TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Dosen Co-Pembimbing:
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi
karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasullah Muhammad SAW yang telah
memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi panutan dalam
menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari, karena sungguh suatu hal yang sangat
sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak pantang menyerah dalam
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
pada Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Rumah Sakit di Kota Medan (Studi Kasus : Rumah Sakit Universitas Sumatera
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Wakil Dekan 1 dan sekaligus Ketua
ii
telah dengan sabar memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat
4. Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A. selaku dosen pembimbing II yang telah dengan
11. Ayahanda Juanda Harahap dan ibunda Rosmaini Siregar, terima kasih yang
tak terhingga atas doa, kasih sayang, semangat, pengorbanan dan ketulusan
iii
mereka;
12. Abang dan Kakak angkatan 2010, Teman-teman angkatan 2011, dan Adik-
adik angkatan 2012, 2014, dan 2015, terima kasih atas kebersamaan dan
penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas
Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
iv
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ix
vi
vii
viii
PENDAHULUAN
Kebakaran adalah suatu bencana yang disebabkan oleh api atau pembakaran
03-3895-2000 tahun 1997 kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu
bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai
contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbonmonoksida,
gedung dan lingkungan, sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik
yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan
sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam
terutama pada saat musim kemarau. Ancaman ini muncul akibat kecerobohan
manusia dalam membangun gedung atau perumahan yang tidak sesuai dengan standar
merupakan beberapa contoh umum penyebab terjadinya kebakaran pada gedung dan
(BNPB) kota-kota besar di indonesia yang yang perlu diwaspadai untuk ancaman
1
Rumah sakit adalah salah satu bangunan yang bersifat publik yang memiliki
resiko cukup besar untuk terjadinya kebakaran. Dalam penerapan sistem dan
manajemen kebakaran gedung rumah sakit memiliki beberapa hal yang berbeda
dengan bangunan lain. Hal ini di karenakan banyak kegiatan di rumah sakit yang
memerlukan alat bantu saat evakusi , kegiatan operasi yang tidak dapat dihentikan
begitu saja saat terjadi kebakaran. Rumah sakit juga memiliki banyak bahan-bahan
yang dapat membuat api semakin membesar ketika terjadi kebakaran misalnya: bahan
Kota medan memiliki banyak sekali rumah sakit dangan kapasitas besar yang
diakibatkan apabila terjadi kebakaranbaik itu korban jiwa ataupun kerugian materil,
setiap fasilitas umum khususnya rumah sakit harus memiliki sistem dan manajemen
proteksi kebakaran yang baik. Oleh karena itu, atas dasar inilah penulis tertarik
Kebakaran di Gedung Rumah Sakit di Kota Medan (Studi Kasus: Rumah Sakit
Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) dan Rumah Sakit Bunda
Thamrin?
1.3 Tujuan
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Bunda Thamrin
pada Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Bunda
Thamrin?
4.
3
Dalam penelitian ini diberikan beberapa batasan agar penelitian bisa lebih
1. Gedung yang akan diteliti adalah gedung Rumah Sakit Universitas Sumatera
Indonesia(SNI).
1. Bagi peneliti:
Bab 1: Pendahuluan
Bab ini berisi dasar-dasar teori yang menjadi landasan pendukung penelitian,
yaitu literatur yang menjelaskan tentang sistem proteksi kebakaran, serta hasil
jurnal ilmiah.
Bab ini berisi metodologi penelitian secara lengkap yaitu waktu dan
Bab ini berisi deskripsi objek penelitian, pengolahan dan analisa datadalam
Bab 5: Penutup
Sebagai bab terakhir, bab ini akan menyajikan secara singkat kesimpulan yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran
terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia
dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap,
uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lainya.
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan,
bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial
dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran
Api merupakan suatu reaksi kimia yang berupa oksidasi yang bersifat
eksotermis dan diikuti oleh pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan
nyala, asap dan bara. Proses terjadinya api dimulai bila terdapat tiga unsur
yaituadanya bahan yang mudah terbakar, adanya cukup oksigen sebagai oksidator,
adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar(panas).
tertentu, timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebagai proses pembakaran. Bila awal
api ini telah telah terjadi maka sebagian panastersebut akan diserap oleh bahan
bakar/benda disekeliling yang kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala
berganti-ganti setelah bercampur dengan oksigen (di udara), proses ini disebut reaksi
berantai (tetrahedron).
Api akan berhenti menyala apabila salah satu dari keempat unsur tersebut telah
berdasarkan jenis bahan bakarnya. Dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih
mudah, lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang dipergunakan
1. Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya,
kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari luar, molekul-molekul
benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah yang terbakar. Hasil kebakaran
ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul-molekul dan
menimbulkan gas yang akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat ini
adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak
sekali dalam bentuk bara. Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical
2. Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya. Diatas
cairan pada umumnya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar
cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan
kebakaran.Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain,Contohnya: solar, minyak tanah, dan bensin. Media pemadaman untuk bahan
3. Kelas C
Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan, yang sebenarnya kelas C ini
tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana adaaliran listrik,
kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A atau B. Kelas
C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu yang tidak
aliran listrik media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical), gas halon
4. Kelas D
potassium. Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan yaitu pemanasan
awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat tinggi pula. Pada
kebakaran logam ini perlu dengan alat/media khusus untuk memadamkannya atau
dan tata letak bangunan terhadap lingkungan sekitar dikaitkan dengan bahaya
air, jalan lingkungan, jarak antar bangunan dan hidran halaman (Peraturan Menteri
Sumber air ini adalah pasokan air yang akan digunakan untuk proteksi
ini tidak tersedia maka harus disediakan penampungan air bertekanan tinggi. Sumber
air harus ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau oleh tim pemadam kebakaran.
pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh mobil
pemadam kebakaran untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi
pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit(Permen
PU No.26/KTPS/2008).
jalur akses mobil pemadam kebakaran dan ditentukan jarak minimum antar bangunan
10
4 >40 >8
(Sumber: Permen PU No.26/KTPS/2008)
jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam
kebakaran.
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat digunakan
oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh
mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat
tangga kebakaran, pintu darurat, dan tanda petunjuk arah (Kementerian Pekerjaan
Umum, 2008).
11
pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun, pintu harus
dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi manapun hingga
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000, penempatan pintu darurat harus diatur
sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar (exit)
tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada
setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60, dan dilengkapi dengan tanda
atau sinyal yang bertuliskan keluar menghadap ke koridor, mudah dicapai dan dapat
Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar / exit dengan warna tulisan
hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda tersebut dipasang dua
bila terjadi kebakaran, tangga terlindung baru yang melayani tiga lantai/lebih ataupun
tangga terlindung yang sudah ada melayani lima lantai atau lebih. Tangga kebakaran
ini harus disediakan dengan tanda pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada
Umum,2008).
12
direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada koridor tiap
jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api
(lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai pegangannya sehingga mudah dibuka dari
sebelah tangga (luar) untuk mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat.
Menurut SNI 1728 tahun 1989, tiap tangga darurat dilengkapi dengan kipas
penekan/pendorong udara yang dipasang diatap udara pendorong akan keluar melalui
grill di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga darurat dekat pintu darurat.
Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai dilengkapi tenaga batrai darurat yang
dan maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan
kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai
Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989, tangga kebakaran tidak dibatasi dengan
dinding, tidak untuk menyimpan barang, terawat dengan baik dan bersih tidak
digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC, ruang sirkulasiberhubungan langsung
pintu exit utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata harus diberi
tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat dari setiap arah akses
exit.
13
Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada
bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran dimana
lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah
Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan daerah
proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri
atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana proteksi
kebakaran aktif terdiri dari Alarm, Hidran, Detektor, Sprinkler, dan APAR.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut,
diangkat, dan dioperasikan oleh satu orang. Persyaratan teknis Alat Pemadam Api
a. Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah dilihat,
d. Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas tentang
1.Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca serta dapat
2.Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai, kecuali CO2 dan bubuk
2.2.3.2 Hidran
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang
dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpandidalam suatu kotak baja dengan cat
warna merah. Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang, digunakan alat
yang disebut dengan koplingyang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat
pemadam kebakaran manual, setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu
kotak hidran harus mudah dilihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda lain.
Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak.Hidran diberi tulisan
15
Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan sistem serta
2. Hidran halaman
a. Persyaratan teknis
selama 30 menit.
3. Selang kebakaran dengan diameter maksimum 1,5 inci harus terbuat dari
4. Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari unit
pemadam kebakaran.
2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus dilengkapi
dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 2,5 inci (6,25 cm), minimal
debit air 380 liter/menit, kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat,
diameternya minimum 6 inci (15cm), debit air hidran 250 galon/menit atau
16
minimum 4 inci (10cm), dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus
harus mudah dibuka, mudah dilihat, mudah dijangkau, dan tidak terhalang
17
sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang dapat
berupa:
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus.
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap oleh
Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat adanya
operator.
awal.
2.2.3.4Sprinkler Otomatis
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran, sprinkler adalah alat pemancar air
18
mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata.
Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 sprinkler otomatis adalah alat pemancar
ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancarkesemua arah secara merata.
a) Komponen persediaan air/ reservoir, untuk sistem sprinkler cadangan air dalam
penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan golongan bahaya kebakaran
dari suatu bangunan. Kapasitas minimum reservoir dapat dilihat pada tabel 2.3
dibawah ini:
Kapasitas minimum
Jenis kebakaran reservoir
19
sprinklersama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa listrik,
c) Komponen pemipaan, pemipaan mulai dari gate valve untuk pipa catu dalam
ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang dimana terdapat atau
adalah tekanan air pada pipa dankapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 2.4
dibawah ini :
Bahaya kebakaran
16 bar 1100 liter/menit
sedang kel III
Bahaya kebakaran
22 bar 2300-9650 liter/menit
berat
meter.
20
Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi adalah
alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal yang terdiri
dari:
jauh lebih cepat dari detector panas. Persyaratan untuk detector asap yaitu:
sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang pada jarak kurang dari
15 meter.
21
sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang pada jarak kurang dari
15 m.
Jenis
Fungsi ruangan
detector
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaanyang ada untuk menahan
Suatu bangunan gedung harus bisa bertahan secara struktural selama terjadi
kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran sehingga pengguna gedung punya
22
dan juga dapat memberikan waktu untuk petugas pemadam untuk masuk kedalam
penjalaran kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding , lantai, kolom,
balok,dan bagian bangunan lainnya yang tahan terhadap api dalam waktu tertentu
Seluruh bukaan harus dilindungi dan lubang utilitas harus diberi penyetop
shaft pipa , shaft ventilasi, dan shaft instalasi listrik harus sepenuhnya tertutup dengan
dinding dari bawah sampai atas dan tertutup pada stiap lantai .
23
housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire emergency plan)
keamanan.
24
(fire safety plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran (fire emergency plan)
klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, tapak, dan fasilitas
yang tersedia pada bangunan. Bila terdapat unit bangunan lebih dari satu, maka setiap
masing dan dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan
20/PRT/M/2009.
b) Operator lif
e) Operator pompa
c) Tim Pengamanan
efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar
gedung, klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran, situasi dan kondisi
infrastruktur sekeliling bangunan gedung. Sumber daya manusia yang berada dalam
26
METODE PENELITIAN
kuantitatif dengan desain studi kasus, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah
Bunda Thamrin yang berlokasi di Jl. Sei Batang Hari No. 28-30, Medan.
27
3.2Instrumen Penelitian
Instrumen adalah semua alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
objektif sehingga data data dapat membantu dalam menguji hipotesa atau
adalah :
c.kamera
d.meteran
28
manajemenproteksi kebakaran.
3.2.2 Kuisioner
sesuai dengan hasilnya yang diinginkan atau peneliti yang memberikan tanda
3.2.1Variabel Penelitian
Bangunan
NO Variabel
Kelengkapan Tapak
1 Sumber air
2 Jalan lingkungan
3 Jarak antar bangunan
4 Hidran halaman
Sarana Penyelamatan
1 Sarana Jalan keluar
2 Konstruksi jalan Keluar
3 Landasan helikopter
Sistem Proteksi Aktif
1 Deteksi dan alarm
2 Siamese connection
3 Apar
4 Hidran gedung
5 Sprinkler
6 Sistem pemadam luapan
7 Pengendali asap
8 Deteksi asap
9 Pembuangan asap
10 Lift kebakaran
11 Cahaya darurat
12 Listrik darurat
13 Ruang pengendali operasi
Sistem Proteksi Pasif
1 Ketahanan api struktur bangunan
2 Kompartemenisasi ruangan
3 Perlindungan bukaan
30
Data adalah fakta atau fenomena yang sifatnya mentah atau belum
dianalisis,sepertiangka,namaketerangandansebagainya.Dalampenelitianini
1..Data Primer
Dataprimermerupakandatayang dikumpulkandandiolahsendirioleh
- Observasi
Penelitimelakukanobservasipadaobjekpenelitianyaitu GedungRumah
menggunakan Pd-T-11-2005-c.
- Wawancara
Penelitimemanfaatkanpotensisumber informasidanpendapatdari
Utara dan Rumah Sakit Bunda Thamrin. dalam hal ini narasumber yang
31
Datasekundermerupakandatayang diperolehdalambentukyangsudah
- Datauntuklandasanteoripenelitianyangdiambildaribukuliteratur,
Gedung.
dilapangan sesuai dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian. Pengolahan data
diberikan adalah nilai sempurna. Namun bila terdapat salah satu kriteria
penilaian yang tidah dipenuhi maka nilai kan berkurang sesuai kriteria yang
tidak dipenuhi.
32
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk
definisi lain dari analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menubah data
hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam
mengambil kesimpulan.
33
Keterangan :
34
Studi literatur
Pengumpulan data
Data primer
Data sekunder
Kondisi Exsisting sistem Denah Gedung
proteksi kebakaran di RS
USU dan RS Bunda Denah Instalasi sistem
Proteksi kebakaran
Thamrin
Wawancara personal Organisasi pencegahan
penarapan manajemen dan penanggulanagan
proteksi kebakaran kebakaran
Hasil penelitian
35
Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung RS USU belum ada. Hal ini
dibuktikan dengan hasil observasi yaitu tidak adanya struktur organisasi dalam
2014. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu adanya dokumen struktur
Berikut ini pada tabel 4.1 dapat dilihat hasil observasi mengenai prosedur
No.20/PRT/M/2009.
36
37
38
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur tanggap darurat yang
kesimpulan tingkat kesesuainnya masuk dalam kategori kurang (K) karena tidak
Rumah Sakit Bunda Thamrin masuk dalam kategori baik (B) karena
memenuhi 14 persyaratan. Rumah Sakit Bunda Thamrin mendapat nilai 82%, skor
tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur tanggap darurat yang
Gedung Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara sampai saat ini belum
adanya perhatian dari pembuat kebijakan, dalam hal ini adalah manajemen RS
USU. Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung RS USU bukan berarti
yang nantinya akan bekerja sesuai dengan tugasnya dalam menangani kejadian
kebakaran.
Rumah Sakit.Organisasi tersebut memiliki 9 regu yang terdiri dari regu pemadam
kebakaran, regu P3K, regu evakuasi, regu keamanan, regu logistik, regu
39
40
kebakaran. Gedung RSUSU mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil
41
Rumah sakit Bunda Thamrin mendapat nilai 81%, skor tersebut dari hasil
Sakit Universitas Sumatera Utara ada keamanan, office boy, karyawan, perawat,
dokter dan pengelola gedung akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim.
Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut
USU tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya
Thamrinmendapat nilai 100%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai
sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.
0% artinya tingkat kesesuaian masuk dalam kategori kurang (K) karena tidak
43
kesesuaian mencapai 87,6% seperti yang dapat di lihat pada tabel 4.4.
Rata-rata 0% 87, 6%
4.2.1Kelengkapan Tapak
jarak antar bangunan, dan hidran halaman. Bobot penilaian maksimal untuk
komponen kelengkapan tapak adalah 25%. Berikut hasil Penilaian dapat kita lihat
44
Kelengkapan Tapak 25
Jarak Antar
3 B 100 23 5,75
Bangunan
Berdasarkan tabel 5.5, dapat kita lihat bahwa sub komponen sumber air
dalam kategori baik dengan nilai 6,75. Dari hasil wawancara dengan pengelola
USU memiliki Ground Water Tank (GWT) dengan kapasitas 442 m3. Berdasarkan
m3. maka dari itu RS USU sudah memenuhi kriteria baik untuk komponen sumber
daya air.
Sub komponen jalan lingkungan masuk dalam kategori baik dengan nilai
6,25. Hal ini dikarenakan semua kriteria telah terpenuhi sesusai standar yang
berlaku. RS USU memiliki jalan lingkungan dengan lebar minimum 6 m dan telah
hidran halaman yang terletak berdekatan jalan lingkungan sehingga mudah untuk
dijangkau saat terjadinya kebakaran dengan kondisi baik. memiliki pasokan air
yang cukup yaitu 168 l/detik dan memiliki tekanan yang memenuhi persyaratan
minimal 3,5 bar. Hidran halaman di RS USU memiliki tekanan 5,88 ba. Dari hasil
observasi tersebut maka sub kom komponen hidran halaman masuk kedalam
dilakukan oleh peneliti, sarana penyelamatan jiwa yang dinilai di gedung RS USU
meliputi 3 sub komponen, yaitu sarana jalan keluar, konstruksi jalan keluar dan
landasan helikopter.
46
Sarana Jalan
1 B 100 38 9,5
keluar
Konstruksi jalan
2 B 100 35 8,75
Keluar
Landasan
3 B 100 27 6,75
Helikopter
Jumlah Nilai 25
diantara memiliki lebih dari 2 exit perlantai dengan lebar 2,85 meter. Pintu
terbuka mengayun kebagian luar dan dari bagian dalam tidak langsung menuju
tangga namun harus melewati sebuah lobikecil. Lobi tersebut juga bebas asap
karena tidak memiliki saluran udara yang terhubung langsung dengan bagian
dalam rumah sakit. Terdapat juga plang tanda exit yang memudahkan pengguna
rumah sakit untuk mengetahui letak pintu keluar. Jalan keluar ini memiliki pintu
diatas maka jalan keluar di RS USU dapat di kategorikan dalam kategori baik
kedalam kategori baik. Konstruksi jalan keluar terbuat dari beton yang dapat tahan
47
terhadap penjalaran api karena terbuat dari beton jadi akan memberikan waktu
yang cukup untuk melakuakan evakuasi. Lebar jalannya juga sudah memenuhi
kriteria yaitu 2.85 meter, oleh karena itu sub komponen konstruksi jalan keluar
helikopter. Landasan helikopter wajib hanya bagi gedung yang memiliki tinggi
memiliki ketinggian 28 m. Jadi untuk sub komponen ini dapat di kategorikan baik
dilakukan oleh peneliti, sistem proteksi aktif yang dinilai di gedung RSUSU
hidran gedung, Sprinkler, sistem pemadam luapan, pengendali asap, deteksi asap,
pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat dan ruang
pengendali operasi.
48
5 Sprinkler B 10 8 1,92
Sistem pemadam
6 B 100 7 1,68
luapan
Ruang pengendali
13 B 100 7 1,68
operasi
berada pada tempat yang selalu di laluai oleh para pengguna rumah sakit jadi
apabila terjadi kebakaran semua dapat langsung mendengar suara alarm perutan
bahaya. Pada alarm juga terdapat alat pemicu manual hal ini dimaksudkan agar
dapat diaktifkan apabila sewaktu waktu terjadi masalah pada alarm otomatis dan
49
parkir, lokasinya mudah dijangkau namun tidak terdapat rambu ataupun tanda
beri cat yang mencolok agar mudah untuk dikenali. Maka komponen ini masuk
Pada Sub komponen Alat pemadam api ringan RS USU masuk dalam
kategori baik. Hal ini didasarkan kepada hasil observasi yang mana pada RS USU
adalah jenis serbuk busa (dry chemical foam) berukuran 6 kg. APAR jenis ini di
letakkan pada lorong lorong jalan yang mudah di jangkau dan memiliki tanda dan
petunjuk penggunaan. Jenis yang kedua adalah APAR jenis karbon dioksida yang
yang terdapat dalam rumah sakit. Yang terakhir adalah jenis APAR thermatic
yaitu apar berupa gas cair yang berfungsi sebagai menggantikan springkler untuk
memadamkan api pada rungan yang tidak boleh basah. Pada rumah sakit APAR
jenis ini detempatkan pada ruang operasi, ruang kendali operasi. Penempatan
APAR juga sudah pada jarak yang ditentukan yaitu kurang dari 25 m. Maka dari
kedalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan jumlah hidran gedung yang masih
50
memiliki 6 hidran gedung per lantainya dengan luas lantai yang mencapai 10.000
m2. Untuk kelengkapan sudah memenuhi kriteria seperti memiliki panjang selang
30 m dan tersedia kotak untuk menyimpannya. Pasokan air yang cukup dari
kebutuhan 108 m3 RSUSU memiliki pasokan air 442 m3 air. Maka nilai untuk Sub
Sub komponen sprinkler yang dipasang sudah sesuai dengan jarak yang
sudah ditentukan yaitu maksimal 4,6 m antar kepala sprinkler. Debit air yang
dimiliki sudah mencukupi untuk kapsitas minimal air 40-200 liter menit. jadi
berdasarkan hasil observasi maka sub komponen sprinkler masuk dalam kategori
dengan jenis ruangan yang diproteksi. Pada ruangan ruangan yang vital seperti
ruangan operasi dan ruangan sistem kendali digunakan APAR thermatic yaitu
apar berupa gas cair yang berfungsi sebagai menggantikan springkler untuk
memadamkan api. Pada ruangan dengan instalasi mesin dan listrik di gunakan
pembuangan asap masing masing fan memiliki kapasitas 17.000 CFM.Setiap fan
akan otomasis menyala apabila detector asap telah aktif. Namun tidak tersedia
panel control manual dan indikator kebakaran serta buku manual pengoprasian
bagi petugas yang berjaga. Oleh karena itu sub komponen ini masuk dalam
51
sistem pengolahan udara secara otomastis dan sistem pembuangan asap. Jarak
antar detector berjarak kurang dari 20 meter. Untuk ruangan ruangan yang sering
terdapat asap seperti dapur digunakan detektor panas agar tidak terjadi alarm
palsu. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka sub komponen deteksi asap
kurang karena sama sekali tidak memiliki lift kebakaran. Padahal komponen ini
adalah salah satu komponen yang cukup penting untuk evakusi pasian apabila
terjadi kebakaran.
Sub komponen cahaya darurat dan petunjuk jalan keluar yang terdapat di
RS USU sudah sesuai dengan kriteria persyaratan dan berkategori baik. lampu
darurat dipasang di jalan terusan dan koridor, akan beroperasi otomatis apabila
terjadi keadaan darurat. Petunjuk arah di pasang di setiap lorong yang akan
mengarahkan pengguna rumah sakit menuju pintu exit darurat. Tanda dibuat
Sub komponen listrik darurat pada RS USU juga sudah berkategori baik
karena terdapat dua sumber listrik utama yaitu daya listrik PLN dan generator.
Generator akan otomatis aktif apabila sumber daya listrik PLN terputus. Kabel
yang dipakai adalah kabel yang mampu menahan api selama 60 menit. Maka sub
Ruangan ini terletak di lantai 4. Maka sub komponen ini masuk dalam kategori
dilakukan oleh peneliti mencakup 3 sub komponen yaitu 3 sub komponen yaitu
bukaan.
Ketahanan Api
1 B 100 36 36 9,36
Struktur Bangunan
Kompartemenisasi
2 B 100 32 32 8,32
Ruangan
Perlindungan
3 C 60 32 19.2 4,992
Bukaan
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sub komponen ketahanan api
strukutur bangunan dalam kategori baik dengan nilai 9,36. Hal ini berdasarkan
bangunan terbuat dari beton sehingga bisa dikatakan tahan api. Ketahanan api
53
unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural
bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding
kategori baik karena sudah dilengkapi dengan sprinkler, memiliki jalan masuk
kenderaan dan sistem pembuangan asap otomatis dengan jumlah 3 unit serta
cukup karena banyak sekali perlingdungan bukaan yang terbuaat dari kayu dan
kaca dan juga tidak terdapat penyetop api pada bukaan. maka sub komponen ini
didapatkan dari hasil jumlah perkalian antara masing masing nilai kondisi sub
komponen KSKB dengan bobot KSKB. Tabel 4.9 menunjukkan total hasil
54
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kelengkapan tapak yang dinilai di gedung
Rumah sakit Bunda Thamrin meliputi 4 sub komponen yaitu sumber air, jalan
lingkungan, jarak antar bangunan, dan hidran halaman. Bobot penilaian maksimal
Kelengkapan Tapak 25
Jarak Antar
3 K 60 23 3,45
Bangunan
4 Hidran Halaman C 80 25 5
Berdasarkan tabel 4.10, dapat kita lihat bahwa sub komponen sumber air
dalam kategori baik dengan nilai 6,75. Dari hasil wawancara dengan pengelola
56
sumber air yang cukup untuk kebutuhan pemadaman kebarakaran. Rumah Sakit
Bunda Thamrin memiliki Ground Water Tank (GWT) dengan kapasitas 30 m3.
gedung adalah 12 m3. Maka dari itu Rumah SakitBunda Thamrinsudah memenuhi
Sub komponen jalan lingkungan masuk dalam kategori baik dengan nilai
3,75. Hal ini dikarenakan Rumah Sakit Bunda Thamrin tidak memiliki jalan
lingkungan. Lebar jalan masuk juga telah memenuhi kriteria persyaratan yaitu
berukuran 6,5 m yang pada persyaratannya minimal lebar jalan masuk harus
berukuran minimal 4 m.
Sub komponen jarak antar bangunan dalam kategori kurang dengan nilai
minimal 8 meter. Bangunan terdekat dengan gedung utama Rumah Sakit Bunda
Thamrin adalah perumahan warga yang tidak memiliki jarak sama sekali.
kondisi baik . memiliki supply air yang cukup yaitu 168 l/detik namun memiliki
tekanan yang tidak memenuhi persyaratan 3,5 bar. Hidran halaman di Rumah
Sakit Bunda Thamrin hanya memiliki tekanan 4 bar. Dari hasil observasi tersebut
maka sub kom komponen hidran halaman masuk kedalam kategori cukup dengan
nilai 5.
57
dilakukan oleh peneliti, sarana penyelamatan jiwa yang dinilai di gedung Rumah
Sakit Bunda Thamrin meliputi 3 sub komponen, yaitu sarana jalan keluar,
Sarana Jalan
1 B 100 38 9,5
keluar
Konstruksi jalan
2 B 100 35 8,75
Keluar
Landasan
3 B 100 27 6,75
Helikopter
Jumlah Nilai 25
semua kriteria yang diantara memiliki 2 exit perlantai dengan lebar 2 meter. Pintu
terbuka mengayun kebagian luar dan dari bagian dalam tidak langsung menuju
tangga namun harus melewati sebuah lobby kecil. Lobby tersebut juga bebas asap
karena tidak memiliki saluran udara yang terhubung langsung dengan bagian
dalam rumah sakit. Terdapat juga plang tanda exit yang memudahkan pengguna
rumah sakit untuk mengetahui letak pintu keluar. Jalan keluar ini memiliki pintu
58
kedalam kategori baik. Konstruksi jalan keluar terbuat dari beton yang dapat tahan
dari api untuk waktu yang cukup lama. Langit langit juga memiliki ketahan
terhadap penjalaran api karena terbuat dari beton jadi akan memberikan waktu
yang cukup untuk melakuakan evakuasi. Lebar jalannya juga sudah memenuhi
kriteria yaitu 2 meter, oleh karena itu sub komponen konstruksi jalan keluar
landasan helikopter. Landasan helikopter wajib hanya bagi gedung yang memiliki
dilakukan oleh peneliti, sistem proteksi aktif yang dinilai di gedung Rumah Sakit
asap, deteksi asap, pembuangan asap, lift kebakaran, cahaya darurat, listrik darurat
dan ruang pengendali operasi. Hasil penilaian dapat di lihat pada tabel 4.12 di
bawah.
59
Sistem pemadam
6 B 100 7 1,68
luapan
Ruang pengedali
13 B 100 7 1,68
operasi
Sub komponen deteksi dan alarm sudah terpasang dengan baik. Letaknya
berada pada tempat yang selalu di laluai oleh para pengguna rumah sakit jadi
apabila terjadi kebakaran semua dapat langsung mendengar suara alarm perutan
bahaya. Pada alarm juga terdapat alat pemicu manual hal ini dimaksudkan agar
dapat diaktifkan apabila sewaktu waktu terjadi masalah pada alarm otomatis dan
60
dipasang di langit langit ruangan.Nilai yang diperoleh komponen ini adalah 1,92.
Sub komponen yang kedua adalah siamese connection. Pada Rumah Sakit
Bunda Thamrin terdapat sebuah siamese connection yang terletak di bagian halan
depan, lokasinya mudah dijangkau dan juga di beri cat berwarna merah sehingga
mudah untuk ditemukan. Maka komponen ini masuk dalam kategori baik dengan
nilai 1,92.
Pada Sub komponen alat pemadam api ringan Rumah Sakit Bunda
Thamrin masuk dalam kategori baik. Hal ini didasarkan kepada hasil observasi
yang mana pada Rumah Sakit Bunda Thamrin digunakan 3 jenis APAR yang
disesuaikan kepada pengunaannya. Yang pertama adalah jenis serbuk busa (dry
chemical foam) berukuran 6 kg. APAR jenis ini di letakkan pada lorong lorong
jalan yang mudah di jangkau dan memiliki tanda dan petunjuk penggunaan. Jenis
yang kedua adalah APAR jenis karbon dioksida yang berukuran 23 kg.
Penggunananya untuk instalasi mesin ataupun listrik yang terdapat dalam rumah
sakit. Penempatan APAR juga sudah pada jarak yang ditentukan yaitu kurang dari
25 m. Maka dari itu Komponen pemadam api ringan mendapat nilai 1,92.
kedalam kategori baik. Hal ini dikarenakan jumlah hidran gedung yang masih
memenuhi kriteria minimal satu buah hidran gedung per 1000 m2. Rumah Sakit
Bunda Thamrin memiliki 3 hidran gedung per lantainya dengan luas lantai yang
hanya 1.200 m2. Untuk kelengkapan sudah memenuhi kriteria seperti memiliki
panjang selang 30 m dan tersedia kotak untuk menyimpannya. Pasokan air yang
61
m3 air. Maka nilai untuk Sub komponen hidran gedung adalah 1,92.
Sub komponen sprinkler yang dipasang sudah sesuai dengan jarak yang
sudah ditentukan yaitu maksimal 4,6 m antar kepala sprinkler. Debit air yang
dimiliki sudah mencukupi untuk kapasitas minimal air 40-200 liter menit. jadi
berdasarkan hasil observasi maka sub komponen sprinkler masuk dalam kategori
ditempatkan sesuai dengan jenis ruangan yang diproteksi. Pada ruangan ruangan
yang vital seperti ruangan operasi dan ruangan sistem kendali digunakan APAR
thermatic yaitu apar berupa gas cair yang berfungsi sebagai menggantikan
sprinkler untuk memadamkan api. Pada ruangan dengan instalasi mesin dan listrik
di gunakan jenis karbon dioksida. Maka sistem pemadam luapan mendapat nilai
1,68.
1 zona fan pembuangan asap memiliki kapasitas 17.000 CFM.Fan akan otomasis
menyala apabila detector asap telah aktif. Namun tidak tersedia panel control
manual dan indikator kebakaran serta buku manual pengoprasian bagi petugas
yang berjaga. Oleh karena itu sub komponen ini masuk dalam kategori baik
Sub komponen deteksi asap yang ada di Rumah Sakit Bunda Thamrin
pembuangan asap. Jarak antar detector berjarak kurang dari 20 meter. Untuk
62
agar tidak terjadi alarm palsu. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka sub
komponen deteksi asap masuk kedalam kategori baik dengan nilai 1,92.
Pada sub komponen lift kebakaran Rumah Sakit Bunda Thamrin masuk
kedalam kategori kurang karena sama sekali tidak memiliki lift kebakaran.
Padahal komponen ini adalah salah satu komponen yang cukup penting untuk
Sub komponen cahaya darurat dan petunjuk jalan keluar yang terdapat di
Rumah Sakit Bunda Thamrin sudah sesuai dengan kriteria persyaratan dan
berkategori baik. Lampu darurat dipasang di jalan terusan dan koridor, akan
setiap lorong yang akan mengarahkan pengguna rumah sakit menuju pintu exit
Sub komponen listrik darurat pada Rumah Sakit Bunda Thamrin juga
sudah berkategori baik karena terdapat dua sumber listrik utama yaitu daya listrik
PLN dan generator. Generator akan otomatis aktif apabila sumber daya listrik
PLN terputus. Kabel yang dipakai adalah kabel yang mampu menahan api selama
peralatan yang lengkap dan dapat memonitor bahaya kebakaran yang terjadi.
Ruangan ini terletak di lantai 3. Maka sub komponen ini masuk dalam kategori
peneliti mencakup 3 sub komponen yaitu 3 sub komponen yaitu ketahanan api
Ketahanan Api
1 B 100 36 9,36
Struktur Bangunan
Kompartemenisasi
2 B 100 32 8,32
Ruangan
Perlindungan
3 B 100 32 8,32
Bukaan
Jumlah Nilai 26
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa sub komponen ketahanan api
strukutur bangunan dalam kategori baik dengan nilai 9,36. Hal ini berdasarkan
bangunan terbuat dari beton sehingga bisa dikatakan tahan api. Ketahanan api
struktur bangunan Rumah Sakit Bunda Thamrin termasuk dalam kategori tipe A
yaitu konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat
64
masuk dalam kategori baik karena sudah dilengkapi dengan sprinkler, memiliki
jalan masuk kenderaan dan sistem pembuangan asap otomatis dengan jumlah 3
unit serta memiliki lebar jalan minimal 6 m, sehingga petugas pemadam dapat
masuk kedalam gedung. Maka sub komponen ini mendapat nilai 8,32.
masuk kedalam kategori baik karena perlindungan bukaan terbuaat kaca yang
tidak mudah terbakar. maka sub komponen ini mendapat nilai 8,32.
dari hasil jumlah perkalian antara masing masing nilai kondisi sub komponen
KSKB dengan bobot KSKB. Tabel 4.14 menunjukkan total hasil penilaian
65
66
Bunda Thamrin
rumah sakit memiliki Nilai yang hampir sama, yang mana nilai tersebut masuk
kedalam kategori baik (B). Pada variabel kelengkapan tapak Rumah Sakit Bunda
Thamrin mendapat nilai yang lebih rendah karena memiliki dua sub variabel yang
kurang memenuhi kriteria penilaian yaitu jalan lingkungan dan jarak antar
bangunan. Pada variabel sistem proteksi pasif RS USU memiliki nilai yang lebih
rendah karena satu sub variabel yang kurang memenuhi kriteria penilaian yaitu
dibawah ini .
67
20% 18.95%
15%
10%
5%
0%
Kelengkapan tapak Sarana penyelamatan Sistem proteksi aktif Sistem proteksi pasif
94.00% 93.93%
93.80%
Tingkat keandalan
93.60%
93.40% 93.28%
93.20%
93.00%
92.80%
Sistem Proteksi kebakaran
RS USU RS Bunda Thamrin
68
5.1 Kesimpulan
Bunda Thamrin masuk dalam kategori baik (B) karena memiliki tingkat
berada dalam kondisi yang baik dengan tingkat kendalan 93,932%. Begitu
juga dengan Rumah Sakit Bunda Thamrin secara keseluruhan berada dalam
3. Dari hasil penelitian kita dapat melihat di atas perbandingan tingkat kesesuaian
sangat jauh. Hal ini disebabkan karena RS USU saat ini hanya memiliki
Bunda Thamrin sama-sama memiliki nilai yang baik (B) dengan tingkat
Bunda Thamrin. Nilai ini didapat karena kedua rumah sakit tersebut memiliki
5.2 Saran
Utara.
4. Rumah sakit Universtas Sumatera Utara dan Rumah Sakit Bunda Tahmrin
agar melakukan fire drill test, yaitu latihan simulasi kebakaran yang bertujuan
70
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1746 tahun 2000 Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan
Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan
Standar NasionalIndonesia
Badan Standar Nasional Indonesia. 1989. SNI 03-1728 tahun 1989 Tata Cara
Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standar
NasionalIndonesia
71
Lestari, Fatma dan Panindrus, RM. Yodan Amaral. 2008. Audit Sarana Prasarana
Pencegahan Penanggulangan dan Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung
Fakultas X Universitas Indonesia Tahun 2008. Universitas Indonesia: Makara
73