Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

B DENGAN DIAGNOSA
MEDIS GASTROENTERITIS AKUT
DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA

Disusun Oleh:

ELIS TRI WULANDARI


HENDRI KRISTIYAWAN
IHDA RUSDAYANTI
LAILATI ULPAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. B dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis
Akut Di Ruang Anggrek RSUD Salatiga.
Laporan ini berisikan tentang tinjauan teori tentang Gastroenteritis Akut serta
asuhan keperawatan pada anak dengan Gastroenteritis Akut Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses
pembelajaran terutama dalam lingkup keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.

Salatiga, November 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Teori ................................................................................ 3
2.1. Konsep Dasar Penyakit ............................................................. 3
2.1.1. Definisi ................................................................................. 3
2.1.2. Klasifikasi ............................................................................ 3
2.1.3. Etiologi ................................................................................. 5
2.1.4. Pohon Masalah ..................................................................... 10
2.1.5. Manifestasi Klinis ................................................................ 11
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 11
2.1.7. Penatalaksaan Medis ............................................................ 13
2.1.8. Komplikasi ........................................................................... 15
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Efusi-
Pleura ........................................................................................ 16
2.2.1. Pengkajian ............................................................................ 16
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 20
2.2.3. Rencana Keperawatan .......................................................... 21
BAB III Penutup .......................................................................................... 30
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 30
3.2. Saran ......................................................................................... 30
Daftar Pustaka ............................................................................................. 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan penyerapan dan skresi. Diare disebabkan karena
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia
anak yang menderita diare terdapat kurang lebih 500 juta anak setiap , dan
20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara
berkembang.berhubungan dengan diare serta dehedrasi (Wong, 2008).
Departemen Kesehatan Nasional menyebutkan setiap tahunnya
100.000 balita meninggal dunia karena diare, artinya setiap hari ada 273
balita yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal
setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare
(Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehedrasi tidak
diatasi dengan baik. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri
(self limiting disease) asalkan dehedrasi dapat dicegah, karena diare
merupakan penyebab kematian (Yusuf M,2011). Pada tingkat global, diare
merupakan penyebab kedua kematian setelah pneumonia. Beban global
diare pada balita tahun 2011 berdasarkan WHO/UNICEF (2013) adalah
9,0% (760.000 balita meninggal) dan 1,0% kematian neonatus, center of
disease and prevention tahun 2013 menyatakan bahwa diare menyebabkan
801.000 kematian anak setiap tahunnya atau membunuh 2.195 anak per
harinya.
Riskesdas 2013 menyatakan bahwa insiden diare (<2 minggu terakhir
sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi, 6%
- 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% -
10,2%). Sedangkan periode prevalance diare (>2 minggu –1 bulan terakhir
sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%). Pada tahun 2013
terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten jumlah penderita
646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Sedangkan tahun 2014

4
terjadi 6 KLB diare yang tersebar di provinsi, jumlah penderita yang berada di
6 kabupaten/kota yaitu 2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR
1,14%). Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB tahun 2014
sebesar 1,14% sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1%.
Dengan demikian secara nasional,CFR KLB diare tidak mencapai target
program.
Perbaikan kondisi pasien dengan gastroenteritis akut memerlukan
penatalaksanaan yang tepat oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan di rumah sakit. Untuk itu maka perawat perlu
mempelajari tentang konsep gastroenteritis akut dan penatalaksanaannya serta
asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Maka dalam makalah ini
akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis
akut.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi gastroenteritis akut !
2. Sebutkan klasifikasi dari gastroenterits akut !
3. Sebutkan etiologi gastroenteritis akut !
4. Sebutkan manifestasi klinis dari gastroenteritis akut !
5. Jelaskan patofisiologi terjadinya gastroenteritis akut !
6. Jelaskan pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien dengan
gastroenteritis akut !
7. Jelaskan penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan
gastroenteritis akut !
8. Jelaskan komplikasi dari penyakit gastroenteritis akut !
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
gastroenteritis akut ?

5
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan definisi gastroenteritis akut.
2. Untuk menyebutkan klasifikasi dari gastroenteritis akut.
3. Untuk menyebutkan etiologi gastroenteritis akut.
4. Untuk menyebutkan manifestasi klinis dari gastroenteritis akut.
5. Untuk menjelaskan patofisiologi terjadinya gastroenteritis akut.
6. Untuk menjelaskan pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien
dengan gastroenteritis akut.
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien
dengan gastroenteritis akut.
8. Untuk menjelaskan komplikasi dari penyakit gastroenteritis akut.
9. Untuk menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
gastroenteritis akut.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Pengertian
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2012).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari
4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2014).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar
berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair,
dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2010. Hal 136).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi
atau penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya
menunjukkan gangguan yang serius.
Jadi bisa disimpulkan bahwa gastroenteritis akut (GEA) adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (tinja)
lebih dari biasanya (>3kali dalam sehari) dengan frekuensi sering dan
konsistensi encer terjadi secara tiba - tiba dalam waktu yang singkat dan
kalau tidak mendapat penanganan serius dapat menimbulkan gangguan yang
serius pada penderitanya.

7
2. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyakit utama diare. Infeksi enternal ini meliputi :

 Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,


Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis ), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
 Infestasi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides ), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida albicans )
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut ( OMA ), Tonsilofaringitis,
Bronkopneunomia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berusia dibawah usia 2 tahun
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa ), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psijkologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada hal yang lebih besar.

8
3. Patofisiologi
Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah
muntah, yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi
dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut
adalah virus (rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri
atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia
dan lain lain), serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium). Pathogen
pathogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan
enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel. Atau melekat pada dinding usus.
Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan pencernaan yang
paling sering terkena.
Sebagai akibat diare baik akut akan terjadi :
 Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa ( asidosis, metabolik, hipokarlemia
dan sebagainya ).
 Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( intake makanan kurang,
pengeluarannya bertambah.
 Hipoglikemia.
 Gangguan sirkulasi darah.

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau
melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga
meningkatkan resiko gastroenteritis, selain berpergian ke negara berkembang.
Sebagian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan
pengobatan. anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan
lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal 185).

9
4. Pathway GEA

10
5. Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makinlama makin
berubah kehijau-hijauan karena tercampur dengan cairan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya lecet dan kemerahan karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang beasal dari
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelumatau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang , mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasama dapat dibagi
menjadi dehidrasi hipotoniik, isotonik dan hipertonik.

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut (GEA) / diare
akut infeksi.

11
7. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang lazim muncul pada klien dengan gastroenteritis
menurut Betz (2009, hal 190), antaranya adalah:

 Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit


 Syok hipovalemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic,
perfusi sistemik buruk)
 Kejang demam
 Bakterimia.

8. Penatalaksanaan
1) Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :
1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah
muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,
1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1). Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

12
 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan


rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:

 Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah


 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

2) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada :
Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg
(oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-
14 hari oral atauIV).
3) Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4
mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi

13
diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan GEA


1. Pengkajian
Identitas pasien: Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku
bangsa dan pekerjaan orang tua.
1) Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB 10 kali (dehidrasi
berat). Apabila diare berlangung
2) Riwayat penyakit sekarang
 Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, dan diare.
 Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
 Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
 Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
 Diuresis terjadi oliguria.
3) Riwayat kesehatan meliputi:

 Riwayat imunisasi.
 Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.

4) Riwayat nutrisi
 Asupan makanan
 Keluhan nyeri abdomen.
 Distensi abdomen, mual, muntah.
 Berat badan biasanya turun.

14
5) Pola eliminasi
 Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
 Feses cair, mengandung lendir dan darah.
6) Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi
ringan dan sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine
(dehidrasi berat).
 Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan
berat badan 5%.
 Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%.
 Kulit : Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi
iritasi.
 Mulut/lidah : Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut
dan lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut dan
lidah sangat kering (dehidrasi berat).
 Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan
bising usus yang meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul klien Gastroenteritis adalah
sebagai berikut :

1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.


2. Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal
(diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang
terbatas.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.

15
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit,
jaringan.
5. Cemas berhubungan dengan faksot psikologis/rangsangan simpatit (proses
inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan status
kesehatan.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat
dan tidak mengenal sumber informasi

3. Intervensi
1) Diagnosa. 1
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.
Tujuan : Melaporkan penurunan frekuwensi defekasi konsistensi kembali
normal.
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.
Intervensi/Rasional
 Kaji penurunan jumlah feses, peningkatan konsistensi feses,
penurunan urgensi BAB. Rasional : Pengkajian feses membantu
mengevaluasi efektifitas agen antidiare dan pembatasan diet.
 Pertahankan lingkungan bebas bau untuk klien, pispot kosongkan
dengan segera, ganti linen yang bersih, berikan pengharum
ruangan. Rasional : bau fekal dapat menyebabkan rasa malu dan
kesadaran diri dan dapat meningkatkan stres hidup dengan PIU.
 Lakukan perawatan perineal yang baik. Rasional : Iritasi perineal
karena sering BAB berair harus dicegah.
 Turunkan aktivitas fisik selama episode diare. Rasional :
Penurunan aktivitas fisik menurunkan peristaltik usus.
 Tentukan hubungan antara episode diare dan mencerna makanan
khusus. Rasional : Mengidentifikasi makanan yang dapat
mengiritasi dapat menurunkan episode diare.

16
2) Diagnosa. 2
Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal
(diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang
terbatas.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas
normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
 Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk membedakan
distress gaster.
 Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan tekan
darah dan nadi indicator dehidarasi.
 Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit,
pengisian kapiler). Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya
dehidrasi.
 Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan. Rasional
: untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
 Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster
sehingga mencegah terjadinya muntah.
 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional :
mencegah refluks dan aspirasi antasid.
 Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam
lambung.
 Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein
merangsang produksi asam lambung.
 Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk
pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
 Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk
mengidentifikasi adanya anemia.

17
 Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik.
Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
3) Diagnosa. 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk
meningkatkan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
dan bebas malnutrisi.
Intervensi/Rasional
 Timbang Berat Badan setiap hari. Rasional : memberikan informasi
tentang kebutuhan diet
 Berikan nutrisi parenteral total (NPT), sesuai pesanan. Rasional : NPT
adalah tindakan pilihan bila terjadi penurunan berat badan,
kekurangan nutrisi dan gejala PIU berat
 Pertahankan status puasa. Rasional : Status puasa menurunkan
aktivitas.
 Berikan dukungan psikologis dan keyakinan pengistirahatan usus.
Rasional : Status puasa yang lama mengganggu baik secara sosial
maupun psikologis.
 Bantu klien untuk ambulasi dengan tiang intravena. Rasional :
Ambulasi meningkatkan rasa sejahtera klien dan membantu
mempertahankan atau memeperbaiki kondisi fisik.
4) Diagnosa. 4
Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit,
jaringan.
Intervensi/Rasional
 Ketahui nyeri klien. Rasional : dengan mengetahui dan memvalidasi
nyeri klien dapat membantu mengurangi ansietas klien, yang dapat
menurunkan menurunkan nyeri.

18
 Minta klien menetapkan 1 sampai kala 5 (1 = tidak nyeri, 5 = nyeri
hebat), dan tingkat toleransi nyerinya (1 = dapat mentoleransi, 5 = tak
dapat mentoleransi sama sekali). Rasional : penentuan skala tersebut
memberikan metode yang baik untuk evaluasi pengalaman nyeri
subjektif.
 Tentukan hubungan antara makan dan minum serta nyeri abdomen.
Rasional : Klien dapat menghubungkan makan atau minum dengan
awitan nyeri abdomen, dan dapat membatasi masukan untuk
menghindari nyeri.
 Tetapkan hubungan antara pasase feses atau flatus dan nyeri mereda.
Rasional : Nyeri tidak hilang dengan pasase feses atau flatus mungkin
tanda obstruksi usus atau peritonitis.
 Tetapkan apakah nyeri terjadi selama malam hari atau tidak. Rasional
: Kram abdomen atau keinginan tiba-tiba BAB dapat membangunkan
klien di malam hari.

5) Diagnosa 5.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ketakutan klien dapat diatasi/diminimalkan.
Kriteria hasil : dapat menjadi derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat
juga berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.
Intervensi/Rasional :
 Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurang
kontak mata, perilaku melawan/menyerang. Rasional : indicator
derajat takut yang dialami pasien mis. Pasien akan merasa tak
terkontrol terhadap situasi atau mencapai status panik.
 Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik. Rasional :
membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien menerima perasaan
yang normal dapat membantu pasien merasa kuarng terisolasi.
 Berikan terapi suortif pada pasien dan keluarga selama pengobatan.
Rasional : memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan

19
relaksasi. Dorong orang terdekat tnggal dengan pasien/ Rasional :
membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan
menjadi seorang diri.
 Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi, Diazepam, klorazepat,
alprazoplam. Rasional : sedate/tranquilizer dapat digunakan kadang-
kadang untuk menurunkan ansietas.
6) Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat dan
tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
 Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan. Rasional :
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan
pilihan berdasarkana informasi.
 Berikan informasi yang tepat. Rasional : Berat ringannya keadaan,
penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan
tindakan pengobatan.
 Identifikasi sumber stress. Rasional : Faktor psikogenik seringkali
sangat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
 Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat. Rasional :
Mencegah munculnya kelelahan.
 Instruksikan keluarga mengenai pencegahan untuk mencegah penyakit
infeksi. Rasional: untuk mencegah penyebaran penyakit
 Atur perawatan kesehatan pasca hospitalisasi. Rasional : untuk
menjamin pengkajian dan pengobatan yang continue.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Mochamad. 2017. Patofisiologi Nyeri (Pain). Volume 13. Universitas


Muhammadiyah Malang.

Hidayat, A. Aziz. 2012.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsepdan Proses Keperawatan Buku 2.Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2.Jakarta :
Salemba Medika

NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan NANDA. Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

NIC. Bulechek,et.al. 2016. Nursing Interventions Classification. Edisi Enam.


Elsevier.

NOC. Bulechek,et.al. 2016. Nursing Interventions Classification. Edisi.


Enam. Elsevier.

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. B DENGAN GASTROENTERITIS


AKUT DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA.

Tgl/Jam MRS : 28 Oktober 2019 / 17.00 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 28 Oktober 2019 / 17.30 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut
No. registrasi : 1920432xxx

I. Kasus Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : An. B
b. Tempat/tgl lahir : Salatiga, 05 – 09 – 2014
c. Umur : 5 tahun 1 bulan
d. Pendidikan : TK
e. Alamat : Purwosari 3/4 Noborejo Kec. Argomulyo
f. Agama : Islam
g. Nama Ayah/Ibu :Tn. R/ Ny. T
h. Pekerjaan Ayah : Swasta
i. Pekerjaan Ibu : IRT
j. Pendidikan Ayah : SMA
k. Pendidikan Ibu : SMA
l. Agama : Islam
m. Alamat : Purwosari 3/4 Noborejo Kec. Argomulyo
n. Suku Bangsa : Jawa

22
2. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan BAB cair 3-4x/hari selama ±7 hari.

3. Riwayat penyakit Sekarang


Ibu pasien mengatakan ±7 hari SMRS BAB 3-4x/hari. BAB cair
berwarna kuning, tidak ada ampas, tidak ada darah. Keluhan ini
disertai demam, mual, dan muntah. An. B muntah 3x/ hari. Keluhan
ini muncul sesaat setelah anaknya makan jajanan yang dibeli
disekolahnya. Kemudian ibu pasien membawa anak nya ke IGD
RSUD Salatiga. Pasien masuk di IGD pukul 16.00 WIB kemudian
pasien diperiksa lagi suhunya 36,5º C. Di IGD pasien dilakukan
tindakan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan GDS serta
diberikan terapi infuse KAEN 3 B 16 tpm mikro. Selanjutnya pasien
di bawa ke ruang rawat inap anggrek sekitar pukul 17.00 WIB. Saat
sampai di ruang anggrek pasien dilakukan pengukuran tanda-tanda
vital dengan hasil S: 36,7 ºC, N: 92 kali/menit, R: 23 kali/menit.
Pasien terpasang infus ditangan dengan cairan KAEN 3B 16 tpm
mikro pada tangan kiri. Keadaan umum tampak lemas, GCS 15 (E: 4,
M: 6, V:5), CRT: <2 detik.

4. Riwayat Masa Lampau


Keluarga mengatakan saat ibu hamil An. B tidak ada keluhan apapun,
ibu memeriksakan kehamilannya di bidan dekat rumah, selama masa
hamil tidak ada masalah kesehatan apapun, ibu hanya meminum obat
yang diberikan oleh bidan yaitu vitamin dan tablet Fe. Pasien lahir
normal di bidan, dengan kondisi baik dan menangis spontan, pasien
lahir dengan BB 3000 gram. Keluarga mengatakan pasien
sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat diare. Imunisasi pasien
lengkap yaitu HB0 didapatkan saat baru lahir, BCG usia 1 bulan,
Polio 1 usia 1 bulan, Polio 2 saat usia 2 bulan, Polio 3 saat usia 3
bulan, Polio 4 saat usia 4 bulan. DPT/HB 1 saat usia 2 bulan,

23
DPT/HB 2 saat usia 3 bulan, DPT/HB 3 saat usia 4 bulan dan
imunisasi campak saat usia 9 bulan.

5. Riwayat Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa An. B merupakan anak pertama dan
belum memiliki adik. Menurut ibu, tidak ada keluarga yang sedang
menderita penyakit serupa dengan klien dan tidak ada riwayat
penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan hipertensi.

Genogram

Keterangan:
= Laki-laki = Tinggal dalam satu rumah
= Perempuan = Pasien
= Hubungan Perkawinan

*Pasien merupakan anak ketiga dari pertama dan belum memiliki


saudara, pasien tinggal bersama ayah dan ibunya.

6. Riwayat Sosial
Pasien sekarang tinggal bersama ayah dan ibunya. Saat dikaji
pembawaan anak secara umum tampak ceria, dan periang. keluarga
mengatakan pasien merupakan anak ceria dan periang.

24
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : Gastroenteritis Akut
b. Tindakan operasi : Tidak dilakukan tindakan operasi
c. Obat-obatan :
- IVFD KAEN 3B 16 tpm mikro
- Inj. Ondansentron 2 x 1,8 mg
- L. Bio 2 x 1 Sachet (Peroral)
- L. Zinc 1 x 2 sdt (Peroral)
d. Tindakan keperawatan : Pemasangan infus
e. Hasil laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Nilai Satuan Hasil Keterangan Hasil
Normal
Leukosit 5.00-14.50 Ribu/ul 5.75 Normal
Eritrosit 3.7-5.70 Juta/ul 4.67 Normal
Hemoglobin 10.7-14.7 g/dl 12.0 Normal
Hematokrit 31-43 vol% 32.6 Normal
MCV 72-88 fl 69.9 Low
MCH 23-31 pg 25.7 Normal
MCHC 33-36 g/dl 36.8 High
Trombosit 150-450 ribu/ul 294 Normal
Golongan darah ABO O
Eosinofil % 1-5 % 2.3 Normal
Basofil % 0-1 % 0.6 High
Limfosit % 25-50 % 39.2 Normal
Monosit % 1-6 % 5.5 Normal
Neutrofil % 25-60 % 52.4 Normal

f. Hasil rontgen : Tidak ada

25
8. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Ibu mengatakan pasien lahir secara normal dengan BBL= 3000
gram. Keluarga mengatakan pasien hanya melakukan
pemeriksaan kesehatan saat sedang sakit saja. Pasien mengatakan
saat di rumah sering bermain bersama temannya di lingkungan
sekitar rumah. Keluarga mengatakan menyimpan beberapa obat
warung di rumah namun tidak selalu.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Ibu mengatakan sebelum sakit pasien menyukai semua makanan.
Saat di rumah pasien biasa makan 3 kali sehari sesuai keinginan
dan minum susu formula 2x sehari di siang dan sore, keluarga
pasien mengatakan di rumah makan di suapi oleh ibu. Keluarga
mengatakan pasien lahir dengan berat badan 3000 gram dan
sekarang pasien memiliki berat badan 15 kg.
Ketika di rumah sakit pasien menghabiskan 2-3 sendok makan
dalam satu porsi makanan. Namun tiap kali makan selalu muntah.
Muntah sebanyak 3x sehari. Pasien mengalami penurunan nafsu
makan.
c. Pola Eliminasi
Ibu pasien mengatakan ketika di rumah, pasien rutin BAB sehari
sekali pada sore hari. Ketika di rumah sakit, pasien BAB cair
berwarna kuning sebanyak 3-4x sehari.
Ibu mengatakan di rumah pasien BAK 5-7x sehari. Ketika di
rumah sakit, pasien BAK setiap 5x-6x sekali sehari.
d. Pola aktivitas-latihan
Ibu pasien mengatakan pasien mandi sendiri di rumah 2 kali
sehari pada pagi dan sore hari di kamar mandi dengan
menggunakan sabun dan shampo. Ibu pasien mengatakan
kegiatan nya pada pagi hari yaitu bersekolah di taman kanak-
kanak dan setelah pulang sekolah An. B biasanya bermain ke

26
rumah tetangga yang mempunyai anak seusia pasien pada siang
dan sore hari. Saat dikaji pasien tampak tenang, dan tidak rewel.
Masih tampak terlihat ceria dan periang seperti biasanya. Ketika
di rumah sakit untuk keperluan mandi, makan, toileting dan
berpakaian pasien dibantu sebagian oleh keluarganya.
e. Pola Istirahat-Tidur
Keluarga mengatakan saat di rumah pasien biasa tidur jam
setengah 8 malam sampai jam 6 pagi, siang tidur 1 jam dan sore
terkadang juga tidur 1 jam.
Selama di rawat di rumah sakit keluarga mengatakan pasien baru
tidur jam 10 malam dan terkadang bangun ketika perut nya terasa
mules. Siang hari pasien tidur sekitar 1 jam. Orang tua pasien
mengatakan pola tidurnya mengikuti pola tidur anaknya, jika
anaknya belum tidur maka orang tua akan menemaninya.
f. Pola Persepsi-Kognitif
Pasien nampak tenang, tidak rewel dan masih terlihat ceria serta
periang. Terkadang pasien sedikit meringis ketika perut nya terasa
sakit. Ibu pasien mengatakan anaknya mampu
mengidentifikasikan kebutuhannya seperti lapar, haus, nyeri, dan
tidak nyaman dengan cara mengungkapkan kepada orangtua nya.
g. Pola Persepsi Diri- Konsep Diri
Saat dikaji anak masih tampak tenang dan tidak rewel. Ibu pasien
mengatakan memiliki teman seusia pasien di rumah. Pasien
tampak tidak memiliki rasa takut ketika berhadapan dengan suster
ataupun dokter. Ibu berharap semoga anaknya lekas sembuh, agar
bisa segera sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Ibu
mengatakan belum mengetahui tentang penyakit diare dan cara
pencegahannya. Ibu juga tampak cemas dan selalu bertanya
tentang kondisi anaknya.

27
h. Pola Peran – Hubungan
Pasien merupakan anakpertama dan belum memiliki saudara
kandung. Jika ada masalah Ayah pasien yang akan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah yang ada. Ibu pasien selalu
ada disamping pasien. Anak tampak tergantung dengan
keberadaan ibunya, karena saat merasa sakit pasien akan
memeluk ibunya. Ibu pasien mengatakan pasien merupakan anak
yang baik di rumah. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan
swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
i. Pola Seksualitas
Tidak dikaji
j. Pola Koping-Toleransi Terhadap Stress
Saat di rawat pasien tampak tidak takut ketika didekati perawat
ataupun dokter. Pasien tampak selalu tenang karena ibunya selalu
ada mendampinginya.
k. Pola Nilai-Keyakinan
An.B selalu mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang karena
ingin segera kembali bersekolah dan bermain dengan teman-
temannya. Pasien dan keluarga beragama islam. Ibu pasien
tampak selalu menyemangati anaknya untuk semangat dan yakin
terhadap kesembuhannya.

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis
GCS : E4 M6 V5
Pasien tampak lemah
b. Tanda Vital
Suhu : 36,7ºC
N : 92x/menit, irama reguler
R : 23x/menit, irama regular

28
c. TB/BB
TB : 100 cm
BB : 15 kg
IMT : 18 (BB/TB(m)2)

d. Lingkar Kepala
LK : 46 cm
Bentuk simetris, ubun-ubun cekung, tidak ada lesi.
e. Mata
Mata simetris, mata tampak bersih, konjungtiva anemis, sclera
ikterik, kelopak mata tidak oedema, pupil isokor, gerakan bola
mata normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, mata
tampak cekung.
f. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada edema, lesi dan jaringan parut, fungsi
penghidu baik, tidak ada sekret, tidak ada nyeri sinus, tidak ada
polip.
g. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, gusi berwarna merah
muda, tidak ada perdarahan maupun pembengkakan pada gusi,
gigi berwarna putih.
h. Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat nyeri tekan tragus, tidak ada
sekret, fungsi pendengaran normal
i. Tengkuk/Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan
limfe, tidak ada peningkatan vena jugularis
j. Dada
1) Paru-paru
Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan dan kiri
sama, tidak ada jejas, suara nafas vesikuler, tidak ada suara

29
nafas tambahan, vokal fremitus dada kanan dan kiri sama,
bunyi nafas sonor, tidak ada krepitasi, taktil fremitus dada
kanan dan kiri sama
2) Jantung
Bunyi jantung pekak, irama jantung S1 S2, ictus kordis
teraba.
k. Abdomen
Perut datar, tidak ada jaringan parut, bising usus 20x/menit, tidak
ada distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan tympani saat
diperkusi, tidak teraba massa, turgor elastis.
l. Punggung
Bentuk simetris, tidak ada jejas, pergerakan kanan dan kiri sama,
suara nafas reguler, tidak ada suara nafas tambahan, vokal
fremitus kanan dan kiri sama, tidak ada krepitasi, taktil fremitus
kanan dan kiri sama
m. Genetalia
Tidak ada kelainan dan tidak ada keluhan
n. Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
Bentuk simetris, terpasang infus pada tangan kiri, terdapat
bekas suntik imunisasi pada tangan kanan, kekuatan otot 4/4,
CRT < 2 detik, terdapat reflek bisep dan reflek trisep, akral
teraba hangat, kuku jari tangan nampa kotor
2) Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris, kuku nampak kotor, terdapat reflek patella
dan babinski, kekuatan otot 4/4, akral teraba hangat, kuku jari

30
10. Pemeriksaan Perkembangan
(Penilaian berdasarkan format DDST/Denver II)
a. Kemandirian dan bergaul
- Anak mampu mengambil makan
- Anak mampu menggosok gigi tanpa bantuan
- Anak mampu bermain ular tangga
- Anak mampu memakai t-shirt
- Anak mampu menyebutkan nama teman
- Anak mampu mencuci tangan dan mengeringkan tangan
- Anak mampu berpakaian tanpa bantuan
b. Motorik halus
- Anak mampu mencontoh kotak yang ditunjukkan
- Anak mampu memilih garis yang lebih panjang
- Anak mampu mencontoh bentuk +
- Anak mampu menggambar orang 3 bagian
- Anak mampu mencontoh bentuk O
- Anak mampu menggoyangkan ibu jari
- Anak mampu membuat menara dari 8 kubus
c. Kognitif dan bahasa
- Anak mampu menghitung kubus
- Anak mampu mengetahui 2 kata sifat
- Anak mampu mengartikan 6 kata
- Anak mampu menyebut 4 warna
- Anak mampu mengerti tentang 4 kata depan
- Anak mampu bicara semua dimengerti
- Anak mampu mengetahui 4 kegiatan
- Anak mampu menyebutkan 3 benda
d. Motorik kasar
- Anak mampu berjalan tumit ke jari kaki
- Anak mampu berdiri 1 kaki 2 detik
- Anak mampu berdiri 1 kaki 3 detik

31
- Anak mampu melompat dengan 1 kaki
- Anak mampu berdiri 1 kaki 4 detik
- Anak mampu berdiri 1 kaki 5 detik

11. Informasi lain


Penghitungan Balance Cairan
Tanggal Input Output Balance Cairan
28-10-2019 Minum : 100 cc Urine : 1000 cc Input – Output
Makan : 120 cc Feses : 600 cc = 1720 – 1800
Infus : 1500 cc Muntah : 120 cc = -100
+ IWL : 120 cc
1720 cc +
1820 cc
29-10-2019 Minum : 120 cc Urine : 1100 cc Input – Output
Makan : 120 cc Feses : 500 cc = 1720 – 1780
Infus : 1500 cc Muntah : 60 cc = -40
+ IWL : 120 cc
1740 cc +
1780 cc
30-10-2019 Minum : 250 cc Urine : 1500 cc Input – Output
Makan : 300 cc Feses : 150 cc = 1800 – 1770
Infus : 1250 cc Muntah : 0 cc = +30
+ IWL : 120 cc
1800 cc +
1770 cc

32
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Nama : An. B No.RM : 1920432xxx
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut
No Hari/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
Tanggal/Jam
1 Senin/ 28 DS: Kekurangan Makanan dan Kekurangan
Oktober 2019/ - Ibu mengatakan An. volume minuman volume cairan
17.40 WIB B sejak ± 7 hari cairan yang berhubungan
SMRS BAB cair terkontamina dengan diare
berwarna kuning, si oleh cair dan
tidak ada ampas, bakteri muntah
muntah sehari 3x
yang disertai demam Dikonsumsi
dan penurunan nafsu oleh anak
makan.
DO: Infeksi pada
 Mukosa bibir dan usus
kulit tampak kering
 Turgor kulit <2 Muntah dan
detik mencret
 Tanda-tanda vital:
S: 36,7ºC, N: 92 Kekurangan
x/menit, R: 23 volume
x/menit cairan

 Keadaan umum
tampak lemah, GCS Diare

15 (E: 4, M: 6, V:5) (dehidrasi

 Tampak terpasang ringan)

infus KAEN 3B 16
tpm mikro di tangan

33
kiri
2 Senin/ 28 DS: Ketidaksei Mual & Ketidakseimb
Oktober 2019/- Ibu pasien mengatakan mbangan muntah angan nutrisi
17.40 WIB pasien minum susu nutrisi kurang dari
hanya sedikit, makan kurang dari Mortilitas kebutuhan
hanya 3 sendok saja, kebutuhan usus tubuh
tiap kali makan selalu tubuh meningkat berhubungan
muntah, mual dan dengan mual,
muntah 3x/hari, nafsu Sekresi asam muntah
makan berkurang. lambung
- DO: menurun
- Pasien tampak tidak
nafsu makan dan Haus ingin
minum susu hanya minum
sedikit.
- Pasien tampak Rongga usus
muntah tiap kali penuh dengan
makan air
- Tanda-tanda vital:
S: 36,7ºC, N: 92 Perut terasa
x/menit, R: 23 penuh
x/menit
BB : 15 kg Tidak selera
TB : 100 cm makan
IMT : 18 kg/m²
- Keadaan umum Ketidakseimb
tampak lemah, GCS angan nutrisi
15 (E: 4, M: 6, V:5) kurang dari
kebutuhan
tubuh

34
3 Senin/ 28 DS: Kurang Anak diare Kurang
Oktober 2019/ - Ibu mengatakan pengetahun pengetahuan
17.40 WIB belum mengetahui Ibu belum ibu tentang
dengan jelas tentang mengetahui penyakit
penyakit diare dan tentang berhubungan
cara pencegahan. penyakit dengan
DO: keterbatasan
- Ibu tampak Ibu tampak informasi
cemas cemas &
- Ibu selalu bertanya
bertanya tentang
keadaan Keterbatsan
anaknya informasi

Kurang
pengetahuan

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare cair dan
muntah
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah
3) Kurang pengetahuan ibu tentang penyakit berhubungan dengan
keterbatasan informasi

35
C. Intervensi Keperawatan
Nama : An. TB No.CM : 1920432xxx
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut
N Tgl/Jam Dx.Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
o (NOC)
1 Senin/ 28 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan cairan oral dan
Oktober volume keperawatan selama 3 x 24 parenteral sesuai dengan
2019/ cairan b.d jam diharapkan kebutuhan program rehidrasi
18.00 diare cair dan cairan terpenuhi dengan 2. Pantau intake dan output
WIB muntah dengan Kriteria Hasil: 3. Timbang BB anak setiap
 Tidak ada tanda-tanda hari
dehidrasi 4. Kaji warna kulit anak,
turgor kulit, tingkat
kesadaran, dan membran
mukosa.
5. Kaji tanda-tanda vital,
tanda/gejala dehidrasi dan
hasil pemeriksaan labor.
6. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
farmakologi
2 Senin/ 28 Ketidakseimb Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB anak
Oktober angan nutrisi keperawatan selama 3 x 24 setiap hari
2019/ kurang dari jam diharapkan kebutuhan 2. Jaga kebersihan mulut
18.15 kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan pasien
WIB tubuh kriteria hasil terjadi 3. Berikan makanan
berhubungan peningkatan berat badan sedikit tapi sering
dengan mual, pada anak setiap 2-3 jam
muntah 4. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi

36
5. Instruksikan keluarga
dalam memberikan diet
yang tepat

3 Senin/28 Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pengetahuan


Oktober pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 ibu tentang penyakit
2019/ ibu tantang jam diharapkan keluarga diare.
18.30 penyakit akan mengerti tentang 2. Berikan pendidikan
WIB berhubungan penyakit dan pengobatan kesehatan tentang
dengan anaknya, serta mampu penyakit diare
keterbatasan mendemonstrasikan 3. Ajari cara hidup sehat
informasi perawatan anak diare 4. Kolaborasi dengan
dirumah. Dengan kriteria kesehatan lain untuk
hasil : informasi lebih lanjut
- Ibu 5. Ajarkan cara
mengungkapkan pencegahan diare
pemahaman dengan
tentang mempraktekkan cuci
penyakitnya. tangan yang benar
dengan sabun.
(Intervensi 1-5 berdasarkan
jurnal Upaya Pencegahan
Diare Berulang Pada Anak
Usia Todler (2017):
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta).
6. Ajarkan keluarga cara
pembuatan larutan gula
garam/oralit.

37
D. Implementasi Keperawatan
Nama : An. B No.CM : 1920432xxx
Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon Ttd


Jam Dx
Senin/28 1. Memberikan cairan oral S:
Oktober dan parenteral sesuai - Ibu mengatakan anaknya
2019/ dengan rehidrasi masih BAB 3-4x sehari,
18.10 2. Memantau intake dan BAB cair, tidak ada
WIB output ampas, feses berwarna
3. Menimbang BB anak kuning.
setiap hari - Ibu mengatakan An. B
4. Mengkaji warna kulit, tidak nafsu makan.
turgor kulit, tingkat Muntah tiap kali makan.
kesadaran, dan mukosa Makan hanya 2-3 sendok
1 bibir saja. Mual (+)
5. Berkolaborasi dengan O:
dalam pemberian terapi - pasien tampak lemah
farmakologi - mata tampak cekung
- mukosa bibir dan kulit
kering
- Turgor kulit <2 detik
- Tanda-tanda vital:
S: 36,7ºC
N: 92x/menit
RR : 23x/menit
Senin/28 1. Menimbang BB anak S:
Oktober 2 setiap hari - Ibu pasien mengatakan
2019/ 2. Mengkaji kebersihan anaknya tidak nafsu

38
18.20 mulut anak makan, makanan yang
WIB 3. Memberikan makan dimakan selalu
sedikit tapi sering tiap 2- dimuntahkan, muntah
3 jam 3x/hari.
4. Meningkatkan asupan O:
cairan dan nutrisi - An. B tampak lemas
5. Mengkaji intake dan - BB 15 kg
output klien - BAB 3-4x/hari
6. Memberikan pendidikan - Mukosa bibir kering
kesehatan tentang cara - Kulit tampak kering
mencuci tangan yang
benar dengan sabun
Senin/28 1. Observasi pengetahuan S:
Oktober ibu tentang penyakit - Ibu mengatakan belum
2019/ diare. mengetahui dengan jelas
18.30 2. Berikan pendidikan tentang penyakit diare
WIB kesehatan tentang dan cara pencegahan.
penyakit diare - Ibu mengatakan sudah
3. Ajari cara hidup sehat diajarkan cara mencuci
4. Kolaborasi dengan tangan tapi belum begitu
kesehatan lain untuk paham.
3 informasi lebih lanjut O:
5. Ajarkan cara pencegahan - Ibu tampak cemas
diare dengan - Ibu selalu bertanya
mempraktekkan cuci tentang keadaan anaknya
tangan yang benar
dengan sabun.
6. (Intervensi 1-5
berdasarkan jurnal
Upaya Pencegahan Diare
Berulang Pada Anak

39
Usia Todler (2017):
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta).
7. Ajarkan keluarga cara
pembuatan larutan gula
garam/oralit.
Selasa/29 1. Memberikan cairan oral S:
Oktober dan parenteral sesuai - Ibu mengatakan bahwa
2019/ dengan rehidrasi pasien masih sering
14.30 2. Memantau intake dan BAB namun frekuensi
WIB output BAB sedikit berkurang
3. Menimbang BB anak menjadi 3x/hari dan
setiap hari pasien masih lemas
4. Mengkaji tanda-tanda O:
vital - pasien tampak lemah
1
5. Mengkaji warna kulit, - mata tampak cekung
turgor kulit, tingkat - mukosa bibir dan kulit
kesadaran, dan mukosa kering
bibir - Turgor kulit <2 detik
6. Berkolaborasi dengan - Feses tampak cair
dalam pemberian terapi - Tanda-tanda vital:
farmakologi S: 36,5ºC
N: 102x/menit
RR : 24x/menit
Selasa/29 1. Menimbang BB anak S:
Oktober setiap hari - Ibu pasien mengatakan An.
2019/ 2 2. Memberikan makan B sudah mau makan tapi
14.45 sedikit tapi sering tiap 2- jumlahnya masih sedikit.
WIB 3 jam Frekuensi muntah

40
3. Meningkatkan asupan berkurang hanya 1x/hari.
cairan dan nutrisi - O:
4. Mengkaji intake dan - An. B masih tampak
output klien lemas
5. Memberikan pendidikan - BB 15,2 kg
kesehatan tentang cara - An. B tampak makan
mencuci tangan yang disuapi oleh ibunya.
benar dengan sabun
Selasa/29 1. Observasi pengetahuan S:
Oktober ibu tentang penyakit Ibu mengatakan sudah
2019/ diare. paham dan sudah bisa
15.00 2. Berikan pendidikan mempraktikkan cara
WIB kesehatan tentang mencuci tangan yang benar.
penyakit diare O:
3. Ajari cara hidup sehat - Ibu tampak mengerti
4. Kolaborasi dengan dengan informasi yang
kesehatan lain untuk diberikan oleh perawat
informasi lebih lanjut - Ibu tampak bisa
5. Ajarkan cara pencegahan mempraktikkan cara
3 diare dengan mencuci tangan yang
mempraktekkan cuci benar
tangan yang benar
dengan sabun.
6. (Intervensi 1-5
berdasarkan jurnal
Upaya Pencegahan Diare
Berulang Pada Anak
Usia Todler (2017):
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta).

41
7. Ajarkan keluarga cara
pembuatan larutan gula
garam/oralit.
Rabu/30 1 1. Memberikan cairan oral S:
Oktober dan parenteral sesuai - Ibu mengatakan bahwa
2019/ dengan rehidrasi pasien hanya BAB
08.30 2. Memantau intake dan 1x/hari. Konsistensi
WIB output feses sedikit cair, banyak
3. Menimbang BB anak ampasnya.
setiap hari O:
4. Mengkaji tanda-tanda - pasien tampak segar
vital - Tanda-tanda vital:
5. Mengkaji warna kulit, S: 36,2ºC
turgor kulit, tingkat N: 104x/menit
kesadaran, dan mukosa RR : 23x/menit
bibir
6. Berkolaborasi dengan
dalam pemberian terapi
farmakologi
Rabu/30 1. Menimbang BB anak S:
Oktober setiap hari - Ibu pasien mengatakan An.
2019/ 2. Memberikan makan B sudah mau makan dan
08.40 sedikit tapi sering tiap 2- minum, muntah sudah tidak
WIB 3 jam ada, pasien juga dapat
2 3. Meningkatkan asupan menghabiskan 1 porsi
cairan dan nutrisi. makanan yang disediakan.
- O:
- BB 15,4 kg
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit lembab

42
- An. B tampak
menghabiskan 1 porsi
makanannya.

43
E. Evaluasi Keperawatan
Nama : An. B No.CM : 1920432xxx
Umur : 5tahun Diagnosa Medis : Diare
No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
Dx
1 Senin/28 Oktober S : Ibu pasien mengatakan bahwa
2019/18.30 WIB anaknya masih BAB 3-4x/hari, tubuhnya
lemah dan tidak nafsu makan. Ibu
mengatakan anaknya muntah 3x/hari.
O:
- Anak tampak lemas
- Mata tampak cekung
- Mukosa mulut, bibir, dan kulit kering
- Turgor kulit <2 detik
- Feses cair
- BAB: 15 kg
- Suhu: 36,70 C
- Nadi: 92x/menit
- RR: 23x/menit
A : Masalah kekurangan volume cairan
belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
2 Senin/28 Oktober S : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
2019/18.45 WIB nafsu makan, makanan yang dimakan
selalu dimuntahkan, muntah 3x/hari. Ibu
mengatakan belum paham tentang cara
mencuci tangan yang benar.
O:
- An. B tampak lemas

44
- BB: 15 kg
- BAB 3-4x/hari
- Mukosa bibir tampak kering
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
3 Senin/28 Oktober S: Ibu mengatakan belum mengetahui
2019/19.00 WIB dengan jelas tentang penyakit diare dan
cara pencegahan.
O:
- Ibu tampak cemas
- Ibu selalu bertanya tentang keadaan
anaknya
A: Masalah kurang pengetahuan ibu
tentang penyakit belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd


Dx
1 Selasa/29 Oktober S : Ibu pasien mengatakan bahwa
2019/14.40 WIB frekuensi BAB anaknya sedikit
berkurang yaitu 3x/hari, namun pasien
masih lemas.
O:
- Anak tampak lemas
- Mata tampak cekung

45
- Mukosa bibir dan mulut tampak
kering
- Turgor kulit <2 detik
- Feses cair
- Suhu: 36.50 C
- Nadi: 102x/menit
- RR: 24x/menit
A : Masalah kekurangan volume cairan
teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
2 Selasa/29 Oktober S : Ibu pasien mengatakan An. B sudah
2019/14.50 WIB mau makan tapi jumlahnya masih sedikit.
Frekuensi muntah berkurang hanya
1x/hari. Ibu mengatakan sudah paham
dan sudah bisa mempraktikkan cara
mencuci tangan yang benar.
O:
- An. B masih tampak lemas
- BB 15,2 kg
- An. B tampak makan disuapi oleh
ibunya.
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
3 Selasa/29 Oktober S: Ibu mengatakan sudah paham dan
2019/15.00 WIB sudah bisa mempraktikkan cara mencuci
tangan yang benar.

46
O:
- Ibu tampak mengerti dengan
informasi yang diberikan oleh
perawat
- Ibu tampak bisa mempraktikkan cara
mencuci tangan yang benar
A: Masalah kurang pengetahuan ibu
tentang penyakit teratasi

P: Intervensi dihentikan

No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd


Dx
1 Rabu, 30 Oktober S : Ibu mengatakan bahwa pasien hanya
2019/ BAB 1x/hari. Konsistensi feses sedikit
cair, banyak ampasnya.
O:
- pasien tampak segar
- Tanda-tanda vital:
S: 36,2ºC
N: 104x/menit
RR : 23x/menit
A : Masalah kekurangan volume cairan
teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pulang
2 Rabu, 30 Oktober- S : Ibu pasien mengatakan An. B sudah
2019 mau makan dan minum, muntah sudah
tidak ada, pasien juga dapat
menghabiskan 1 porsi makanan yang

47
disediakan.
- O:
- BB 15,4 kg
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit lembab
- An. B tampak menghabiskan 1 porsi
makanannya.
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pulang

48
II. Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kususma. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC.
Jilid 2. Yogyakarta : Medi Action Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI

49

Anda mungkin juga menyukai