Anda di halaman 1dari 68

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Sipil Skripsi Sarjana

2018

Evaluasi Penerapan Biaya Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Proyek
APBD Tingkat II

Rizki, Rahmad
Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8927
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EVALUASI PENERAPAN BIAYA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) DALAM PROYEK APBD
TINGKAT II

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

RAHMAD RIZKI
13 0404 005

Dosen Pembimbing :
Ir. Syahrizal, M.T.
NIP. 19611231198811 1 001

Dosen Co-Pembimbing :
Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A.
NIP. 19680429199703 1 002

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05 / PRT / M mengatakan


ada beberapa kententuan umum SMK3 dalam peraturan Menteri sepertinya adanya
Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kontrak (RK3K), petugas K3 yang
sudah mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 dan dibuktikan dengan surat
keterangan mengikuti Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, dan juga terdapat Unit layanan Pengadaan (ULP).

Adapun pada Surat Edaran Nomor : 66 / SE / M / 2015 mengatakan beberapa item


Sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang wajib
dialokasikan kedalam biaya umum. Seperti adanya RK3K,Sosialisasi dan Promosi
K3, Alat Pelindung Kerja, Alat Pelindung Diri (APD), Asuransi dan Perjanjian,
Personil K3, Fasilitas Sarana Kesehatan, Rambu – Rambu, dan Lain-Lain terkait
dengan K3 berserta biaya yang dialokasikan kedalam biaya umum.

Evaluasi teknis dokumen Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pada proyek Drainase
dan Bangunan/Gedung pada Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Mereka
belum memasuk seluruh item SMK3 kedalam biaya umum hanya terdapat biaya
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Pada tahap evaluasi melalui wawancara Dinas Perumahan dan Kawasan


Permukiman mereka memang belum mengalokasikan penuh penerapan SMK3
hanya mecapai 30 – 60 % dikarenakan masih beberapa item dibebankan kepada
kontraktor dan dinas juga belum memliki petugas K3 khusus yang sudah mengikuti
pelatihan dan memiliki sertifikat.

Kata Kunci : SMK3, K3, RAB

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi

karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasullah Muhammad SAW yang

telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi

panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari, karena sungguh

suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak

pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi pada Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:

“Evaluasi Penerapan Biaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

(K3) Dalam Proyek APBD Tingkat II”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu:

1. Ir. Syahrizal, M.T. (dosen Pembimbing I) & Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A.

(dosen Pembimbing II) beserta Ir. Indra Jaya Pandia, M.T. (Pembanding I) &

Gea Gaby Aurora Syafridon, S.T.,M.T. yang telah dengan sabar memberikan

bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat bernilai serta meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penulis menyelesaikan Tugas

Akhir ini;

Universitas Sumatera Utara


2. Indra Jaya, S.T., M.T. dan bapak/ibu Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara lainnya khususnya Ir. Medis S. Surbakti, M.T.,

Ph. D (Ketua Departemen Teknik Sipil) dan Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A.

(Sekretaris Departemen Teknik Sipil) serta seluruh pegawai administrasi

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan dukungan, memberikan ilmu, dan bantuan lainnya;

3. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (khususnya kepada Pak Ari

Martiansyah S.T., dan yang lain ikut membantu) yang memberikan waktu

bimbingan, masukan, memberikan data dan arahan yang sangat bernilai

kepada penulis dan sebagai narasumber penulis;

4. Ayahanda Ir. Oscar Nuzbar, ibunda Ir. Siti Aisyah, paman & tante saya

(Adang, Bunda, Mauo dar, Mak Itam Harun, Mak penan, Iin, Uncu wan,

Uncu Lela, Pakadang Mark, Mamami, Tante Yet, Pakadang Nen, Pakadang

Con), Kak Lia, Bang Rembo, Bang Akbar, Kak Lili, Bang Izhar, Bang

Agung, Kak Una, Pipit, Alvin, Imam serta saudara – saudara saya lainnya ,

terima kasih yang tak terhingga atas doa, kasih sayang, semangat,

pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis.;

5. Yang teristimewa kepada Indah Permata Sari S.Pane yang telah memberikan

dorongan semangat sekaligus motivasi, bantuan yang sangat bernilai kepada

penulis, sebagai pendengar berkeluh kesah Penulis, dan selalu disisi penulis

disaat suka dan duka, terimakasih atas semuanya;

6. Abang dan Kakak 2010 (termasuk bg Himawan), 2012 (termasuk kak Ellyn),

teman-teman angkatan 2013 (termasuk Khoirun Adil, Mahadi Masri S.T, Al –

Hafizh, Astrid, Nia, Dini, Izam, Merry, Angel S.T, Nadya S.T, Tiwi) dan

ii

Universitas Sumatera Utara


Adik-adik mahasiswa teknik sipil, terima kasih atas kebersamaan dan

bantuannya selama menyelesaikan tugas akhir;

Semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan – kebaikan mereka

selama masa menyelesaikan tugas akhir. Mengingat adanya keterbatasan-

keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa laporan Tugas

Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan laporan

Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2018

Penulis,

Rahmad Rizki
13 0404 005

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2

1.4. Batasan Masalah ............................................................................................ 2

1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

1.6. Metodologi Penelitian .................................................................................... 3

1.7. Sistematika Penulisan .................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan ................................................................................................... 5

2.1.1. Lambang dan Makna Logo K3 .......................................................... 5

2.1.2. Tujuan Keselamatan Kerja................................................................. 6

2.1.3. Syarat-Syarat Keselematan Kerja ...................................................... 7

2.1.4. Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Pedoman K3 ......... 7

2.1.5. Jaminan Sosial ................................................................................... 8

Universitas Sumatera Utara


2.1.6. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ...................................................... 8

2.1.7. Jaminan Kematian.............................................................................. 8

2.1.8. Jaminan Hari Tua ............................................................................... 8

2.2. Undang-Undang dan Peraturan...................................................................... 9

2.2.1. Dasar Hukum ..................................................................................... 9

2.2.2. Undang-Undang dan Peraturan .......................................................... 9

2.3. Manajemen Biaya........................................................................................... 10

2.3.1. Manajemen Proyek Konstruksi .......................................................... 10

2.3.2. Anggaran/Biaya (cost) ....................................................................... 11

2.4. Biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................... 11

2.4.1. Biaya Langsung ................................................................................. 12

2.4.2. Biaya Tidak Langsung ....................................................................... 15


2.5. Proyek Konstruksi ......................................................................................... 15

2.5.1. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek Konstruksi ........................ 15

2.6. Hirarki Pengendalian ..................................................................................... 16

2.6.1. Eliminasi/Elimination ........................................................................ 16

2.6.2. Subtitusi/Subtitution........................................................................... 17

2.6.3. Pengendalian Teknik/Enginnering Control .................................................. 17

2.6.4. Pengendalian Administratif /Administratif Control ..................................... 17

2.7. Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................................ 18

2.7.1. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) ....................................................... 19

2.8. Wawancara .................................................................................................... 22

2.8.1. Jenis Wawancara................................................................................ 22

2.8.2. Kelebihan Teknik Wawancara ........................................................... 23

vi

Universitas Sumatera Utara


2.8.3. Kekurangan Teknik Wawancara ........................................................ 23

2.8.4. Metode Wawancara ........................................................................... 23

2.9. Responden, Informan, Subyek ....................................................................... 25

2.9.1. Responden .......................................................................................... 25

2.9.2. Informan............................................................................................. 25

2.9.3. Subyek ............................................................................................... 25

2.10. Rencana Anggaran Biaya .............................................................................. 25

2.11. Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah/APBD ........................................ 28

2.12. Sistem Manajemen K3 (SMK3) .................................................................... 30

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Pendahuluan ................................................................................................... 32

3.1.1. Konsep Penelitian .............................................................................. 32

3.1.2. Lokasi Penelitian................................................................................ 33

3.2. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 33

3.3. Teknik Sampling............................................................................................ 35

3.3.1. Snowball Sampling .............................................................................. 36

3.4. Pengumpulan Data ......................................................................................... 37

3.4.1. Data Premier ...................................................................................... 37

3.4.2. Data Sekunder .................................................................................... 37

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1. Pendahuluan ................................................................................................... 38

4.2. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomo : 05/PRT/M/2014 ....................... 38

vii

Universitas Sumatera Utara


4.2.1. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ......................................................... 38

4.2.2. Bab 2 Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pasal 2......................... 41

4.3. Surat Edaran Nomor : 66/SE/M/2015............................................................ 41

4.4. Data Proyek ................................................................................................... 41

4.4.1. Informasi Proyek Drainase ................................................................ 42

4.4.2. Informasi Proyek Bangunan .............................................................. 42

4.5. Evaluasi Teknis SMK3 .................................................................................. 43

4.6. Hasil Pengumpulan Data ............................................................................... 44

4.6.1. Data Responden Penelitian Wawancara ............................................ 44

4.7. Pembahasan Hasil Wawancara ...................................................................... 47

4.8. Pembahasan Evaluasi Rancangan Anggaran Biaya (RAB) ........................... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ....................................................................................................... 50

5.2.Saran .................................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ xiii

LAMPIRAN ........................................................................................................... xvii

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

1.1. Latar Belakang

Industri konstruksi merupakan salah satu hal yang penting


dalam negara berkembang khususnya Indonesia. Saat ini Indonesia sedang
mengalami pembangunan di segala bidang, diantaranya pembangunan fisik
kota seperti pembangunan drainase baru ataupun maintenance terhadap
drainase yang sudah ada. Sejalan dengan pembangunan ini, maka diperlukan
berbagai faktor pendukung dalam rangka menunjang hal tersebut di atas.
Setiap pelaksanaan proyek konstruksi tentunya mengharapkan agar proyek
tersebut dapat terlaksana dengan baik, dimana tingkat kesuksesan suatu
proyek dapat di lihat dari proyek yang selesai memenuhi spesifikasi yang
diinginkan, proyek dapat selesai tepat waktu, efisiensi biaya, keamanan dan
kesehatan kerja terjamin. Namun berbagai kegagalan pelaksanaan suatu
proyek konstruksi seringkali terjadi, dimana tolak ukur utamanya
merupakan kebalikan dari keempat faktor diatas.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang penting bagi
perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya
merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dalam masa sekarang ini seringkali hal-hal seperti alat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sering diabaikan dengan berbagai
alasan seperti tidak merasa nyaman dalam bekerja, keselamatan dan
kesehatan kerja sering di sepelekan karena dianggap hanya membuang
waktu dan uang. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan biaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek bangunan. Adanya
paradigma tentang safety contruction yang dianggap hanya membuat mahal
nilai proyek yang tidak sepenuhnya betul,jika diteliti lebih jauh sebab biaya
yang harus dikeluarkan untuk satu kecelakaan nilainya jauh lebih fantastis
dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan peralatan
safety tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan studi perencanaan biaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada pelaksanaan konstruksi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan yang sudah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka


perumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Seberapa besar penerapan biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam proyek drainase dan bangunan APBD tingkat II.
2. Berapa persen persentase penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam proyek drainase dan bangunan APBD tingkat II.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui penerapan biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam proyek drainase dan bangunan APBD tingkat II.
2. Untuk mengetahui persentase penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dalam proyek drainase dan bangunan APBD tingkat II.

1.4. Batasan Penelitian

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Penelitian ini hanya meneliti proyek APBD tingkat II perkotaan yang
berlangsung disalah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara.
2. Penelitian ini hanya proyek drainase dan bangunan APBD tingkat II
tahun anggaran 2017. Pada proyek pembangunan gedung Sat Reskim
Polres Deli Serdang, pembangunan pusat promosi produk unggulan
masyarakat Deli Serdang, dan pekerjaan drainase proyek lanjutan
pembangunan saluran terbuka Dsn IV Desa Marindal,drainase desa
bangun sari.
3. Penelitian ini hanya pada 1 (satu) Dinas Pekerjaan Umum.

Universitas Sumatera Utara


4. Penilitian ini membahasas tentang keselamatan dan kesehatan kerja
secara teori serta peraturan dan perundang-undangan yang mengatur
tentang K3
5. Tidak memperhitungkan faktor biaya

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat –manfaat penelitian yang dapat diperoleh, yaitu :


1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang pengetahuan
pentingnya perencanaan biaya kesehatan dan keselamatan kerja dalam
setiap proyek terutama dalam bidang kosntruksi, agar proyek tersebut
dapat terlakasana dengan baik dimana tingkat kesuksesan suatu proyek
dapat dilihat dari proyek yang selesai memenuhi spesifikasi yang
diinginkan, proyek dapat selesai tepat waktu, effisiensi biaya,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terjamin.
2. Bagi institut, memberikan pengetahuan dan informasi dalam
pengembangan ilmu manajemen khususnya dibidang teknik sipil tentang
penerapan konsep rancangan biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam proyek, sehingga sesuai dengan biaya anggaran.
3. Bagi jasa kontraktor, dapat memberikan masukan dalam menerapkan
rancangan biaya keselamatan dan kesahatan kerja di dalam proyek.

1.6. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan pada skripsi adalah dengan melakukan wawancara


dan analisis data yang berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


1.7. Sistematika Penulisan

Proses penelitian ini dapat dilihat melalui sistematika penulisan sebagai


berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan penelitian,


perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas teori – teori yang digunakan sebagai acuan dalam
penulisan skripsi ini. Studi pustaka dilakukan pada buku-buku referensi
yang ada, jurnal dan bahan kuliah serta sumber lain yang mendukung
penelitian penulisan ini.

Bab III: Metodologi Penelitian

Bab ini membahas mengenai metode penelitian, pembahasan mengenai


langkah – langkah analisa evaluasi proyek yang akan dilakukan, serta
metode atau rumusan yang dijadikan acuan dalam analisa.

Bab IV: Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

Bab ini berisi deskripsi pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan


mencakup pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi data, setelah
itu menjelaskan tentang temuan hasil dalam penelitian ini.

Bab V : Penutup

Sebagai bab terakhir, bab ini akan menyajikan secara singkat kesimpulan
yang diperoleh dari pembahasan dalam bab IV dan juga memuat saran-saran
bagi pihak yang berkepentingan untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut.

Universitas Sumatera Utara


BAB lI

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Keselamatan dan Kesehatan Kerja setiap pekerjaan atau usaha


selalu mengandung potensi resiko berbahaya dalam bentuk kecelakaan
kerja atau penyakit kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit
kerja tersebut tergantung dari jenis produksi, teknologi yang terpakai,
bahan yang di gunakan, tataruang dan lingkungan bangunan serta
kualitas manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana. Kasus-kasus
kecelakaan dan penyakit kerja di seluruh dunia termasuk di Indonesia
masih cukup besar, baik di kota maupun di desa, baik sektor industri,
konstruksi maupun juga di sector pertanian. Kecelakaan dan penyakit
kerja tersebut mengakibatkan banyak pekerja meninggal, cacat dan
mengidap penyakit kronis sehingga tidak mampu lagi bekerja. Dengan
kondisi fisik yang menurun atau menjadi tidak mampu lagi untuk
bekerja, penghasilan pun akan berkurang atau menjadi tidak ada. Oleh
sebab itu perlu pemberian kompensasi akibat kecelakaan dan penyakit
kerja (Thresia Deisy Rawis,Jermias Tjakra, Tisano Tj. Arsjad,2016).

2.1.1 Lambang dan Makna logo K3

Para Praktisi K3 di Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi


mengenal dan melihat logo atau lambang K3 di Indonesia, namun
tahukah anda bahwa logo K3 tersebut sesungguhnya memiliki makna-
makna yang terkandung didalamnya. Makna dan arti dari logo K3
tersebut diatur didalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia (No:KEP.1135/MEN/1987) Tentang Bendera Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja.
Gambar yang terdapat pada logo K3 tersebut merupakan Palang
Berwarna Hijau yang dilingkari dengan Roda Bergigi Sebelas dengan

Universitas Sumatera Utara


Warna Hijau. Gambar tersebut sesungguhnya memiliki arti dan makna
yang mendasar, yaitu Lambang dan Makna Palang yang berarti bebas
dari kecelakaan dan sakit akibat kerja. Roda gigi memiliki makna bekerja
dengan kesegaran jasmani dan rohani. Warna Putih yang digunakan
berarti bersih, suci. Warna Hijau yang di gunakan memiliki makna
selamat, sehat dan sejahtera. Sedangkan sebelas gerigi roda adalah unsur-
unsur 11 Bab dalam Undang-undang Keselamatan Kerja
(UU/No.1/Th.1970).
Adapun ketentuan-ketentuan lain mengenai detail dimensi
bendera, logo dan lain sebagainya dapat dilihat pada Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia (No: KEP.1135/MEN/ 1987) Tentang
Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Gambar 2.1 Logo Keselamatan dan Kesahatan Kerja

2.1.2 Tujuan Keselamatan Kerja

Adapun tujuan diselenggarakannya keselamatan kerja adalah


Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
konstruksi, Menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat
kerja, Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien. (Thresia Deisy Rawis,Jermias Tjakra, Tisano Tj. Arsjad,2016).

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Guna memenuhi sasaran keselamatan kerja haruslah memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja, sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1, yaitu mencegah dan
mengurangi kecelakaan, mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan, memberi
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya, memberi pertolongan pada
kecelakaan, memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja,
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran, mencegah dan mengendalikan timbulnya
penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan
penularan, memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai,
menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik, menyelenggarakan
penyegaran udara yang cukup, memelihara kebersihan, kesehatan dan
ketertiban, memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya, mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang, mengamankan dan
memelihara segala jenis bangunan, mengamankan dan memperlancar
pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang, mencegah
terkena aliran listrik yang berbahaya, menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi (Thresia Deisy Rawis,Jermias Tjakra, Tisano Tj.
Arsjad,2016).

2.1.4 Pemenuhan Peraturan Perundangan-undangan dan Pedoman K3


Semua peraturan perundangan-undangan, standar dan pedoman
yang terkait K3 pekerjaan pada umumnya dan yang terkait jenis pekerjaan
konstruksi pada khususnya, wajib dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Universitas Sumatera Utara


2.1.5 Jaminan Sosial

Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam pasal 1 angka 2 Undang-


Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

2.1.6 Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan


produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-
baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan
(kuratif).

2.1.7 Jaminan Kematian


Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan
kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat
berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang
ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya
meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman
maupun santunan berupa uang.

2.1.8 Jaminan Hari Tua


Hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi
mapu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan
kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenaga kerjaan sewaktu
masih bekerja, teruma bagi mereka yang penghasilannya rendah.
Jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan yang dibayarkan
sekaligus dan atau berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 (lima
puluh lima) tahun atau memenuhi persyaratan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Undang – Undang dan peraturan
2.2.1 Dasar hukum

Dasar Hukum dari Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah UUD


1945 Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa : “ Setiap warga Negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “.

2.2.2 Undang – Undang dan Peraturan

a. Undang – undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan kesehatan


Kerja yang menetapkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional serta membuat ketentuan- ketentuan umum tentang keselamatan
kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Industrialisasi,
Teknik dan Teknologi.
b. Peraturan Menteri Tenaga dan Transmigrasi No. Per.01 /Men/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada konstruksi bangunan. Peraturan ini
menetapkan ketentuan – ketentuan yang mengatur mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan.
c. Keputusan Mentri Tenaga kerja No.196/Men/1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga kerja bagi Tenaga Kerja
harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor
Jasa Konstruksi.
d. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.5 /Men/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan ini mengatur
tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 50 Tahun 2012 tentang
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan ini mewajibkan setiap perusahaan untuk menerapkan Sistem

Universitas Sumatera Utara


manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang terencana, terukur, dan terintegrasi.
f. Undang – Undang Republik Indonesia Nomer 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa penyelenggara pekerjaan
konstuksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja, serta tata lingkungan setempat untuk
menjamin terwujudnya tertib penyelenggaran pekerjaan konstruksi.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomer : 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen keselamatan dan Kesahatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
h. Surat Edaran Nomor : 66/SE/M/2015 tentang Biaya Penyelenggaraan
Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.

2.3 Sistem Manajemen K3 (SMK3)


a. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996.
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan, pengukuran, dan tidak lanjut
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen
adalah kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (PT. Brantas Abipraya, 2008).

Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

10

Universitas Sumatera Utara


b. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007
Ialah bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi
(perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan) tersebut.

c. Tujuan penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Secara umum tujuan dan sasaran dari Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Tujuan dari penerapan Sistem Manajemen K3 antara lain :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia.
2. Meningkatkan komitmen pemimpin dalam melindungi tenaga kerja.
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi era
globalisasi.
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri.
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional.
6. Mengeliminir boikot LSM internasional tergdap produk ekspor
nasional.
7. Menigkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem.
8. Pencegahan terhadap problem social dan ekonomi terkait penerapan
Keselamatn dan Kesehatan Kerja.(PT. Brantas Adipyara, 2008)

11

Universitas Sumatera Utara


d. Perencanaan K3
Proses berikutnya dalam Sistem Manajemen K3 adalah perencanaan K3.
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang
jelas dan diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan
indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan
identifikasi sumber bahaya penilian dan pengendalian risiko sesuai
dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan
tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

2.4 Ahli Keselamatan dan Kesehatan (K3)


Klasifikasi ahli K3 konstruksi terbagi menjadi 3 bagian
a. Ahli K3 Konstruksi Muda uraian tugas dan tanggung jawab tenaga
ahli K3 konstruksi muda adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
dan terkait K3 Konstruksi.
2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi.
3. Merencanakan dan menyusun program K3.
4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan
K3.
5. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan
pedoman teknis K3 konstruksi.
7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi
berbasis K3, jika diperlukan.
8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta keadaan darurat.

12

Universitas Sumatera Utara


b. Ahli K3 Konstruksi Madya uraian tugas dan tanggung jawab tenaga
ahli K3 konstruksi muda adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
dan terkait K3 Konstruksi.
2. Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi.
3. Mengelola program K3.
4. Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan
K3.
5. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
6. Mengelola laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
konstruksi.
7. Mengelola metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan.
8. Mengelola penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat.

c. Ahli K3 Konstruksi Utama uraian tugas dan tanggung jawab tenaga


ahli K3 konstruksi muda adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
dan terkait K3 Konstruksi
2. Mengevaluasi dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi
3. Mengevaluasi program K3
4. Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan
K3
5. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3
6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan
pedoman teknis K3 konstruksi

13

Universitas Sumatera Utara


7. Mengevaluasi perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi
berbasis K3, jika diperlukan
8. Mengevaluasi penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta keadaan darurat

2.5 Manajemen Biaya

Manajemen biaya proyek merupakan salah satu hal yang


menentukan keberhasilan suatu proyek. Ketika manajemen biaya
diintegrasikan dengan manajemen kualitas dan manajemen waktu, maka
ketiganya akan membentuk suatu sasaran proyek. Manajemen biaya
berperan dalam seluruh fase proyek, dimana manajemen biaya terdiri dari
perencanaan biaya (cost planning) dan pengendalian biaya (cost control).
Tahap konseptual merupakan tahap paling pertama dimana
manajemen biaya berperan dalam mengestimasi biaya proyek. Pada tahap
ini, hasil estimasi biaya koseptual, faktor-faktor yang mempengaruhi biaya
konstruksi pada pembangunan gedung (Thresia Deisy Rawis,Jermias
Tjakra, Tisano Tj. Arsjad,2016).

2.5.1 Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen Proyek Konstruksi dapat dipisahkan menjadi 3


(tiga) kata yaitu Manajemen, Proyek dan Konstruksi. Manajemen dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola pekerjaan dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Secara umum
Manajemen dapat artikan sebagai suatu Ilmu dan Seni. Manajemen dalam
pengertian sebagai Ilmu adalah karena Manajemen bisa dipelajari sama
seperti ilmu pengetahuan lain umumnya.
Manajemen dalam pengertian sebagai seni karena manajemen
bersifat abstrak dimana pengembangan ketrampilan manajemen hanya
dimungkinkan dari bakat, kemampuan dan pengalaman dalam
mengembangkan seni manajemen.
Namun hasil yang terbaik akan diperoleh bila Ilmu dan Seni
dalam manajemen itu bertindak saling melengkapi (complementary). Jadi

14

Universitas Sumatera Utara


pengertian manajemen dalam hal ini adalah seni mengelola kegiatan-
kegiatan untuk mencapai sasaran yang optimal.
Proyek adalah suatu kegiatan berkesinambungan yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk mencapai sasaran yang ditentukan dengan
waktu dan sumber daya yang terbatas di suatu lokasi tertentu.

2.5.2 Anggaran/Biaya (cost)

Dell’Isola (1997) berpendapat bahwa biaya adalah jumlah


segala usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan,
memproduksi dan mengaplikasikan produk/proyek atau dengan kata lain
merupakan biaya siklus hidup (life cycle cost – LCC). LCC adalah
keseluruhan biaya yang dimulai dari tahap awal perencanaan sampai pada
akhir pemanfaatan suatu fasilitas (Berawi MA, 2014).

2.6 Biaya Keselamatan dan Kesehatan kerja

Menurut Asiyanto (1998) biaya konstruksi merupakan bidang


yang rawan dengan kecelakan kerja sehingga biaya kecelakan menjadi
begitu berpengaruh pada anggaran dan pelaksanaan proyek. Pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat mereduksi
biaya kecelakan akibat kerja karena biaya tersebut merupakan salah satu
unsur biaya yang terkait dengan program K3.
Unsur – unsur biaya keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu:
a) Biaya pemeriksaaan/pengawasan pelaksana program K3 (Supervisory
Administrative Cost).
b) Biaya pencegahan terjadi risiko K3 (Preventive Cost).
c) Biaya kejadian-kejadian akibat dari risiko K3 atau biaya kecelakaan
kerja (Construction Accident Cost). Sedangkan pengelompokan unsur-
unsur biaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu (Hinze,1997):
a) Biaya Langsung (Direct Cost).
b) Biaya tidak langsung (Indirect Cost).

15

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Biaya Langsung
Direct cost adalah biaya langsung yang berkaitan dengan K3 dimana
biaya-biaya ini termasuk relative mudah dihitung, seperti:
a) Biaya Pencegahan terjadi risiko K3 (Preventive Cost)
b) Biaya pemeriksaaan pelaksanaan program K3
c) Kompensasi untuk pekerja (Worker Compensasi Insurance)

A. Biaya pencegahan terjadinya risiko K3 (Preventive Cost)


Yang menjadi bagian-bagian dari biaya pencegahan terjadinya risiko K3
(Preventive Cost) adalah (Asosiasi Ahli K3 Jasa konstruksi, 1999):
a) Biaya untuk peralatan pelindung diri
b) Biaya untuk pembuatan dan pemasangan rambu – rambu
c) Biaya untuk fasilitas kesehatan
- Pemeriksaaan dan pelayanan K3
- Kebersihan lokasi kerja
- Sarana sanitasi di lingkungan kerja
d) Biaya untuk bangunan-bangunan pengaman
e) Biaya untuk kampanye K3
- Perlengkapan promosi
- Perlengkapan penyuluhan/pengarahan K3

B. Biaya pemeriksaan dan Administari Pelaksanaan Program K3


Biaya pemeriksaan program K3 terdiri dari (Ariendita,2000)
a) Biaya Administrasi
- Persyaratan administrasi K3 dan perjanjian.
- Sertifikasi untuk operator, alat/kelengkapan K3 dan peralatan.
b) Biaya pengawasan
- Kerja sama dengan instasi terkait (Depnaker , Jamsostek, politisi dan
Rumah Sakit).
- Pengawasan terpadu (safety supervisor, safety patrol, safety meeting).
- Laporan K3 (kejadian kecelakan berat/ringan, inspeksi K3) untuk
pekerja (bersifat umum,khusus/spesialis).

16

Universitas Sumatera Utara


C. Kompensasi Untuk pekerja (Worker Compensation Insurance)
Biaya kompensasi untuk pekerja yang biayanya berupa asuransi
tenaga kerja di Indonesia dilaksanakan dan dikelola oleh PT Jamsostek.
Kontraktor yang akan membangun sebuah proyek, wajib melaporkan diri
dan mengikutsertakan pekerjanya dalam program jamsostek dan
membayar premi asuransi yang besar dan tata cara pembayarannya diatur
dalam keputusan Menteri tenaga kerja No.196/MEN/1996 tentang
Penyelengaraan Program Jaminan Tenaga kerja Harian Lepas, borongan
dan Perjanjian Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi dan Peraturan
Pemerintah No.14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Soasial Tenaga Kerja.
Ketentuan yang diatur di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No.196/MEN/1996 tentaang besar premi yang harus dibayarkan oleh
kontraktor adalah sebagai berikut:
o Bab III Pasal 9
Besarnya biaya iuran program sosial tenaga kerja adalah sebagai
berikut:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja,sebesar 1,74% dari upah sebulan;
b. Jaminan kematian,0,3% dari upah sebulan;
c. Jaminan Hari tua, sebesar 5,70% dari upah sebulan dengan rincian
sebesar 3,70% ditangung penyedia jasa dan sebesar 2% ditanggung
tenaga kerja;
d. Jaminan Pemeliharaan kesehatan, Sebesar 6% dari upah sebelun bagi
tenaga kerja yang sudah berkeluarga, dengan ketentuan upah sebulan
setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
o Bab III Pasal 10
Dalam hal iuran didasarkan atas nilai kontrak Kerja Konstruksi dan
nilai komponen upahnya tidak diketahui atau tidak tercantum, maka
besarnya iuran untuk program Jaminan Kecelakan Kerja dan Jaminan
kematian ditetapkan sebagai berikut :
a. Pekerjaan konstruksi sampai dengan Rp 100.000.000 (seratus juta
rupiah) sebesar 0,24% dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi.

17

Universitas Sumatera Utara


b. Pekerjaan Konstruksi di atas Rp 200.000.000,-(seratus juta rupiah)
sebesar penerapan iuran huruf a ditambah 0,19% dari selisih
nilai,yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp
100.000.000,-(seratus juta rupiah)
c. Pekerjaan Konstruksi di atas Rp 500.000.000,-(lima ratus juta)
sampai dengan Rp 1000.000.000,- (satu milyar rupiah) sebesar
penetapan iuran huruf b ditambah 0,15% dari selisih nilai, yakni dari
nilai Kontrak Kerja konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,-(lima
ratus juta rupiah)
d. Pekerjaan Konstruksi di atas Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
sampai dengan Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) sebesar
penetapan iuran huruf c ditambah 0,12% dari nilai, yakni dari nilai
Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah)
e. Pekerjaan konstruksi di atas Rp 500.000.000,- (lima milyar rupiah)
sebesar penetapan iuran huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai,
yakni dari nilai Kontrak Kerja konstruksi dikurangi Rp
5.000.000.000,-(lima milyar rupiah)
1) Nilai Kontrak Kerja Konstruiksi yang dipergunakan sebagai dasar
perhitungan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
dikurangi pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.6.2 Biaya Tidak Langsung


Indirect cost adalah biaya-biaya tidak langsung yang berkaitan
dengan K3 biaya-biaya ini relatif sukar dihitung tetapi cukup
berpengaruh terhadap kelangsungan proyek.

2.7 Proyek Konstruksi

Proyek Konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang


berkaitan dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan, mencakup
pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan arsitektur, meskipun tidak

18

Universitas Sumatera Utara


jarang juga melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, mesin,
elektro, geoteknik

2.7.1 Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Proyek Konstruksi


Dalam kegiatan proyek konstruksi terdapat suatu proses yang
mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa
bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut
tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidaklangsung. Manajemen proyek mempunyai kewajiban untuk
mengkoordinasi semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
tersebut, sehingga tujuan proyek konstruksi tersebut dapat tercapai
dengan baik dan semua pihak secara optimal mendapatkan hal-hal yang
menjadi sasaran mereka untuk terlibat dalam proyek tersebut.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan melaksanakan
bangunan tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-
masing unsur tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan
wewenang sesuai dengan posisinya masing-masing. Dalam
melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan, masing-masing pihak
(sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi satu sama lain sesuai
dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan. Koordinasi dari berbagai
pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan proyek konstruksi
merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan
tujuannya.

2.8 Hirarki Pengendalian


Pada kegiatan pengkajian resiko (riskassesment), hirarki
pengendalian (hierarchy of control) merupakan salah satu hal yang sangat
diperhatikan. Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat secara
efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi resiko
yang biasa diterima (acceptable risk) bagi suatu organisasi. Secara
efektifitas, hirarki kontrol pertama diyakini memberikan efektifitas yang
lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua. Hirarki pengendalian ini

19

Universitas Sumatera Utara


memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu melaui
menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan
tingkat keparahan suatu kecelakaan atau paparan, Lihat gambar 2

Gambar 2.2. Hirarki Pengendalian Risiko K3

2.8.1 Eliminasi/Elimination
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan suatu
bahan/tahapan berbahaya, dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah
untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain.
Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga
tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko,
namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu
praktis dan ekonomis. Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat
dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya ruang terbatas, bahaya bising,
bahaya kimia.
2.8.2 Substitusi/Substitution

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan,


proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih
tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan
resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa
contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator,
menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya,

20

Universitas Sumatera Utara


mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku
padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah

2.8.3 Pengendalian Teknik/Enginnering Control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya


dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup
mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,
ventilation system, automatic sensor

2.8.4 Pengendalian Administratif /Administratif Control


Kontrol administratif ditujukan pengendalian dari sisi orang yang
akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja
diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian
cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian
ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP),
pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja,
pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dan
lain - lain.

2.9 Alat Pelindung Diri (APD)

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan


merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian bahaya. APD
berfungsi untuk mengurangi risiko dari dampak bahaya. Karena sifatnya
hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan
alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Namun, bukan
berarti penggunaan Alat Pelindung Diri dapat diabaikan. Alat pelindung
diri antara lain: Topi keselamtan (safety helmet), kacamata keselamatan
(safety glasses/goggles), masker, sarung tangan, pelindung telinga
(earplug), pakaian (uniform)

21

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat
penting. Oleh karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban
menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri
atau Personal Protective Equipment (Ervianto, 2005, hal 199).
Kontrol manajemen konstruksi dapat mengurangi ataupun
mengeliminasi kondisi rawan kecelakaan. Walaupun teknik manajemen
dapat menjamin keselamatan, tetapi akan lebih aman jika digunakan Alat
Perlindungan Diri (APD). Jika kecelakaan tetap terjadi setelah kontrol
manajemen konstruksi diterapkan, yang harus diperhatikan adalah
mengkaji kelengkapan keamanan dan keselamatan. Peralatan keamanan
menyediakan keamanan dalam bekerja, jika peralatan ini tidak berfungsi
dengan baik, maka resiko terjadi kecelakaan pada pekerja besar (Charles,
1999, hal 401)
Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan diri telah memiliki
standar di proyek konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri
konstruksi. Helm pelindung dan sepatu merupakan peralatan
perlindungan diri yang secara umum digunakan para pekerja untuk
melindungi diri dari benda keras. Di beberapa industri, kacamata
pelindung dibutuhkan. Kelengkapan peralatan perlindungan diri
membantu pekerja melindungi dari kecelakaan dan luka-luka,
(Charles,1999, hal 401)

2.9.1 Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Cara terbaik mencegah kecelakaan adalah dengan


menghilangkan resikonya atau mengendalikan sumbernya seketat
mungkin. Perlindungan perorangan harus di anggap sebagai garis
pertahanan terakhir, karena sering peralatan ini tidak praktis untuk
dipakai dan menghambat gerakan. Karenanya tidak mengherankan bila
kadangkala dikesampingkan oleh pekerja. Pada masa sekarang ini, alat
pelindung diri telah dirancang sedemikian rupa agar bisa dipakai sesuai
dengan fungsinya. Alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis
berdasarkan fungsinya, antara lain

22

Universitas Sumatera Utara


1) Pelindung mata (safety glasses/goggles)

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu


kayu, batu, serpihan besi yang beterbangan ditiup angin, mengingat partikel-
partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat oleh
mata. Tidak semua jenis pekerjaan membutuhkan kacamata kerja. Namun
pekerjaan yang mutlak membutuhkan perlindungan mata adalah mengelas.
Goggles memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety
glasses sebab lebih menempel pada wajah, Lihat gambar 2.3.

Gambar 2.3 Safety Glasses/Goggles

2) Sarung Tangan Pengaman

Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi


tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan pekerjaan.
Jenis pekerjaan yang memerlukan sarung tangan adalah pekerjaan
pembesian, pekerjaan kayu dan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan
pegangan yang keras.

3) Masker

Pelindung bagi pernapasan sangat penting untuk pekerjaan


konstruksi, karena itu diperlukan masker. Berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu

23

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan konstruksi, misalnya serbuk kayu dan besi sisa dari kegiatan
memotong, mengamplas, dan debu-debu bahan bangunan.
4) Tali Pengaman Dan Sabuk Pengaman (Safety Belt)

Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari


ketinggian. Pencegahan utama ialah tersedianya jaring pengaman. Tetapi
untuk keamanan individu perlu Ikat Pinggang Pengaman atau Sabuk
Pengaman ( Safety Belt ). Yang wajib digunakan untuk mencegah cidera
yang lebih parah pada pekerja yang bekerja diketinggian ( > 2 M tinggi ),
Berikut jenis – jenis tali :
a) Tali Kaitan (Life Line)
b) Tempat Kaitan (Anchor Point)
c) Tali Pengikat (Lanyard)
d) Pengencang Tali Kaitan (Refracting Life Lines)

5) Helm Safety

manfaat dan kegunaan utama dari helm safety sendiri adalah


untuk melindungi kepala si pekerja, agar dapat terhindar dari kejatuhan
barang dan lainnya, dan meminimalisir cedera yang akan menimpa si
pekerja itu sendiri. Kegunaan helm safety sangatlah dibutuhkan oleh para
pekerja yang bekerja di daerah kerja seperti tambang minyak, pabrik,
proyek pembangunan gedung dan berbagai hal lainnya. Dan penggunaan
helm safety di areal kerja yang penuh resiko seperti itu adalah wajib
karena fungdi utamanya untuk pelindung diri. Karena potensi resiko yang
cukup besar dan berasal dari atas kepala banyak sekalo terjadi di
lingkungan kerja seperti itu. Sehingga keberadaan alat keselamatan kerja
seperti helm proyek ini sangatlah penting.

6) Sepatu Pengaman/Safety Shoes


Sepatu Safety atau Safety Shoes adalah bagian dari Alat
Pelindung Diri (APD), Sepatu Safety biasanya dipakai membuat
perlindungan jari kaki dari timpaan barang berat yang jatuh, yang bisa

24

Universitas Sumatera Utara


berlangsung pada kecelakaan kerja, hingga jari kaki beberapa pekerja
bisa telindungi dari akibat yang fatal.
Pada awal kehadirannya safety shoes di buat dengan dengan design yang
serupa dengan sepatu boots untuk di gunakan oleh pekerja-pekerja
proyek, manufacturing dan konstruksi, tetapi pada perubahannya sepatu
safety mengadaptasi beberapa jenis resmi dan casual yang umum
digunakan bekerja di kantor/office ataupun jalan-jalan atau enjoy.

Gambar 2.4 Sarung Tangan Gambar 2.5 Helm Safety

Gambar 2.6 Safety Shoes Gambar 2.7 Body Harnees

25

Universitas Sumatera Utara


2.10 Wawancara

Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan


antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan
pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan
informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Ankur Garg, seorang
psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat
dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk
suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang
kepribadian seseorang ataupun mencari informasi (Ankur Garg).

2.10.1 Jenis Wawancara

1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.


2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat
telepon.
4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai
seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.Sukses
tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan juga
ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang
baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana
wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara yang
komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan
dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh narasumber
maupun wartawan.

26

Universitas Sumatera Utara


2.10.2 Kelebihan Teknik Wawancara

1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk


memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebas
dan terbuka terhadap pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari
gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan khusus yang tidak selalu
terjadi.

2.10.3 Kekurangan Wawancara

1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara


relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian
pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang
tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan ramai.
4. Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila
waktu yang dimilikinya sangat terbatas.

2.11 Responden, Informan ,Subyek


2.11.1 Responden
Responden adalah istilah yang sering digunakan dalam ilmu sosial
dalam survey, individu diminta menjawab pertanyaan terstruktur dan semi
terstruktur. Biasanya responden menyampaikan kepada peneliti jawaban
sesuai dengan pertanyaannya; tidak lebih dan tidak kurang. (Morse, 1991)
Responden menyampaikan informasi tentang diri mereka (seperti opini,
preferensi, nilai-nilai, gagasan2, perilaku, pengalaman) dengan menjawab
survey atau wawancara. (Salkind, 2010)

27

Universitas Sumatera Utara


2.11.2 Informan
Informan adalah istilah yang diturunkan dari antropologi, dan
istilah ini digunakan karena peneliti dianggap naif dan harus diberi
penjelasan atau arahan tentang apa yang terjadi, tentang aturan budaya,
dan sebagainya. (Morse, 1991)
istilah informan digunakan untuk partisipan dalam penelitian tentang
fenomena sosial, dan mereka diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengenai pegetahuan dan pengalaman mereka. (Salkind, 2010)

2.11.3 Subyek
Subyek adalah wawancara yang terstruktur dengan pertanyaan
tertutup, sejalan dengan harapan pewawancara agar tak ada bias dalam
riset dan data. Data obyektif yang ingin diperoleh, dan subyektivitas benar-
benar diminimalisir. (Edwards & Holland, 2013)

2.12 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


RAB adalah prakiraan biaya material, biaya upah, dan biaya lain-
lain yang dibutuhkan untuk mendirikan suatu bangunan. RAB diperlukan
sebagai pedoman pembangunan agar proses pembangunan tersebut
berjalan secara efektif dan efisien. Penyusunan RAB yang buruk akan
berimbas pada penggunaan dana yang tidak tepat dan mengacaukan
jalannya pembangunan.
Berikut ini pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB) menurut para ahli
di antaranya :
a) Bachtiar Ibrahim, RAB adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
b) John W. Niron, rencana adalah himpunan planning termasuk detail
dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan, anggaran
adalah perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar
rencana) pada suatu bangunan, dan biaya adalah besarnya pengeluaran

28

Universitas Sumatera Utara


yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam
persyaratan yang ada
c) J. A. Mukomoko, RAB adalah perkiraan nilai uang dari suatu kegiatan
(proyek) yang telah memperhitungkan gambar-gambar bestek serta
rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar
susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
d) Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja RAB dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu rencana anggaran terperinci dan rencana anggaran biaya kasar.
e) Sugeng Djojowirono, RAB adalah perkiraan biaya yang diperlukan
untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan
diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
proyek.
Ada beberapa jabatan pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan
susunan RAB proyek bangunan. Yang pertama adalah quantity surveyor
yaitu orang-orang yang bertugas menghitung volume masing-masing
struktur bangunan secara tepat. Kemudian dikenal pula cost control yakni
mereka yang bertanggung jawab menyusun RAB dan mengendalikan
biaya pembangunan.
Pada dasarnya, terdapat 5 fungsi utama dari Rencana Anggaran Biaya
pendirian bangunan, antara lain :
1. RAB sebagai penetap jumlah biaya masing-masing bidang pekerjaan
pada proses pendirian suatu bangunan. RAB memuat biaya-biaya secara
terperinci yang meliputi pengadaan bahan bangunan, upah pekerja, serta
biaya lain-lain seperti biaya perijinan dan biaya sarana prasarana.
2. RAB sebagai penentu total kebutuhan material bahan bangunan yang
diperlukan. Penghitungan kebutuhan material ini didasarkan pada
pengukuran volume pembuatan struktur bangunan.
3. RAB sebagai dasar pemilihan tenaga kerja yang digunakan. RAB
menggambarkan pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan
dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut.

29

Universitas Sumatera Utara


4. RAB sebagai penentu peralatan yang dipakai untuk mendukung
kelancaran pembangunan konstruksi. RAB juga memutuskan apakah
peralatan tersebut perlu dibeli atau cukup disewa.
5. RAB sebagai pemantau penghematan kegiatan pelaksanaan
pembangunan. Dari RAB juga dapat diketahui model pengeluaran
anggaran biaya yang menghasilkan keuntungan.
Untuk proyek pembuatan bangunan yang akan dijual kembali, dari RAB
juga bisa diketahui modal awal yang perlu dikeluarkan. Selanjutnya kita
dapat menentukan berapa harga jual yang pantas dipatok untuk penjualan
bangunan-bangunan tersebut. Namun tentu harga jual ini juga harus
memperhatikan faktor-faktor lain seperti lokasi, desain, fasilitas, dan
sebagainya.
Pengertian-pengertian Rencana Anggaran Biaya di atas menghasilkan
kesimpulan bahwa RAB merupakan hasil perkalian antara volume suatu
item pekerjaan dengan harga satuannya atau dirumuskan RAB = ∑
[(volume) x Harga Satuan Pekerjaan]. Sedangkan untuk melakukan
suatu item pekerjaan pembangunan dibutuhkan biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Biaya langsung meliputi material, upah, dan peralatan,
sedangkan biaya tidak langsung meliputi overhead, provit, dan tax.
Berikut penjelasannya :
a) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya tetap yang berhubungan
langsung dengan hasil akhir konstruksi suatu bangunan. Biaya
langsung terdiri dari biaya bahan material, biaya upah pekerja, dan
biaya peralatan.
b) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak
mempengaruhi hasil akhir konstruksi suatu bangunan tetapi
merupakan nominal yang diambil karena adanya pelaksanaan
pembangunan. Biaya tidak langsung terdiri dari overhead/biaya lain,
profit/biaya keuntungan, dan tax/biaya pajak.

30

Universitas Sumatera Utara


2.13 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD
Menurut UUD No.32 Tahun 2003 tentang pengertian APBD adalah
sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD serta ditetapkan dalam peraturan
Daerah (perda).

1. Landasan Hukum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


a. Undang - undang No.32 Tahun 2003 tentang pemerintah daerah
b. Undang - undang No.33 Tahun 2003 tentang Perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
c. Keputusan Menteri dalam Negeri No.29 Tahun 2002 tentang Pedoman
pengurusan, dan pertanggung jawaban keungan daerah serta tata cara
pengawasan, penyusunan dan perhitungan APBD
d. PP No. 105 Tahun 2000 tentang pengolaan dan pertanggung jawaban
keungan daerah

2. Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Tujuan APBD disusun dengsn tujuan untuk dijadikan pedoman oleh
pemerintah daerah dalam mengatur pooenerimaan dan belanja untuk
pelaksanaan pembangunan daerah sehingga kesalahaan, pemborosan dan
penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. Adapun tujuan APBD
yang lain antara lain.
a. Membantu pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah mencapai
tujuan fiskal.
b. Meningkatkan pengaturan atau kordinasi setiap bagian – bagian yang
berada pada lingkungan pemerintahan.
c. Membantu menghadirkan dan menciptakan efisiensi dan keadilan
terhadap penyediaan barang dan jasa publik dan umum.
d. Menciptakan perioritas belanja atau keutamaan belanja pemerintah
daerah.
e. Menghadirkan dan meningkatkan tranparansi pemerintah daerah
terhadap masyarakat luas dam pemerintah daerah dapat

31

Universitas Sumatera Utara


mempertanggung jawabkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD)

3. Fungsi Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Fungsi APBD terbagi atas 5 fungsi yakni fungsi otoritas, fungsi
perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi. Lihat
pembahasan dibawah :

A. Fungsi Otoritas
Fungsi otoritasi adalah sebagai pedomen untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja daerah pada tahun yang bersangkutan.

B. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan, berfungsi sebagai pedoman untuk merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

C. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan, berfungsi sebagai pedoman untuk menilai kinerja
pemerintah daerah.

D. Fungsi Lokasi
Fungsi alokasi, berfungsi sebagai dalam pembagiannya harus diarahkan
sesuai dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan
sumber daya dan meningkatkan efisiensi/efektivitas ekonomi .

E. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi, berfungsi dalam pendistribusiannya harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

32

Universitas Sumatera Utara


4. Cara penyusunan APBD
APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan. Kegiatan tersebut, antara
lain, sebagai berikut.
a. Pemerintah Daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD).
b. Pemerintah Daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas
bersama antara pemerintah daerah dan DPRD. Dalam pembahasan ini
pihak Pemerintah Daerah (Eksekutif) dilakukan oleh Tim Anggaran
Eksekutif yang beranggotakan Sekretaris Daerah, BAPPEDA, dan
pihak-pihak lain yang dianggap perlu, sedangkan DPRD dilakukan oleh
Panitia Anggaran yang anggotanya terdiri atas tiap fraksi-fraksi.
c. RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD melalui
Peraturan Daerah untuk dilaksanakan.

2.14 Sistem Manajemen K3 (SMK3)

a. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
perorganisasian, pelaksanaan, pengukuran, dan tidak lanjut yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen
adalah kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (PT. Brantas Abipraya, 2008)
Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.

33

Universitas Sumatera Utara


b. Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007
Ialah bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi
(perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut.

34

Universitas Sumatera Utara


BAB lII

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil penelitian yang


optimal dan relevan, dengan pemilihan strategi yang tepat. Dalam menetukan
strategi penelitian yang akan digunakan, diharuskan untuk dipertimbakan
terlebih dahulu masalah mengenai jenis pertanyaan yang akan digunakan,
kendala terhadap peristiwa atau proyek yang akan diteliti dan fokus terhadap
peristiwa(proyek) yang sudah terselesaikan. Terdapat tiga faktor yang paling
mempengaruhi jenis strategi penelitian yaitu (Yin 1994) :
a. Tipe pertanyaan (research question) dalam penelitian
b. Cakupan control yang dimiliki peniliti atas peristiwa perilaku yang akan
diamati
c. Fokus terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan dari peristiwa
historis.

3.1.1 Konsep Penelitian

Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif kualitatif. Menurut


Sugiyono (2012), penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang
lain. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif
subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan.
Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kualitatif
menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang
sedang terjadi, sikap serta pandangan pelaku yang diamati, pengaruh terhadap

35

Universitas Sumatera Utara


suatu kondisi, dan lain-lain. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan
data, menganalisis data dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengacu pada penganalisisan data tersebut.
Adapaun judul dalam penelitian ini adalah Evaluasi Penerapan
Biaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam Proyek APBD tingkat
2. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan meniliti rancangan
biaya (RAB) proyek. Tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi, menganalisa, memberikan respon terhadap ada atau
tidaknya diterapakan rancangan anggaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada rancangan anggaran biaya (RAB) di proyek.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Lokasi proyek pada penelitian saya berada di beberapa Kecamatan


daerah Deli Serdang Sumatera Utara yaitu pada bangunan struktur dan
drainase :
Bangunan :
1. Pembangunan Gedung Sat Reskim Polres Deli Serdang
2. Pembangunan Pusat Promosi Produk Unggulan Masyarakat Deli Serdang
Drainase :
1. Desa Medan Krio Kec. Sunggal.
2. Desa Sidodadi Kec. Batang Kuis.

3.2 Tahapan Penelitian

Metode penelitian menetukan bagaimana suatu proses penelitian


dilakukan dari pengumpulan data, pengolahan data menjadi informasi untuk
dianalisa dan akhirnya menghasilkan temuan yang dapat ditarik kesimpulan.
Metode evaluasi yang digunakan adalah metode UCLA, Alkin
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan keputusan,
memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi
sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat

36

Universitas Sumatera Utara


keputusan dan memilih beberapa alternatif. Alkin mengemukakan lima
macam evaluasi yaitu:
1. System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau
posisi sistem (Tayibnapis. 1989: 11). Mbulu (1994/1995: 83) system
assessment,berfungsi memberikan informasi mengenai keadaan atau
profil program.
2. Program plannin, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin
akan berhasil memenuhi kebutuhan program (Tayibnapis. 1989: 11).
3. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang
direncanakan? (Tayibnapis. 1989: 11).
4. Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana
program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah
menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru
yang muncul tak terduga (Tayibnapis. 1989: 11). Mbulu (1994/1995:
83) program improvement, berfungsi memberikan informasi tentang
bagaimana program tersebut bermanfaat dan bagaimana program dapat
dilaksanakan.
5. Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna
program(Tayibnapis. 1989: 11).

3.3 Pengumpulan Data

Data adalah fakta atau fenomena yang sifatnya mentah atau belum
dianalisis, seperti angka, nama, keterangan, dan sebagainya. Dalam studi ini
diperlukan data-data untuk mendukung keakuratan dari hasil penelitian ini.
Berdasarkan cara memperoleh data maka dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

37

Universitas Sumatera Utara


3.3.1. Data Primer

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan


dengan menggunakan cara wawancara/diskusi dengan beberapa staff di
dinas tersebut yang sudah dipilih sebagai responden yang berkompeten.
Penyebaran wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil
mengenai penerapan rancangan biaya kesehatan dan keselamatan kerja yang
mungkin atau tidak terjadi pada proyek yang ditinjau dan seberapa persen
penerapannya.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data yang berasal dari dinas
yang terkait, data yang diperlukan berupa data rancangan anggaran biaya
beberapa proyek yang akan diteliti.

3.4 Teknik Sampling

Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai


teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling berdasarkan adanya
randomisasi, yakni pengambilan subyek secara acak dari kumpulannya,
dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu sampling nonprobabilitas dan
sampling probabilitas. Teknik-teknik sampling tersebut dapat dilihat pada
skema berikut.
Menurut Sugiyono (2001), untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Secara skematis ditunjukkan pada diagram berikut ini:

38

Universitas Sumatera Utara


Teknik Sampling

Probability Sampling Non Probability


Sampling

1. Simple random
sampling
1. Sampling sistematis
2. Proportionate
Stratified random 2. Sampling kuota
sampling
3. Sampling incidental
3. Disproportionate
4. Purposive sampling
stratified random
sampling 5. Sampling jenuh
4. Area 6. Snowball Sampling
(cluster)sampling
(menurut daerah)

Gambar 3.2 Teknik Sampling

Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik


sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Probability Sampling
dan Nonprobability Sampling. Didalam penelitian ini peneliti memakai
teknik sampling non probability sampling yaitu adalah snowball sampling

3.4.1 Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal


mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang
menggelinding, makin lama semakin besar. Mulai dari responden yang

39

Universitas Sumatera Utara


sedikit kemudian dimintai pendapat mengenai responden lain yang otoritatif
untuk dimintai informasi.

Gambar 3.3 Snowball Sampling

3.5 Metode Wawancara


3.5.1 Wawancara Secara Langsung
Pada saat wawancara langsung, pewawancara
melontarkan pertanyaan yang memerlukan ingatan baik untuk bertanya
maupun menyalin hasil jawaban responden. Keuntungan wawancara
langsung, antara lain sebagai berikut.

a) Dapat mengembangkan pertanyaan dengan sebaik-baiknya untuk


memperoleh hasil yang seluas-luasnya.
b) Suasana pembicaraan akan lebih mengena dan terarah
sebagaimana pembicaraan sehari-hari.
c) Responden merasa lebih diperhatikan dan dihormati sebab
setiap pembicaraan tampak diperhatikan langsung.

Kelemahan wawancara secara langsung, antara lain sebagai berikut.

40

Universitas Sumatera Utara


a) Kalau tidak segera dilakukan pencatatan akan banyak hal-hal yang
tertinggal karena kelupaan.
b) Secermat apapun daya ingat seseorang, kemungkinan besar ada yang
terlupakan.
c) Kalau pengetahuan materi penelitian terbatas, sulit
untuk memformulasikan kembali hasil wawancara.

3.5.2. Wawancara Dengan Alat Bantu


Alat bantu yang digunakan dalam wawancara misalnya, tape
recorder ataupun rekaman handphone. Adapun keuntungan wawancara
dengan alat bantu menurut (Soerjono Soekanto) sebagai berikut.
a) Semua hasil pembicaraan dapat dicatat dengan sempurna.
b) Mudah untuk menuangkan kembali kedalam hasil wawancara tertulis.
c) Dapat mengembangkan dalam bentuk pertanyaan spontan
guna mendapatkan data sebanyak-banyaknya.
d) Setiap soal dapat didengarkan kembali apabila dirasa ada kekurangan
atau kejanggalan atas data yang telah tertulis.
e) Tidak begitu memikirkan cara memfokuskan kembali sebagai hasil
penelitian.

Kelemahan wawancara dengan alat bantu sebagai berikut.


a) Memerlukan modal tambahan atau peralatan
b) Dapat menimbulkan efek psikologis bagi responden, terutama yang
jarang berhadapan dengan cara demikian.

Diperlukan waktu khusus untuk mendengarkan


kembali pembicaraan dari awal sampai akhir untuk dituangkan dalam

41

Universitas Sumatera Utara


3.6 Flowchart Penelitian

Evaluasi Penerapan Biaya Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek
APBD tingkat II

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


- Wawancara(Responden) - Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

Pengolahan Data
- Analisis Evaluasi
Dokumen Rancangan
Anggran Biaya, Dan
Melakukan Wawancara

Kesimpulan dan Saran

42

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini akan membahas hasil evaluasi data untuk


memperoleh data jawaban dari penelitian ini berdasarkan data yang
diperoleh serta hasil lapangan yaitu dengan menyebar form wawancara
kepada responden yang bertanggung jawab dibidangnya yang berkaitan
dengan penyusunan biaya – biaya dan bertangung jawab terhadap proyek.
Kemudian dilakukan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh.
Adapun dasar dari evaluasi dan pembuatan form wawancara
adalah Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NOMOR : 05 / PRT / M / 2014
dan Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M / 2015

4.2 Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NOMOR : 05 / PRT / M / 2014

Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

4.2.1 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya


disingkat K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3
Konstruksi Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen
organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka

43

Universitas Sumatera Utara


pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang
Pekerjaan Umum.
3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi
mekanikal dan elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka
waktu tertentu.
4. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai
kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan kompetensi yang
diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai
dengan Undang-Undang.
5. Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi
Pengguna Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah
mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang
PU, dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti
pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pedoman Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
14/PRT/M/2013;6. Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan
baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara
kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi
menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.

44

Universitas Sumatera Utara


7. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
8. Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian
terhadap keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan
lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang
terjadi pada pekerjaan konstruksi.
9. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang
dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat
risiko dan mengendalikan risiko.
10. Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan
untuk menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang
harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa.
11. Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah
dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
Bidang PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak
suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan
disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai
sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
12. Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat
Monev K3 Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi
terhadap kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi
pengumpulan data, analisa, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan
penerapan K3 Konstruksi.
13. Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang selanjutnya
disingkat Pokja ULP adalah perangkat dari ULP yang berfungsi
melaksanakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
14. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.

45

Universitas Sumatera Utara


4.2.2 Bab 2 Maksud, Tujuan, dan Ruang lingkup Pasal 2

1. Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna


Jasa dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang
PU.
2. Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3
konstruksi Bidang PU dapat diterapkan secara konsisten untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi;
b. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja;
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien,
untuk mendorong produktifitas.
3. Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakan
pedoman ini.

4.3 Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M / 2015

Tentang Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yaitu
untuk mengingatkan kembali Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NOMOR
: 05 / PRT / M / 2014.

4.4 Data Proyek

Pada evaluasi data dan wawancara langsung terdapat beberapa


proyek yang dievaluasi yaitu proyek drainase dan bangunan/gedung pada
dinas perumahan dan kawasan permukiman
Berikut informasi proyek drainase dan proyek bangunan/gedung :

46

Universitas Sumatera Utara


4.4.1 Informasi Proyek Drainase

Informasi proyek drainase yang di evaluasi adalah 2 proyek Dinas


Perumahan Dan Kawasan Permukiman,berikut informasi drainase :

1. Nama Kegiatan : Pembangunan Saluran Drainase / Gororng-Gorong


Nama pekerjaan : Lanjutan pembangunan saluran terbuka dsn IV
Desa Marindal I
Lokasi : Kec. Patumbak Deli Serdang Sumatera Utara
Tahun anggaran : 2017
Kontraktor : CV.RIZKY AMANDA
Biaya Proyek : Rp.198.270.000,00,-

2. Nama Kegiatan : Pembangunan Saluran Drainase / Gorong-Gorong


Nama pekerjaan : Pembangunan Drainase Desa Bangun Sari Baru
Dusun XI
Lokasi : Kec .Tanjung Morawa
Tahun anggaran : 2017
Kontraktor : CV.TEGAR PRIMA
Biaya Proyek : Rp.198.290.000,00,-

4.4.2 Informasi Proyek Bangunan/Gedung

Informasi proyek bangunan/gedung yang saya evaluasi adalah 2 proyek


Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman,berikut informasi
bangunan/gedung :
1. Nama pekerjaan : Pembangunan Pusat Promosi Produk Unggulan
Masyarakat Deli Serdang
Lokasi : Jl. STM/Pembangunan No.12/18 Siti Rejo II
Medan Amplas
Tahun anggaran : 2017
Kontraktor : PT. ALGHAZALI SATRIA PERKASA
Biaya Proyek : Rp.5.874.919.00,-

47

Universitas Sumatera Utara


2. Nama pekerjaan : Pembangunan Sat Reskim Polres Deli Serdang
Kontraktor : CV. YUDHA PRATAMA
Lokasi : Kab.Deli Serdang
Tahun anggaran : 2017
Biaya Proyek : Rp.962.250.000.00,-

4.5 Evaluasi Teknis SMK3

Berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NOMOR : 05 /


PRT / M / 2014 dan Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M / 2015 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum telah mengatur mengenai SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, tugas, tanggung jawab dan
wewenang serta biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum, namun demikian belum mengatur mengenai rincian
kegiatan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
yang mencakup :
1. Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak
(RK3K);
2. Sosialisasi dan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
3. Alat Pelindung Kerja;
4. Alat Pelindung Diri;
5. Asuransi Dan Perijinan;
6. Personil K3;
7. Fasilitas Sarana Kesehatan;
8. Rambu- Rambu; Dan
9. Lain- Lain,Terkait Pengendalian Resiko K3 beserta biayanya yang
dialokasikan pada biaya umum.

Adapun evaluasi teknis yang dilakukan adalah dengan melihat Rancangan


Anggaran Biaya (RAB) apakah terdapat biaya SMK3 didalam biaya umum
atau tidak seperti yang sudah disampaikan di peraturan menteri No : 05 /

48

Universitas Sumatera Utara


PRT / M / 2014 dan Surat Edaran No : 66 / SE / M / 2015 dan dengan
melakukan wawancara kepada responden yaitu PPK dan PPTK dari pihak
dinas perumahan dan permukiman apakah sudah berjalan penerapan
memasukkan biaya SMK3 sesuai dengan peraturan menteri dan surat
edaran seperi diatas.

4.6 Hasil Pengumpulan Data

Pada hasil penelitian ini akan diuraikan mengenai hasil-hasil yang


didapat setelah tahapan pengumpulan data dan pengelohan data, yaitu
dengan cara dengan wawancara dan evaluasi Data Rancangan Anggaran
biaya (RAB).

4.6.1 Data Responden Penelitian Wawancara

Data diperoleh dari hasil wawancara kepada beberapa pegawai


dinas perumahan dan kawasan permukiman yang bertanggung jawab atas
penyusunan dan pembuatan Rancangan Anggaran Biaya(RAB) pada
proyek.
Pada penelitian ini form wawancara diberikan dan dilakukan
wawancara langsung kepada beberapa pegawai yaitu adalah Kepala
Bidang Bangunan Gedung/Pejabat Pembuat Komitmen(PPK), dan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan(PPTK). Dalam pratiknya responden
sangat sulit meluangkan waktu untuk melakukan wawancara secara
langsung dikarenakan kesibukan kantor dan proyek dilapangan.
Sebelum lanjut ke hasil dalam wawancara langsung, berikut form
wawancara yang dibuat sehingga menghasilkan hasil pada penelitian ini.

49

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Form Wawancara

50

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Form Wawancara

51

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3 Form Wawancara

Menurut gambar diatas adalah form wawancara terdapat 17 poin


pertanyaan yang dibuat berdasarkan ketentuan umum yang terdapat pada
peraturan menteri yang sudah dijelaskan sebelumnya diatas yaitu Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum NOMOR : 05 / PRT / M / 2014 dan Surat Edaran NOMOR : 66
/ SE / M / 2015.

4.7 Pembahasan Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara diatas didapat beberapa kesimpulan pada masing-masing


proyek.
Berikut hasil kesimpulan wawancara pada proyek bangunan/gedung :
1. Seluruh staff/pegawai mengetahui adanya Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
NOMOR : 05 / PRT / M / 2014 dan Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M /
2015.
2. Dinas tidak atau belum memasukkan biaya SMK3 kedalam biaya umum
dikarenakan sudah tanggung jawab kontraktor dan sudah termasuk syarat
teruntuk kontraktor untuk memiliki sertfikat K3 dalam syarat lelang.
3. Dinas memiliki rencana K3 kontrak (RK3K) yang dimasukan kedalam syarat
lelang dan diseleksi oleh Unit layanan Pengadaan (ULP)
4. Dinas tidak memiliki petugas K3 khusus, dikarenakan belum mengikuti
pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3) yang bersitifikat/Surat keterangan. Tetapi Dinas
Perumahan dan Kawasan Permukiman mewajibkan peserta lelang ataupun

52

Universitas Sumatera Utara


kontraktor memliki petugas K3 yang bersitifikat dan juga termasuk kedalam
syarat dalam lelang.
5. Penerapan Sistem Manajemen kesalamatan dan kesehatan kerja adalah
disekitaran 30% - 60% dikarenakan pihak dinas tidak memilik penyusunan
Detailed Engineering Design (DED). Selebihnya dinas memiliki :
a. Rencana Konseptual (Studi kelayakan,Survei,Investigasi)
b. Penyusunan Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa
• Potensi bahaya dalam K3
• Kriteria Evaluasi penilaian persyaratan K3 konstruksi dan dokumen
RK3K.

Berikut hasil kesimpulan wawancara pada proyek drainase :


1. Seluruh staff/pegawai mengetahui adanya Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
NOMOR : 05 / PRT / M / 2014 dan Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M /
2015.
2. Pada pengerjaan di bidang drainase tidak memiliki K3 dikarenakan
kegiatan/proyek drainase bukanlah pekerjaan dengan resiko tinggi
3. Tidak adanya pelakasanaan K3 dalam proyek
4. Dinas tidak memiliki petugas K3 khusus, dikarenakan belum mengikuti
pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3) yang bersitifikat/Surat keterangan.
5. Tidak memilik rencana K3 kontrak (RK3K)

4.8 Pembahasan Evaluasi Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

Adapun evaluasi rancangan anggaran biaya (RAB) dilakukan pada setiap


proyek,yaitu proyek drainase dan bangunan/gedung. Pada pelaksanaan tahap ini
dalam seluruh RAB tidak ditemukan adanya biaya SMK3 pada proyek drainase.
Berbeda pada RAB gedung terdapat satu item K3 yang termasuk
kedalam RAB yaitu adanya biaya Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) dalam RAB (Gambar 4.4). Dan pada dokumen kontrak juga ditemukan
adanya ditemukan petugas K3 yang telah bersertifikat terdapat dalam susunan

53

Universitas Sumatera Utara


organisasi pekerjaan proyek yang diadakan/dibuat oleh kontraktor selaku
pengguna jasa/pelaksana proyek (Gambar 4.5).

Gambar 4.4 Daftar Kuantitas dan Harga

Gambar 4.5 Sertifikat Keahlian K3

54

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari Evaluasi Sistem Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek drainase dan bangunan/gedung
pada Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Deli Serdang adalah :
1. Seluruh staff/pegawai mengetahui adanya Peraturan Mentri Pekerjaan
Umum NOMOR : 05 / PRT / M / 2014 dan Surat Edaran NOMOR : 66
/ SE / M / 2015.
2. Dinas tidak atau belum memasukkan biaya SMK3 kedalam biaya
umum dikarenakan sudah tanggung jawab kontraktor dan sudah
termasuk syarat teruntuk kontraktor untuk memiliki sertfikat K3 dalam
syarat lelang.
3. Dinas memiliki rencana K3 kontrak (RK3K) yang dimasukan kedalam
syarat lelang dan diseleksi oleh Unit layanan Pengadaan (ULP)
4. Dinas tidak memiliki petugas K3 khusus, dikarenakan belum
mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) yang bersitifikat/Surat
keterangan. Tetapi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
mewajibkan peserta lelang ataupun kontraktor memliki petugas K3
yang bersitifikat dan juga termasuk kedalam syarat dalam lelang.
5. Penerapan Sistem Manajemen kesalamatan dan kesehatan kerja adalah
disekitaran 30% - 60% dikarenakan pihak dinas tidak memilik
penyusunan Detailed Engineering Design (DED). Selebihnya dinas
memiliki :
a. Rencana Konseptual (Studi kelayakan, Survei, Investigasi)
b. Penyusunan Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa
• Potensi bahaya dalam K3
• Kriteria Evaluasi penilaian persyaratan K3 konstruksi dan
dokumen RK3K.

55

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran
Berdasarkan wawancara dan evaluasi, maka dapat disampaikan beberapa
hal yang sebaiknya dilakukan dalam kaitannya dalam pembuatan
Rancangan Anggaaran Biaya (RAB)/Biaya Umum :
1. Untuk pengembangan konsep Sistem Manajemen Kesahatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) baiknya memasukkan biaya SMK3
secara lengkap tidak hanya Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) kedalam biaya umum sesuai dengan Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum NOMOR : 05 / PRT / M / 2014 dan Surat Edaran
NOMOR : 66 / SE / M / 2015.
2. Diadakannya pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) yang
bersitifikat/Surat keterangan. Agar terdapat petugas K3 khusus
yang bersertifikat pada dinas perumahan dan kawasan permukiman
sesuai dengan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NOMOR : 05 /
PRT / M / 2014 dan Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M / 2015.

56

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Bryan Alfons Willyam Sepang, J.Tjakra, J.E.Langi, D. R. O Walangitan, 2013. Manajemen


Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko
Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.4, Maret 2013

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia


Nomor.325/MEN/XII/2011 Tentang Penerapan Rancangan Standart Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia di Sektor Ketenagakerjaan Bidang Keselamtan dan
Kesehatan Kerja Sub Bidang Bekerja di Ketinggian Menjadi Standart Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP – 196/MEN/1999, Penyelenggaraan


Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas,
Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No: kep. 1135/men/1987, Tentang
Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Nurhuda Destari, Baju Widjasena, Ida Wahyuni, 2017. Analisi Implementasi Promosi K3
Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di PT X (Proyek Pembangunan
Gedung Y Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.5 No.1, Januari 2017.

Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993, Program jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012, Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum NOMOR : 05 / PRT / M / 2014. Pedoman system


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) bidang pekerjaan umum.

xiii

Universitas Sumatera Utara


Silalahi Bennet N.B, Silalahi Rumondang B. 1985. Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. PT Pertja. Jakarta.

Surat Edaran NOMOR : 66 / SE / M / 2015. Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Thresia Deisy Rawis, Jermias Tjakra, Tisano. Arsjad, 2016. Perencanaan Biaya
Keselamatan Dan Kesahatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Bangunan (Studi
Kasus : Sekolah ST.URSULA KOTAMOBAGU). Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.4
April 2016 (241-252).

Undang-Undang Nomor I tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

xiv

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai