Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

DIARE

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RAODIATUN
NIM : 115STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANYARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat dan
karunia-Nyalah laporan ini dapat terselesaikan dengan baik..
Dalam penyelesaian makalah ini ada beberapa kesuliatan, terutama disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Hal itu karena bantuan dari semua pihak dalam pencarian data dan
informasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Kami sadar sebagi seorang mahasiswa yang masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat guna penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3
2.1 DEFINISI DIARE .................................................................................................. 3
2.2 PATOFISIOLOGI .................................................................................................. 3
2.3 PENYEBAB ........................................................................................................... 6
2.4 GEJALA KLINIS ................................................................................................... 6
2.5 KLASIFIKASI DIARE ........................................................................................... 9
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO DIARE ...................... 10
2.7 PENCEGAHAN ................................................................................................... 11
2.8 TATALAKSANA ................................................................................................ 12
2.9 PENGOBATAN DIARE ...................................................................................... 13
BAB III............................................................................................................................... 31
PENUTUP .......................................................................................................................... 31
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 31
3.2. Saran .................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan
gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makanan atau kelebihan
Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut
WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare
kronik.
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare.
Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya. Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan, tingkat
kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun
pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan
tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka
mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian
akibat penyakit diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru
akut) yang selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian diare?

2. Bagaimana patofisiologi dari diare?

1
3. Bagaimana penyebab diare?

4. Bagaimana gejala yang ditimbulkan dari penyakit diare?


5. Bagaimana klasifikasi diare?

6. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya diare?

7. Bagaimana pencegahan dari penyakit diare?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit diare?

9. Bagaimana pengobatan yang sesuai dengan penyakit diare?

1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan penyakit diare


2. Untuk menjelaskan patofisiologi penyakit diare
3. Untuk menjelaskan penyebab penyakit diare
4. Untuk menjelaskan gejala penyakit diare
5. Untuk menjelaskan klasifikasi penyakit diare
6. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit diare
7. Untuk menjelaskan pencegahan penyakit diare
8. Untuk menjelaskan penatalaksanaan penyakit diare
9. Untuk menjelaskan pengobatan penyakit diare

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DIARE

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Diare terjadi akibat pencernaan bakteri E.Coli terhadap makanan. Bakteri ini sangat
senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya
diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu
mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih
dengan bentuk encer atau cair. Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri
pada traktus intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare
yang menyertai masa ketegangan saraf / stress.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses
(tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari
dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti
diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari

3
dengan konsistensi feses padat atau keras. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air
besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.

2.2 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan atau sekresi
yang meningkat. Adapun mekanisme yang mendasarinya adalah :
2.2.1 Mekanisme Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini
terjadi, bila absorpsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Kalau pada diare infeksi prinsip dasarnya adalah
kemampuan bakteri mengeluarkan toksin-toksin yang bertindak sebagai reseptor untuk
melekat pada enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian menghancurkan membran
enterosit, mengaktifkan enzim-enzim intraseluler sehingga terjadi peningkatan sekresi,
sehingga terjadi diare sekresi. Tapi jika ada kerusakan enterosit, maka disamping diare
sekresi juga dapat terjadi diare osmotik tergantung dari derajat kerusakannya.
2.2.2 Mekanisme Osmotik
Diare osmotik terjadi karena tidak dicernanya bahan makanan secara maksimal,
akibat dariinsufisiensi enzim. Makanan dicerna sebagian, dan sisanya akan menimbulkan
beban osmotik intraluminal bagian distal. Hal ini memicu pergerakan cairan intravascular ke
intraluminal, sehingga terjadi okumulasi cairan dan sisa makanan. Di kolon sisa makanan
tersebut akan didecomposisi oleh bakteri-bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek,
gas hydrogen danlain-lain. Adanya bahan-bahan makanan yang sudah didecomposisi ini
menyebabkan tekanan osmotik intraluminal kolon akan lebih meningkat lagi, sehingga
sejumlah cairan akan tertarik lagi ke intraluminal kolon sehingga terjadi diare osmotik.
Diare terjadi bila terdapat gangguan transpor terhadap air dan elektrolit pada saluran
cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan:
1) Osmolalitas intraluminer yang meninggi, disebut diare osmotik.
2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik.
3) Absorbsi elektrolit berkurang.
4) Motilitas usus yang meninggi/hiperperistalsis, atau waktu transit yang pendek.
5) Sekresi eksudat disebut diare eksudatif (Daldiyono,1997).
4
Diare yang terjadi pada penyakit tertentu atau yang disebabkan suatu faktor etiologi
tertentu, biasanya timbul oleh gabungan dari beberapa mekanisme tersebut di atas. Sebagai
contoh diare yang terjadi pada penyakit Crohn timbul sebagai sebagai diare osmotik karena
malabsorbsi, juga diare eksudatif karena proses inflamasi dan peninggian motilitas usus
karena volume isi usus yang banyak akibat mekanisme osmotik dan eksudatif tersebut
(Daldiyono, 1997).
a) Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa hal sebagai berikut, yang dapat dipandang
pula sebagai penyebab diare osmolitik:
(1) Keadaan intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap.
(2) Waktu pengosongan lambung yang cepat.
(3) Sindrom malabsorpsi atau kelainan absorpsi intestinal.
(4) Defisiensi enzim pencernaan (Daldiyono, 1997).
Diare osmotik timbul pada pada pasien yang saluran ususnya yang terpapar dan tidak
mampu menangani beban hiperosmolar, yang biasanya terdiri dari karbohidrat. Diare ini
disebabkan oleh pengangkutan air melewati dinding usus ke dalam lumen yang
mempertahankan keseimbangan osmotik diantara dinding dan lumen usus. Tempat utama
berkumpulnya cairan terjadi didalam duodenum dan jejenum. Sebenarnya ileum dan kolon
mereabsorbsi sejumlah cairan, tetapi jumlah keseluruhan yang diekskresikan secara pasif oleh
usus halus lain melebihi kapasitas reabsorbsi kombinasinya (Andrianto, 1990).
b) Diare sekresi
Diare sekresi timbul bila colon aktif mensekresikan cairan. Pasien pada diare ini tidak
menderita nyeri atau demam, tetapi mengeluarkan tinja seperti air dalam jumlah banyak,
lebih dari 1 liter/hari. Organisme yang menimbulkan diare sekresi melepaskan toksin atau
senyawa lain yang menyebabkan usus halus aktif mensekresiksn cairan dalam jumlah besar
(Andrianto,1990).
c) Diare eksudatif
Diare ini terjadi pada kolitis ulserosa dan pada penyakit Crohn. Selain itu diare pada
amebiasis, shigelosis, kampilobakter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa
menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus (Daldiyono, 1997).
d) Motilitas Abnormal
Perubahan motilitas usus bisa menyebabkan gangguan digesti dan absorpsi.
e) Gangguan permeabilitas usus

5
Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik sehingga permeablitas
mukosa usus besar dan usus halus terganggu, jika permeabilitas terganggu maka absorbsi air
pada usus halus dan usus besar kurang sehingga terjadi diare (Suharyono, 1992).

2.3 PENYEBAB

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:


2.3.1 Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
 Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas.
 Infeksi virus: Adenovirus, Rotavirus, Enterovirus dan lain-lain.
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
3. Faktor malabsorbsi (malabsorbsi karbohidrat, lemak)
4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
5. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun
virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, atau
berbagai kondisi lain. Beberapa kuman yang menjadi penyebab diare diantaranya Vibrio
cholerae, E.coli, virus Shigella, Campilobacter, Salmonella dan lain-lain. Makanan yang
potensial dihinggapi kuman adalah jenis makanan yang telah lama dimasak, tetapi tidak
langsung dihidangkan. Pertumbuhan kuman menjadi sangat cepat apabila tempat
penyimpanan dan lingkungan disekitar makanan yang tidak higienis (Daldiyono, 1997).

6
Diare kronik berarti diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Batasan
waktu 15 hari tersebut semata-mata suatu kesepakatan, karena banyaknya usul untuk
menentukan batasan waktu diare kronik (Daldiyono, 1997). Shigella terdapat kelompok
spesies diantaranya S.dysenteriae, S.flexneri, S.boydii dan S.sonnei, yang tersering dijumpai
di daerah tropis adalah S.dysentriae dan S.flexneri sedangkan S.sonnei lebih banyak dijumpai
di tempat industri. Shigella adalah sangat ganas bagi manusia dan terkenal dapat
menyebabkan disentri basil yang sifatnya sangat akut. Campylobacter merupakan penyebab
diare kuman yang ditemukan dalam tinja selama berlangsungnya penyakit dan menghilang
pada saat penyembuhan, kadang terdapat pula dalam biakan darah penderita.
.
2.4 GEJALA KLINIS

Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari kuman,
akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus keracunan makanan,
biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebih dominan dibandingkan diarenya
sendiri. Demam juga mungkin menyertai diare yang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu,
adanya perlukaan di mukosa usus akan menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja
sehingga diperlukan pencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya
komplikasi diare. Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus.
Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila anda mengalami
diare adalah untuk mengenali tanda – tanda kekurangan cairan yang merupakan salah satu
komplikasi diare yang paling sering terjadi.
1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah

7
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
Pada anak, karena komposisi cairan pada tubuhnya sangat tinggi, bila terjadi
kekurangan cairan akan tampak cekung di daerah sekitar mata maupun ubun – ubun.
Selain itu bila dilakukan cubitan kulit di daerah perut, kulit tidak akan segera kembali
seperti semula atau menjadi peyot seperti kulit orang lanjut usia. Anak yang tampak rewel,
minum dengan sangat lahap, menangis namun tidak keluar air mata, atau tidak kencing
selama > 3 jam juga merupakan tanda kekurangan cairan. Bila anak sampai tidak sadar
atau nampak sesak dan sulit bernapas, kekurangan cairan yang terjadi mungkin sudah
berat. Ada pula tanda dan gejala lainnya yaitu:
a. Mula-mula bayi atau anak menjadi cenggeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat.
b. Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
c. Tinja atau feses cair dan mungkin di sertai lendir atau darah.
d. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seeringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak dapat di absorbs usus selama diare.
e. Kadang-kadang muntah dan hal ini bisa terjadi sebelum atau sesudah diare dan
dapat di sebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
f. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka timbul gejala
dehidrasi mulai tampak, dengan tanda-tanda :
 Berat badan turun
 Turgor kulit berkurang
 Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
 Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
 Capillary reffil time lebih dari 2 detik (Udin Nazirudin, 1998).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan

8
berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

2.5 KLASIFIKASI DIARE

Klasifikasi diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi
ringan-sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak
daripada cairan yang masuk. Diare tanpa tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan 10% BB
(Anonim, 2009).
1) Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan
pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2) Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi
laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke
orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh
diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun
tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.
9
3) Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare
akut.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya, diare dapat dibedakan menjadi 4 jenis yakni


sebagai berikut:
1) Diare akibat virus
Contoh diare akibat virus adalah influenza perut dan traveller’s diarrhea yang
disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Rotavirus merupakan penyebab diare akut
yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas iklim tropis dan sedang
(Smith, 2003). Virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit,
akan menyebabkan infeksi dan kerusakan vili usus halus. Enterosit yang rusak diganti
dengan yang baru yang fungsinya belum matang, vili mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid
osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Diare yang terjadi
bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya
dalam 3-6 hari (Irwanto dkk., 2002).
2) Diare bakterial (invasif)
Diare ini agak sering terjadi tetapi mulai berkurang berhubung semakin
meningkatnya derajat hygiene masyarakat. Bakteri-bakteri yang terdapat pada makanan
yang tidak hygienis menjadi invasif dan menembus sel mukosa usus halus, kemudian
bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin yang dapat
diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, 8 nyeri
kepala, kejang-kejang, disamping mencret berdarah dan berlendir (Tjay dan Rahardja,
2002).
3) Diare parasiter
Diare yang disebabkan oleh parasit yang terutama terjadi di daerah subtropis
biasanya bercirikan mencret yang intermiten dan bertahan lebih lama dari 1 minggu.
Gejala lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, anoreksia, nausea, muntah-muntah dan
rasa letih umum (malaise) (Tjay dan Rahardja, 2002).
4) Diare akibat enterotoksin

10
Diare jenis ini jarang terjadi, tetapi lebih dari 50% wisatawan di negara-negara
berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk
enterotoksin seperti E. coli dan Vibrio cholerae. Toksin melekat pada sel-sel mukosa dan
merusaknya. Diare jenis ini bersifat self limiting disease, artinya akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu kurang lebih 5 hari, setelah sel-sel yang rusak
diganti dengan mukosa baru (Tjay dan Rahardja, 2002).

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO DIARE

2.6.1 Faktor perilaku :


1. Tidak memberikan ASI ( ASI ekslusif), memberikan MP ASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman (secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan).
2. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
3. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah BAB, dan setelah membersihkan BAB anak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar
5. Penyimpanan makanan yang tidak higenis.
2.6.2 Faktor lingkungan :
1. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan MCK
2. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping factor resiko tersebut diatas ada beberapa factor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain : kurang gizi/malnutrisi terutama anak
dengan gizi buruk, penyakit immunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak
(Kemenkes RI,2011). Sementara faktor penjamu, dapat meningkatkan insiden, beberapa
penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai
umur 2 tahun, kurang gizi, campak, dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada
golongan balita (Sudaryat, 2010).

2.7 PENCEGAHAN

Pada dasarnya, pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang dalam


menjaga kebersihan makanan dan minuman. Perhatian khusus diperlukan dalam mengelola
makanan dan minuman dari cara memasak sampai pada proses penyimpanan. Dengan
demikian, seseorang dapat terhindar dari berkembangnya mikoorganisme, seperti bakteri

11
yang dapat menyebabkan diare. Makin tinggi standar kebersihan, maka makin kecil risiko
terkena diare.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat kontaminasi:
a) Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan, setelah
memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain dengan
binatang piaraan.
b) Jagalah kebersihan kuku Anda terutama jika memiliki kuku yang panjang.
c) Menjauhi makanan dan minuman yang kebersihannya diragukan.
d) Tidak minum air keran.
e) Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
f) Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.
g) Makan makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar.
h) Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan tertinggal di
bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
i) Buang makanan dan minuman yang sudah kedaluarsa.
Untuk mencegah penyebaran diare kepada orang-orang di sekitarnya, Anda bisa
melakukan hal-hal berikut:
a) Bersihkan selalu toilet dengan obat pembasmi kuman setelah digunakan.
b) Selalu cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
c) Jangan beraktivitas dahulu sampai setidaknya dua hari setelah diare yang
terakhir.
d) Jika tinggal satu rumah, pastikan Anda menghindari penggunaan handuk atau
peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lain di rumah.
e) Hindari penggunaan kolam renang selama dua minggu setelah diare yang
terakhir, jika penyebab diare berasal dari parasit cryptosporidium.
f) Masih banyak yang belum menyadari bagaimana diare bisa berakibat fatal,
terutama bagi anak-anak di Indonesia. Kebersihan diri dan makanan perlu
diperhatikan demi mencegah terkena diare (NHS choices UK, 2016)

2.8 TATALAKSANA

Tatalaksana dan pengobatan diare tergantung penyebabnya, penggantian cairan dan


elektrolit yang hilang merupakan tindakan penanganan terpenting pada muntah dan diare
akut. Pada berbagai kasus hanya tindakan ini yang diperlukan, kecuali jika tidak dapat minum
atau diare hebat membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi intavena. Penggantian cairan
dan elektrolit harus diberikan secara intravena. Pada penderita-penderita dehidrasi berat, syok
hipovolemik dan muntah hebat, pemberian cairan dan elektrolit harus didasarkan atas hasil
tes-tes laboratorium.

12
Kebanyakan kasus penyakit diare akut, fungsi pencernaan usus tetap normal, maka
penggantian cairan secara per oral cukup berguna bagi penderita yang tidak muntah dan tidak
mengalami dehidrasi berat. Gula (glukosa atau fruktosa) harus disertakan pula dalam larutan
elektrolit untuk memberikan cukup kalori dan meningkatkan absorbsi.
Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram
natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan seperti
itu tersedia secara komersial dalam paket yang mudah disiapkan dengan dicampur air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan satu sendok teh garam, satu sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan
gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak merasa haus pertama kalinya.
Jika terapi intravena diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin
normal atau ringer laktat, suplemen kalium diberikan sesuai panduan kimia darah. Status
hidrasi harus dipantau dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan
urin, serta penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral
sesegera mungkin.

2.9 PENGOBATAN DIARE

Garis besar pengobatan diare dapat dibagi dalam:


A. Pengobatan kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah mengetahui
penyebabnya yang pasti, antibiotika baru boleh diberikan kalau dalam pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen, pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini
kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, maka antibiotik dapat diberikan dengan
memperhatikan unsur-unsur penderita, perjalanan penyakit dan sifat tinja.
B. Pengobatan simtomatik
Obat antidiare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan
yang rasional.

2.9.1 Terapi Antibiotik


Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.

13
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi
terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

Contoh obat antibiotic yang digunakan untuk penyakit diare, yaitu:


1. COTRIMOXAZOLE (Primadex Forte)
Primadex forte tablet adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi seperti infeksi saluran pencernaan, pernafasan, saluran kemih dan
berbagai jenis infeksi lainnya. Obat Primadex forte mengandung cotrimoxazole, suatu
antibiotik yang merupakan kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole.
Trimetoprim menghambat penurunan asam folat untuk tetrahydrofolate, dan dengan
demikian menghambat pertumbuhan farmakodinamik / Kinetics mikroba. (Drug Information
Handbook, 17 th Edition). Trimetropim bekerja pada jalur metabolik yang sama seperti
sulfonamid, tetapi merupakan inhibitor dihidrofolat reduktase. Trimetropim bersifat toksik
selektif karena afinitasnya terhadap enzim bakteri 50.000 kali lebih besar daripada afinitasnya
terhadap emzim manusia. Trimetropim banyak digunakan pada infeksi saluran kemih.
Sulfametoksazol (SMZ) menghambat sintesis bakteri asam dihydrofolic dengan
bersaing dengan PABA. Sulfametoksazol mengganggu sintesis asam folat bakteri dan
pertumbuhan melalui penghambatan pembentukan asam dihydrofolic dari para-aminobenzoic
acid.

Aspek Informasi Obat Pustaka


Komposisi Per Primadex tab Co-trimoxazole: Mims indonesia
Trimethoprim 80 mg, sulfamethoxazole 400
mg. Per Primadex forte tab Co-trimoxazole:
14
Trimethoprim 160 mg, sulfamethoxazole
800 mg. Per 5 mL syr Co-trimoxazole:
Trimethoprim 40 mg, sulfamethoxazole 200
mg
Pengobatan ISKOral: Pengobatan otitis
Indikasi media akut dan eksaserbasi akut bronkitis A to z drug fact
kronis; mengobati diare perjalanan.
Dewasa: PO 160mg trimetoprim/800mg
Dosis Sulfametoksazol tiap 12 jam selama 5 hari A to z drug fact

Hipersensitivitas terhadap obat


sulfametoksazol dan trimetoprim, anemia
DIH 17 th edition
megaloblastik karena defisiensi folat,
Kontraindikasi dan Medscape
kerusakan hati, penyakit ginjal berat,
kehamilan dan ibu menyusui.

Mual, muntah, sakit perut, sakit kepala,


Medscape dan A to Z
Efek Samping anoreksia, reaksi hipersensitivitas
Drug Facts

Kehamilan, ibu menyusui, anak-anak/ bayi


Perhatian <2 bulan A to Z Drug Facts

2. TETRACYCLINE
Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi Tetracycline HCl

Indikasi Pengobatan Rickettsia, pneumonia A to Z drug facts


Mycoplasma; infeksi klamidia termasuk
pengobatan trachoma; pengobatan
infeksi yang rentan saat penisilin
Kontraindikasi Penggunaan mata adalah kontraindikasi A to Z drug facts
pada keratitis herpes simpleks epitel,
penyakit jamur pada struktur okular dan
setelah pengangkatan senyawa kornea.

15
Dosis DEWASA: PO 1-2 g sehari dalam 2-4 A to Z drug facts
dosis yang sama. ANAK> 8 YR: PO 25-
50 mg / kg dalam 4 dosis yang sama.

Efek samping GI: Diare; mual; muntah; sakit perut atau A to Z drug facts
ketidaknyamanan; anoreksia; tinja yang
besar dan longgar; sakit tenggorokan;
glossitis; anoreksia.
Perhatian Produk kedaluwarsa: Jangan gunakan A to Z drug facts
karena produk degradasi sangat
nefrotoksik.
Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebih
bakteri atau jamur.

3. CIPROFLOXACIN
Aspek Informasi obat Pustaka

Komposisi Ciprofloxacin

Indikasi Pengobatan eksaserbasi paru yang terkait A to Z drug


dengan fibrosis kistik; pengelolaan otitis facts
eksternal ganas, "diare" di jalanan, infeksi
mikobakteri.
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap fluoroquinolones A to Z drug
atau kuinolon; tendonitis atau ruptur tendon facts
yang terkait dengan penggunaan kuinolon.

Dosis DEWASA: PO 500 sampai 750 mg atau IV A to Z drug


400 mg q 12 jam. facts

Efek samping SSP: sakit kepala; kegelisahan. A to Z drug


DERM: Ruam. facts
GI: Diare; mual; muntah; sakit perut /
ketidaknyamanan
LAIN: Rasa tidak normal; fotosensitivitas.

16
Perhatian A to Z drug
Kehamilan: Kategori C. Laktasi: Ekskresi facts
dalam ASI. Anak-anak: Jangan gunakan pada
anak-anak <18 thn. Kejang-kejang: SSP dapat
terjadi.

2.9.2 Obat Antidiare


A. ANTI MOTILITAS
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat gerak peristaltik usus dan
meningkatkan penyerapan kembali cairan di usus besar. Jadi, tidak membasmi kuman, tidak
mengikat toksin. Oleh karena cara kerjanya demikian, loperamida tidak tepat jika digunakan
untuk kasus diare akibat infeksi atau toksin dari makanan atau minuman. Sebab, jika gerakan
usus dihambat, kuman atau toksin tersebut justru tertahan di saluran cerna dan tidak bisa
dikeluarkan.
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,
loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara
yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila
diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
1. LOPERAMID (Opiat)

Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi Loperamid

Indikasi Pengendalian dan kelegaan simtomatik diare


A to z
Indikasi akut dan kronis akut; pengurangan volume output
Drug fact
ileostomy

17
Dewasa
Diare akut: Oral: Awal: 4 mg, diikuti 2 mg setelah setiap
tinja longgar, sampai 16 mg / hari.
Diare kronis: Oral: Awal: Ikuti diare akut; dosis
pemeliharaan harus dititrasi perlahan ke bawah sampai
minimum yang diperlukan untuk mengendalikan gejala
(biasanya, 4-8 mg / hari dalam dosis terbagi)
Diare di tempat: Oral: Awal: 4 mg setelah tinja longgar
pertama, diikuti 2 mg setelah setiap tinja berikutnya
(dosis maksimum: 8 mg / hari)
Diare yang diiringi dengan irinotecia (penggunaan tanpa
label): Oral: 4 mg setelah buang air besar atau sering
buang air besar, lalu 2 mg setiap 2 jam sampai 12 jam
berlalu tanpa buang air besar. Jika diare kambuh, maka
ulangi administrasi
Dosis: Lansia Rujuk ke dosis dewasa.
A to z
Dosis Dosis teratas: Pediatrik
Drug fact
Diare akut: Dosis awal (dalam 24 jam pertama):
2-5 tahun (13-20 kg): 1 mg 3 kali / hari
6-8 tahun (20-30 kg): 2 mg dua kali sehari

8-12 tahun (> 30 kg): 2 mg 3 kali / hari


Pemeliharaan: Setelah pemberian dosis awal, dosis 0,1
mg / kg setelah masing-masing tinja lepas, tapi tidak
melebihi dosis awal
Traveller diare:
6-8 tahun: 2 mg setelah tinja longgar pertama, diikuti 1
mg setelah setiap tinja berikutnya (dosis maksimum: 4
mg / hari)
9-11 tahun: 2 mg setelah tinja longgar pertama, diikuti 1
mg setelah masing-masing tinja berikutnya (dosis
maksimum: 6 mg / hari)

18
Kolitis pseudo membran karena penggunaan antibiotik;
Diare akut yang berhubungan dengan organisme yang
menembus dinding usus (misalnya toksigenik A to z
Kontraindikasi
Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella); kondisi di Drug fact
mana konstipasi harus dihindari; diare berdarah; demam;
kolitis ulserativa akut (potensi megacolon toksik) ..
SSP: Kelelahan; kantuk; pusing.
DERM: Ruam.
EfekSamping GI: Nyeriperut; distensidanketidaknyamanan; sembelit; Martindel
mual; muntah; mulutkering.

Kehamilan: Kategori B. Laktasi: Belumditentukan.


Anak-anak: Tidak dianjurkan untuk anak-anak <2 thn.
Gunakan dengan hati-hati pada anak kecil.
Kolitisuleratif akut: Agen yang menghambat motilitas
usus atau menunda waktu transit usus dapat A to z
Perhatian
menyebabkan mega colon toksik. Hentikan jika distensi Drug fact
abdomen atau gejala tak diinginkan lainnya terjadi.
Gangguan hati: koma hepatik dapat diendapkan pada
pasien dengan penyakit hepatorenal lanjut atau disfungsi
hepar
Loperamide dapat meningkatkan penyerapan Martindel hal
Interaksi
gastrointestinal desmopressi p 1741

2. ATROPIN

Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi Atropin Sulfat

Indikasi Mungkin efektif untuk pengobatan sindrom


iritasi usus besar dan enterokolitis akut. Juga A to Z
Indikasi
mungkin bermanfaat sebagai terapi tambahan untuk Drug fact
tukak duodenum.

19
Sebagai premedikasi, injeksi intravena, 300-600
mcg 30 hingga 60 menit segera sebelum induksi
anestetik, dan dengan peningkatan dosis setiap kali
100 mcg untuk pengobatan bradikardia.
Melalui injeksi intramuskuler, 300-600 mcg 30 A to z
Dosis
hingga 60 menit sebelum induksi; anak: 20 mcg/kg Drug fact
bb.
Untuk mengendalikan efek muskarinik neostigmin
dalam melawan blok neuromuskuler kompetitif,
dengan injeksi intravena, 0,6-1,2 mg.
Glaukoma; uropatiobstruktif; penyakit obstruktif
saluran cerna; ileus paralitik; atonia intestinal pada
pasien lanjut usia atau lemah; kolitisulseratat berat;
mega colon beracun yang menyulitkan kolitisul
Kontraindikasi
serativa; penyakit hati atau ginjal; takikardia;
iskemiamiokard; status kardiovaskular tidak stabil
pada perdarahan akut; myasthenia gravis;
porfirinuriaintermiten akut
Efek Samping CV: Palpitasi; bradikardia; takikardia; pembilasan. A to z Drug fact
SSP: sakit kepala; kegugupan; kantuk; kelemahan;
pusing; kebingungan; insomnia; demam (terutama
pada anak-anak); kebingungan mental atau
kegembiraan (terutama pada orang tua, bahkan
dengan dosis kecil);
SSP stimulasi (kegelisahan, tremor), psikosis.
DERM: Urticaria dan manifestasi dermal lainnya
dari reaksi alergi. EENT: penglihatan kabur;
mydriasis; ketakutan dipotret; cycloplegia;
peningkatan IOP; pupil-pupil terdilatasikan; hidung
tersumbat; mengubah persepsi rasa
GI: Xerostomia; mual; muntah; disfagia; mulas;
sembelit; perasaan kembung; ileus paralitik.
GU: Kehilangan dan retensi urin; ketidakmampuan.
LAIN: Reaksi alergi yang parah, termasuk

20
anafilaksis; penindasan laktasi; menurun berkeringat

Kehamilan: Kategori C.
Laktasi: Jika memungkinkan, jangan gunakan.
Pasien lanjut usia: Mungkin bereaksi dengan agitasi,
kantuk dan manifestasi tak diinginkan lainnya
bahkan dengan dosis kecil. Pasien risiko khusus:
Digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
neuropati, penyakit hati atau ginjal, hipertiroidisme,
penyakit arteri koroner, CHF, aritmia, hipertensi atau
takikardia. Dapat menyulitkan pengobatan ulkus
lambung.
A to z
Perhatian Diare: Mungkin merupakan gejala penyumbatan
Drug fact
usus yang tidak sempurna, terutama pada pasien
dengan ileostomi atau kolostomi dan oleh karena itu
dapat berfungsi sebagai kontraindikasi. Sujud panas:
Bisa terjadi dengan adanya suhu lingkungan yang
tinggi karena adanya gangguan dengan keringat
normal. Tugas yang berpotensi berbahaya: Dapat
menyebabkan kantuk, pusing atau penglihatan
kabur. Potensi kecanduan: Mungkin kebiasaan
terbentuk; bila memungkinkan, tidak diberikan
kepada individu yang rawan kecanduan..

21
Interaksi Efek atropin dan antimuscarinik lainnya
dapat ditingkatkan dengan penggunaan obat lain
yang memiliki sifat antimuskarinik, seperti
amantadine, beberapa antihistamin, antipsikotik
fenotiazin, dan antidepresan trisiklik. Penghambatan
enzim metabolisme obat oleh MAOIs mungkin
dapat meningkatkan efek antimuskarinik. Penurunan Martindel hal,
Interaksi
motilitas lambung yang disebabkan oleh 1219
antimuscarinics dapat mempengaruhi penyerapan
obat lain. Antimuscarinics juga dapat melawan efek
gastrointestinal cisapride, domperidone, dan
metoclopramide. Antimuscarinics dan
parasympathomimetics dapat saling melawan efek
lainnya.

B. ADSORBEN
Secara harfiah, adsorben berarti bahan penyerap, dari kata adsorb yang berarti
menyerap di permukaan. (Berbeda dari absorb yang berarti menyerap sampai ke dalam).
Adsorben bekerja mengatasi diare dengan cara mengikat kuman atau toksin (racun) di saluran
cerna, supaya tidak bersentuhan dengan permukaan usus. Jika toksin dan kuman ini kontak
dengan usus, gerakan peristaltik usus secara otomatis akan meningkat sebagai refleks alami
untuk mengeluarkan racun itu. Obat yang masuk dalam golongan ini antara lain karbon aktif,
attapulgit, pektin, dan kaolin. Karena cara kerjanya menyerap kuman dan toksin, obat
golongan ini hanya berguna jika penyebab diare adalah infeksi ringan atau toksin. Jika
penyebabnya adalah perubahan internal tubuh, misalnya karena cemas, stres, atau depresi,
obat-obat ini tidak lagi efektif.
Contoh merek dagang yang cukup populer antara lain: Neo Entrostop® (berisi
attapulgit dan pektin), Norit® (berisi karbon aktif), Diatabs® (attapulgit). Obat-obat ini
termasuk golongan obat bebas yang paling banyak beredar di pasaran. Relatif aman, bisa
diminum oleh anak-anak, ibu hamil, juga ibu menyusui.
Arang aktif, attapulgit aktif, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek
tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit.
22
Golongan adsorben bekerja dengan mengadsorbsi toksin (racun) ataupun
mikroorganisme dalam usus dan melapisi mukosa usus. Golongan ini lebih aman
dibandingkan obat antimotilitas sehingga cocok diberikan pada serangan diare akut. Selain
kaolin dan pektin, ada juga obat metilselulosa, atapulgit yang diaktifkan dan magnesium
alumunium silikat.

1. KAOLIN-PEKTIN

Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi Kaolin 700 mg ISO Vol 49

Indikasi Pengobatan simtomatik diare A to Z Drug Facts

Semua dosis diberikan setelah


buang air besar.
• Dewasa : 60-120 ml (kekuatan biasa)
atau 45-90 ml (konsentrat)
Dosis A to Z Drug Facts
• 6-12 th: 30-60 ml(kekuatan biasa) atau
30 ml (konsentrat) per dosis.
• 3-5 th: 15-30 ml (kekuatan biasa) atau
15 ml (konsentrat) per dosis.
pada bayi dan anak-anak <3 thn tanpa
bimbingan dokter, penggunaan selama> 2 hari
Kontraindikasi A to Z Drug Facts
atau saat demam tinggi, obstruksi usus,
radang usus besar
Sembelit, impaksi feses terutama bayi dan
Efek Samping orang tua A to Z Drug Facts

 Kehamilan: Kategori B.
Perhatian  Laktasi: Kaolin dan pektintidak terserap A to Z Drug Facts
saluranPencernaan

2. ATTAPULGITE

23
bekerja dengan cara mengikat dan dengan menetralkan racun penyebab diare yang
diproduksi oleh agen infeksi atau dengan mencegah agen infeksi pada dinding saluran
gastrointestinal sistem, mengurangi diare dan memperbaiki konsesistensi feses.

Aspek Informasi Obat Pustaka

Komposisi Attapulgite Mims indonesia


Pengobatan simtomatik diare dan kram.
Ketika digunakan dalam pengobatan, secara
fisik mengikat asam dan zat-zat beracun di DIH, 17th edition
Indikasi
lambung dan saluran pencernaan. Untuk itu,
telah sering digunakan dalam obat antidiare.
Attapulgite adalah adsorben.

Dewasa
Diare: Oral (memberi setelah setiap buang
air besar): 1200-1500 mg / dosis ; Dosis
maksimum : 8400 mg / hari DIH, 17th edition
Dosis
anak-anak : 3-6 tahun : 300 mg / dosis ;
Dosis maksimum : 2100 mg / hari
6-12 tahun : 600-750 mg / dosis ; Dosis
maksimum : 4500 mg / hari

Medscape dan
Hipersensitivitas , obstruksi usus , demam (Bertram G.
tinggi ( infeksi diare ) , disentri , darah Katzung-
dalam tinja , borok pendarahan , gout , Basic &
Kontraindikasi hemofilia , hemoragik states. Clinical
Antidiarrheals tidak boleh digunakan jika Pharmacology
diare disertai demam > 101 ° F atau jika 9th Ed. P.
darah atau lendir hadir dalam tinja. 1520)

Konstipasi, reaksi alergi parah ( ruam ;


gatal-gatal , kesulitan bernafas, sesak di
Efek Samping dada , pembengkakan mulut , wajah , bibir , Medscape
atau lidah ). Pencernaan yg terganggu, Perut
kembung, Sembelit ringan, Mual.
24
Hindari penggunaan pada anak < 3 tahun.
Jangan gunakan untuk > 2 hari. Ambil 2-3
Perhatian Medscape
jam sebelum / sesudah obat lain Lansia ,
diabetes.

C. ANTI SEKRETORI
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga
enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi
dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia
saat ini tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare
yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak

1. BISMUTH SUBSALISILAT
Aspek Informasi obat Pustaka

Komposisi Bismuth Subsalicylate

Indikasi Pengobatan gangguan pencernaan tanpa A to Z drug facts


menyebabkan konstipasi, mual, kram
perut; kontrol diare, termasuk diare
pengembara.
Kontraindikasi Penyakit virus seperti cacar air atau A to Z drug facts
influenza pada pasien <18 thn.
Dosis DEWASA: Tablet PO 2 (262 mg A to Z drug facts
masing-masing) atau 30 ml suspensi q
30 sampai 60 menit prn (maksimal 8
dosis / hari). ANAK 9-12 YR: suspensi
PO 1 tablet atau 15 ml q 30 sampai 60
menit prn (maksimal 8 dosis / hari)
Efek samping EEN: Tinnitus; perubahan warna lidah. A to Z drug facts
GI: Perubahan warna pada tinja;
impaksi

25
Perhatian Kehamilan: Kategori C. Laktasi: A to Z drug facts
Ekskresi dalam ASI. Anak-anak: Dapat
menyebabkan impaksi. Pasien yang
mengalami pembekuan: Dapat
menyebabkan impaksi.

D. PROBIOTIK
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.

1. LACTOBACILLUS

Aspek Informasi Obat Pustaka


Per sachet Viable cell counts 1 x 109 CFU/g
(Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium
longum, Streptococcus thermophillus), vit C
Komposisi Mims indonesia
7%, vit B1 73%, vit B2 157%, vit B6 14%,
niacin 13%, protein 0.02 g, fat 0.1 g, Zn
103%. Energy: 3.4 cal

Pengobatan diare & pencegahan intoleransi


Indikasi Mims indonesia
laktosa.

Dosis Anak umur 1-12 tahun 3 sachet setiap hari. Mims indonesia

26
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap
Kontraindikasi DIH ed 17
Lactobacillus atau komponen dari formulasi.

Efek Samping Perut kembung DIH ed 17

Perhatian Pasien yang memiliki hipersensitivitas DIH ed 17

2.9.3 PENGGANTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana
harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare

hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi
oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium

klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam
paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara
komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½
sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua
pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum
cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya.

1. ORALIT (Pharolit)

Aspek Informasi Obat Pustaka

NaCl 3,5 mg, Na Citrate 2,5 g, KCl 1,5 g ,


Komposisi ISO
glucose 20 g per liter
Larutan rehidrasi oral digunakan untuk
penggantian oral elektrolit dan cairan pada
Martindale 36 hal
Indikasi pasien dengan dehidrasi,
p.1672
terutama yang berhubungan dengan diare
akut dari berbagai etiologi
27
Untuk orang dewasa, dosis biasa 200 sampai
400 mL rehidrasi oral Martindale 36 hal
Dosis
Dosis untuk anak-anak adalah 200 p.1672
dan untuk bayi adalah 1 sampai 1,5 kali
Larutan rehidrasi oral tidak sesuai untuk
pasien dengan obstruksi gastrointestinal,
oliguric atau anuric gagal ginjal, atau saat Martindale 36 hal
Kontraindikasi
terapi rehidrasi parenteral diindikasikan p.1672
sebagai dehidrasi berat atau sulit diobati
muntah.
Muntah dapat terjadi setelah mengkonsumsi
larutan rehidrasi oral, dan mungkin Martindale 36 hal
Efek Samping
merupakan indikasi bahwa itu diberikan juga p.1672
segera
Garam rehidrasi oral atau tablet effervescent
seharusnya dilarutkan hanya dengan air dan
pada volume yang dinyatakan. Air minum
Martindale 36 hal
Perhatian segar pada umumnya tepat, tapi Air yang
p.1672
baru direbus dan didinginkan lebih disukai
saat Larutannya untuk bayi atau saat air
minum tidak tersedia.

2.9.4 GOLONGAN LAIN-LAIN


1. ZINC

Aspek Informasi Obat Pustaka

Zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20


Komposisi ISO Indonesia
mg.
Indikasi Dietary supplementation; supplement to IV A to z drug fact
solutions given for TPN; treatment or
prevention of zinc deficiencies. Ophthalmic
solution used as mild astringent for relief of
eye irritation. unlabeled use(s): Treatment
of acrodermatitis enteropathica and delayed

28
wound healing associated with zinc
deficiency; treatment of acne, rheumatoid
arthritis, Wilson's disease.

Dewasa : 25 – 50 mg/ hari


ORAL
Umur 6 bulan : 3 mg Zinc / hari
Dosis A to z drug fact
6-12 bulan : 5 mg Zinc / hari
1-10 tahun : 10 mg Zinc / hari
> 11 tahun : 15 mg Zinc / hari

injeksi secara langsung larutan murni ke


Kontra indikasi A to z drug fact
pembuluh darah perifer.
Mual; muntah (terutama dalam dosis oral
Efek Samping A to z drug fact
yang besar).
Kehamilan: memiliki Kategori C. selama
kehamilan tidak dianjurkan.
Laktasi: diekskresikan dalam ASI.
konsumsi berlebihan: Pada orang sehat dapat
membahayakan.
Benzyl alcohol: Beberapa dari produk ini
Perhatian A to z drug fact
mengandung benzil alkohol, yang telah
dikaitkan dengan sindrom yang fatal yaitu
sindrom "gasping" pada bayi prematur.
gangguan ginjal: diperlukan pengurangan
dosis pada pasien dengan disfungsi ginjal.

2. HYOSIN

Aspek Informasi Obat Pustaka

29
Hiosin N-butilbromida 10 mg
Komposisi ISO

DIH, 17th edition


Mencegah mual dan muntah. Mengobati A TO Z DRUG
Indikasi
gangguan saluran pencernaan FACT

Gastrointestinal/genitourinary spasm Oral :


DIH, 17th edition
Dosis 10-20 mg tiap hari (1-2 tablet), maksimum 6
tablet/hari.Antiemetik 0.006 mg/kg
Hipersensitivitas terhadap skopolamin,
alkaloid belladonna lainnya, atau komponen DIH, 17th edition
Kontraindikasi
lain dalam formulasi.

Mulur kering, kulit kering, ngantuk,


Efek Samping AHFS
flushing, takikardi, retensi urin, mydriasis

Kehamilan kategori C. Laktasi :


didistribusikan dalam susu. Anak-anak
sangat rentan terhadap efek samping
Perhatian belladonna alkaloid. Gunakan dengan hati- AHFS
hati pada pasien geriatric, mempunyai
riwayat hepatic dan renal impairment
mungkin meningkatkan efek CNS

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh
makanan, miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan
melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang
kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik.
Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam sehari,
disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu
adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan Oralit,
biasanya juga larutan gula, garam (LGG). Yang harus diperhatikan dalam pemberian
makanan dan minuman pada penderita diare yaitu
Jangan dipuaskan, ,pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila penderita
menimbulkan gejala diare. Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI,
makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan perorangan, kebersihan
makanan dan minuman.

3.2. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran agar pembaca turut
berkenan untuk mencari dan menggali informasi melalui literatur literatur serta jurnal
internasional agar wawasan yang di peroleh mengenai gastritis lebih akurat.
Dan dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut,
maka pembaca harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan
lingkungan. Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat
mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam dengan baik.

31
Mudah-mudahan harapan untuk hidup bersih dapat diwujudkan bagi penulis maupun
pembaca semua.

32
DAFTAR PUSTAKA

AHFS, 2011, AHFS Drug Information, Bethesda: American Society of Health System
Pharmacists.
Andrianto, Petrus. 1990. Gangguan Fisiologis Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta :
ECG.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 28, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2016, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Jakarta: Isfi Penerbitan vol: 50
Daldiyono, 1990, Gastroenteritis Hepatologi (Diare), CV.Sagung Seto, Jakarta.
Diemert, David., J., 2006, Prevention and Self-Treatment of Traveler’s Diarrhea,
http://cmr.asm.org/cgi/reprint/19/3/583, diakses tanggal 16 desember 2007
Donna L. Wong., 1996, Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita. Jakarta: Depkes RI.
Lacy, Charles. F., dkk, 2006, Drug Informatorium Handbook, 14thed, 949-951, Lexi-Comp.
inc, United States.
Larson, C., P., Saha., U., R., Islam., R., and Roy., I., 2006, Childhood diarrhoea management
practices in Bangladesh: private sector dominance and continued inequities in care,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez, diaksestanggal 16 Desember 2007
Limul hidayat, A. Aziz. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Lukman Zulkifli, “Tatalaksana Diare Akut,” Continuing Medical Education, 2015.
Mycek, Mary., J., and Harvey, A., R., 2000, Pharmacology, 2nded, 243-244, lippincott
Williams & Wilkins, New jersey
NHS choices UK (2016). Health A – Z. Diarrhoea
Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular.
Spruill, William, J., and Wade, William, E., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, Sixth Edition, 677-681, Mcgraw-Hill Medical Publishing Division, New York.
Sudaryat, S., 2010, Gastroenterologi Anak Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas UNUD
Suharyono, dkk. 199. Asi Tinjauan dari beberapa aspek. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Suryadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:percetakan penebar swadaya.
33
Sweetman, S.C. (ed). 2009, Martindale: The Complete Drug Reference, 36th Edition.
Everbest Printing, China.
Tatro, D., 2003, A to Z Drug Facts, 95-100, Facts and Comparison, St. Louis.
Udin Nazirudin, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.
Widjaja. 2007. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Widoyono, 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.
Wehbi, M. 2008. Acute Gastriti. Medscape. Diakses tanggal 10 Maret 2018
WHO, 2007. Infection Prevention and Control of Epidemic-and Pandemic-Prone Acute
Respiratory Diseases in health care. WHO, Jenewa.

34

Anda mungkin juga menyukai