tabebuya.
dengan banyak dan mampu
akarnya mampu menyerap air
menyimpan air tanah.
dan menahan tanah.
Konstruksi mulde atau
menggunakan cekungan-
cekungan horizontal yang
didesain artistik, sehingga √
masih dapat dipakai untuk
keperluan tertentu di musim
kering.
Berdasarkan hitungan analisa run off kawasan penelitian, ditemukan bahwa run
off kawasan CitraLand Bagya City setelah dikembangkan menjadi fungsi perumahan
nilainya mendekati run off kawasan dengan fungsi perkebunan yaitu 0.45-0.62 .
Analisa nilai koefisien daerah aliran run off dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Tabel Analisa Nilai Koefisien Daerah Aliran Run Off (C)
CitraLand Bagya City
Rumus Nilai Koefisien Daerah Aliran (C) = Luas Segmen X Standar Koefisien
Run Off
Luas Total Kawasan
7.1 Kesimpulan
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian yaitu untuk
ekodrainase yang ada diperumahan ini berdasarkan teori ekodrainase Agus Maryono
(2014), yang mengatakan bahwa ekodrainase merupakan suatu usaha mengalirkan air
terjadinya masalah kesehatan dan banjir. Penelitian berkonsentrasi pada analisa fasilitas
dan metode ekodrainase pada kawasan ini, seperti danau konservasi, parit konservasi,
sumur resapan, river side polder dan metode modifikasi lansekap dengan
disimpulkan bahwa:
150
CitraLand Bagya City antara lain banjir jika hujan, saluran yang ada tidak
cukup untuk menampung limpasan air hujan yang masuk ke saluran kota, dan
2. Sistem saluran konvensional yang ada dengan prinsip menyalurkan semua air
waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah tidak mengurangi masalah banjir
pada perumahan ini adalah metode danau konservasi. Danau buatan seluas 11
Ha ini menyumbang run off kawasan sebesar 0.0026 - 0.0183. Danau terbukti
yang diterapkan di kawasan ini adalah mengelola air kelebihan dengan cara
mempengaruhi run off kawasan. Sebagai areal resapan, usaha yang dilakukan
perumahan CitraLand Bagya City dalam menetralkan run off kawasan adalah
konservasi, sumur resapan, river side polder, dan metode modifikasi lansekap.
run off kawasan CitraLand Bagya City setelah dikembangkan menjadi fungsi
yaitu 0.45-0.62.
menempatkan persentase ruang terbuka lebih besar dari lahan yang dibangun
penghijauan, jalan dan danau buatan. KDB yang diizinkan kawasan 60-70%,
8. Kajian tentang CitraLand Bagya City dapat disimpulkan melalui Tabel 7.1.
0.45-0.62
Areal Solid :
Atap : 0.75-0.90
Areal Void :
Kebun : 0.20
Elevasi : 71 ft atau 21.3 m dari permukaan Elevasi : 76 ft atau 22.8 m dari permukaan laut (timbunan rata-rata
laut 1.5 m)
Saluran : Tidak permanen dan tidak Saluran : Permanen, memadai dan direncanakan
Sistem saluran Ekodrainase berupa Kolam konservasi, Parit
Sistem saluran drainase Konvensional konservasi, Sumur resapan, River side polder, Modifikasi
lansekap.
KDB yang diijinkan 50-60 % KDB yang diijinkan 60-70 % , Realisasi : 46% (Lebih Baik)
9. Siklus ekodrainase dan run off di CitraLand Bagya City dapat disimpulkan
Gambar 7.1 Siklus Ekodrainase dan Run off di CitraLand Bagya City
7.2 Saran
adalah:
bagian yang lain. Perlu disarankan roof garden pada bagian atap pada
perumahan ini untuk memperlambat run off kawasan. Tanaman pada roof
garden mampu mengurangi suhu antara 3,6 o - 11,3 o Celsius (6,5 dan 20,3
° F).
3. Dengan menerapkan roof garden pada kawasan dapat mengurangi run off
rumah/ruko.
pelaksanaannya.
drainase.
158
Wawancara Dengan :
terjadi banjir?
R : Pernah.
R : Setiap hujan biasanya banjir, tapi kalau hujan besar banjirnya lebih
tinggi.
R : 2007
Wawancara Dengan :
terjadi banjir?
R : Sering.
R : 2007 -2008