PENDAHULUAN
1
BAB II
2
O2 arteri memberi stimulus yang memungkinkan klien untuk bernapas, pemberian
oksigen kadar tinggi dapat menjadi fatal bagi klien dengan penyakit paru kronik
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakter pernapasan
OLAHRAGA
Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh
untuk menambah oksigen.
NYERI AKUT
Nyeri akut meningkatkan frekuensi dan kedalaman sebagai akibat dari stimuladi
simpatik. Klien dapat meenghambat atau membebat pergerakan dinding dada jika ada
nyeri pada area dada atau abnomen. Napas akan menjadi dangkal.
ANSIETAS
Ansietas meningkatkan frekuensi dan kedalaman sebagai akibat stimulasi simpatik.
MEROKOK
Merokok kronik mengubah jalan arus udara paru, mengakibatkan peningkatan
frekuensi.
ANEMIA
Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam darah. Individu
bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2.
POSISI TUBUH
Postur tubuh yang lurus dan tegak, meningkatkan ekspansi penuh paru. Posisi yang
bungkuk dan terlungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
MEDIKASI
Analgesik narkotik dan sedatif menekan frekuensi dan kedalaman. Amfetamin dan
kokain dapat meningkatkan frekuensi dan kedalaman.
CEDERA BATANG OTAK
Cedera pada batang otak mengganggu pusat pernapasan dan menghambat frekuensi
dan irama pernapasan.
2.3 Mekanika pernapasan
Meskipun bernapas biasanya pasif, kerja otot dilibatkan dalam menggerakkan
dinding paru dan dada. Inspirasi adalah proses aktif. Selama inspirasi, pusat pusat
pernapasan mengirim impuls sepanjang nervus frenik, mengakibatkan diafragma
nerkontraksi. Organ abdominal bergerak ke atas dan ke bawah, meningkatkan panjang
rongga dada untuk menggerakkan udara ke dalam paru. Diafragma bergerak sekitar 1
cm iga ke atas dari garis tengah tubuh sekitar 1,2 sampai 2,5 cm.
3
Selama bernapas bernapas normal dan rileks, individu menghirup udara 500
ml. Jumlah ini disebut sebagai volume tidal. Selama ekspresi diafragma rileks dan
organ abdomen kembali seperti asalnya. Paru dan dinding dada kembali ke posisi
rileks
Ekspirasi merupakan proses pasif. Frekuensi dan kedalaman normal dari
ventilasi, eupnea, di interupsi berdesau. Desau, napas lebih dalam yang panjang,
adalah fisiologis protektif untuk mencegah udara bertukar di jalan udara kecil yang
mengembang dengan alveoli selama bernapas normal.Pengkajian pernapasan yang
akurat bergantung pada perkenalan perawat terhadap gerakan normal toraks dan
abdomen.
Selama bernapas tenang, gerakan diafragmatik menyebabkan rongga abdomen
membesar dan mengecil dengan lambat.Bila bernapas membutuhkan usaha yang lebih,
otot interkostal dan aksesoris bekerja secara aktif untuk menggerakkan udara masuk
dan keluar. Bahu naik turun, dan otot aksesoris ventilasi di leher terlihat berkostraksi.
Gerakan diafragmatik menjadi sedikit kelihatan karena pernapasan kostal
meningkat. Kondisi klinis tertentu seperti nyeri pada dinding dada, pneumotoraks,
emfisema dan penyakit neuromoskular mempengaruhi gerakan ventilator.
2.4 Pengkajian pernapasan
Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah dikaji,namun yang paling
sering diukur secara sembrono. Perawat tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran
yang akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.
Perubahan karakter pernapasan yang tiba-tiba mungkin penting. Karena
pernapasan berhubungan erat dengan berbagai sistem tubuh, perawat harus
mempertimbangkan semua variabel saat perubahan. Misalnya, pernapasan sangat
rendah yang terjadi pada klien setelah cedera kepala dapat menandakan cedera pada
batang otak. Trauma abdomen dapat mencederai nervus frenik, yang bertanggung
jawab terhadap kontraksi diafragma.
Perawat harus memahami cedera dan implikasinya terhadap sistem pernapasan
Perawat yang terampil tidak akan memberi tahu klien pernapasannya sedang dikaji.
klien yang waspada terhadap perhatian perawat dapat sadar mengubah frekuensi dan
kedalaman bernapas. Pengkajian dapat sangat baik dilakukan segera setelah mengukur
frekuensi nadi, dengan tangan perawat tetap di atas abdomen atau dada.
Pada saat mengkaji pernapasan klien, perawat harus mengingat pola dan
frekuensi normalventilasi klien, pengaruh dari penyakit atau dalam keadaan sakit pada
4
fungsi pernapasan, hubungan antara pernapasan dan fungsi kardiovaskular dan
pengaruh terapi pada pernapasan. Pengukuran objektif dari pengkajian status
pernapasan termasuk frekuensi dan kedalaman bernapas serta irama gerakan
ventilatori.
FREKUENSI PERNAPASAN
Perawat mengobservasi inspirasi dan ekspirasi penuh pada saat menghitung
frekuensi ventilasi dan pernapasan. frekuensi pernapasan normal turun sepanjang
hidup. Alat monitor pernapasan yang membantu pengkajian perawat adalah monitor
apnea. Alat tersebut menggunakan lead yang dikaitkan pada dinding dada klien yang
merasakan gerakan.
Tidak adanya gerakan dinding dada diterjemahkan oleh monitor sebagai apnea
dan mencetuskan alarm. Pemantauan apnea sering digunakan pada bayi di rumah
sakitdan di rumah untuk mengobservasi kejadian apnea yang memanjang.Pemantauan
non-invasif memberi informasi yang membantu perawat mengkaji frekuensi,
kedalaman dan irama pernapasan secara lebih mudah diketahui.
KEDALAMAN VENTILASI
Kedalaman pernapasan dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan
atau gerakan dinding dada. Perawat menggambarkan secara subjektif gerakan
ventilator sebagai dalam,normal dan dangkal. Pernapasan yang dalam melibatkan
ekspansi penuh paru dengan ekshalasi penuh.
Pernapasan dangkal bila udara yang melewati paru hanya sedikit kuantitasnya
dan pergerakan ventilator sulit untuk dilihat. Teknik yang lebih objektif digunakan bila
perawat melihat ekskursi dada dangkalyang tidak lazim merangkum jenis perubahan
pernapasan.
IRAMA VENTILASI
Dengan bernapas normal interval reguler terjadi setelah setiap siklus
pernapasan. bayi cenderung untuk kurang teratur dalam bernapas. Anak-anak yang
kecil mungkin bernapas secara lembut selama beberapa detik dan kemudian tiba-tiba
bernapas dengan lebih cepat. Sementara mengkaji pernapasan, perawat menetapkan
interval waktu setiap siklus pernapasan. irama pernapasan teratur dan tidak teratur.
5
2.5 Pengkajian difusi dan perfusi
Proses difusi dan perfusi pernapasan dapat dievaluasi dengan mengukur
saturasi oksigen darah. Aliran darah melalui kapiler paru memberi sel darah merah
untuk berikatan dengan oksigen. Setelah oksigen berdifusi dari alveoli ke darah paru,
kebanyakan oksigen melekat pada molekul hemoglobin dalam sel darah merah.
Sel darah merah membawa molekul hemoglobin yang di oksigenasi melalui
bagian kiri jantung dan keluar ke kapiler perifer, ketika oksigen terlepas, yang
bergantung pada kebutuhan jaringan. Presentase hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen dalam arteri adalah persentase saturasi hemoglobin atau Sao2. Normalnya
antara 95% dan 100%.Sao2 dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mengganggu
ventilasi, perfusi atau difusi.Saturasi darah vena Svo2 lebih rendah karena jaringan
telah mengeluarkan banyak oksigen dari molekul hemoglobin. nilai normal Svo2
adalah 70%. Svo2 dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mengganggu atau peningkatan
kebutuhan jaringan terhadap oksigen.
Pengukuran saturasi oksigen arteri. Perkembangan terahhir dari alat yang
dapat diandalkan, oksimeter nadi, memungkinkan pengukuran tidak langsung terhadap
saturasi oksigen pada dasar data tanda vital klien. Oksimeter nadi adalah alat dengan
dioda pemancar cahaya LED dan fotodetektor yang dihubungkan dengan kabel ke
oksimeter.
LED memancarkan cahaya gelombang panjang yang diserap oleh molekul
hemoglobin yang dioksigenasi dan dideoksigenasi. Cahaya yang di refleksikan dari
molekul hemoglobin diproses oleh oksimeter, yang menghitung saturasi nadi
Spo2.Spo2 taksiran yang dapat diandalkan terhadap Sao2. Pengukuran Spo2
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi cahaya dari pulsasi arteri
perifer. Kesadaran terhadap faktor-faktor ini memungkinkan interpretasi akurat
perawat terhadap pengukuran Spo2 abnormal.
2.6 Proses keperawatan dan tanda vital pernapasan
Pengukuran tanda vital tentang frekuensi, pola dan kedalaman pernapasan,
bersamaan dengan Spo2, memungkinkan perawat mengkaji ventilasi, difusi dan
perfusi. Perawat dapat juga melakukan pengkajian lain untuk mengukur status
pernapasan. setiap pengukuran dapat memberi petunjuk dalam menentukan sifat
masalah klien.
Data pengkajian pernapasan adalah batasan karakteristik dari banyak diagnosa
keperwatan dan dipertimbangkan dengan data pengkajian lainnya. Misalnya,
6
penetapan karakteristik takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot
aksesoris, sianosis dan berkurangnya Spo2 yang mengakibatkan diagnosis gangguan
pertukaran gas.
Rencana keperawatan termasuk intervensi yang didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang diidentifikasi dan faktor yang berhubungan perwat mengevaluasi
hasil akhir klien dengan mengkaji frekuensi pernapasan, kedalaman ventilasi, irama
dan Spo2 setelah setiap intervensi.
7
BAB III
PENUTUP
Alhamdulillah, dengan selesainya makalah ini disarankan kepada semua pembaca agar
dapat lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang konsep dan prinsip pengukuran
pernapasan, meslipun kami masih belum sempurna dalam pembuatan makalah ini tapi
kami bersyukur karna bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dan mohon di
maklumi jika ada pengertian yang kurang jelas dari makalah ini.
3.1 KESIMPULAN
1. Dari penjelasan pernapasan ini dapat kita simpulkan bahwa, bernapas merupakan
proses yang pasif.
2. Dan faktor yang paling penting dalam pengontrolan vertilasiadalah kadar CO2
karbia dalam darah arteri.
3. Pada proses difusi dan perfusi pernapasan dapat di evaluasikan bahwa dengan
mengukur saturasi oksigen darah, maka aliran darah merah melalui kapiler paru
memberi sel darah merah untuk berikatan dengan oksigen.
4. Kebutuhan ini juga merupakan salah satu kebutuhan manusia pada pernapasannya.
5. Dari pengkajian pernapasan ini juga meliputi 2 mekanisme respirasi yaitu;
- Inspirasi ; yaitu pemasukan udara ke paru-paru.
- Ekspirasi ; yaitu pengeluaran udara dari paru-paru.
6. Proses ispirasi dan ekspirasi melibatkan kontraksi relaksasi otot-otot tulang rusuk
dan otot diafragma.
8
DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry, (2005) foundamental keperawatan edisi 4. Penerbit buku kedokteran
EGC