Disusun oleh
Iqlima Safitri
22030111130072
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan studi kasus komprehensif kepaniteraan gizi klinik “Asuhan Gizi pada
Pasien Nefrolithiasis dan Kolelithiasis RSUD Kabupaten Kudus” telah
dipertahankan di depan reviewer dan telah direvisi.
Pembimbing I, Pembimbing II
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR TABEL
4
BAB I
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. A
2. No. RM : 473953
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Umur : 49 tahun
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : PNS
7. Alamat : Singo Candi
8. Suku bangsa : Jawa
9. Ruang rawat : Dahlia
10. Kelas : II/8
11. Tanggal masuk RS: 6 Oktober 2014
12. Pendidikan terakhir: SMA
B. GAMBARAN KASUS
Tn. A berumur 49 tahun masuk RSU Kabupaten Kudus tanggal 6
Oktober 2014 dengan keluhan perut nyeri sebelah kanan bawah dan kecing
berdarah (hematuri), mual dan tidak nafsu makan karena nyeri perut. Pasien
mempunyai riwayat sakit batu ginjal sejak 10 tahun yang lalu namun tidak
dioperasi karena batu masih kecil. Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium
tanggal 7 Oktober 2014 diketahui tekandan darah pasien 130/90, nadi
76x/menit, suhu 36oC, RR 24x/menit, Hb = 13,8 gr/dl, eritrosit 4,75 jt/Ul,
hematokrit 41,1%, trombosit 466 103/mm3, limfosit 23,4 103/mm3, leukosit
10,1 103/mm3, ureum 61,1 mg/dl, creatinin 2,1 mg/dl, kolesterol total 214
mg/dl, HDL kolesterol 48 mg/dl, LDL kolesterol 148,8 mg/dl, trigliserida 86
mg/dl, asam urat 8,7 mg/dl.
Diagnosa dokter tanggal 6 Oktober 2014 colic ureter destra. Hasil tes
IVP (intravena pyelografi) tanggal 7 Oktober 2014 menyebutkan pietocalyces
system melebar (grade I) pada ginjal kiri dan kanan, terdapat batu di ginjal
5
kanan 0,88 cm dan uruter proximal melebar. Ureter proximal sinistra tak jelas
melebar dan batu (+) multiple. Gambaran kantong empedu yaitu dinding tak
menebal, batu (+) multiple. Selama di RS pasien mendapatkan obat ceftriaxon
injeksi, ketololac injeksi, dan scopamin 3x1.
Berdasarkan hasil data FFQ (Food Frequency Quitioner) didapatkan
Tn. A memiliki kebiasaan makan nasi 2x sehari sebanyak 2 centong (±200
gram) pada jam 10:00 dan 16:00. Pasien sangat menyukai makanan laut
berupa ikan laut digoreng 2x/hari, cumi-cumi 15 buah 4x/bulan, udang 18
buah 6x/bulan, kerang hijau ¼ kg 6x/bulan, kerang putih 15 buah 6x/bulan.
Sedangkan lauk hewani ayam 5x/minggu dan telur 1x/minggu. Pasien sangat
suka cemilan tahu goreng yaitu 3-5 potong besar 5x/minggu dan selalu
menyediakan tempe goreng 2 potong dalam setiap kali makan (2x/hari).
Pasien menyukai sayuran berkuah bening dan gudangan, selalu mengonsumsi
sayuran dalam tiap kali makan (2x/hari). Terkadang bila tidak ada sayur,
pasien hanya makan nasi dengan tahu goreng dan sambal. Pasien menyukai
buah apapun, asupan buah 2x/hari yang paling sering kelengkeng dan anggur
hingga 15 buah/hari, jeruk 2 buah. Pasien menyukai cemilan berupa kripik
1x/hari. Tidak menyukai teh karena pasien sudah mengetahui bahwa teh
dibatasi untuk penderita batu ginjal. Pasien mempunyai kebiasaan
mengonsumsi jamu-jamuan yang dibuat sendiri yaitu air rebusan kumis
kucing, kiji beling, dan remujung 5 gelas dalam sehari semalam. Berdasarkan
hasil FFQ kebiasaan makan ini didapatkan asupan total energi 2266,62 kkal,
lemak 69,1 gram, protein 102,52 gram, karbohidrat 191,28 gram.
Berdasarkan data recall 24 jam pada hari pertama masuk rumah sakit
(MRS), pasien mampu mengasup total energi 973,6 kkal, lemak 41,2 gram,
protein 37,9 gram, karbohidrat 111,7 gram, dan serat 3,9 gram. Sedangkan
asupan satu hari sebelum intervensi didapatkan asupan total energi 1765 kkal,
lemak 37,5 gram, protein 63,9 gram, karbohidrat 286,1 gram, dan serat 9,5
gram.
6
C. SKRINING GIZI
Skrining dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2014 menggunakan
formulir skrining NRS (Nutrition Risk Screening) termodifikasi untuk pasien
rawat inap dewasa yang disediakan oleh RSU Kabupaten Kudus dengan skor
4 yang artinya pasien berisiko malnutrisi dan memerlukan asuhan gizi
terstandar (formulir terlampir).
7
BAB II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
8
1x/minggu. Sangat suka Susu rendah/bebas lemak 1-2 g/hari)
cemilan tahu goreng: 3-5 penukar ~ 1-2 gelas kecil Konsumsi makanan tinggi
potong besar 5x/minggu susu. lemak berlebih, 6-8x/hari
dan kripik 1x/hari, tempe Protein hewani rendah purin
goreng 2 potong setiap 1-2 porsi ~ putih telur 2,5
makan (2x/hari). Sayuran butir, susu rendah lemak/susu
yang sering dimakan skim 1 gelas kecil, ikan gabus
sayuran bening dan 1 potong sedang. Pembatasan
gudangan 2x/hari. Kadang protein hewani tinggi purin
pasien hanya makan nasi maksimal 50 gram/hari.5
dengan tahu goreng dan Protein nabati 4-5x/minggu
sambal. Asupan buah @satu penukar.
2x/hari yang paling sering Minyak 2-3 penukar ~ 2
kelengkeng dan anggur 15 makanan yang digoreng.2
buah/hari, jeruk 2
buah/hari. Tidak menyukai
teh, minum susu sapi 1
gelas besar 5x/minggu.
FH-1.4.2.1 Air rebusan kumis kucing, Penggunaan jamu sebaiknya Asupan jamu-jamuan
jamu-jamuan kiji beling, dan remujung 5 seperlunya saja karena jamu berlebihan
bioaktif gelas sehari semalam seperti obat, tidak boleh
6
diminum setiap hari
FH-1.5.1.1 - Total asupan lemak hari - CS-2.1.1 Perkiraan - Asupan lemak hari 1
Asupan total pertama MRS 41,2 gram kebutuhan total lemak = masuk RS 82,4%
lemak - Total asupan lemak satu 25%E = 25%x1800 = 450 Asupan lemak satu hari
hari sebelum intervensi kkal = 50 gram sebelum intervensi 75%
37,5 gram - CS-2.1.2 Tipe lemak yang - Asupan total lemak dari
- Asupan total lemak dari dibutuhkan yitu SFA, data FFQ 138%
data FFQ 69,1 gram MUFA, PUFA.
- CS-2.1.3 Metode perkiraan
kebutuhan lemak
berdasarkan DASH diet2
FH-1.5.2.1 - Total asupan protein hari - CS-2.2.1 Perkiraan - Asupan protein hari 1
Asupan total pertama MRS 37,9 gram kebutuhan total protein = masuk RS baik, 80,9%
protein - Total asupan protein satu 0,8 x BBI = 0,8x58,5 = - Asupan protein satu
hari sebelum intervensi 46,8 gram hari sebelum intervensi
63,9 gram - CS-2.2.2 Tipe protein yang berlebih yaitu 136%
- Asupan total protein dari dibutuhkan yaitu protein - Asupan total protein
9
data FFQ 102,52 gram dengan bioavailibilitas dari data FFQ lebih dari
tinggi yaitu protein hewani kebutuhan 219%
yang rendah purin.
- CS-2.2.3 Metode perkiraan
kebutuhan protein
berdasarkan diet untuk
2,3,7,5
nefrolithiasis
FH-1.5.3.1 - Total asupan KH pada - CS-2.3.1 Perkiraan - Asupan KH hari 1
Asupan total hari pertama MRS 111,7 kebutuhan total KH = 1800 masuk RS hanya 38,4%
KH gram – (46,8x4 + 450) kkal = - Asupan KH satu hari
- Total asupan KH satu 1162,8 kkal = 290,7 gram sebelum intervensi
hari sebelum intervensi - CS-2.3.2 Tipe KH yang sudah 98,4%, baik
286,1 gram dibutuhkan adalah KH - Asupan total KH dari
- Asupan total KH dari sederhana berupa buah. data FFQ 65,8%
data FFQ 191,28 kkal - CS-2.3.3 Metode perkiraan
kebutuhan KH berdasarkan
diet DASH.
FH-1.5.4 - Total asupan serat pada - CS-2.4.1 Perkiraan - Asupan serat hari 1
Asupan total hari pertama MRS 3,9 kebutuhan total serat = 25 masuk RS hanya
serat gram gram/hari 15,6%%
- Total asupan serat satu - CS-2.4.2 Tipe serat yang - Asupan serat satu hari
hari sebelum intervensi dibutuhkan berupa serat sebelum intervensi
9,5 gram larut air berupa buah. hanya 38%
- CS-2.4.3 Metode perkiraan
kebutuhan serat
berdasarkan diet DASH.2
FH-1.6.1.2 - Asupan vitamin C hari 1 - CS-4.1.2 Perkiraan - Asupan vitamin C pada
Asupan MRS 89,2 mg dan 17,4 kebutuhan vitamin C < hari 1 MRS dan satu
2,4
vitamin C mg satu hari sebelum 1000 mg/hari hari sebelum intervensi
FH-1.6.1.10 intervensi - CS-4.1.3 Perkiraan baik
Asupan - Asupan vitamin B6 hari kebutuhan vitamin B6 - Asupan vitamin B6
vitamin B6 1 MRS 0,8 mg dan 0,9 sesuai dengan AKG yaitu 61,5% hari 1 MRS dan
mg satu hari sebelum 1,3 mg4 69,2% saat satu hari
intervensi sebelum intervensi
FH-1.6.2.1 - Asupan kalsium hari 1 - CS-4.2.1 Perkiraan - Asupan kalsium
Asupan MRS 138,5 mg dan kebutuhan kalsium memenuhi 17,3% dan
kalsium 279,7 mg saat satu hari normal yaitu 800-1200 34,9%, pada hari 1 MRS
FH-1.6.2.5 sebelum intervensi mg/hari, namun untuk dan satu hari sebelum
10
Asupan - Asupan kalium hari 1 pria 800 mg/hari2–4 intervensi
potassium MRS 885,6 mg dan - CS-4.2.5 Perkiraan - Asupan kalium hanya
(kalium) 1043,6 mg satu hari kebutuhan kalium normal memenuhi 18,8% dan
FH-1.6.2.7 sebelum intervensi yaitu 4700 mg/hari untuk 22,2%, pada hari 1 MRS
Asupan - Asupan natrium hari 1 usia 49 tahun3 dan satu hari sebelum
sodium MRS 89,2 mg dan 423,4 - CS-4.2.7 Perkiraan intervensi
(natrium) mg satu hari sebelum kebutuhan natrium rendah - Asupan natrium pada
intervensi yaitu < 2300 mg/hari hari 1 MRS dan satu hari
setara dengan < 1 sdt sebelum intervensi
2
garam dapur sudah baik
FH-3.1.1 - Ketorolac injeksi - Pengobatan injeksi tidak - Penggunaan atas
Penggunaan - Ceftriaxon injeksi mempengaruhi penyerapan rekomendasi dokter
8
obat yang - Scopamin tablet 3x1 zat gizi dalam tubuh merupakan dosis yang
diresepkan - Scopamin adalah obat aman.
untuk mengurangi nyeri
spastik saluran kemih. Efek
samping berupa depresi
sistem parasimpatik
meliputi pusing, pupil
berdilasi, percepatan
denyut jantung, kulit dan
mulut kering, serta sesak
nafas.9
FH-5.2.1 - Sejak muda pasien Maksimal konsumsi daging Asupan daging sudah
Penghindaran menghindari makan merah 50 gram/hari sesuai rekomendasi
makanan daging merah (kerbau,
tertentu sapi, kambing)
FH-7.3.1 - Dua tahun lalu, selama - Olah raga selama 30 menit - Aktifitas fisik kurang
Riwayat tiga bulan pasien bed-rest setiap hari atau minimal 3-
aktifitas fisik karena platela retak 5 hari dalam seminggu.10
sehingga berat badan naik
dari 59 kg menjadi 70 kg.
- Sekarang pasien bekerja
sebagai pegawai
kecamatan, aktifitas lebih
sering di kantor namun
terkadang melakukan
survey ke desa
11
Kesimpulan: asupan protein dan lemak berlebih. Pola makan pasien kurang teratur, terkadang
asupan protein tinggi purin sangat banyak (ketika masih musim, 3x/hari mengonsumsi makanan
laut). Namun, terkadang juga tidak ada asupan sayur. Frekuensi protein nabati untuk pasien batu
ginjal berlebih (cemilan tahu goreng). Pasien kurang aktifitas fisik.
12
BD-1.7.7 Serum 86 mg/dl < 160 mg/dl Normal
trigliserida
BD-1.10.1 13,8 g/dl 14-18 g/dl Rendah
Hemoglobin
‘BD-1.10.2 41,1% 40-52% Normal
Hematokrit
Nilai laboratiorim tanggal 8 Oktober 2014
BD-1.2.1 BUN 56,6 mg/dl 19 – 44 mg/dl Tinggi
BD-1.2.2 Creatinin 2,1 mg/dl 0,6-1,3 mg/dl Tinggi
BD-1.2.5 Sodium 136 mmol/L 135-155 mmol/L Normal
BD-1.2.6 Klorida 105 mmol/L 75-108 mmol/L Normal
BD-1.2.7 Kalium 4,1 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L Normal
BD-1.2.9 Kalsium 1,96 mmol/L 2,02-2,60 mmol/L Rendah
BD-1.2.12 Asam urat 8,5 mg/dl 3,5-7,2 mg/dl Tinggi
BD-1.11.1 Albumin 3,4 g/dl 3,5-5,2 g/dl Rendah
Globulin 2,1 g/dl 1,3-3,3 g/dl Normal
Protein total 5,5 g/dl 6-8 g/dl Rendah
Kesimpulan: Nilai laboratorium terkait gizi yang berlebih yaitu ureum (BUN), kreatinin, asam
urat, serta tingkat GFR rendah. Ini menandakan terdapat gangguan pada sistem urinari.
Hasil tes IVP: pietocalyces system melebar (grade I) pada ginjal kiri dan kanan,
terdapat batu di ginjal kanan 0,88 cm dan uruter proximal melebar. Ureter
proximal sinistra tak jelas melebar dan batu (+) multiple. Gambaran kantong
empedu yaitu dinding tak menebal, batu (+) multiple.
13
Suhu = 36oC bawah normal
Kesimpulan: Keluhan mual sudah hilang sehingga diharapkan asupan makan dapat sesuai
dengan yang dibutuhkan
B. DIAGNOSIS GIZI
No Masalah Etiologi Tanda dan Gejala
1. Kelebihan asupan protein Penurunan fungsi ginjal Kadar ureum tinggi 61,1 mg/dl,
(NI-5.7.2) akibat terdapat batu ginjal di GFR menurun 42,4 mL/min/1.73
kanan (0,88 cm) dan kiri m2, kelebihan asupan protein dari
(multiple) kebutuhan seharusnya 136% pada
satu hari sebelum dan 219% dari
data FFQ lebih dari kebutuhan
14
2. Gangguan gizi terkait nilai Penurunan fungsi ginjal Kadar kreatinin tinggi 2,1 mg/dl,
kreatinin, asam urat, akibat terdapat batu ginjal di kadar asam urat tinggi 8,7 mg/dl,
koleterol total, kalsium kanan (0,88 cm) dan kiri kolesterol tinggi 214 mg/dl,
serum (NC-2.2) (multiple) kalsium serum rendah 1,96 mmol/dl
3. Pemilihan makanan yang Kurangnya pengetahuan Tingginya frekuensi dan jumlah
tidak tepat NB-1.7) terkait gizi konsumsi makanan tinggi purin dan
kolesterol yaitu cumi-cumi 15 buah
4x/bulan, udang 18 buah 6x/bulan,
kerang hijau ¼ kg 6x/bulan, kerang
putih 15 buah 6x/bulan, sangat suka
cemilan tahu goreng yaitu 3-5
potong besar 5x/minggu.
C. INTERVENSI GIZI
1. Perencanaan
a. Tujuan
- Membantu pemberian asupan energi dan zat gizi makro sesuai
dengan kebutuhan dan masalah kesehatan pasien dari hari
pertama intervensi hingga pasien pulang
- Membantu pemberian zat gizi mikro yaitu kalsium, kalium,
natrium, vitamin C dan vitamin B6 sesuai dengan kebutuhan dan
masalah kesehatan pasien dari hari pertama intervensi hingga
pasien pulang
- Membantu terapi medis dalam menormalkan nilai laboratorium
(kreatinin, ureum, asam urat dan kolesterol total) dalam waktu 1
minggu
- Memotivasi pasien untuk menurunkan berat badan 1 kg dalam
sebulan
- Memberikan edukasi dan konseling pada pasien dan keluarga
pasien mengenai pengelolaan gaya hidup yang sehat terkait
penyakit yang diderita mulai hari kedua intervensi hingga pasien
pulang
15
b. Preskripsi
1) Rekomendasi kebutuhan energi
Perhitungan energi menggunakan rumus Mifflin st-Joer ditambah
dengan faktor aktifitas 1,3 (out of bed).1
REE = (10xBBI) + (6,25xTB) - (5xU) +5 = 1376,25 kkal
TEE= FA x REE = 1,3 x 1376,25 = 1789,125 kkal ~ 1800 kkal
Pemberian asupan tidak berikan secara bertahap karena melihat
dari asupan satu hari sebelum intervensi, pasien sudah mampu
mengasup 1765 kkal.
2) Rekomendasi kebutuhan protein
Perkiraan kebutuhan total protein berdasarkan diet untuk
nefrolithiasis yaitu 0,8 x BBI = 0,8x58,5 = 46,8 gram
Jenis protein yang dibutuhkan yaitu protein dengan
bioavailibilitas tinggi yaitu protein hewani yang rendah purin. 2,3,7,5
Protein nabati berupa kacang-kacangan, tempe, dan tahu 4-
5x/minggu masing-masing satu penukar 25 gram/hari untuk
kacang hijau, tanah, merah, kedelai dan 50 gram/hari untuk tempe
dan tahu.2,3,7,5
3) Rekomendasi kebutuhan lemak
Perkiraan kebutuhan total lemak berdasarkan diet DASH yaitu
25%E = 25%x1800 = 450 kkal = 50 gram
Jenis lemak yang dibutuhkan yitu lemak jenuh (Saturated Fatty
Acid/SFA), lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty
Acid/mufa), lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty
Acid/PUFA).
Rekomendasi kebutuhan SFA = 10%E = 10 gram.
Rekomendasi kebutuhan MUFA = 7%E = 14 gram.
Rekomendasi kebutuhan PUFA = 13%E = 26 gram.2
4) Rekomendasi kebutuhan karbohidrat
Metode perkiraan kebutuhan KH berdasarkan diet DASH yang
disesuaikan dengan kebutuhan energi pasien. Perkiraan kebutuhan
16
total KH tinggi = 1800 – (46,8x4 + 450) kkal = 1162,8 kkal =
290,7 gram ~ 64%E
Jenis KH yang dibutuhkan adalah KH sederhana berupa buah.
5) Rekomendasi kebutuhan vitamin
- Perkiraan kebutuhan vitamin C < 1000 mg/hari.2,4
- Perkiraan kebutuhan vitamin B6 sesuai dengan AKG yaitu
1,3 mg. 4
6) Rekomendasi kebutuhan mineral
- Perkiraan kebuttuhan kalsium normal yaitu 800-1200
mg/hari, namun untuk pria 800 mg/hari.2–4
- Perkiraan kebutuhan kalium normal sesuai dengan AKG
yaitu 4700 mg/hari untuk usia 49 tahun.3
- Perkiraan kebutuhan natrium rendah yaitu < 2300 mg/hari
setara dengan < 1 sdt garam dapur.2
7) Rekomendasi kebutuhan cairan
Metode perkiraan kebutuhan total cairan berdasarkan diet untuk
nefrolitiasis yaitu > 2,5 liter/hari.2–4
8) Rekomendasi kebutuhan serat
Metode perkiraan kebutuhan serat berdasarkan diet DASH yaitu
25 gram/hari.2
Jenis serat yang dibutuhkan berupa serat larut air berupa buah. 3,4
9) Rekomendasi kebutuhan bioaktif
Perkiraan kebutuhan oksalat < 40 mg/hari sampai 50 mg/hari.2,3
10) Rekomendasi modifikasi tekstur
Hari pertama intervensi pasien masih diberikan bubur nasi,
namun untuk makan malam sudah diberikan nasi tim karena
dilihat dari kemampuan dan tingkat asupan satu hari sebelum
intervensi, nafsu makan baik dan sudah tidak ada mual. Hari
kedua intervensi, pasien diberikan nasi biasa.
11) Rekomendasi asupan makanan
- Asupan buah dan sayur
17
Rekomendasi asupan buah dan sayur menggunakan
DASH diet yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan energi
pasien. Sayur 3 porsi/hari masing-masing 100 gram. Jenis
sayuran yang dipilih adalah sayuran rendah purin yaitu
sayuran selain bayam, daun melinjo, asparagus, bunga kol,
buncis, kapri, dan kangkung.11
Buah 4-5 porsi/hari atau 200-300 gram buah setara
dengan 1 buah nanas, jambu air 8 buah besar, jambu biji 5
buah. Semua jenis buah-buahan boleh dikonsumsi terutama
buah yang mengandung citrate (buah-buahan citrus) yaitu
jeruk, jeruk lemon, jeruk limau, jeruk nipis, dan beberapa
jenis asam-asaman.3
- Asupan susu dan produk susu
Perkiraan kebutuhan kalsium 800 mg/hari sehingga
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dicapai dengan
asupan susu yaitu 3-4 porsi susu rendah lemak.3 Namun,
untuk pasien dengan kebutuhan energi 1800 kkal, hanya 1-2
gelas kecil yang dirokemendasikan per hari.
2. Implementasi
a. Pemberian Diet
- Pemberian kebutuhan energi tidak dilakukan secara bertahap,
langsung 1800 kkal pada hari pertama intervensi. Tekstur
makanan yang diberikan dimulai dari bubur menjadi nasi tim
kemudian nasi biasa pada hari kedua intervensi.
- Pemberian makan besar dibagi menjadi 3x yaitu pada jam 07.00,
12.00 dan 17.00 dan diberikan 2 kali selingan berupa buah, snack
dan air gula pada jam 09.00 dan 14.30.
- Pemberian terapi diit dilakukan selama enam hari karena pada
hari ke tujuh pasien dirujuk ke lain rumah sakit. Berikut
merupakan standar porsi menu 1800 kkal:
Sumber Penukar Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan (kalori) (gr) (gr) (gr)
Makanan pokok 4 700 16 - 160
18
Lauk hewani 3 150 21 6 -
rendah lemak
Sayur A 2,5 - - - -
Sayur B 3 75 3 - 15
Buah dan gula 8 400 - - 96
Snack 2 250 5 5 20
Minyak 2 100 - 10 -
Susu entresol 1 120 6 1,7 20
TOTAL 1800 51 22,7 311
19
Metode : Pemaparan, tanya jawab dan diskusi
Materi :
- Memberikan pemahaman mengenai prinsip diet untuk penyakit
yang diderita Tn. A yaitu batu ginjal disertai batu empedu
- Memberikan informasi mengenai makanan yang sebaiknya
dikonsumsi dan makanan yang harus dibatasi dan dihindari
- Menganjurkan untuk memperbanyak asupan buah dan sayur
- Menganjurkan pembatasan konsumsi protein nabati berupa
tahu dan tempe serta sayuran tinggi purin
- Mempertahankan dan tetap memberikan motivasi asupan
cairan > 2,5 liter
- Memotivasi pasien untuk menurunkan berat badan
3) Koordinasi dengan Tim Kesehatan
Dalam proses asuhan gizi perlu dilakukan koordinasi
dengan tim kesehatan lain dalam mendukung pelayanan gizi pada
pasien yaitu:
(a) Ahli gizi ruangan
Koordinasi dengan ahli gizi ruangan dalam melakukan
asuhan gizi dan menentukan diet yang sesuai dengan kondisi
fisik dan kemempuan pasien dalam menerima asupan makan.
(b) Dokter
Ahli gizi berkoordinasi dengan dokter untuk
mengetahui perkembangan kondisi klinis pasien sehingga
dapat menentukan asuhan gizi yang tepat.
(c ) Perawat
Koordinasi dengan perawat dalam memantau data
tanda-tanda vital, kondisi harian, dan nilai laboratorium
pasien melalui catatan medis (CM) untuk selanjutnya
dikoordinasikan dengan ahli gizi ruangan sehingga dapat
dilakukan intervensi lebih lanjut sesuai perkembangan pasien.
20
D. MONITORING – EVALUASI GIZI
1. Asupan Makanan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Monitoring asupan makanan dan tingkat kecukupan zat gizi
dilakukan setiap hari setiap setelah makan selama 6 hari menggunakan
metode comstock dan recall 24 jam. Asupan makanan yang dikonsumsi
dibandingkan dengan kebutuhan seharusnya pada perencanaan diet yang
telah disusun. Lalu dibuat rata-rata asupan setiap harinya sebagai
evaluasi untuk intervensi diit hari berikutnya.
9 Okt 10 Okt 11 Okt 12 Okt 13 Okt 14 Okt Tingkat
Parameter
kecukupan
Energi Asupan 1977,2 1910 1904,4 2115 1386,8 878,85 93% (baik)
(kkal) Kebutuhan 1800 1800 1800 1800 1800 1800
Kecukupan 109% 106% 105% 117% 77% 48%
(baik) (baik) (baik) (baik) (kurang) (kurang)
Protein Asupan 54,7 54,4 48,3 48,75 39,71 28,2 97,3%
(gram) Kebutuhan 46,8 46,8 46,8 46,8 46,8 46,8 (baik)
Kecukupan 116% 116% 103% 104% 84,8% 60,25%
(baik) (baik) (baik) (baik) (baik) (kurang)
Lemak Asupan 42,3 17,1 24,3 23 18,83 10 45,2%
(gram) Kebutuhan 50 50 50 50 50 50 (kurang)
Kecukupan 84,6% 34,2% 48,6% 46% 37,6% 20%
(baik) (kurang) (kurang) (kurang) (kurang) (kurang)
KH (gram) Asupan 359,9 342,6 323,2 357,75 274,25 158,23 103%
Kebutuhan 290,7 290,7 290,7 290,7 290,7 290,7 (baik)
Kecukupan 123% 117% 111% 123% 94% 54,4%
(lebih) (lebih) (baik) (lebih) (baik) (kurang)
TOTAL ASUPAN PER 108% 93,3% 91,9% 97% 73,35% 45,6%
HARI ZAT GIZI MAKRO BAIK BAIK BAIK BAIK KURANG KURANG
21
Sumber: Data primer catatan dan perhitungan zat gizi dalam asupan makan pasien
ruang Dahlia II
2. Perkembangan Diet
Selama 6 hari pengamatan pasien di rumah sakit, terjadi perubahan
konsitensi makanan pokok dari bubur nasi ke nasi biasa pada hari kedua
hingga hari keenam karena pasien sudah tidak ada mual.
Tanggal
Uraian
9 Okt 2014 10 Okt 11 Okt 12 Okt 13 Okt 14 Okt
2014 2014 2014 2014 2014
Jenis diet Makanan Makanan Makanan Makanan Makanan Makanan
lunak (bubur biasa biasa biasa biasa biasa
nasi dan nasi
tim)
3. Perkembangan Fisik/Klinis
No Pemeriksaan Tanggal Pengamatan
Fisik/Klinis 9/10/14 10/10/14 11/10/14 12/10/14 13/10/14 14/10/14
1. Keadaan Lemas (-) lemas (-) lemas (-) lemas (-) lemas (-) lemas (-)
Umum mual (-) mual (-) mual (-) mual (-) mual (+) mual (+)
muntah (-) muntah muntah (-) muntah (-) muntah muntah
(-) (-) (+)
2. Tekanan 110/90 120/80 120/90 - - -
Darah mmHg mmHg mmHg
3. Suhu 36 36 36,5 - - -
4. Berat badan 70,5 kg - - 71 kg - 69kg
5. LILA 28,7 cm - - 29 cm - 28,7 cm
Sumber: Data rekam medik ruang Dahlia II.
4. Perkembangan Biokimia
Data Nilai Tanggal Pemeriksaan
Satuan
Laboratorium normal 7/10/14 8/10/14 11/10/14 12/10/14 14/10/14
Glukosa <200 mg/dL 121 - - - -
sewaktu
Kolesterol s/d 200 mg/dL 214 - - - -
HDL >35 mg/dL 48 - - - -
LDL <150 mg/dL 148,8 - - - -
Trigliserida 40-165 mg/dL 86 - - - -
Ureum 11-44 mg/dL 61,1 56,6 49,5 - 60,5
Kreatinin 0,6 - 1,3 mg/dL 2,1 2,1 1,9 - 1,8
Asam urat 3,5-7,2 Mg/dL 8,7 8,5
22
Kalsium 2,02-2,6 Mmol/L - 1,96 - - -
Kalium 3,6-5,5 Mmol/L - 4,1 - - -
Natrium 135-155 Mmol/L - 136 - - -
Klorida 75-108 Mmol/L - 105 - - -
RBC 4,5-5,9 106mm3 4,75 - - - -
WBC 4-12 10.3mm3 10,1 - - -
Trombosit 150-400 10.3mm3 466 - - - -
Hemoglobin 11-13,5 g/dL 13,8 - - - -
Hematocrit 35-50 L% 41,1 - - - -
Albumin 3,5 – 5,2 g/dl - 3,4 - - -
Protein total 6,0 – 8,0 g/dl - 5,5 - - -
Sumber: Data rekam medik ruang Dahlia II.
Data penunjang tes IVP tanggal 13 Oktober 2014 menggambarkan tidak ada
pelebaran dan batu pada ureter kiri. Fungsi ekskresi ginjal kanan menurun,
sementara fungsi ginjal kiri normal. Tak tampak hidronefrosis dan hidroureter
kiri.
23
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
24
enterohepatik garam empedu. Malabsorbsi usus berat dapat menyebabkan
penurunan reabsorbsi asam empedu di usus dan secara bersamaan
meningkatkan oksalat di urin (melalui pengurangan sekresi oksalat pada usus
atau peningkatan absorbs asupan oksalat).12
Gangguan air dan/atau transport ion di epithelium empedu dan ginjal
mempengaruhi pembentukan batu empedu dan batu ginjal. Proses
pembentukan empedu pada kantong empedu, termasuk konsentrasi,
keasamaan, dan reabsorbsi kalsium merupakan mekanisme kompleks serta
mempengaruhi jumlah air dan ion pada komposisi urin. Semakin tinggi
konsentrasi kalsium, maka semakin tinggi risiko pembentukan pigmen batu
empedu (dan juga turut berperan dalam pathogenesis batu empedu
kolesterol). Mekanisme ini disebut “channelopathy” dimana terjadi
peningkatan kandungan kalsium pada empedu dan urin (hypercalciuria).12
1. Riwayat terkait gizi/makanan (FH)
Berdasarkan data FFQ, Tn. A menyukai makanan laut yang
mengandung tinggi purin yaitu ikan laut digoreng 2x/hari, cumi-cumi 15
buah 4x/bulan, udang 18 buah 6x/bulan, kerang hijau ¼ kg 6x/bulan,
kerang putih 15 buah 6x/bulan. Metabolisme nukleutida purin
menghasilkan produk akhir berupa asam urat yang tak larut air dimana
secara endogen disintesis dan dibentuk dari pemecahan sumber asupan
protein.7 Orang dengan kondisi normal, produksi asam urat endogen
stabil yaitu 300-400 mg/hari. Sedangkan, asupan purin dari luar
(eksogen), biasanya menyumbang kurang dari 50% dari total produksi
asam urat.5
Tingginya konsentrasi asam urat dapat menyebabkan penyakit gout
dan nefrolitiasis asam urat. Selain itu, asam urat yang tinggi dalam darah
juga menambah risiko terkena hipertensi, penyakit vascular, dan dapat
berkembang menjadi penyakit gagal ginjal kronik. 5 Kelebihan asupan
makanan yang tinggi purin dapat menghasilkan hiperuricosuria pada
pasien dengan fungsi ginjal normal. Demikian juga pada kondisi tubuh
yang terlalu cepat dalam metabolisme sel (leukemia, limfoma, atau
kesalahan limfoproliferasi karena kemoterapi), sel-sel yang terlalu cepat
25
membelah menyebabkan peningkatan kandungan purin dalam darah,
sehingga menghasilkan konsentrasi urat plasma dan uricosuria lebih
tinggi.7
Beberapa makanan yang tinggi purin di antaranya daging merah
(terutama daging utuh dan organ dalam daging/jeroan seperti hati,
jantung, ginjal, limpa, babat, usus, paru), unggas, ikan (terutama ikan laut
yaitu sarden, hering, tongkol, tengiri, teri, bandeng, dan beberapa ikan
tawar yaitu ikan bawal, mas), makanan laut (terutama kerang segala jenis
kerang, udang, kepiting), kacang-kacangan (terutama asparagus, kedelai,
kacang hijau), dan jamur.5
Selain itu, berdasarkan hasil FFQ asupan protein pasien terlalu
tinggi (219%) dari kebutuhan seharusnya yaitu 102 gram. Konsumsi
tinggi protein ini sebagian besar juga tinggi purin yang dibuktikan
dengan seringnya konsumsi makanan laut. Asupan protein hewani tinggi
purin dapat menyebabkan hipercosuria sehingga meningkatkan risiko
batu kalsium. Selain itu, tingginya asupan protein hewani dapat
menginduksi kejadian hipercalciuria akibat adanya resorpsi kalsium di
tulang yang meningkat dan reabsorbsi kalsium di tubular yang menurun.
Penelitian tahun 2012 menunjukkan bahwa asupan tinggi protein hewani,
rendah karbohidrat berkaitan dengan peningkatan pembentukan batu,
yang seringnya batu asam urat (zat sisa metabolisme protein).7
Riwayat asupan cairan pasien > 3 liter per hari, namun volume urin
pasien tergolong rendah yaitu 2x/hari masing-masing 400 ml. volume
urin yang rendah merupakan salah satu faktor risiko penting dalam
pembentukan batu saluran kencing. Faktor risiko lainnya adalah
hiperkalsiuria, hiperoxaluria, hiperuricosuria, hiperfosfaturia, dan
hipocitraturia.4
2. Data Antropometri (AD)
Berdasarkan perhitungan IMT yaitu 25,89 kg/m 2, pasien tergolong
obese I dan obesitas sentral karena memiliki lingkar pinggang lebih dari
>90 cm.13 Nilai IMT dan lingkar pinggang yang lebih tinggi
26
berhubungan secara kuat dengan resistensi insulin. Resistensi insulin
berkaitan dengan peningkatan risiko batu empedu dan batu ginjal.12
Perubahan dan peningkatan berat badan berkaitan dengan sindrom
metabolik, selain itu peningkatan berat badan juga berisiko semakin
meningkatkan prevalensi pembentukan batu termasuk batu asam urat
yang lebih tinggi.7 Batu kalsium oksalat juga meningkat seiring dengan
adanya obesitas.3
Penumpukan asam semakin meningkat dengan adanya obesitas,
sindrom metabolik dan diabetes mellitus tipe 2. Titrasi urat pada asam
urat meningkat dalam urin. Kelebihan proton H+ diekskresikan pada urin
bila kadar asam urat di darah tinggi, namun ekskresi asam ini tidak selalu
diikuti dengan peningkatan sintesis ammonia dan ekskresi ammonium.
Kelebihan ekskresi H+ pada urin menyebabkan tertinggalnya urat dalam
darah yang dapat menghasilkan pengkristalan atau penumpukan urat
menjadi batu asam urat.5
3. Data Biokimia (BD)
Kadar asam urat dalam darah pasien tergolong tinggi yaitu 8,7
mg/dL. Level asam urat serum ditentukan oleh tingkat sintesis dan
ekskresi ginjal, sistem dan metabolisme pencernaan. Pasien dengan
kadar asam urat serum tinggi memiliki gejala mual, muntah, diaphoresis,
dan hematuria. Peningkatan asam urat serum harus ditelurusi dengan
benar apakah memang keturunan dari riwayat keluarga, obat-obatan
(jamu), maupun kecenderungan mengonsumsi makanan protein hewani
yang berlebihan.7 Teori ini sesuai dengan kenyataan hasil FFQ pasien
yang menyukai makanan laut. Ketika sedang musim udang, kepiting,
kerang, maka asupan pasien terhadap makanan tersebut akan sangat
banyak.
Asupan tinggi purin akan menyebabkan terjadinya hiperurikosuria
(yaitu ekskresi urat >800 mg untuk laki-laki dan >750 mg untuk wanita)
tapi tidak selalu menimbulkan hiperurisemia (yaitu level serum asam urat
> 7 mg/dl untuk laki-laki, dan > 6 mg/dl untuk wanita.5
27
Selain kadar asam urat, kadar ureum dan kreatinin pasien juga
melebihi nilai normal. Hal ini sesuai dengan penelitian tahun 2013 bahwa
terjadi peningkatan kadar asam urat, kreatinin, ureum pada hewan yang
terdapat calculi di ginjal. Pada keadaan urolithiasis, terjadi penurunan
GFR karena obstruksi aliran urin dengan adanya batu pada sistem
urinary. Oleh karena itu, zat-zat sisa yang seharusnya dibuang melalui
urin, menumpuk dalam darah di antaranya urea, kreatinin dan asam
urat.14
Ginjal dengan fungsi normal apabila kadar kalsium darah rendah,
maka hormon PTH akan merangsang usus untuk meningkatkan
penyerapan kalsium dari makanan, membongkar kalsium tulang,
meningkatkan filtrasi kalsium pada ginjal. Namun, ginjal dengan
penurunan fungsi, kurang mampu memfiltrasi kalsium pada ginjal
sehingga kalsium yang seharusnya direabsorbsi namun justru keluar
melalui urin (hiperkalsiuria).2
Lebih dari 50% pasien dengan batu ginjal ditandai dengan
hiperkalciuria yaitu kondisi dimana terjadi ekskresi kalsium lebih dari
300 mg per 24 jam untuk laki-laki atau 250 mg per 24 jam untuk
perempuan. Pasien dengan idhiopati hiperkalsiuri terjadi penurunan
densitas mineral tulang, resorpsi kalsium pada tulang yang berlebih, dan
penurunan pembentukan kalsium di tulang. Ini menghasilkan kalsium
dalam darah sebagai keseimbangan elektrolit darah menjadi rendah
(hipokalsemia) karena kalsium diserap ke tulang. Ini disebabkan oleh
adanya sistem abnormal pada homeostasis kalsium dalam hal disregulasi
transport kalsium di usus, ginjal, dan tulang.3
4. Pengkajian Pemeriksaan Fisik (PD)
Hari pertama masuk rumah sakit, pasien merasa mual dan urin
berdarah (hematuria). Adanya mual ini sebagai gejala akibat kadar asam
urat dan ureum yang tinggi.2 Hari kedua masuk rumah sakit (7 Oktober
2014) hingga hari keempat intervensi (12 Oktober 2014) pasien sudah
tidak merasa mual. Namun, setelah melakukan tes IVP untuk mengetahui
gambaran ginjal pasien pada tanggal 13 Oktober 2014, pasien merasa
28
mual dan tidak nafsu makan. Pemeriksaan laboratorium tanggal 14
Oktober 2014 menyatakan kadar ureum yang kembali meningkat yaitu
60,5 mg/dl. Hal ini menjadi dasar munculnya gejala mual yang dialami
pasien.
5. Pengkajian Riwayat Pasien (CH)
Pasien merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai pegawai
kecamatan. Status ekonomi dan tingkat pendidikan pasien dapat menjadi
peluang dalam memberikan konseling dan edukasi karena semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin lebih terbuka
menerima pengetahuan baru.
Pasien memiliki riwayat batu ginjal sejak 10 tahun yang lalu dan
pernah dirawat inap satu kali namun tidak dilakukan operasi karena
batu/sumbatan masih kecil. Selama ini pasien kurang menjaga pola
makan dan jarang melakukan aktifitas fisik terutama olahraga. Pasien
juga jarang melakukan pemeriksaan penyakit batu ginjal ke dokter.
Pasien memercayai bahwa jamu air rebusan kumis kucing, kiji beling,
dan remujung 5 gelas dalam sehari semalam dapat untuk meluruhkan
batu ginjal. Namun, sebaiknya konsumsi jamu tidak boleh setiap hari
karena jamu termasuk obat yang penggunaannya ketika dibutuhkan saja.6
Penyakit batu ginjal kronis yang dialami pasien seharusnya mendapatkan
asuhan gizi terutama pola makan dan pola hidup yang sehat sehingga
dapat semakin menunjang kesehatan pasien.
B. Diagnosis Gizi
Terdapat tiga rumusan diagnosis yang dipilih berdasarkan asesmen
yang sudah dikaji, yaitu:
1. Kelebihan asupan protein (NI-5.7.2) berkaitan dengan penurunan fungsi
ginjal akibat adanya batu ginjal di kanan (0,88 cm) dan kiri (multiple)
ditandai dengan kelebihan asupan protein dari kebutuhan seharusnya
136% pada satu hari sebelum dan 219% dari data FFQ lebih dari
kebutuhan, kadar ureum tinggi 61,1 mg/dl, GFR menurun 42,4
mL/min/1.73 m2. Diagnosis ini dipilih karena terdapat masalah gizi yang
29
harus diselesaikan yaitu terdapat ketidaksesuaian jumlah dan jenis asupan
protein dibandingkan kebutuhan yang dianjurkan serta tanda yang
menyertai juga tepat untuk menggambarkan permasalahan yang ada yaitu
dengan tingginya nilai ureum dan rendahnya GFR. Diagnosis ini akan
diselesaikan melalui pemberian diet sesuai dengan kebutuhan pasien
dengan protein rendah, lemak rendah dan tinggi karbohidrat.
2. Gangguan gizi terkait nilai kreatinin, asam urat, koleterol total, kalsium
serum (NC-2.2) berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal akibat adanya
batu ginjal di kanan (0,88 cm) dan kiri (multiple) ditandai dengan kadar
kreatinin tinggi 2,1 mg/dl, kadar asam urat tinggi 8,7 mg/dl, kolesterol
tinggi 214 mg/dl, kalsium serum rendah 1,96 mmol/dl. Diagnosis ini
dipilih karena terdapat masalah pada kadar laboratorium yang masih
berkaitan dengan masalah gizi dan masalah ini dapat didukung serta
ditunjang dengan asuhan gizi yang baik. Pemberian diet yang sesuai
dengan kebutuhan pasien terutama disesuaikan dengan penurunan fungsi
ginjal akibat adanya batu, menjadi salah satu intervensi yang diharapkan
mampu menyelesaikan masalah di atas. Diet rendah protein, lemak dan
tinggi karbohidrat terutama dalam bentuk buah akan menjadi salah satu
intervensi untuk menye
3. Pemilihan makanan yang tidak tepat (NB-1.7) berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan terkait gizi ditandai dengan tingginya frekuensi
dan jumlah konsumsi makanan tinggi purin dan kolesterol yaitu cumi-
cumi 15 buah 4x/bulan, udang 18 buah 6x/bulan, kerang hijau ¼ kg
6x/bulan, kerang putih 15 buah 6x/bulan, sangat suka cemilan tahu
goreng yaitu 3-5 potong besar 5x/minggu. Diagnosis ini dipilih karena
setelah diwawancara, pasien menyatakan belum pernah mendapat
informasi mengenai penyakit batu ginjal dan asuhan diet yang tepat
untuk penyakitnya. Sehingga tidak heran jika pemilihan makanan pasien
tidak tepat yaitu pasien mengasup makanan tinggi purin. Masalah ini
akan diselesaikan melalui pendidikan (edukasi) dan konseling kepada
pasien dan keluarga pasien mengenai diet yang tepat sesuai dengan
masalah kesehatan pasien.
30
C. Intervensi Gizi
1. Preskripsi Diet
Terdapat empat tujuan intervensi yang akan dicapai melalui
intervensi yang dilakukan baik melalui pemberian menu makanan sehari-
hari selama pasien di rumah sakit maupun edukasi dan konseling kepada
pasien serta keluarga pasien.
a. Rekomendasi kebutuhan energi
Perhitungan kebutuhan energi menggunakan rumus Mifflin st-
Joer karena untuk individu overweight dan obese serta memiliki
penyakit kronis, rumus ini merupakan rumus perkiraan kebutuhan
energi yang paling akurat dibandingkan dengan rumus Ireton-Jones
(1989) dan FAO/WHO/UNU (1985).1 Faktor aktifitas yang
digunakan ialah 1,3 (out of bed) karena pasien dapat ke kamar mandi
sendiri. Data berat badan yang dimasukkan dalam rumus
menggunakan berat badan ideal karena pasien termasuk obese I yang
perlu program penurunan berat badan ke berat badan ideal. Berikut
perhitungan kebutuhan energi untuk pasien.
REE = (10xBBI) + (6,25xTB) - (5xU) +5 = 1376,25 kkal
TEE= FA x REE = 1,3 x 1376,25 = 1789,125 kkal ~ 1800 kkal
Pemberian asupan tidak berikan secara bertahap karena dilihat
dari asupan satu hari sebelum intervensi, pasien sudah mampu
mengasup 1765 kkal.
b. Rekomendasi kebutuhan protein
Perkiraan kebutuhan total protein berdasarkan diet untuk
nefrolithiasis yaitu 0,8 x BBI = 0,8x58,5 = 46,8 gram2,3,7,5
Pemberian protein cukup. Penelitian membuktikan bahwa
asupan protein 0,8 g/kgBB/hari selama 2 minggu secara signifikan
mengurangi ekskresi kalsium, fosfat, hidroksiprolin, asam urat, dan
oksalat. Selain itu, juga meningkatkan ekskresi sitrat pada pasien
nefrolithiasis. Pembatasan protein hewani justru berdampak pada
pembentukan batu kalsium oksalat. Protein yang tidak terlalu ketat
31
dibatasi disertai dengan asupan kalsium yang tinggi dan natrium
yang rendah telah terbukti menurunkan kejadian batu.3
Jenis protein yang dibutuhkan yaitu protein dengan
bioavailibilitas tinggi yaitu protein hewani yang rendah purin.
Pembatasan makanan yang mengandung tinggi purin seperti daging
merah, unggas, dan beberapa ikan (sudah dijelaskan pada preskripsi)
sangat bermanfaat bagi pasien nefrolithiasis. Asupan protein hewani
berlebih apalagi mengandung tinggi purin dapat memperbesar risiko
batu kalsium. Kombinasi diet rendah kalsium dan tinggi protein
hewani berbahaya karena dapat menyebabkan keseimbangan
kalsium negative.3
Protein hewani rendah purin 1-2 porsi setara dengan putih telur
2,5 butir, susu rendah lemak/susu skim 1 gelas kecil, ikan gabus 1
potong sedang. Pembatasan protein hewani tinggi purin seperti ikan
(terutama ikan laut yaitu sarden, hering, tongkol, tengiri, teri,
bandeng, dan beberapa ikan tawar yaitu ikan bawal, mas), makanan
laut (terutama kerang segala jenis kerang, udang, kepiting) maksimal
50 gram/hari.5
Protein nabati berupa kacang-kacangan, tempe, dan tahu
dibatasi karena protein nabati merupakan protein dengan
bioavailbitas yang rendah sehingga memungkinkkan adanya zat sisa
metabolisme protein ini. Asupan kacang-kacangan disarankan 4-
5x/minggu masing-masing satu penukar 25 gram/hari untuk kacang
hijau, tanah, merah, kedelai dan 50 gram/hari untuk tempe dan
tahu.2,3,7,5
c. Rekomendasi kebutuhan lemak
Perkiraan kebutuhan total lemak berdasarkan diet DASH yaitu
25%E = 25%x1800 = 450 kkal = 50 gram2
Jumlah ini merupakan batas bawah rekomendasi kebutuhan
lemak karena berdasarkan hasil IVP tanggal 8 Oktober 2014 pasien
memiliki batu empedu sehingga asupan lemak berlebih terutama
kolesterol dibatasi agar tidak semakin memperparah batu empedu.
32
Jenis lemak yang dibutuhkan yitu lemak jenuh (Saturated Fatty
Acid/SFA), lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty
Acid/mufa), lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty
Acid/PUFA). Rekomendasi kebutuhan SFA = 10%E = 10 gram.
Rekomendasi kebutuhan MUFA = 7%E = 14 gram. Rekomendasi
kebutuhan PUFA = 13%E = 26 gram.2
d. Rekomendasi kebutuhan karbohidrat
Metode perkiraan kebutuhan KH berdasarkan sisa kebutuhan
protein dan lemak. Perkiraan kebutuhan total KH = 1800 – (46,8x4 +
450) kkal = 1162,8 kkal = 290,7 gram ~ 64%E
Jenis KH yang dibutuhkan adalah KH sederhana berupa buah.
e. Rekomendasi kebutuhan vitamin
Perkiraan kebutuhan vitamin C < 1000 mg/hari.2,4 Ada beberapa
vitamin yang terlibat dalam risiko pembentukan batu seperti vitamin
D, vitamin C, vitamin B6 dan vitamin A. Namun, terdapat bukti
bahwa tidak ada hubungan antara asupan vitamin D dan risiko
lithogenesis. Asam askorbat merupakan precursor oksalat yang kuat,
jadi kelebihan asupan asam arkobat sebaiknya dihindari pada
nefrolihiasis (dosis hingga 1500 mg/hari masih batas aman.4
Disarankan pembatasan asupan vitamin C kurang dari 2 gram.2
Perkiraan kebutuhan vitamin B6 sesuai dengan AKG yaitu 1,3
mg 4 Karena vitamin B6 berperan dalam metabolisme oksalan dan
kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan peningkatan produksi
oksalat. Pengobatan dan asupan suplementasi B6 dapat menjadi
pilihan untuk mengobati hiperokslaluria.4
f. Rekomendasi kebutuhan mineral
Perkiraan kebuttuhan kalsium normal yaitu 800-1200 mg/hari,
namun untuk pria 800 mg/hari.2–4 Tingginya kejadian batu ginjal
diprediksi terjadi pada orang-orang yang kekurangan asuapn
kalsium, sehingga asupan kalsium disarankan memenuhi
kebututuhan sesuai dengan AKG. Hal ini karena kalsium memiliki
kemampuan untuk mengikat oksalat pada gastrointestinal. Konsumsi
33
kalsium dari sumber susu atau makanan tinggi kalsium sangat
dianjurkan.15 Selama ini tidak ada bukti bahwa asupan kalsium yang
rendah dapat mencegah batu ginjal dan merupakan terapi
hipercalsiuria. Asupan kalsium sebaiknya cukup karena kalsium
sangat dibutuhkan untuk demineralisasi tulang.3
Perkiraan kebutuhan kalium normal sesuai dengan AKG yaitu
4700 mg/hari untuk usia 49 tahun.3 Tingginya asupan kalium
berbanding terbalik dengan kejadian batu ginjal pada laki-laki dan
wanita dewasa. Artinya semakin rendah atau terdapat pembatasan
asupan kalium, semakin tinggi risiko terkena atau memperparah
pembentukan batu ginjal. Asupan tinggi kalium sangat berkaitan
dengan pengikatan kation oleh anion organik, seperti sitrat dan
malat, yang akan membentuk ikatan alkali (basa). Namun, defisiensi
kalium akan merangsang tubulus proximal untuk mereabsorbsi
citrate sehingga asupan kalium yang cukup dan diimbangi dengan
citrate yang cukup dapat mengurangi risiko batu ginjal. Oleh karena
itu, rekomendasi kebutuhan kalium disamakan dengan AKG.3
Perkiraan kebutuhan natrium rendah yaitu < 2300 mg/hari setara
dengan < 1 sdt garam dapur.2
Asupan tinggi natrium klorida (NaCl) atau garam dapur
berdampak merugikan karena dapat menyebabkan ekskresi kalsium
dan hilangnya kalsium pada tulang. Oleh karena itu, pengurangan
asupan natrium yang diimbangi dengan asupan tinggi kalsium sangat
dianjurkan dan telah terbukti dapat mengurangi hiperkalsiuria. 2
Selain itu, pengurangan garam dapat menormalkan ekskresi oksalat
di urin pada pasien dengan hiperoksalat ringan.4
g. Rekomendasi kebutuhan cairan
Metode perkiraan kebutuhan total cairan berdasarkan diet untuk
nefrolitiasis yaitu > 2,5 liter/hari.2–4
Asupan cairan (air putih) yang dipertahankan >2,5 liter/hari
akan menghasilkan peningkatan volume urin serta menjadikan
kalsium fosfat dan asam urat.4
34
h. Rekomendasi kebutuhan serat
Metode perkiraan kebutuhan serat berdasarkan diet DASH yaitu
25 gram/hari.2 Serat yang dipilih merupakan serat larut air sehingga
juga dapat meningkatkan auspan cairan. Kandungan air pada serat
larut air dapat menjadikan garam kalsium tak jenuh. Penjelasan lebih
lengkap pada sub rekomendasi asupan buah dan sayur.
i. Rekomendasi kebutuhan bioaktif
Perkiraan kebutuhan oksalat < 40 mg/hari sampai 50 mg/hari.2,3
ketika asupan kalsium dikurangi dari 1002 menjadi 3911 mg, maka
ini akan menambah 53% kadar oksalat di darah karena tidak ada
senyawa yang mengikat oksalat di darah. Penemuan ini menegaskan
bahwa asupan dan absorbs tinggi oksalat juga harus diimbangi
dengan asupan kalsium. Pembatasan asupan oksalat sangat efektif
pada pasien hiperoksaluria.3 Hiperoksaluria diakibatkan karena diet
yang tinggi oksalat, rendah kalsium, magnesium, serat, dan
buah/sayuran.15
Makanan yang mengandung tinggi oksalat >10 mg/sajian yaitu
teh, kedelai dan produk olahannya, tofu, bayam, serta kacang-
kacangan (kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, kacang polong)
dan produk olahannya (selai kacang).2
j. Rekomendasi asupan makanan
- Asupan buah dan sayur
Rekomendasi asupan buah dan sayur menggunakan DASH
diet yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan energi pasien. 2,3,4
Buah dan sayuran dapat berperan sebagai antilithogenik
(penghambat aktifitas pembentukan batu).4
Pola diet DASH diketahui berkaitan erat dengan peningkatan
output urin, dan mengandung asupan tinggi cairan. Penelitian
menyatakan bahwa volume urin yang tinggi dihasilkan dari
kandungan air yang tinggi pada makanan yang diasup. Diet
DASH menyarankan asupan buah-buahan dan sayuran
35
diperbanyak karena dengan ini akan meningkatkan level sitrat
urin dan keasaman pH urin.4
Buah dan sayuran mengandung tinggi air, kalium dan
magnesium, namun rendah natrium klorida dan protein. Selain
itu, buah dan sayuran memiliki kekuatan membentuk ikatan
alkalisasi yang kuat karena adanya kandungan citrate dan
bikarbonat. Hal ini telah dibuktikan bahwa asupan tinggi kalium
dan magnesium dapat menurunkan risiko nefrolithiasis 50%. 4
Sayur 3 porsi/hari masing-masing 100 gram. Jenis sayuran
yang dipilih adalah sayuran rendah purin yaitu sayuran selain
bayam, daun melinjo, asparagus, bunga kol, buncis, kapri, dan
kangkung.11 Buah 4-5 porsi/hari atau 200-300 gram buah setara
dengan 1 buah nanas, jambu air 8 buah besar, jambu biji 5 buah.
Semua jenis buah-buahan boleh dikonsumsi terutama buah yang
mengandung citrate (buah-buahan citrus) yaitu jeruk, jeruk lemon,
jeruk limau, jeruk nipis, dan beberapa jenis asam-asaman.3 Buah-
buahan ini merupakan alternatif supelement kalium citrate sebagai
upaya manejemen terhadap hipocitraturia atau batu asam urat dan
sistin. Mekanismenya yaitu dengan adanya citrate akan lebih
melarutkan pembentukan batu dari garam kalsium dan
menghambat pertumbuhan kristal oksalat.3
Manfaat lain dari jus citrate adalah rasa kecut yang
ditimbulkan akan menyebabkan konsumsi cairan meningkat
sehingga terjadi peningkatan volume urin dan penurunan
supersaturasi urin. Buah-buahan noncitrus seperti nanas, tomat
dan strowberi juga kaya akan citrate. Selain itu, beberapa jenis
melon (termasuk semangka) merupakan buah-buahan alkali yang
tinggi akan kalium, citrate, dan mala sehingga buah-buah di atas
(selain buah citrus) juga dapat menyebabkan ekskresi oksalat
pada urin meningkat. Hal ini merupakan alternative diet yang
dianjurkan untuk pembentukan batu dengan tanda hipocitrauria. 3
- Asupan susu
36
Perkiraan kebutuhan kalsium 800 mg/hari sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dapat dicapai dengan asupan susu
yaitu 3-4 porsi susu rendah lemak.3 Namun, untuk pasien dengan
kebutuhan energi 1800 kkal, hanya 1-2 gelas kecil yang
dirokemendasikan per hari. Pengurangan asupan susu dan produk
susu akan menyebabkan peningkatan auspan protein (dari
hewani). Penelitian menyebutkan terjadi penurunan 35% risiko
nefrolihitasis jika asupan kalsium lebih tinggi dair 1098 mg/hari. 4
2. Implementasi Diet
Sebelumnya pasien diberikan diet berdasarkan catatan dari Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yaitu bentuk lunak berupa bubur
karena masih terdapat mual. Berdasarkan recall 24 jam pada hari
pertama masuk rumah sakit, pasien hanya mengasup makanan 973,6
kkal. Sedangkan, pada satu hari sebelum intervensi paisen sudah
mampu mengasup 1765 kkal. Oleh karena itu, kebutuhan energi 1800
kkal tidak diberikan secara bertahap karena melihat kemampuan makan
pasien yang sudah bisa mengasup 1765 kkal. Hari pertama intervensi,
pasien langsung mendapatkan 1800 kkal.
Diberikan diet bubur nasi pada hari pertama pada pagi hari dan
siang hari, sedangkan menu malam pasien minta nasi sehingga
diberikan nasi tim. Pemberian nasi tim terlebih dahulu tidak langsung
diberikan nasi biasa karena untuk melihat kemampuan makan pasien.
Menu nasi tim malam hari mampu dihabiskan pasien sehingga hari
kedua intervensi hingga pasien pulang, pemberian diet diwujudkan
dalam bentuk nasi biasa. Pemberian makan besar dibagi menjadi 3x
yaitu pada jam 07.00, 12.00 dan 17.00 dan diberikan 2 kali selingan
berupa buah, snack dan air gula pada jam 09.00 dan 14.30. Setiap kali
makan besar selalu diberikan buah untuk memenuhi kebutuhan buah
dalam sehari yaitu 8 penukar. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan
kalsium, setiap pagi selalu diberikan susu entresol yang mengandung
500 mg kalsium (lebih tinggi dibandingkan nefrisol 124 mg).
37
D. Monitoring dan Evaluasi
1. Asupan Makanan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Monitoring asupan makanan dan tingkat kecukupan zat gizi
dilakukan setiap hari selama 6 hari dari tanggal 9 Oktober 2014 (hari
pertama intervensi) hingga tanggal 14 Oktober 2014. Asupan makan
seseorang dikatakan jika mengasup 80-100% kebutuhan yang
dianjurkan.16 Asupan makan pasien dari hari pertama hingga hari
keempat sangat baik yaitu selalu >90%. Namun, hari kelima intervensi
tanggal 13 Oktober 2014 setelah dilakukan tes IVP, pasien merasa mual
sehingga asupan pasien tidak mencukupi 1800 kkal seperti hari-hari
sebelumnya. Asupan hari pertama intervensi hingga keempat sangat baik
>90%, namun menurun hingga 66% dan 37% pada hari kelima dan
keenam intervensi. Pasien masih merasa mual hingga hari keenam
intervensi, bahkan pasien muntah 2x pada pagi hari. Setelah dilakukan
tes darah, nilai ureum pasien per tanggal 14 Oktober 2014 (hari keenam
intervensi) kembali meningkat yaitu 60,5 mg/dl. Nilai ureum yang
meningkat ini menyebabkan rasa mual pada pasien. Akibatnya pada dua
hari tersebut nafsu makan pasien menurun. Padahal pasien selalu
menghabiskan makanan dari rumah sakit jika tidak terjadi keluhan
kesehatan seperti mual, pusing.
Asupan buah dan sayuran pasien sangat baik, karena dilihat
berdasarkan comstock pasien selalu menghabiskan buah dan sayuran
bahkan pasien mengasup buah selain yang diberikan dari rumah sakit. Ini
terjadi karena pada hari kedua intervensi, penulis sudah memberikan
edukasi dan konseling mengenai perbanyak asupan buah terutama yang
berair dan mengandung citrate.
2. Perkembangan Fisik Klinis
Hari pertama MRS (6 Oktober 2014), pasien datang dengan keluhan
nyeri perut kanan, mual, dan urin berdarah (hematuria). Hari kedua MRS
(7 Oktober 2014) hingga hari keempat intervensi (12 Oktober 2014)
keluhan tersebut sudah hilang. Ini menyebabkan asupan makan pasien
bertambah baik. Tekanan darah dan suhu tubuh pasien mulai stabil pada
38
hari kedua MRS (7 Oktober 2014) hingga hari keempat intervensi (12
Oktober 2014).
Namun, setelah dilakukan tes IVP pada tanggal 13 Oktober 2014
pagi, pasien merasa mual dan tidak nafsu makan hingga hari terakhir
intervensi (14 Oktober 2014). Ini menyebabkan asupan makan tidak
memenuhi kebutuhan seharusnya yaitu hanya 66% dan 37% pada hari
kelima dan keenam intervensi. Hasil nilai ureum pasien per tanggal 14
Oktober 2014 (hari keenam intervensi) kembali meningkat yaitu 60,5
mg/dl. Nilai ureum yang meningkat ini menyebabkan rasa mual pada
pasien sehingga terjadi penurunan asupan makan. 2,7 Hari selanjutnya
pasien dirujuk ke rumah sakit lain.
Hilangnya mual pada hari kedua MRS hingga hari keempat
intervensi bisa terjadi karena adanya pengobatan ceftriaxon injeksi.
Ceftriaxon merupakan obat untuk mengobati infeksi di saluran urinary
akibat adanya batu dan psudolithiasis atau endapan di kantong empedu.
Gejala nefrolitiasis seperti mual, muntah berkurang dengan pengobatan
ini. Obat ini akan berikatan dengan ion kalsium sehingga pengendapan
dan/atau pembentukan batu di saluran ginjal maupun empedu (disebut
dengan psudolithiasis) dapat dihambat baik di anak-anak dan dewasa.17
Berdasarkan hasil tes IVP tanggal 14 Oktober 2014 menggambarkan
tidak ada pelebaran dan batu pada ureter kiri. Fungsi ekskresi ginjal
kanan menurun, sementara fungsi ginjal kiri normal. Tak tampak
hidronefrosis dan hidroureter kiri. Batu di ginjal kiri sudah hilang.
3. Perkembangan Biokimia
Selama pengamatan dan intervensi 6 hari, terjadi perubahan nilai
biokimia yang fluktuatif terutama pada nilai ureum dan kreatinin sebagai
biomarker utama untuk masalah gangguan ginjal. Hari kedua MRS (7
Oktober 2014), nilai laboratorium yang tinggi adalah kolesterol total,
asam urat, ureum, dan kreatinin. Sedangkan kadar kalsium, albumin, dan
protein total pasien lebih rendah dibandingkan nilai seharusnya.
Berdasarkan catatan hasil nilai laboratorium, terjadi perkembangan yang
baik untuk nilai asam urat, ureum, dan kreatinin. Kadar asam urat
39
semakin menurun per tanggal 8 Oktober 2014 yaitu dari 8,7 mg/dl
menjadi 8,5 mg/dl. Begitu pula dengan kadar ureum dan kreatinin dari
61,1 mg/dl dan 2,1 mg/dl, turun menjadi 56,6 mg/dl dan 2,1 mg/dl (kadar
kreatinin masih tetap), lalu turun kembali menjadi 49,5 mg/dl dan 1,9
mg/dl.
Penurunan ini terjadi karena adanya pengobatan yang sesuai
didukung dengan diet yang dianjurkan untuk pasien nefrolithiasis,
terutama asupan cairan yang tinggi. Penelitian menyebutkan bahwa
pemberian ceftriaxon dosis tinggi dalam waktu lama pada pasien
nefrolithiasis dan psudolitihiasis kantong empedu sangat dianjurkan.
Selain itu, dengan adanya infus EAS dapat memenuhi dan
menyeimbangkan kebutuhan asam amino esensial pada pasien dengan
insufisiensi ginjal akut sehingga kadar ureum dan kreatinin dapat
menurun.17
Namun, terjadi peningkatan kadar ureum drastis tanggal 14 Oktober
2014 yaitu 60,5 mg/dl. Peningkatan bisa dikarenakan asupan cairan dan
buah yang mengandung air kurang dari seharusnya sehingga kadar ureum
menumpuk di darah tanpa pengeluaran yang seimbang. Berdasarkan data
recall tanggal 13-14 Oktober pasien hanya mengasup 1,5 liter air dan
asupan buah yang hari-hari sebelumnya baik, akibat adanya mual pasien
justru tidak mengonsumsi buah dan minum. Asupan buah tidak lebih dari
4 penukar (data terlampir pada comstock).
40
BAB IV
SIMPULAN
Tn. A berusia 49 tahun masuk RSU Kabupaten Kudus tanggal 6 Oktober
2014 dengan keluhan perut nyeri sebelah kanan bawah dan kecing berdarah
(hematuri), mual dan tidak nafsu makan karena nyeri perut. Pasien mempunyai
riwayat sakit batu ginjal sejak 10 tahun yang lalu namun tidak dioperasi karena
batu masih kecil. Diagnosa sementara dari dokter adalah colic urerter destra. Hasil
tes IVP (intravena pyelografi) menyebutkan terdapat batu di ginjal kanan 0,88 cm,
batu (+) multiple di ginjal kiri dan kantong empedu.
Berdasarkan hasil asesmen, terdapat masalah gizi yaitu kelebihan asupan
protein dan tinggi purin serta perilaku pasien yang kurang baik dalam pemilihan
makanan yang tepat. Diagnosis masalah gizi yang diusulkan ada tiga yang
mencakup domain intake, klinis, dan perilaku yaitu kelebihan asupan protein (NI-
5.7.2), gangguan gizi terkait nilai kreatinin, asam urat, koleterol total, kalsium
serum (NC-2.2), dan pemilihan makanan yang tidak tepat (NB-1.7). Diagnosis
medis dari dokter ialah nefrolithiasis. Intervensi diet diberikan makanan lunak
pada hari pertama dan makanan biasa hari kedua dengan 1800 kkal, protein 46,8
gram, lemak 50 gram, karbohidrat 290,7 gram. Selain itu, pasien juga diberikan
edukasi dan konseling mengenai diet makanan yang sesuai dengan penyakit
pasien.
Hasil monitoring dan evaluasi terhadap intervensi yang diberikan
menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
fluktuatif. Hari pertama hingga keempat asupan makanan pasien baik. Namun
menginjak hari kelima setelah dilakukan tes IVP asupan makan pasien tergolong
kurang. Perkembangan nilai laboratorium profil ginjal terutama ureum dan
kreatinin juga fluktuatif. Terjadi penurunan nilai ureum dan kreatinin dari hari
pertama hingga keempat, namun hari terakhir intervensi nilai ureum kembali naik.
Tetapi tidak halnya dengan nilai kreatinin yang terus mengalami penurunan
hingga hari terakhir pasien di rumah sakit. Pasien mengalami penurunan berat
badan menjadi 69 kg pada hari terakhir intervensi.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Volp ACP, Oliveira FCE De, Alves RDM, Bressan EAEJ. Energy
expenditure : components and evaluation methods. Nutricion Hospitalaria.
2011; 26 (3): 430-440.
3. Heilberg IP, Goldfarb DS. Optimum Nutrition for Kidney Stone Disease.
Advances in Chronic Kidney Disease. 2013; 20 (20): 165-174.
7. Mehta TH, Goldfarb DS. Uric Acid Stones and Hyperuricosuria. Advances
in Chronic Kidney Disease. 2012; 19 (6): 413-418.
12. Taylor EN, Chan AT, Giovannucci EL, Curhan GC. Cholelithiasis and Risk
of Nephrolithiasis. Journal of Urology. 2012; 186 (5): 1882-1887.
42
14. Babita K, Dev YV. Evaluation of diuretic and antinephrolithiatic activity of
Cucurbita pepo seeds in experimental rats. Journal of Pharmacy
Phytheraputics. 2013; 1 (3): 19-22.
43
Lampiran 1
NO. RM : 473953
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Nama : Tn. A
ASUHAN GIZI
Jl. Dr. Lukmonohadi No. 19 Umur : 49 tahun
Telp (0291) 444001 Kudus 59348 TERSTANDAR Jenis Kelamin: Lk
INSTALASI GIZI Ruang/Kls : D2/8
B. SKRINING LANJUT
NO DESKRIPSI FAKTOR RISIKO SKOR
1 Gangguan status gizi
a. BB turun > 5% dalam 3 bulan terakhir atau asupan makan < 75% dari
kebutuhan normal minggu lalu atau kadar biokimia tidak normal atau 1
pasien kegemukan (IMT 25.1 – 30 kg/m2)
b. IMT 18.5 – 20.4 kg/m2 atau BB turun > 5% dalam 2 bulan terakhir atau
asupan makan <50% dari kebutuhan normal minggu lalu atau pasien 2
obesitas ringan (IMT 30.1 – 35 kg/m2)
c. IMT < 18.5 kg/m2 atau BB turun > 5% dalam 1 bulan terakhir atau asupan
makan < 25% dari kebutuhan normal minggu lalu atau pasien obesitas 3
sedang/berat (IMT > 35 kg/m2)
2 Kegawatan penyakit
a. Bedah minor, tonsillitis, apendiksitis, diare akut, konstipasi , infeksi
saluran kemih, katarak bukan komplikas, luka bakar ringan, infeksi ginjal
(glomerulonefritis), ISPA, rematoid arthritis, post partum, infeksi 1
kandunga, pasien ambulansi, kebutuhan gizi meningkat, dan mampu
mengonsumsi makanan oral/suplemen.
b. Dispepsia/gastritis, diare kronik, demam berdarah, anemia kronik, oedema,
struma, gondok sepsis, tumor/kanker, hemoroid, luka bakar sedang, 2
komplikasi kehamilan, gangguan syaraf, gout atritis, pasien total bed rest,
44
kebutuhan gizi meningkat, hanya mampu mengonsumsi makanan enteral
c. Gangguan jantung/komplikasi, diabetes melitus/komplikasi, hipertensi,
trauma kepala, fraktur pinggang, bedah mayor, abdomen, stroke, hepatitis,
sirosis, TBC, PPOK, AIDS, infeksi/batu empedu, batu ureter/ginjal, 3
leukemia, gagal ginjal akut/kronik, riwayat haemodialisa, transplantasi
sumsum, luka bakar berat, pasien ICU, dan atau hanya mampu
mengonsumsi makanan pareteral (cairan infus).
3 Umur > 70 tahun (geriatri) -
Total Skor 4
Skor ≥ 3, pasien berisiko malnutrisi dan memerlukan asuhan gizi terstandar
Skor < 3, pasien diskrining ulang minggu depan
NUTRISIONIS/DIETISIEN
IQLIMA SAFITRI
45
Lampiran 2
NO. RM : 473953
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
Nama : Tn. A
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ASUHAN GIZI
Jl. Dr. Lukmonohadi No. 19 Umur : 49 tahun
Telp (0291) 444001 Kudus 59348 TERSTANDAR Jenis Kelamin: Lk
INSTALASI GIZI Ruang/Kls : D2/8
IQLIMA SAFITRI
46
Lampiran 3
NO. RM : 473953
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
Nama : Tn. A
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ASUHAN GIZI
Jl. Dr. Lukmonohadi No. 19 Umur : 49 tahun
Telp (0291) 444001 Kudus 59348 TERSTANDAR Jenis Kelamin: Lk
INSTALASI GIZI Ruang/Kls : D2/8
IQLIMA SAFITRI
47
Lampiran 4
NO. RM : 473953
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
Nama : Tn. A
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ASUHAN GIZI
Jl. Dr. Lukmonohadi No. 19 Umur : 49 tahun
Telp (0291) 444001 Kudus 59348 TERSTANDAR Jenis Kelamin: Lk
INSTALASI GIZI Ruang/Kls : D2/8
1. Assessment Gizi
Riwayat Makan / Obat Pemeriksaan
Riwayat Penyakit
Bahan Makanan URT Frekuensi Fisik / Klinis
48
Lingkar Otot Lengan Atas (cm) - Asam urat 8,7 Trombosit 466↑
Tebal Lemak Bawah Kulit (mm) - Ureum 61,1 ↑ Hematocrit 41,1
Lingkar Pinggang / Panggul - Creatinin 2,1↑ Tekanan Darah 130/90
Lingkar Kepala / Dada Bayi (cm) - GD Sewaktu 121 Nadi 76
Tinggi Lutut (cm) - GD Puasa - Suhu 36
Panjang Lengan (cm) - GD 2 JPP - Pernafasan 24
Batu ginjal,
Status Gizi Awal (IMT) 25,89 Hemoglobin 13,8 ↓ Hasil USG
batu empedu
2. Diagnosa Gizi
Intake Kelebihan asupan Penurunan fungsi ginjal Kadar ureum tinggi 61,1 mg/dl, GFR
protein (NI-5.7.2) akibat terdapat batu ginjal di menurun 42,4 mL/min/1.73 m2,
kanan (0,88 cm) dan kiri kelebihan asupan protein dari
(multiple) kebutuhan seharusnya 136% pada
satu hari sebelum dan 219% dari
data FFQ lebih dari kebutuhan
Klinis Gangguan gizi terkait Penurunan fungsi ginjal Kadar kreatinin tinggi 2,1 mg/dl,
nilai kreatinin, asam akibat terdapat batu ginjal di kadar asam urat tinggi 8,7 mg/dl,
urat, koleterol total, kanan (0,88 cm) dan kiri kolesterol tinggi 214 mg/dl, kalsium
kalsium serum (NC- (multiple) serum rendah 1,96 mmol/dl
2.2)
Lingkun Pemilihan makanan Kurangnya pengetahuan Tingginya frekuensi dan jumlah
gan/ yang tidak tepat terkait gizi konsumsi makanan tinggi purin dan
3. Intervensi Gizi
Formula Rumah Sakit Formula Oral / Enteral
Zat Gizi Jenis Jumlah
Jenis Diet Frekuensi Frekuensi
E (kkal) P (g) L (g) KH (g) Formula (Porsi)
Hari pertama:
Makanan
3x makanan
lunak rendah
1800 46.8 50 290,7 utama dan 2x - - -
purin, lemak,
snack
dan kolesterol
(bubur nasi )
49
Hari kedua :
Makanan 3x makanan
biasa rendah utama dan 2x
1300 46.8 50 290,7
rendah purin, snack
lemak, dan
kolesterol
IQLIMA SAFITRI
51
Lampiran 5
52
Menu 2 (10 Oktober 2014)
53
Menu 3 (11 Oktober 2014)
54
Menu 4 (12 Oktober 2014)
55
Menu 5 (13 Oktober 2014)
56
Menu 6 (14 Oktober 2014)
57
Lampiran 6
MONITORING DAN EVALUASI SISA MAKANAN PASIEN
NAMA PASIEN : Tn. A RUANG : D1/ Km. 8
NO. REKAM MEDIK : 473 953 JENIS DIET : Makanan biasa
SISA AKHIR