DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................1
A. LATAR BELAKANG ................................................1
B. BATASAN MASALAH.............................................2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan bagi anak tidak terlepas dari pengertian
kesehatan secara umum. Anak yang sehat adalah kondisi
anak yang sempurna baik secara fisik, mental atau psikis
dan social (bebas dari penyakit, kelemahan dan
kecacatan), agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal, maka anak juga harus terbiasa untuk
berperilaku hidup sehat. Masalah kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang juga merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai
wilayah salah satunya adalah gastroenteritis yang dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak
(Juliansyah, 2021).
Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang
ditandai oleh perubahan bentuk konsistensi tinja, serta
bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali
atau lebih dalam sehari), dengan tinja yang encer dapat
berwarna hijau ataupun dapat bercampur lendir dan
darah, yang juga berupa lendir saja (Ajis, 2018).
Gastroenteritis sering menyerang balita karena daya
tahan tubuhnya yang masih lemah, sehingga dapat
terkena bakteri penyebab diare, jika diare disertai
muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan dan elektrolit). Inilah yang harus
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam
pertolongan dan menyebabkan kematian, dehidrasi yang
terjadi pada anak akan cepat menjadi parah. Hal ini
disebabkan karena seorang anak berat badanya lebih
rendah daripada dewasa, maka cairan tubuhnya relatif
sedikit. Sehingga kehilangan sedikit cairan dapat
menggagu organ-organ vitalnya. Dehidrasi akan semakin
parah jika di tambah dengan keluhan lainnya seperti
mencret dan panas karena kehilangan cairan tubuh lewat
penguapan (Mardiana, 2019). Menurut World Health
Organization (WHO 2020), penderita diare di dunia tahun
2020 adalah sekitar 1.525.000 penderita. United Nation
Childhren’s Fund 2020 mencatat sebanyak 5% dari
jumlah kematian balita akibat diare terjadi di kawasan
Asia Tenggara. Sedangkan menurut Kementrian
Kesehatan RI di Indonesia pada tahun 2020 sempat
terjadi kejadian luar biasa diare di Indonesia sekitar
96.241 penderita (Kemenkes, 2020). Kasus penderita
diare pada tahun 2021 di Provinsi Papua sebanyak
92.833 jiwa (Kemenkes RI, 2022) Peranan perawat
sebagai tenaga kesehatan sangat penting untuk
mengupayakan adanya pencegahan penyakit diare
dengan cara bekerja sama dengan petugas lainnya untuk
memberikan penyuluhan dan pengobatan secara tepat
kepada masyarakat.
B. BATASAN MASALAH
Pada kasus ini pasien masuk dengan diagnosa GEA +
Vomiting acute Non dehidrasi, ISPA. Namun pada
makalah ini penulis tertarik dan memfokuskan
pembahasan mengenai diagnosa Gastrointeritis Akut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4. Patafisiologi
Penyebab gastroenteritis bisa diakibatkan oleh satu
atau lebih patofisiologi/mekanisme patologis,
diantaranya faktor yang disebabkan oleh suatu infeksi
bakteri, virus atau parasit. faktor malabsorpsi, dan faktor
makanan. Gastroenteritis yang disebabkan oleh penyakit
menular seperti bakteri diawali dengan masuknya bakteri
melalui makanan dan minuman ke dalam tubuh manusia.
Bakteri tersebut kemudian mati yang disebabkan oleh
kadar asam yang ada pada lambung, tetapi karena terlalu
banyak bakteri yang masuk maka tidak semua bakteri
bisa terbunuh oleh kadar asam pada lambung. Bakteri
masuk kedalam usus dan berkembang didalamnya. Di
usus, bakteri menghasilkan enzim yang melarutkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan (Parera,
2019).Usus sebagai tempat bakteri mengeluarkan toksin
yang merangsang sekresi getah usus di kripta vili usus
dan menghambat penyerapan cairan tubuh. Akibat
kondisi ini, jumlah cairan dalam rongga usus meningkat,
dinding usus mengembang, dan sebagian dinding usus
berkontraksi sehingga menyebabkan kontraksi
hyperkinesia untuk mengalirkan air di usus besar. Diare
terjadi ketika jumlah cairan melebihi kapasitas
penyerapan usus. Diare yang disebabkan oleh
malabsorpsi makanan yang disebabkan oleh makanan
atau zat yang tidak dapat diserap meningkatkan tekanan
osmotik di usus, menyebabkan pergeseran air dan
elektrolit di usus. Isi usus meningkat, mengakibatkan
iritasi pada usus yang dapat menyebabkan diare.
Menelan makanan beracun mempengaruhi motilitas
usus dan juga dapat menyebabkan diare. Peradangan
pada mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik, yang
mengurangi kemampuan usus untuk menyerap makanan
dan menyebabkan diare. Sebaliknya, ketika peristaltik
berkurang, bakteri berkembang biak dan diare juga
terjadi. Klien mengeluh nyeri perut akibat adanya
peradangan pada mukosa usus dan peningkatan kadar air
dalam rongga usus. Selain kedua hal tersebut, sakit
perut/kejang disebabkan oleh metabolisme karbohidrat
oleh bakteri di usus yang menghasilkan gas H2 dan CO2
yang menyebabkan peradangan (Suhanda & Nizar
Ahmad,2021). Gas yang berlebihan dan perasaan
kenyang. Biasanya pada keadaan ini klien merasa mual,
muntah, dan kehilangan nafsu makan. Hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit.
Kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan dapat
menyebabkan dehidrasi pada klien. Hal ini ditandai
dengan penurunan berat badan, penurunan tekanan
turgor kulit, mata dan ubun-ubun (pada bayi) cekung,
bibir dan mulut serta kulit kering. Jika keadaan ini
berlanjut dan klien tidak mau makan, hal itu
menyebabkan malnutrisi dan melemahkan klien.
Dehidrasi mukosa usus dan respon inflamasi
menyebabkan peningkatan suhu tubuh pada klien
sehingga menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan, sehingga terjadi penurunan
cairan ekstraseluler dan intraseluler (Suhanda & Nizar
Ahmad, 2021). Selain itu, air dalam tubuh juga
kehilangan ion Na, K, dan karbohidrat. Jika keadaan ini
berlanjut, volume darah juga akan berkurang. Tubuh
mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan, dan
akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemia dengan
gejala seperti peningkatan denyut jantung, penurunan
denyut nadi, penurunan tekanan darah, dan penurunan
kesadaran pasien.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus gastroenteritis
yaitu (Mediarti, Hapipah, Prabowo, Amir, &
Syokumawena, 2022) :
1) Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan darah lengkap seperti
leukosit, hematokrit, serum elektrolit seperti Na, K, Cl
serta pemeriksaan darah yang berhubungan dengan
penyebab timbulnya gastroenteritis.
2) Pemeriksaan Kultur Fases
Pemeriksaan laboratorium pada penderita gastroenteritis
akut dilakukan pemeriksaan fases, dimana akan
ditemukan adanya leukosit, bakteri, parasite, lemak atau
bahkan ditemukan lendir dan darah dalam fases. Jika
dalam fases ditemukan adanya parasite, bakteri, lemak
serta darah maka dianggap adanya tanda-tanda terjadi
inflamasi atau perdangan pada kolon. salah satu contoh
kuman pathogen dalam fases adalah salmonclla, shigella,
champilocbacter.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk
mengetahui faal ginjal.
4) Duodenal intubation untuk mengetahui kuman
penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
GE kronik.
7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan pada penderita Gea dapat
dilakukan dengan cara memberikan rehidrasi cairan yang
bertujuan untuk mengatasi kekurangan cairan dalam
tubuh, pemberian tablet zinc untuk membantu proses
penyembuhan dan mengurangi diare, pemberian intake
nutrisi yang adekuat serta peningkatan pengetahuan
orang tua dan keluarga dalam perawatan anak yang
mengalami Gea. Adapun penatalaksanaan mengatasi
gastroenteritis, seperti (Mediarti, Hapipah, Prabowo,
Amir, & Syokumawena, 2022) :
a) Memberikan dehidrasi cairan Mencegah/mengatasi
dehidrasi akibat kekurangan volume cairan dilakukan
dengan cara pemberian terapi rehidrasi oral dimana
cairan yang diberikan adalah air dan elektrolit.
Pengendalian dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh
terdiri dari :
1) Diare tanpa dehidrasi. Bila terdapat dua tanda
ataupun lebih yaitu keadaan umum baik, minum seperti
biasa, elastisitas kulit kembali cepat, mata terlihat
normal, terdapat rasa haus yang normal. Adapun dosis
oralit yang diberikan adalah pada umur <1tahun yaitu
sekitar ¼ sampai ½ gelas setiap kali mencret atau BAB.
Umur 1 – 4 tahun diberikan cairan oralit sekitar ½ sampai
1 gelas setiap mencret atau BAB. Sedangkan untuk umur
>5 tahun cairan oralit diberikan sekitar 1-1 ¹/² gelas
setiap mencret atau BAB.
2) Diare dengan dehidrasi ringan sampai sedang, bila
terdapat dua tanda atau lebih seperti keadaan umum
terlihat gelisah, rewel, rasa haus akan bertambah dan
ingin banyak minum, elastisitas kulit kurang atau kembali
lambat, mata cekung. Dosis cairan oralit yang diberikan
selama 3 jam pertama sebanyak 75ml/KgBB selanjutnya
diteruskan dengan pemberian cairan oralit seperti diare
tanpa dehidrasi.
3) Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan
keadaan umum terlihat lesuh, lunglai bahkan sampai
tidak sadar, mata terlihat sangan cekung, rasa haus
semakin bertambah serta kemungkinan tidak mau
minum, turgor kulit buruk atau lambat kembali. Untuk
pemenuhan cairan tersebut diperlukan kolaborasi dalam
penanganannya seperti pemberian cairan melalui
parenteral atau IV dengan segera berikan tablet zinc
setelah anak memakan dan meminum.
b) Cairan rehidrasi parenteral : cairan Ringer Laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Cairan ringer
laktat biasanya diberikan dengan dosis 100ml/kgBB. Cara
pemberiannya untuk<1tahun 1 jam pertama30cc/kgBB
dilanjutkan 5 jam berikutnya 70cc/kgBB. Diatas 1 tahun ½
jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya
70cc/kgBB. Selama pemberian cairan parenteral ini
setiap jam perlu dilakukan evaluasi
1) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2) Tanda-tanda dehidrasi perubahan
c) Pemberian tablet zinc
Suplemen zinc diberikan kepada penderita diare
merupakan salah satu cara agar gejala diare pada anak
berkurang dan dapat mempercepat proses
penyembuhannya. Zinc adalah salah satu mikronutrien
yang penting dalam tubuh. Tablet zinc yang rutin
digunakan sebagai tambahan untuk terapi rehidrasi oral
yang berguna untuk mengurangi keparahan tetapi yang
lebih penting mengurangi diare. Cara kerja zinc adalah
dapat menghambat enzim INOS dimana eksresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epilelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan mortologi dan fungsi
selama kejadian diare. Adapun dosis pemberian zinc
pada balita yang berumur <6 bulan pemberian tablet zinc
sebanyak ½ tablet atau sekitar 10mg/hari selama 10 hari.
Pada umur >6 bulan diberikan sebanyak 1 tablet atau
20mg/hari selama 10 hari. Tablet zinc tetap diberikan
selama 10 hari meskipun diare sudah berhenti.Cara
pemberian tablet zinc pada anak adalah :
1) Melarutkan tablet zinc dengan sedikit air dalam
sendok teh, dimana tablet akan larut kurang lebih 30
detik, selanjutnya segera berikan kepada anak.
2) Apabila anak muntah setelah pemberian tablet zinc,
istirahatkan selama kurang lebih 30 menit. Maka ulangi
pemberian tablet dengan cara memotong tablet zinc
lebih kecil sampai 1 dosis penuh, selanjutnya dilarutkan.
Berikan tablet zinc yang dilarutkan secara perlahan.3)
Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari
sampai dengan 10 hari walaupun sudah tidak ada diare.
d) Antibiotik
Pemberian antibiotic di indikasikan pada pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,
feces berdarah, peningkatan leukosit. Contoh antibiotic
untuk diare : Ciprofloksasin 500 mg oral, tetrasiklin 500
mg, doksisiklin 300 mg, metronidazole 250-500 mg.
Pemakaian antibiotik secara tidak rasional pada diare
akut anak masih banyak terjadi di berbagai daerah di
dunia. Salah satu pertimbangan yang mendasari
pemberian antibiotik adalah hasil pemeriksaan leukosit
dan suhu tubuh pasien Kedua parameter tersebut juga,
umumnya, menjadi pertimbangan keputusan pemberian
antibiotik tunggal maupun kombinasi (Wahyuni & Riska,
2021)
e) Prebiotik
Dapat memberikan manfaat bagi tubuh dengan cara
memicu pertumbuhan bakteri baik, yang hilang karena
antibiotik. Prebiotic juga menekan bakteri buruk dalam
pencernaan yang dapat menimbulkan gangguan serta
penyeimbang bakteri baik. Mekanisme kerja prebiotik
pada penderita diare adalah dengan cara meningkatkan
kolonosasi bakteri prebiotic didalam lamen saluran
cerna. Dimana seluruh epitel mukosa usus telah
ditempati oleh prebiotic melalui reseptor didalam sel
epitel usus, sehingga tidak terdapat lagi tempat untuk
bakteri pathogen meletakan diri pada sel tersebut.
Kelompok prebiotick terdiri dari lactobacillus dan
bilidobacteria atau saccharomyces boulardii, bila
meningkat jumlahnya disaluran cerna akan memiliki efek
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor
saluran cerna. Untuk mengurangi atau menghilangkan
diare harus diberikan dalam jumlah yamg adekuat.
8. Komplikasi
Komplikasi gastreoenteritis adalah dehidrasi,
renjatan hipovolemik, hypokalemia, hipoglikemia,
intoleransi laktosa sekunder, kejang terutama pada
dehidrasi hipertonik, malnutrisi energy dan protein.
Komplikasi gastroenteritis merupakan kehilangan cairan
tubuh atau mengalami dehidrasi. Klasifikasi dehidrasi
ditandai dengan (Siringoringo, et. al, 2022) a) Dehidrasi
ringan
Apabila kehilangan cairan sebanyak 2-5% dari BB
ataupun rata-rata kehilangan cairan sekitar 25ml/KgBB
dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, intake
cairan kurang.
b) Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan sebanyak 5-8% dari BB
atau sekitar ratarata 75ml/KgBB dengan gambaran
kondisi anak secara umum masih baik, terkadang gelisah
serta rewel menjadi peningkatan denyut nadi, frekuensi
nafas meningkat, ubun-ubun cekung, kelopoak mata
cekung, turgor kulit kurang elastis.
c) Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan sekitar 8-10% dari BB atau
rata-rata sekitar 125ml/KgBB. Tanda klinis yang dapat
diobservasi adalah terjadi peningkatan denyut nadi
sampai tidak terba, frekuensi pernapasan dangkal serta
cepat, ubun-ubun sangat cekung, kelopak mata sangat
cekung, turgor tidak elastis. Pada dehidrasi berat atau
kehilangan cairan yang banyak volume darah kurang
sehingga beresiko terjadi syok hipovolemik dengan
indikasi denyut jantung menjadi meningkat, nadi
meningkat, terjadi penurunan tekanan darah dan
sianosis. Sampai dengan kesadaran pasien menjadi
menurun seperti apatis dan samnolen.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses keperawatan
yang merupakan bagian dari penilaian klinis tentang
pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual,
potensial, dan proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh selama
pengkajian atau asesmen keperawatan meliputi
pengkajian data pribadi, pola Gordon, dan pemeriksaan
fisik head to toe. Diagnosis keperawatan
mengintegrasikan keterlibatan pasien di seluruh
proses.Tujuan diagnosis keperawatan adalah
memungkinkan perawat untuk menganalisis dan
mensintesis data yang telah dikelompokkan, selain itu
diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi
masalah, factor penyebab masalah, dan kemampuan
klien untuk dapat mencegah atau memecahkan masalah.
Diagnose yang muncul pada pasien dengan
Gastroenteritis adalah sebagai berikut:
a) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Faktor yang berhubungan:
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
b) Hipertermia b.d proses penyakit
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang
normal tubuh
Factor yang berhubungan :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. Infeksi,kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan incubator
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
Faktor yang berhubungan :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsopsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Factor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6) Factor psikologis (mis. stress, keengganan untuk
makan).
d) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif
yang berkaitan dengan topic tertentu.
Faktor yang berhubungan :
1) Keterbatasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
e) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan
berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Factor yang berhubungan :
1) Agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi,iskemia,neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan
kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi,
terbakar, terpotong,mengangkat berat, prosedur oprasi,
trauma, latihan fisik berlebihan).
f) Risiko syok dengan factor risiko kekurangan volume
cairan
Definisi : berisiko mengalami ketidakcukupan aliran
darah kejaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan
disfungsi seluler yang mengancam jiwa.
Factor risiko :
1) Hipoksemia
2) Hipoksia
3) Hipotensi
4) Kekurangan volume cairan
5) Sepsis
6) Sindrom respon inflamasi sistemik(SIRS)
g) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
berbentuk
Factor yang berhubungan :
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Malabsorpsi
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan
keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah
kesehatan pasien dan membantu pasien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk kasus
Gastroenteritis terdapat beberapa masalah keperawatan.
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan ...x .. jam diharapkan defisien
volume cairan membaik dengan kriteria hasil: Status
cairan
1) Membran mukosa membaik
2) Asupan cairan meningkat
3) Dehidrasi menurun
4) Turgor kulit membaik Intervensi :
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan
intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Implementasi membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.Tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien dapat berupa
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan
diperbandingkan dengan sistematis pada status
kesehatan klien.Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan.Evaluasi ini dilakukan
dengan menggunakan format evaluasi SOAP yang
meliputi data subjektif, data objektif, data analisa dan
data perencanaan. Evaluasi adalah langkah terahir dalam
asuhan keperawatan, evaluasi dilaukan dengan
pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa
dan planing). Dalam evaluasi ini dapat ditemukan sejauh
mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang
harus dimodifikasi.
6. Dischard Planning
Discahrge planing merupakan suatu bagian penting
dan memiliki pengaruh dalam sebuah pelayanan
keperawatan. Pelaksanaan discharge paling yang belum
sesuai dan belum optimal akan mengakibatkan kerugian
bagi pasien seperti meningkatnya angka perawatan
berulang, memperlambat penyembuhan, meningkatnya
angka kembalinya pasien ke rumah sakit akibat penyakit
yang sama, meningkatnya lama perawatan, dan
meningkatnya angka kematian. Idealnya, discharge
planing dimulai saat penerimaan pasien masuk hingga
evaluasi tindakan pada saat akan pulang, untuk mengkaji
kemungkinan rujukan, atau perawatan lanjut dirumah
sesuai kebutuhan.
a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
makan
b. Menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa).
c. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum, agar
mematikan sebagian besar bakteri/kuman penyakit.
d. Menggunakan jamban yang bersih
e. Menjaga kebersihan makanan dan kebersihan
lingkungan rumah
f. Instruksikan orang tua memberikan anak minum obat
teratur
g. Jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya
memberikan makan pada anak selama dirawat di RS atau
pun dirumah
h. Mengajarkan kepada orang tua untuk mengenal dan
mencegah proses penyakit diare
i. Instruksikan orang tua datang kontrol sesuai jadwal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konsep Dasar Medik
Setelah penulis membahas konsep tinjauan
teoritis dari kasus Gastroenteritis, maka saya dapat
menarik kesimpulan akut adalah gangguan pada usus
yang terjadi akibat peradangan pada saluran pencernaan
yang terjadi secara mendadak akibat infeksi yang
mengakibatkan buang air besar yang tidak seperti
biasanya dengan frekuensi yang banyak dan encer.
Gastroenteristis akut ditandai dengan diare dan pada
beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat
kehilangancairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi
dan gangguan keseimbangan elektrolit. Gastroenteritis
merupakan sindrom penyakit yang ditandai oleh
perubahan bentuk konsistensi tinja, serta bertambahnya
frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih dalam
sehari), dengan tinja yang encer dapat berwarna hijau
ataupun dapat bercampur lendir dan darah, yang juga
berupa lendir saja (Ajis, 2018)
2. Konsep Asuhan Keperawatan
Pada pengkajian An.K, orang tua kooperatif dan
dapat dilakukan pengkajian sesuai dengan teori dan tidak
terjadi kesenjangan. Setelah melakukan pengkajian,
menentukan diagnosa, menyusun perencanaan dan
melaksanakan tindakan keperawatan, serta
mengadakanevaluasi maka penulis mencoba menarik
kesimpulan yang muncul pada Gastroenteritis akut.
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut teori
adalah:
1) Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2) Hipertermia b.d proses penyakit
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis
6) Risiko syok dengan factor risiko kekurangan volume
cairan
7) Diare berhubungan dengan inflamasi
gastrointestinalSedangkan Diagnosa keperawatan yang
penulis temukan pada saatmelakukan pengkajian adalah:
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ajis, Hasyim. (2018). Asuhan Keperawatan
Gastroenteritis Pada Tn. A Di Ruang
Inap Puskesmas Kambang. Retrieved Februari 17, 2023,
from
http://repo.stikesperintis.ac.id/168/1/48%20HASYIM
%20AJIS.pdfArifin, et al. (2022).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah S1 Keperawatan
Jilid II.Jakarta: Mahakarya Citra Utama.
Arum, A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
GEA Dengan Kasus
Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit Di Ruang
Kertawijaya RSUD Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Mojokerto:
Perpustakaan Universitas Bina Sehat.
Hartati, S., & Nurazila. (2018). Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
Jurnal Endurance, 400.
Hidayat, et. al. (2022). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah S1 Keperawatan Jilid II. Jakarta: Mahakarya Citra
Utama.
Iqbal, M. (2018). Asuhan Keperawatan Gastroenteritis
Akut. KARYA TULIS ILMIAH.
Juliansyah, E. (2021). Faktor yang berhubungan dengan
pencegahan penyakit diare pada balita di Puskesmas
Tempunak Kabupaten Sintang. Gorontalo Journal of
Public Health, 4(2), 78-89.
Mediarti, D., Hapipah, Prabowo, D., Amir, H., &
Syokumawena. (2022). Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
dan Gawat Darurat. Bandung: Media Sains Indonesia
Meriyani, H. (2018). Perbandingan Penggunaan Antibiotik
Tunggal Dan Kombinasi
Pada Pasien Pediatrik dengan Gastroenteritis Akut (GEA)
Di RSUD Wangaya Denpasar. Jurnal Ilmiah
Medicamento.Nari. (2019).
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis
Akut. Global Healt Science, 1-6.Noor, M. S. (2020,
Oktober 21).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BERUNTUNG BARU KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2020. Retrieved Februari 20, 2023,
fromhttp://eprints.uniskabjm.ac.id/id/eprint/2854
Parera, I. (2019). Asuhan Keperawatan pada Ny. E.T.A
dengan Diganosa Medis. Karya Tulis Ilmiah. Siringoringo,
et. al. (2022). Asuhan Keperawatan Anak dengan
Penyakit Infeksi.Jakarta: Yayasan Kita Menulis.Suhanda &
Nizar Ahmad. (2021). Assistancy in Medical Surgical
Nursing Care for
Clients with Digestive System Disorders: Acute
Gastroenteritis. Inspirasi Masyarakat Madani, 262-269.
Sulastri, S. (2019). Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Diagnosa Gastroenteritis. Jurnal Ilmiah Cerebral
Medika, 1-6.
Wahyuni, D. F., & Riska. (2021). GAMBARAN
PENGGUNAAN TERAPI GEA
(GASTROENTERITIS ) PADA PASIEN ANAK DI RSUD
BATARA SIANG PANGKEP SULAWESI SELATAN. Jurnal
Riset Kefarmasian Indonesia.
Zairinayati, & Sumadi, A. (2020). Analisis Kejadian Diare
Berdasarkan Sanitasi Lingkungan. Jurnal Ilmiah Multi
Science Kesehatan.