1 mg, 2 mg / 5 ml
- Fenoterol
IDT100,200mcg/sempro
t Solutio 100 mcg / ml
- Prokaterol
IDT 10 mcg/semprot
Tablet 25, 50 mcg Sirup
5 mcg / ml Copy and
WIN :
http://ow.ly/KNICZ
Copy and WIN :
http://ow.ly/KNICZ
Agonis 2 kerja
lama:
- Salmeterol
- Bambuterol
- Prokaterol
- Formoterol
IDT 25 mcg/semprot
Rotadisk 50 mcg
Tablet 10 mcg Copy and
WIN :
Tablet 25, 50 mcg Sirup
5 mcg / ml
IDT 4,5 ; 9 mcg/sempro
Keterangan:
Agonis 2 kerja singkat digunakan sebagai pelega (reliever) pada
penatalaksanaan serangan akut asma. Sedangkan 2 agonis kerja lama
digunakan untuk mengontrol gejala asma (controller) pada asma persisten.
IDT (Inhalasi dosis terukur) = MDI (Metered-dose inhaler)
2. Antikolinergik
Pada binatang dan manusia normal sebagian kecil tonus bronkomotor pada saat istirahat
berhubungan dengan impuls tonus vagal yang melepaskan asetilkolin pada otot polos
saluran nafas. Bronkokonstriksi melalui mekanisme ini dapat diblok dengan obat-obat
antikolinergik. Tidak seperti agonis , antikolinergik sedikit mempunyai efek terhadap sel
mast.2,3
a. Farmakodinamik Ipratroprium bromide merupakan antikolinergik yang paling luas
digunakan. Diberikan secara inhaler baik dengan metered-dose-inhaler (MDI) maupun
nebulizer. Onset bronkodilatasinya relatif lambat, biasanya 30-60 menit setelah
inhalasi,tetapi efikasinya dapat menetap hingga 8 jam. Obat ini biasanya diberikan 4
kali sehari dengan MDI, atau dapat juga secara intermiten untuk mengontrol gejala.
Oksitroprium bromide merupakan antikolinergik baru dengan efek kerja yang lebih
panjang.
b. Indikasi
- Asma Antikolinergik kurang efektif sebagai bronkodilator pada asma bila
dibandingkan dengan agonis . Antikolinergik lebih efektif digunakan pada pasien
tua. Pemberian dalam bentuk nebulizer dapat digunakan pada penanganan serangan
asma akut yang berat.
- Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) Pada COPD antikolinergik sama
efektif atau mungkin lebih superior bila dibandingkan dengan agonis . Efek yang
lebih baik pada pasien COPD dibandingkan dengan pasien asma karena
penghambatan efek tonus vagal oleh antikolinergik.
c. Efek samping
Pemberian secara inhalasi umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Bila pemberian
antikolinergik inhalasi dihentikan secara tiba-tiba dapat terjadi rebound
bronkokonstriksi. Efek samping dari atropin bersifat dose-related berhubungan dengan
antagonis kolinergik pada beberapa sistem organ selain paru. Efek tersebut diantaranya
mulut kering, pandangan kabur, dan retensio urine. Tetapi efek samping ipratroprium
sangat jarang karena obat ini tidak diabsorbsi dengan baik dari paru-paru sehingga
konsentrasinya yang beredar di sirkulasi sistemik rendah. Ipratroprium bromide
nebulizer dapat mencetuskan glaukoma pada pasien tua karena efek midriatiknya pada
mata.1 Bronkokonstriksi paradoksikal dapat terjadi pada pemberian ipratroprium
bromide. Komplikasi ini timbul bila obat diberikan dengan nebulizer dimana larutannya
bersifat hipotonisitas dan adanya tambahan antibakterial seperti benzalkonium klorida
dan EDTA. Kadang-kadang dapat terjadi bronkokostriksi setelah pemberian
ipratroprium bromide dengan MDI. Reaksi ini mungkin berhubungan dengan blok
reseptor prejungsional muskarinik pada saraf kolinergik.1 Sediaan obat antikolinergik
yang sering digunakan untuk penangan asma dan COPD di Indonesia dapat dilihat pada
tabel:
Medikasi
Sediaan Obat
Dosis dewasa
Dosis anak
Ipratroprium bromid IDT 20 mcg /
40 mcg 3 4 x hari 20 mcg 3 4 x /
semprot
hari
Solutio 0,25 mg /
ml (0,025 % )
nebulisasi
0,25 mg setiap 6
jam
0,25 0,5 mg
setiap 6 jam
3. Metilsantin
Latar Belakang dan Farmakologi Efek bronkodilator dari strong coffee pada mulanya
digambarkan oleh Hyde Salter. Metilsantin (teofilin) berhubungan dengan kafein dan telah
digunakan untuk mengobati asma sejak tahun 1930-an. Sejak saat itu teofilin digunakan
secara luas untuk pengobatan asma. Efek primer dari teofilin adalah relaksasi otot polos
jalan nafas. Teofilin juga menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan meningkatkan
bersihan mukosilier. Namun, karena agonis lebih efektif dan steroid inhalasi memiliki
efek antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan teofilin maka pemakaian teofilin menjadi
berkurang.
a. Struktur Kimia
Teofilin adalah suatu metilsantin yang memiliki struktur kimia mirip dengan santin
pada diet umum, kafein dan teobromin. Aminofilin adalah garam etilendiamin yang
disintesis untuk meningkatkan kelarutan santin pada pH netral.
b. Cara Kerja
Walaupun teofilin telah digunakan lebih dari 50 tahun namun cara kerjanya sebagai
bronkodilator belum dipahami dengan jelas. Ada beberapa teori yang disampaikan
antara lain:
1) Penghambatan Fosfodiesterase
Tablet 200 mg
Teofilin lepas
lambat
Aminofilin lepas
lambat
Tablet 225 mg
Dosis dewasa
Dosis anak
pasien dan keluarganya bahwa asma maupun COPD bukan merupakan penyakit yang
dapat disembuhkan melainkan hanya bisa dikontrol. Bila pasien anak, orang tuanya
harus dilibatkan. Pasien harus mengetahui obat mana untuk pelega (reliever) dan obat
mana pengontrol/pencegah (controller).
BATUK
A. Latar Belakang
Tubuh manusia memiliki sistem pertahanan untuk melawan gangguan dari
luar. Salah satunya adalah batuk. Batuk adalah respons alami yang dilakukan
tubuh untuk membersihkan lendir atau faktor penyebab iritasi, seperti debu
atau asap, agar keluar dari saluran pernapasan kita. Batuk umumnya akan
sembuh dalam waktu tiga minggu dan tidak membutuhkan pengobatan.
Keefektifan obat batuk masih belum terbukti sepenuhnya. Ramuan buatan
sendiri seperti air madu dan lemon bisa membantu meringankan batuk ringan.
B. Jenis-jenis Batuk
Jenis-jenis batuk meliputi batuk kering dan batuk berdahak. Indikasi awal
batuk kering biasanya adalah rasa gatal di tenggorokan yang memicu batuk.
Batuk yang tanpa dahak ini biasa terjadi saat tenggorokan dan saluran
pernapasan bagian atas sedang mengalami peradangan. Otak menganggap
peradangan di tenggorokan dan saluran pernapasan bagian atas sebagai
kondisi yang asing dan berusaha menghilangkannya dengan batuk. Karena itu,
pilek atau flu bisa memicu batuk. Dalam kasus yang berdahak, batuk-batuk
justru sangat membantu karena akan mengeluarkan dahak dari saluran paruparu. Jika Anda batuk lebih dari tiga minggu akibat infeksi virus atau jika batuk
Anda bertambah parah, konsultasikanlah kepada dokter. Begitu juga jika Anda
mengalami kesulitan bernapas, sakit dada, atau batuk berdarah, segera
konsultasi. Anda akan dirujuk ke dokter spesialis paru dan pernapasan jika dokter Anda
Dkstreometorpan
Kodein
Nokapin
Prometazin
Klorfeniramin
Difenhiramin maleat
DAFTAR PUSTAKA
Barnes PJ, 1992. Pulmonary Disorders. In : Melmon KL, Morrelli HF, Hoffman BB,
Nierenberg DW (editors). Clinical Pharmacology, Basic Principles in Therapeutics, third
edition. McGRAW-HILL,INC.p 186-218
Alasagaff H, Mukti HA, 2002. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Airlangga
University Press, Surabaya. Hal 292-95
Arini Setiati, 1995. Adrenergik. Dalam: Ganiswarna SG, Setiabudi R, Suyatna FD,
Purwantyastuti Nafrialdi (editor). Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 57-76
Mangunnegoro H, Widjaja A, Kusumo D dkk, 2004. Asma, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ( Tim Kelompok
Kerja Asma). Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 28-79
Purwanto SL, Budipronoto G, Sembiring SU, Effendie R, Kamil, Virginia, Slamet A, Widodo
K, 1994. DOI, Data Obat di Indonesia, edisi 9. Penerbit PT Grafidian Jaya, Jakarta. Hal
307-312, 374-378, 522-523