Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Penyakit Diare” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Evy Wisudariani
SKM.,MPH selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit diare. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Jambi, 22 Agustus 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman Cover.........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
Bab I. Pendahuluan...............................................................................................3-4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................3-4
Bab II. Pembahasan............................................................................................5-13
2.1 Pengertian Penyakit Diare..................................................................5-6
2.2 Etiologi Penyakit Diare.......................................................................6-7
2.3 Gejala Klinis Penyakit Diare..................................................................8
2.4 Patofisiologi Penyakit Diare...............................................................8-9
2.5. Epidemiologi Penyakit Diare.........................................................10-12
2.6 Pencegahan Penyakit Diare............................................................12-13
Bab III. Penutup................................................................................................14-15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................14-15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
LAMPIRAN.............................................................................................................ii

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakitdiare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5


tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal
karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di
tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan
WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia,
menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2
terbesar pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian
Kesehatan, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare
mencapai 31,4 persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen.
Bayi meninggal karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam,
tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di
Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang
selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian penyakit diare?
1.2.2 Bagaimana etiologi penyakit diare?
1.2.3 Bagaimana gejala klinis penyakit diare?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi penyakit diare?
1.2.5 Bagaimana epidemiologi penyakit diare?
1.2.6 Bagaimana pencegahan penyakit diare?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian penyakit diare.

3
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi penyakit diare.
1.3.3 Untuk mengetahui gejala klinis penyakit diare.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi penyakit diare.
1.3.5 Untuk mengetahui epidemiologi penyakit diare.
1.3.6 Untuk mengetahui pencegahan penyakit diare.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Diare


Penyakit diare adalah suatu kejadian dimana feses yang diproduksi oleh
manusia memiliki sifat konsistensi yang cair ataupun lembek dan terjadi dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari.
Menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO tahun 1990, diare adalah buang
air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Sedangkan menurut WHO tahun 2000, diare didefinisikan secara klinis
sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cari) dengan
atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare
cair akut, disentri, dan diare persisten.
Diare/gastroenteritis, adalah suatu keadaan abnormal dari pengeluaran
feses dengan frekuensi tiga kali atau lebih dengan melihat konsistensi lembek,
cair, sampai dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja (Depkes RI, 1990).
Diare didefinisikan sebagai suatu mkondisi deimana terjadi perubahan
dalam kepadatan dan karakteristik dari tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih
per hari (Ramaiah, 2007:13). Diare terjadi akibat pencernaan bakteri E.COLI
terhadap makanan. Bakteri ini sangat senang berada dalam tinja manusia, air
kotor, dan makanan yang basi atau telah kadaluarsa. Untuk mencegah terjadinya
diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis serta tidak lupa untuk
selalu mencuci tangan dengan bersih (Widjaja, 2005:26).
Maka, dapat disimpulkan bahwa diare dapat diartikan sebagai suatu
kondisi buang air besar ataupun pembuangan tinja (feses) yang tidak normal yaitu
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari dengan konsistensi
tinja yang encer dapat disertau atau tanpa disertai darah ataupun lendir sebagai
akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung ataupun usus.
Infeksi pada sistem pencernaan mengakibatkan buang-buang air besar
yang encer, dengan maupun tanpa rasa mual dan muntah-muntah adalah hal yang

5
sangat biasa, terutama pada musim kemarau. Banyak dari keadaan ini yang
sekarang diketahui adalah akibat infeksi virus di usus.
Banyak yang mungkin akibat makanan yang tercemar, terutama produk-
produk susu yang mudah dicemari bakteri dan racun, atau daging dan bahan
makanan yang tidak disimpan dalam lemari es pada musim kemarau.
Sering kali terjadi gangguan perut pada umumnya, dengan perasaan
kembung dan perut seperti terpilin. Segera setelah itu akan diikuti dengan muntah-
muntah dan/atau mencret. Sering kali penyakit ini disertai rasa seperti terbakar
dan nyeri pada anus penderita.

2.2 Etiologi Penyakit Diare


2.2.1 Faktor Infeksi
a. infeksi internal, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebvab utama diare.
b. Infeksi bakteri : Vibrio coma, Echeseria coli, Salmonella, Shigella,
Compillobacter, Yersenia, dan Acromonas.
c. Infeksi virus : Entero virus (Virus echo, Coxechasi, dan
Poliomyelitis), Adeno virus, Rota virus, dan Astrovirus.
d. Infeksi parasit : Cacing, protozoa, dan jamur.
e. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti otitis media akut, tonsilopharingitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.

2.2.2 Faktor Non-infeksi


a. Alergi makanan : susu dan protein.
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi.
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
d. Obat-obatan seperti antibiotic.
e. Penyakit usus seperti colitis ulserative, crohn disease dan enterocolitis.
f. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
g. Obstruksi usus.
h. Kurang gizi.

6
2.2.3 Faktor Melabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

Pada umumnya diare terjadi disebabkan oleh bakteri, virus, malabsorsi,


alergi, dan keracunan.
Sedangkan apabila diare terjadi pada anak usia muda, biasanya faktor
penyebab yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
a. Infeksi di luar usus
Yaitu infeksi yang terjadi di bagian tubuh manapun seperti pneumonia,
infeksi telinga, tonsilitis juga dapat menyebabkan mencret dalam stadium
yang biasanya ringan.
b. Infeksi di usus
Yaitu infkesi yang dikarenakan oleh organisme disentri basiler, bakteri
salmonela, dan berbagai virus lainnya. Penyebab paling sering adalah
bakteri yang setiap hari dijumpai dalam jumlah besar yang berasal dari
lingkungan kotor. Infeksi usus yang disebabkan oleh Entamoeba
Histolytica dapat menyebabkan diare yang biasanya tidak terlalu berat dan
tidak begitu sering dijumpai oleh anak-anak. Giardia juga dapat
menyebabkan diare dalam stadium sedang pada anak kecil, dan
peningkatan jumlah tinja berwarna kuning dan terkadang berbuih.
c. Berbagai sebab lainnya
Seperti malaria tertiana maligna, infeksi hebat oleh parasit malaria tertiana
maligna dapat menyebabkan diare.
d. Diet
Serangan diare dapat terjadi karena memakan terlalu banyak bahan
makanan yang sulit dicerna seperti kacang, atau cabai, dan beberapa jenis
obat tradisional yang menyebabkan rangsangan pada usus.
e. Gizi
Diare dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada
kwashiorkor, terutama gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di
usus.

7
2.3 Gejala Klinis Penyakit Diare
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai:
a. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules.
b. Ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba).
c. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
d. Suhu tubuh meningkat.
e. Tidak nafsu makan.
f. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
g. Kram abdominal.
h. Sampai demam.
i. Terasa mual dan sampai muntah.
j. Anoreksia.
k. Lemah dan lesu.
l. Wajah pucat.
m. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat.
n. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

2.4 Patofisiologi Penyakit Diare


Sebanyak kira-kira 9-10 L cairan memasuki saluran cerna setiap harinya,
berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu
dan sebagainya. Sebagian besar (75%-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi
kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar.
Sejumlah 90% cairan di usus besar akan di resorbsi, sehingga tersisa sejumlah
150-250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama
lain. Misalnya saja, cairan intraluminal yang meningkat menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume, sehingga
motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu
cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa
usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.

8
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan oleh invasi
bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare
yang disertai berupa lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan
abdoman seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara
makroskopis ditemukan berupa lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati
sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa adanya lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun
gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak
mendapatkan sebuah cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan adanya leukosit.
Proses terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare
osmotik dapat terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malasorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat
garam magnesium.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada sekitar dua mekanisme yang bekerja dalam peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri dapat menyebabkan
inflamasi dan mengelurkan toksin yang dapat menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan pendarahan atau adanya leukosit
dalam feses.
Pada dasarmya mekanisme terjadinya diare akibat adanya kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Stu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut utnuk mengatasi
pertahanan mukosa usus.

9
2.5 Epidemiologi Penyakit Diare
Menurut Barua (hubungan pribadi) diperkirakan terdapat sekitar 750-1000
juta episode diare akut stiap tahun pada anak-anak usia balita di seluruh dunia dan
menjadi salah satu penyebab paling sedikit 4-5 juta kematian per tahun.
Pada negara Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu faktor
pembunuh utama bagi kalangan anak-anak karena keadaan yang cepat memburuk
akibat penderita yang biasanya kekurangan akan protein dan kalori. Diperkirakan
sekitar 40% dari kematian pada dua tahun pertama bayi setelah lahir adalah
disebabkan atau disertai oleh diare akut.
Menurut penelitian Sutoto dkk, menyatakan bahwa proporsi penderita
penyakit diare yang disebabkan oleh V. Cholera di masyarakat sangat rendah.
Hanya para penderita penyakit diare akut yang seddang dan berat saja
yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit. Faktor penyebab yang
menimbulkan diare berat dan yang mendadak pada umumnya adalah V. Cholera
El Tor, Rota virus, dan ETEC sehingga insidensinya di Rumah Sakit cukup tinggi.
Penyebaran yang disebabkan oleh Rota virus tidak hanya secara orofaecal seperti
penyakit diare akut lainnya, tetapi juga secara aerogen.
Adanya infeksi campuran merupakan salah satu penyebab akan tingginya
endimitas penyakit diare yang disebabkan oleh penyebab mikrobial. Infeksi
campuran tersebut tidak hanya terdiri dari dua penyebab infeksi tetapi juga dapat
terdiri dari tiga penyebab infeksi pada satu orang penderita. Hal tersebut
disebabkan karena keadaan kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dan sarana penyediaan air minum yang sangat terbatas.
Angka mortality penyakit diare akut telah dapat diturunkan dengan
pengobatan rehidrasi sedini mungkin (diputuskan pada Seminar Diare II di
Jakarta, 1979). Usaha yang baik dalam menurunkan angka morbiditas ialah
dengan peningkatan kesadaran akan higiene perorangan melalui pendidkan
kesehatan pada masyarakat secara langsung dan pada anak-anak di bangku
sekolah untuk jangka panjang.
Peningkatan jumlah penderita penyakit diare terjadi pada musim yang
berbeda yaitu pada puncak pertama yang tinggi terjadi pada akhir musim hujam

10
atau permulaan musim kemarau, dan puncak kedua yang lebih rendah terjadi pada
pertengahan musim hujan.
Kunci penyebaran penyakit diare akut berkemungkinan dikarenakan
berkurangnya turunnya hujan pada puncak pertama menyebabkan pemekatan
konsentrasi bakteri sehingga dosis infeksi menjadi lebih tinggi dari ambang
infeksi atau hemodilusi pada puncak kedua akibat turunnya hujan yang
menyebabkan perkembangan bakteri di alam eningkat serta dibantu dengan
musim buah-buahan serta peningkatan jumlah lalat yang mempermudah
terjadinya penyebaran penyakit.
Diare akut sudah menjadi masalah yang umum di seluruh dunia. Di negara
Amerika Serikat keluhan terhadap penyakit diare menempati peringkat ketiga dari
daftar keluhan para pasien pada beberapa praktek dokter, sementara itu di
beberapa rumah sakit di Indonesia berdasarkan data menunjukkan penyakit diare
akut yang diakibatkan infeksi menduduki peringkat pertama s/d keempat pasien
dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Pada negara maju diperkirakan insiden penyakit diare sekitar 0,5-2
episede/orang/tahun, sedangkan pada negara berkembang lebih dari itu. Di
Amerika Serikat yang memiliki penduduk sekitar 200 juta diperkirakan sekitar 99
juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan
sekitar 4 milliar kasus penyakit diare akut setiap tahun dengan tingkat mortalitas
3-4 juta pertahun. Bila data ini diterapkan di Indonesia, maka setiap tahun terdapat
sekitar 100 juta episode diare yang terjadi pada orang dewasa per tahun.
Berdasarkan laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus penyakit diare
didapatkan 13,3% pada puskesmas, di rumah sakit didapati 0,45% pada penderita
yang melakukan perobatan rawat inap dan 0.05% pasien yang melakukan
pengobatan rawat jalan. Menurut hasil pemantauan KLB tahun 1991 penyakit
diare yang dilaporkan 20 provinsi di Indonesia, jumlah KLB yang terjadi
sebanyak 282 kali dengan jumlah penderita sebanyak 65,512 orang, serta angka
kematian 1,03%. Angka Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terdapat pada provinsi
sulawesi tengah (5,5%), menyusul berikutnya provinsi maluku (4,5%), dan riau
(4,15). Penyebab utama disentri di Indonesia adalah shigella, salmonela,
campylobbacter jejuni, escherichia coli, dan entamoeba histolytica. Disentri berat

11
umumnya disebabkan oleh shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh shigella flexneri, salmonela dan enteroinvasive E.Coli (EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien
diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman yang
terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV yang positif atau AIDS,
merupakan petunjuk yang penting dalam mengidentifikasi apakah pasien beresiko
tinggi untuk diare infeksi.

2.6 Pencegahan Penyakit Diare


Pada umumnya, pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan. Seperti ketika hendak membuat ataupun merebus makanan haruslah
menggunakan air yang bersih (air tidak terkontaminasi dengan kuman), mencuci
tangan dengan cairan antiseptik setelah membuang kotoran ataupun tinja. Apabila
penderitatelah terkena diare, berikan cairan pengganti untuk pertolongan pertama
atau berikan oralit. Apabila penderita sudah mencret yang sangat hebat sampai
terasa sulit untuk buang air kecil ataupun tidak ada dan fisik lemas, harus segera
dibawa ke rumah sakit. Penderita yang terkena diare dengan dehidrasi harus
diatasi dehisdrasinya dahulu. Jika diare masih jarang, boleh makan seperti biasa,
tidak harus mengurangi sayur dan buah.
Apabila diare terjadi pada anak di usia muda, dapat dicegah dengan cara
sebagai berikut :
a. Pemberian air susu ibu, yang memberikan susu yang bersih dengan
komposisi yang tepat dan mengandung bahan anti-infeksi yang akan
melindungi anak terhadap penyakit diare,
b. Alat makanan yang bersih (khususnya bila membutuhkan makanan
buatan), dan
c. Penggunaan air matang, pendidikan kesehatan untuk para orang tua harus
memperhatikan berbagai ha

untuk pencegahan penyakit diare akibat Rota virus tidak cukup hanya
dengan penyediaan air minum yang sehat dan pembuangan kotoran yang baik
tetapi juga melakukan pengadaan vaksin Rota virus.

12
Perhatian terhadap kebersihan terutama setelah keluar dari WC dan selalu
membasuh tangan dengan sabun serta air bersih yang cukup sehabis dari WC atau
sebelum makan perlu dijaga. Melindungi makanan dari lalat dan selalu
menyimpan makanan di dalam lemari es, terutama pada musim kemarau.
Pemeliharaan kebersihan terhadap makanan dan air minum ketika dalam
perjalanan sangat dianjurkan.
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, sehingga
penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi dengan baik. Ini
termasuk seperti mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama
mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari sekitaran pemukiman,
dan hewan ternak harus terjaga dari daerah manusia
Disisi lain makanan dan air merupakan penularan yang utama, hal ini
harus diberikan perhatian khusus. Air minum yang dikonsumsi, air yang
digunakan untuk keperluan membersihkan makanan, atau air yang digunakan
untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air,
harus direbus terlebih dahulu dalam beberapa menit sebelum dikonsumsi.
Dalam mengkonsumsi buah dan sayuran haruslah dibersihkan terlebih
dahulu secara menyeluruh dengsn air yang bersih sebelum dikonsumsi. Makanan
jenis daging dan hewan laut haruslah dimasak sampai matang.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi
efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang
tersedia adalah untuk V, colera, dan deman tipoid. Vaksin kolera parenteral kini
tidak begitu efektif lagi dan tidak direkomendasikan lagi untuk digunakan. Vaksin
oral kolera terbaru lebih efektif dan duaris imunitasnya berlangsung lebih
panjang.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit diare adalah suatu kejadian dimana feses yang diproduksi oleh
manusia memiliki sifat konsistensi yang cair ataupun lembek dan terjadi dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari.
Infeksi pada sistem pencernaan mengakibatkan buang-buang air besar
yang encer, dengan maupun tanpa rasa mual dan muntah-muntah adalah hal yang
sangat biasa, terutama pada musim kemarau. Banyak dari keadaan ini yang
sekarang diketahui adalah akibat infeksi virus di usus.
Sering kali terjadi gangguan perut pada umumnya, dengan perasaan
kembung dan perut seperti terpilin. Segera setelah itu akan diikuti dengan muntah-
muntah dan/atau mencret. Sering kali penyakit ini disertai rasa seperti terbakar
dan nyeri pada anus penderita.
Pada negara Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu faktor pembunuh
utama bagi kalangan anak-anak karena keadaan yang cepat memburuk akibat
penderita yang biasanya kekurangan akan protein dan kalori. Diperkirakan sekitar
40% dari kematian pada dua tahun pertama bayi setelah lahir adalah disebabkan
atau disertai oleh diare akut.
Penyebab terjadinya penyakit diare bisa dikarenakan faktor infeksi baik di
dalam maupun di luar usus, faktor non-infeksi, faktor melabsorbsi, faktor gizi,
faktor diet (pola makan), dan faktor ,lainnya.

3.2 Saran
Perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar melalui pendidikan
ataupun promosi kesehatan tentang diare (meliputi gejala.tanda, derajat
keparahan, upaya pencegahan, upaya pengobatan, dan lain-lain) yang diperkirakan
untuk dilakukan secara rutin seminggu sekali.
Melakukan peningkatan dalam tindakan pencegahan diare yang benar dan
efektif seperti pemberian AASI, pemberian MP ASI, menggunakan air bersih

14
yang cukup, mencuci tangan dengan benar, menggunakan jamban, membuang
tinja bayi yang benar, dan pemberian imunisasi campak melalui pendidikan
kesehatan dengan metode diskusi partisipasi yang bersifat dua arah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr. John F. Knigh, M.B., B.S. 2000. Family Medical Care (Vol. 3) Major Systems
of the Body and Emergencies. Indonesia Publishing House, Bandung.
Koes Irianto. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular. Alfabeta,
Bandung.
Koes Irianto. 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Alfabeta, Bandung.
Wahit Iqbal Mubarak., SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S.Kep. 2009. Ilmu
Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta.
Cyrus H. Simanjuntak dkk. Etiologi Mikrobiologis Penyakit Diare Akut. Bulletin
Penelitian Kesehatan (Health Studies in Indonesia). Vol. XI No. 2 1983.
Nelly Puspandari dkk. Identifikasi Penyebaran Kejadian Luar Biasa Kolera di
Papua Terkait Kontak Jenazah dan Sanitasi. Pusat Penelitian Biomedis dan
Farmasi Badan Litbang Depkes, Jakarta Pusat.
Muhziadi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kasus Diare di
Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh Tahun 2012. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Banda Aceh.
Ni Ketut Elsi Evayanti dkk. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diare pada Balita yang Berobat ke Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 4 No.2. November 2014: 134-139.
Mona C. U. Aman dkk. 2015. Gambaran Gejala dan Tanda Klinis Diare Akut
pada Anak Karena Blastocystis Hominis. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3 No. 1
Januari-April 2015, Manado.
Meivi Yusinta Christy. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dehidrasi Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal
Berkala Epidemiologi, Vol. 2 No.3 September 2014: 297-308, Surabaya.
Umar Zein dkk. 2014. Diare Akut Disebabkan Bakteri. E-USU Repository
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Marylin Junias dan Eliaser Balelay. 2008. Hubungan Antara Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. MKM, Vol. 03 No. 02 Desember 2008.

16

Anda mungkin juga menyukai