Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KUARTAL I

UPAYA PROMOSI KESEHATAN

SATELIT PROGRAM:
Public Health Goes to Community
Public Health Goes to School
Public Health Goes to Health Center
Public Health Goes to Public Place
Public Health Goes to Office
Rapat Koordinasi Lintas Program
Penyusunan SOP Pelayanan Promosi Kesehatan

DISUSUN OLEH:
PENCERAH NUSANTARA MENTAWAI
ANGKATAN III

BEKERJA SAMA DENGAN:

PENCERAH NUSANTARA
PUSKESMAS KECAMATAN SIKAKAP
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
SUMATERA BARAT
2014-2015
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Utama


Menurut Syahrir dan Fachrurazy (2014, h. 14), sebagian besar
permasalahan kesehatan yang terdapat di Indonesia termasuk timbulnya
berbagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dipengaruhi oleh perilaku masyarakat,
seperti KLB Diare dengan penyebab utamanya yakni rendahnya perilaku
masyarakat untuk cuci tangan pakai sabun, minum air yang tidak dimasak,
serta buang air besar tidak di jamban. KLB Penyakit Demam Berdarah
disebabkan karena perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap upaya
pemberantasan sarang nyamuk dan kesehatan lingkungan. Tingginya penyakit
saluran pernapasan, TBC, serta berbagai penyakit menular lainnya juga
karena perilaku masyarakat terhadap kebersihan rumah yang masih rendah.
Demikian pula, perilaku masyarakat terhadap perawatan kehamilan
dan pasca kehamilan (persalinan, nifas) serta persalinan yang tidak ditolong
oleh petugas kesehatan menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia. Selain itu, juga masih banyak lagi perilaku masyarakat
yang menjadi penyebab utama terjadinya KLB Polio, KLB Flu Burung, serta
meningkatnya jumlah penderita Infeksi Menular Seksual dan HIV AIDS.
Di samping perilaku masyarakat yang menyebabkan meningkatnya
berbagai kasus penyakit menular, juga masih banyak lagi perilaku masyarakat
Indonesia yang menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit
degeneratif atau penyakit tidak menular lainnya, seperti penyakit jantung,
kanker, diabetes mellitus, paru-paru, dan lainnya (Syahrir & Fachrurazy, 2014,
h. 14). Hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang bahkan tidak
menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Perilaku masyarakat yang masih belum mencerminkan pola hidup
bersih dan sehat juga dapat dilihat pada hasil Riskesdas 2013. Menurut hasil
Riskesdas 2013 diketahui bahwa masih banyak rumah tangga yang tidak
melaksanakan PHBS dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 1.1 berikut.
2

Gambar 1.1 Proporsi Rumah Tangga yang Memenuhi Kriteria Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Baik Menurut Provinsi (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013, h. 187)
Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa terdapat 20 provinsi dengan
proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) baik di bawah proporsi Nasional, salah satunya adalah Provinsi
Sumatera Barat. Sedangkan berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2012 diketahui bahwa persentase rumah tangga berperilaku
hidup bersih dan sehat menurut kabupaten/kota tahun 2012 hanya sebesar
48,5% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2012, h. 150). Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika kasus penyakit menular dan tidak menular di
Provinsi Sumatera Barat masih cukup tinggi.
Padahal, salah satu visi yang harus dicapai dalam Rencana Jangka
Panjang Menengah Nasional adalah masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi
dimana masyarakat Indonesia menyadari, mau dan mampu mengenali,
mencegah, serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga
gangguan kesehatan akibat bencana maupun lingkungan dan perilaku yang
tidak mendukung untuk hidup sehat (Syahrir & Fachrurazy, 2014, h. 14).
Untuk mencapai visi tersebut, maka dibutuhkan suatu upaya promosi
kesehatan.
Di dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa
promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, dan untuk masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan
3

bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung


dengan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri
berarti masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah dan
gangguan kesehatan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya
serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan
kesehatan terlanjur datang (Syahrir & Fachrurazy, 2014, hh. 13-14).
Upaya promosi kesehatan merupakan ilmu dan seni yang dapat
membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
Pengubahan gaya hidup tersebut difasilitasi melalui penggabungan dalam hal:
1) Penciptaan lingkungan yang mendukung; 2) Pengubahan perilaku; dan 3)
Peningkatan kesadaran. Ketiga hal tersebut sejalan dengan faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat berdasarkan teori H.L Blum,
yakni faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.
Perlu diketahui bahwa derajat kesehatan masyarakat merupakan hasil
akhir yang ingin dicapai dari berbagai program Pembangunan Kesehatan
Indonesia. Pembangunan Kesehatan Indonesia sendiri merupakan salah satu
misi penting dalam akselerasi pencapaian target MDGs 2015. Dengan kata
lain, jika ingin menilai keberhasilan pencapaian target MDGs, maka dapat
dilihat dari derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, upaya promosi
kesehatan dapat dikatakan menjadi jantung dari berbagai upaya lain bidang
kesehatan untuk mencapai target MDGs 2015. Melihat pernyataan ini,
sehingga tidak mengherankan ketika salah satu upaya kesehatan wajib yang
harus ada di Puskesmas adalah upaya promosi kesehatan.
Puskesmas Sikakap merupakan salah satu puskesmas yang memiliki
dan sudah menjalankan upaya promosi kesehatan. Pada tahun 2013, upaya
promosi kesehatan di Puskesmas Sikakap masih belum memiliki program
khusus tersendiri, namun pada tahun 2014 puskesmas sudah merencanakan
dan melaksanakan lima program khusus, yakni: 1) Penyuluhan Kelompok; 2)
Penyuluhan Posyandu Rutin; 3) Penyuluhan Posyandu Lansia; 4) Penyuluhan
HIV AIDS dan Bahaya NAPZA; serta 5) Penyuluhan Penyakit Menular
(ISPA/Diare/Malaria).
4

Sampai Agustus 2014, beberapa program upaya promosi kesehatan


yang sudah dilakukan oleh Puskesmas Sikakap baik yang berjalan sendiri
maupun yang bekerja sama dengan program-program lain, yaitu:
Tabel 1.1 Pelaksanaan Upaya Promosi Kesehatan di Puskesmas Sikakap
Tahun 2014
Triwulan dan Volume
No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
I II III IV
1 Penyuluhan Kelompok 1 1 - - KB, UKBM
2 Penyuluhan Posyandu Rutin - 6 7 - KIA
3 Penyuluhan Posyandu Lansia - 3 4 - Lansia
4 Penyuluhan HIV/AIDS & Kesehatan
1 - - -
NAPZA Reproduksi
5 Penyuluhan Penyakit Menular TB
- 4 - -
(ISPA/Diare/Malaria)
(Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas, 2014)
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa dari 20 Kegiatan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat yang diprogramkan oleh Dinas Kesehatan seperti yang
tercantum pada Form Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas (LB4), yaitu
penyuluhan: 1) Penyakit HIV/AIDS; 2) Penyakit Narkoba/NAPZA; 3)
Imunisasi; 4) KIA; 5) Kesehatan Lingkungan; 6) Penyuluhan PHBS; 7)
UKBM; 8) JPKM; 9) Gizi; 10) KB; 11) Diare; 12) Batra; 13) TB; 14) Rabies;
15) Kesehatan Jiwa; 16) ISPA; 17) Kesehatan Gigi; 18) Lansia; 19)
Kesehatan Sekolah; 20) Kesehatan Lainnya, Puskesmas Sikakap masih
menjalankan enam kegiatan dalam kurun waktu Februari-Agustus 2014, yaitu
penyuluhan KB, KIA, UKBM, Lansia, TB, dan Kesehatan Reproduksi atau
masih 30% yang dijalankan dari total pelayanan promosi yang dianjurkan
oleh Dinas Kesehatan.
Di lain pihak, menurut Syahrir dan Fachrurazy (2014, hh. 15-20),
pelayanan promosi kesehatan standar yang harus dilakukan oleh puskesmas
adalah yang meliputi: 1) Promosi kesehatan di rumah tangga; 2) Promosi
kesehatan di sekolah; 3) Promosi kesehatan di institusi kesehatan; 4) Promosi
kesehatan di tempat-tempat umum; dan 5) Promosi kesehatan di tempat kerja.
Jika dikorelasikan antara kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
yang telah dilakukan Puskesmas Sikakap selama tahun 2014 ini dengan upaya
promosi kesehatan masyarakat yang standar, maka terlihat bahwa puskesmas
5

masih hanya melakukan upaya promosi kesehatan di rumah tangga dan


sekolah, sedangkan upaya promosi kesehatan di institusi kesehatan, tempat-
tempat umum (TTU), dan di tempat kerja masih belum dilakukan oleh
puskesmas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pelayanan promosi
kesehatan di Puskesmas Sikakap masih belum memenuhi Standar Pelayanan
Promosi Kesehatan.
Selain itu, berdasarkan hasil assessment akhir Pencerah Nusantara
Mentawai Batch 2 seperti pada Tabel 1.2, diketahui bahwa beberapa kegiatan
puskesmas dalam program pelayanan promosi kesehatan masih berada dalam
area kuning dan merah, yang berarti bahwa pelayanan puskesmas tersebut
berada dalam range sedang dan buruk, seperti pelayanan promosi kesehatan
merokok di dalam rumah, dimana setelah dilakukan penilaian berada dalam
status warna merah atau berkategori buruk pelayanannya karena frekuensi
puskesmas khususnya bagian Promosi Kesehatan dalam melakukan promosi
terkait topik tersebut masih 0 atau belum dilakukan.
Tabel 2.2 Hasil Assessment Akhir Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2
pada Program Pelayanan Promosi Kesehatan Puskesmas Sikakap
Tahun 2014

No Jenis Kegiatan Status


1 Jumlah kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung
2 Jumlah kegiatan promosi kesehatan di luar gedung atau
masyarakat (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat)
selama setahun
3 Jumlah keluarga dengan masalah yang telah mendapat kunjungan
rumah oleh tenaga puskesmas
4 Puskesmas sebagai model institusi kesehatan ber PHBS
1) Puskesmas bebas rokok
2) Lingkungan bersih
3) Bebas jentik
4) Jamban sehat
5) Persalinan ditolong nakes
6) Penimbangan balita
5 Jumlah promosi kesehatan Persalinan ditolong oleh Nakes
dalam setahun
6 Jumlah promosi kesehatan Menimbang balitadalam setahun
7 Jumlah promosi kesehatan Menggunakan jamban sehat dalam
setahun
8 Jumlah promosi kesehatan Mencuci tangan dengan air bersih dan
memakai sabun dalam setahun
6

9 Jumlah promosi kesehatan Memberantas jentik dalam setahun


10 Jumlah promosi kesehatan Makan sayur dan buah dalam
setahun
11 Jumlah promosi kesehatan Melakukan aktivitas Fisik dalam
setahun
12 Jumlah promosi kesehatan Merokok di dalam rumah dalam
setahun
13 Kegiatan inovasi
(Laporan Akhir Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2, 2014)
Keterangan
Hijau : Baik
Kuning : Sedang
Merah : Buruk
Oleh karena pentingnya upaya promosi kesehatan untuk mencapai
visi Pembangunan Kesehatan Indonesia dalam rangka akselerasi pencapaian
target MDGs 2015 serta upaya promosi kesehatan Puskesmas Sikakap yang
masih belum memenuhi standar, ditunjang dengan rekomendasi program dari
Pencerah Nusantara Batch 2, maka Pencerah Nusantara Batch 3 memutuskan
untuk melakukan penguatan program pada Upaya Promosi Kesehatan di
Puskesmas Sikakap.

1.2 Tujuan Utama


Standarisasi berbagai program promosi kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Sikakap, sehingga dapat mencapai visi dari promosi kesehatan itu
sendiri, yaitu:
1. Sisi Ilmu, yaitu meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Sisi Seni, yaitu pendidikan kesehatan di semua program kesehatan, baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya yang akhirnya
bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
individu, kelompok, maupun masyarakat.
7

1.3 Metode Pelaksanaan


1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para
pembuat kebijakan (decission maker) agar dapat mempercayai dan
meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan. Pembuat kebijakan
diharapkan dapat membuat berbagai peraturan yang berpihak pada
kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang
dapat mempengaruhi perilaku sehat masyarakat (Kapalawi, 2007).
Advokasi ini dilakukan secara sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap maju dan bergerak secara top-down (dari atas ke
bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik
(dalam arti luas). Misalnya, Petugas Kesehatan memberikan promosi
kesehatan dengan sokongan kebijakan publik dari kepala desa, sehingga
maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bisa tersampaikan dengan
lebih mudah kepada masyarakat.
2. Menjembatani (Mediate)
Dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan berbagai program
dan sektor yang terkait dengan kesehatan atau dukungan dari tokoh
masyarakat. Kegiatan pelaksanaan program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin
suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan, karena masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena
itu, promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
kerjasama atau kemitraan ini. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan
prasarana ketika akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang
memudahkan atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi
kesehatan yang diberikan lebih diterima.
8

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Di samping advokasi, metode pelaksanaan lain yang diterapkan
adalah pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi,
sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam
suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat,
maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya
ungkit lebih besar bagi perubahan perilaku, karena dapat menimbulkan
suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan kesehatan tersebut adalah
dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat (Kapalawi, 2007).
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan
aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam
pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan.
Partisipasi dari masyarakat sasaran harus didukung oleh adanya
kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai
dengan kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses
pemberdayaan. Dengan begitu, diharapkan kegiatan promosi kesehatan
akan berlangsung dengan lancar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,
yakni agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya
melibatkan peran serta dari masyarakat ketika kita melakukan promosi
kesehatan. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan kader yang telah dilatih atau
anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam memberikan
promosi kesehatan.
9

BAB II
SATELIT PROGRAM

2.1 Public Health Goes to Community


2.1.1 Latar Belakang
Tujuan penting Pencerah Nusantara Batch 3 Mentawai adalah
melakukan penguatan peran Puskesmas Kecamatan Sikakap untuk
percepatan pencapaian MDGs. Penguatan peran tersebut dilakukan
melalui upaya Revitalisasi Puskesmas Kecamatan Sikakap dalam
bentuk standarisasi pelayanan kesehatan baik itu pelayanan kesehatan
wajib maupun pelayanan kesehatan pengembangan.
Salah satu upaya kesehatan wajib Puskesmas Sikakap yang
perlu distandarisasi adalah pelayanan promosi kesehatan. Salah satu
jenis pelayanan promosi kesehatan standar yang harus dilakukan oleh
puskesmas adalah pelayanan promosi kesehatan di rumah tangga
(Syahrir & Fachrurazy, 2014, h.15).
Pelayanan promosi kesehatan di rumah tangga sudah dilakukan
oleh Puskesmas Sikakap dalam bentuk: 1) Penyuluhan Kelompok; 2)
Penyuluhan Posyandu Rutin; 3) Penyuluhan Posyandu Lansia; 4)
Penyuluhan HIV/AIDS dan Bahaya NAPZA; 5) Penyuluhan Penyakit
Menular (ISPA/Diare/Malaria). Namun, pelayanan promosi kesehatan
rumah tangga pada semester pertama tahun 2014 masih hanya mencapai
30% dari total pelayanan promosi yang ditargetkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Oleh karena itu, perlu
adanya intervensi yang intens dalam rangka standarisasi pelayanan
promosi kesehatan di rumah tangga melalui Program Public Health
Goes to Community.
Program Public Health Goes to Community ini disusun selain
karena pencapaian pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Kecamatan
Sikakap yang masih kurang, juga karena rekomendasi Tim Pencerah
Nusantara Batch 2 Mentawai, yakni:
10

1) Tetap melakukan penyuluhan rutin mengenai masalah kesehatan


masyarakat (PTM) pada kelompok ibu-ibu.
2) Materi penyuluhan seperti Penyakit Menular, PHBS Rumah Tangga,
dan Bahaya Perokok Pasif.
2.1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
2) Tujuan Khusus
Meningkatkan KAP (Knowledge, Attitude, dan Practice) masyarakat
tentang 30 pesan sehat rumah tangga terutama tentang penyakit tidak
menular (PTM), penyakit menular (PM), dan berbagai masalah
kesehatan di masyarakat dengan pelaksanaan promosi kesehatan
pada:
1. Kelompok masyarakat umum yang tergabung dalam kegiatan
PKK, Musenen, dan Majelis Taklim.
2. Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Posyandu Balita
dan Posyandu Lansia.
3. Kelompok ibu yang tergabung dalam kegiatan Kelas Ibu Hamil
dan Kelas Ibu Balita.
2.1.3 Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
1) Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat).
Dinas Kesehatan berperan sebagai penyedia beberapa media promosi
kesehatan, seperti lembar balik, leaflet, poster, standing banner, buku
pedoman, dan lainnya.
2) Puskesmas Kecamatan Sikakap.
Puskesmas Kecamatan Sikakap selain berperan utama sebagai objek
dalam rangka standarisasi pelayanan kesehatan, lebih penting juga
Puskesmas menjadi subjek dalam pelaksanaan promosi kesehatan
atau mitra kerja utama PN.
11

3) Sektor Pemerintahan Kecamatan Sikakap


Sektor Pemerintahan baik itu di tingkat dusun, desa, dan kecamatan
sangat berperan dalam pengambilan keputusan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan kesehatan, misalnya izin pelaksanaan, sarana
prasarana, dan lainnya.
4) Organisasi Masyarakat di Kecamatan Sikakap
Berbagai organisasi yang ada di masyarakat seperti organisasi
keagamaan (majelis taklim, pastoran) dan organisasi masyarakat
lainnya seperti PKK serta kegiatan yang berkaitan dengan
masyarakat seperti musenen sangat berperan dalam rangka
penyediaan suatu event atau kegiatan untuk dilaksanakannya
promosi kesehatan. Selain itu, juga berperan sebagai penggerak
massa yang merupakan sasaran promosi kesehatan.
2.1.4 Sasaran
1) Sasaran Primer
Sasaran primer adalah sasaran program kegiatan berdasarkan misi
pemberdayaan (empowerment), yaitu:
1. Kelompok masyarakat umum yang tergabung dalam kegiatan
PKK, Musenen, dan Majelis Taklim.
2. Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Posyandu Balita
dan Posyandu Lansia.
3. Kelompok ibu yang tergabung dalam kegiatan Kelas Ibu Hamil
dan Kelas Ibu Balita.
2) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran program kegiatan berdasarkan misi
dukungan sosial (social support), yaitu:
1. Tokoh Agama (Pastor, Pendeta, Ketua Majelis Taklim)
2. Tokoh Masyarakat (Kader Kesehatan, Ibu PKK)
3) Sasaran Tersier
Sasaran tersider adalah sasaran program kegiatan berdasarkan misi
advokasi (advocacy), yaitu:
1. Sektor Pemerintahan (Kepala Dusun, Kepala Desa, Camat)
12

2. Sektor Kesehatan (Kepala Puskesmas; Pemegang Program


Promosi Kesehatan, Pemegang Program lain yang berkaitan
seperti KIA & KB, Kesehatan Lingkungan, Gizi Masyarakat, P2P
Menulat-Tidak Menular)
2.1.5 Rincian Kegiatan
1) Penyuluhan Kelompok Masyarakat
1. PKK
1) Deskripsi Kegiatan
Promosi kesehatan yang dilakukan mengambil topik
tentang penyakit menular TBC dan gizi masyarakat. Topik ini
diambil selain karena merupakan salah satu pesan sehat dalam
30 poin PHBS rumah tangga, yakni pada poin 21 tentang
pengaturan jendela rumah sehingga aliran udara lancar dan
cukup menerima sinar matahari serta poin 22 pengonsumsian
beraneka ragam makanan setiap hari yang terdiri dari sayuran,
buah, sumber karbohidrat, sumber protein nabati dan hewani,
serta lemak.
Selain itu, yang terpenting adalah karena masih
tingginya angka penyakit menular TBC dan gizi kurang di
daerah Taikako. Berdasarkan Laporan Klinik Sanitasi Periode
Januari-Agustus 2014 dikatahui bahwa kunjungan klinik
sanitasi tertinggi karena penyakit TBC adalah di Desa Taikako
dengan jumlah kunjungan 3 pasien. Sedangkan berdasarkan
Rekapitulasi LB3 Gizi bulan Oktober tahun 2014 diketahui
jumlah akumulatif gizi buruk sebenarnya (BB/TB) di bulan
oktober 2014 yang ditemukan melalui penjaringan posyandu
adalah 1 orang di daerah Taikako.
2) Tujuan Kegiatan
1. Penyuluhan TBC
Meningkatkan pengetahuan Ibu PKK tentang penyakit TBC,
tata laksana penyakit TBC, dan cara pencegahan penyakit
13

TBC. Harapannya, Ibu-Ibu PKK dapat menyampaikan ke


masyarakat luas tentang penyakit TBC ini.
2. Penyuluhan Gizi Masyarakat
1) Meningkatkan pengetahuan Ibu PKK tentang gizi pada
masyarakat serta upaya perbaikan gizi masyarakat.
2) Menjaring komitmen Para Ibu PKK untuk bersama-sama
melakukan perbaikan gizi masyarakat melalui gerakan
sumbangan bahan pangan untuk anak gizi kurang.
3) Sasaran Kegiatan
Seluruh Ibu PKK yang ada di Desa Taikako
4) Peserta Kegiatan
35 orang Ibu PKK Desa Taikako
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Sabtu, 18 Oktober 2014
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Balai Desa Taikako, Kecamatan Sikakap
2. Musenen
1) Deskripsi Kegiatan
1. Musenen Pastoran Sikakap dan Dusun Mabolak
Promosi kesehatan yang dilakukan mengambil topik
tentang Ca Cerviks. Sebenarnya topik ini tidak terdapat
dalam 30 indikator PHBS rumah tangga, tetapi mengingat
terdapatnya kasus morbiditas dan kasus mortalitas karena
Ca Cerviks di Puskesmas Sikakap baik yang berasal dari
dalam maupun di luar wilayah kerja Puskesmas Sikakap.
Ca Cerviks sendiri masih menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian akibat kanker pada perempuan
di Indonesia, meskipun pemerintah sudah mengadakan
program skrining. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya skrining Ca Cerviks serta
masih terbatasnya akses informasi terhadap pelayanan
kesehatan. Padahal, perempuan merupakan komponen SDM
14

yang memiliki peran besar dalam mewujudkan lahirnya


generasi muda yang sehat serta memiliki andil atas
perekonomian di Indonesia sebagai tenaga kerja perempuan,
yang keduanya merupakan hal penting dalam upaya
akselerasi pencapaian MDGs.
2. Musenen Gereja Bukuk Monga
1) Pentingnya Air Bersih
Air adalah sumber kebutuhan untuk kehidupan
sehari-hari, namun penyediaan air bersih di daerah
Taikako, yang tergolong daerah sulit akses air bersih,
dengan sumber air utama adalah sumur, air hujan, air
pegunungan yang hampir semua tidak terlindungi.
Penyediaan air dengan kualitas yang masih
diragukan tersebut menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakat Taikako seperti penyakit gatal-gatal pada
kulit dan kejadian diare, sesuai yang tertera pada
Laporan Klinik Sanitasi Periode Januari-Agustus 2014.
Pengetahuan yang kurang membuat masyarakat
tidak tahu bagaimana cara mengelola sumber air menjadi
bersih dan layak pakai, sebagaimana syarat air bersih
(parameter fisik) yakni tidak keruh, tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau.
2) Pola Asuh pada Anak
Salah satu indikator kesehatan masyarakat adalah
dilihat dari angka kematian bayi dan balita (Syahrir &
Fachrurazy, 2014, h.1). Dalam kurun waktu Januari-
Agustus 2014, dilaporkan terdapat 6 kematian bayi dan 2
kematian balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Sikakap. Selain disebabkan oleh faktor internal, yakni
imunitas, kematian bayi dan balita juga disebabkan oleh
faktor eksternal, yakni pola asuh yang tidak tepat.
15

2) Tujuan Kegiatan
1. Musenen Pastoran Sikakap dan Dusun Mabolak
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang rentan
terkena Ca Cerviks, dalam hal ini adalah kaum ibu-ibu,
yang tersebar di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan serta
ibu-ibu di Dusun Mabolak.
2. Musenen Gereja Bukuk Monga
Untuk meningkatkan pengetahuan dari masyarakat Bukuk
Monga, Desa Taikako, tentang:
1) Program Kesehatan Lingkungan: Pentingnya air bersih
bagi kesehatan manusia dan penyaringan air dengan
metode Saringan Pasir Lambat.
2) Program Kesehatan Ibu dan Anak serta KB: Pola asuh
pada anak.
3) Sasaran Kegiatan
1. Musenen Pastoran Sikakap
Seluruh Ibu-Ibu Umat Katholik di Pagai Utara dan Pagai
Selatan.
2. Musenen Dusun Mabolak
Seluruh Ibu-Ibu di Dusun Mabolak, Desa Sikakap
3. Musenen Gereja Bukuk Monga
Seluruh Masyarakat Dusun Bukuk Monga, Desa Taikako
4) Peserta Kegiatan
1. Musenen Pastoran Sikakap
126 jemaat
2. Musenen Dusun Mabolak
19 orang
3. Musenen Gereja Bukuk Monga
28 orang
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1. Musenen Pastoran Sikakap
Jumat, 31 Oktober 2014
16

2. Musenen Dusun Mabolak


Minggu, 5 Oktober 2014
3. Musenen Gereja Bukuk Monga
Senin, 13 Oktober 2014
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
1. Musenen Pastoran Sikakap
Gereja Pastoran Sikakap Timur, Desa Sikakap
2. Musenen Dusun Mabolak
Gereja Dusun Mabolak, Desa Sikakap
3. Musenen Gereja Bukuk Monga
Gereja Bukuk Monga, Desa Taikako
3. Majelis Taklim
1) Deskripsi Kegiatan
Secara kronologis, usia manusia akan terus bertambah
seiring bergantinya waktu. Bersamaan dengan meningkatnya
usia, beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut mengalami
kemunduran. Pendengaran mulai menurun, penglihatan kabur,
dan kekuatan fisiknya pun mulai melemah. Begitu juga fungsi
reproduksi.
Kenyataan itulah yang dialami oleh orang yang sudah
lanjut usia (lansia). Garis hidup alami yang harus dilalui
manusia itu merupakan suatu keadaan komplek. Hal ini
dikarenakan manusia yang sudah usia lanjut banyak
mengalami berbagai masalah kehidupan bukannya hanya
faktor bilogis tersebut saja, tetapi juga faktor psikologis dan
sosial mempengaruhi gaya hidup mereka. Menjadi tidak akan
bisa dihindari tetapi harus dipersiapkan dengan baik agar
mampu mengarungi hidup semasa tua tersebut dengan sehat
dan bahagia, salah satunya dengan peningkatan pengetahuan
menopause pada lansia agar dapat mempersiapkan penurunan
fungsi reproduksi dengan baik.
17

2) Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan para lansia (wanita) khususnya di
Desa Sikakap tentang menopause, diharapkan dapat menjadi
bekal untuk mempersiapkan penurunan fungsi reproduksi
karena bertambahnya usia.
3) Sasaran Kegiatan
Seluruh lansia (wanita) yang berada di Desa Sikakap
4) Peserta Kegiatan
17 orang lansia
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Minggu, 7 Desember 2014
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Musholla Ar-Rahman, Dusun Sikakap Tengah, Desa Sikakap
2) Penyuluhan Kelompok Ibu
1. Ibu Hamil
1) Latar Belakang Kegiatan
Berdasarkan Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium di Indonesia Tahun 2013 diketahui bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) baru dapat ditekan dari 390 per 100.000
kelahiran hidup pada Tahun 1991 menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup pada Tahun 2012, padahal target AKI adalah
102 per 100.000 kelahiran hidup.
Akselerasi pencapaian tujuan MDGs kelima ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius dan kerja yang lebih keras
lagi oleh semua lini kehidupan di Indonesia, termasuk Instansi
Kesehatan, seperti Puskesmas Kecamatan Sikakap. Meskipun
tidak tercatat adanya kematian ibu pada tahun 2014, tetapi
masih banyak ditemukan proses persalinan dengan penyulit.
Adanya faktor penyulit selama proses persalinan ini yang
berisko menyebabkan kematian ibu dapat terjadi disebabkan
oleh rendahnya pengetahuan ibu dalam perawatan kesehatan
ibu selama kehamilan. Karena itu, agar dapat meningkatkan
18

pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil tentang perawatan


kesehatan selama kehamilan, maka perlu dilakukan suatu
upaya promosi kesehatan.
2) Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang:
1. Kehamilan; Keluhan fisiologis dan tanda bahaya kehamilan.
2. Tanda bahaya persalinan; Proses persalinan; IMD (Inisiasi
Menyusui Dini); ASI Eksklusif; Tanda bahaya pada masa
nifas; Keluarga berencana.
3. Perawatan bayi; Mitos; Penyakit menular; Akta kelahiran.
3) Sasaran Kegiatan
Suluruh ibu hamil, suami, atau keluarga di Kecamatan Sikakap
4) Peserta Kegiatan
1. 9 orang ibu hamil yang berada di Dusun Sikakap Tengah
dan Timur.
2. 9 orang ibu hamil yang berada di Dusun Tunang, Sarere,
Keleu, Bubugra, Bubuakat.
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1. Kamis, 23 Oktober 2014 dan Kamis, 20 November 2014
2. Minggu, 7 Desember 2014
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
1. Rumah Petugas Kesehatan Desa di Dusun Sikakap Tengah
2. Gedung PNPM di Desa Matobe
3. Ibu Balita
1) Latar Belakang Kegiatan
Berdasarkan Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium di Indonesia Tahun 2013 diketahui bahwa terjadi
penurunan Angka Kematian Balita dari 97 per 1.000 kelahiran
hidup tahun 1991 menjadi 40 per 1.000 kelahiran hidup tahun
2012 dengan target 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan
untuk Angka Kematian Bayi juga mengalami penurunan dari
19

68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1.000 kelahiran


hidup dengan target 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Akselerasi pencapaian tujuan MDGs keempat ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius dan kerja yang lebih keras
lagi oleh semua lini kehidupan di Indonesia, termasuk Instansi
Kesehatan, seperti Puskesmas Sikakap. Hal ini dikarenakan
masih terdapatnya kematian bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Sikakap seperti pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Jumlah Kematian Bayi per Januari Agustus 2014

No Kematian Keterangan
1. Bayi 6 orang 1 Anencephalus
1 Hidrochepalus
1 Lahir Mati
1 Aspirasi
1 BBLR Taikako Hulu
1 Susp. TB

Tabel 2.2 Jumlah Kematian Balita per Januari Agustus 2014

No Kematian Keterangan
1. Balita 2 orang 1 Susp. Pneumonia
1 Luka Bakar

Berdasarkan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 diketahui bahwa


terdapat 6 kematian bayi dan 2 kematian balita dalam kurun
waktu Januari-Agustus 2014. Berdasarkan hasil assessment,
diketahui bahwa salah satu faktor yang menyebabkan masih
adanya kematian bayi dan balita adalah karena sebagian besar
keluarga memiliki pengetahuan kesehatan bayi yang masih
rendah termasuk juga mitos dan budaya yang keliru tentang
perawatan bayi dalam keluarga dan masyarakat.
2) Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan ibu balita di Kecamatan Sikakap
tentang kesehatan balita.
3) Sasaran Kegiatan
Seluruh ibu balita di Kecamatan Sikakap
20

4) Peserta Kegiatan
14-15 ibu balita di Dusun Sikakap Tengah
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Sabtu, 8 November 2014 dan Senin, 1 Desember 2014
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu Sikakap Tengah, Desa Sikakap
3) Penyuluhan di Posyandu
1. Posyandu Balita
1) Latar Belakang Kegiatan
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011).
Manfaat posyandu dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sangat besar. Salah satu manfaat
utamanya adalah memudahkan masyarakat untuk mendapat
informasi kesehatan terutama terkait perkembangan kesehatan
balita, yang dalam hal teknisnya bisa diakses pada meja 4.
Berdasarkan hasil assessment awal, diketahui bahwa masih
banyak posyandu dimana meja 4 untuk pelayanan informasi
kesehatan masih belum berjalan, sehingga secara tidak
langsung mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kesehatan
balitanya setelah mendapatkan pelayanan di meja lainnya.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan kematian bayi ataupun balita.
21

2) Tujuan Kegiatan
Meningkatnya pengetahuan ibu tentang Grafik KMS; Jenis-
jenis imunisasi, manfaat, dan efek samping imunisasi; serta
tumbuh kembang balita dan pemenuhan gizi pada balita.
3) Sasaran Kegiatan
Seluruh peserta posyandu di Kecamatan Sikakap
4) Peserta Kegiatan
Seluruh peserta posyandu di Kecamatan Sikakap
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Setiap pelaksanaan Posyandu Balita di Kecamatan Sikakap
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu Balita di Kecamatan Sikakap
2. Posyandu Lansia
1) Latar Belakang Kegiatan
Berdasarkan Laporan Kunjungan Lansia ke Puskesmas
Kecamatan Sikakap Tahun 2014, diketahui masalah kesehatan
yang sering dialami oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sikakap adalah hipertensi, diabetes mellitus, hiperurisemia,
dan gastritis. Dalam Pasal 14 Ayat 2 UU No 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia, pelayanan kesehatan bagi
lansia dilaksanakan salah satunya melalui peningkatan
penyuluhan dan penyebarluasan informasi melalui Posyandu
Lansia tentang penyakit yang sering berkaitan dengan lansia
dan cara menanggulanginya.
2) Tujuan Kegiatan
Meningkatnya pengetahuan lansia di Kecamatan Sikakap
tentang penyakit tidak menular, gizi lansia, pola hidup sehat
pada lansia.
3) Sasaran Kegiatan
Seluruh lansia di Kecamatan Sikakap
22

4) Peserta Kegiatan
Lansia di Posyandu Lansia Desa Matobe (Polaga, Mangau-
Ngau, dan Tunang), Desa Sikakap (Sikakap Timur, Seay Lama,
Seay Baru, HVA), dan Desa Taikako (Muara Taikako, Kautek).
5) Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Setiap pelaksanaan Posyandu Lansia di Kecamatan Sikakap
6) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu Lansia di Kecamatan Sikakap
2.1.6 Metode Pelaksanaan
1) Penyuluhan Kelompok Masyarakat
1. PKK
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyait TBC dilakukan dengan
metode penyuluhan kelompok, dimana terdapat satu penyuluh
yang memberikan penyuluhan kepada Ibu-Ibu PKK di Muara
Taikako yang meliputi penyakit TBC itu sendiri, faktor
penyebab, tatalaksana, dan cara pencegahan penyakit TBC.
Sedangkan untuk materi gizi masyarakat dilakukan dengan
metode pemicuan, dimana fasilitator melakukan pemicuan
terhadap rasa malu, rasa berdosa, rasa peduli, rasa tanggung
jawab ketika ada salah satu dari anggota masyarakat maupun
keluarga sendiri menderita gizi kurang.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
Materi promosi kesehatan dalam bentuk power point untuk
penyakit TBC dan leaflet untuk materi gizi masyarakat dengan
dibantu media laptop, projector, dan LCD serta kertas plano
dan alat tulis.
3) Pihak yang Terlibat
Penyuluh materi Penyakit TBC adalah Koordinator Petugas
Kesehatan Desa Taikako, Petugas Kesehatan Desa Taikako.
Sedangkan fasilitator dalam rangka promosi kesehatan Gizi
Masyarakat adalah Tim Pencerah Nusantara. Pada kegiatan ini
23

juga dihadiri oleh Kepala Puskesmas beserta Ketua PKK Desa


Taikako.
2. Musenen
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang Ca Cerviks di Musenen Pastoran
dilakukan dengan metode seminar dan di Musenen Dusun
Mabolak dilakukan dengan metode penyuluhan kelompok.
Sedangkan untuk promosi kesehatan di Musenen Bukuk
Monga dilakukan dengan 2 cara, yakni materi air bersih
dengan pemicuan dan demonstrasi sedangkan pola asuh
dengan penyuluhan kelompok.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
1. Promosi Kesehatan Ca Cerviks di Musenen Pastoran
Alat Bantu : Laptop, Projector, dan LCD
Media : Materi power point
2. Promosi Kesehatan Ca Cerviks di Musenen Mabolak
Alat Bantu : Laptop
Media : Materi power point
3. Promosi Kesehatan Air Bersih di Musenen Bukuk Monga
Alat Bantu : Saringan Pasir Lambat
Media : Flipchart
4. Promosi Kesehatan Pola Asuh Anak di Musenen Dusun
Bukuk Monga
Alat Bantu :-
Media :-
3) Pihak yang Terlibat
1. Promosi Kesehatan Ca Cerviks di Musenen Pastoran
Petugas IGD Puskesmas Sikakap sebagai Moderator dan
Tim Pencerah Nusantara sebagai Narasumber.
2. Promosi Kesehatan Ca Cerviks di Musenen Mabolak
Kader Posyandu Dusun Mabolak sebagai Moderator dan
Tim Pencerah Nusantara sebagai Narasumber.
24

3. Promosi Kesehatan Air Bersih di Musenen Bukuk Monga


Pemegang Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Sikakap sebagai fasilitator pemicuan dan Tim Pencerah
Nusantara sebagai narasumber demonstrasi penyaringan air.
4. Promosi Kesehatan Pola Asuh Anak di Musenen Dusun
Bukuk Monga
Staf Program Promosi Kesehatan Puskesmas Sikakap
sebagai Narasumber sedangkan Tim Pencerah Nusantara
sebagai Moderator.
3. Majelis Taklim
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi lansia, yakni
menopause dilakukan dengan metode penyuluhan kelompok.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
Alat Bantu : Laptop, LCD, Projector
Media : Materi Power Point
3) Pihak yang Terlibat
Ketua Majelis Taklim sebagai Moderator dan Tim Pencerah
Nusantara sebagai Narasumber.
2) Penyuluhan Kelompok Ibu
1. Ibu Hamil
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan di Kelas Ibu Hamil dilakukan dengan
metode penyuluhan kelompok.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
Flipchart, Leaflet, Buku Panduan
3) Pihak yang Terlibat
Pemegang Program SP2TP Puskesmas Sikakap dan Staf
Program Promosi Kesehatan sebagai Narasumber beserta
dengan Tim Pencerah Nusantara dengan fasilitator yakni
Petugas Kesehatan Desa Sikakap.
25

2. Ibu Balita
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan di Kelas Ibu Balita dilakukan dengan
metode penyuluhan kelompok.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
Flipchart, Leaflet, Buku Panduan
3) Pihak yang Terlibat
Pemegang Program SP2TP Puskesmas Sikakap dan Tim
Pencerah Nusantara sebagai Narasumber dan Kader Posyandu
sebagai Moderator.
3) Penyuluhan di Posyandu
1. Posyandu Balita
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan di Posyandu Balita dilakukan di Meja 4
dalam bentuk Konseling Personal.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
Buku KIA pada bagian KMS (Kartu Menuju Sehat) dan Poster
tentang Grafik KMS beserta Tahapan Tumbuh Kembang Anak.
3) Pihak yang Terlibat
Petugas Kesehatan Desa Puskesmas Sikakap, Kader Posyandu,
dan atau Tim Pencerah Nusantara.
2. Posyandu Lansia
1) Metode Penyuluhan
Promosi kesehatan di Posyandu Lansia dilakukan di Meja 5
dalam bentuk Konseling Personal setelah pengukuran dan
pemeriksaan.
2) Alat Bantu dan Media yang Digunakan
KMS Lansia, Buku Kohort Posyandu Lansia
3) Pihak yang Terlibat
Petugas Kesehatan Desa Puskesmas Kecamatan Sikakap dan
Tim Pencerah Nusantara
26

2.1.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.3 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut Public Health Goes to Community

PENCAPAIAN PN 2 STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK


OUTCOME
KUARTAL IV PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL I LANJUT
1. Pelaksanaan Memberdayakan Promosi 1. Terlaksananya PKK 1. Penyuluhan pada
penyuluhan anggota rumah Kesehatan pada penyuluhan kelompok 1. Terlaksananya kelompok masyarakat
kelompok pada tangga agar Kelompok masyarakat di PKK, penyuluhan pada (PKK, Musenen, Majelis
Ibu-Ibu PKK dan tahu, mau, dan Masyarakat Musenen, Majelis kelompok Ibu PKK di Taklim) lebih dirutinkan
Ibu-Ibu Musenen. mampu Keagamaan Taklim. Dusun Muara Taikako kembali, minimal setiap
2. Ibu-Ibu aktif mempraktikkan (PKK, Musenen, 2. Partisipasi masyarakat (Taikako) tentang TBC satu bulan sekali.
bertanya tentang perilaku hidup Majelis Taklim) dalam penyuluhan dan Gizi Masyarakat 2. Mengadvokasi Petugas
hipertensi dan cara bersih dan sehat kelompok meningkat oleh Petugas Puskesmas Puskesmas untuk lebih
penanggulangan serta berperan misalnya dalam dan PN 3. giat lagi melakukan
hipertensi aktif dalam bentuk pertanyaan. 2. Sasaran aktif bertanya penyuluhan pada
3. Ibu-Ibu gerakan 3. Masyarakat mampu dan mampu mengulang kelompok masyarakat
mengetahui kesehatan di mengulang kembali kembali materi terutama kelompok
tentang faktor masyarakat. pesan sehat pada penyuluhan. masyarakat Majelis
risiko hipertensi materi penyuluhan. 3. Sasaran mengetahui dan Taklim.
dan cara 4. Meningkatnya berkomitmen 3. Lebih memperjelas
penanggulangan pengetahuan melaksanakan pesan proses monitoring dan
hipertensi masyarakat tentang 30 kesehatan terutama evaluasi knowledge
4. Ibu-Ibu pesan sehat terutama terkait masalah gizi sasaran setelah
mengetahui apa itu tentang penyakit tidak masyarakat. mendapatkan pesan
PTM dan macam- menular (PTM), Musenen kesehatan.
macam PTM penyakit menular 1. Terlaksananya 4. Melaksanakan follow up
(PM), dan berbagai penyuluhan pada untuk mengetahui
masalah kesehatan di kelompok Ibu Musenen apakah masyarakat
masyarakat. (Kristen Katholik) se- sudah melaksanakan
Kepulauan Pagai Utara pesan kesehatan seperti
27

Selatan di Pastoran, yang terdapat dalam


Sikakap oleh Petugas materi penyuluhan atau
Puskesmas dan PN 3 belum (Monitoring dan
tentang Ca Cerviks. Evaluasi Attitude &
2. Terlaksananya Practice).
penyuluhan pada 5. Sasaran diperluas, selain
kelompok Musenen untuk kalangan ibu-ibu
(Bapak, Ibu) di Dusun juga untuk kalangan
Bukuk Monga, Taikako bapak-bapak.
tentang KIA. 6. Materi penyuluhan
3. Terlaksananya mengacu pada 30 pesan
penyuluhan pada PHBS di rumah tangga.
kelompok Musenen Tetapi juga dapat
(Ibu) di Dusun disesuaikan dengan
Mabolak, Sikakap permasalahan kesehatan
tentang Ca Cerviks. yang ada di wilayah
4. Sasaran aktif bertanya kerja Puskesmas Sikakap
dan mampu mengulang ataupun permintaan dari
kembali materi sasaran sendiri.
penyuluhan.
Majelis Taklim
1. Terlaksananya
penyuluhan pada
kelompok Ibu Majelis
Taklim Desa Sikakap
tentang Kesehatan
Reproduksi Lansia oleh
PN 3.
2. Sasaran aktif bertanya
dan mampu mengulang
kembali materi.
28

Promosi Kelompok Ibu Hamil Kelompok Ibu Hamil 1. Penyuluhan pada


Kesehatan pada Meningkatnya Terlaksananya penyuluhan Kelompok Ibu Balita
Kelompok Ibu pengetahuan ibu hamil di Kelas Ibu Hamil Dusun perlu lebih dirutinkan
Hamil dan Balita tentang masa kehamilan Sikakap Timur, Desa lagi, minimal 1 kali
yang sehat sampai nifas. Sikakap; Dusun Tunang, dalam sebulan.
Kelompok Ibu Balita Desa Matobe; Dusun Bulak 2. Perlu dilakukan
Meningkatnya Monga, Desa Taikako monitoring dan evaluasi
pengetahuan ibu balita tentang: 1) Kehamilan, knowledge materi
terkait kesehatan balita. Perubahan Tubuh, dan penyuluhan pada
Keluhan; 2) Perawatan Kelompok Ibu Balita
Kehamilan oleh Petugas seperti pre test dan post
Puskesmas dan PN 3. test atau metode lain.
Kelompok Ibu Balita 3. Perlu dilakukan
Terlaksananya penyuluhan monitoring dan evaluasi
di Kelas Ibu Balita Dusun attitude-practice pada
Sikakap Tengah, Desa Kelompok Ibu Balita
Sikakap oleh Petugas dan Ibu Hamil.
Puskesmas dan PN 3 4. Materi penyuluhan
tentang ASI dan MP-ASI. mengacu pada 30 pesan
PHBS di rumah tangga.
Tetapi juga dapat
disesuaikan dengan
permasalahan kesehatan
di wilayah kerja
Puskesmas Sikakap
ataupun permintaan dari
sasaran sendiri.
Promosi Posyandu Balita Posyandu Balita 1. Pelaku proses
Kesehatan di Meningkatnya 1. Terlaksananya penyuluhan pada
Posyandu Balita pengetahuan ibu tentang penyuluhan di Posyandu Balita dan
dan Lansia Grafik KMS; Jenis-jenis Posyandu Balita dalam Posyandu Lansia perlu
29

imunisasi, manfaat, dan bentuk Konseling ditinjau dan diatur


efek samping imunisasi; Personal oleh Petugas kembali. Untuk
serta tumbuh kembang Kesehatan, Kader penyuluhan dalam
balita dan pemenuhan gizi Posyandu, atau PN 3 bentuk konseling
pada balita. kepada Ibu Balita personal deskripsi KMS
Posyandu Lansia tentang Grafik KMS; dilakukan oleh Kader
Meningkatnya Jenis imunisasi, Posyandu. Sedangkan
pengetahuan lansia manfaat, dan efek untuk penyuluhan
tentang penyakit tidak samping imunisasi; secara kelompok
menular, gizi lansia, pola Tumbuh kembang dilakukan oleh Tenaga
hidup sehat pada lansia. balita; Pemenuhan gizi Kesehatan dengan
balita. materi dalam konteks
2. Terlaksananya memperjelas hasil
penyuluhan di konseling atau
Posyandu Balita dalam berdasarkan analisis
bentuk Penyuluhan hasil pemeriksaan
Kelompok oleh Petugas kesehatan atau
Puskesmas maupun PN permintaan dari sasaran
3 kepada Ibu Balita atau kader.
tentang pentingnya 2. Perlu melakukan TOT
posyandu, gizi pada Kader Posyandu agar
balita, tumbuh kader dapat
kembang anak. melaksanakan
Posyandu Lansia fungsinya pada meja
1. Terlaksananya penyuluhan.
penyuluhan di 3. Perlu dilakukan
Posyandu Lansia dalam monitoring dan evaluasi
bentuk Konseling terhadap KAP sasaran
Personal oleh Petugas (konwledge, attitude,
Kesehatan maupun PN practice) untuk
3 kepada Lansia tentang mengetahui
30

Hasil KMS Lansia; Gizi keberhasilan


Lansia; Pola hidup penyuluhan.
sehat pada lansia. 4. Materi penyuluhan
2. Terlaksananya mengacu pada 30 pesan
penyuluhan di PHBS di rumah tangga.
Posyandu Lansia dalam Tetapi juga dapat
bentuk Penyuluhan disesuaikan dengan
Kelompok tentang Gizi permasalahan kesehatan
Lansia; Penyakit yang yang ada di wilayah
biasa menyerang lansia. kerja Puskesmas
Sikakap ataupun
permintaan dari sasaran
sendiri.

2.1.8 Evaluasi dan Rekomendasi


Tabel 2.4 Evaluasi dan Rekomendasi Public Health Goes to Community
No. Evaluasi Rekomendasi
1. Jadwal promosi kesehatan di beberapa kelompok sasaran seperti Membuat kesepakatan bersama dengan Kelompok PKK, Kelompok
Kelompok PKK, Kelompok Musenen, dan Kelompok Majelis Taklim Musenen, dan Kelompok Majelis Taklim untuk merutinkan jadwal
masih belum rutin. promosi kesehatan, minimal sekali dalam sebulan.
2. Proses monitoring dan evaluasi perubahan pengetahuan belum Proses monitoring dan evaluasi tidak harus dilakukan secara formal
dilakukan secara konsisten. melalui pre test dan post test dalam bentuk tertulis (kuantitatif), tapi
dapat juga dilakukan secara kualitatif seperti kemampuan merecall
materi serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sasaran
setempat.
3. Perubahan perilaku dan sikap masyarakat sasaran belum bisa terukur. Melakukan penjaringan komitmen untuk implementasi pesan kesehatan
serta mengadakan follow up yang rutin dan jelas (monitoring dan
evaluasi terstruktur).
31

2.1.9 Dokumentasi
1) Promosi Kesehatan pada Kelompok PKK, Musenen, Majelis Taklim

Gambar 2.1 Promosi Kesehatan tentang Penyakit TBC oleh Koordinator


Petugas Kesehatan Desa Taikako pada Ibu-Ibu PKK Desa Taikako di
Muara Taikako, Desa Taikako Bekerja Sama dengan Tim PN

Gambar 2.2 Promosi Kesehatan tentang Gizi Masyarakat oleh Tim PN


pada Ibu-Ibu PKK Desa Taikako di Muara Taikako, Desa Taikako
Bekerja Sama dengan Puskesmas Kecamatan Sikakap
32

Gambar 2.3 Promosi Kesehatan tentang Ca Cerviks oleh Tim PN pada


Ibu-Ibu Umat Katholik Se-Pagai Utara Selatan pada Musenen di Gereja
Pastoran Sikakap Bekerja Sama dengan Pastoran

Gambar 2.4 Ibu-Ibu Umat Khatolik Se-Pagai Utara Selatan sebagai


Masyarakat Sasaran dalam Promosi Kesehatan tentang Ca Cerviks di
Gereja Pastoran Sikakap
33

Gambar 2.5 Promosi


Kesehatan tentang Air
Bersih dan Pola Asuh Anak
oleh Tim PN dan Puskesmas
di Musenen Bukuk Mongan,
Desa Taikako
34

Gambar 2.6 Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi Lansia


pada Ibu-Ibu Majelis Taklim Desa Sikakap
35

2) Promosi Kesehatan pada Kelompok Ibu Hamil dan Ibu Balita

Gambar 2.7 Promosi Kesehatan pada Kelompok Ibu Hamil di Desa


Sikakap, Taikako, dan Matobe meliputi Pre Test & Post Test, Konseling,
dan Penyuluhan oleh Tim PN, Puskesmas Kecamatan Sikakap, dan NGO
SurfAid Internasional
36

3) Promosi Kesehatan di Posyandu Balita dan Lansia

Gambar 2.8 Penyuluhan Kelompok pada di Posyandu Balita Bulak


Monga-Rua Monga, Desa Taikako oleh Petugas Kesehatan Desa Taikako

Gambar 2.9 Promosi Kesehatan Personal pada Posyandu Balita Seay


Lama, Desa Sikakap oleh Petugas Kesehatan Desa Sikakap
37

Gambar 2.10 Promosi Kesehatan Personal (Konseling) pada Lansia di


Posyandu Lansia Matobe dan Taikako oleh Tim PN dan Petugas
Kesehatan Desa
38

2.2 Public Health Goes to School


2.2.1 Latar Belakang
Promosi kesehatan mencakup berbagai lingkup sasaran di
masyarakat. Salah satu sasaran yang mempunyai pengaruh adalah anak-
anak di sekolah. Anak-anak di sekolah merupakan generasi muda yang
kelak akan meneruskan kehidupan sosial di Indonesia. Oleh karena itu,
sudah seharusnya anak-anak di sekolah dibekali pengetahuan minimal
tentang 9 Pesan PHBS di sekolah. Perilaku hidup bersih dan sehat yang
dimiliki sejak dini akan mempengaruhi pola perilaku anak-anak
terhadap kesehatan masyarakat nantinya.
Bagian Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kecamatan
Sikakap sudah melakukan promosi kesehatan di sekolah, namun masih
terbatas pada promosi kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi dalam
hal ini adalah HIV AIDS dan NAPZA sedangkan pesan kesehatan dasar
lainnya yang menunjang kenyamanan belajar siswa dan juga penting
untuk diketahui oleh anak-anak di sekolah masih belum tersampaikan.
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2 sebenarnya sudah memfasilitasi
kedua topik promosi kesehatan tersebut dalam program PN Goes to
School, namun karena intervensi Pencerah Nusantara Mentawai Batch
3 mengedepankan prinsip sustainability, oleh karena itu program
tersebut diubah dengan nama Public Health Goes to School dengan
harapan tidak hanya Tim Pencerah Nusantara yang akan turun untuk
memberikan promosi kesehatan di sekolah-sekolah, tetapi juga semua
pihak yang terlibat dalam kesehatan masyarakat terutama Puskesmas.
2.2.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah di
Kecamatan Sikakap agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Upaya
mewujudkan PHBS di sekolah mempunyai manfaat yang besar
dalam meningkatkan status kesehatan siswa, yaitu terwujudnya
sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan masyarakat
39

lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman


penyakit, meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang
berdampak pada prestasi belajar siswa, mampu menarik minat orang
tua, serta mengangkat citra pemerintah daerah bidang pendidikan.
2) Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan siswa, guru, masyarakat lingkungan
sekolah terkait sekolah sehat.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa, guru, masyarakat lingkungan
sekolah terkait 9 pesan PHBS Sekolah.
3. Meningkatkan pengetahuan siswa terkait kesehatan reproduksi
pada remaja.
2.2.3 Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
1) Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat)
Dinas Kesehatan berperan sebagai penyedia beberapa media promosi
kesehatan, seperti lembar balik, leaflet, poster, standing banner, buku
pedoman, dan lainnya.
2) Puskesmas Kecamatan Sikakap
Puskesmas Kecamatan Sikakap selain berperan utama sebagai objek
dalam rangka standarisasi pelayanan kesehatan, lebih penting juga
Puskesmas menjadi subjek dalam pelaksanaan promosi kesehatan
atau mitra kerja utama PN.
3) NGO di Kecamatan Sikakap, yaitu CDRM-CDS (Center for Disaster
Risk Management-Community Development Studies)
NGO CDRM-CDS adalah NGO yang bergerak dalam pemberdayaan
masyarakat dalam hal manajemen risiko bencana. Selain bencana
karena faktor alam, bencana yang benar-benar harus diberi perhatian
secara serius dan intens adalah bencana degradasi moral anak bangsa,
khususnya remaja di Kecamatan Sikakap seperti pergaulan bebas
yang mengarah kepada free sex dan pada akhirnya menimbulkan
berbagai penyakit menular seksual maupun HIV AIDS serta perilaku
konsumsi NAPZA yang sudah dimulai sejak usia dini. Oleh karena
40

itu, CDRM-CDS menyusun kegiatan Kampanye Anti HIV-AIDS


untuk memperingati Hari HIV-ADIS Sedunia dan kemudian menjadi
Mitra Kerja Tim Pencerah Nusantara dan Puskesmas Kecamatan
Sikakap khususnya Bagian Program Promosi Kesehatan.
4) Sekolah di Kecamatan Sikakap
Sekolah merupakan tempat anak-anak hingga remaja menghabiskan
sebagian besar waktu dalam kesehariannya. Oleh karena itu, salah
satu Mitra Strategis Tim Pencerah Nusantara maupun Puskesmas
Kecamatan Sikakap dalam rangka promosi kesehatan di sekolah
adalah sekolah-sekolah di Kecamatan Sikakap.
5) Sahabat Remaja Mentawai
Sahabat Remaja Mentawai juga merupakan Mitra Strategis Pencerah
Nusantara dan Puskesmas Kecamatan Sikakap karena salah satu
kegiatan Sahabat Remaja Mentawai adalah menjadi konselor sebaya,
penyuluh sebaya, dan kader posyandu remaja.
2.2.4 Sasaran
1) Sasaran Primer
Siswa-siswi SD, SMP, SMA di Kecamatan Sikakap
2) Sasaran Sekunder
Guru Mata Pelajaran, Guru Penanggung Jawab UKS, warga sekolah
lainnya, Komite Sekolah, Sahabat Remaja Mentawai, dan Komite
Remaja
3) Sasaran Tersier
Kepala Sekolah atau Decision Maker lainnya
2.2.5 Rincian Kegiatan
1) Penyuluhan Sekolah Sehat
Belum terlaksana pada kuartal 1
2) Penyuluhan PHBS Sekolah
Berlum terlaksana pada kuartal 1
41

3) Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Latar Belakang Kegiatan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah nama untuk
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Di dalam
tubuh manusia, virus ini terus bertambah banyak hingga
menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak sanggup lagi
melawan virus yang masuk (Masedi, 2009). Sedangkan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi virus HIV tersebut (Masedi, 2009).
Infeksi virus HIV secara perlahan menyebabkan tubuh kehilangan
kekebalannya, sehingga berbagai penyakit akan mudah masuk ke
dalam tubuh. Akibatnya, penyakit-penyakit yang tadinya tidak
berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
SLOWLY but DEADLY, pelan tapi mematikan itulah
julukan yang tepat untuk virus penyakit yang satu ini. HIV AIDS
merupakan penyakit yang mematikan bagi manusia, bahkan
hingga saat ini belum ditemukan obat untuk mengatasi penyakit
yang menyerang sistem kekebalan manusia ini. Pengobatan hanya
akan membantu Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) untuk hidup
lebih lama, tetapi penyakit AIDS sendiri belum dapat
disembuhkan tetapi hanya dapat ditekan jumlah HIV dengan obat
antiretroviral (ARV).
Dari tahun ke tahun, kasus HIV maupun kasus AIDS di
Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Pada Maret 2011, kasus
HIV positif baru ditemukan sebanyak 4.552 kasus. Kemudian
terdapat 351 kasus AIDS baru dari 27 kabupaten/kota di 12
provinsi. Rasio kasus AIDS antara perempuan dan laki-laki
sebesar 3:2. Cara penularan AIDS baru tersebut tertinggi terdapat
pada heteroseksual 66,95% disusul oleh pengguna narkoba suntik
(IDU) 23,08%, penularan dari ibu ke anak (perinatal) 5,70%, dan
LSL (lelaki suka lelaki) 3,42%. Sedangkan proporsi kasus AIDS
42

dilaporkan pada usia 30-39 tahun sebanyak 33,62%, disusul


kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 33,05%, dan kelompok 40-
49 tahun ada 17,09% (Zulnaidi, 2011).
Jika digabungkan data proporsi usia, maka kasus
terbanyak berada pada usia 20-39 tahun, yakni sebesar 66,67%.
Padahal, rentang waktu terinfeksi hingga menjadi AIDS sekitar 5
tahun. Itu berarti, golongan ini sudah terinfeksi jauh sebelumnya
sebelum mereka menjadi AIDS. Sementara, usia lima tahun di
bawah 20-39 tahun berarti masih usia sekolah. Berdasarkan
kenyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa infeksi HIV
AIDS sudah terjadi sejak usia sekolah.
Untuk Provinsi Sumatera Barat, berdasarkan data pada
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 diketahui
bahwa sejak tahun 2007-2012, setiap tahunnya ditemukan lebih
dari 100 kasus baru. Dari hasil serosurvey sentinel telah
ditemukan sebanyak 35 orang. Hingga akhir tahun 2011 telah
ditemukan 871 kasus (melalui serosurvey 35 kasus, dari PMI 114
kasus, dan 722 kasus dari Rumah Sakit yang terdiri dari 40 HIV
dan 682 AIDS). Sedangkan untuk daerah Kabupaten Kepulauan
Mentawai sendiri, pada tahun 2012 diketahui terdapat 5 kasus
AIDS dan 1 yang meninggal.
Data tersebut menggambarkan tingginya potensi epidemi
HIV AIDS di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Potensi ini akan menghasilkan epidemi
yang sangat besar jika tidak dilakukan upaya-upaya pengendalian
epidemi HIV AIDS. Upaya-upaya pengendalian ini harus segera
dilakukan oleh semua daerah di Kabupaten Kepulauan Mentawai
termasuk Kecamatan Sikakap, karena berdasarkan hasil Survey
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Kecamatan Sikap
Tahun 2014 diketahui bahwa perilaku free sex yang merupakan
salah satu perilaku berisiko terkena HIV AIDS di Kecamatan
Sikakap sudah mencapai angka 86,7%
43

2. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan siswa SMP dan SMA di Kecamatan
Sikakap terkait penyakit HIV AIDS.
3. Sasaran Kegiatan
Seluruh siswa SMP dan SMA di Kecamatan Sikakap
4. Peserta Kegiatan
1) Kampanye Hari Pertama
1. SMPN 1 Pagai Utara Selatan
40 Siswa (Kelas 1, 2, 3)
2. SMP GKPM
23 Siswa (Kelas 1, 2, 3)
3. SMP Tri Bakti
7 Siswa Tri Bakti (Kelas 1, 2, 3)
2) Kampanye Hari Kedua
1. SMPN 2 Pagai Utara Selatan
24 Siswa (Kelas 1, 2, 3)
2. SMAN 2 Pagai Utara Selatan
25 Siswa (Kelas 1, 2, 3)
3) Kampanye Hari Ketiga
SMAN 1 Pagai Utara Selatan
33 Siswa (Kelas 1, 2, 3)
5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1) Kampanye Hari Pertama
Kamis, 6 November 2014
2) Kampanye Hari Kedua
Jumat, 7 November 2014
3) Kampanye Hari Ketiga
Sabtu, 8 November 2014
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
1) Kampanye Hari Pertama
Aula SMPN 1 Pagai Utara Selatan
44

2) Kampanye Hari Kedua


Aula SMPN 2 Pagai Utara Selatan
3) Kampanye Hari Ketiga
Aula SMAN 1 Pagai Utara Selatan
2.2.6 Metode Pelaksanaan
Tabel 2.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan Public Health Goes to School
Metode Promosi Alat Bantu dan Media Pihak yang
Kampanye
Kesehatan yang Digunakan Terlibat
Hari 1 1. Seminar 1. Laptop, LCD, 1. Narasumber:
2. Kampanye Projector; Materi Pencerah
power point, video. Nusantara
2. Poster Kesehatan 2. Fasilitator:
tentang HIV AIDS, CDRM-CDS
Pengeras Suara, dan
Kaos HIV AIDS.
Hari 2 1. Seminar 1. Laptop; Materi power 1. Narasumber:
2. Presentasi point, video. Pencerah
Peserta 2. Kertas Plano, Alat Nusantara-
Tulis, Kaos HIV Petugas
AIDS Kesehatan
Desa Taikako
2. Fasilitator:
CDRM-CDS
Hari 3 1. Seminar 1. Laptop, LCD, 1. Narasumber:
2. Kampanye Projector; Materi Pencerah
power point, video. Nusantara-
2. Pengeras Suara dan Dokter Gigi
Kaos HIV AIDS. Puskesmas
Kecamatan
Sikakap
2. Fasilitator:
CDRM-CDS

2.2.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.5 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
2.2.8 Evaluasi dan Rekomendasi
Tabel 2.6 Evaluasi dan Rekomendasi
45

2.2.9 Dokumentasi
1) Kampanye Hari Pertama

Gambar 2.11 Promosi Kesehatan tentang HIV AIDS kepada Siswa


SMPN 1 PUS, SMP GKPM, dan SMP Tribakti di Aula SMPN 1
PUS bersama CDRM-CDS

Gambar 2.12 Kampanye HIV AIDS Aku Bangga Aku Tahu oleh
Siswa SMPN 1 PUS, SMP GKPM, dan SMP Tribakti Sepanjang
Jalan Raya Sikakap
46

2) Kampanye Hari Kedua

Gambar 2.13 Promosi Kesehatan tentang HIV AIDS kepada Siswa


SMPN 2 PUS dan SMAN 2 PUS di Aula SMPN 2 PUS bersama
CDRM-CDS dan Petugas Kesehatan Desa Taikako

Gambar 2.14 Presentase Siswa SMPN 2 PUS dan SMAN 2 PUS


tentang Materi HIV AIDS Aku Bangga Aku Tahu
47

3) Kampanye Hari Ketiga

Gambar 2.15 Promosi Kesehatan tentang HIV AIDS kepada Siswa


SMAN 1 PUS di Aula SMAN 1 PUS bersama CDRM-CDS dan
Dokter Gigi Puskesmas Kecamatan Sikakap

Gambar 2.16 Kampanye HIV AIDS Aku Bangga Aku Tahu oleh
Siswa SMAN 1 PUS Sepanjang Jalan Berkat Baru, Desa Sikakap
48

Tabel 2.5 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN
STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK
PN 2 KUARTAL OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL I LANJUT
IV
Remaja di Memberdayakan Penyuluhan Meningkatnya Belum Terlaksana 1. Pelaksanaan dilakukan
beberapa sekolah siswa, guru, dan Sekolah Sehat pengetahuan siswa, guru, pada saat Class Meeting
yang dikunjungi masyarakat masyarakat lingkungan Semester Genap sekitar
PN Goes to School lingkungan sekolah sekolah terkait sekolah Bulan Juni atau Juli
tahu tentang di Kecamatan sehat. atau waktu lain sesuai
bahaya seks bebas. Sikakap agar tahu, dengan kesepakatan
mau, dan mampu dengan sekolah.
mempraktikkan 2. Perlu berkoordinasi
PHBS dan berperan dengan Pemegang
aktif dalam Program Kesehatan
mewujudkan Lingkungan karena
sekolah sehat. menyangkut materi
tentang Sekolah Sehat
atau Sekolah
Adiwiyata.
Penyuluhan Meningkatnya Belum Terlaksana 1. Pada November-
PHBS Sekolah pengetahuan siswa, guru, Desember seharusnya
masyarakat lingkungan sudah dilakukan 2x
sekolah terkait 9 pesan penyuluhan PHBS ke
sehat PHBS Sekolah. Sekolah. Oleh karena
itu, 2 materi yang
belum tersampaikan,
akan diberikan pada
bulan-bulan berikutnya
baik dengan teknik
double materi atau
49

metode penyuluhan
lainnya yang
memungkinkan 2 materi
ini tersampaikan.
2. Untuk mempermudah
pelaksanaannya, akan
bekerja sama dengan
Sahabat Remaja
Mentawai 2 di masing-
masing sekolah atau
Petugas Kesehatan Desa
di Sekolah yang tidak
terjangkau oleh Sahabat
Remaja Mentawai.
Penyuluhan Meningkatnya 1. Terlaksananya 1. Dalam pelaksanaan
Kesehatan pengetahuan siswa terkait penyuluhan dan agenda penyuluhan
Reproduksi kesehatan reproduksi pada kampanye kesehatan selanjutnya, selain
Remaja remaja. reproduksi remaja bekerja sama dengan
tentang HIV AIDS oleh NGO CDRM-CDS
PN 3 dan Petugas diharapkan dapat
Kesehatan bekerja sama bekerja sama dengan
dengan NGO CDRM- NGO lainnya yang
CDS di SMP-SMA memiliki program
Kecamatan Sikakap sama. Yang paling
untuk memperingati utama dapat bekerja
Hari HIV AIDS. sama dengan PKPR
2. Sasaran aktif bertanya Puskesmas Sikakap dan
dengan pertanyaan- paling penting
pertanyaan mendasar memberdayakan
dan aplikatif serta Sahabat Remaja
mampu recall materi Mentawai.
50

penyuluhan. 2. Perlu memikirkan dan


menerapkan metode
monitoring dan evaluasi
pada poin attitude dan
practice yang efektif
dan efisien.

Tabel 2.6 Evaluasi dan Rekomendasi


No. Evaluasi Rekomendasi
1. 2 strategi pencapaian tujuan kegiatan Public Health Goes to School 1. Mendahulukan kegiatan yang memang menjadi prioritas selain
belum dapat dilaksanakan karena waktunya lebih banyak dialokasikan karena faktor temporer seperti peringatan hari tertentu.
untuk pelaksanaan strategi pencapaian Penyuluhan Kesehatan 2. Harus lebih banyak bekerja sama dengan berbagai mitra kerja
Reproduksi Remaja dengan tema HIV AIDS Aku Bangga Aku strategis, seperti Puskesmas, Sekolah, dan NGO dengan tujuan
Tahu program yang berkaitan serta Sahabat Remaja Mentawai.
2. Proses monitoring dan evaluasi perubahan pengetahuan belum Proses monitoring dan evaluasi tidak harus dilakukan secara formal
dilakukan dengan baik, sehingga tidak dapat diketahui hasil kuantitatif melalui pre test dan post test dalam bentuk tertulis (kuantitatif), tapi
perubahan pengetahuannya dapat juga dilakukan secara kualitatif seperti kemampuan merecall
materi serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sasaran
setempat.
51

2.3 Public Health Goes to Health Center


2.3.1 Latar Belakang
Upaya Promosi Kesehatan tidak hanya dilakukan di lembaga
non kesehatan saja, melainkan di lembaga kesehatan juga. Walaupun
sudah terdapat kata kesehatan, tetapi faktanya masih diperlukan
berbagai intervensi promosi kesehatan dalam rangka menunjang
terselenggaranya lingkungan sehat di suatu lembaga kesehatan, seperti
puskesmas, polindes, klinik, dan lainnya. Hal ini juga diperkuat oleh
Syahrir dan Fachrurazy (2014, hh. 15-20) bahwa pelayanan promosi
kesehatan yang standar salah satunya harus memiliki upaya promosi
kesehatan di institusi kesehatan.
Di Puskesmas Kecamatan Sikakap, upaya promosi kesehatan di
institusi kesehatan masih belum memiliki work plan khusus, meskipun
sebenarnya promosi kesehatan itu sudah dilakukan seperti dengan
menempelkan beberapa poster kesehatan di beberapa spot puskesmas,
namun posisi penempelan posternya kurang strategis, tidak bisa dilihat
pasien atau pengunjung yang datang ke layanan kesehatan.
2.3.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar
tahu, mau, dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan yang sehat dan
mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.
2) Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan pasien, masyarakat pengunjung, dan
petugas tentang 7 indikator PHBS Institusi Kesehatan melalui
media Iklan Layanan Masyarakat.
2. Meningkatkan pengetahuan pasien, masyarakat pengunjung, dan
petugas tentang 7 indikator PHBS Institusi Kesehatan melalui
media mading yang berisi tempelan poster dan lainnya.
52

3. Meningkatkan pengetahuan pasien, masyarakat pengunjung, dan


petugas tentang 7 indikator PHBS Institusi Kesehatan melalui
leaflet.
2.3.3 Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
1) Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat)
Dinas Kesehatan berperan sebagai penyedia beberapa media promosi
kesehatan, seperti iklan layanan masyarakat, leaflet, poster, standing
banner, buku saku PHBS, dan lainnya.
2) Puskesmas Kecamatan Sikakap
Puskesmas Kecamatan Sikakap selain berperan utama sebagai objek
dalam rangka standarisasi pelayanan kesehatan, lebih penting juga
Puskesmas menjadi subjek dalam pelaksanaan promosi kesehatan
atau mitra kerja utama PN.
3) NGO di Kecamatan Sikakap
Beberapa NGO yang bermitra dengan Pencerah Nusantara sekaligus
dengan Puskesmas Sikakap seperti CDRM-CDS, CFK, dan SurfAID
sering memberikan beberapa poster kesehatan yang berkaitan dengan
program kerja yang sedang dikerjakan bersama.
4) Sekolah di Kecamatan Sikakap
Sekolah merupakan tempat anak-anak hingga remaja menghabiskan
sebagian besar waktu dalam kesehariannya. Oleh karena itu, salah
satu Mitra Strategis Tim Pencerah Nusantara maupun Puskesmas
Kecamatan Sikakap dalam rangka promosi kesehatan di sekolah
adalah sekolah-sekolah di Kecamatan Sikakap.
2.3.4 Sasaran
1) Sasaran Primer
Pasien, Masyarakat Pengunjung, dan Staf Puskesmas
2) Sasaran Sekunder
Seluruh Pemegang Program, terutama Promosi Kesehatan
3) Sasaran Tersier
Kepala Puskesmas
53

2.3.5 Rincian Kegiatan


1) Public Health on TV, yaitu promosi kesehatan berupa iklan layanan
masyarakat tentang tujuh pesan PHBS di Institusi Kesehatan yang
ditayangkan di TV Puskesmas.
2) Public Health on Board, yaitu promosi kesehatan berupa poster atau
tulisan tentang tujuh pesan PHBS di Institusi Kesehatan yang
ditempel pada mading Puskesmas.
3) Public Health on Leaflet,yaitu promosi kesehatan berupa leaflet
tentang tujuh pesan PHBS di Institusi Kesehatan yang ditaruh di
meja di ruang tunggu Balai Pengobatan maupun IGD.
2.3.6 Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya yang standar, upaya promosi kesehatan
di institusi kesehatan berbentuk pelayanan konseling. Bagi klien rawat
jalan dibuka klinik konseling baik untuk yang menderita suatu penyakit
maupun untuk mereka yang sehat. Sedangkan untuk klien rawat inap
dapat dilakukan beberapa kegiatan seperti misalnya konseling tempat
tidur.
Tetapi, pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat
jalan ataupun rawat inap adalah orang yang mengantarkannya ke
Puskesmas. Orang tersebut tidak dalam keadaan sakit, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
komunikasi yang tersedia di puskesmas. Oleh karena itu, di puskesmas
tepatnya di ruang tunggu, akan dipasang media seperti poster, leaflet,
TV yang berisi informasi atau tayangan tentang berbagai penyakit dan
pencegahannya serta 7 pesan PHBS di Institusi kesehatan.
Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai berbagai
penyakit yang diderita pasien diharapkan dapat membantu puskesmas
memberikan informasi kepada pasien. Pemasangan poster dan media
komunikasi lainnya mendorong pasien untuk berperilaku sesuai yang
dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya
dapat segera diatasi.
54

2.3.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN
STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK
PN 2 KUARTAL OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL I LANJUT
IV
Tidak Ada Memberdayakan Public Health on Meningkatnya Belum Terlaksana 1. Iklan Layanan
pasien, masyarakat TV pengetahuan pasien, Masyarakat tentang 7
pengunjung, dan masyarakat pengunjung, Pesan PHBS di Institusi
petugas agar tahu, dan petugas tentang 7 Layanan Kesehatan atau
mau, dan mampu indikator PHBS Institusi topik kesehatan lainnya
untuk Kesehatan melalui media dapat dikumpulkan dari
mempraktikkan Iklan Layanan sumber lain atau dapat
PHBS serta Masyarakat. memproduksi Iklan
berperan aktif Layanan Masyarakat
dalam mewujudkan sendiri dengan
institusi kesehatan memperhatikan budaya
yang sehat dan lokal seperti bahasa
mencegah yang digunakan.
penularan penyakit 2. Advokasi pengadaan
di institusi Televisi yang
kesehatan. diletakkan pada tempat
publik strategis di
Puskesmas yang
memungkinkan pasien
maupun pengunjung
dapat melihat maupun
mendengarkan Iklan
Layanan Masyarakat
yang diputar.
55

Public Health on Meningkatkan 1. Di beberapa spot 1. Beberapa poster perlu


Board pengetahuan pasien, dinding Puskesmas ditempatkan di spot
masyarakat pengunjung, sudah tertempel poster dinding dimana itu
dan petugas tentang 7 kesehatan tentang dapat terlihat oleh
indikator PHBS Institusi beberapa Pesan PHBS pengunjung puskesmas.
Kesehatan melalui media di Institusi Kesehatan 2. Beberapa Pesan PHBS
mading yang berisi dan pesan kesehatan yang belum
tempelan poster dan lainnya, seperti jamban tersampaikan perlu
lainnya. sehat; AIDS; KB dan segera dilengkapi.
Imunisasi; GSI 3. Perlu adanya mading
(Gerakan Sayang Ibu); sebagai sentral
TBC; Pelayanan informasi kesehatan
Kesehatan di yang diletakkan di
Puskesmas; Cuci ruang tunggu IGD
Tangan Pakai Sabun; maupun Balai
Pilar STBM; PHBS; Pengobatan Puskesmas
Tablet Fe, Vitamin A; Kecamatan Sikakap.
Proses Persalinan.
2. Selain melalui poster,
pesan kesehatan juga
disampaikan melalui
media standing banner
yakni tentang ajakan ke
posyandu dan say no to
drugs.
Public Health on Meningkatkan Pada bulan September- Perlu advokasi lebih lanjut
Leaflet pengetahuan pasien, Oktober hingga kepada Pimpinan
masyarakat pengunjung, pertengahan November Puskesmas maupun IGD
dan petugas tentang 7 sebelum IGD pindah ke terkait penyajian leaflet
indikator PHBS Institusi Puskesmas Atas, leaflet kesehatan di Meja
Kesehatan melalui leaflet. kesehatan tersedia di meja Resepsionis di ruang
56

di ruang tunggu pasien tunggu pasien rawat jalan


rawat jalan. Namun, setelah dan rawat inap.
terjadi perombakan
ruangan, beberapa leaflet
kesehatan masih belum
terinventaris dengan baik
dan tidak lagi tersaji di
meja tunggu pasien.

2.3.8 Evaluasi dan Rekomendasi


Tabel 2.8 Evaluasi dan Rekomendasi Kegiatan Public Health Goes to Health Center
No. Evaluasi Rekomendasi
1. Public Health on TV masih belum terlaksana karena masih belum 1. Advokasi media komunikasi berupa TV ke Puskesmas.
adanya media yang dapat digunakan. 2. Selain menunggu Iklan Layanan Masyarakat dari Dinas Kesehatan,
juga dapat disiasati dengan mengumpulkan Iklan Layanan
Masyarakat dari Youtube dan jika memungkinkan memproduksi
sendiri Iklan Layanan Masyarakat Puskesmas Sikakap.
2. Proses monitoring dan evaluasi perubahan pengetahuan sedikit sulit Proses monitoring dan evaluasi tidak harus dilakukan secara formal
dilakukan mengingat berhubungan dengan pasien yang tidak setiap melalui pre test dan post test dalam bentuk tertulis (kuantitatif), tapi
hari akan berada di Puskesmas. dapat juga dilakukan secara kualitatif seperti melihat kunjungan klien
berikutnya, jika masih dengan penyakit yang sama dengan penyakit
sebelumnya sesuai yang tertera di rekam medik, maka dapat dikatakan
intervensi tidak berhasil.

2.3.9 Dokumentasi
-
57

2.4 Public Health Goes to Public Place


2.4.1 Latar Belakang
Tempat-tempat umum merupakan sebuah tempat milik umum,
dimana semua orang dari berbagai daerah tanpa kecuali dapat berada di
situ, baik orang yang sakit, sehat, bersih, kotor atau yang lainnya
dengan berbagai macam kondisi. Masyarakat juga melakukan berbagai
macam aktivitas di tempat umum ini, bahkan aktivitas yang dapat
mengganggu kesehatan sekalipun terlebih perilaku hidup bersih dan
sehat yang terkadang sedikit sering terabaikan. Hal ini bukan tidak
mungkin dapat menjadi suatu rantai penyebaran penyakit jika tidak
dilakukan intervensi terhadap perubahan perilaku, seperti promosi
kesehatan.
Di Kecamatan Sikakap, terdapat beberapa tempat umum seperti
pasar, pelabuhan, tempat penginapan, sarana ibadah, salon, dan lainnya.
Inspeksi sanitasi sudah dilakukan di tempat-tempat umum ini, namun
hasilnya belum dimanfaatkan sebagai input untuk promosi kesehatan
oleh Puskesmas Kecamatan Sikakap. Selain itu, dalam Program
Promosi Kesehatan sendiri belum diagendakan secara khusus untuk
melakukan kegiatan Promosi Kesehatan di TTU tersebut baik secara
langsung atau menggunakan bantuan media tertentu, padahal upaya
promosi kesehatan di TTU merupakan salah satu bagian dari Upaya
Promosi Kesehatan yang standar.
2.4.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-
tempat umum agar tahu, mau, dan mampu untuk mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum
yang sehat. Manfaat yang didapat antara lain lingkungan tempat-
tempat umum menjadi lebih bersih, indah, dan sehat sehingga
mengangkat citra tempat umum tersebut, meningkatkan pendapatan
tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya kunjungan
58

pengguna tempat-tempat umum, serta mengangkat kinerja dan citra


yang baik bagi pemerintah daerah.
2) Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan masyarakat pengunjung dan pengelola
tempat-tempat umum tentang 6 indikator PHBS Tempat-Tempat
Umum (TTU), seperti: 1) Menggunakan air bersih; 2) Menggunakan
jamban; 3) Membuang sampah pada tempatnya; 4) Tidak merokok di
tempat umum; 5) Tidak meludah sembarang; dan 6) Memberantas
jentik nyamuk.
2.4.3 Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
1) Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat)
Dinas Kesehatan berperan sebagai penyedia beberapa media promosi
kesehatan, seperti leaflet, poster, standing banner, dan lainnya.
2) Puskesmas Kecamatan Sikakap
Puskesmas Kecamatan Sikakap selain berperan utama sebagai objek
dalam rangka standarisasi pelayanan kesehatan, lebih penting juga
Puskesmas menjadi subjek dalam pelaksanaan promosi kesehatan
atau mitra kerja utama PN.
3) NGO di Kecamatan Sikakap
Beberapa NGO yang bermitra dengan Pencerah Nusantara sekaligus
dengan Puskesmas Sikakap seperti CDRM-CDS, CFK, dan SurfAID
sering memberikan beberapa poster kesehatan yang berkaitan dengan
program kerja yang sedang dikerjakan bersama.
4) Pemilik Tempat-Tempat Umum
Pemilik TTU merupakan mitra strategis terkait dengan perijinan
melakukan promosi kesehatan.
5) Sahabat Remaja Mentawai
Merupakan mitra kerja strategis karena sebagian besar kampanye
kesehatan dilakukan oleh komunitas ini.
59

2.4.4 Sasaran
1) Sasaran Primer
Pengunjung tempat-tempat umum
2) Sasaran Sekunder
Pemilik tempat-tempat umum
3) Sasaran Tersier
Kepala Desa, Camat
2.4.5 Rincian Kegiatan
1) Kegiatan Public Health on Poster sudah dilaksanakan pada Kamis,
27 November 2014 bersama dengan kegiatan longmarch dalam
rangka Public Expose Sahabat Remaja Mentawai Angkatan 2. Poster
dari Puskesmas dibagikan dan dibacakan oleh Sahabat Remaja
Mentawai Angkatan 2 di tempat-tempat umum sepanjang jalan raya
Sikakap yang merupakan rute longmarch.
2) Kegiatan Public Health on Leaflet belum dapat dilaksanakan karena
masih proses advokasi dan pengadaan media.
2.4.6 Metode Pelaksanaan
1) Public Health on Poster, yaitu promosi kesehatan dimana informasi
kesehatan tentang enam pesan PHBS di Tempat-Tempat Umum
yang akan disampaikan terangkum dalam media poster yang
ditempelkan di Tempat-Tempat Umum (TTU) Kecamatan Sikakap.
2) Public Health on Leaflet, yaitu promosi kesehatan dimana informasi
kesehatan yang akan disampaikan terangkum dalam media leaflet
yang akan didistribusikan ke tempat-tempat umum sehingga
pegunjung tempat-tempat umum dapat mengambilnya dengan gratis
dan membacanya, harapannya pengunjung dapat mengetahui enam
pesan PHBS Tempat-Tempat Umum .
2.4.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
Tabel 2.9 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
2.4.8 Evaluasi dan Rekomendasi
Tabel 2.10 Evaluasi dan Rekomendasi
60

Tabel 2.9 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN
STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK
PN 2 KUARTAL OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL I LANJUT
IV
Tidak ada Memberdayakan Public Health on Meningkatnya Pada bulan November telah 1. Perlu adanya
masyarakat Poster pengetahuan masyarakat dilaksanakan promosi penggiatan promosi
pengunjung dan pengunjung dan pengelola kesehatan di tempat-tempat kesehatan melalui
pengelola tempat- tempat-tempat umum umum melalui kampanye media poster yang
tempat umum agar tentang 6 indikator PHBS kesehatan dan penyebaran ditempel di di berbagai
tahu, mau, dan Tempat-Tempat Umum poster kesehatan yang TTU yang ada di
mampu untuk (TTU) melalui poster dilakukan dalam kegiatan Kecamatan Sikakap
mempraktikkan kesehatan. Public Expose Sahabat dengan pesan utama
PHBS dan berperan Remaja Mentawai 2 oleh yang disampaikan
aktif dalam Sahabat Remaja Mentawai terkait 6 indikator
mewujudkan 1 dan 2. Satu dari enam PHBS TTU.
tempat-tempat pesan PHBS TTU sudah 2. Poster tersebut juga
umum yang sehat. disampaikan, yakni pada dapat ditempel dengan
poin tidak merokok di memanfaatkan Papan
tempat umum dengan Informasi Siaga
pesan-pesan kesehatan Bencana yang sudah
lainnya. ada di desa-desa.
3. Dalam pelaksanaannya,
juga dapat bekerja sama
dengan beberapa NGO
dengan program
pemberdayaan
masyarakat seperti
CFK, CDRM-CDS,
SurfAID. Selain itu,
juga dapat
61

memanfaatkan berbagai
poster yang masih ada
di puskesmas dan
belum disampaikan ke
dusun-dusun atau desa.
Public Health on Meningkatnya Belum Terlaksana 1. Advokasi ke bagian
Leaflet pengetahuan masyarakat Promosi Kesehatan dan
pengunjung dan pengelola Pimpinan Puskesmas
tempat-tempat umum Sikakap atau Dinas
tentang 6 indikator PHBS Kesehatan Kabupaten
Tempat-Tempat Umum untuk menyebarkan
(TTU) melalui leaflet. berbagai leaflet
kesehatan yang masih
belum digunakan ke
TTU.
2. Bekerja sama dengan
pemilik TTU yang
strategis (ramai
dikunjungi masyarakat)
untuk penyebarluasan
leaflet kesehatan ke
pengunjung TTU.

Tabel 2.10 Evaluasi dan Rekomendasi


No. Evaluasi Rekomendasi
1. Public Health on Leaflet masih belum terlaksana karena masih dalam Melakukan advokasi ke pihak terkait seperti Dinas Kesehatan,
proses advokasi dan pengadaan media. Puskesmas, dan NGO terkait pengadaan media.
2. Proses monitoring dan evaluasi perubahan pengetahuan sedikit sulit Proses monitoring dan evaluasi tidak harus dilakukan secara formal
dilakukan mengingat pengunjung yang tidak setiap hari adalah orang melalui pre test dan post test dalam bentuk tertulis (kuantitatif), tapi
62

yang sama. dapat juga dilakukan secara kualitatif seperti perubahan perilaku
pengunjung terutama perilaku yang berhubungan dengan indikator
PHBS TTU.

2.4.9 Dokumentasi

Gambar 2.16 Public Health Goes to


Public Place bersama Sahabat
Remaja Mentawai Angkatan 2
dalam Rangka Public Exposes
Sahabat Remaja Mentawai
Angkatan 2
63

2.5 Public Health Goes to Office


2.5.1 Latar Belakang
Seperti yang diketahui bersama bahwa sebagian orang di dunia
ini bekerja dan meluangkan waktunya di tempat kerja, bahkan hampir 8
jam berada di sana. Karena itu, mereka berhak atas derajat kesehatan
yang optimal sebagai modal yang azasi untuk dapat menjalankan
aktivitas yang produktif.
Di perusahaan swasta misalnya, pekerja biasanya mendapatkan
penghasilan yang besar, namun mereka memiliki beban kerja relatif
lebih besar daripada di perusahaan pemerintah. Hal ini seperti kata
pepatah high risk, high return, sehingga pekerja dituntut untuk
bekerja secara cepat dan tanggap meskipun berada di bawah tekanan
yang tinggi dan tidak jarang mereka mengalami stress karena tuntutan
tersebut. Padahal di lain pihak, kadang-kadang mereka juga mengalami
kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Parahnya mereka
tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk menerima manfaat promosi
kesehatan masyarakat karena biasanya promosi kesehatan di
masyarakat dilaksanakan pada jam-jam kerja.
Di tempat kerja sendiri, kemungkinan terdapat tiga sumber
utama bahaya potensial kesehatan kerja, yaitu lingkungan kerja,
pekerjaan, serta manajemen yang belum terlatih tentang kesehatan dan
keselamatan kerja (Marsono, 2010). Apabila kondisi bahaya potensial
dari ketiga sumber utama tersebut dapat diminimalkan, apalagi
dieliminasikan, maka pekerja dapat lebih leluasa mewujudkan tanggung
jawabnya masing-masing untuk melakukan perawatan diri menuju
tingkat kesehatan dan pemeliharaan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Karena itu wajar apabila pekerja di perusahaan swasta perlu
dijamin aksesnya untuk berpartisipasi dalam program kesehatan kerja
yang dapat memfasilitasi pencapaian derajat kesehatan dan kapasitas
kerja yang setinggi-tingginya, sambil juga melindungi pekerja dari
kemungkinan pengaruh yang merugikan kesehatan karena pemajanan
oleh bahaya potensial terhadap kesehatan di tempat kerja (Dyeah, 2011).
64

Fokus program promosi kesehatan kerja di tempat kerja,


bermanfaat selain untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran
atau kapasitas kerja, juga dapat mencegah penyakit degeneratif kronik
seperti misalnya penyakit jantung koroner, stroke, kanker, penyakit
paru obstruksi kronik, dan lain-lain. Bahkan penyakit degeneratif
kronik tersebut, kini telah menjadi penyebab kematian nomor satu
pekerja usia prima melebihi kematian yang disebabkan oleh kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja, maupun penyakit menular (WHO, 1996).
Oleh karena itu, pelayanan kesehatan kerja tidak cukup hanya
melindungi kesehatan pekerja dari pengaruh buruk yang ditimbulkan
oleh pemajanan dengan hazard kesehatan yang berasal dari lingkungan
kerja dan pekerjaan. Akan tetapi, kesehatan kerja masa kini harus
memprioritaskan program promosi kesehatan pekerja di tempat kerja
yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kerja yang
melaksanakan upaya perbaikan derajat kesehatan fisik, mental, dan
sosial pekerja serta dalam rangka pencegahan penyakit yang jelas tinggi
prevalensinya di antara pekerja, selain mendukung sumber daya
manusia dalam mencapai kinerja, jenjang karir, dan produktivitas
organisasi atau tempat kerja yang setinggi-tingginya.
Di lain pihak, Puskesmas Kecamatan Sikakap merupakan pusat
kesehatan seluruh masyarakat Sikakap, tidak terkecuali masyarakat
pekerja, karena itu semua intervensi yang berkaitan dengan kesehatan
juga harus menyasar masyarakat pekerja salah satunya upaya promosi
kesehatan. Program Promosi Kesehatan Puskesmas Kecamatan Sikakap
sendiri belum memiliki program khusus upaya promosi kesehatan di
tempat kerja, padahal upaya ini termasuk upaya dalam pelayanan
program promosi kesehatan yang standar, sehingga memang penting
adanya untuk dilaksanakan, ditunjang dengan adanya berbagai kasus
yang disebabkan karena penyakit akibat kerja (PAK) maupun penyakit
akibat hubungan kerja (PAHK).
65

2.5.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Promosi Kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu upaya
untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau, dan mampu
mampraktikkan PHBS di tempat kerja serta berperan aktif dalam
mewujudkan tempat kerja sehat. Manfaat melakukan upaya dalam
rangka mewujudkan PHBS di tempat kerja bagi pekerja adalah setiap
pekerja dapat meningkatkan status kesehatannya dan tidak mudah
sakit. Dengan demikian diharapkan produktivitasnya akan meningkat
yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi
keluarga. Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk
peningkatan taraf hidup, bukan lagi untuk biaya pengobatan. Hal ini
akan berdampak prositif terhadap meningkatnya citra tempat kerja.
2) Tujuan Khusus
1. Meningkatnya pengetahuan para pekerja tentang 9 (sembilan)
indikator PHBS Tempat Kerja melalui poster kesehatan.
2. Meningkatnya pengetahuan para pekerja tentang 9 (sembilan)
indikator PHBS Tempat Kerja melalui metode seminar maupun
pemicuan.
2.5.3 Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
1) Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat)
Dinas Kesehatan berperan sebagai penyedia beberapa media promosi
kesehatan, seperti leaflet, poster, standing banner, dan lainnya.
2) Puskesmas Kecamatan Sikakap
Puskesmas Kecamatan Sikakap selain berperan utama sebagai objek
dalam rangka standarisasi pelayanan kesehatan, lebih penting juga
Puskesmas menjadi subjek dalam pelaksanaan promosi kesehatan
atau mitra kerja utama PN.
3) NGO di Kecamatan Sikakap
Beberapa NGO yang bermitra dengan Pencerah Nusantara sekaligus
dengan Puskesmas Sikakap seperti CDRM-CDS, CFK, dan SurfAID
66

sering memberikan beberapa poster kesehatan atau pelatihan dan


penyanyi (musisi) yang berkaitan dengan program kerja yang sedang
dikerjakan bersama.
4) Pemilik Kantor atau Perusahaan
Pemilik kantor atau perusahaan merupakan mitra strategis terkait
dengan CSR Perusahaan.
2.5.4 Sasaran
1) Sasaran Primer
Pekerja atau Karyawan
2) Sasaan Sekunder
Pengelola K3 dan Serikat atau Organisasi Pekerja/Karyawan
3) Sasaran Tersier
Pengusaha, Manajer, Direktur
2.5.5 Rincian Kegiatan
1) Public Health on Poster: Belum Terlaksana
2) Penyuluhan PHBS Tempat Kerja: Belum Terlaksana
2.5.6 Metode Pelaksanaan
1) Menggalang dukungan manajemen
2) Melaksanakan koordinasi
3) Need assessment
4) Memprioritaskan kebutuhan (masalah)
5) Menyusun perencanaan
6) Pelaksanaan promosi kesehatan
7) Monitoring dan evaluasi
8) Revisi dan perbaikan model intervensi
2.5.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
Tabel 2.11 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
2.5.8 Evaluasi dan Rekomendasi
Tabel 2.12 Evaluasi dan Rekomendasi Public Health Goes to Office
2.5.9 Dokumentasi
-
67

Tabel 2.11 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN
STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK
PN 2 KUARTAL OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL I LANJUT
IV
Tidak ada Memberdayakan Public Health on Meningkatnya Belum Terlaksana 1. Advokasi ke bagian
para pekerja agar Poster pengetahuan para pekerja Promosi Kesehatan dan
tahu, mau, dan tentang 9 indikator PHBS Pimpinan Puskesmas
mampu Tempat Kerja melalui Sikakap atau Dinas
mampraktikkan poster kesehatan Kesehatan Kabupaten
PHBS di tempat untuk menyebarkan
kerja serta berperan berbagai poster
aktif dalam kesehatan yang masih
mewujudkan belum digunakan ke
tempat kerja sehat. tempat kerja.
2. Bekerja sama dengan
pemilik tempat kerja
untuk menempelkan
poster kesehatan
terutama yang berkaitan
dengan 9 poin PHBS di
tempat kerja.
Penyuluhan Meningkatnya Belum Terlaksana 1. Melakukan pendataan
PHBS Tempat pengetahuan para pekerja dan pengkajian tempat
Kerja tentang 9 indikator PHBS kerja dengan jumlah
Tempat Kerja melalui pekerja banyak dan
metode seminar maupun tingkat hazard tinggi.
pemicuan 2. Sosialisasi kepada
pemilik tempat kerja
terkait pentingnya
PHBS tempat kerja dan
68

pelaksanaan promosi
kesehatan dalam bentuk
penyuluhan di tempat
kerja tersebut

Tabel 2.12 Evaluasi dan Rekomendasi Public Health Goes to Office


No. Evaluasi Rekomendasi
1. Kedua kegiatan Public Health Goes to Office belum terlaksana pada Meminta data kepada Kantor Kecamatan terkait data kantor, perusahaan,
kuartal 1. Hal ini dikarenakan masih belum adanya data tentang kantor, atau tempat kerja. Sedangkan untuk data hazard dapat diinspeksi
perusahaan, atau tempat kerja beserta jenis dan tingkat hazardnya. selanjutnya ketika melakukan kunjungan ke kantor, perusahaan, atau
tempat kerja yang dimaksud.

2.6 Rapat Koordinasi Lintas Program dan Penyusunan SOP Pelayanan Promosi Kesehatan
2.6.1 Latar Belakang
Seperti yang diketahui bahwa upaya promosi kesehatan dalam pelaksanaannya memiliki 2 visi besar, dimana salah satu
visinya adalah pendidikan kesehatan di semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,
gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya yang akhirnya bermuara pada kemampuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka akan terlihat
bahwa upaya promosi kesehatan merupakan tools dari berbagai program lainnya untuk melakukan intervensi kesehatan. Oleh
karena itu, maka sebagai Puskesmas yang memiliki program promosi kesehatan dan untuk mencapai pelayanan yang standar,
maka sangat dibutuhkan adanya rapat koordinasi lintas program serta penyusunan SOP pelayanan agar pelaksanaan program
menjadi terstruktur dan lebih memudahkan dalam pelaksanaannya.
69

2.6.2 Tujuan
1) Rapat Koordinasi Lintas Program
1. Terdapatnya rapat lintas program baik yang difasilitasi pada
lokakarya mini bulanan maupun triwulan.
2. Setiap pemegang program memahami bahwa promosi kesehatan
adalah kegiatan wajib di semua program dan program promosi
kesehatan memfasilitasi kegiatan tersebut, sehingga kerja sama
dari setiap program itu sangat diperlukan.
2) Penyusunan SOP Pelayanan Promosi Kesehatan
Pemegang program mengetahui standarisasi pelayanan promosi
kesehatan, sehingga dapat menyusun sebuah SOP pelayanan promosi
kesehatan.
2.6.3 Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
Kepala Puskesmas Sikakap sebagai decision maker
2.6.4 Sasaran
1) Pemegang Program Promosi Kesehatan Puskesmas Sikakap
2) Seluruh Pemegang Program Lainnya di Puskesmas Sikakap
2.6.5 Rincian Kegiatan
1) Rapat Koordinasi Lintas Program: Belum Terlaksana
2) Penyusunan SOP Pelayanan Promosi Kesehatan: Belum Terlaksana
2.6.6 Metode Pelaksanaan
1) Advokasi kepada Kepala Puskesmas Sikakap, Pemegang Program
Promosi Kesehatan, dan Program Lainnya di Puskesmas Kecamatan
Sikakap untuk menggalang dukungan adanya rapat koordinasi.
2) Empowerment terhadap Pemegang Program Promosi Kesehatan
untuk dapat menyusun SOP Pelayanan Promosi Kesehatan.
2.6.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
Tabel 2.13 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut
2.6.8 Evaluasi dan Rekomendasi
Tabel 2.14 Evaluasi dan Rekomendasi
2.6.9 Dokumentasi
-
70

Tabel 2.13 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN
STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK
PN 2 KUARTAL OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL I LANJUT
IV
Tidak ada Setiap pemegang Rapat Koordinasi Terdapatnya rapat lintas Belum Terlaksana Rapat koordinasi lintas
program Lintas Program program baik yang program akan dilaksanakan
memahami bahwa difasilitasi pada lokakarya Bulan Februari pada Mini
promosi kesehatan mini bulanan maupun Lokakarya Puskesmas.
adalah kegiatan triwulan.
wajib di semua
program dan
program promosi
kesehatan
memfasilitasi
kegiatan tersebut,
sehingga kerja
sama dari setiap
program itu sangat
diperlukan.
Tidak ada Pemegang program Pendampingan Tersusunnya SOP Belum Terlaksana 1. Pengumpulan bahan-bahan
mengetahui Penyusunan SOP Pelayanan Promosi untuk penyususan SOP
standarisasi Pelayanan Kesehatan Pelayanan Promosi
pelayanan promosi Promosi Kesehatan yang sesuai
kesehatan, sehingga Kesehatan dengan Standarisasi
dapat menyusun Pelayanan Promosi
sebuah SOP Kesehatan Puskesmas.
pelayanan promosi 2. Pendampingan penyusunan
kesehatan. dilakukan setelah
diadakannya rapat lintas
program terkait integrasi
71

upaya promosi kesehatan


pada berbagai program
kesehatan lainnya.

Tabel 2.14 Evaluasi dan Rekomendasi


No. Evaluasi Rekomendasi
1. Kegiatan rapat koordinasi lintas program dan pendampingan Bekerja sama dengan Program PN Manajemen Puskesmas Sikakap
penyusunan SOP Pelayanan Promosi Kesehatan masih belum Prima serta advokasi lebih lanjut dengan decision maker Puskesmas
terlaksana pada kuartal 1 dikarenakan Pemegang Program pada kuartal Kecamatan Sikakap dan sasaran program.
1 banyak yang mengikuti Pelatihan selama 1 bulan di Jakarta serta
terpotong liburan Natal dan Tahun Baru.
72

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Syahrir, P.N. dan Fachrurazy. 2014. Modul Pelatihan Standarisasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Mentawai: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dan SurfAid Internasional.

Laporan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar-
Riskesdas 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2014. Laporan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2013. Jakarta:
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2013. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2012. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat.
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2. 2013. Laporan Awal. Sikakap: Pencerah
Nusantara Mentawai Batch 2.
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2. 2014. Hasil Survey Kesehatan
Masyarakat Kecamatan Sikakap Tahun 2014. Sikakap: Pencerah Nusantara
Mentawai batch 2.
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2. 2014. Hasil Survey Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Remaja Kecamatan Sikakap Tahun 2014. Sikakap: Pencerah
Nusantara Mentawai Batch 2.
Puskesmas Kecamatan Sikakap. 2014. Review Kinerja Puskesmas Kecamatan
Sikakap Tahun 2014. Sikakap: Puskesmas Kecamatan Sikakap.

Anda mungkin juga menyukai