TESIS
OLEH
DHARMAWANSYAH
117020021/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
i
TESIS
Oleh
DHARMAWANSYAH
117020021/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
DHARMAWANSYAH
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, Ph.D) (Ir. Basaria Talarosha, MT)
Ketua Anggota
(Dr.Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
Ketua Komisi Penguji : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, Ph.D
3. Ir. Novrial, MT
ABSTRAK
56
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan berkat, anugerah
dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Optimasi
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Syahril
dan juga kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME Selaku Dekan Fakultas Teknik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini
Aulia, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur dan Ibu Beny
O.Y Marpaung, ST, MT, PhD sebagai Sekretaris Program Studi Magister Teknik
Arsitektur, serta seluruh dosen pada program studi Magister Teknik Arsitektur atas
Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD selaku pembimbing I. dan Ibu Ir. Basaria
sehingga selesainya tesis ini. juga kepada Komisi penguji Ir. Samsul Bahri, MT;
Ir. Dwi Lindarto, MT; Ir. Novrial, MT; dan Ir. Rudolf Sitorus, MLA yang telah
yang kepada Ayahanda Alm. Drs. Karbidar Yusfikar dan Ibunda Hj. Walidar
penulis yang tidak mampu penulis membalasnya, juga kepada Istri tercinta Haryani,
SE yang telah banyak memberikan dorongan, semangat dan kasih sayangnya kepada
yang memberikan motivasi dan senyum serta adik-adik Lidyawati, S.Com, Chairun
Nisa, S.Sos dan drg. Fachrizal yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan moril
Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap solusi permasalahan
Penulis
Nama : Dharmawansyah
email : dharmawan_spectacular@yahoo.com
Pekerjaan : PNS
2. Habiburrahman Athiyat
( Dharmawansyah)
Hal
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACK .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
2.1 Sampah...................................................................................... 8
ABSTRAK
56
PENDAHULUAN
telah meningkatkan jumlah sampah di perkotaan dari hari keharinya, sementara itu
Jumlah timbulan sampah Kota Langsa dalam kurun waktu lima tahun mulai
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 10%
pertahun. Timbulan sampah pada tahun 2012 lebih dari 324 m³ per hari, sementara
daya angkut sampah hanya mencapai 22 persen dari total keseluruhan sampah
yang dimulai dari sumber sampah, pengumpulan, pengangkutan sampai pada masalah
disiplin ilmu.
Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Langsa yang memiliki
tempat pengolahan sampah dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana yang
terbagi menjadi 5 (lima) komponen sub sistem yang saling mendukung yaitu teknis
serta masyarakat. Kelima komponen tersebut saling terkait dan harus berjalan secara
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Langsa sebagai pelaksana dalam mengelola
seperti kesiapan sarana dan prasarana sampah mulai dari pewadahan yang
warga untuk membuang sampah pada lokasi pembuangan sampah. Rute dan waktu
Bertitik tolak dari latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
banyak disiplin ilmu. Teknologi yang digunakan meliputi pengurangan sampah dari
akhir, dimana keseluruhan proses ini harus sesuai dengan hukum yang berlaku, sosial
mencapai tujuan tersebut maka sasaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kota Langsa, penulis dan peneliti selanjutnya. Kontribusi yang diharapkan adalah:
legalitas serta aspek peran serta masyarakat, mengingat sangat luasnya pembahasan
tersebut maka penulis membatasi permasalahan sampah pada Gampong Jawa hanya
dalam aspek teknis operasional sedangkan aspek lainnya tidak dibahas secara
mendalam.
penduduk disuatu wilayah, maka salah satu dampak yang ditimbulkannya adalah
dari permukiman.
Kota Langsa.
Penjelasan kerangka pikir seperti tersebut di atas secara ringkas dapat dilihat
Fenomena
Pengelolaan sampah yang buruk
Permasalahan
1. Kajian Teori
1) Teori pengelolaan sampah
2) Buku putih PPSP
3) Peraturan Pemerintah dalam
pengelolan persampahan
2. Tinjauan Lapangan
Metode Penelitian
Analisis
Hasil Penelitian
Kesimpulan dan rekomendasi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
menyebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang
kelingkungan.
Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah
membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri dari zat-zat organik seperti
sayuran, sisa daging, daun dan lain sebagainya, sedangkan yang tidak mudah
membusuk berupa plastik, kertas, karet, logam, abu sisa pembakaran dan lain
sebagainya.
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah
tangga, misalnya limbah dari proses industri. Bila sampah domestik ini berasal dari
lingkungan perkotaan dalam bahasa inggris disebut municipal solid waste (MSW).
berikut:
yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan
alam perusahaan kayu dan lain-lain, kegiatan industri, baik yang termasuk
dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa-sisa
Tempat Terbuka Jalan, taman, tempat bermain, Sampah khusus dan sampah
tempat rekreasi terbuka, jalan kering
besar, tanah kosong, dll
Pelabuhan, bandar udara,
Lokasi Tempat Sampah hasil proses
terminal, tempat pengendalian
Pengendalian pengendalian, residu limbah
industri, dll
1. Sampah anorganik
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti
mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan
ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagai zat
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama.
botol plastik, tas plastik dan kaleng. Kertas koran dan karton merupakan
sampah organik. Tetapi karena kertas, koran dan karton dapat didaur ulang
sampah anorganik.
2. Sampah organik
yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,
rumah tangga dan lain sebagainya. Sampah ini dengan mudah diuraikan
Sampah yang terdiri atas bahan atau zat yang karena sifat-sifat kimianya
dihasilkan oleh perumahan atau rumah tangga dan tidak termasuk dalam
menjadi:
perkotaan.
perdesaan.
03 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (SNI). Dalam SNI, ditetapkan
bahwa timbulan sampah di kota sedang adalah 0,7-0,8 kg/orang hari, sedangkan di
kota kecil sebesar 0,5-0,6 kg/orang hari. Besaran timbulan sampah ini berada pada
kisaran timbulan sampah antara negara berpenghasilan rendah (0,5 kg/orang hari) dan
Meskipun jumlah sampah plastik hanya meliputi 12% saja dari sampah kota,
akibat berat jenisnya yang rendah, volumenya membutuhkan ruang sebesar 25-35%
lebih banyak dari volume total sampah. Akibatnya, apabila komponen sampah plastik
terus meningkat jumlahnya, kebutuhan akan lahan TPA akan lebih meningkat pula.
Hasil analisis komposisi deposit sampah pada sembilan lokasi sampling di TPA
Keputih, yang telah dihentikan operasinya pada tahun 2001, menunjukkan kandungan
(a) negara industri; (b) negara bepenghasilan menengah; (c) negara berpenghasilan
rendah
(d) Indonesia
Sampah basah
Kertas
Plastik
Logam
Kayu, karet, kain, kulit
maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut:
kg/orang/hari.
0,3-0,4 kg/orang/hari.
Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah
tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut dapat
dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai
kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman, kantor.
Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil porsi sampah dari
banyak disiplin ilmu, teknologi yang digunakan meliputi pengurangan sampah dari
akhir, dimana keselurahan proses ini harus sesuai dengan hukum yang berlaku, sosial
terhadap sampah dan pengelolaan sampah secara terpadu maka disiplin ilmu yang
didefinisikan sebagai pemilihan dan aplikasi teknik, teknologi dan manajemen yang
tepat untuk mencapai tujuan dari pengelolaan sampah. EPA (Enviromental Protection
a. interactive b. hierarchichal
dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) merupakan sebuah standar yang ditetapkan
oleh Badan Standar Indonesia yang berlaku secara nasional, dalam pengelolaan
wilayah secara otomatis akan memperkecil daya dukung sarana prasarana di suatu
wilayah. Dengan analogi yang sama pertambahan penduduk juga akan terkait
pemusnahan atau sampai ke TPS dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah
swasta yang ditunjuk oleh pemerintah secara umum belum banyak dilaksanakan,
sarana persampahan adalah alasan pokok pemerintah dan minat swasta yang masih
yang laksanakan saat ini belum tercapai pola pengelolaan terpadu dari masyarakat
sebagai penghasil sampah dan pemerintah sebagai penyedia dan pengelola sarana
persampahan. Dari sisi masyarakat masih terbentuk persepsi bahwa sampah adalah
bahan yang sudah tidak terpakai dan telah menjadi kewajiban pihak pemerintah untuk
Pola pendekatan baru dalam pengelolaan sampah saat ini telah dikonsepkan
pemisah antara masyarakat sebagai produsen sampah dan peran pemerintah sebagai
pengelola persampahan.
recycle) dan mengembangkan sistem insentif dan disinsentif. Dalam hal partisipasi
sampah.
menimbulkan permasalahan baru bagi manusia itu sendiri, bisa kita bayangkan
lingkungan, konflik sosial, dan korban jiwa telah menjadi fenomena tersendiri bagi
masalah persampahan, oleh karena itu kebijakan pemerintah yang tertuang dalam UU
pengelolaan sampah yang saat ini masih pada paradigma pembuangan sampah
dengan menggunakan TPA dengan metode Open dumping yang rentan terhadap
sampah dengan menggunakan TPA dengan Metode Sanitary Land Fill sehingga
sampah bukan menjadi musuh tetapi dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, hal
ini memang memerlukan dukungan pemerintah daerah sebagai leading project dalam
5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya
2. Aspek kelembagaan.
4. Aspek pembiayaan.
Kelembagaan
Obyek
Sampah
teknis operasional antara lain tidak terpantaunya kesediaan wadah, masih kurangnya
angkutan dan pergantian secara periodik sesuai dengan umur ekonomis kendaraan
TIMBULAN SAMPAH
PEWADAHAN/PEMILAHA
PENGUMPULAN
PEMINDAHAN DAN
PENGANGKUTAN PENGOLAHAN
PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH
masyarakat dan mudah dikosongkan seperti yang dijelaskan pada (Tabel 2.2).
Jenis Kapasitas
No Pelayanan Umur Kegiatan
wadah (Liter)
Sumber: SK SNI-T-13-1990-F
1. Tidak mudah rusak dan kedap air kecuali kantong plastik atau kertas.
disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah. Di negara maju adalah hal yang
umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari dari beragam jenis sesuai jenis
sampahnya. Namun di Indonesia, yang sampai saat ini masih belum berhasil
a. Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan,
dengan wadah warna gelap seperti hijau.
c. Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna merah,
dan dianjurkan diberi lambang (label) khusus.
Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari
a. Pola Individual
b. Pola Komunal
Tempat
Sumber Wadah Pengangkat Pembuangan
akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan
pengumpul dan pengangkut sampah untuk masuk dan keluar dari lokasi pemindahan,
dan tidak jauh dari sumber sampah. Pemrosesan sampah atau pemilahan sampah
dapat dilakukan di lokasi ini, sehingga sarana ini dapat berfungsi sebagai lokasi
kebersihan, yang dapat dilakukan secara manual atau mekanik atau kombinasi
misalnya pengisian kontainer ke atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).
pada sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah
dengan truk kontainer tertentu yang dilengkapi alat pengepres (SNI 19-2454-2002).
lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat
pemrosesan akhir, atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen
bila:
menangani sampah.
berbagai area.
Truk biasa - Bak konstruk - Harga relatif murah. - Kurang sehat. - Banyak dipa
terbuka si kayu. - Perawatan relatif - Memerlukan waktu kai di Indo
- Bak konstruk lebih mudah dan pengoperasian le- nesia.
si plat besi murah. bih lama. - Diperlukan
- Estetika kurang. tenaga le-
bih banyak.
Dump truk - Bak plat baja. - Tidak diperlukan- - Perawatan lebih Perlu modifika
/ tipper - Dump truk de banyak tenaga kerja sulit. si bak.
truk ngan ketinggi pada saat pembong - Kurang sehat
an bak peng - karan. - Kurang estetis.
angkutnya - Pengoperasian lebih - Relatif lebih mudah
efisien dan efektif. berkarat.
- Sulit untuk pemua
tan
Arm roll Truk untuk - Praktis dan cepat da- - Hidrolis sering rus- Cocok pada
truk meng angkut lam pengoperasian ak. lokasi-lokasi
membawa - Tidak diperlukan te- - Harga relatif mahal. dengan jum-
kontainer-kontai naga kerja yang ba- - Biaya perawatan lah sam pah
ner hidrolis nyak. lebih mahal. yang relatif
- Lebih bersih dan se - - Diperlukan lokasi banyak.
hat. (areal) untuk penem
- Estetika baik. patan dan pengang
- Penempatan lebih katan.
fleksibel.
Compac - Truk dilengkapi - Volume sampah te- - Harga relatif mahal. Cocok untuk
tor truk dengan alat rang kut lebih ba - - Biaya investasi dan pengumpulan
pemadat sampah nyak pemeliharaan lebih dan angkutan
- Lebih bersih dan mahal. secara komu
hygienis - Waktu pengumpulan nal.
- Estetika baik. Lama, bila untuk
- Praktis dalam pengo sistem door to door.
perasian.
- Tidak diperlukan ba
nyak tenaga kerja
Truk Truk dilengka - Tidak memerlukan ba - Hidrolis sering rusak. Telah diguna
crane pi dengan alat nyak tenaga untuk - Sulit digunakan di da kan di DKI
pengangkat menaikan sampah ke erah yang jalannya Jakarta.
sampah. truk. sempit dan tidak tera
- Cocok untuk meng tur.
angkut sampah yang
besar (bulky waste).
Mobil pe - Truk yang di - Pengoperasian lebih - Harga lebih mahal. Baik untuk
nyapu lengkapi deng cepat. - Perawatan lebih ma - jalan–jalan
jalan an alat penghi - Sesuai untuk jalan – hal utama yang
(street sap sam pah. jalan protokol yang - Belum memungkin rata, tidak
sweeper memerlukan pekerja kan untuk kondisi berbatu dan
an cepat. jalan di Indonesia dengan batas
- Estetis dan higienis. umumnya jalan yang baik.
- Tidak memerlukan
tenaga kerja yang
banyak.
sebagai bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu
berikut:
b. Arm roll truck dengan kontainer 8 m³ juga dapat melayani 2000 KK-
pengangkutan.
oleh tipe rumah dan tingkat pelayanan serta jenis alat angkut.
beberapa negara maju, maka metode pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan
Keterangan:
h=a+bx .....................................(2.2)
b = Jam /jarak
sehingga:
Keterangan:
dbc = waktu untuk menempuh jarak dari kontainer ke kontainer lain (jam/rit)
Catatan: pada pelayanan dengan gerobak lain → PHCS = waktu mengambil sampai
Jumlah ritasi kendaraan perhari ntuk sistem HCS dapat dihitung dengan:
Nd =
[H (1 − w) − (t1 + t 2 ) ] . ..........................(2.5)
THCS
(jam)
terkumpul/hari.
Vd
Nd = . ...............................(2.6)
c. f
Keterangan:
pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat
pemukiman.
vehicles, maka:
Keterangan:
Dbc = waktu terbuang untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi kontainer
lain (jam/lokasi).
V .R
CT = . ........................................(2.9)
c. f
Keterangan:
R = rasio kompaksi.
Vd
Nd = . ........................................(2.10)
c. f
Dimana:
kota sehingga aman (SK SNI T-11-1991-03). Pembuangan akhir merupakan tempat
yang disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah
untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah
sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu: Open Dumping, Sanitary Landfill,
Controlled Landfill.
hari pada akhir jam operasi. Gambar 2.9 menunjukan metode sanitary
landfill yang sudah ada pada TPA Keumuning Kota Langsa yang belum
c. Controlled Landfill
Metode controlled landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh
disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan
pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan bentuk
jumlah penduduk dan kemampuan kota tersebut dalam mengelola sampahnya, seperti
Jumlah Penduduk
No Kategori Kota Bentuk Kelembagaan
(jiwa)
1. Kota Raya (metropolitan) > 1.000.000 Perusahaan daerah atau
Kota Besar 500.000 - 1.000.000 dinas tersendiri
2. Kota Sedang I 250.000 - 500.000 Dinas sendiri
formal adalah seperti yang diarahkan oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai
seharusnya dibiayai dari publik, tetapi untuk sementara waktu sebagian besar
pembiayaan masih dari pemerintah. Karena pendapatan tidak bisa menutupi biaya
(80%) dan Pemerintah Daerah (20%) yang digunakan untuk pelayanan umum antara
dana pengelolaan persampahan suatu kota besarnya disyaratkan minimal +/- 10% dari
yang dapat ditarik dari masyarakat setiap rumah tangga besarnya +/-0,5% dan
pajak dan taksiran pajak yang tidak rumit, didasarkan pada ukuran–
negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.
sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang:
tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang berhubungan dengan penentuan
jumlah sampah.
oleh semua pihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin.
Bagian sampah atau residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa
sesedikit mungkin.
c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
lingkungan, baik ditingkat pusat, maupun daerah sesuai dengan kondisi daerah
setempat.
sampah kota yang mana bertujuan sebagai dasar dalam pengelolaan teknik
Menurut Louise et.al dalam Irman (2004:51), peran serta masyarakat adalah
langsung terhadap mereka. Peran serta masyarakat sangat erat kaitannya dengan
kekuatan atau hak masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap
maupun aktif untuk mewujudkan kebersihan baik bagi diri sendiri maupun
menyiapkan wadah sampah sesuai dengan jenis sampah (organik, non organic).
dimensi ragam budaya, atau kelas-kelas sosial yang berbeda, tetapi juga dalam pola
(Hull, 2006:208).
sebagai individu masyarakat bersifat private artinya apapun yang dilakukan terhadap
tersebut telah dibuang kearea non private (lingkungan) maka sifatnya berubah
menjadi bersifat publik, sehingga sampah berubah menjadi urusan publik, yang dapat
sampah seperti apa yang mereka hasilkan. Sebagai penerima manfaat berarti dapat
masyarakat dalam artian sesungguhnya, dan dunia usaha (swasta) yang berada dalam
lingkungan masyarakat, atau dengan kata lain adalah individu maupun kelompok
Kota yang selalu berkembang dari tahun ke tahun dan dengan segala aktivitas
pembangunan kota. Seiring dengan kondisi tata ruang dari waktu ke waktu akan
semakin meningkat termasuk dalam hal persampahan. Apabila berbicara tentang tata
ruang kota, sebenarnya ialah berbicara tentang alokasi materi di dalam ruang,
sehingga akan menyangkut besaran apa dan dimana. Setiap besaran di dalam ruang
tersebut apa dan dimana selalu bergerak dari penduduk (jumlah penduduk) dan
kebijakan dasar dalam hal pengelolaan ruang kota yang tertuang di dalam Rencana
Tata Ruang Kota setempat dengan berbagai tingkatan wilayah dan kandungan materi
yang menyertainya. Tata Ruang Kota adalah sebuah sistem besar di dalam kota,
dimana didalamnya terdiri dari beberapa subsistem penyusunnya, yaitu: sub sistem
tiap subsistem diatas memiliki arahan kebijakan tersendiri (kebijakan sektoral) yang
saling terpadu dan terintegrasi dalam hal alokasi besarannya didalam ruang sesuai
sampah perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan
diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem
masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk
berpartisipasi aktif.
atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan berbagai
berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang
sampah. Teknik pengolahan sampah dengan pola 3R, secara umum adalah sebagai
berikut:
lain:
a. Incenerator (pembakaran)
TPA.
c. Composting (pengomposan)
d. Pulverization (penghalusan)
2. Reuse
3. Recycle
untuk diproses kembali menjadi bahan baku atau barang yang lebih
berguna.
stakeholders yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Setiap stakeholders
sampah merupakan salah satu tugas utamanya sebagai bentuk pelayanan yang
merupakan bagian dari infrastruktur kota tersebut. Stakeholders utama yang biasa
c. Institusi swasta yang terkait secara langsung dengan persoalan sampah, seperti
Taiwan adalah salah satu negara yang berhasil dalam melibatkatkan peran
dengan menunggu truk sampah yang telah terjadwal baik pada pagi dan malam hari
dibuat menarik karena diiringi dengan musik sebagai penanda jadwal pembuangan
sampah, selain itu kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi juga dapat kita lihat
sampahnya: organik, kertas, kaleng, botol, e-waste (sampah elektronik), baterai, dan
general waste. Jika tidak komplit pun, tempat sampah yang paling standar biasanya
memiliki lebih dari 20 incinerator di seluruh penjuru pulau, dan semuanya adalah
tipe waste-to-energy, panas yang dihasilkan dikonversi menjadi listrik dan dijual
kembali, incinerator tersebut terbuka untuk umum dan anak-anak sehingga mereka
Curitiba adalah ibukota Provinsi Parana Brazil. Kota ini terletak di Brazil
bagian tenggara, jaraknya sekitar 1.081 km dari ibu kota Brazil. Luas Kota Curitiba
430 kilometer persegi. Sensus tahun 2010 menunjukkan penduduk Kota Curitiba
yang besar pula. Namun demikian Kota Curitiba tidak terpuruk dalam permasalahan
sampah. Pada tahun 1989 Kota Curitiba memulai inovasi pengelolaan sampah yang
ekonomis dan berwawasan lingkungan yang diberi tajuk “Garbage that is not
Garbage” (Sampah yang Bukan Sampah). Inovasi pengelolaan sampah tersebut dapat
mendaur ulang 70% sampah Kota Curitiba dan 90% penduduknya berpartisipasi
dalam program daur ulang sampah. Upaya tersebut diapresiasi oleh United Nations
tertinggi bidang lingkungan hidup pada Kota Curitiba (Keuhn 2007, Fazzano &
Pada tahun 1989, Kota Curitiba membutuhkan pabrik daur ulang sampah.
Program yang dimulai pada tahun 1991 ini ditujukan bagi masyarakat
seperti tiket bis, buku tulis bagi anak sekolah, dan bahan makanan.
lokal. Melalui program ini setiap hari ada sekitar 9 ton sampah yang
METODE PENELITIAN
yang lain (Sugiono, 2002). Sedangkan menurut Irawan (2003), penelitian deskriptif
seperti adanya. Dalam penelitian yang bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan
adalah berupa catatan kata-kata, gambar, tulisan ataupun perilaku yang semuanya
dapat dilihat dan dirasakan secara langsung ketika melakukan penelitian. Namun
demikian, secara kualitatif penelitian ini tidak mengukur atau membandingkan antara
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang
arti data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
data-data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung
wawancara yang bersifat terbuka dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang
penduduk yang sulit dijangkau truk sampah dikarenakan badan jalan yang
4. Kategorisasi
Jawa terdiri dari 9 (sembilan) dusun, dusun Jawa Muka I, Jawa Muka II, Jawa
Belakang I, Jawa Belakang II dan Jawa Tengah yang merupakan pusat pertokoan
dengan berbagai item dagangan mulai dari mini market, toko besi, restoran, warung,
bank, butik dan lain-lain, dusun Jawa Baru, Amaliah, Asrama Gajah II dan PJKA
merupakan wilayah pusat pemerintahan dimana di dusun ini terdapat kantor Walikota
Langsa, rumah sakit, bank, pusat jajanan, taman terbuka hijau, taman bermain anak,
komplek perumahan, dan lain sebagainya. Di dusun ini merupakan juga merupakan
kawasan yang paling padat di Gampong Jawa, di dusun ini juga terdapat sungai yang
wawancara, catatan pengamatan dan sumber informasi lain yang relevan akan
berikut:
peta rupa bumi yang diperoleh dari Badan Pertanahan Kota Langsa,
Dalam hal ini penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat
permasalahan perkotaan.
3. Kesimpulan analisis
4. Penulisan Laporan
terletak di sebelah Timur Provinsi Aceh, yang berposisikan sebelah Utara Pulau
Kota Langsa terletak pada daratan aluviasi pantai dengan elevasi berkisar 8 m
dari permukaan laut, dibagian Barat Daya dan Selatan dibatasi oleh pegunungan
Timur merupakan endapan rawa-rawa dengan penyebaran cukup luas. Kota Langsa
basah, curah hujan rata-rata berkisar 1.850-4.013 mm pertahun dengan suhu udara
antara 28ºC-30ºC. Wilayah Kota Langsa berada pada ketinggian 0-25 m dari
luas Kota Langsa pada tahun 2002 adalah kawasan terbangun. Komposisi utama guna
lahan di Langsa adalah perumahan sebesar 62,5% dan ruang terbuka hijau sebesar
Luas wilayah Kota Langsa (Tabel 4.1) dengan jumlah bangunan rumah dalam
wilayah Kota Langsa pada tahun 2011 sebanyak 30.067 unit, luas wilayah yang ber
HPL/HGB didalam wilayah Kota Langsa adalah seluas 7.256 Ha, sementara itu luas
Luas Wilayah
No Kecamatan
km² Ha
1. Langsa Timur 75,04 7.504
2. Langsa Lama 42,39 4.239
3. Langsa Barat 59,95 5.995
4. Langsa Baro 77,5 7750
5. Langsa Kota \,53 753
Jumlah 262,41 26.241
kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Langsa Kota yang rata-rata dihuni oleh
4.873 orang/km². Dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 51% dan perempuan
Laki-laki
97,355
51%
Laki-laki Perempuan
Ekonomi daerah Kota Langsa jika dilihat secara makro dari sudut pandang
peranan PDRB menurut lapangan usaha, potensi unggulan Kota Langsa berada pada
kelompok sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta
tersebut memberikan kontribusi sebesar 60% dari total aktifitas produksi PDRB Kota
Langsa. Jika dilihat lebih mendalam, kelompok sektor tersier yang memberikan
kontribusi tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar
25,85%, kemudian masing-masing diikuti oleh sektor jasa-jasa lainnya yaitu sebesar
15.90%, sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 9.95% serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 9,30% (Tabel 4.2).
ATAS DASAR
HARGA HARGA
NO
SEKTOR BERLAKU KONSTAN KET
(JUTAAN (JUTAAN
RUPIAH) RUPIAH)
Dari PDRB Kota Langsa terlihat bahwa perdagangan dan jasa merupakan
aktifitas utama pada perekonomian masyarakat Kota Langsa, hal ini berhubungan
Jawa Kecamatan Langsa Kota, dengan luas 132,42 hektar dengan batas wilayah
Gampong Jawa:
Jarak Kota Langsa dengan Kota Medan ±165 km, bersinggungan dengan Selat
Malaka dengan akses pelabuhan Kuala Langsa menuju Penang Malaysia dengan
menggunakan kapal penumpang ukuran sedang. Tampak pada Gambar 4.3 batas
Gampong Jawa Kota Langsa yang tepat berada pada pusat Kota Langsa.
Pada tahun 2013 penduduk Gampong Jawa tercatat 11.435 jiwa dengan 2.568
rumah tangga (kepala keluarga) dengan rata-rata penduduk 4 orang per kepala
Langsa, saat sekarang ini Gampong Jawa muka atau koridor Jalan Ahmad Yani telah
berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan jasa, di Gampong Jawa juga
Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Langsa Gampong Jawa
merupakan pusat dari bagian wilayah kota (BWK) A dengan peruntukan sebagai
Sampah yang dihasilkan di Kota Langsa berasal dari sampah domestik yang
terdiri atas sampah organik dan non organik. Sampah yang berasal dari domestik
selanjutnya diangkut oleh truk sampah sedangkan pada wilayah yang tidak terlayani
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Langsa sarana prasarana persampahan yang
Kondisi.
No Jenis Peralatan Jumlah
Baik Rusak
1 Tong sampah 7 7 -
2 Transfer depo - - -
3 Container - -
4 TPS 42 30 12
5 Gerobak sampah - - -
Kota Langsa adalah Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota
organisasi dan tata kerja Badan Lingkungan hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota
Langsa, dimana pengelolaan sampah merupakan tugas dari bidang kebersihan dan
sanitasi yang dibantu oleh sub bidang kebersihan dan sanitasi dan sub bidang
pengelolaan sampah, dengan jumlah PNS pada bidang kebersihan 5 (lima) orang
terdiri dari satu orang kepala bidang, dua orang sub bidang dan tiga orang pelaksana
drainase, pembersihan pusat pasar, transportasi terdiri dari supir truk sampah dan kru,
penyapu jalan yang beroperasi pada pagi hari, petugas pengolahan limbah tinja,
No Uraian Personil
1 PNS 5
2 Karyawan
- Drainase 30
- Pusat pasar 76
- Transportasi 86
- Sapu jalan 63
- IPLT dan Tinja 12
- TPA dan Jalan 10
- Terminal terpadu 23
- Perbengkelan 1
Langsa di kepalai oleh kepala badan dengan Esalon II setara dengan kepala dinas, di
Kota Langsa dengan jumlah penduduk ±150.000 jiwa terkategori kota sedang II
dengan kelembagaan pengelolaan sampah masih melekat pada Instansi lain belum
berdiri sendiri. BLHKP Kota Langsa terdiri dari empat bidang dengan (Gambar 4.5).
Gambar 4.5 Struktur Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Langsa
Sumber: Qanun Kota Langsa No 4 Tahun 2008
75
Salah satu bentuk pelayanan masyarakat dalam pengelolaan sampah maka saat
ini pembiayaan pengelolaan sampah di Kota Langsa masih bersumber dari APBK
Kota Langsa dan retribusi dari pengelolaan sampah, seiring dengan semakin
dari sumber sampah harus segera diwujudkan. Tabel 4.7 menjelasakan pembiayaan
bidang persampahan Kota Langsa yang terdiri dari pendapatan berasal dari retribusi
persampahan, retribusi sedot tinja, dan retribusi penerimaan sewa alat berat dalam
setahun yang ditargetkan oleh BLHKP Kota Langsa dan sumber pembiayan dari
dalam Kota Langsa berdasarkan pelayanan dengan klasifikasi dijelaskan pada Tabel
4.8.
Pengelolaan Sampah.
Pelayanan Kebersihan/Persampahan.
3. Qanun No. 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
yaitu hanya pada daerah pusat kota, permukiman padat, pertokoan, perkantoran,
jalan-jalan umum serta area pasar. Timbunan yang semakin menumpuk dan hanya
sebagian kecil saja yang dapat diangkut ke TPA, belum tersedianya lokasi TPS
produksi sampah yang dihasilkan, baik dari kegiatan permukiman. Disamping itu,
juga untuk mengetahui penyebaran produksi sampah yang ada di Kota Langsa.
penduduk dikalikan dengan besarnya timbulan sampah rata-rata per orang setiap hari.
Adapun timbulan sampah rata-rata per orang per hari menurut SNI S-04-1993-03 tentang
timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia adalah sebesar 2,5–2,75
liter/orang/hari.
Berdasarkan asumsi dari SNI tersebut maka dilakukan konversi dari liter ke
m³ dimana 1 liter sama dengan 1 dm³ atau sama dengan 0,001 m³, sehingga 2,5 liter
sama dengan 0,0025m³. Tabel 4.9 menjelaskan pertumbuhan jumlah produksi sampah
Kota Langsa.
Tahun
No Uraian Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
I Administrasi
1 Jumlah penduduk Jiwa 140.267 145.351 148.945 152.355 154.722
2 % penduduk 41 47 53 58 60
%
terlayani
3 Jumlah penduduk 57.355 68.693 78.941 88.366 92.833
Jiwa
yang terlayani
II Produksi
Sampah
1 Timbulan sampah 0,0025 0,0025 0,0025 0,0025 0,0025
m3/org/hari
domestik
2 Volume sampah m3/hari 143 172 197 221 232
domestik
Pada Tabel 4.10 adalah kondisi sampah terangkut yang dihitung oleh BLHKP
Kota Langsa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, terlihat peningkatan jumlah
Tabel 4.10 Kondisi Eksisting Volume Sampah Terangkut Kota Langsa 2012
Rata-rata Volume
Tahun Jumlah Penduduk Timbulan sampah
(jiwa) terangkut (hari/m3)
2008 140.267 44
2009 145.351 67
2010 148.945 67
2011 152.355 73
2012 154.722 73
timbulan sampah yang terangkut setiap hari oleh Badan Lingkungan Hidup
Kebersihan dan Pertamanan Kota Langsa, data ini merupakan rekapan hasil dari
laporan sampah yang terangkut dan dibuang ke TPA yang terekam oleh BLHKP.
Dari Tabel 4.9 produksi sampah Kota Langsa dari tahun 2008 sebesar 201 m³
per hari menjadi 325 m³ per hari pada tahun 2012 dengan pertumbuhan peningkatan
Langsa sebesar 1,9% pertahunnya. Bila kita bandingkan dengan volume sampah
terangkut Kota Langsa hanya mencapai 22% dari total produksi sampah Kota Langsa
sampah Kota Langsa memiliki permasalahan serius yaitu masih jauhnya antara
jumlah sampah yang timbul dengan kemampuan dalam pengelolaan sampahnya dan
mungkin saja terjadi jumlah timbulan sampah meningkat secara signifikan tanpa
keberagaman jenis dan komposisi sampah yang tinggi. Beberapa sumber utama
b. Sampah pasar, merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan
c.
Sampah pasar modern ini berasal dari pertokoan, warung kopi atau daerah
perdagangan dan daerah pertokoan lain. Sampah dari kawasan ini biasanya
4.8 merupakan salah satu TPS dengan pemisah antara sampah basah dan
kering yang disediakan oleh pemerintah dan tempat sampah dari bambu
Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang
dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan, sampah dapur dan lain-
lain. Pada Gambar 4.9 TPS yang digunakan oleh salah satu hotel yang berada
di Jalan Ahmad Yani Kota Langsa, timbulan sampah pada hotel dan
penginapan ini juga bercampur dengan timbulan sampah yang berasal dari
pemukiman.
e. Sampah jalan
Timbulan sampah jalanan merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki,
sampah dari taman, dan lapangan dengan aktifitas masyarakat yang ramai
pada sore dan malam hari. Gambar 4.10 adalah taman bambu runcing
merupakan salah satu taman di Kota Langsa yang selalu ramai dikunjungi
tegas menyatakan bahwa saat ini metode pembuangan sampah dengan metode open
dumping sudah tidak diperkenankan lagi dipakai dalam pengelolaan sampah akhir.
Berdasarkan hal tersebut seyogyanya Kota Langsa harus melakukan kebijakan untuk
merubah metode pembuangan yang digunakan dari metode open dumping dengan
membuang sampah pada area yang ditentukan menjadi sanitary landfill metode
Saat ini Kota Langsa telah memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah
yang terletak di Gampong Pondok Keumuning Kecamatan Langsa Baro dengan luas
areal TPA 7,5 Ha, lahan TPA tersebut berada didalam kawasan hutan bekas lahan
pembakaran dan belum dilakukan pengolahan lebih lanjut, hal ini dikarenakan belum
tersedianya peralatan yang mendukung seperti alat muat mekanis dan desain dari
tempat pembuangan sampah pada kolam sanitary land fill (Gambar 4.11) yang terlalu
curam yang mengakibatkan supir truk sampah tidak mau membuang sampah pada
kolam yang disediakan (Gambar 4.12), hal ini disebabkan umur pemakaian truk yang
telah melebihi 5 tahun pemakaian dan kurangnya pengawasan dari pihak BLHKP
yang menjaga dan mengawasi supir truk pada area TPA sehingga terjadi pembuangan
TPA Kota Langsa dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi NAD
dan Nias saat ini belum dimanfaatkan sepenuhnya, dikarenakan kondisi TPA yang
telah rusak kembali sebelum proses serah terima antara BRR dan Pemerintah Kota
Langsa, sehingga kondisi ini menyebabkan areal TPA tersebut tidak dimanfaatkan
dengan optimal sulitnya akses menuju TPA mengakibatkan truk sampah tidak dapat
bekerja pada musim hujan karena medan jalan yang berlumpur dan tidak bisa dilalui
perhatian dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan Pemerintah Kota Langsa
sendiri, pada tahun 2013 ini telah memperbarui jalur menuju TPA dengan
pembebasan lahan menuju TPA sehingga dapat dilakukan peningkatan jalan dari
kedepannya akses menuju TPA tidak terhambat walaupun kondisi medan hujan, hal
ini tentunya akan berpengaruh pada efisiensi dalam pengangkutan dan pengelolaan
timbulnya permasalahan baru pada masa yang akan datang. Pemerintah Kota Langsa
harus segera mengambil kebijakan dan melakukan upaya yang serius dalam
pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah sampai pada pengelolaan sampah
akhir. Perlunya perubahan paradigma bahwa sampah sebagai sesuatu yang tidak
bermanfaat menjadi produk yang memiliki banyak peluang seperti pada pengolahan
yang dilakukan pada kota–kota maju yang telah melakukan pengolahan sampah,
sehingga TPA bukan hanya menjadi tempat pembuangan sampah tapi menjadi tempat
pengolahan sampah yang dapat menghasilkan nilai jual ekonomis yang tentunya akan
menjadi nilai pendapatan bagi Pemerintah Kota Langsa dan peningkatan kualitas
hidup warganya.
meliputi:
b. Strategi kelembagaan
c. Strategi pendanaan
sampah yang saat ini dibina oleh Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan
projek bagi pengenalan konsep tersebut kepada anak pada usia dini,
merupakan salah satu bangunan fisik dari bank sampah yang diserahkan
kepada kelompok masyarakat di salah satu desa di Kota Langsa, dari hasil
yang disediakan oleh Pemerintah Kota Langsa menjadi hal yang sangat
BAB V
5.1 Sarana dan Prasarana Sampah Pada Gampong Jawa Kecamatan Langsa
Kota
Kawasan Perdagangan dan Jasa serta pusat jajanan Kota Langsa, menjadikan wilayah
Gampong Jawa menjadi wilayah yang strategis, keberadaan infrastruktur dan sarana
dengan kawasan lain. Dari hasil observasi lapangan terhadap sarana Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) terdapat 14 TPS yang berada di wilayah Gampong Jawa.
Dari identifikasi TPS yang ada di Gampong Jawa yang didapat bahwa
penyebaran TPS tidak merata, terdapat lokasi TPS yang berdekatan dalam satu dusun
perkantoran dan sekolah, hal ini menyebabkan TPS yang berada pada kawasan kantor
walikota dan perkantoran ini tidak dipenuhi oleh sampah yang berasal dari
dikarenakan TPS yang Over Load sehingga mengganggu lingkungan, TPS tersebut
berada pada kawasan permukiman sehingga sampah yang belum dipisahkan antara
organik dan non organik sampah dapur menyebabkan bau yang tidak sedap dan lokasi
TPS tersebut bukan menjadi jalur rutin truk sampah sehingga truk mengangkat
sampah 2 hari sekali lamanya di lokasi pengumpul ini ditambah faktor cuaca seperti
hujan bahkan bisa menyebabkan sampah over load, kondisi ini yang menyebabkan
sekolah tersebut, berikut Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 sebaran lokasi TPS di
Gampong Jawa.
1 4
12
8 9 10
6
5 14 11
7 13
dengan kapasitas lebih kecil dari TPS pada permukiman banyak terdapat disepanjang
kawasan perdagangan pada wilayah Gampong Jawa dapat dilihat pada Gambar 5.3.
jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 9.619 jiwa dengan 2.568 kepala keluarga,
97
luas 134,42 hektar dengan kepadatan 65 jiwa/hektar. Dengan angka tersebut maka
perkiraan timbulan sampah Gampong Jawa dapat dijelaskan pada (Tabel 5.2).
9.619 24
per hari dengan masa jenis sampah kota 0,25 ton/m³ maka jumlah sampah perhari
pada daerah Gampong Jawa sebesar 6 ton sampah. Belum lagi ditambah dengan
sampah dari sekitar daerah Gampong Jawa yang juga membuang sampahnya ke
daerah Gampong Jawa dengan alasan karena TPS yang tersedia di Gampong Jawa
dan rutin mobil sampah untuk mengambil sampah tersebut bila dibandingkan dengan
daerah sekitarnya, seperti Gampong Paya Bujok, Seulalah dan Geudubang Jawa.
Gampung Jawa ditinjau dari teknis operasional pada permasalahan timbulan sampah
liar tersebut diperlukan perencanaaan terhadap berapa jumlah TPS untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam membuang sampah yang benar pada tempat yang
Gambar 5.4 Peta Sebaran Titik Tumpukan Sampah Liar di Lokasi Penelitian
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Dari hasil analisis tersebut maka akan diperoleh berapa kebutuhan TPS yang
diperlukan Gampong Jawa. TPS (Bin) merupakan terkategori dalam jenis pewadahan,
500 liter atau bila dikonversi menjadi 0,5 m³ dapat menjangkau pelayanan terhadap
40 kepala keluarga sedangkan kapasitas 1000 liter atau 1m³ melayani 80 KK rumah
tangga.
Berdasarkan hal tersebut maka jumlah TPS yang diperlukan oleh Gampong
Jawa adalah :
Dari perhitungan kebutuhan jumlah TPS tersebut ternyata kondisi TPS yang
ada baru mencapai 60% dari jumlah TPS menurut rasio perbandingan jumlah kepala
Gampong Jawa.
Gampong Jawa dalam RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) Kota
Langsa sampai dengan 2016 berada pada BWK (bagian wilayah kota) pusat kota
dengan fungsi kawasan sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan jasa dan
pusat pemerintahan Kota Langsa. Tabel 5.3 adalah fungsi guna lahan Gampong Jawa.
Jawa merupakan fungsi penggunaan lahan yang terbesar di Gampong Jawa dengan
luas 75,4 hektar atau 57% dari total keseluruhan Gampong Jawa, melihat dari potensi
lurus dengan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Pada Tabel 5.4 dijelaskan
Penduduk
Dusun/Lingkungan Luas (Ha) Rasio (%)
(KK)
Jawa Baru 9.5 7.18 285
Amaliah 18.3 13.84 215
Asrama Gajah 1.7 1.29 128
Jawa Belakang II 18.3 13.81 318
PJKA 9.7 7.32 153
Jawa Muka I 13.0 9.85 244
Jawa Muka II 21.0 15.84 263
Jawa Tengah 15.3 11.53 411
Jawa Belakang I 25.6 19.34 551
Jumlah 132.42 100.00 2568
terluas berada di dusun/lingkungan Jawa Belakang I dengan luas area sebesar 25,6
hektar dengan jumlah penduduk yang menempati dusun tersebut sebanyak 551 kepala
Asrama Gajah dengan luas 1,7 hektar dengan dihuni oleh 128 kepala keluarga.
Pada Gambar 5.5 dijelaskan tentang guna lahan kawasan pada Gampong Jawa
Kota Langsa dengan kawasan permukiman terlihat dengan blok yang berwarna
kuning sebesar 57% atau 75,4 Ha dari total keseluruhan luas Gampong Jawa
sedangkan perdagangan dan jasa sebesar 11% atau 14,1 Ha, berikut batas
gambaran tentang lokasi penelitian pada kawasan Gampong Jawa ini menggunakan
gambar yang berasal dari citra satelit dengan google earth, citra itu sendiri
merupakan masukan data atau hasil observasi pengindraan jarak jauh yang berasal
dari hasil pemotretan/perekaman alat sensor yang dipasang pada wahana satelit ruang
angkasa, citra dapat diartikan gambaran yang tampak dari suatu objek yang diamati,
dari citra satelit ini merupakan pedoman bagi peneliti dalam membuat batas
Geuchik (kantor desa) Gampong Jawa, dari citra satelit ini juga diperoleh luasan dari
pemanfaatan ruangnya pada kawasan di Gampong Jawa sehingga dari data tersebut
maka dilakukan identifikasi terhadap timbulan sampah yang dihasilkan berada pada
kawasan yang berwarna kuning yaitu merupakan daerah permukiman warga (Gambar
5.8).
pelayanan dan melihat langsung timbulan sampah ilegal yang terdapat di wilayah
studi sehingga dapat dipetakan berdasarkan analisis keruangan pada objek penelitian
Dari Gambar 5.9 dapat dilihat area perlakuan masyarakat terhadap sampah
terhadap sampah terdiri dari lima cara pembuangan sampah yang paling sering
Jawa, area yang terkatagori pada point pertama ini merupakan permukiman
yang berada pada lintasan jalur truk sampah, perumahan yang terdiri mulai
sempit dan keterbatasan armada truk sampah dan becak motor sampah.
halaman depan atau belakang, kapling tanah yang luas atau dekat dengan
atau 192 rumah tangga. Aktivitas pada point ini dilakukan oleh masyarakat
yang memiliki jarak relatif dekat dengan lokasi TPS dan disekitar
penduduk, pada jalan yang dilalui truk sampah, disebabkan karena tidak ada
sampah tersebut akan diangkut oleh petugas sampah nantinya karena tempat
sampah ilegal ini berada juga pada jalur yang dilalui truk sampah sehingga
masyarakat yang berada pada dua dusun yang dekat dengan sungai ini
beberapa rumah yang dekat dengan tanggul yang permanen dan terkatagori
sebanyak 6,56% atau 169 rumah tangga yang memang tidak mendapat
mayarakat dalam membuang sampah pada kawasan Gampong Jawa pada Gambar
5.11 berdasarkan kategori penilaian di atas dapat kita lihat kawasan dengan warna
pelayanan pengangkutan dari truk sampah sehingga zona kawasan yang berwarna
merah ini meliputi daerah yang dilalui oleh truk sampah, pada kawasan yang
berwarna biru merupakan aktifitas masyarakat membuang sampah secara ilegal yaitu
berada pada kawasan yang tidak terjangkau oleh truk sampah dan tidak memperoleh
terkategori mulai dari sedang sampai mewah, dari penyediaan tempat sampah hanya
ada beberapa rumah saja yang menyediakan tempat sampah secara permanen di
depan rumahnya selebihnya hanya mengunakan tempat berupa keranjang rotan atau
5
21
4
2
3
2
1
3 4
Gambar 5.12 Penumpulan Sampah Secara Individu
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
sempit sehingga warga pada daerah sempit tersebut membuang sampah di jalan yang
dilalui oleh truk sampah. Sebahagian lagi masih menggunakan metode membakar
sampah pada halaman rumahnya yang relatif masih memiliki lahan (Gambar 5.13).
Salah satu wilayah kajian yang bersinggungan dengan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Krueng Langsa adalah lingkungan Gampong Jawa Baru dan lingkungan dusun
memiliki tempat pembuangan sampah komunal dan belum terlayani oleh pelayanan
menumpuk pada tempat lapangan terbuka, membuang kesungai belum lagi ditambah
dengan sampah yang dibawa arus sungai ketika musim penghujan. Sedangkan
masyarakat yang dekat dengan jalan sekunder membuang sampahnya pada pinggir
2
1 3
hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda tiga dan roda dua, hanya beberapa ruas yang
terbagi dalam daerah yang mendapat pelayanan sampah dan yang tidak mendapat
pelayanan sampah.
angkutan truk sampah cenderung untuk menumpuk sampah pada TPS disekitar
lingkungannya atau bila tidak ada tersedia TPS maka akan membuang sampahnya
pada daerah yang dilalui oleh truk sampah. Pada Gambar 5.16 menunjukan
Penentuan letak TPS juga menjadi salah satu kendala pengelolaan sampah dari
15 TPS yang ada di Gampong Jawa, hanya tersisa 12 TPS setelah peneliti melakukan
TPS tersebut sudah sangat mengganggu dari baunya dan sampah yang berserakan
keluar dari TPS yang disebabkan oleh aktifitas pemulung pada malam hari,
sampahnya selalu ada dan juga akibat telatnya truk sampah datang”.
mendapatkan sudah ada himbauan agar membuang sampah pada jam-jam tertentu
namun masih hanya sebatas himbauan dan belum ada tindakan dalam
pelaksanaannya.
Gampong Jawa menyebabkan adanya timbulan sampah domestik yang berasal dari
pemukiman tetangga.
“ TPS di Gampong Jawa merupakan yang terbanyak di Kota Langsa juga dengan
jumlah penduduk yang padat baik disekitar Gampong Jawa hal ini menyebabkan
timbulan sampah tidak berasal dari permukinan di Gampong Jawa saja tapi juga
ditambah sampah dari kawasan perdagangan dan jasa seperti sampah dari café dan
TPS oleh warga, peneliti melakukan pengamatan kondisi sebelum TPS dihancurkan
dan kondisi setelah TPS dihancurkan, proses pengamatan pada TPS ini peneliti
lakukan pada saat TPS tersebut masih dipergunakan warga sampai pada saat
penghancuran TPS tersebut oleh warga, peneliti merasa tertarik dengan mengamati
TPS tersebut dikarenakan sangat mewakili dari permasalahan pada penempatan TPS
dan berada pada kawasan permukiman sehingga akses masyarakat untuk membuang
sampah pada TPS ini sangat mudah juga lokasi TPS yang berada pada jalur yang
sebelum
setelah
Gambar 5.17 Kondisi TPS di Gampong Jawa Tengah Sebelum dan Setelah
Dihancurkan
Sumber: Observasi Peneliti 2013
Dari Gambar 5.17 dapat kita lihat kondisi TPS pada bahu jalan, sampah yang
berserakan sampai ke badan jalan dan lokasi TPS ini berada pada persimpangan jalan,
sehingga menyebabkan kemacetan pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari.
Berdasarkan kondisi tersebut masyarakat yang berada pada sekitar TPS berinisiatif
untuk melakukan pembongkaran TPS dan tidak lagi membuang sampah pada lokasi
tersebut, perlakuan tersebut akhirnya berhasil menciptakan daerah yang dulunya TPS
berubah wajah menjadi tempat yang bersih dari sampah dan pengguna jalanpun tidak
selesai dan kemana warga membuang sampahnya. Dari hasil observasi terahadap
warga sekitar ternyata warga menyiapkan wadah sendiri berupa keranjang dari bambu
yang diletakan di bahu jalan yang dilalui oleh truk dan menyimpan kembali wadah
tersebut setelah diangkut oleh truk sampah, penggunaan bambu selain murah dan
efisien juga memudahkan petugas truk sampah dalam mengangkut sampah. Sebagian
masyarakat membuang langsung ke TPS lain yang tidak dekat dengan rumahnya.
“Kami rela membayar iuran sampah asal sampahnya diangkut setiap hari “( Doir).
50-70% dari total biaya pengelolaan sampah hal ini juga berhubungan dengan metode
sampah tentu bisa dikurangi dengan melakukan pengurangan sampah dari sumbernya,
Pertamanan Kota Langsa memberi satu unit becak motor sampah kepada seluruh desa
yang ada di Kota Langsa untuk saat ini baru hanya beberapa desa saja yang memiliki
becak motor sampah tersebut, Gampong Jawa merupakan salah satu desa yang
menerima bantuan becak motor sampah tersebut. Becak sampah ini memiliki
Dalam melakukan tugasnya ternyata ada kendala yang dihadapi oleh pihak
belum dapat berjalan pengoperasian becak motor sampah tersebut, masalah yang
timbul adalah masalah biaya operasional yang harus ditanggung oleh pemerintah
gampong (desa).
“Biaya operasional becak motor sampah tidak ada dari desa, dikarenakan
biaya retribusi sampah (maksudnya biaya retribusi sesuai dengan Qanun No.15
Tahun 2010 tentang Retribusi) hanya dipungut Rp.3000/bulan per rumah tangga,
dimana retribusi tersebut di setorkan langsung kapada instansi yang berwenang, lalu
Instansi dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan
Kota Langsa tidak menganggarkan biaya perawatan dan operasional becak tersebut
Pertamanan dalam hal ini saya melakukan wawancara kepala bidang kebersihan dan
sanitasi Hermin Nuzul, ST, MT yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah
“Pemilihan lokasi TPS dilakukan melihat kebutuhan masyarakat kami melihat bahwa
disana memang sering digunakan warga untuk membuang sampah, sehingga kami
buatkan TPS, mengenai sampah yang berserakan itu disebabkan plat besi sebagai
penutup TPS hilang, kami sangat menyayangkan hilangnya plat besi tersebut”(Pihak
BLHKP).
5.3.1 Pewadahan
Proses atau aktivitas pewadahan sampah dalam hal ini adalah usaha yang
paling aman, dari hasil penelitian ini masih sedikitnya persentase penggunaan
pewadahan sampah yang aman pada keseluruhan Kota Langsa. Pewadahan bertujuan
dari gangguan hewan dan aktifitas yang menyebabkan sampah berserakan dan
seperti sampah dapur dengan sampah organik dan sampah berupa plastik dan
kemasan dalam sampah non organik. Pemisahan sampah organik dan non organik
yang masih belum optimal dilakukan, hasil pengamatan peneliti hanya sedikit rumah
yang memiliki tempat sampah dengan model pemilahan tersebut hanya perumahan
mess perusahaan saja dilingkungan Gampong Jawa yang menyediakan sendiri tempat
sampah terpisah tersebut (Gambar 5.18), sedangkan pada kawasan perdagangan dan
jasa pemerintah Kota Langsa telah menyediakan tempat sampah dengan pemisah
kantong plastik hal ini dilakukan karena sampah yang dikumpulkan dapat dibuang
antara sampah organik dan non organik, hanya sedikit warga yang menyiapkan
tempat sampah di luar rumahnya kebanyakan warga yang menyiapkan tempat sampah
berupa tempat sampah rotan hanya pada daerah yang dilalui oleh truk sampah,
dilakukan warga sekalian keluar rumah melalui tempat sampah yang terdekat baik itu
TPS resmi maupun tumpukan sampah yang sudah menjadi tempat sampah ilegal.
Sebagian warga menggunakan tempat sampah dari bambu sebagai wadah tempat
sampah berakibat kepada pemilihan alat angkut, alat angkut yang bisa digunakan
adalah alat angkut berupa dump truck, sedangkan penggunaan compactor truck belum
melakukan pemisahan sampah, saat ini Kota Langsa baru memiliki satu buah
compactor truck.
dengan TPS, sehingga tumpukan sampah yang tidak pada TPS atau
timbulan sampah dalam bahu jalan pada jalan yang dilalui oleh truk
sampah tidak muncul lagi karena jarak antara TPS dengan warga sebagai
ini, setelah sampah dikumpulkan melalui warga dan diangkut oleh becak
motor sampah ke TPS terdekat kemudian pada jam yang telah ditentukan
sampah diangkut dengan truk sampah ke TPA (Gambar 5.20). Akan tetapi
atau bila tidak terdapat TPS maka di tumpuk pada daerah yang menjadi
tidak terpenuhinya pelayanan sampah saat ini dengan menggunakan satu becak motor
sampah dengan 2-3 ritasi perhari hal ini berdasarkan pedoman standar pelayanan
m³ dapat melayani 200 sampai dengan 300 rumah tangga, dengan jumlah
hari.
= 22 m³
6 m³
Untuk menjangkau daerah yang tidak dilalui oleh truk sampah maka jumlah
ideal untuk becak motor sampah yang diperlukan untuk melayani 2568 rumah
(Gambar 5.21).
daerah Gampong Jawa terdapat dua unit truk sampah yang terbagi jalurnya
dengan 9 pagi. Truk sampah mengutip sampah pada setiap TPS dan juga
sampah yang tidak memiliki wadah pada bahu jalan yang ditumpuk oleh
beroperasi pagi hari dengan tiga truk sampah, satu truk sampah melintasi Jalan
Ahmad Yani melintasi kawasan perdagangan dan jasa dan satu truk melintasi jalur
Gampong Jawa Belakang menuju Paya Bujok Tunong, dan satu truk melintasi jalur
lapangan merdeka menuju lingkungan Jawa Tengah menuju kembali ke Jalan Ahmad
Yani, truk ini tidak hanya diperuntukkan untuk daerah Gampong Jawa saja tapi juga
melintasi beberapa ruas jalan yang tidak masuk didaerah penelitian penulis.
Langsa, kegiatan pengolahan yang terjadi masih dilakukan secara spontan saja oleh
1. Aktifitas pengumpulan barang bekas seperti koran, botol, dan bahan yang
terbuat dari plastik yang dilakukan dari rumah kerumah dengan aktifitas
didapat oleh penjual dapat berupa uang dari barang yang tidak terpakai
dan sekaligus membersihkan rumah dari barang yang tidak dipakai lagi,
dilakukan oleh pemulung pada malam hari di TPS, ini juga menyebabkan
aktifitas pemulung ini dilakukan pada truk sampah yang baru masuk di
sampah yang bernilai seperti plastik, tempat minuman bekas yang memiliki nilai
ekonomis untuk dijual kembali, penjualan sampah hasil dari pemulung sampah yang
kemudian dijual lagi untuk diproses menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis,
terbentuknya simbiosis ini disebabkan adanya nilai jual dari sampah tersebut
(TPA) untuk melakukan pengelolaan terhadap sampah, artinya sampah yang selama
ini dibuang dengan metode open dumping yang rentan terhadap permasalahan
lingkungan diubah menjadi sanitaryland fill atau controlland fill. Adapun beberapa
pengelolaan sampah kepada pihak swasta sebagai pengelola. Saat ini kota
sendiri sampahnya.
5.4 Pembahasan
Dari hasil observasi di lapangan terhadap pengelolaan persampahan kota di wilayah penelitian ini memperoleh hasil
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hasil Survei Teknis Operasional Kawasan Penelitiaan
131
3 Pemindahan dan
Pengangkutan : - Alat pengangkut sampah harus memiliki - Alat pengangkut sudah menggunakan terpal penutup pada
Kegiatan - penutup saat perjalanan menuju ke TPA
operasional yang - Tinggi bak maksimum 1,6 m - Alat angkut berupa dump truck, sedangkan compactor truk
dimulai dari titik - Ada alat ungkit belum optimal digunakan
pengumpulan - Kapasitas truk disesuaikan dengan
terakhir dari suatu kondisi/kelas jalan
siklus menuju - Bak truk dilengkapi dengan pengaman air
tempat sampah
pembuangan akhir
4 Penyedia TPS
Sumber :
Peraturan Menteri - Luas TPS sampai dengan 200 m2 - Penempatan TPS yang tidak sesuai estetika dan lalu lintas
Pekerjaan Umum - Jenis penampungan sementara bukan Tidak memiliki buffer zone
No:03/PRT/M/20 permanen - Belum memiliki TPS dengan konsep 3R dimana TPS
13 - Sampah tidak boleh berada di TPS lebih dari - sudah memiliki pemilahan sampah dan pengolahan
24 Jam sampah
- Penempatan tidak menganggu estetika dan
lalu lintas
- Penempatan TPS sedekat mungkin dengan
pemukiman radius 1 km
- Memiliki buffer zone berupa tanaman
- Lokasi mudah diakses
- Memiliki jadwal pengangkutan
- Kabupaten wajib menyediakan TPS 3R
1. Jumlah tempat sampah yang saat ini ada belum dapat memenuhi rasio
antara jumlah penduduk dengan jumlah TPS dari analisa tersebut didapat
sedangkan TPS yang tersedia saat ini hanya 11 TPS yang masih dapat di
TPS akan tetapi jika melihat dari fungsi guna lahan Gampong Jawa maka
dari gampong yaitu pengaktifan kembali becak motor sampah yang saat ini
sungai.
137
d. Jarak antar TPS dengan radius 1 Km antar lokasi TPS, sehingga pada
motor sampah pada lokasi yang dijangkau oleh jalur truk sampah
distribusi TPS, seperti dijelaskan pada Tabel 5.7 antara jumlah TPS
dengan luas area kawasan. Jumlah TPS existing yang dapat digunakan
TPS pada daerah Gampong Jawa, oleh karena itu peneliti mengajukan
Gampong Jawa yaitu sebanyak 32 TPS dengan kapasitas 1000 liter atau
1 m³.
Timbulan sampah pada lingkungan Amaliah dan Gampong Jawa Baru berasal
dari sampah yang hanyut dari sungai dan tersangkut dibawah rumah
panggung ketika air surut. Hal ini juga disebabkan kebiasan masyarakat yang
TPS dan tidak terjangkau dengan truk sampah, oleh karena itu pada kedua
yang memiliki tempat sampah diluar rumah, tempat sampah diluar rumah
1 Jawa Muka I - 2 -
2 Jawa Muka II 2 3 1 telah hancur
3 Jawa Belakang I - 4 -
4 Jawa Belakang II 2 4 1 telah hancur
5 Jawa Tengah 1 2 1 telah hancur
6 Jawa Baru - 1 -
7 Amaliah 7 1 -
8 Asrama Gajah II - - -
9 PJKA 2 1 -
140
5.24.
menyediakan tempat sampah bagi setiap rumah tangga karena jika dilihat
dari fakta yang terjadi pola tempat sampah komunal masih belum tepat
sampah yang berada diruang publik sehingga siapa saja bisa membuang
lokasi TPS yang tentu saja menjadi masalah dan penolakan bagi warga
142
membuang sampah pada tempat terdekat yang dapat dijangkau oleh warga
sampah yang melintasi pada beberapa ruas jalan primer dan sekunder di
Gampong Jawa. Oleh karena itu pola pengangkutan tersebut juga harus
jangkauan pelayanan dapat menjangkau daerah yang tidak dilewati oleh truk
sampah seperti pada gang sempit dan juga permukiman yang tidak dilalui
Dari hasil analisis terhadap jumlah becak sampah yang diperlukan dalam
sampah adalah 4 unit, sedangkan yang ada baru 1 unit yang saat ini masih
tidak dilalui oleh truk sampah, jalur becak motor sampah mengumpulkan
sampah pada jalan lingkungan dan membuangnya pada transfer depo atau
TPS yang dilalui oleh truk sampah, berikut gambar usulan jalur truk sampah
dan jalur becak motor sampah seperti terlihat pada Gambar 5.25.
keterbatasan lahan untuk meletakan TPS dan transefer depo yang berfungsi
berasal dari TPS yang diangkut dengan menggunakan becak motor sampah.
Jika dilihat dari fungsi transfer depo tersebut maka keberadaan transfer
kendala saat ini adalah mahalnya harga tanah, sehingga solusi dari
5. Jalur truk sampah saat ini terbagi dalam tiga jalur dimana ketiga jalur ini
hanya melintasi jalan arteri primer dan kolektor primer dan kolektor
tersebut. Dari permasalahan ini maka fungsi becak motor sampah yang
skala kecil.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Persampahan Kota di Gampong Jawa Kota Langsa, dapat disimpulkan: (1) Terdapat
pewadahan dengan kapasitas 1000 liter atau 1 m³ pada daerah permukiman, idealnya
adalah 32 (tiga puluh dua) tempat pembuangan sampah, sedangkan kondisi aktualnya
hanya terdapat 11 (sebelas) tempat pembuangan sampah untuk melayani 2.568 kepala
keluarga; (2) Kebutuhan ideal becak motor pengangkut sampah pada daerah
Gampong Jawa adalah 4 (empat) unit, sedangkan saat ini Gampong Jawa hanya
memiliki 1 (satu) unit becak motor pengangkut sampah yang belum beroperasional.
Penggunaan becak motor sebagai pengumpul sampah sangat dibutuhkan, sebab dapat
menjangkau jalan lingkungan/dusun yang tidak dapat dijangkau oleh truk sampah.
6.2 Saran
Pemerintah Kota Langsa sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan sampah Kota
kawasan permukiman yang tidak dilalui oleh truk sampah menjadi 4 (empat) unit
dengan operasional kerja setiap unit melayani dua dusun/lingkungan; (2) Upaya
pembinaan pengelolaan sampah yang simultan dan kontinyu kepada masyarakat; (3)
dihasilkan dan sosialisasi terhadap pemisahan sampah organik dan non organik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik dan BAPPEDA Kota Langsa 2011, Langsa Dalam Angka.
Hartono Edi, (2006) Peningkatan Pelayanan Pengelolaan Sampah Kota Brebes melalui
Peningkatan Kemampuan Pekerjaan, Magister Teknik Pengembangan Wilayah
dan Kota Universitas Diponogoro, Semarang.
Miles Matthew B and Huberman Michael A. 1984. Qualitative Data Analysis, Source
Book of New Method. Sage Publication: Beverly Hills
Nasrullah, 2001, Pengelolaan Limbah Padat, Diktat Kuliah Persampahan, Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Diponogoro , Semarang.
Wibowo eko hermawan, Tesis 2010, Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah
Permukiman di Kampung Kamboja Pontianak.