Tim Penulis
ABSTRAK
Dewasa ini, perkembangan penduduk yang pesat membuat ketersedian lahan menjadi
berkurang sehingga peningkatan pertumbuhan bangunan ke arah vertikal semakin pesat,
khususnya pada kota-kota besar seperti Jakarta. Dalam kaitan ini Kami mengambil contoh
bangunan bertingkat 2 lantai di kawasan Jl. Margonda Raya, Pondok Cina, Depok, Jawa
Barat. Bangunan ini berfungsi sebagai toko dan rumah, dan bangunan tersebut telah kami
analisa sehingga dengan beberapa perubahan akan menjadikan bangunan yang memenuhi
syarat dan kriteria - kriteria bangunan bertingkat. Berbagai kriteria Bangunan bertingkat
sudah memiliki standarisasi tertentu menurut SNI. Salah satunya adalah SNI 1726 tahun
2002 tentang Perencanaan Bangunan Tahan Gempa.
Kata kunci : Bangunan Bertingkat, Kriteria bangunan bertingkat.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang masalah
I.2. Pokok permasalahan
I.3. Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
I.4. Batasan masalah
I.5. Manfaat kajian
I.6. Sistematika penulisan
BAB II. BANGUNAN BERTINGKAT 2 LANTAI
II.1. Definisi
II.2. Syarat-syarat dan kriteria
II.3. Standar peraturan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Luar Bangunan (KLB)
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Jalan (GSJ)
Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)
Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB
Alat pemadam kebakaran gedung bertingkat
II.4. Bangunan Tahan Gempa untuk bangunan gedung bertingkat
BAB III. HASIL PENGAMATAN
III.1. Kondisi Bangunan Bertingkat 2 Lantai
Lokasi bangunan survey (alamat)
Luas tanah
Luas bangunan
Jumlah ruangan
Jumlah penghuni
Denah lokasi (site layout)
Denah bangunan bertingkat eksisting
Tampak depan dan tampak samping bangunan eksisting
III.2. Perbandingan dengan Bangunan berdasarkan fungsi
BAB IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
II.1. Definisi
Bangunan merupakan prasarana yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen
arsitektur, struktur, dan utilitas yang didirikan di suatu tempat secara permanen/semi
permanen/tidak permanen.
Bangunan gedung dapat diartikan sebagai wujud fisik hasil dari suatu pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat keduduannya, sebagian atau selurhnya berada di atas dan /atau
di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan.
Sedangkan bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu
lantai secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang
mahal di perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan.
Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan
sehingga daya tampung suatu kota dapat ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan
tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai
disiplin bidang tertentu
1. Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah, dengan
jumlah lantai 1 – 3 lantai, tingginya < 10m
KDB pada bangunan yang disurvei kali ini adalah 100% karena luas tanah dan luas bangunan
yang ada adalah sama besar
Sedangkan klasifikasi bahaya lokasi penempatan dibagi menjadi bahaya ringan, sedang dan
tinggi.
Bahaya Ringan
Lokasi dengan bahaya ringan adalah lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar
kelas A dalam jumlah yang sedikit. Contoh lokasi ini antara lain ruang kelas, ruang pertemuan,
gereja, perkantoran, dan kamar hotel/motel.
Bahaya Sedang
Lokasi dimana disimpan bahan mudah terbakar kelas A dan B dalam jumlah yang
lebih banyak dari lokasi bahaya ringan.Contoh lokasi ini antara lain ruang makan, toko,
manufaktur ringan, ruang pamer kendaraan, ruang penelitian, dan bengkel/ruang pelayanan
pada lokasi bahaya ringan.
Bahaya Tinggi
Lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar kelas A dan B baik disimpan,
diproduksi, digunakan, berupa produk jadi atau kombinasi ketiganya yang jumlahnya
melebihi dari keberadaan bahan tersebut pada lokasi bahaya sedang. Contoh lokasi ini antara
lain ruang memasak, bengkel kayu, bengkel perbaikan kendaraan, pesawat terbang dan perahu,
lokasi penyimpanan dan proses manufaktur seperti pengecatan, pencelupan dan pelapisan
dengan bahan mudah terbakar.
Penempatan APAR
APAR diletakkan pada lokasi dimana mudah diakses dan tersedia untuk digunakan
jika terjadi api. Lebih disukai pada jalur jalan atau akses keluar.
Kotak/lemari APAR tidak dikunci, kecuali ada kemungkinan APAR dicuri/digunakan
tanpa ijin dan lemari dilengkapi alat/cara untuk mengaksesnya.
APAR tidak terhalang dari pandangan. Jika kondisinya memaksa terhalang maka
dilengkapi dengan penandaan /cara lain untuk menginformasikan lokasinya.
APAR diletakkan digantung pada gantungan atau disediakan bracket yang khusus
disediakan dari pihak pembuatnya. Hal ini tidak berlaku untuk pemadam yang
menggunakan roda.
APAR yang memiliki berat kotor tidak lebih dari 18,14 kg dipasang pada ketinggian
dimana bagian puncak APAR tidak lebih dari 5 kaki / 1,53 meter dari lantai.
Sedangkan APAR dengan berat kotor lebih dari 18,14 (kecuali APAR yang beroda)
dipasang pada ketinggian dimana bagian puncak APAR tidak lebih dari 1,07 meter
dari lantai.
Tidak diijinkan peletakan APAR dimana jarak antara bagian terbawah APAR dengan
lantai kurang dari 10,2 cm
Karena getaran akibat yang bersumber dari pusat gempa akan diteruskan ke permukaan tanah
oleh partikel-partikel tanah tersebut. Semakin keras dan padat, partikel tanah akan mengalami
gerak yang semakin kecil, sehingga getaran pada permukaan tanah juga akan semakin kecil.
Apabila terpaksa harus membuat bangunan dengan bentuk denah U, T, L, dll yang tidak
simetris, maka bisa dilakukan pemisahan struktur (dilatasi) seperti pada gambar berikut:
3. Pondasi:
Pondasi harus diletakkan di atas tanah keras, bila kondisi tanah kurang baik maka harus
dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu. Sebaiknya pondasi terletak lebih dari 45 cm
dari tanah asli:
Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding-
dinding penyekat juga dibuat menerus. Pondasi-pondasi setempat perlu diikat kuat satu
sama lain dengan memakai balok pengikat (sloof) sepanjang pondasi tersebut.
Sedangkan Pondasi, sloof dan kolom praktis harus saling terikat antar satu dengan yang
lainnya.
4. Pada setiap luasan dinding 12 m2 , harus dipasang kolom, bisa menggunakan bahan
kayu, beton bertulang, baja, plester ataupun bambu.
d. KDB : 100%
e. KLB :2
f. GSB : 0 cm
g. GSJ :1m
h. GJBS : 0 cm
i. GJBB : 0 cm
j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 36 m2
d. KDB : 100%
e. KLB :2
f. GSB : 0 cm
g. GSJ :1m
h. GJBS : 0 cm
i. GJBB : 0 cm
j. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni : 36 m2
k. Gempa
Untuk kekuatan bangunan dalam segi gempa, sesuai dengan SNI 03-1726-
2002, pondasi yang digunakan dalam usulan rumah kami adalah pondasi menerus,
simetris serta kedalaman yang sama. Selain itu, pada dinding dipasang kolom
lintel untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa yang letaknya ada di
kusen-kusen. Pada setiap kolom terdapat beton sloof untuk menahan gaya geser
akibat gempa. Untuk struktur atap, digunakan material yang ringan namun kuat,
yaitu kayu.
b. Pencahayaan
Terdapat dua jenis pencahayaan dalam rumah yang kami survei, pencahayaan
alami yang berasal dari jendela, serta pencahayaan buatan yang berasal dari lampu
pijar.
Di ruang keluarga terdapat 3 jendela yang menghadap ke depan rumah. Luas
jendela tersebut adalah 1.5 m2 sehingga hanya mencakup 10% dari luas lantai
ruangan. Ukuran tersebut masih dibawah persyaratan rumah sehat yang
mensyaratkan ukuran jendela minimal 10% dari luas lantai. Untuk pencahayaan
buatan, terdapat dua lampu di langit-langit yang berfungsi untuk memberikan
penerangan saat malam hari. Pada kamar tidur juga terdapat dua buah jendela yang
menghadap ke depan rumah. Luas jendela tersebut adalah 1.5 m2, yaitu 11.5% dari
luas lantai ruangan sehingga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat. Selain itu,
juga terdapat satu lampu untuk penerangan pada malam hari.
Pada bagian dapur, tidak terdapat pencahayaan alami, hanya memiliki
pencahayaan buatan berupa satu lampu.
Kamar mandi pada rumah yang kami survei memiliki 1 jendela. Oleh karena
itu, penerangan untuk kamar mandi menggunakan pencahayaan buatan dan alami.
Sehingga untuk pencayahan sudah memenuhi standar dan tidak ada perubahan.
Pada toko dan kedai menggunakan cahaya alami dan buatan, cahaya alami bersal
dari pintu lipat yang terbuka luas. Sehingga untuk pencahayan sudah memenuhi
standar rumah sehat.
c. Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih pada rumah yang kami survei disalurkan ke 2 kran yaitu di tempat
cuci piring dapur serta di bak penampungan air kamar mandi. Air yang terdapat
dalam rumah tersebut sudah cukup bersih. Airnya jernih, tidak keruh serta tidak
berbau sehingga dapat dikatakan air bersih. Sementara itu, septik tank rumah
tersebut berada di bawah kamar mandi sedangkan resapan berada di luar rumah
yang berada di bawah kedai yang ditampung dalam tangki air yang berada di
lantai 2 depan kamar. Di rumah tersebut terdapat satu keranjang sampah di dapur,
di toilet, di toko, kedai, pada ruangan keluarga di lantai 2 di dekat tangga. Secara
keseluruhan, bangunan ini sudah memenuhi standar kesehatan.
IV.3 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Harga Satuan
HARGA
NO URAIAN SAT
(Rp)
A Pekerja
1 Tukang /Hari 80,000,00
2 Kepala Tukang /Hari 100,000,00
3 Mandor /Hari
120,000.00
B BAHAN
1 Semen PC (Abu-abu) Sak 66,000,00
2 Pasir Beton m3 267,000,00
3 Splitz (Batuan Pecah) m3 236,300,00
4 Baja tulangan Kg 8,400,00
Dimensi Tinggi
Lantai panjang lebar lantai
m' m'
1 0.2 0.2 4
2 0.2 0.2 4
m' mm mm
Pembuatan Kolom
Harga Jumlah yang
Bahan Koefisien Satuan
Satuan (Rp) diperlukan Harga Total
Semen PC
1 6.72 Sak 66000 236.03
(Abu-abu) 104685205.1
2 Pasir Beton 0.54 m3 267000 7.493100297 1080355.201
3 Splitz 0.81 m3 236000 11.23965045 2148571.579
4 Baja Tulangan 1.1 kg 8400 4,798.31 44336353.62
5 Tukang 0.8 /Hari 80000 60 3840000
6 Kepala Tukang 0.9 /Hari 100000 60 5400000
7 Mandor 1.2 /Hari 120000 60 8640000
Total 170130485.5
VOLUME TULANGAN
Dimensi Plat
PELAT Tebal
P L
Tipe
(m) (m) (m)
PELAT lt 1 dan lt 2
Arah X 0.2 13.5 11
Arah Y 0.2 13.5 11
Tulangan atas pelat
Tul Atas
dia (m) panjang (m) kg jml Jrk (m)
Volume Volume
Tulangan beton
m3 m3
0.435427 29.7
Pembuatan Kolom
Harga Satuan Jumlah yang
Bahan Koefisien Satuan
(Rp) diperlukan Harga Total
Semen PC
1 6.72 Sak 66000 368.73
(Abu-abu) 163540734.3
2 Pasir Beton 0.54 m3 267000 11.70582914 1687746.446
3 Splitz 0.81 m3 236000 17.55874371 3356529.448
4 Baja Tulangan 1.1 kg 8400 3,418.10 31583272.38
5 Tukang 0.8 /Hari 80000 60 3840000
6 Kepala Tukang 0.9 /Hari 100000 60 5400000
7 Mandor 1.2 /Hari 120000 60 8640000
Total 218048282.5
Rencana Anggaran Biaya pembuaran ruko
Kesimpulan
Bangunan yang kami survei adalah ruko yang menjual barang – barang
sembako yang terletak di jalan Margonda Raya, dimana lingkungan tersebut padat
oleh rumah warga dan tempat usaha sehingga tidak terdapat ruang terbuka hijau. Di
sisi kanan ruko tersebut terdapat gang kecil yang cukup ramai dilalui oleh penduduk.
Sedangkan di bagian kiri ruko adalah Warung Upnornal. Karena berada di daerah
yang padat penduduk makan ruang terbuka hijau di sekitar lokasi survei sangat sedikit.
Namu di depan ruko yang disurvei sudah terdapat trotoar yang cukup lebar untuk
dilewati oleh pejalan kaki. Dari segi material bangunan terbilang cukup baik karena
bangunan tersebut sudah terbuat dari tempok bata dan memiliki atap genteng. Tetapi
ruko tersebut memiliki ventilasi yang kurang baik karena saat kami masuk ke dalam
ruko tersebut udaranya cukup lembab. Menurut kami secara keseluruhan ruko yang
telah disurvei sudah dapat dibilang cukup baik dan telah mengiktui beberapa standar-
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah
Maka dari itu dapat pula disimpulkan bahwa infrastruktur yang baik
berpengaruh secara langsung kepada penghuni infrastruktur tersebut, apabila
infrastruktur mendukung kesehatan, kenyamana, keselamatan, dll dari penghuninya
maka penghuninya dapat berkerja lebih produktif. Selain itu juga pembangunan
infrastruktur di suatu daerah harus mengikitu standar pembangunan yang berlaku di
daerah tersebut
BAB VII
LAMPIRAN