Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Penyakit Diare” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Evy Wisudariani
SKM.,MPH selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit diare. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman Cover.........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
Bab I. Pendahuluan...............................................................................................3-4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................3-4
Bab II. Pembahasan............................................................................................5-13
2.1 Pengertian Penyakit Diare..................................................................5-6
2.2 Etiologi Penyakit Diare.......................................................................6-7
2.3 Gejala Klinis Penyakit Diare..................................................................8
2.4 Patofisiologi Penyakit Diare...............................................................8-9
2.5. Epidemiologi Penyakit Diare.........................................................10-12
2.6 Pencegahan Penyakit Diare............................................................12-13
Bab III. Penutup................................................................................................14-15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................14-15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
LAMPIRAN.............................................................................................................ii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian penyakit diare.
3
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi penyakit diare.
1.3.3 Untuk mengetahui gejala klinis penyakit diare.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi penyakit diare.
1.3.5 Untuk mengetahui epidemiologi penyakit diare.
1.3.6 Untuk mengetahui pencegahan penyakit diare.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
sangat biasa, terutama pada musim kemarau. Banyak dari keadaan ini yang
sekarang diketahui adalah akibat infeksi virus di usus.
Banyak yang mungkin akibat makanan yang tercemar, terutama produk-
produk susu yang mudah dicemari bakteri dan racun, atau daging dan bahan
makanan yang tidak disimpan dalam lemari es pada musim kemarau.
Sering kali terjadi gangguan perut pada umumnya, dengan perasaan
kembung dan perut seperti terpilin. Segera setelah itu akan diikuti dengan muntah-
muntah dan/atau mencret. Sering kali penyakit ini disertai rasa seperti terbakar
dan nyeri pada anus penderita.
6
2.2.3 Faktor Melabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
7
2.3 Gejala Klinis Penyakit Diare
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai:
a. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules.
b. Ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba).
c. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
d. Suhu tubuh meningkat.
e. Tidak nafsu makan.
f. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
g. Kram abdominal.
h. Sampai demam.
i. Terasa mual dan sampai muntah.
j. Anoreksia.
k. Lemah dan lesu.
l. Wajah pucat.
m. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat.
n. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
8
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan oleh invasi
bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare
yang disertai berupa lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan
abdoman seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara
makroskopis ditemukan berupa lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati
sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa adanya lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak
mendapatkan sebuah cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan adanya leukosit.
Proses terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare
osmotik dapat terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malasorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat
garam magnesium.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada sekitar dua mekanisme yang bekerja dalam peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri dapat menyebabkan
inflamasi dan mengelurkan toksin yang dapat menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan pendarahan atau adanya leukosit
dalam feses.
Pada dasarmya mekanisme terjadinya diare akibat adanya kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Stu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut utnuk mengatasi
pertahanan mukosa usus.
9
2.5 Epidemiologi Penyakit Diare
Menurut Barua (hubungan pribadi) diperkirakan terdapat sekitar 750-1000
juta episode diare akut stiap tahun pada anak-anak usia balita di seluruh dunia dan
menjadi salah satu penyebab paling sedikit 4-5 juta kematian per tahun.
Pada negara Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu faktor
pembunuh utama bagi kalangan anak-anak karena keadaan yang cepat memburuk
akibat penderita yang biasanya kekurangan akan protein dan kalori. Diperkirakan
sekitar 40% dari kematian pada dua tahun pertama bayi setelah lahir adalah
disebabkan atau disertai oleh diare akut.
Menurut penelitian Sutoto dkk, menyatakan bahwa proporsi penderita
penyakit diare yang disebabkan oleh V. Cholera di masyarakat sangat rendah.
Hanya para penderita penyakit diare akut yang seddang dan berat saja
yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit. Faktor penyebab yang
menimbulkan diare berat dan yang mendadak pada umumnya adalah V. Cholera
El Tor, Rota virus, dan ETEC sehingga insidensinya di Rumah Sakit cukup tinggi.
Penyebaran yang disebabkan oleh Rota virus tidak hanya secara orofaecal seperti
penyakit diare akut lainnya, tetapi juga secara aerogen.
Adanya infeksi campuran merupakan salah satu penyebab akan tingginya
endimitas penyakit diare yang disebabkan oleh penyebab mikrobial. Infeksi
campuran tersebut tidak hanya terdiri dari dua penyebab infeksi tetapi juga dapat
terdiri dari tiga penyebab infeksi pada satu orang penderita. Hal tersebut
disebabkan karena keadaan kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dan sarana penyediaan air minum yang sangat terbatas.
Angka mortality penyakit diare akut telah dapat diturunkan dengan
pengobatan rehidrasi sedini mungkin (diputuskan pada Seminar Diare II di
Jakarta, 1979). Usaha yang baik dalam menurunkan angka morbiditas ialah
dengan peningkatan kesadaran akan higiene perorangan melalui pendidkan
kesehatan pada masyarakat secara langsung dan pada anak-anak di bangku
sekolah untuk jangka panjang.
Peningkatan jumlah penderita penyakit diare terjadi pada musim yang
berbeda yaitu pada puncak pertama yang tinggi terjadi pada akhir musim hujam
10
atau permulaan musim kemarau, dan puncak kedua yang lebih rendah terjadi pada
pertengahan musim hujan.
Kunci penyebaran penyakit diare akut berkemungkinan dikarenakan
berkurangnya turunnya hujan pada puncak pertama menyebabkan pemekatan
konsentrasi bakteri sehingga dosis infeksi menjadi lebih tinggi dari ambang
infeksi atau hemodilusi pada puncak kedua akibat turunnya hujan yang
menyebabkan perkembangan bakteri di alam eningkat serta dibantu dengan
musim buah-buahan serta peningkatan jumlah lalat yang mempermudah
terjadinya penyebaran penyakit.
Diare akut sudah menjadi masalah yang umum di seluruh dunia. Di negara
Amerika Serikat keluhan terhadap penyakit diare menempati peringkat ketiga dari
daftar keluhan para pasien pada beberapa praktek dokter, sementara itu di
beberapa rumah sakit di Indonesia berdasarkan data menunjukkan penyakit diare
akut yang diakibatkan infeksi menduduki peringkat pertama s/d keempat pasien
dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Pada negara maju diperkirakan insiden penyakit diare sekitar 0,5-2
episede/orang/tahun, sedangkan pada negara berkembang lebih dari itu. Di
Amerika Serikat yang memiliki penduduk sekitar 200 juta diperkirakan sekitar 99
juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan
sekitar 4 milliar kasus penyakit diare akut setiap tahun dengan tingkat mortalitas
3-4 juta pertahun. Bila data ini diterapkan di Indonesia, maka setiap tahun terdapat
sekitar 100 juta episode diare yang terjadi pada orang dewasa per tahun.
Berdasarkan laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus penyakit diare
didapatkan 13,3% pada puskesmas, di rumah sakit didapati 0,45% pada penderita
yang melakukan perobatan rawat inap dan 0.05% pasien yang melakukan
pengobatan rawat jalan. Menurut hasil pemantauan KLB tahun 1991 penyakit
diare yang dilaporkan 20 provinsi di Indonesia, jumlah KLB yang terjadi
sebanyak 282 kali dengan jumlah penderita sebanyak 65,512 orang, serta angka
kematian 1,03%. Angka Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terdapat pada provinsi
sulawesi tengah (5,5%), menyusul berikutnya provinsi maluku (4,5%), dan riau
(4,15). Penyebab utama disentri di Indonesia adalah shigella, salmonela,
campylobbacter jejuni, escherichia coli, dan entamoeba histolytica. Disentri berat
11
umumnya disebabkan oleh shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh shigella flexneri, salmonela dan enteroinvasive E.Coli (EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien
diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman yang
terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV yang positif atau AIDS,
merupakan petunjuk yang penting dalam mengidentifikasi apakah pasien beresiko
tinggi untuk diare infeksi.
untuk pencegahan penyakit diare akibat Rota virus tidak cukup hanya
dengan penyediaan air minum yang sehat dan pembuangan kotoran yang baik
tetapi juga melakukan pengadaan vaksin Rota virus.
12
Perhatian terhadap kebersihan terutama setelah keluar dari WC dan selalu
membasuh tangan dengan sabun serta air bersih yang cukup sehabis dari WC atau
sebelum makan perlu dijaga. Melindungi makanan dari lalat dan selalu
menyimpan makanan di dalam lemari es, terutama pada musim kemarau.
Pemeliharaan kebersihan terhadap makanan dan air minum ketika dalam
perjalanan sangat dianjurkan.
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, sehingga
penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi dengan baik. Ini
termasuk seperti mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama
mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari sekitaran pemukiman,
dan hewan ternak harus terjaga dari daerah manusia
Disisi lain makanan dan air merupakan penularan yang utama, hal ini
harus diberikan perhatian khusus. Air minum yang dikonsumsi, air yang
digunakan untuk keperluan membersihkan makanan, atau air yang digunakan
untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air,
harus direbus terlebih dahulu dalam beberapa menit sebelum dikonsumsi.
Dalam mengkonsumsi buah dan sayuran haruslah dibersihkan terlebih
dahulu secara menyeluruh dengsn air yang bersih sebelum dikonsumsi. Makanan
jenis daging dan hewan laut haruslah dimasak sampai matang.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi
efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang
tersedia adalah untuk V, colera, dan deman tipoid. Vaksin kolera parenteral kini
tidak begitu efektif lagi dan tidak direkomendasikan lagi untuk digunakan. Vaksin
oral kolera terbaru lebih efektif dan duaris imunitasnya berlangsung lebih
panjang.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit diare adalah suatu kejadian dimana feses yang diproduksi oleh
manusia memiliki sifat konsistensi yang cair ataupun lembek dan terjadi dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari.
Infeksi pada sistem pencernaan mengakibatkan buang-buang air besar
yang encer, dengan maupun tanpa rasa mual dan muntah-muntah adalah hal yang
sangat biasa, terutama pada musim kemarau. Banyak dari keadaan ini yang
sekarang diketahui adalah akibat infeksi virus di usus.
Sering kali terjadi gangguan perut pada umumnya, dengan perasaan
kembung dan perut seperti terpilin. Segera setelah itu akan diikuti dengan muntah-
muntah dan/atau mencret. Sering kali penyakit ini disertai rasa seperti terbakar
dan nyeri pada anus penderita.
Pada negara Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu faktor pembunuh
utama bagi kalangan anak-anak karena keadaan yang cepat memburuk akibat
penderita yang biasanya kekurangan akan protein dan kalori. Diperkirakan sekitar
40% dari kematian pada dua tahun pertama bayi setelah lahir adalah disebabkan
atau disertai oleh diare akut.
Penyebab terjadinya penyakit diare bisa dikarenakan faktor infeksi baik di
dalam maupun di luar usus, faktor non-infeksi, faktor melabsorbsi, faktor gizi,
faktor diet (pola makan), dan faktor ,lainnya.
3.2 Saran
Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar melalui pendidikan
ataupun promosi kesehatan tentang diare (meliputi gejala.tanda, derajat
keparahan, upaya pencegahan, upaya pengobatan, dan lain-lain) yang diperkirakan
untuk dilakukan secara rutin seminggu sekali.
Melakukan peningkatan dalam tindakan pencegahan diare yang benar dan
efektif seperti pemberian AASI, pemberian MP ASI, menggunakan air bersih
14
yang cukup, mencuci tangan dengan benar, menggunakan jamban, membuang
tinja bayi yang benar, dan pemberian imunisasi campak melalui pendidikan
kesehatan dengan metode diskusi partisipasi yang bersifat dua arah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dr. John F. Knigh, M.B., B.S. 2000. Family Medical Care (Vol. 3) Major Systems
of the Body and Emergencies. Indonesia Publishing House, Bandung.
Koes Irianto. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular. Alfabeta,
Bandung.
Koes Irianto. 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Alfabeta, Bandung.
Wahit Iqbal Mubarak., SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep. 2009. Ilmu
Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta.
Cyrus H. Simanjuntak dkk. Etiologi Mikrobiologis Penyakit Diare Akut. Bulletin
Penelitian Kesehatan (Health Studies in Indonesia). Vol. XI No. 2 1983.
Nelly Puspandari dkk. Identifikasi Penyebaran Kejadian Luar Biasa Kolera di
Papua Terkait Kontak Jenazah dan Sanitasi. Pusat Penelitian Biomedis dan
Farmasi Badan Litbang Depkes, Jakarta Pusat.
Muhziadi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kasus Diare di
Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh Tahun 2012. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Banda Aceh.
Ni Ketut Elsi Evayanti dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diare pada Balita yang Berobat ke Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 4 No.2. November 2014: 134-139.
Mona C. U. Aman dkk. 2015. Gambaran Gejala dan Tanda Klinis Diare Akut
pada Anak Karena Blastocystis Hominis. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3 No. 1
Januari-April 2015, Manado.
Meivi Yusinta Christy. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dehidrasi Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal
Berkala Epidemiologi, Vol. 2 No.3 September 2014: 297-308, Surabaya.
Umar Zein dkk. 2014. Diare Akut Disebabkan Bakteri. E-USU Repository
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Marylin Junias dan Eliaser Balelay. 2008. Hubungan Antara Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. MKM, Vol. 03 No. 02 Desember 2008.
16