Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KONSTRUKSI BANGUNAN

BANGUNAN BERTINGKAT 2 LANTAI

MARIA HARDINA WEA /1606950560


WIRA NANDA PUTRA/1606904466
PIERO BERNARD JOHAN/1606907166

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang menjadi salah satu parameter capaian
dalam mata kuliah Konstruksi Bangunan Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :
1. Ibu Dr. Raden Rara Dwinanti Rika Marthananty S.T, M.T. yang sudah memberikan
tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Asisten Konstruksi Bangungan; Christian
3. Rekan-rekan di Kelas Konstruksi Bangunan Teknik Universitas Indonesia.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah ambil bagian dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.

Depok, Maret 2018

Tim Penulis
ABSTRAK
Dewasa ini, perkembangan penduduk yang pesat membuat ketersedian lahan menjadi
berkurang sehingga peningkatan pertumbuhan bangunan ke arah vertikal semakin pesat,
khususnya pada kota-kota besar seperti Jakarta. Dalam kaitan ini Kami mengambil contoh
bangunan bertingkat 2 lantai di kawasan Jl. Margonda Raya, Pondok Cina, Depok, Jawa
Barat. Bangunan ini berfungsi sebagai toko dan rumah, dan bangunan tersebut telah kami
analisa sehingga dengan beberapa perubahan akan menjadikan bangunan yang memenuhi
syarat dan kriteria - kriteria bangunan bertingkat. Berbagai kriteria Bangunan bertingkat
sudah memiliki standarisasi tertentu menurut SNI. Salah satunya adalah SNI 1726 tahun
2002 tentang Perencanaan Bangunan Tahan Gempa.
Kata kunci : Bangunan Bertingkat, Kriteria bangunan bertingkat.
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang masalah
I.2. Pokok permasalahan
I.3. Tujuan penulisan
 Tujuan Umum
 Tujuan Khusus
I.4. Batasan masalah
I.5. Manfaat kajian
I.6. Sistematika penulisan
BAB II. BANGUNAN BERTINGKAT 2 LANTAI
II.1. Definisi
II.2. Syarat-syarat dan kriteria
II.3. Standar peraturan
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
 Koefisien Luar Bangunan (KLB)
 Garis Sempadan Bangunan (GSB)
 Garis Sempadan Jalan (GSJ)
 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)
 Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
 Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
 Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB
 Alat pemadam kebakaran gedung bertingkat
II.4. Bangunan Tahan Gempa untuk bangunan gedung bertingkat
BAB III. HASIL PENGAMATAN
III.1. Kondisi Bangunan Bertingkat 2 Lantai
 Lokasi bangunan survey (alamat)
 Luas tanah
 Luas bangunan
 Jumlah ruangan
 Jumlah penghuni
 Denah lokasi (site layout)
 Denah bangunan bertingkat eksisting
 Tampak depan dan tampak samping bangunan eksisting
III.2. Perbandingan dengan Bangunan berdasarkan fungsi
BAB IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

IV.1. Analisa Bangunan Bertingkat 2 Lantai

 Aspek eksternal (lingkungan dan infrastruktur)


 Aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas dan utilitas bangunan)
 Aspek teknik (material, denah eksisting, tampak bangunan, dll) → termasuk bahasan
tentang GEMPA, KDB, KLB, GSB, GSJ, serta Rasio/Perbangunan Luas Bangunan
dengan Penghuni
 Aspek ruang/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, penghawaan, pencahayaan, dll.)
IV.2. Usulan Bangunan Bertingkat Tahan Gempa

 Aspek Eksternal (lingkungan dan infrastruktur)


 Aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas dan utilitas bangunan)
 Aspek teknik (material, denah eksisting, tampak lingkungan, dll)
 Aspek ruang/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, pengawasan, pencahayaan, dll)
 Denah usulan/perbaikan
 T ampak usulan/perbaikan
IV.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

 Membuat Item Pekerjaan


 Membuat daftar harga satuan
 Membuat analisa per harga satuan
 Menyusun rencana anggaran biaya

BAB V. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Gambar
● Kertas A3
- Denah Situasi (Site plan) Bangunan Eksisting
- Denah Lantai 1, Denah Lantai 2
- Tampak Depan, Samping Rumah Usulan
- Potongan Bangunan (1 memanjang dan 1 melintang, satu memotong kamar mandi dan
Tangga)
- Denah Pondasi dan
- Detil Pondasi (Dalam-dalam, Dalam-Luar, Dalam- Kamar Mandi, Cakar Ayam)
- Denah Kolom, Balok, dan plat Lantai 1 dan Lantai 2
- Denah Pintu dan Jendela, Lantai 1 dan Lantai 2
- Denah Pola Lantai dan Lantai 1 dan Lantai 2
- Denah Tangga dan Detail
- Denah system penerangan dan plafond
- Denah Atap dan Detail Konstruksi Atap
- Denah utilitas: tapak bangunan dan jaringan utilitas depan bangunan
- Potongan: dari batas pagar tapak ke median jalan depan bangunan
- Detil potongan saluran drainase
- Detil potongan struktur perkerasan jalan
- Gambar jalur penyelamatan, fasilitas pemadam kebakaran, kotak medis, dan APAR
(denah)
- Gambar jaringan (denah dan potongan)
Pipa air bersih dan kelengkapannya
Pipa air limbah dan kelengkapannya
Pompa hidran, pipa hidran, sprinkler, deteksi asap,
- Gambar fasilitas sumber listrik, jaringan listrik dan penangkal petir (denah dan
potongan/tampak)
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Berdasarkan data kependudukan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 populasi
penduduk Indonesia mencapai 237.6 juta dan Indonesia terdaftar sebagai salah satu negara
dengan kepadatan penduduk yang tinggi di dunia ke -4, setelah Tiongkok, India, dan Amerika
Serikat. Setiap tahun terjadi jutaan kelahiran bayi di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang
pesat tersebut menyebabkan kebutuhan akan kebutuhan pokok manusia meningkat. Seperti
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Jika dilihat dari segi dunia teknik sipil, tantangan
dalam dunia teknik sipil adalah dengan menyediakan papan, atau rumah yang dapat
mengakomodasi penduduk serta memperhatikan aspek kesehatan, kenyamanan, dan
keselamatan. Kondisi perumahan di kota-kota besar, atau kota-kota satelit pendukung kota
besar seperti depok, pada umumnya merupakan perumahan dari kawasan padat. Ketersedian
lahan semakin berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut, banyak penduduk yang melakukan
pembangunan ke arah vertikal, namum kurang memperhatikan syrat dan kriteria bangunan
bertingkat. Oleh karena itu sebagai praktisi dalam bidang teknik sipil yang memiliki perhatian
lebih terhadap desain bangunan bertingkat, khususnya bangunan bertingkat 2 lantai , memiliki
kewajiban untuk mengkaji mengenai bangunan bertingkat 2 lantai lebih mendalam.

I.2 Pokok Permasalahan


 Apa definisi bangunan bertingkat 2 lantai ?
 Apa standar dan peraturan bangunan?
 Apa Syarat dan kriteria bangunan bertingkat 2 lantai ?
 Bagaimana perbandingan dengan bangunan berdasarkan fungsi?
I.3 Tujuan Penulisan
 TujuanUmum
Memberikan informasi mengenai Bangunan bertingkat 2 lantai dan membandingkan
bangunan hasil survey dengan syarat dan kriteria yang berlaku.
 Tujuan Khusus
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Tengah
Semester Mata Kuliah Konstruksi Bangunan TA 2017/2018.
I.4 Batasan Makalah
 Apa syarat dan Kriteria Bangunan bertingkat serta perbandingan dengan fungsi
bangunan.
I.5 Manfaat Kajian
 Memberikan informasi mengenai identifikasi tipe bangunan bertingkat 2 lantai .
 Memberika informasi mengenai standar dan peraturan bangunan.
 Memberikan informasi syarat serta kriteria bangunan bertingkat 2 lantai .
 Memberikan informasi memgenai perbandingan dengan bangunan berdasarkan fungsi.
 Sebagai bahan referensi dalam pembelajaran Mata Kuliah Konstruksi Bangunan
kedepannya

I.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang masalah
I.2. Pokok permasalahan
I.3. Tujuan penulisan
 Tujuan Umum
 Tujuan Khusus
I.4. Batasan masalah
I.5. Manfaat kajian
I.6. Sistematika penulisan
BAB II. BANGUNAN BERTINGKAT 2 LANTAI
II.1. Definisi
II.2. Syarat-syarat dan kriteria
II.3. Standar peraturan
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
 Koefisien Luar Bangunan (KLB)
 Garis Sempadan Bangunan (GSB)
 Garis Sempadan Jalan (GSJ)
 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)
 Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
 Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
 Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB
 Alat pemadam kebakaran gedung bertingkat
II.4. Bangunan Tahan Gempa untuk bangunan gedung bertingkat
BAB III. HASIL PENGAMATAN
III.1. Kondisi Bangunan Bertingkat 2 Lantai
 Lokasi bangunan survey (alamat)
 Luas tanah
 Luas bangunan
 Jumlah ruangan
 Jumlah penghuni
 Denah lokasi (site layout)
 Denah bangunan bertingkat eksisting
 Tampak depan dan tampak samping bangunan eksisting
III.2. Perbandingan dengan Bangunan berdasarkan fungsi
BAB IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

IV.1. Analisa Bangunan Bertingkat 2 Lantai

 Aspek eksternal (lingkungan dan infrastruktur)


 Aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas dan utilitas bangunan)
 Aspek teknik (material, denah eksisting, tampak bangunan, dll) → termasuk bahasan
tentang GEMPA, KDB, KLB, GSB, GSJ, serta Rasio/Perbangunan Luas Bangunan
dengan Penghuni
 Aspek ruang/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, penghawaan, pencahayaan, dll.)
IV.2. Usulan Bangunan Bertingkat Tahan Gempa

 Aspek Eksternal (lingkungan dan infrastruktur)


 Aspek internal dan fisik (organisasi ruangan, kualitas dan utilitas bangunan)
 Aspek teknik (material, denah eksisting, tampak lingkungan, dll)
 Aspek ruang/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi, pengawasan, pencahayaan, dll)
 Denah usulan/perbaikan
 Tampak usulan/perbaikan
IV.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

 Membuat Item Pekerjaan


 Membuat daftar harga satuan
 Membuat analisa per harga satuan
 Menyusun rencana anggaran biaya
BAB V. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
BANGUNAN BERTINGKAT 2 LANTAI

II.1. Definisi
Bangunan merupakan prasarana yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen
arsitektur, struktur, dan utilitas yang didirikan di suatu tempat secara permanen/semi
permanen/tidak permanen.
Bangunan gedung dapat diartikan sebagai wujud fisik hasil dari suatu pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat keduduannya, sebagian atau selurhnya berada di atas dan /atau
di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan.
Sedangkan bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu
lantai secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang
mahal di perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan.
Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan
sehingga daya tampung suatu kota dapat ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan
tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai
disiplin bidang tertentu

Berdasarkan ketinggian, bangunan gedung diklasifikasikan menjadi 3 jenis:


 Bangunan gedung bertingkat tinggi,
o Bangunan gedung bertingkat tinggi merupakan bangunan gedung yang
memiliki lebih dari 8 lantai.
 Bangunan gedung bertingkat sedang,
o Bangunan gedung bertingkat sedang merupakan bangunan gedung yang
memiliki 5 sampai 8 lantai
 Bangunan gedung bertingkat rendah.
o Bangunan gedung bertingkat rendah merupakan bangunan gedung yang
memiliki maksimal 4 lantai.

Karakterisktik gedung bertingkat menurut Mulyono (2000) dikelompokkan menjadi:

1. Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah, dengan
jumlah lantai 1 – 3 lantai, tingginya < 10m

2. Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) Bangunan bertingkat sedang,


dengan jumlah lantai 3 – 6 lantai, tingginya < 20 m
3. Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) Bangunan bertingkat tinggi, dengan
jumlah lantai > 6 lantai, tingginya > 20 m

II.2. Syarat-syarat dan kriteria


Perencanaan plat
 Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing
menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
 Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
 Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
 Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan
perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid
2,
 Penulangan plat,
 Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

Penentuan dimensi balok dan kolom


 Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-2847-
2002 pasal 10.10.2),
 Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)
 Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6

Struktur kolom, terdiri dari:


 Perencanaan kolom portal
 Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2
 Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3
 Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2)

Analisa struktur bawah


 Perhitungan poer,
 Perhitungan pondasi tiang pancang,
 Perhitungan sloof.
Penulangan
Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
 Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M),
momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan
pada balok, kolom dan pondasi.
 Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur
utama.
 Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
 Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas
dan struktur bawah).
 Penggambaran detail penulangan.

II.3. Standar peraturan


1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan aturan yang mengatur besar lahan yang harus
disisakan untuk daerah resapan air. KDB ini dinyatakan dalam persentase. Jika besar dari
KDB adalah 60% yang berarti besar lahan yang boleh dibangun adalah 60% dari total lahan.
Dasar perhitungan KDB ini memang hanya memperhitungkan luas bangunan yang tertutup
atap. Dibawah ini adalah rumus untuk menghitung KDB:

KDB pada bangunan yang disurvei kali ini adalah 100% karena luas tanah dan luas bangunan
yang ada adalah sama besar

2) Koefisien Luar Bangunan (KLB)


KLB atau Koefisien Lantai Bangunan biasanya berlaku pada bangunan tinggi (highrise
building). Peraturan ini berkaitan dengan peraturan tentang Ketinggian Bangunan.
Dengan mengetahui KLB dari lahan yang akan dibangun, akan lebih mudah untuk dapat
menghitung jumlah luas keseluruhan lantai bangunan sehingga dapat diperkirakan berapa
jumlah lantai yang dapat dibangun. KLB adalah angka perbandingan luas total seluruh
lantai bangunan terhadap luas lahan/persil yang dikuasai, dalam satuan desimal.
KLB pada bangunan yang disurvei kali ini adalah 2

3) Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah suatu aturan oleh pemerintah daerah
setempat yang mengatur batasan lahan yang boleh dan tidak boleh dibangun. Bangunan yang
akan didirikan tidak boleh melampaui batasan garis ini. Misalnya saja, rumah anda memiliki
GSB 3 meter, artinya anda hanya diperbolehkan membangun sampai batas 3 meter tepi jalan
raya.
GSB ini berfungsi untuk menyediakan lahan sebagai daerah hijau dan resapan air,
yang pada akhirnya menciptakan rumah sehat. Karena rumah akan memiliki halaman yang
memadai sehingga penetrasi udara kedalam rumah akan lebih optimal. Selain itu, dengan
adanya jarak rumah anda dengan jalan di depannya, privasi anda tentunya akan lebih terjaga.

4) Garis Sempadan Jalan (GSJ)


Garis sempadan jalan (GSJ) adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ merupakan
batas terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu biasanya di muka GSJ
terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas, serta saluran-saluran pembuangan.
Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan rumah, terkecuali jika GSJ berimpit dengan garis
sempadan bangunan (GSB). Ketentuan mengenai GSJ biasanya sudah terdapat dalam
dokumen rencana tata ruang kota setempat, bisa didapat di dinas tata kota atau Bappeda.
GSJ dimaksudkan mengatur lingkungan hunian memiliki kualitas visual yang baik, selain itu
juga mengatur jarak pandang yang cukup antara lalu lintas di jalan dan bangunan.

5) Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)


lebar jarak garis bebas samping antara bangunan dengan batas pekarangan ditentukan
berdasarkan jenis bangunan dan persil tanah setempat. Luas areal bebas samping adalah lebar
jarak bebas samping x panjang jarak antara GSB dan GSJ yang ditentukan.
Tujuan garis jarak bebas samping ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kesehatan,
kenyamanan, dan keindahan mengingat faktor iklim tropis lembab di Indonesia dengan cirri-
ciri temperature udara cukup tinggi, curah hujan besar, sudut datang sinar matahari yang besar
dan lain-lain. Maka dengan adanya jarak bebas samping memungkinkan:
a. Sirkulasi udara yang baik ke dalam ruangan untuk mengurangi panas dan lembab.
b. Sinar matahari langsung ke dalam rumah (pada pagi hari) untuk kesehatan.
c. Lebar teritis atap yang cukup untuk melindungi bangunan dari panas matahari dan
tempias air hujan.

6) Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)


Garis jarak bebas belakang adalah garis batas bangunan yang boleh didirikan pada
bagian belakang terhadap batas pekarangan bagian belakang. Panjang garis bebas belakang
ditentukan sesuai dengan jenis bangunan dan lingkungan persil tanah setempat.
Pada halaman belakang suatu persil tanah boleh didirikan bangunan turutan/tambahan, asal
tidak memenuhi seluruh pekarangan belakang. Halaman kosong di belakang rumah minimal
mempunyai lebar sama dengan panjang garis bebas belakang yang ditentukan.
Tujuan adanya garis jarak bebas belakang adalah:
a. Memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami ke dalam ruangan
b. Memungkinkan adanya taman belakang rumah untuk kesejukan dan menambah
volume oksigen bagi penghuni rumah.
c. Menghindari atau mencegah bahaya kebakaran.
d. Sebagai area service seperti tempat cuci, jemuran, yang tidak merusak tampilan rumah
bagian depan.
e. Sebagai tempat rekreasi mini/bercengkerama bagi penghuni rumah.

7) Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni


Kepadatan bangunan biasanya adalah 9 m2 per jiwa, yang artinya jika rumah yang
disurvei memiliki 4 orang yang tanggal didalamnya maka luas bangunan minimla adalah 9 x 4
= 36 m2

8) Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB

Gambar 1. Garis Sempadan Jalan dan Bangunan


Gambar 2. Garis Jarak Bebas Samping dan Belakang

9) Alat pemadam kebakaran gedung bertingkat


Sesuai dengan NFPA 10 Standard for Fire Portable Extinguisher 2002, pemasangan
APAR disesuaikan dengan tingkat bahaya kebakaran lokasi dimana APAR akan ditempatkan
dan jenis atau kelas kebakaran yang ada. Kelas kebakaran ada 5 yaitu;
1. Kelas kebakaran A yaitu kebakaran pada bahan seperti kertas, kayu, kain, plastik.
2. Kelas kebakaran B yaitu kebakaran pada cairan mudah terbakar seperti alkohol,
gasoline, cat, solvent dan gas mudah terbakar.
3. Kelas kebakaran C yatu kebakaran pada peralatan listrik yang hidup/bertegangan.
4. Kelas kebakaran D yaitu kebakaran pada logam seperti magnesium, titanium, litium,
natrium dan potasium.
5. Kelas kebakaran E yaitu kebakaran pada bahan yang digunakan untuk memasak
seperti minyak dari nabati & hewani serta lemak.

Sedangkan klasifikasi bahaya lokasi penempatan dibagi menjadi bahaya ringan, sedang dan
tinggi.
 Bahaya Ringan
Lokasi dengan bahaya ringan adalah lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar
kelas A dalam jumlah yang sedikit. Contoh lokasi ini antara lain ruang kelas, ruang pertemuan,
gereja, perkantoran, dan kamar hotel/motel.
 Bahaya Sedang
Lokasi dimana disimpan bahan mudah terbakar kelas A dan B dalam jumlah yang
lebih banyak dari lokasi bahaya ringan.Contoh lokasi ini antara lain ruang makan, toko,
manufaktur ringan, ruang pamer kendaraan, ruang penelitian, dan bengkel/ruang pelayanan
pada lokasi bahaya ringan.

 Bahaya Tinggi
Lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar kelas A dan B baik disimpan,
diproduksi, digunakan, berupa produk jadi atau kombinasi ketiganya yang jumlahnya
melebihi dari keberadaan bahan tersebut pada lokasi bahaya sedang. Contoh lokasi ini antara
lain ruang memasak, bengkel kayu, bengkel perbaikan kendaraan, pesawat terbang dan perahu,
lokasi penyimpanan dan proses manufaktur seperti pengecatan, pencelupan dan pelapisan
dengan bahan mudah terbakar.
Penempatan APAR

 APAR diletakkan pada lokasi dimana mudah diakses dan tersedia untuk digunakan
jika terjadi api. Lebih disukai pada jalur jalan atau akses keluar.
 Kotak/lemari APAR tidak dikunci, kecuali ada kemungkinan APAR dicuri/digunakan
tanpa ijin dan lemari dilengkapi alat/cara untuk mengaksesnya.
 APAR tidak terhalang dari pandangan. Jika kondisinya memaksa terhalang maka
dilengkapi dengan penandaan /cara lain untuk menginformasikan lokasinya.
 APAR diletakkan digantung pada gantungan atau disediakan bracket yang khusus
disediakan dari pihak pembuatnya. Hal ini tidak berlaku untuk pemadam yang
menggunakan roda.
 APAR yang memiliki berat kotor tidak lebih dari 18,14 kg dipasang pada ketinggian
dimana bagian puncak APAR tidak lebih dari 5 kaki / 1,53 meter dari lantai.
Sedangkan APAR dengan berat kotor lebih dari 18,14 (kecuali APAR yang beroda)
dipasang pada ketinggian dimana bagian puncak APAR tidak lebih dari 1,07 meter
dari lantai.
 Tidak diijinkan peletakan APAR dimana jarak antara bagian terbawah APAR dengan
lantai kurang dari 10,2 cm

II.4. Bangunan Tahan Gempa untuk bangunan gedung bertingkat


Persyaratan agar bangunan kita termasuk dalam kategori bangunan tahan gempa,
menurut Kementrian PU-Badan Penelitian dan Pengembangan Permukiman adalah sbb:
1. Bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil (kering, padat dan merata
kekerasannya).

Karena getaran akibat yang bersumber dari pusat gempa akan diteruskan ke permukaan tanah
oleh partikel-partikel tanah tersebut. Semakin keras dan padat, partikel tanah akan mengalami
gerak yang semakin kecil, sehingga getaran pada permukaan tanah juga akan semakin kecil.

2. Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, atau seragam.

Apabila terpaksa harus membuat bangunan dengan bentuk denah U, T, L, dll yang tidak
simetris, maka bisa dilakukan pemisahan struktur (dilatasi) seperti pada gambar berikut:

 Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela diusahakan


sedapat mungkin simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan, seperti contoh:
 Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk kotak-kotak tertutup, seperti contoh:

 Atap sedapat mungkin dibuat yang ringan:

3. Pondasi:
 Pondasi harus diletakkan di atas tanah keras, bila kondisi tanah kurang baik maka harus
dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu. Sebaiknya pondasi terletak lebih dari 45 cm
dari tanah asli:
 Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding-
dinding penyekat juga dibuat menerus. Pondasi-pondasi setempat perlu diikat kuat satu
sama lain dengan memakai balok pengikat (sloof) sepanjang pondasi tersebut.

 Sedangkan Pondasi, sloof dan kolom praktis harus saling terikat antar satu dengan yang
lainnya.
4. Pada setiap luasan dinding 12 m2 , harus dipasang kolom, bisa menggunakan bahan
kayu, beton bertulang, baja, plester ataupun bambu.

5. Harus dipasang balok keliling yang diikat kaku dengan kolom


6. Keseluruhan kerangka bangunan harus terikat dengan kokoh dan kaku
7. Gunakan kayu kering sebagai konstruksi kuda-kuda, pilih bahan atap yang seringan
mungkin, dan ikat kaku dengan konstruksi kuda-kuda.
8. Bahan dinding pilih yang seringan mungkin, papan, papan berserat, papan lapis, bilik,
ikat bahan dinding dengan kolom.
9. Bila bahan dinding menggunakan pasangan bata/batako, bahan tidak patah dan
berbunyi nyaring jika diadukan. Pada setiap jarak vertikal 30 cm, pasangan diberi
angker yang dijangkarkan ke kolom, panjang angker 50 cm, diameter 6mm.
10. Perhatikan bahan spesi/adukan, setiap jenis tras, pasir, atau semen, mempunyai sifat
khusus. Sebaiknya perbandingan campuran mengikuti standar yang ada.
11. Bangunan tahan gempa memiliki komponen-komponen yang terikat antara satu
dengan yang lainnya, baik antara komponen struktural maupun non struktural.
BAB III
HASIL PENGAMATAN

III.1. Kondisi Bangunan Bertingkat 2 Lantai


Lokasi bangunan survey (alamat)
 Jln. Margonda Raya No.456, Pd. Cina, Beji, Kota Depok, Jawa Barat, 16424
Luas tanah
 13.5 m x 11 m = 148.5 m2
Luas bangunan
 13.5 m x 11 m x 2 = 297 m2
Jumlah ruangan
 12 ruangan
Jumlah penghuni
 4 orang dewasa
Denah lokasi (site layout)

 Denah bangunan bertingkat eksisting


 Tampak depan dan tampak samping bangunan eksisting

III.2. Perbandingan dengan Bangunan berdasarkan fungsi


Faktor Pembanding
Bangunan Berdasarkan
No Bangunan Bertingkat 2 Bangunan Survei
Fungsi
Lantai
Bangunan didesain sangat Setiap ruang di gedung
baik dapat dilihat dari harus dapat di akses
kemudahan untuk dengan mudah tanpa
mengakses tiap mengganggu aktivitas
ruangannya. disekitarnya.
Ukuran ruangan tidak
1 Ukuran ruangan sudah boleh terlalu kecil untuk
Konstruksi dan
mencukupi memudahkan aktivitas
perencanaan
penghuni
Garis-garis standar
bangunan merupakan
Bangunan ini tidak
salah satu standar yang
memenuhi garis-garis
sangat penting karena
standar
diatur juga dalam
perundang-undangan
Sudah terdapat jendela Seharusnya memiliki
namun cahaya matahari jendela yang
tidak dapat masuk memudahkan sinar
sepenuhnya ke dalam matahari untuk masuk
rumah kedalam
2
Pencahayaan Sistem penghawaan
Jumlah ventilasi tidak
berperan penting dalam
sesuai dengan luas
rumah sehat, dalam hal ini
bangunan, di dalam rumah
indikatornya adalah
terasa pengap karena
jumlah jendela dan
kurangnya ventilasi
ventilasi.
Rumah harus memiliki
Ruko ini memiliki sanitasi sanitasi yang baik untuk
3 Sanitasi
yang baik mencegah terjadinya
penyebaran penyakit
Ruko ini berada tepat di Daerah bangunan tersebut
pinggi jalan besar dan terlalu padat bangunan
4 Lingkungan
daerah itu padat akan sehingga terkesan penuh
bangunan dan sempit
BAB IV

ANALISA DAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

IV.1.1 Aspek Eksternal


a. Lingkungan
Bangunan yang kami survei adalah berupa ruko yang menjual barang – barang
sembako yang terletak di jalan Margonda Raya, dimana lingkungan tersebut padat
oleh rumah warga dan tempat usaha sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau.
Terdapat gang kecil di sebelah kiri bangunan yang kami survei, sedangkan di
sebelah kanan bangunan survey kami terdapat tempat usaha berupa restoran. Gang
tersebut cukup sempit, hanya bisa dilewati satu mobil. Di belakang rumah terdapat
pemukiman warga yang saling berdempetan. Depan bangunan survey hanya
berbatasan dengan trotar, tidak terdapat pembatasan antara trotoar dan pekerangan
bangunan serta tidak terdapat tumbuhan penghijaun.
b. Infrastruktur
Rumah yang kami survei berada di , berada persis di pinggiran jalan raya
Margonda Depok, tidak berjarak terlalu jauh dari jalan raya sehingga akses ke
fasilitas lain seperti transportasi umum dan warung tidak terlalu sulit. Jarak dari ke
jalan raya hanya dibatasi oleh trotoar.

IV.1.2 Aspek Internal dan Fisik


a. Organisasi Ruangan
Bangunan yang kami survei adalah bangunan bertingkat lantai 2 yang dihuni
oleh bapak, ibu, dan kedua anak laki – laki . Pada lantai 1 terdapat 1 toko, 1 kedai,
1 gudang, 1 kamar mandi, 1 ruangan yang merangkap sebagai dapur dan ruang
makan dan 1 ruang keluarga yang merangkap ruang keluarga. Pada lantai 2
terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 tempat jemur, 1 ruangan TV.
Ruang keluarga dan ruang tamu disatukan menjadi satu di dekat pintu masuk
sehingga ketika tamu masuk, mereka akan berada di ruang keluarga juga, runagan
itu berada diantara gudang dan kedai.
Ruang keluarga dan dapur cukup luas dan tidak dibatasi oleh dinding pemisah.
Dapur dalam rumah yang kami survei berukuran 9m2. Luas ini sudah diatas
persyaratan rumah sehat. Dapur rumah tersebut juga sudah dilengkapi alat-alat
pengolahan makanan, alat-alat masak, tempat cuci peralatan dan air bersih serta
tempat penyimpanan bahan makanan.
Kamar tidur depan berfungsi sebagai kamar tidur induk untuk kedua orang tua.
Ukuran kamar tidur tersebut adalah 15m2 sehingga sesuai dengan standar rumah
sehat. Namun, kamar tidur tersebut terlihat sangat sempit dikarenakan banyaknya
barang yang ada di ruang tersebut. Terdapat dua lemari besar yang menutupi satu
sisi dinding, sedangkan barang-barang lainnya terdapat di lantai sekitar lemari
tersebut.
Kamar tidur untuk kedua anak terpisah dari kamar tidur orang tua dan berada
di sebelah kiri kamar tidur induk berukuran 9m2 dan sebelah kanan 15m2 dan
ukuran sesuai dengan persyaratan rumah sehat.
b. Kualitas dan Utilitas Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang digunakan juga
dalam proses pembangunannya. Digunakan atap dengan genteng dan sudah
memenuhi strandar yang baik. Utilitas bangunan meliputi instalasi listrik dan
instalasi air bersih.

IV.1.3 Aspek Teknik


a. Material
Bangunan yang kami survei memiliki atap yang terbuat dari genteng dan
ketinggian rumah 11 m. Langit-langit rumah terbuat dari triplek. Lantai rumah
sudah terbuat oleh keramik sedangkan dinding rumah adalah plester tembok
menyeluruh dengan cat dinding cat berwarna putih. Pintu yang digunakan pada
toko berupa pintu lipat yang terbuat dari baja. Lantai pada depan toko merupakan
lanatai beton kasar. Pintu dan kusen jendela terbuat dari kayu, sedangkan pintu
kamar mandi terbuat dari PVC.

b. Denah Eksisting (terlampir)

c. Tampak Bangunan (terlampir)


Pada lantai 2 terdapat 3 jendela di depan rumah, 2 jendela di samping kiri,dan
di lantai 1, terdapat 2 jendela di samping. 1 pintu pada bagian toko, 1 pintu pada
kedai. Tampak kiri dan kanan rumah hanya berupa tembok dan lapisan tambahan
cet. Pada bagian belakang rumah tidak dapat terlihat karena berbatasan dengan
rumah tetangga.

d. KDB : 100%
e. KLB :2
f. GSB : 0 cm
g. GSJ :1m
h. GJBS : 0 cm
i. GJBB : 0 cm
j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 36 m2

IV.1.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan


a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)
Ventilasi yang terdapat di rumah tersebut berupa ventilasi alami dan ventilasi
buatan. Ventilasi alami yang dimaksud berupa celah-celah di atas pintu dan
jendela, sementara ventilasi buatan AC. Kedua ventilasi tersebut berfungsi untuk
mensirkulasikan udara agar udara di rumah tidak kotor dan pengap.
Di ruang keluarga, ventilasi alami berada di atas pintu dan jendela berupa
celah-celah persegi panjang. Luas ventilasi pada ruang tersebut adalah 0.46m2
atau 3.4%. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi yang ada pada ruang tersebut
masih dibawah persyaratan minimal 5%. Selain itu, AC di ujung di langit-langit
yang berfungsi untuk menjaga suhu ruang tersebut agar tidak terlalu panas.
Sama halnya dengan ruang keluarga, pada kamar tidur digunakan ventilasi
berupa celah persegi panjang diatas pintu dan jendela. Ventilasi yang berada pada
jendela menyalurkan udara segar dari luar sedangkan ventilasi yang berada pada
pintu menyalurkan udara dari ruang keluarga. Luas ventilasi pada kamar tersebut
adalah 0,49m2 atau 5.4% dari luas lantai sehingga sudah sesuai dengan
persyaratan rumah sehat dan juga terdapat ventilasi buatan yaitu AC.
Ventilasi pada dapur berasal dari AC saja menurut kami sudah tepat
dan memenuhi standar. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi pada dapur sudah
masuk persyaratan rumah sehat. Sementara itu, pada kamar mandi terdapat
ventilasi pada bagian bawah pintu sebesar 0.49m2 dan ventilasi dibagian kanan.
Luas tersebut sudah sesuai dengan persyaratan rumah sehat.
Pencahayaan
Terdapat dua jenis pencahayaan dalam rumah yang kami survei, pencahayaan
alami yang berasal dari jendela, serta pencahayaan buatan yang berasal dari lampu
pijar.
Di ruang keluarga terdapat 3 jendela yang menghadap ke depan rumah. Luas
jendela tersebut adalah 1.5 m2 sehingga hanya mencakup 10% dari luas lantai
ruangan. Ukuran tersebut masih dibawah persyaratan rumah sehat yang
mensyaratkan ukuran jendela minimal 10% dari luas lantai. Untuk pencahayaan
buatan, terdapat dua lampu di langit-langit yang berfungsi untuk memberikan
penerangan saat malam hari. Pada kamar tidur juga terdapat dua buah jendela yang
menghadap ke depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.5 m2, yaitu 11.5% dari
luas lantai ruangan sehingga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat. Selain itu,
juga terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
Pada bagian dapur, tidak terdapat pencahayaan alami, hanya memiliki
pencahayaan buatan berupa satu lampu.
Kamar mandi pada rumah yang kami survei memiliki 1 jendela. Oleh karena
itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan pencahayaan buatan dan alami.

b. Air Bersih dan Sanitasi


Air bersih pada rumah yang kami survei disalurkan ke 2 kran yaitu di tempat
cuci piring dapur serta di bak penampungan air kamar mandi. Air yang terdapat
dalam rumah tersebut sudah cukup bersih. Airnya jernih, tidak keruh serta tidak
berbau sehingga dapat dikatakan air bersih. Sementara itu, septik tank rumah
tersebut berada di bawah kamar mandi sedangkan resapan berada di luar rumah
yang berada di bawah kedai yang ditampung dalam tangki air yang berada di
lantai 2 depan kamar. Di rumah tersebut terdapat satu keranjang sampah di dapur,
di toilet, di toko, kedai, pada ruangan keluarga di lantai 2 di dekat tangga. Pada
toko dan kedai menggunakan cahaya alami dan buatan, cahaya alami bersal dari
pintu lipat yang terbuka luas.

IV.2 Usulan Perbaikan Rumah

IV.2.1 Aspek Eksternal


a. Lingkungan
Rumah yang kami survei berada di sebuah di pinggiran jalanan utam dimana
lingkungan tersebut padat oleh rumah warga dan tempat usaha sehingga tidak
terdapat ruang terbuka hijau. Usulan kami ditambahkan tanaman-tanaman hias
untuk penghijauan dan juga untuk keindahan lingkungan.
b. Infrastruktur
Rumah yang kami survei berada di pinggiran jalan utama yang tidak memiliki
pembatas anatar trotoar dan jalan utama sehingga tidak jauh dari jalan raya
sehingga akses ke fasilitas lain seperti transportasi umum dan warung tidak sulit.
IV.2.2 Aspek Internal dan Fisik
a. Organisasi Ruangan
Berdasarkan denah usulan, kami tidak menambah maupun mengurangi jumlah
ruangan yang telah, karena secara umum organisasi ruangan sudah memenuhi
standar.
b. Kualitas dan Utilitas Bangunan
Kualitas bangunan dapat dilihat dari bahan dan material yang digunakan juga
dalam proses pembangunannya. Untuk rumah usulan kami memperhatikan bahan
dan material yang digunakan aman dan tidak berdampak buruk bagi kesehatan dan
lingkungan.
Utilitas bangunan yang meliputi instalasi listrik dan instalasi air bersih. Untuk
instalasi air kami memisahkan antara perpipaan untuk air kotor dan air bersih.
Sumur sebagai sumber air bersih diletakkan di depan rumah dilantai dua, sudah
memenuhi standar kesehatan, dimana jauh dari letak septic tank sehingga tidak
tercemar dengan tempat pembuangan air kotor dan septic tank yang berada di
belakang rumah. Untuk pemasangan kabel listrik kami bekerja sama dengan pihak
PLN dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan PLN demi keselamatan dan
kenyamanan penghuni rumah. Kami nemabhakan sistem pemadamana kebakaran
berupa APAR, kotak medis, kotak hydran dan sprinkler untuk lantai 1 dan 2.

IV.2.3 Aspek Teknik


a. Material
Material atap sudah memenuhi standar. Langit-langit rumah terbuat dari
triplek. Lantai rumah sudah terbuat oleh keramik, dinding rumah sudah memenuhi
standar, hanya saja perlu dilapisi lagi cat, karena ada beberapa tempat seperti pada
samping dan depan bangunan, catnya sudah kelihatan kusam sehingga
meningkatkan estetika dan bisa melindungi material dinding. Pintu dan kusen
jendela terbuat dari kayu, sedangkan pintu kamar mandi terbuat dari PVC. Tinggo
Tembok rumah sudah memenuhi standat yaitu minima 4 meter dari dasar elevasi
muka tanah.

b. Denah Renovasi (terlampir)

c. Tampak Bangunan (terlampir)


Pada lantai 2 terdapat 3 jendela di depan rumah, 2 jendela di samping kiri,dan
di lantai 1, terdapat 2 jendela di samping. 1 pintu pada bagian toko, 1 pintu pada
kedai. Tampak kiri dan kanan rumah hanya berupa tembok dan lapisan tambahan
cet. Pada bagian belakang rumah tidak dapat terlihat karena berbatasan dengan
rumah tetangga.

d. KDB : 100%
e. KLB :2
f. GSB : 0 cm
g. GSJ :1m
h. GJBS : 0 cm
i. GJBB : 0 cm
j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 36 m2
k. Gempa
Untuk kekuatan bangunan dalam segi gempa, sesuai dengan SNI 03-1726-
2002, pondasi yang digunakan dalam usulan rumah kami adalah pondasi menerus,
simetris serta kedalaman yang sama. Selain itu, pada dinding dipasang kolom
lintel untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa yang letaknya ada di
kusen-kusen. Pada setiap kolom terdapat beton sloof untuk menahan gaya geser
akibat gempa. Untuk struktur atap, digunakan material yang ringan namun kuat,
yaitu kayu.

IV.2.4 Aspek Ruang/Hubungan Fungsi Kegiatan

a. Sirkulasi Udara (Penghawaan)


Ventilasi yang terdapat di rumah tersebut berupa ventilasi alami dan ventilasi
buatan. Ventilasi alami yang dimaksud berupa celah-celah di atas pintu dan
jendela, sementara ventilasi buatan AC. Kedua ventilasi tersebut berfungsi untuk
mensirkulasikan udara agar udara di rumah tidak kotor dan pengap.
Di ruang keluarga, ventilasi alami berada di atas pintu dan jendela berupa
celah-celah persegi panjang. Luas ventilasi pada ruang tersebut adalah 0.46m2
atau 3.4%. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi yang ada pada ruang tersebut
masih dibawah persyaratan minimal 5%. Selain itu, AC di ujung di langit-langit
yang berfungsi untuk menjaga suhu ruang tersebut agar tidak terlalu panas.
Sama halnya dengan ruang keluarga, pada kamar tidur digunakan ventilasi
berupa celah persegi panjang diatas pintu dan jendela. Ventilasi yang berada pada
jendela menyalurkan udara segar dari luar sedangkan ventilasi yang berada pada
pintu menyalurkan udara dari ruang keluarga. Luas ventilasi pada kamar tersebut
adalah 0,49m2 atau 5.4% dari luas lantai sehingga sudah sesuai dengan
persyaratan rumah sehat dan juga terdapat ventilasi buatan yaitu AC.
Ventilasi pada dapur berasal dari AC saja, menurut kami sudah tepat
dan memenuhi standar. Hal ini menunjukan bahwa ventilasi pada dapur sudah
masuk persyaratan rumah sehat. Sementara itu, pada kamar mandi terdapat
ventilasi pada bagian bawah pintu sebesar 0.49m2 dan ventilasi dibagian kanan.
Luas tersebut sudah sesuai dengan persyaratan rumah sehat. Untuk penghawaan
sudah memenuhi standar yang ditetapkan.

b. Pencahayaan
Terdapat dua jenis pencahayaan dalam rumah yang kami survei, pencahayaan
alami yang berasal dari jendela, serta pencahayaan buatan yang berasal dari lampu
pijar.
Di ruang keluarga terdapat 3 jendela yang menghadap ke depan rumah. Luas
jendela tersebut adalah 1.5 m2 sehingga hanya mencakup 10% dari luas lantai
ruangan. Ukuran tersebut masih dibawah persyaratan rumah sehat yang
mensyaratkan ukuran jendela minimal 10% dari luas lantai. Untuk pencahayaan
buatan, terdapat dua lampu di langit-langit yang berfungsi untuk memberikan
penerangan saat malam hari. Pada kamar tidur juga terdapat dua buah jendela yang
menghadap ke depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.5 m2, yaitu 11.5% dari
luas lantai ruangan sehingga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat. Selain itu,
juga terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
Pada bagian dapur, tidak terdapat pencahayaan alami, hanya memiliki
pencahayaan buatan berupa satu lampu.
Kamar mandi pada rumah yang kami survei memiliki 1 jendela. Oleh karena
itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan pencahayaan buatan dan alami.
Sehingga untuk pencayahan sudah memenuhi standar dan tidak ada perubahan.
Pada toko dan kedai menggunakan cahaya alami dan buatan, cahaya alami bersal
dari pintu lipat yang terbuka luas. Sehingga untuk pencahayan sudah memenuhi
standar rumah sehat.
c. Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih pada rumah yang kami survei disalurkan ke 2 kran yaitu di tempat
cuci piring dapur serta di bak penampungan air kamar mandi. Air yang terdapat
dalam rumah tersebut sudah cukup bersih. Airnya jernih, tidak keruh serta tidak
berbau sehingga dapat dikatakan air bersih. Sementara itu, septik tank rumah
tersebut berada di bawah kamar mandi sedangkan resapan berada di luar rumah
yang berada di bawah kedai yang ditampung dalam tangki air yang berada di
lantai 2 depan kamar. Di rumah tersebut terdapat satu keranjang sampah di dapur,
di toilet, di toko, kedai, pada ruangan keluarga di lantai 2 di dekat tangga. Secara
keseluruhan, bangunan ini sudah memenuhi standar kesehatan.
IV.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

 Harga Satuan

HARGA
NO URAIAN SAT
(Rp)

A Pekerja
1 Tukang /Hari 80,000,00
2 Kepala Tukang /Hari 100,000,00
3 Mandor /Hari
120,000.00

B BAHAN
1 Semen PC (Abu-abu) Sak 66,000,00
2 Pasir Beton m3 267,000,00
3 Splitz (Batuan Pecah) m3 236,300,00
4 Baja tulangan Kg 8,400,00

 Perhitungan Volume dan Harga Kolom

Dimensi Tinggi
Lantai panjang lebar lantai
m' m'
1 0.2 0.2 4
2 0.2 0.2 4

Volume tulangan longitudinal kolom


Tul. Longitudinal
Jumlah Diameter Vol
mm
8 19 0.009076571
8 19 0.009076571

Volume Sengkang kolom


Sengkang

Panjang Dia Jarak Num Volume Sengkang

m' mm mm

0.8 11 200 20 0.001521143

0.8 11 200 20 0.001521143


Volume Sengkang Ties Kolom
Sengkang (ties)
Panjang Diameter Jarak
Jumlah Vol
m' mm mm
0.2 11 400 10 0.000190143
0.2 11 400 10 0.000190143

Volume total kolom


Volume total
Beton Tulangan
m3 m3 Kg
2.56 0.1726057 1354.9549
2.56 0.1726057 1354.9549
Total 5.12 0.35 2,709.91

Total Harga Pembuatan Kolom


Pembuatan Kolom
Jumlah
Harga Satuan
Bahan Koefisien Satuan yang
(Rp)
diperlukan Harga Total
Semen PC
1 6.72 Sak 66000 60.16
(Abu-abu) 26683199.26
Pasir
2 0.54 m3 267000 1.909915
Beton 275371.6065
3 Splitz 0.81 m3 236000 2.864873 547649.15
Baja
4 1.1 kg 8400 2,709.91
Tulangan 25039565.76
5 Tukang 0.8 /Hari 80000 60 3840000
Kepala
6 0.9 /Hari 100000 60
Tukang 5400000
7 Mandor 1.2 /Hari 120000 60 8640000
Total 70425785.78

 Perhitugan Volume dan Harga Balok


Dimensi
Panjang Balok
Lantai Tipe panjang lebar
m' m'
1 B1 Sloof 0.4 0.2 13.5
1 B1 Sloof 0.4 0.2 11
1 B1 Tumpuan 0.4 0.2 13.3
1 B1 Tumpuan 0.4 0.2 10.8
1 B1 Lapangan 0.4 0.2 13.3
1 B1 Lapangan 0.4 0.2 10.8
2 B1 Tumpuan 0.4 0.2 13.3
2 B1 Tumpuan 0.4 0.2 10.8
2 B1 Lapangan 0.4 0.2 13.3
2 B1 Lapangan 0.4 0.2 10.8
Volume tulangan longitudinal balok
Tul. Longitudinal
Jumlah Diameter Vol
mm
6 16 0.016293
6 16 0.013275
7 16 0.018726
7 16 0.015206
7 16 0.018726
7 16 0.015206
7 16 0.018726
7 16 0.015206
7 16 0.018726
7 16 0.015206

Volume sengkang balok


Sengkang
Panjang Dia Jarak Num Volume Sengkang
m' mm mm
1.6 11 200 68 0.010343771
1.6 11 200 55 0.008366286
1.6 11 200 67 0.010191657
1.6 11 200 54 0.008214171
1.6 11 100 133 0.0202312
1.6 11 100 108 0.016428343
1.6 11 200 67 0.010191657
1.6 11 200 54 0.008214171
1.6 11 100 133 0.0202312
1.6 11 100 108 0.016428343

Volume sengkang ties balok


Sengkang (ties)
Panjang Diameter Jarak Jumlah Vol
m' mm mm
0.4 11 400 34 0.001292971
0.4 11 400 28 0.0010648
0.4 11 400 33 0.001254943
0.4 11 400 27 0.001026771
0.4 11 400 33 0.001254943
0.4 11 400 27 0.001026771
0.4 11 400 33 0.001254943
0.4 11 400 27 0.001026771
0.4 11 400 33 0.001254943
0.4 11 400 27 0.001026771
Volume total balok
Volume total
Beton Tulangan
m3 m3 Kg
2.16 0.0558586 438.4902343
1.76 0.045413 356.4922743
2.13 0.060346 473.7161
1.73 0.0488947 383.8232829
2.13 0.0804251 631.3369229
1.73 0.065323 512.7857743
2.13 0.060346 473.7161
1.73 0.0488947 383.8232829
2.13 0.0804251 631.3369229
1.73 0.065323 512.7857743
Total 19.34 0.61 4,798.31

Total harga Pembuatan Balok

Pembuatan Kolom
Harga Jumlah yang
Bahan Koefisien Satuan
Satuan (Rp) diperlukan Harga Total
Semen PC
1 6.72 Sak 66000 236.03
(Abu-abu) 104685205.1
2 Pasir Beton 0.54 m3 267000 7.493100297 1080355.201
3 Splitz 0.81 m3 236000 11.23965045 2148571.579
4 Baja Tulangan 1.1 kg 8400 4,798.31 44336353.62
5 Tukang 0.8 /Hari 80000 60 3840000
6 Kepala Tukang 0.9 /Hari 100000 60 5400000
7 Mandor 1.2 /Hari 120000 60 8640000
Total 170130485.5

 Perhitungan Volume dan Harga plat

VOLUME TULANGAN
Dimensi Plat
PELAT Tebal
P L
Tipe
(m) (m) (m)

PELAT lt 1 dan lt 2
Arah X 0.2 13.5 11
Arah Y 0.2 13.5 11
Tulangan atas pelat

Tul Atas
dia (m) panjang (m) kg jml Jrk (m)

0.011 13.5 20.15038929 68 0.2


0.011 11 16.41883571 55 0.2

Tulangan bawah pelat

Tul. Bawah ulir


dia (m) panjang kg jml Jrk (m) kg

0.011 13.5 20.15039 34 0.4 2055.34


0.011 11 16.41884 28 0.4 1362.763
3418.103

Volume total pelat

Volume Volume
Tulangan beton
m3 m3
0.435427 29.7

Total harga pembuatan pelat

Pembuatan Kolom
Harga Satuan Jumlah yang
Bahan Koefisien Satuan
(Rp) diperlukan Harga Total
Semen PC
1 6.72 Sak 66000 368.73
(Abu-abu) 163540734.3
2 Pasir Beton 0.54 m3 267000 11.70582914 1687746.446
3 Splitz 0.81 m3 236000 17.55874371 3356529.448
4 Baja Tulangan 1.1 kg 8400 3,418.10 31583272.38
5 Tukang 0.8 /Hari 80000 60 3840000
6 Kepala Tukang 0.9 /Hari 100000 60 5400000
7 Mandor 1.2 /Hari 120000 60 8640000
Total 218048282.5
 Rencana Anggaran Biaya pembuaran ruko

No Uraian Harga (Rp)


Harga Pembuatan
1 Kolom 70425785.78
2 Harga Pembuatan Balok 170130485.5
3 Harga Pembuatan Plat 218048282.5
Total Harga 458604553.8
BAB V
PENUTUP

 Kesimpulan
Bangunan yang kami survei adalah ruko yang menjual barang – barang
sembako yang terletak di jalan Margonda Raya, dimana lingkungan tersebut padat
oleh rumah warga dan tempat usaha sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau. Di
sisi kanan ruko tersebut terdapat gang kecil yang cukup ramai dilalui oleh penduduk.
Sedangkan di bagian kiri ruko adalah Warung Upnornal. Karena berada di daerah
yang padat penduduk makan ruang terbuka hijau di sekitar lokasi survei sangat sedikit.
Namu di depan ruko yang disurvei sudah terdapat trotoar yang cukup lebar untuk
dilewati oleh pejalan kaki. Dari segi material bangunan terbilang cukup baik karena
bangunan tersebut sudah terbuat dari tempok bata dan memiliki atap genteng. Tetapi
ruko tersebut memiliki ventilasi yang kurang baik karena saat kami masuk ke dalam
ruko tersebut udaranya cukup lembab. Menurut kami secara keseluruhan ruko yang
telah disurvei sudah dapat dibilang cukup baik dan telah mengiktui beberapa standar-
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah
Maka dari itu dapat pula disimpulkan bahwa infrastruktur yang baik
berpengaruh secara langsung kepada penghuni infrastruktur tersebut, apabila
infrastruktur mendukung kesehatan, kenyamana, keselamatan, dll dari penghuninya
maka penghuninya dapat berkerja lebih produktif. Selain itu juga pembangunan
infrastruktur di suatu daerah harus mengikitu standar pembangunan yang berlaku di
daerah tersebut
BAB VII
LAMPIRAN

Gambar 7.1 Tampak Samping Kanan Bangunan

Gambar 7.2. Tampak Depan Ruko


Gambar 7.3 Tampak Depan bangunan

Gambar 7.4 Mahasiswa Berada di depan Ruko survei

Gambar 7.5 tampak depan ruko


Gambar 7.6. Tampak Dalam Ruko

Gambar 7.7. Tampak Samping Kiri Bangunan

Anda mungkin juga menyukai