Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN

Pasien Dengan Gastroenteritis (diare) Pada An. A Di Ruang Theresia

Rumah Sakit Santo Antonio Baturaja.

DISUSUN OLEH:

AYU TATANIA PRATAMA,Amd.Kep

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperwatan Pasien Dengan Gastroenteritis (diare) Pada An.A Di Ruang


Theresia Rumah Sakit Santo Antonio Baturaja.
Periode pengambilan data : 3 Hari

Kepala Ruangan Pembimbing CI

( ) ( )

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul”Asuhan Keperawatan Gastroenteritis
(diare) Pada An.A Di Ruang Theresia Rumah Sakit Santo Antonio
Baturaja”.Penulis menyadari dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung ataupun tidak langsung telah mendukung proses penulisan
laporan ini sehingga membawa hasil yang diharapkan, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih terhadap seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan.
Namun penulis tetap berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
keilmuan bagi pembaca khususnya dalam bidang keperawatan anak.

Baturaja, 6 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN 2
BAB II TINJAUAN TEORI4
A. KONSEP MEDIS 4
1. Definisi 5
2. Anatomi Fisiologi 5
3. Klasifikasi 7
4. Faktor Risiko 8
5. Etiologi 8
6. Patofisiologi 10
7. Manifestasi Klinis 11
8. Komplikasi 12
9. Penatalaksanaan 13
B. ILUSTRASI KASUS 15
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 16
1. Pengkajian Keperawatan 16
2. Diagnosis Keperawatan 23
3. Rencana Keperawatan 25
4. Tindakan Keperawatan 28
5. Evaluasi
Keperawatan...........................................................................31

DAFTAR PUSTAKA 43

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis (diare) telah menjadi permasalahan utama di
negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, selain sebagai
penyebab kematian diare juga menjadi penyebab utama kurang gizi yang
bisa menimbulkan kematian serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare
disebabkan oleh bakteri melalui kontaminasi makanan dan minuman yang
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita. Selain itu,
faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah air,
higiene sanitasi makanan, jamban keluarga, dan air (Melvani et al., 2019
dalam Tuang, 2021).
Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian kedua pada
anak di bawah lima tahun dan mengakibatkan kematian sekitar 525.000
anak setiap tahunnya. Diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat
mengakibatkan dehidrasi air dan garam yang diperlukan untuk bertahan
hidup. Sekarang, penyebab lain seperti infeksi bakteri kemungkinan akan
menyebabkan peningkatan proporsi kematian terkait diare dan anak-anak
yang kekurangan gizi atau memiliki kekebalan yang terganggu serta orang
yang hidup dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) paling berisiko
mengalami diare yang mengancam jiwa (WHO, 2017).
Di Indonesia sendiri, diare merupakan salah satu penyebab
kematian kedua terbesar pada balita setelah Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA), sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah
masyarakat Indonesia. Prevalensi diare pada balita di Indonesia juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya, Berdasarkan Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2021, menunjukkan keseluruhan
14% anak balita mengalami diare. Prevalensi diare tertinggi terjadi pada
anak dengan umur 6-35 bulan, karena pada umur sekitar 6 bulan anak
sudah tidak mendapatkan air susu ibu, dan Prevalensi diare berdasarkan

1
jenis kelamin tercatat sebanyak 8.327 penderita laki laki, dan 8054
penderita perempua.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 juga
menyatakan prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan
sebesar 6,8% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala yang
pernah dialami sebesar 8%.Kelompok umur dengan prevalensi diare
(berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan) tertinggi yaitu pada kelompok
umur 1-4 tahun sebesar 11,5%, dan pada bayi sebesar 9%. (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas terkait
asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan
masalahgastroenteritis (diare), dan untuk mengembangkan kemampuan
penulis dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam bidang
keperawatan anak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk memahami
konsep dasar serta asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
gastroenteritis (diare).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini yaitu meliputi:
a. Mengetahui definisi dari gastroenteritis (diare).
b. Mengetahui Anatomi Fisiologi gastroenteritis (diare).
c. Mengetahui Klasifikasi gastroenteritis (diare).
d. Mengetahui Faktor Risiko gastroenteritis (diare).
e. Mengetahui Etiologi gastroenteritis (diare).
f. Mengetahui Patofisiologi gastroenteritis (diare).
g. Mengetahui manifestasi klinis gastroenteritis (diare).
h. Mengetahui komplikasi gastroenteritis (diare).
i. Mengetahui Komplikasi gastroenteritis (diare).
j. Mengetahui Penatalaksanaan gastroenteritis (diare).

2
k. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien gastroenteritis
(diare).

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gastroenteritis (diare).

Gastroenteritis (Diare) merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda


adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3
kali dalam satu hari (Ratna & Husna Arfah, Reynaldi, 2022).
Gastroenteritis (Diare) merupakan penyakit yang ditandai dengan
berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara
berlebihan (lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari (Wahyuni Dwi
Fitrah, 2021).Diare merupakan penyakit dimana seseorang mengalami
perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair dari biasanya dan frekuensi
lebih dari tiga kali dalam waktu 24 jam (Astri, 2019).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestina
yang di sebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit
yang patogen. Gastroenteritis juga sebagai peradangan yang terjadi pada
lambung, usus halus, usus besar yang disebabkan oleh infeksi makanan
yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan
frekuensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang
disertai dengan mual muntah (Yulia, Siri, & Abdul, 2022).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Gastroenteritis (diare)adalah inflamasi pada daerah lambungyang di
sebabkan oleh bakteri dan bermacam-macam,virus serta parasit atau faktor
lainnya, dengan ditandai adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari
tinja yang melembek sampai mencair serta bertambahnya frekuensi buang
air besar lebih dari 3 kali dalam satu hari..

B. Anatomi FisiologiGastroenteritis (diare).


Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ
aksesoris, secara otomatis. Saluran pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu
saluran pencernaan atas yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian

4
distal, dan organ aksesoris atas terdiri atas hati, kantung empedu, dan
pancreas (Hidayat,2006 dalamUtami putri, Suprida, 2022).
a) Anatomi
Menurut sodikin (2017) anatomi saluran pencernaan adalah sebagai
berikut :
1) Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan, mulut di
batasi oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorus
bagian atasnya terdapat platum yang memisahkannya dari hidung
dan bagian atas faring, Rongga mulut merupakan bagian permulaan
tarctus gastrointestinal. Dasar rongga mulut terdiri dari mandibula
(rahang bawah), lidah, regio submandibularis. Di dalam mulut
terdapat lidah yang merupakan organ otot yang melapisi mukosa,
membantu dalam proses mengunyah (mastikasi), menelan
(deglution) bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat
kelenjar air pertama yaitu: glandula parotis, glandula submaksilaris.
Selain lidah terdapat pula gigi yang merupakan salah satu alat
bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat pengunyah
dan bicara.
2) Kerongkongan (esofagus)
Merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari kartilago krikoid
sampai bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah selama 3
tahunsetelah kelahiran, selanjutnya kecepatan pertumbuhan lebih
lambat mencapai panjang dewasa yaitu 23-30 cm.
3) Lambung
Lambung merupakan bagian terbesar dari tractus gastrointestinal
dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ j “
terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen di
bawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan
secara kimiawi, sebagai bacterisisd oleh asam lambung HCL
danmembantu proses penyembuhan eritrosid.

5
4) Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus
sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga
abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang
lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi:
a. Duodenum
Di sebut juga usus dua belas jari. Panjangnya kira-kira 20 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan
ini terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat selaput lendir
yaitu papila vateri. Dinding dudenum mempunyai lapisan
yang banyak mengandung kelenjar yang berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum yang di sebut kelenjar
brunner.
b. Yeyenum dan ileum
Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan yeyenum dan ileum
merekat pada dinding abdomen posterior lipatan peritonium
yang dikenal sebagai mesentrum. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan sekum dengan perantara lubang
orifisium ileosinkalis. Fungsi dari usus halus antara lain
menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna, menyerap
protein dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat
dalam bentuk emulasi lemak
5) Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun
seperti huruf “U” terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya
kurang lebih 140 cm. Usus besar terdiri dari colon asenden, colon
tranversum, colon desenden dan sigmoid. Fungsi usus besara
adalah untuk absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk
masa yangsemisolid (lembek) di sebut feses.
6) Hepar
Hati merupakan gladula paling besar dalam tubuh dan memiliki
berat 1.300-1.500 gram. Hepar berwarna merah coklat, sangat
vascular dan lunak.

6
7) Pankreas
Terletak tranversal diperut bagian atas, antara duodenium dan
limpa dalam retroperitonium.
8) Peritonium
Merupakan membrane serosa yang tipis, licin dan lembab yang
melapisi ringga peritoneum dan banyak organ perut seperti cavum
abdomen dan pelvis.
b) Fisiologi
Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas rangkaian proses
memakan (ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaa.
Getah pencernaan membantu pencernaan atau digesti makan hasil
pencernaan dan akan diserap ke dalam tubuh berupa zat gizi, proses
sekresi, digesti dan absorbsi terjadi secara berkesinambungan pada
saluran pencernaan, mulai dari atas yaitu mulut sampai ke retume.
Mastikasi merupakan proses pengunyahan atau pemecahan partikel
makanan yang besar oleh gigi dan mencampur makanan, kemudian
dilembabkan oleh grandula salivary untuk membentuk bolus (masa
berlapis saliva). Menelan (deglutisi) merupakan suatu respon reflek
yang disebabkan oleh implus aferen di dalam nervus trigenus,
glosofaringeus dan vagus. Defekasi sebagian bersifat reflek dan
sebagian lain merupakan aktivitas volunteer (Nadia, Amalia, & Saragih,
2022).

C. KlasifikasiGastroenteritis (diare).
Menurut Wahyuni Dwi Fitrah, (2021) diare dibedakan menjadi tiga
macam masing-masing mencerminkan patogenesis berbeda dan
memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya, berikut
klasifikasi diare :
1. Diare akut (gastroenteritis akut)
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari tujuh hari) dengan disertai
pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin disertai

7
muntah dan panas. Diare akut (berlangsung kurang dari tiga
minggu.Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal-oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar.
2. Disentri
Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam
feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama
disentri akut yaitu Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni,
dan penyebab yang jarang ditemui adalah E. Coli enteroinvasife atau
Salmonell. Pada orang dewasa muda, disentri yang serius disebabkan
oleh Entamoeba hislytica, tetapi jarang menjadi penyebab disentri pada
anak-anak.
3. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair
atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan
yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga
berisiko mengalami dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan oleh
penyebab mikroba tunggal, E. Coli enteoaggregatife, Shigella, dan
Cryptosporidium, mungkin penyebab lain berperan lebih besar.

D. Faktor Risiko dan Etiologi Gastroenteritis (diare).


Gastroenteristis (diare) jugadikibatkan oleh banyak faktor,
diantaranya karena kurang memadainya kesehatan suatu lingkungan, gizi
yang kurang baik. Selain itu, gastroenteristis bisa terjadi karena makanan
yang kurang ataupun makanan yang diolah dengan cara yang tidak
higienis dan terkontaminasi bakteri penyebab gastroenteritis(Rahma
Fatkhur Handono, Widoyo Slamet, 2016).
Menurut (Anggraeni Rima Dewi, 2017)ada beberapa faktor penyebab
Gastroenteritis (diare) yaitu :
1. Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali derngan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang

8
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yangdapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas
dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
intestinal dalam absorpasi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri
juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus,
sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorbsi Merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian
akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Faktor Makanan
Faktor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan seperti : makanan basi, beracun, dan alergi terhadap
makanan.
4. Faktor Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk juga berpengaruh terhadap
terjadinya diare. Interaksi antar gen, penyakit dan tuan rumah dan
faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu
diperhatikan dalam penanggulangan diare. peranan faktor lingkungan
(air, ekserta, makanan, lalat, dan serangga lain), enterobakteri, parasit
usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik
dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai
penyebab penyakkit diare
5. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik khusus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan
makanan seperti : rasa takut dan cemas.

9
E. Patofisiologi Gastroenteritis (diare).
Diare disebabkan oleh mikroorganisme yaitu seperti bakteri, virus dan
protozoa. Eschericia coli enterotoksigenic, shigella, compylobacterjejuni,
dan crytosoridium sp merupakan mikroorganisme tersering penyebab
diare, Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel-sel epitel tersebut.
Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum
matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum optimal. Selanjutnya, vili-
vili usus halus mengalami atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya
cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan mkanan yang tidak terserap
akan terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat.
Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus Cairan
dan makanan yang tidak diserap tadi akan terdorong keluar melalui anus
dan terjadilah diare(Astri, 2019)
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin tersebut yang mengakibatkan hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Titik Lestari,2016 dalam
Tuang, 2021).
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan
absorbsi air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan

10
adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi
dan elektrolit oleh usus halus, serta absorbsi air menjadi terganggu. Selain
itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Pada
manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan dan elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbangan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis), hal ini terjadi karena kehilangan Na bikarbonat
bersama feses. Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare
berat adalah dehidrasi, Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan
renjatan syok hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara
volume darah dan ruang vaskular, faktor yang menyebabkan terjadinya
disparitas pada gastroenteritis adalah karena volume darah berkurang
akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh.

F. Manifestasi Klinis Gastroenteritis (diare).


Menurut Astri, (2019)pada penderita gastroenteritis menimbulkan
tanda dan gejala yaitu: mata klien tampak cekung,turgor kulit tidak elastis,
nafsu makan menurun, suhu badanmeningkat, klien tampak gelisah dan
cemas, terjadinya mual muntah, membran mulkosa pada klien kering,
anoreksia, konsistensi BAB cair dan pada bayi ubun-ubun besar
cekung.Sedangkan menurut Utami & Luthfiana, (2016) gejala-gejala yang
ditunjukan penderita gastroenteritis antara lain :Turgor kulit berkurang,
BB menurun, Mukosa mulut kering, Nadi yang cepat, Detak jantung
kencang,Tekanan darah menurun,Kesadaran yang menurun, Muka pucat
dan nafasnya cepat, BAB lebih dari 4x dan Suhu tubuh meningkat.
Tanda gejala lain dari penderita Gastroenteritis (diare)
yaitu :Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul BAB. Feses makin cair mungkin mengandung
darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu. Akibat seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya

11
menjadi lecet karena sifat feses makin lama makin asam, hal ini terjadi
akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah terjadi. Apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan
turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit
berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat
kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan
2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%),
dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi
berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%) :
Menurut Noerrasid, (2016) dalam Astri, (2019). Pada anak yang
mengalami BAB tanpa dehidrasi (kekurangan cairan) tanda tandanya:
1) berak cair 1-2 kali sehari
2) muntah
3) nafsu makan tidak berkurang
4) masih ada keinginan bermain.
Pada anak yang mengalami BAB dengan dehidrasi berat tanda-tandanya :
1) berak cair terus – menerus
2) muntah terus-menerus, haus
3) mata cekung, bibir kering dan biru
4) tangan dan kaki dingin, lemah
5) tidak ada nafsu makan
6) Tidak keinginan bermain
7) Tidak BAK selama 6 jam

G. Komplikasi Gastroenteritis (diare).


Komplikasi gastroenteritis menurut Suryadi (2016) dalam Wasliah
Indah, Syamdarniati, (2020)adalah sebagai berikut: Kekurangan volume
cairan (ringan, sedang, dan berat), Cardic dysrhythimias akibat
hypokalemia dan hipokalsemia, Demam, Asidosis metabolik, Hipokalemia

12
(ditandai dengan kelemahan otot, bradikardi, perubahan elektro
kardiogram), Hipokalsemia, Intoleransi laktosa, Kejang dan Mutah.

H. Penatalaksanaan Gastroenteritis (diare).


Dasar pengobatan diare menurut Arsi Ranida, (2022)adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi, berikan minum melalui oral satu gelas setelah
defekasi atau diberi cairan oralit satu sendok teh setiap satu atau
dua menit.
b. Dehidrasi ringan, satu jam pertama 25 sampai 50ml/kgbb diberikan
melalui melalui oral; selanjutnya 125 ml/kgbb diberikan melalui
melalui oral.
c. Dehidrasi sedang, satu jam pertama 50 sampai 100 ml/kgbb
diberikan secara melalui oral; selanjutnya 125 ml/kgbb diberikan
secara melalui oral.
d. Dehidrasi berat,, satu jam pertama 100 sampai 200ml/kgbb,
diberikan melalui oral; selanjutnya 125ml/kgbb diberikan secara
oral
Menurut suraatmaja, (2010) pengobatan pada Gastroenteritis yaitu:
1) Penggantian cairan secara intravena
2) Mengistirahatkan usus paling sedikit selam 24 jam
3) Pemberian maknan secara bertahap, di mulai dengan makan cair, yang
encer atau susu di encerkan sampai 1/5. Baru pada hari ke tiga atau ke
lima penderita mendapat makanan seperti biasanya.

Saat ini world healt organization (WHO) menganjurkan empat hal


utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare,
yaitu:
1) Penggantian cairan (rehidrasi), cairan di berikan secara oral untuk
mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi bila sudah terjadi.
2) Pemberian makan terutama ASI, selam diare dan pada masa
penyembuhan di teruskan
3) Tidak menggunakn obat anti diare

13
4) Memberikan petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang:
Bagaiman membuat oralit dan cara memberikannya, Tanda-tanda
yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali
berobat dan mendapat pengawasan medik yang lebih baik.Metoda
yang efektif untuk mencegah terjadinya diare Pemberian Obat obatan,
seperti Antiemetik.
Menurut Hidayat, (2006) penatalaksanaan cairan/rehidrasi, yaitu:
tindakan yamg dilakukan berdasarkan tingkat atau derajat dehidrasi.
Apabila terjadi dehidrasi ringan sampai sedang dapat dilakukan
rehidrasi secara oral dengan memberikan cairan pedialyte, ricelite
kemudian meningkat ke makanan biasa untuk anak yang mudah di
cerna seperti pisang, nasi, roti bakar, dan ASI. Ada dua tipe pemberian
cairan, yaitu pemberian formula lengkap yang mengandung NaC,
KCL, dan glukosa. dan formula sederhana yang mengandung NaCl
dan sukrosa.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pasien usia 11 bulan datang ke IGD bersama orang tuanya Pada Tanggal 6
april 2023,pukul 18.57 WIB dengan kesadaran composmetis.Hasil pengkajian di
IGD orang tua mengatakan anak BAB Cair sejak 3 hari yang
lalu ,mual,muntah,demam sejak pagi.Terapi dokter di IGD sbar dokter spesialis :
Infus RL 10 tpm, cinam 3x350 mg, celodim2x250mg,L Zinc 1x1 cth, sanmol drop
4x1cc.
Pada Pukul 19.55 pasien diatar ke ruang anak Theresia kamar 104.3, hasil
pengkajian pada anak A diruangan di dapatkan. Orang tua mengatakan anak BAB
Cair sejak 3 hari yang lalu ,mual,muntah,Demam sejak pagi
TTV N:120x/menit, RR:24x/menit, Spo2:99%, T:378C. Terapi dokter
spesialis anak di ruangan Infus RL 10 tpm, cinam 3x350 mg, celodim2x250mg,L
Zinc 1x1 cth, sanmol drop 4x1cc,promuba 3x1cth.

15
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Ruang/kelas :Theresia/Tiga 104 bed 4
Tgl Masuk :6 april 2023,Pukul : 18:57 WIB Pengkajian 4 april 2023,Pukul :19.55 WIB

A. Identitas
Nama : An. A
Tgl lahir/umur : 18-04-2022/11bln
No RM : 153735
Agama : Islam
Alamat : kemalaraja
B. Riwayat Alergi
Orang tua mengatakan anak tidak ada riwayat alergi makanan dan obatan.
C. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utama
BAB cair sejak 3 hari yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua mengatakan sejak 2 hari yang lalu anak sering BAB cair sejak 3
hari yanng lalu sampai lebih dari 5 kali, orang tua juga mengatakan anak
kurang nafsu makan dan minum, orang tua juga mengatakan anak demam
sejak pagi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Orang tua mengatakan anak pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit
karena types, tidak ada riwayat kejang dan tidak ada riwayat operasi. Ibu
pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti, Hipertensi,
Diabetes militus. Pasien tidak menggunakan alat bantu.
4. Riwayat Kehamilan dan persalinan
Ibu pasien mengatakan anak lahir secara spontan, anak ke-2 dari 2
bersaudara. Berat lahir 3.300 gram, panjang 48 cm.

16
5. Riwayat Makanan
Ibu mengatakan anak ASI sampai usia 11 Bulan, sekarang sudah makan nasi
tim
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Tengkurap 3 bulan Bicara 3-6 kata dimengerti .....bulan
Duduk 5 bulan Bicara kalimat dengan 2 kata.....bulan
Merangkak 7 bulan
Berdiri 10 bulan
Kesan Tumbuh Kembang : Baik
7. Riwayat Imunisasi
Orang tua mengatakan anak sudah lengkat imunisasinya.
Jenis Usia
imunisasi (Bulan )
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 19
Hepatitis B √
Polio √ √ √
BCG √
DPT √ √ √
HIB √ √ √
MR
VIT.A
Campak √

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Sakit Sedang
b. Pengkajian tingkat kesadaran (GCS)
1) Best Eye Response : Membuka spontan
2) Best verbal response : Orientasi baik
3) Best monitor response : Sesuai perintah
4) Glasgow come scale total score : E (4) V (5) M (6) :
composmentis
c. Pengkajian Tanda-Tanda Vital
1) Nadi : 120x/menit

17
2) Pernapasan : 24x/menit
3) Suhu : 37,80 c
4) SpO2 : 99 %

d. Kepala : Normal simetris tidak ada hematom


e. Rambut : Normal tidak berminyak dan tidak rontok
f. Muka : Normal simetris
g. Mata : Normal tidak tampak cekung dan tidak ada edema
h. Konjungtiva : Normal tidak merah dan anemis
i. Pupil : Normal isokor, rekasi cahaya (+)
j. Telingan : Normal tidak ada keluar cairan berbau dan tidak berdarah
k. Hidung : Normal Simetris
l. Mulut : Agak Tanpak Pucat, bibir kering
m. Gigi : Normal tidak ada yang goyang
n. Lidah : Normal tidak ada sariawan
o. Tengorokan : Normal tidak ada tongsil membesar
p. Leher : Normal tidak ada pembesaran tiroid
q. Dada : Normal simetris
r. Pernafasan : Normal tidak ada bunyi nafas tambahan seperti wheezing
dan ronchi
s. Jantung Normal teratur
t. Abdomen : Tidak ada asites, Bising Usus 30x/menit, Turgor kulit elastis
u. Integument : Teraba Hangat
v. Kuku : Pucat, CRT < 3 detik
w. Ektermitas : Normal
x. Genetelia : Normal tidak berbau
y. Anus : Normal tidak ada hemoroid atau atresia Ani
9. Psiko-sosial-spritual
Anak tampak takut, orang tua mengatakan anak tinggal serumah dengan
mereka, mereka dalam satu rumah beragama Islam

18
10. Skrining Nyeri
Skala FLACC (umur an.A.P 2,6 tahun)

Skor Hasil
Kategori Skoring
-Tidak ada ekspresi yang khusus (seperti
Wajah senyum) 0
-Kadang meringis atau mengerut dahi, 1 1
menarik diri 2
-Sering/terus menerus mengerutkan dahi,
rahang mengatup, dagu bergetar.

Ektermitas -Posisi normal/rileks 0


-Tidak tenang,gelisah,tegang 1 1
-menendang/menarik diri 2

Gerakan -Bebaring tenang, posisi normal,bergerak 0


mudah 1 1
-menggeliat-geliat,bolak- 2
balik,berpindah,tegang
-Posisi tubuh meringkuk,kaku/spasme atau
menyentak

Menangis -Tidak menangis 0


-Merintih,merengek 1 1
-Menangis tersedu-sedu,menjerit 2

Kemampua -Senang,rileks 0
-Dapat ditenangkan dengan 1
n 1
sentuhan,pelukan,atau bicara 2
ditenangkan -Sulit atau tidak dapat ditenangkan

Interprestasi hasil : 5 (Ketidaknyamanan sedang)


Relaksasi dan nyaman (0), Tidak nyaman ringan (1-3), Tidak nyaman
sedang (4-6), Tidak nyaman berat atau nyeri atau keduanya (7-10).
11. Status Fungsional
a) Sensorik : Penglihatan Normal, Penciuman Normal, Pendengaran
Normal tidak menggunakan alat bantu dengar.
b) Kognitif : Normal berorientasi penuh
c) Motorik : Normal tidak ada kelumpuhan
d) Pola persepsi orang tua : Orang tua mengatakan saat anak sakit akan
langsung di ajak berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

19
e) Pola Eliminasi : Orang tua mengatakan anak sejak 2 hari yang lalu
BAB Cair lebih dari 5 kali dalam sehari berwarna kuning. Orang tua
mengatakan anak minum kurang lebih 1500cc/hari, mual saat makan
dan minum tapi tidak sering.

12. Asesmen Risiko Jatuh Skala “HUMPTY DUMPTY”


Parameter Kriteria Skor Awal Ulang
Tanggal 06.04-2023
Umur Dibawah 3 4 4
tahun
Jenis kelamin Laki-Laki 2 2
Diagnosis Diagnosis lain 1 1
Gangguan Tidak sadar 3 3
kognitif keterbatasan
Faktor Pasien berada 2 2
lingkungan di tempat tidur
Respon Lebih dari 48 1 1
terhadap jam/tidak ada
operasi/obat
penenang
Penggunaan Pengobatan 1 1
obat lain
Total 14 (Risiko
tinggi jatuh

20
21
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium 19-07-2022 (20.00)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi umum
Hemoglobin 9,6 g/dL 12-14 (w)–12-16 (l)
Leukosit 14,500 10^3/uL 5.000 - 10.000
eritrosit 4.60 10^6/uL 4.0 – 6,0
Hematokrit 30.0 % 35 – 50
MCV 65.2 fL 82.0 – 97
MCH 20.9 pg 26,5 – 33,5
MCHC 32.0 g/dL 31.5 - 37.0
Trombosit 415.000 /ul 150.000-400.000
Limfosit 52.4 % 20-40
MXD 12.8 % 1-25
NEUT 34.8 % 40-70
LYM# 7.6 /uL L: 0,8-2.7 P: 0,9-2.8
MXD# 1.9 /uL L: 0,1-1,5 P: 0,1-1,6
NEUT# 5.0 /uL L: 1,2-5,3 P: 1,6-6.9
RDW 17.6 % 10,5-17,7
PDW 10.8 % 10.0-18,0
MPV 9.1 Fl 4,3-11.0
P-LCR 19.5 % L: 10.7-45.0 P:
14,.3-44.0

22
Terapi
Nama obat Dosis Fungsi
Terapi intravena
RL 10 TPM Sebagai terapi untuk mengganti cairan dan
500 ml elektrolit dalam tubuh saat mengalami kehilangan
darah
Injeksi
Cinam 3x350 mg Sebagai antibiotic untuk mengatasi infeksi
bakteri
Celodim 2x250 mg Sebagai antibiotic untuk mengatasi infeksi
bakteri
Obat oral Syrp
Zinc 1x1 cth Suplemen pelengkap terapi pada pasien anak
yang diare
Promuba 3x1 cth Sebagai antibiotic untuk mengatasi infeksi
bakteri
Sanmol drop 4x1 cc Sebagai obat untuk mengatasi nyeri atau demam

23
B. ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


06 april 2023 DO: Proses Penyakit : Infeksi Hipertermia
pukul 21.10 WIB - T: 37,8 oC, N : 115x/menit, RR: 22x/menit (D.0130)
- Leukosit 14,500 10^3/uL
- Kulit teraba panas
DS:
- Ibu An. A. mengatakan An. A sudah mengalami
diare selama 3 hari
- Ibu An. A mengatakan frekuensi diare An. A 4-6
kali dalam sehari
DS: Ketidakmampuan mencerna Risiko Defisite
- Ibu An. A. mengatakan An. A sudah mengalami makanan Nutrisi
diare selama 3 hari (D.0032)
- Ibu An.A mengatakan anak tidak mau makan dan
minum banyak karena mual
- DO :
- Pasien tampak pucatPasien Diare, Bising usus
30x/menit

24
DS : Inflamasi gastrointestinal Diare
- Ibu An. A. mengatakan An. A sudah mengalami (D.0020)
diare selama 3 hari
- Ibu An. A mengatakan frekuensi diare An. A 4-6
kali dalam sehari
- Ibu An. A mengatakan bab masih cair
DO :
- Pasien Diare, Bising usus 30x/menit, feses masih
cair
Prioritas Diagnosa :
1. Diare (D.0020) b.d Inflamasi gastrointestinald.d Feses lembek atau cair, Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam,Bising usus hiperaktif
(30x/menit).
2. Hipertermia (D.0130) b.d. Proses Penyakit : Infeksi d.d kulit teraba hangat, Suhu tubuh diatas nilai normal ( s: 37,8 0 C).
3. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032) d.d Ketidakmampuan mencerna makanan.

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosis SLKI SIKI

25
Keperawatan
1 Diare Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Diare (I.03101)
(D.0020) 1x8 jam, maka diharapkan Eliminasi Fekal a. Identifikasi penyebab diare (mis,
(L.04033)membaik dengan kriteria hasil : Inflmasi gastrointestinal, iritasi
a. Konsistensi feses : 5 (membaik gastrointestinal, proses infeksi,
b. Frekuensi defekasi: 5 (membaik) malabsorpsi)
c. Peristaltik usus 5-30 x/menit : 5 b. Identifikasi riwayat pemberian
(membaik) makanan
c. Monitor warna,volume,frekuensi dan
konsistensi tinja
d. Berikan cairan intravena (mis, ringe
asetat,ringe laktat)
e. Anjurkan makan porsi kecil dan
sering secara bertahap
f. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas,pedas dan
mengandung laktosa
g. Kolaborasi pemberian obat
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Hipertermia (I.15506)
1x8 jam, maka diharapkan Termoregulasi a. Identifikasi penyebab hipertermia

26
(D.0130) (L.14134)membaik dengan kriteria hasil : (mis, dehidrasi,)
a. Suhu Tubuh 36-37 0 c: 5 (membaik) b. Monitor suhu tubuh
b. Suhu Kulit : 5 (membaik) c. Sediakan lingkungan yang dingin
d. Berikan cairan oral
e. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Regulasi Temperatur (I.14578)
a. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
3 Risiko Defisite Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0032) 1x8 jam, maka diharapkan Status Nutrisi a. Identifikasi status nutrisi
(L.04033)membaik dengan kriteria hasil : b. Identifikasi makanan yang disukai
a. Diare : 5 (menurun) c. Monitor asupan makanan
b. Frekuensi makan : 5 (membaik) d. Berikan makanan tinggi kalori dan
c. Nafsu makan : 5 (membaik) protein
d. Bising usus 5-30 x/menit : 5 (membaik) e. Berikan suplemen makanan
f. Ajarkan diet yang di programkan
g. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan

27
h. Kolaborasi dengan ahli gizi
Promosi Berat Badan (I.03136)
a. Monitor adanya mual muntah
b. Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien

28
D. Catatan Perkembangan
No Diagnosis Waktu Implementasi H-1 Evaluasi TTD
.
1 Diare Pukul 21.00 Wib Pukul 07.00 Wib Tania
(D.0020) Tgl : 06/04/2023 Tgl : 07/04/2023
21.00 Manajemen Diare (I.03101) S:
Wib a. Mengidentifikasi penyebab Orang tua mengatakan anak
DS : Orang tua mengatakan anak diare sejak 3 masih demam, bab cair 3 kali
DO : Ku pasien lemas makan kurang mau.
b. Memonitor warna,volume,frekuensi dan O:
21.15 konsistensi tinja Tampak anak terbaring di
Wib DS : Orang tua mengatakan anak BAB cair tempat tidur, rewel
selama 3 hari lebih dari 5 kali dalam satu hari Akral teraba hangat, S :376 c
c. Memberikan cairan intravena ( ringe laktat) A: Diare belum teratasi
21.15 DO : Pasien terpasang infus RL 10 tetes/menit P:
Wib d. Menganjurkan makan porsi kecil dan sering Lanjutkan intervensi
secara bertahap keperawatan Manajemen
DS : Orsng tua mengatakan anak makan kurang Diare.
21.15 DO : Pasien tampak lemas 1. Monitor
warna,volume,frekuensi

29
Wib e. Melakukan kolaborasi pemberian obat dan konsistensi tinja
21.20 DO : 2. Berikan cairan intravena
Wib - Terapi dokter Infus Rl 10 tetes/menit 3. Melakukan kolaborasi
- Cinam 3x350 mg pemberian obat
- Celodim 2x25 mg
21.20 - Promuba 3x1 cth
Wib - Zinc 1x1 cth
- Sanmol drop 4x1 cc
2 Hipertermia Pukul 07.00 Wib Pukul 11.00 Wib Tania
(D.0130) 21.00 Tgl : 07/04/2023 Tgl : 07/04/2023
Wib Manajemen Hipertermia (I.15506) S:
a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia Orang tua mengatakan anak
DS : Orang tua mengatakan anak demam sejak masih demam, BAB Cair 3
2 hari yang lalu Kali, makan dan minum
21.15 DO : Ku lemas, akral hangat, S : 375 c kurang mau. Orang tua
Wib b. Memonitor suhu tubuh mengatakan anak sudah
DO : S : 375 c. minum obat
c. Menyediakan lingkungan yang dingin O:
21.15 DS : Orang tua mengatakan akan menggati Ku pasien lemas, akral teraba
pakain pasien dengan pakaian yang lebih tipis

30
Wib DO : Terdapat kipas di ruang perawatan pasien hangat, S : 373 c
d. Memberikan cairan oral Terapi dokter :
DS : Orang tua mengatakan anak minum sedikit - Terapi dokter Infus Rl
21.15 DO : Pasien tampak pucat 10 tetes/menit
Wib e. Menganjurkan tirah baring - Cinam 3x350 mg
21.20 DS : Orang tua mengatakan anak lemas makan - Celodim 2x25 mg
Wib kurang mau - Promuba 3x1 cth
DO : Pasien tampak terbaring di tempat tidur - Zinc 1x1 cth
f. Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan Sanmol drop 4x1 cc
21.20 elektrolit intravena A:Hipertermiabelum teratasi
Wib DO : Pasien terpasang infus RL 10 tpm P:
Regulasi Temperatur (I.14578) Lanjutkan intervensi
g. Memonitor suhu tubuh tiap dua jam keperawatan Manajemen
DS : Orang tua mengatakan badan anak masih Hipertermia dan Regulasi
teraba hangat Temperatur
DO : S : 375 c 1. Berikan cairan oral
h. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang 2. Kolaborasi pemberian
adekuat cairan dan elektrolit
DS : Orang tua mengatakan anak kurang makan intravena
dan minum 3. Monitor suhu tubuh tiap

31
DO : Ku lemas, tampak pucat 2 jam
4. Tingkatkan nutrisi yang
adekuat

32
3 Risiko Defisite Pukul 07.00 Wib Pukul 11.00 Wib Tania
Nutrisi Tgl : 07/04/2023 Tgl : 07/04/2023
(D.0032) Manajemen Nutrisi (I.03119) S:
a. Mengidentifikasi status nutrisi Orang tua mengatakan anak
21.00 DS : Orang tua mengatakan makan kurang mau makan kurang mau karena
Wib DO : Tampak pucat mual.
b. Memonitor asupan makanan O:
DS : Orang tua mengatakan anak makan kurang - Ku tampak pucat,
saat sakit hanya 4 sampai 6 sendok makan - Terapi dokter Infus Rl
21.15 c. Memberikan makanan tinggi kalori dan protein 10 tetes/menit
Wib DO : Diit pasien Bubur biasa - Cinam 3x350 mg
d. Memberikan suplemen makanan - Celodim 2x25 mg
- DO : Terapi dokter Infus Rl 10 tetes/menit - Promuba 3x1 cth
21.15 - Cinam 3x350 mg - Zinc 1x1 cth
Wib - Celodim 2x25 mg - Sanmol drop 4x1 cc
- Promuba 3x1 cth A:Risiko Defisite nutrisi
- Zinc 1x1 cth belum teratasi.
21.15 - Sanmol drop 4x1 cc
Wib Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi P:
21.20 DO : Pasien mendapatkan diit bubur biasa. Lanjutkan intervensi

33
Wib keperawatan Manajemen
nutrisi.
1. Monitor asupan
21.20 makanan
Wib 2. Berikan suplemen
makanan
3. Lakukan kolaborasi
dengan ahli gizi

No Diagnosis Waktu Implementasi H-2 Evaluasi H-2 TTD


.
1 Diare Pukul 07.00 Wib Pukul 16.00 Wib Tania
(D.0020) Tgl : 08/04/2023 Tgl : 08/04/2023
Manajemen Diare (I.03101) S:
07.00 1. Memonitor warna,volume,frekuensi dan Orang tua mengatakan anak
Wib konsistensi tinja masih demam tapi sudah
DS : Orang tua mengatakna anak BAB sudah ada tidak sepanas kemarin, bab

34
ampas 3 kali, mual tidak lagi cair 3 kali berampas, makan
DO : Ku mulai membaik mulai mau.
08.00 2. Memberikan cairan intravena O:
Wib DO : Pasien terpasang infus RL 10 tpm Tampak anak lebih rileks dan
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat tidak rewel,
08.00 DS : Orang tua mengatakan anak sudah minum Akral msih teraba hangat, S
Wib obat zinc dan promuba setelah makan 372c
DO : Pasien di berikan injeksi cinam 350 mg A: Diare teratasi sebagian.
Dan Celodim 250 mg/ iv P:
Lanjutkan intervensi
keperawatan Manajemen
Diare.
1. Monitor
warna,volume,frekuensi
dan konsistensi tinja
2. Berikan cairan intravena
3. Melakukan kolaborasi
pemberian obat

35
2 Hipertermia Pukul 07.00 Wib Pukul 16.30 Wib Tania
(D.0130) Tgl : 08/04/2023 Tgl : 08/04/2023
Manajemen Hipertermia (I.15506) S:
07.30 1. Memberikan cairan oral Orang tua mengatakan anak demam naik turun,
Wib DS : Orang tua mengatakan anak mulai mau BAB 3 Kali mulai berampas, makan dan minum
makn dan minum mulai mau. Orang tua mengatakan anak sudah
07.30 DO : Ku membaik minum obat
Wib 2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan O:
07.35 elektrolit intravena Ku cukup baik, akral teraba hangat, S : 373 c
Wib DO : Pasien terpasang infus RL 10 tpm Terapi dokter :
07.40 3. Memonitor suhu tubuh tiap 2 jam - Terapi dokter Infus Rl 10 tetes/menit
Wib DO : 374 C - Cinam 3x350 mg
DS : Orang tua mengatakan anak demam naik - Celodim 2x25 mg
08.00 turun - Promuba 3x1 cth
Wib 4. Meningkatkan nutrisi yang adekuat - Zinc 1x1 cth
DO : Ku membaik - Sanmol drop 4x1 cc
DS : Orang tua mengatakan anak sudah mulai A :
mau makan sedikit-sedikit sudah tidak mual Hipertermia teratasi sebagaian
lagi

36
P:
Lanjutkan intervensi keperawatan Manajemen
Hipertermia.
1. Lakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Monitor suhu tubuh

37
3 Risiko Defisite Pukul 07.00 Wib Pukul 16.00 Wib Tania
Nutrisi Tgl : 08/04/2023 Tgl : 08/04/2023
(D.0032) Manajemen Nutrisi (I.03119) S:
07.00 1. Memonitor asupan makanan Orang tua mengatakan anak makan
Wib DS : Orang tua mengatakan anak sudah mulai, mual sudah tidak lagi, bab
mulai mau makan, BAB ampas 3 x, mual ampas 3x.
07.15 sudah tidak lagi O:
Wib DO : Ku membaik, anak tidak rewel Ku tampak membaik
2. Memberikan suplemen makanan - Terapi dokter Infus Rl 10
07.20 DO : Terapi dokter zinc 1x1 cth, promuba tetes/menit
Wib 3x1 cth. - Cinam 3x350 mg
3. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi - Celodim 2x25 mg
DS : Orang tua mengatakan anak - Promuba 3x1 cth
mendaptkan makan bubur biasa - Zinc 1x1 cth
DO : Diit pasien bubur biasa - Sanmol drop 4x1 cc
A:
Risiko defisite nutrisi teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi keperawatan
Manajemen nutrisi.
38
No Diagnosis Waktu Implementasi H-3 Evaluasi TTD
.
1 Diare Pukul 07.00 Wib Pukul 11.00 Wib Tania
(D.0020) Tgl : 09/04/2023 Tgl : 09/04/2023
Manajemen Diare (I.03101) S:
07.00 1. Monitor warna,volume,frekuensi dan Orang tua mengatakan anak
Wib konsistensi tinja demam berkurang, bab ampas 2
DS : Orang tua mengatakan anak sudah tidak kali makan mau.
BAB cair, makan mau, mual tidak ada O:
07.15 DO : Ku tampak rilek Tampak anak tidur, tidak rewel,
Wib 2. Berikan cairan intravena Akral tidak teraba hangat, s: 366 c,
DO : Terpasang infus Rl 10 tpm terapi injeksi cinam 350 mg,
3. Melakukan kolaborasi pemberian obat celodim 250 mg iv, oral zinc 1 cth,
07.15 DO : Pasien di beri obat cinam 350 mg, celodim promuba 1 cth.
Wib 250 mg iv, oral zinc 1 cth, promuba 1 cth. A: Diare teratasi
P:Hentikan intervensi

39
2 Hipertermia Pukul 07.00 Wib Pukul 11.00 Wib, Tgl : 09/04/2023 Tania
(D.0130) Tgl : 09/04/2023 S:
Manajemen Hipertermia (I.15506) Orang tua mengatakan anak tidak demam, tidak
07.30 1. Melakukan kolaborasi pemberian cairan mual, BAB 2 kali berampas, makan dan minum
Wib dan elektrolit intravena mau. Orang tua mengatakan anak sudah minum
DO : Terpasang infus Rl 10tpm obat
07.30 2. Memonitor suhu tubuh O:
Wib DS : Orang tua mengatkan anak tidak Ku cukup baik, akral tidak teraba hangat, S : 363 c
demam, tidak bab cair lagi dan tidak Terapi dokter :
mual lagi - Terapi dokter Infus Rl 10 tetes/menit
DO : 364 c - Cinam 3x350 mg
- Celodim 2x25 mg
- Promuba 3x1 cth
- Zinc 1x1 cth
- Sanmol drop 4x1 cc
A : Hipertermia Teratasi.
P:Hentikan intervensi

40
3 Risiko Defisite Pukul 07.00 Wib Pukul 11.00 Wib ,Tgl : Tania
Nutrisi Tgl : 22/07/2022 22/07/2022
(D.0032) Manajemen Nutrisi (I.03119) S: Orang tua mengatakan anak
07.00 1. Memonitor asupan makanan makan mau, mual sudah tidak
Wib DS : Orang tua mengatakan anak lagi, bab ampas 2x.
sudah mau makan, tiak mual, BAB O:
07.15 ampas 2 kali Ku membaik,
Wib DO : Ku membaik - Terapi dokter Infus Rl
2. Memberikan suplemen makanan 10 tetes/menit
07.20 DO : obat oral zinc 1cth,promuba - Cinam 3x350 mg
Wib 1 cth - Celodim 2x25 mg
3. Melakukan kolaborasi dengan ahli - Promuba 3x1 cth
gizi - Zinc 1x1 cth
DO : Diit pasien bubur biasa - Sanmol drop 4x1 cc

A:Risiko defisite nutrisi teratasi


P:Hentikan intervensi.

41
42
DAFTAR PUSTAKA

WHO.(2017). Diarrhoeal disease. World Health Organization.


https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/detail/diarrhoeal-diseas

Anggraeni Rima Dewi, M. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Diare Pada Balita ( Studi Kasus : Puskesmas Babakansari ). Jurnal
Keperawatan BSI, 5(2), 110–120.

Arsi Ranida, A. fitri. (2022). Edukasi Pencehagan dan Penanganan Dastroenteritis


Pada Balita di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jurnal Hornepage, 4(1).

Astri, D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa


Gastroenteritis. Jurnal Ilmiah Cerebral Medika, 1(1).

Nadia, P., Amalia, R., & Saragih, C. (2022). Hubungan Faktor Sosiodemografi
Ibu Dengan Dehidrasi Dan Gangguan Elektrolit Pada Balita Penderita Diare.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 21(1), 107–115.

Rahma Fatkhur Handono, Widoyo Slamet, S. H. (2016). Faktor -Faktor. Nurseline


Journal, 1(1), 2540–7937.

Ratna, S. N., & Husna Arfah, Reynaldi, Z. (2022). Pengaruh Personal Hygine Ibu
Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Langgung Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Jurmakemas, 2(2808–5264), 1–10.

Tuang, A. (2021). Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada
Anak. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husadah, 10(2654–4563), 534–542.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.643

Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian


Diare pada Anak. Jurnal Keperawatan, 5, 101–106.

Utami putri, Suprida, A. R. (2022). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Diare Pada Balita di UPTD Puskesmas Sukaraya OKU. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 11(1), 34–41.

43
Wahyuni Dwi Fitrah, R. (2021). Gambaran Penggunaan Terapi GEA
(Gastroenteritis) Pada Pasien Anak di RSUD Batara Siang Pangkep Sulawesi
Selatan. Jurnal Riset Kefamarsian Indonesia, 3(3).

Wasliah Indah, Syamdarniati, A. D. (2020). Pemberian Edukasi Kesehatan


Tentang Pencegahan Diare Pada Anak Di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Dasan Agung Kota. Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis, 2(1),
13–16.

Yulia, R., Siri, D. M., & Abdul, M. H. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lapaddekota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 5(2), 2614–
3151.

44

Anda mungkin juga menyukai