Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA PROFESI INDUSTRI KONSTRUKSI TEKNIK SIPIL DALAM

BIDANG PROFESIONAL KONSTRUKSI

Dosen : Ir, Andung Yunianta

Disusun Oleh :

Disusun oleh:

PUTRA TIRANDA
19 611 087

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulisan dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Etika Profesional
dalam Konstruksi.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jayapura, 09 Desember 2021.

PUTRA TIRANDA

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ETIKA...................................................................................................................i
PROFESIONAL KONSTRUKSI...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB 1.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................3
1.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................5
ISI...............................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Etika...............................................................................................................5
2.2 Prinsip-prinsip Etika.........................................................................................................6
2.3 Prinsip Umum Etika Insinyur..........................................................................................6
2.4 Profesi..........................................................................................................................7
2.5 Ciri- Ciri Profesi............................................................................................................8
2.6 Mengenali faktor-faktor pelanggaran kode etik engineering.......................................8
2.7 Sanksi terhadap pelaku pelanggaran kode etik............................................................9
2.8 Fungsi Kode Etik Engineering...................................................................................10
2.9 Permasalahan Profesinal Konstruksi......................................................................... 11
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsultan secara umum, adalah kumpulan Ide, Pikiran, gagasan atau ketentuan yang
baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh kelompok atau orang-orang yang
berkeahlian dalam bidang konsultan, yang berprofesional, untuk menjunjung tinggi
kemulian profesi mereka demi tangunjawabnya terhadap profesi mereka, masyarahkat,
lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.

Kontraktor secara umum, adalah kumpulan Ide, Pikiran, gagasan atau ketentuan
yang baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh kelompok atau orang-orang
yang berkeahlian dalam bidang kontraktor, yang berprofesional, untuk menjunjung tinggi
kemulian profesi mereka demi tangunjawabnya terhadap profesi mereka, masyarahkat,
lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan Pabrik Material Bangunan secara umum, adalah kumpulan Ide, Pikiran,
gagasan atau ketentuan yang baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh
kelompok atau orang-orang y ang berkeahlian dalam bidang Industri, yang
berprofesional, untuk menjunjung tinggi kemulian profesi mereka demi tangunjawabnya
terhadap profesi mereka, masyarahkat, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi Secara Keseluruhan Kode Etika adalah sekumpulan peraturan atau ketentuan
yang baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh sekelompok orang yang
berkeahlian tertentu, yang berprofesional, untuk menjunjung tinggi kemuliaan profesi
mereka demi tanggungjawabnya terhadap profesi mereka, masyarahkat, lingkungan dan
Tuhan Yang Maha Esa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Bagaimana penerapan Kode Etik dan Keprofesian/Etika Profes dikaitkan dengan


Industri Jasa Konstruksi (Konsultan/Kontraktor/Pabrik material bangunan) ?

2
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :


1. Penerapan Kode Etik dan Etika Profesi dikaitkann dengan Industri Jasa
Konstruksi (Konsultan/Kontraktor/Pabrik material bangunan).

1.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penulisan Laporan Akhir ini
dengan menggunakan data sekunder, menurut Suliyanto (2006:131), yaitu:

1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang
bukan pengolahnya. Data sekunder ini penulis peroleh mengenai etika
professional dalam konstruksi diperoleh dari berbagai literature di Internet ,serta
referensi-referensi dari buku yang berkaitan dengan Etika profesi dalam bidang
teknik sipil.

1.5 Sistematika Penulisan


Agar tersusun dengan rapih dan lebih sistematis maka :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan
buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa literature review
yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III PEMBAHASAN


Bab ini berisikan gambaran dan sejarah singkat Perguruan Tinggi Raharja, struktur
organisasi, permasalahan yang dihadapi, alternatif pemecahan masalah, analisa proses,
UML (Unified Modelling Language) sistem yang berjalan, serta elisitasi tahap I, elisitasi
tahap II, elisitasi tahap III, dan final draft elisitasi.
BAB IV RANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
Bab ini menjelaskan analisa sistem yang diusulkan dengan menggunakan flowchart dan
mind map dari sistem yang diimplementasikan, serta pembahasan secara detail final
elisitasi yang ada di bab sebelumnya, di jabarkan secara satu persatu dengan menerapkan
konsep sesudah adanya sistem yang diusulkan.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi
sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
BAB 2

ISI

2.1 Pengertian Etika


Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani
ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :

1. Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan
oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


member manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
kita, dengan demikian etika ini dapatdibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :

1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

2.2 Prinsip-prinsip Etika


1. Prinsip tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya terhadap
dampak perkerjaan terhadap orang lain.
2. Prinsip keadilan,tidak merugikan, membedakan orang lain.
3. Prinsip OtonomiKebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya,tetapi
dibatasi tanggung jawab dan komitmen profesional dan tidak mengganggu
kepentingan umum.
4. Prinsip integritas moral yang tinggi
5. Komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi.

2.3 Prinsip Umum Etika Insinyur


Prinsip etika bisnis sangat dipengaruhi sistem nilai dalam masyarakat, secara umum
dalam bisnis sesungguhnya penerapan prinsip pada umumnya

Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang
insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “Catur Karsa Sapta Dharma
Insinyur Indonesia. (Wardiman,2015) Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip
dasar yaitu:

1. Mengutamakan keluhuran budi.


2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung tinggi
kode etik seorang insinyur yang professional yaitu:

1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan


kesejahteraan Masyarakat.
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan
dalam tanggung jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masingmasing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

2.4 Profesi
Harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan / Profesi” dan “Profesional”
terdapat beberapa perbedaan :

1. Profesi :

 Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.


 Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
 Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
 Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

2. Profesional :

 Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.


 Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
 Hidup dari situ.
 Bangga akan pekerjaannya.
2.5 Ciri- Ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

2.6 Mengenali faktor-faktor pelanggaran kode etik engineering


Berikut ini beberapa faktor pelanggaran kode etik engineering :
1. Pengaruh sifat kekeluargaan
Orang sering berpikir toh orang yang akan peduli dan menolong apabila aku
susah ujung-ujungnya ya keluarga aku juga hal inilah yang menjadi alasan bagi
sebagian engineering untuk memilih kepentingan pribadi dan keluarga disbanding
kepentingan umum.
2. Pengaruh jabatan
Sebagai engineering tentunya akan bekerja pada bos, kadang seorang engineering
dipaksa patuh terhadap aturan atau keputusan yang dikeluarkan oleh seorang bos
meskipun aturan itu bertentangan dengan kode etik,apabila tidak patuh ancamannya
mungkin berupa pemecatan,pengurangan gaji, dan sebagainya. Jika sudah begitu,
maka bagi yang takut kehilangan pekerjaan atau takut akan sangsi dia akan memilih
patuh meskipun bertentanan dengan kode etik.
3. Pengaruh materialism
Tak bisa dipungkiri alasan orang ingin menjadi engineer adalah ujung-ujungnya
duit, orang lebih mementingkan bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak,
apapun caranya.
Sebagai contoh :
Seorang engineering umumnya bekerja pada bos yang mana bos itu bias jadi latar
belakangnya tidak sama dengan bidang keahlian kita. Bias jadi seorang bos tak
mengenal kode etik dalam engineering. Misalkan demi suatu kepentingan seorang
engineering di bidang teknik sipil yang sedang mengerjakan proyek pembangunan
jembatan di suruh oleh bosnya memanipulasi data atau perhitungan baik itu
mengurangi bahan atau menurunkan kualitas suatu material yang bisa menguntungkan
salah satu pihak dan merugikan pihak yang lainnya, karena alasan patuh pada atasan,
takut dipecat atau mungkin tergoda dengan bayaran yang ditawarkan oleh si bos maka
di engineering ini rela melanggar kode etik yang sudah ada. Apabila semua
engineering bertingkah laku seperti pada contoh atau semua engineering merasa tidak
merasa berdosa ketika apa yang dia lakukan ternyata bertentangan dengan kode etik,
akan terjadi tidak tersusun di setiap bidang, yang tentunya masyarakat umumlah yang
dirugikan.

2.7 Sanksi terhadap pelaku pelanggaran kode etik


 Mendapat peringatan
Pada tahap ini, si pelaku akan mendapatkan peringatan halus, missal jika
seseorang menyebutkan suatu instansi terkait (namun belum parah tingkatannya) bias
saja ia akan menerima email yang berisi peringatan, jika tidak diklarifikasi
kemungkinan untuk berlanjut ke tingkat selanjutnya, seperti peringatan keras ataupun
lainnya.
 Pemblokiran
Mengupdate status yang berisi SARA, mengupload data yang mengandung unsur
pornografi baik berupa image maupun gif, seorang programmer yang
mendistribusikan malware. Hal ini tersebut adalah contoh pelanggaran dalam kasus
yang sangat berbeda-beda, kemungkinan untuk kasus tersebut adalah pemblokiran
akun dimana si pelaku melakukan aksinya. Misal, sebuah akun pribadi social yang
dengan sengaja membentuk grup yang melecehkan agama dan ada pihak lain yang
merasa tersinggung karenanya, ada kemungkinan akun tersebut adakn dideactivated
oleh server. Atau dalam web/blog yang terdapat konten porno yang mengakibatkan
pemblokiran web/blog tersebut.
 Hukum pidana/perdata
Setiap penyelenggara Negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yag
dirugikan karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh orang lain, berhak
mengajukan gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud (Pasal 23 ayat 3)
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hokum melakukan
tindakan apapun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau
mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya (Pasal
33)
“Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan” (Pasal 39)

2.8 Fungsi Kode Etik Engineering

Kode etik Engineering memberikan pedoman bagi setiap anggota Engineering tentang
prinsip Engineeringonalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
Engineering, pelaksana Engineering mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan
dan yang tidak boleh dilakukan. Kode etik Engineering merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas Engineering yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika Engineering dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti
pentingnya suatu Engineering, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para
pelaksana di lapangan keja (kalangan sosial).
Kode etik Engineering mencegah campur tangan pihak diluar organisasi Engineering
tentang hubungan etika dalam keanggotaan Engineering. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa
para pelaksana Engineering pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan Engineering di lain instansi atau perusahaan.

2.9 Permasalahan Profesional Konstruksi

 Permasalahan
Permasalahan berasal dari kata dasar masalah, yang berarti suatu kendala atau persoalan
yang harus dipecahkan (dari KBBI). jika di tambah dengan imbuhan per-an yang berarti
peristiwa itu sendiri, maka permasalahan adalah persoalan – persoalan tersebut dan
harus dipecahkan.
 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah bagian dari proses untuk melakukan suatu pekerjaan, dimana
sebelum melakukan pelaksanaan sudah dilakukan tahap-tahap sebelumnya seperti
perencanaan, studi kelayakan, ataupun yang lainnya.
 Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara
ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari
bagian-bagian struktur.

Maka, “Permasalahan pada tahap pelaksanaan konstruksi” adalah segala persoalan dan kendala
yang terjadi pada suatu proses pekerjaan suatu proyek bangunan. Agar pelaksanaan pada tahap
pelaksanaan konstruksi baik, dapat diketahui sebagai berikut;

1. Proses Manajemen Mutu

Pada proyek konstruksi, ada tiga proses yang harus dilakukan untuk mendapatkan mutu
yang baik. Ini adalah syarat yang harus dilakukan dalam memanajemen mutu dalam
suatu proyek. Adapun ketiga proses mutu tersebut adalah perencanaan mutu (Quality
Planning), pengendalian mutu (Quality Control) dan penjaminan mutu (Quality Assurance).
Ketiga proses ini dilakukan dalam suatu manajemen proyek agar proyek tersebut
menghasilkan mutu yang baik.

Gambar Proses mutu


Sumber : Scrib.com

2. Perencanaan Mutu (Quality Planning)


Perencanaan mutu adalah proses yang berkaitan dengan pemilik (owner), yaitu proses
produksi, desai produk, atau pelayanan. Perencanaan mutu ini biasanya dilakukan di
tahap-tahap awal, sebelum tahap pelaksanaan. Untuk proyek konstruksi, merencanakan
mutu ini sangat perlu sebagai acuan untuk melakukan proses selanjutnya seperti
penjaminan mutu dan pengendalian mutu di tahap selanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam perencanaan mutu adalah:
a) Mengetahui detail proyek yang akan dikerjakan
b) Mengidentifikasi pelanggan dan target pasar
c) Mengetahui kebutuhan atau keinginan dari pelanggan
d) Menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi produk atau ketentuan-ketentuan
pelayanan, akan tetapi tetap dikaitkan kepada standar-standar baku, spesifikasi
teknis, dll
e) Mengembangkan pelayanan dari produk tersebut yang dapat melebihi kebutuhan
pelanggan
f) Mengembangkan proses-proses yang dapat memberikan pelayanan, pembuatan
produk dalam cara yang paling efisien.
g) Mentransfer desain kepada organisasi terkait agar proses tersebut dapat berjalan.

3. Penjaminan Mutu

Penjaminan mutu adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang diperlukan
untuk memberikan keyakinan bahwa instansi atau sistem yang akan diwujudkan dapat
beroperasi secara memuaskan. Tujuan utama kegiatan penjaminan mutu adalah
mengadakan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan
kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa semua tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tingkatan mutu proyek telah dilaksanakan dengan berhasil. Proses penjaminan
mutu dilaksanakan pada tahap pelaksanaan suatu proyek. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam proses penjaminan mutu adalah:
1. Periksa manual dari prosedur proyek yaitu suatu tahap-tahap kegiatan untuk
menyelesaikan suatu aktivitas proyek sehingga tercapai tujuan proyek.
2. Periksa isi dokumen kontrak dan spesifikasi teknisnya, kemudian susun kriteria rencana
kerja, proses kerja, dan hasil kerja.
3. Prosedur pemeriksaan proyek yang berisi antara lain gambar kerja, spesifikasi, dan
laporan pemeriksaan terhadap kegiatan.

4. Pemeriksaan secara menyeluruh dan terpadu terhadap dokumen yang diperlukan untuk
penyerahan terakhir, dengan tujuan menyelaraskan koordinasi hasil kerja pelaksanaan dan
menghindari terjadinya konflik/pertentangan dari isi dokumen.
5. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dokumen di distribusikan adalah diperiksa
terlebih dahulu oleh manajer proyek sebelum diserahkan ke pemilik proyek.

4. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu adalah proses yang melakukan tindakan-tindakan berupa testing,


pengukuran, dan pemerikasaan untuk memantau apakah kegiatan konstruksi telah dilakukan
sesuai dengan rencana. Pengendalian mutu dilakukan pada tahap pelaksanaan proyek,
khususnya pada tahap pengwasan dan pengendalian, agar mengetahui apakah tahap-tahap
pelaksanaan proyek sudah dilakukan sesuai dengan syarat dan rencana pada perencanaan mutu.
Lalu jika tidak dilakukan sesuai syarat, maka dilakukan penindak-lanjutan. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam proses pengendalian mutu adalah:
1. Mengevaluasi kinerja mutu nyata.
2. Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan mutu
3. Bertindak berdasarkan perbedaan
Dari penjelasan masing-masing proses mutu di atas, yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
konstruksi adalah proses penjaminan mutu dan pengendalian mutu.

5. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Sebelum membahas tentang tahap pelaksanaan konstruksi, maka terlebih dahulu


mengetahui apa saja tahapan dalam kegiatan konstruksi. Kegiatan konstruksi merupakan
suatu kegiatan yang berurutan dan saling berkaitan. Biasanya dimulai dari lahirnya suatu
kebutuhan (need), pemikiran kemungkinan terlaksananya proyek tersebut (feasibility
study), keputusan untuk membangun dan membuat penjelasan yang lebih rinci
(briefing), menuangkannya dalam bentuk rancangan awal (predesign), membuat
rancangan yang lebih rinci dan pasti (detail design), lalu memilih calon pelaksana
(procurement), kemudian melaksanakan pembangunan (constructin), serta melakukan
pemeliharaan terhadap bangunan tersebut (maintenance). Untuk diagramnya, tahap -
tahap konstruksi tersebut adalah sebagai berikut;
Gambar Tahapan Konstruksi
Sumber : Scrib.com

Tahap pelaksanaan dilakukan setelah melakukan ketiga tahap sebelumnya, yaitu tahap
studi kelayakan, perencanaan, dan pelelangan. Jika ketiga tahap sebelumnya belum
dilakukan, maka tidak akan bisa melakukan tahap pelaksanan konstruksi. Tahap
pelaksanaan adalah tahap dimana perwujudan dari desain, rencana anggaran biaya dan
rencana waktu yang sudah di rencanakan pada tahap perencanaan. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap pelaksanaan kosntruksi adalah merencanakan, mengendalikan,
dan mengkoordinasikan semua oprasional di lapangan.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian dalam tahap pelaksanaan adalah:
a) Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan
b) Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan
c) Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja
d) Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material
6. Permasalahan yang Terjadi Pada Tahap Pelaksanaan

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa ada tiga proses manajemen mutu, yaitu
perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian mutu (Quality Control) dan penjaminan
mutu (Quality Assurance). Pengendalian dan penjaminan mutu dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan, sedangkan perencanaan mutu dilaksanakan pada tahap desain. Hal ini tidak
berarti bahwa pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan mutu tidak mempengaruhi tahap
pelaksanaan. Jika pada proses perencanaan mutu tidak dilakukan dengan baik, hal tersebut
akan mempengaruhi proses manajemen mutu selanjutnya. Maka akan terjadi permasalahan
pada tahap pelaksanaan. Permasalahan yang bisa terjadi adalah:

a) Terjadinya perubahan desain pada tahap pelaksanaan

b) Lemahnya perencanaan dan pengendalian

c) Koordinasi yang tidak baik antara pihak yang terlibat

d) Keterlambatan pemesanan material

7. Perubahan Desain Pada Tahap Pelaksanaan

Perubahan desain pada tahap pelaksanaan akan berpengaruh terhadap perubahan biaya
dan waktu. Waktu pelaksanaan akan semakin lama dari yang sudah direncakan dan
biaya pelaksanaan juga meningkat seiring meningkatnya waktu pelaksanaan, karena
seperti yang kita ketahui biaya, waktu, dan mutu saling berkaitan satu sama lain. Jika
waktu dan biaya berubah, maka tentu saja mutu juga akan berubah.

Beberapa kesalahan yang dilakukan sehingga terjadinya perubahan desain pada tahap
pelaksanaan adalah:

a) Tidak dilakukan proses perencanaan mutu pada kegiatan memahami keinginan


pelanggan.
b) Tidak dilakukan proses penjaminan mutu pada kegiatan pemeriksaan gambar kerja.
Solusi yang dapat dilakukan adalah :
a) Memahami secara detail keinginan pelanggan
Sebagai seorang konsultan, maka keinginan pelanggan adalah hal mutlak yang harus
diketahui secara detail. Jika tidak maka pada pertengahan proses pelaksanaan, maka
pelanggan akan ingin mengubah desain karena tidak sesuai keinginannya.
b) Kontraktor memeriksa gambar kerja sebelum akan dibangun.
c) Pemeriksaan gambar kerja oleh kontraktor perlu dilakukan untuk memastikan tidak
terjadi kesalahan gambar yang dilakukan arsitek dan juga untuk mengetahui tingkat
kesulitan gambar tersebut. Jika terjadi kesalahan dapat diperbaiki sebelum tahap
pelaksanaan.

8. Lemahnya Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan pengendalian adalah dua dari tiga kegiatan yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan oleh kontraktor pengawas dan
kontraktor pengendali. Tugas pengawas dan pengendali tidak sama. Pengawas hanya
memperhatikan setiap kegiatan lapangan dan melaporkannya, sedangkan pengendali
melakukan tindakan jika terjadi perbedaan pekerjaan dari yang direncanakan.
Faktor menimbulkan melemahnya pengawasan dan pengendalian adalah kontraktor
pengawas dan pengendali yang tidak memiliki pengetahuan. Solusi yang dilakukan
adalah kontraktor pengawas dan pengendali harus memiliki ilmu mengenai konstruksi
agar mengetahui saat terjadi kesalahan pada proses pembangunan. Pengetahuan ini juga
diperlukan untuk mengendalikan biaya, waktu, dll.

9. Koordinasi yang Baik Antara Pihak yang Terlibat

Koordinasi yang dimaksud adalah kurangnya komunikasi antar pihak yang terlibat di
lapangan. Koordinasi ini dimaksudkan agar apa yang diinginakan pemilik dapat
dimengerti oleh konsultan dan kontraktor, lalu apa yang konstraktor pengawas
iperintahkan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pekerja lain sampai ke tingakt yang
paling bawah sekalipun.

Adapun orang-orang yang terlibat dalam tahap pelaksanaan adalah :

1) Owner (pemilik)
2) Konsultan studi kelayakan dan konsultan manajemen konstruksi
3) Konsultan pengawas
4) Pelaksana konstruksi, seperti kontraktor, subkontraktor, dan pemasok

Solusi yang dapat dilakukan adalah mengurangi gap (kesalahan komunikasi) antara
berbagai pihak. Gap yang di maksud adalah:
I. Gap antara pemilik dengan konsultan, yaitu perbedaan apa yang diinginkan oleh
pemilik dengan apa yang di gambar oleh konsultan.
II. Gap antara konsultan dengan konstraktor, yaitu perbedaan antara apa yang di
gambar konsultan (arsitek) dengan apa yang dipikirkan oleh kontraktor.
III. Gap antara kontraktor dengan sub kontraktor, yaitu perbedaan antara apa yang di
pikirkan kontraktor berbeda dengan yang dipikirkan sub kontraktor.
IV. Gap antara subkontraktor dengan pekerja lapangan (mandor dan tukang), yaitu
perbedaan apa yang dipikirkan sub kontraktor dengan yang dilaksanakan di
lapangan.

10. Keterlambatan Kedatangan Material dan Alat

Keterlambatan pemesanan material akan berdampak kepada perubahan waktu dan biaya
dari sudah direncanakan. Jika material terlambat di pesan, maka selama material belum
datang tenaga kerja tidak akan bekerja di lokasi padahal sudah di bayar sesuai waktu
bekerjanya. Ini akan menambah biaya tenaga kerja. Selain itu, waktu juga akan
bertambah karena tidak sesuai dengan waktu yang sudah diperkirakan. Jika waktu dan
biaya bertambah, maka akan mempengaruhi mutu juga.

Alasan terjadinya keterlambatan material adalah karena kontraktor kurang


memperkirakan datangnya material. Kontraktor tidak dengan jeli memperkirakan
datangnya material. Seharusnya kontraktor sudah memperkirakannya dari lokasi
keberadaan material, jenis material, dll. Ini juga diakibatkan karena kontraktor yang
belum berpengalaman bekerja di lapangan. Solusi yang sebaiknya dilakukan adalah:

1) Memperhatikan datang matang material yang akan dipesan. Jika lokasinya jauh,
maka sudah jauh sebelumnya di pesan. Lalu jika jenis alat termasuk yang susah
dicari, maka terlebih dahulu mencari alat tersebut sebelum dibutuhkan.
2) Membuat time schedulu untuk material.
3) Kontraktor ataupun subkontraktor memiliki banyak relasi yang berhubungan
dengan bahan bangunan. Ini akan mempermudah untuk berkomunikasi sehingga
alat dan bahan material dapat datang sesuai dengan waktunya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Etika dalam engineering adalah sekumpulan standar yang menentukan kewajiban
engineering terhadap publik, klien, atasan dan kepada engineering itu sendiri. Etika
akan menjadi pemandu untuk seorang engineering agar dapat meningkatkan kualitas
pekerjaannya sekaligus beratanggung jawab terhadap keselamatan dan
kesejahteraan publik. Etika dalam engineering adalah konsep yang sangat luas.
Didalamnya, terdapat poin-poin yang bersifat teknik hingga nilai-nilai kemanusiaan
yang harus selalu dijunjung oleh setiap engineering.
2. Dalam Etika Engineering, seorang engineer harus bias menumbuhkan nilai-nilai kode
etik engineering, mengenali faktor-faktor pelanggaran kode etik engineering dan
sanksi terhadap pelaku pelanggaran kode etik.

3.2 Saran
Agar dapat memahami dan memperoleh pengetahuan baru maka usaha yang dapat di
lakukan adalah memperbanyak pemahaman terhadap etika Engineering dan
mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang di
jalani.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abramowitz, AJ, 1998, Berbicaralah: pengacara menemukan bahwa arsitek, di intens


sering mengejar etika, sering menyangkal diri mereka praktik pragmatis, Arsitektur
Record , Nov, 24–7. Rekam, November, 24-7.

2. Appelbaum, D., Lawton, SV, 1990, Etika dan profesi, Prentice-Hall, USA. Amerika
Serikat.

3. Australian Institute of Builders, 2001 URL: http://www.aib.org.au/about.html

4. Badger, WW, Gay, SW, 1996, The sepuluh pelajaran dalam konstruksi kontraktor,
Biaya Rekayasa, 38 (5), Mei, 20-9.

5. Bologna, GJ, Linquist, RJ, Wells, JT, 1996., Penipuan dan kejahatan komersial, John
Wiley & Sons, USA

6. Butt, S., 2001, "Kualitas Mark", Guru Builder, Majalah Federasi Guru Pembangun Mar,
18.

7. Calhoun, CH, Wolitzer, P., 2001, Etika sebagai nilai tambah layanan, CPA Journal, 71 (1)
Jan, 71-3.

8. Cohen, S., Grace, D., 1998, Etika bisnis: masalah Australia dan kasus, Oxford University
Press, Australia.

9. Coleman, JW, 1998, elit kriminal, pemahaman kejahatan kerah putih, St Martins Press,
New York

10. Davis, aku, 2001, "Kesehatan dan keselamatan":.. Masalah ekonomi dan moral,
Guru Builder, Majalah Federasi Guru Builders Mar, 17.

11. Delbridge, A., 2000, Macquarie Dictionary, Macquarie Point, NSW.

12. Ferguson, WC, 1994, Membangun landasan etika yang kokoh dalam bisnis,
Eksekutif Speaker, 9 (1), Agustus-September, 33-9.

Anda mungkin juga menyukai