Anda di halaman 1dari 20

Keperawatan Komunitas

(Diare)

disusun oleh :

Anisa Bone : 01909010003


Audrey Manimpurung : 01909010008
Fitriawati Kobandaha : 01909010021
Justin Valendien : 01909010030
Nana A Mokoginta : 01909010036
Rani Antoni : 01909010042

Kelas : A keperawatan semester 4

JURUSAN KEPERAWATAN
INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTA
KOTAMOBAGU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan YME
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat membuat “Makalah Diare
”. makalah ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin.

Dengan selesainya makalah Diare ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih. kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah Diare ini. Demikian makalah Diare ini saya mohon kritik dan
sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna untuk para pembaca.

Kotamobagu, 14 september 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI …………………………………….. ..................................................
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan masalah .....................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................

BAB II : Tinjauan Teori ..........................................................................................


A. Pengertian ...............................................................................................
B. Klasifikasi ................................................................................................
C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare ............................................
D. Etiologi .....................................................................................................
E. Pathogenesis .............................................................................................
F. Patofisiologi ..............................................................................................
G. Tanda dan gejala .......................................................................................
H. Pemeriksaan diagnostic ............................................................................
I. Pencegahan ...............................................................................................
J. komplikasi .................................................................................................
K. Pengobatan ................................................................................................

BAB III : PENUTUP ................................................................................................


A. Kesimpulan ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Diare merupakan penyakit umum yang masih menjadi masalah kesehatan
utama pada anak terutama pada balita di berbagai negara-negara terutama di negara
berkembang. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja
yang encer dan cair (Suriadi & Yuliana, 2006).
Terjadinya diare bisa disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor infeksi
(infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, dan infeksi parenteral), faktor
malabsorsi, dan faktor makanan. Secara umum diare disebabkan oleh infeksi
bakteri, terkecuali ditemukan sebab-sebab yang lain. Menurut penelitian yang
dilakukan para ahli, bakteri yang sering menimbulkan penyakit diare adalah bakteri
E. coli. Selain bakteri E. coli, bakteri-bakteri yang tergolong dalam “non-
phatogenic” bakteri seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphylococus,
steptococcus, dan sebagainya sering pula menjadi penyebab diare (Aden, 2010).
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan
mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama di
negara-negara berkembang, jumlah nya mendekati satu dalam lima orang, ini
menyebabkan kematian pada anak-anak melebihi AIDS dan malaria. Hampir satu
triliun dan 2,5 milyar kematian karena diare dalam dua tahun pertama kehidupan.
Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di dunia.Tercatat 1,8 milyar
orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk kolera), banyak yang
mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan imun
(World Health Organization [WHO], 2009).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Apa klasifikasi diare?
3. Apa faktor yang mempengaruhi diare ?
4. Apa penyebab diare?
5. Bagamana pathogenesis diare ?
6. bagaimana patofisiologi diare?
7. Apa tanda dan gejala diare?
8. Apa pemeriksaan penunjang diare?
9. Bagaimana pencegahan diare?
10. Apa komplikasi diare?
11. Bagaimana penatalaksanaan diare?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diare
2. Untuk mengetahui apa klasifikasi diare
3. Untuk mengetahui apa faktor yang mempengaruhi diare
4. Untuk mengetahui apa penyebab diare
5. Untuk mengetahui pathogenesis diare
6. Untuk mengetahui patofisiologi diare
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare
8. Untuk mengetahui apa pemeriksaaan penunjang diare
9. Untuk mengetahui pencegahan diare
10. Untuk mentahui apa komplikasi diare
11. Untuk mengetahui penatalaksanaan diare
BAB II
Tinjauan Teori

A. Pengertian diare
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan
rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang
yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman
dan Gilman, 2003).
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang
air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau
lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya,
yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari (Tanto dan Liwang, 2014).

B. Eklasifikasi diare
Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai
berikut:
 Diare akut
keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.
 Diare persisten atau diare kronis
keluarnya tinja cair selama 14 hari atau lebih dan dapat disertai darah atau
tidak. Diare persisten atau diare kronis dalam waktu lama akan
mengakibatkan dehidrasi.
 Diare disentri
keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh sakit perut saat
BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan berat badan
yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri.
Sedangkan menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) klasifikasi
diare di bedakan sebagai berikut,
Untuk dehidrasi:
1. Dehidrasi Berat, terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut:
Letargi atau tidak sadar. mata cekung, tidak bisa minum, cubitan
kulit perut kembalinya sangat lambat
2. Dehidrasi Ringan/sedang, terdapat dua atau lebih tanda-tanda
berikut: Gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum
dengan lahap, cubitan di kulit perut kembalinya lambat
3. Tanpa Dehidrasi, tidak cukup tanda-tanda untuk di klasifikasikan
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang.
4. Jika Diare 14 hari atau lebih
a. Tanda Ada dehidrasi, (diare presisten berat)
b. Tanda tanpa dehidrasi, (diare presisten)
5. Dan jika ada Darah dalam tinja
a. Disentri
(Manajemen terpadu balita sakit Depkes RI, 2005)

C. Faktor yang mempengaruhi diare


Menurut Suharyono (2008), faktor yang mempengaruhi diare yaitu :
1) Faktor Gizi.
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian diare.
2) Faktor sosial ekonomi.
Kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga
besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya
penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan
orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak
menguntungkan.
3) Faktor lingkungan.
Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap kejadian
diare, interaksi antara agent penyakit, manusia dan faktor – faktor
lingkungan, yang menyebabkan penyakit perlu diperhatikan dalam
penanggulangan diare.
4) Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih.
Insiden diare pada masyarakat golongan berpendapatan rendah dan kurang
pendidikan mulai bertambah pada saat anak untuk pertama kali mengenal
makanan tambahan dan frekuensi ini akan makin lama meningkat untuk
mencapai puncak pada saat anak sama sesekali di sapih, makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak–anak lebih
tua.
5) Faktor pendidikan.
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seeorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu balita
dalam berperilaku dan berupaya secara aktif guna mencegah terjadinya diare
pada balita.

D. Etiologi diare
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan, dan faktor
psikologis (Djitowiyono dan Kristiyanasari, 2011). Infeksi merupakan penyebab
utama diare akut akibat bakteri, virus, dan parasit (Ridha, 2014). Menurut Dwienda
(2014), faktor-faktor penyebab diare adalah sebagai berikut.
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama pada anak. Infeksi enternal
disebabkan oleh:
 Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, salmonella,
shigella, campylobacter, dan yershinia.
 Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackaie,
poliomyelitis), adenovirus, retrovirus, dan lain-lain.
 Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyuris,
histolitika, gardia lambia, tricomonas hominis), jamur
(candida albicans)
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan
makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis,
aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorpsi karbohidrat disakarida (intolerans laktosa,
maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intolerans glukosa,
fruktosa, dan galaktosa), pada bayi dan anakanak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, tidak higienis, tidak matang
saat dimasak, dan alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis: rasa takut, cemas, dan tegang pada anak dapat
menyebabkan diare.

E. Pathogenesis diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut Ngastiyah (2014) :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Ganggua motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula.

F. Patofisiologis diare
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya diare
disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam
usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah
diare
3. Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untukmenyerap makan yang kemudian menyebabkan
diare.
4. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.

G. Tanda dan gejala diare


Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih gejala.
Namun, gejala yang paling sering dirasakan penderita diare antara lain:
 Perut terasa mulas.
 Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan berdarah.
 Mengalami dehidrasi.
 Pusing, lemas, dan kulit kering.
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare
yang berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup
kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi
berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering
(Octa dkk, 2014).
H. Pemeriksaan penunjang
serangkaian pemeriksaan dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari diare kronis.
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan selain melihat gejala, riwayat kesehatan,
dan pemeriksaan fisik, yaitu:
 Tes tinja.
 Tes darah.
 Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan tertentu dari dalam saluran
pencernaan.
 Endoskopi, yaitu pemeriksaan kondisi saluran pencernaan secara visual
dengan alat khusus yang dinamakan endoskop.
 Pemindaian, seperti foto Rontgen, CT scan, atau MRI.

I. Pencegahan diare
1. Pemberian ASI
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen
zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, bebeda dengan sumber susu yang lain
seperti susu formula atau cairan lain yang yag disiapkan dengan air
atau bahan- bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarikan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang kanmenyebabkan diare. Keadaan seperti ini
disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Ekslusif).
Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus
diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai
daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI
yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang
disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pada bayi
yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30 x lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Makanan pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada
masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab
perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
meningkatkannya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan lematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

c. Menggunakan air bersih yang cukup


Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui fecal-oral kuman-kuman tersebut dapat ditularkan bila
masuk ke dalam mulut melalui cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air
tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyedian air yang
benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil di
banding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut
dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan
dirumah.
d. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.

e. Menggunakan jamban
Pengalaman di bebrapa Negara membuktikan bahwa upaya
pengggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan resiko tehadap diare. Keluarga yang tidak mempunyai
jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar
di jamban.

J. Komplikasi diare
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein
(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau
penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 %
pada bayi dan 50 % pada anak– anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan
terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.

K. Penatalaksanaan diare
Dasar pengobatan diare adalah
1. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya
a. Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan
NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula lengkap
sering disebut oralit.Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri
(formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL
dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk
pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke rumah
sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
b. Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi
atau pasien yang MEP.
Tetapi kesemuanya itu bergantung tersedianya cairan setempat. Pada
umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas
kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak
yang diberikan bergantung dari berat /ringanya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badanya.
c. Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe
marasmik. Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya
dengan berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200
ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien
MEP.Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam
atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾ tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit)
atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain pemberian
cairan pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada
ketentuan pemberian cairan pada pasien lainya misalnya pasien
bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan kelainan jantung
bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan pula. Bila
kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang
infuse hendaknya menanyakan dahulu pada dokter.

2. Dietetik (cara pemberian makanan).


Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg jenis makanan:
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis
lainya)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
missalnya susu yang tidsk mengandung laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.

3. Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang


hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin,
tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014)
4. Teknik farmakologi
a. Antibiotic
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap
penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan
memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada
penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila :
1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik
dan atau biakan.
2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis
ditemukan darah pada tinja.
3) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya
infeksi maternal.
4) Di daerah endemic kolera.
5) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial

b. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat
(asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain
berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena
infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

c. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan
tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB),
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada
tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011).
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang
air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB 3x atau
lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya,
yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup
kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi
berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering
(Octa dkk, 2014).
Untuk pencegahan diare dapat di lakukan dengan pemberian ASI yang
paling baik, pengunaan air bersih yang cukup, mencuci tangan dengan bersih, serta
menggunakan jamban yang bersih.
Serta pengobatan yang dapat di lakukan untuk diare yaitu pemberian cairan
per oral, pemberian makanan yang sehat, pmberian obat antipiretik, dan pemberian
zinc.
Daftar Pustaka

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1277/1/FITRI%20HILY
A%20MILLATINA-FKIK.PDF

http://eprints.umm.ac.id/57578/5/BAB%204.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2224/3/CHAPTER%202.pdf

http://eprints.ums.ac.id/12660/3/BAB_1.pdf

http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2203/2/2.%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai