Anda di halaman 1dari 27

TUGAS EPIDEMIOLOGI

“Studi Epidemiologi Ebola Virus Disease (EVD)”

Disusun Oleh :

FIRDAYANTI (AK.18.007)
MICHAELA MEGA VANI (AK.18.012)
MUHAMMAD ASRUN (AK.18.14)
NURUL AFDHALIYAH NURDIN (AK.18.021)
RISKI (AK.18.024)
SITI KAYLA ( AK.18.026)

PRODI D-III ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirahim                                
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Rasa syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah mengijinkan
dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan menulis makalah
Epidemiologi Ebola Virus Disease (EVD). Hal yang paling mendasar yang mendorong
kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Ilmu Epidemiologi, untuk
mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih yang tak
terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kam berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Kendari , Juni 2019

Kelompok penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1.    Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2.    Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3.    Tujuan Penulisan............................................................................... 3
1.4.    Manfaat Penulisan............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................5
2.1   Pengertian Ebola Virus Disease (EVD)……………...........................5
2.2 Gejala Ebola Virus Disease (EVD)...................................................... 5
2.3 Etiologi Ebola Virus Disease (EVD)  ................................................. 7
2.4. Patogenesis Ebola Virus Disease……………..........................………8
2.5 Diagnosis Ebola Virus Disease…………………….........................….9
2.6 Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus Disease………………….....10
2.7 Sejarah EVD..........................................................................................11
2.8 Kasus Ebola Virus Disease....................................................................11
2.9 Epidemiologi Ebola Virus Disease........................................................15
BAB III PENUTUP......................................................................................21
a.    Kesimpulan ...........................................................................................21
b.    Saran......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ebola Virus Disease (EVD) atau Penyakit virus Ebola adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Ebola. Nama lain yang sebelumnya digunakan adalah Ebola
Haermorrhagic Fever atau Demam Berdarah Ebola. Virus Ebola terdiri dari 5 species
yaitu Bundibugyo ebolavirus, Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Tai Forest
ebolavirus, Reston ebolavirus. Dari beberapa species Virus diatas, tiga spesies virus
tersebut yang pertama kali adalah yang menyebabkan wabah di Afrika saat ini.Virus
ebola menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yabng
sakit karena ebola. Virus dalam darah dan cairan tubuh masuk ke tubuh orang lain
melalui kulit yang terluka atau bagian yang tidak terlindung seperti mata, hidung dan
mulut. Selin itu virus ebola juga menyebar melalui jarum suntik yang tidak steril.
Sementara itu, di beberapa negara Afrika Barat, ebola dapat menyebar melalui kontak
langsung atau mengkonsumsi daging hewan yang terjangkit virus ini.
Baru-baru ini telah dilaporkan terjadi wabah haemorrhagic fever karena virus
Ebola di Guinea dan Liberia (Afrika Barat) pada awal April 2014. Ini merupakan
wabah pertama yang terjadi di Negara tersebut. Kasus pertama dilaporkan didaerah
berhutan di selatan-timur Guinea. Pada 7 April 2014, Departemen Kesehatan Guinea
melaporkan sebanyak 151 kasus klinis kompatibel dengan virus Ebola serta 54 kasus
dikonfirmasi dengan PCR dan hasilnya positif terhadap virus Ebola. Sebanyak 95
pasien dilaporkan meninggal dunia. Daerah tempat terjadinya wabah penyakit Ebola
di Guinea yaitu Conakry, Guéckédou, Macenta, Kissidougou, Dabola dan Djingaraye.
Kasus penyakit akibat virus Ebola di Liberia dilaporkan sebanyak 21 kasus dan
mengakibatkan 10 orang meninggal. Departemen Kesehatan Mali juga melaporkan
sebanyak 6 kasus diduga disebabkan oleh virus Ebola pada 7 April 2014 dan dua
diantaranya telah diuji dengan hasil negative terhadap virus Ebola. Empat sampel
sisanya yang diduga disebabkan oleh virus Ebola telah dikirimke CDC dan Institut
Pasteur di Dakar untuk dilakukan pengujian.
Berdasarkan laporan terbaru pada September 2014 setidaknya 2.622 orang
tewas dalam wabah terburuk virus ebola dalam sejarah, yang telah menginfeksi
setidaknya 5.335 orang di Afrika Barat, (WHO)..
Epidemi yang saat ini mengamuk di seluruh Guinea, Sierra Leone dan Liberia,
juga telah menyebar ke Nigeria dan Senegal. WHO mengatakan tidak ada tanda-tanda
wabah itu melambat.
Banyak orang yang berpikir tidak mau dirawat dan meninggal di pusat-pusat
perawatan sehingga mereka bersembunyi di rumah. Padahal, apabila ada yang
terjangkit, maka mereka berpotensi menulari orang lain. Menanggapi kebijakan
pemerintah tersebut, hingga saat ini belum ada perlawanan yang berarti di
masyarakat. Mereka juga menganggap pesan dari pemerintah sebagai hal yang tidak
serius.

WHO telah berkomitmen untuk memberikan laporan situasi berkala yang


mencakup informasi rinci epidemiologi dan analisis, serta melakukan pengawasan
respon nasional dan internasional terhadap wabah terhadap respon pemetaan Ebola.
Laporan surveilan sini menyajikan gambaran penyebaran virus Ebola di Afrika barat
pada tiga Negara yaitu Guinea, Liberia, dan Sierra Leone pada periode Desember
2013 sampai September 2014.

Dahsyatnya wabah Ebola di benua Afrika saat itu menjadi perhatian dunia
termasuk Indonesia. Bahkan, pemerintah Arab Saudi telah membatalkan kuota umroh
dan haji tahun 2014 bagi negara-negara Afrika yang terserang wabah virus Ebola
demi mencegah penyebarannya. Diharapkan negara-negara di luar benua Afrika
termasuk Indonesia dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah penyebaran virus
Ebola masuk ke negaranya.

Penularan virus Ebola dari manusia ke manusia mudah terjadi. Menurut para
ahli, virus Ebola dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh penderita
seperti darah, urin, cairan semen, air liur dan muntahan. Virus dapat masuk ke tubuh
manusia melalui kulit atau mukosa yang tidak intak.3 Penyakit yang ditimbulkan
virus Ebola disebut dengan Ebola hemorrhagic fever. Masa inkubasinya sekitar 6-8
hari. Manifestasi klinis yang terjadi adalah demam tinggi mencapai 40oC, nyeri
kepala hebat, nyeri otot, muntah, diare, nyeri perut dan diikuti perdarahan spontan
yang masif.4 Diagnosis Ebola pada awal penyakit sulit ditegakkan jika hanya
berdasarkan gejala klinis. Jika ada kecurigaan kontak dengan penderita Ebola, perlu
dilakukan pemeriksaan seperti ELISA, PCR, isolasi virus atau imunohistokimia.5
Obat antivirus maupun vaksin untuk penyakit Ebola belum ditemukan hingga saat ini.
Terapi yang dapat diberikan kepada penderitanya hanya sebatas terapi suportif seperti
pemberian oksigen, cairan intravena dan obat-obat simtomatik.6 Karena penularan
dan penyebarannya sangat cepat dan prognosisnya buruk, penyakit Ebola harus segera
dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah pada makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian Ebola Virus Disease (EVD) ?
2. Apa gejala dari Ebola Virus Disease (EVD) ?
3. Apa saja Etiologi dari Ebola Virus Disease (EVD) ?
4. Bagaimana Patogenesis dari Ebola Virus Disease (EVD) ?
5. Bagaimana Diagnosis dari Ebola Virus Disease (EVD) ?
6. Bagaimana Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus Disease (EVD) ?
7. Bagaimana Sejarah Dari Ebola Virus Disease (EVD) ?
8. Apa Saja Kasus Dari Ebola Virus Disease (EVD) ?
9. Apa Saja Epidemiologi Dari Ebola Virus Disease (EVD) ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Apakah pengertian Ebola Virus Disease (EVD)
2. Untuk mengetahui gejala dari Ebola Virus Disease (EVD)
3. Untuk mengetahui Etiologi dari Ebola Virus Disease (EVD)
4. Untuk mengetahui Patogenesis dari Ebola Virus Disease (EVD)
5. Untuk mengetahui Diagnosis dari Ebola Virus Disease (EVD)
6. Untuk mengetahui Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus Disease (EVD)
7. Untuk mengetahui Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus Disease (EVD)
8. Untuk mengetahui Kasus Dari Ebola Virus Disease (EVD)
9. Untuk mengetahui Epidemiologi Dari Ebola Virus Disease (EVD)

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini mencakup beberapa
diantaranya sebagai berikut :
1. Agar kita mengetahui dan memahami pengertian Ebola Virus Disease (EVD)
2. Agar kita mengetahui dan memahami gejala dari Ebola Virus Disease (EVD)
3. Agar kita mengetahui dan memahami Etiologi dari Ebola Virus Disease (EVD)
4. Agar kita mengetahui dan memahami Patogenesis dari Ebola Virus Disease
(EVD)
5. Agar kita mengetahui dan memahami Diagnosis dari Ebola Virus Disease (EVD)
6. Agar kita mengetahui dan memahami Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus
Disease (EVD).
7. Agar kita mengetahui dan memahami Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus
Disease (EVD).
8. Agar kita mengetahui dan memahami Kasus Dari Ebola Virus Disease (EVD)
9. Agar kita mengetahui dan memahami Epidemiologi Dari Ebola Virus Disease
(EVD)
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ebola Virus Disease (EVD)

Penyakit Virus Ebola / Ebola Virus Disease (EVD) / Ebola Hemorrhagic


Fever (EHV) atau yang lebih singkatnya Ebola adalah suatu penyakit pada manusia
atau primatayang disebabkan virus Ebola. Gejala biasanya muncul 2 hari sampai 3
minggu setelah kontak dengan virus yang meliputi demam, sakit tenggorokan, nyeri
otot dan sakit kepala, kemudian disusul dengan muntah, diare dan ruam yang disertai
dengan penurunan fungsi hati dan ginjal. Pada saat yang sama, penderita akan
mengalami pendarahan internal dan eksternal. Penyakit ini memiliki resiko kematian
yang tinggi yaitu membunuh 25% - 90 % penderita dengan rata – rata 50%. Hal ini
disebabkan tekanan darah yang rendah akibat kehilangan banyak cairan yang
biasanya terjadi setelah 6 – 16 hari sejak gejala muncul.

Virus Ebola menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh seperti
darah dari manusia atau hewan yang terinfeksi. Penyebaran melalui udara oleh
primata atau manusia belum terbukti pada percobaan laboratorium atau kondisi
alamiah. Sperma atau ASI dari orang yang telah sembuh dari EVD masih
mengandung virus Ebola hingga beberapa bulan. Pembawa alamiah virus Ebola
adalah kelalawar buah dimana mereka kebal terhadap virus ini. Penyakit lainnya
seperti malaria, kolera, demam tifus, meningitis dan demam berdarah memiliki
kemiripan dengan EVD. Diperlukan tes darah untuk mengetahui RNA, antibodi dan
virus itu sendiri untuk menegakkan diagnosis EVD.

2.2 Gejala Ebola Virus Disease (EVD)


Masa inkubasi virus Ebola adalah 2 sampai 21 hari. Seseorang tidak akan
menjadi infeksius sampai terjadinya gejala. Gejala awal Ebola berupa demam diatas
38,3oC, nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Kemudian diikuti muntah,
diare, dan ruam kulit yang biasanya muncul setelah 5 -7 hari munculnya gejala. Juga
disertai dengan penurunan fungsi hati dan ginjal.
Pada saat yang sama, penderita akan mengalami pendarahan internal dan
eksternal. Pendarahan pada membrane mukosa atau pada tusukan jarum terjadi 40 –
50 % pada kasus. Hal ini dapat menyebabkan muntah darah, batuk berdarah, atau
feses berdarah. Pendarahan pada kulit dapat menimbulkan petechiae,purpura
ecchymoses atau hematomas. Biasanya terjadi pendarahan pada bagian putih bola
mata. Pada tes laboratorium, jumlah sel darah putih dan keping darah mengalami
penurunan serta kenaikan enzim pada ginjal.

Waktu yang diperlukan sejak virus masuk hingga timbul gejala klinis adalah
biasanya 7-10 hari (rentang waktu 3-16 hari). Gejala klinik awal adalah :
1 Panas badan;
2 Nyeri pada pangkal tenggorokan;
3 Bercak pada kulit tampak jelas pada batang tubuh (pada hari ke 5-7);
4 Mata kemerahan.

Gejala berikutnya adalah :


1 Wajah tanpa ekspresi;
2 Perdarahan dari tempat suntikan atau di lapisan selaput lendir seluruh tubuh;
3 Radang otot jantung dan pengumpulan cairan di jaringan paru-paru;
4 Pada kasus berat terjadi napas cepat, tekanan darah rendah, koma, dan tidak
berkemih;

Pada penderita yang bertahan hidup dari infeksi virus ebola dapat mengalami
gejala:
1 Nyeri otot;
2 Nyeri sendi yang berpindah-pindah;
3 Nyeri kepala;
4 Lemas;
5 Bulimia;
6 Tidak mendapat menstruasi;
7 Kehilangan daya pendengaran;
8 Suara mendengung di telinga;
9 Radang salah satu buah zakar;
10 Radang kelenjar ludah parotis
2.3 Etiologi Ebola Virus Disease (EVD)

2.3.1 Virus Ebola


EVD pada manusia disebabkan oleh empat virus yang berasal dari
genus Ebolavirus yaitu Bundibugyo virus (BDBV), Sudan virus (SUDV), Tai
Forest virus (TAFV) dan Ebola virus (EBOV, yang sebelumnya bernama Zaire
Ebola Virus). Spesies EBOV merupakan virus yang paling berbahaya dan
bertanggung jawab atas besarnya kejadian luar biasa yang selama ini terjadi.
Jenis virus dari genus Ebolavirus yang ke lima adalah Reston virus yang tidak
terbukti menimbulkan penyakit pada manusia tetapi menimbulkan penyakit
pada primata.

2.3.2 Penularan Virus Ebola


Virus Ebola dapat menyebar melalui kontak langsung dengan darah dan
cairan tubuh penderita yang mulai menunjukkan gejala. Cairan tubuh yang
dapat membawa virus Ebola antara lain air liur, mukosa, muntahan, feses, air
mata, ASI, urin dan sperma. WHO menyatakan bahwa hanya orang yang
sangat sakit yang dapat menyebarkan virus Ebola melalui air liur. Kebanyakan
penderita menularkannya melalui darah, feses dan muntahan. Jalan masuk virus
ke tubuh dapat melalui hidung, mulut, mata dan luka.
Virus Ebola dapat bertahan selama 3 bulan pada sperma penderita setelah
penderita tersebut sudah sembuh. Virus ini juga terdapat pada ASI pada
penderita yang sudah sembuh. Pada tahun 2014 ditemukan virus Ebola pada
mata seorang pasien Ebola setelah dikonfirmasi bahwa virus Ebola tidak
terdapat di darahnya.
Tubuh orang yang sudah meninggal akibat Ebola dapat menyebarkan virus
tersebut. Tercatat bahwa 69 % kasus Ebola di Guinea tahun 2014 disebabkan
oleh kontak langsung dengan mayat penderita saat upacara penguburan.
Petugas kesehatan juga sangat beresiko terinfeksi virus Ebola. Resiko
penularan tersebut semakin besar ketika mereka tidak memakai alat pelindung
diri seperti masker, sarung tangan, pakaian pelindung, dan pelindung mata. Hal
ini banyak terjadi di Afrika dimana terdapat jumlah kasus yang tinggi dan
sistem pelayanan kesehatan yang buruk.
2.3.3 Sumber (reservoir) Virus Ebola
Sumber alamiah penyakit Ebola belum dikonfirmasi secara pasti namun
kelalawar adalah tersangka utama dalam sumber penularan. Terdapat tiga jenis
kelalawar buah yang dapat membawa virus Ebola tanpa terinfeksi virus
tersebut yaitu Hypsignathus monstrosus, Epomops franqueti and Myonycteris
torquata. Tanaman, arthropda dan burung diduga memiliki potensi dapat
menyebarkan virus Ebola.
Kelalawar diketahui bersarang di pabrik kapas dimana kasus Ebola
pertama terjadi pada tahun 1976. Dilakukan percobaan menginokulasikan
EBOV ke 24 jenis tanaman dan 19 jenis vertebrata, hasilnya hanya kelalawar
yang menjadi infektif. Kelalawar tidak menunjukkan adanya gejala klinis
sehingga terbukti sebagai sumber EBOV. Pada tahun 2002 – 2013 dilakukan
survey terhadap terhadap 1.030 hewan termasuk 679 kelalawar dari Gabon dan
Republik Kongo, hasilnya terdapat virus EBOV pada 13 kelalawar buah.
Antibodi terhadap Zaire dan Reston virus ditemukan pada kelalawar buah di
Bangladesh yang menunjukkan bahwa kelalawar merupakan host dari virus
Ebola.
Penularan dari binatang ke manusia diduga berasal dari kontak langsung
dengan binatang terutama kelalawar buah yang terinfeksi virus Ebola. Selain
kelalawar, binatang lain seperti kera, simpanse, gorila dan kera baboon dapat
terinfeksi virus ini.Manusia dan binatang dapat terinfeksi virus Ebola ketika
mengkonsumsi buah yang sudah dimakan oleh kelalawar buah yang membawa
virus Ebola.

2.4 Patogenesis Ebola Virus Disease


Seperti jenis filovirus lain, virus EBOV mereplikasi sangat cepat di dalam sel
dan memproduksi banyak virus di dalam monosycote, mocrophage, sel dendrite dan
sel –sel lainnya seperti sel hati, fibroblast, dan sel empedu. Replikasi virus
membentuk tanda kerusakan secara kimia.
Target utama infeksi virus ini adalah sel endhotelial, sel hati, dan beberapa
jenis sel imun seperti makrophage, monocytes, dan sel dendrite. Sel imun tersebut
membawa virus Ebola ke kelenjar getah bening dimana virus tersebut kemudian
bereproduksi. Setelah itu virus masuk ke aliran darah dan system limfatik dan
menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa jenis sel darah putih seperti limfosit juga
terinfeksi virus ini dan menyebabkan melemahnya system pertahanan tubuh.
Virus menyerang sel Endothelial setelah 3 hari infeksi. Kerusakan sel
Endothelial menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Kerusakan ini
disebabkan oleh glikoprotein yang diproduksi oleh virus EBOV. Glikoprotein virus
Ebola mengurangi kerja adesi sel ke struktur intraseluler yang dapat menyebabkan
kerusakan hati. Pendarahan yang meluas menyebabakan pembengkakan badan dan
shok.
Patogenesis infeksi virus Ebola. Hasil akhir infeksi virus Ebola berat ialah
syok yang disebabkan oleh beberapa proses yang saling memengaruhi: replikasi virus
sistemik, supresi sistem imun, peningkatan permeabilitas vaskular, dan koagulopati.
Infeksi primer dari sel target seperti monosit/makrofag dan sel dendritik
menghasilkan penyebaran sistemik dari virus dan aktivasi diferensiasi sel.
Monosit/makrofag diaktifkan untuk memroduksi sitokin proinflamasi dan tissue
factors, sedangkan sel dendritik teraktivasi yang rusak memperburuk respon imun
protektif. Meskipun virus tidak menginfeksi limfosit dan sel natural killer (NK),
apoptosis terjadi pada semua tipe sel. Sel endotel kemudian diaktivasi oleh sitokin
proinflamasi dan partikel virus yang menyebabkan peningkatan permeabilitas.
Pelepasan tissue factors dalam monosit/makrofag merangsang koagulopati, yang juga
mengakibatkan peningkatan inflamasi. Sumber: Bente D, et al, 2009.

2.5 Diagnosis Ebola Virus Disease


Diagnosis infeksi virus Ebola dapat dikonfirmasi bila dicurigai adanya
demam yang diikuti perdarahan dan adanya kontak dengan hewan yang dicurigai
terinfeksi virus Ebola. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan metode
PCR dan isolasi virus dengan Vero cells. Pemeriksaan laboratorium tambahan
mencakup ELISA untuk mendeteksi antibodi spesifik IgG dan IgM Ebola.

2.6 Pengobatan dan Pencegahan Ebola Virus Disease


Untuk mengusahakan kelangsungan hidup dari pasien Ebola dapat dilakukan
peawatan rehidrasi (pemberian elektrolit dan air) melalui mulut dan suntikan yang
bertujuan untuk mengobati gejala yang spesifik. Sampai saat ini belum ditemukan
perawatan yang pasti untuk pasien Ebola namun perwatan yang berpotensi untuk
penyembuhan untuk pasien Ebola seperti pembentukan darah, terapi imun dan terapi
obat – obatan sedang di evalusi lebih lanjut. Tidak ada vaksin resmi untuk Ebola
namun tedapat 2 vaksin yang berpotensi dan sedang dikembangkan.

Pecegahan Ebola meliputi :

- Mengurangi resiko penularan dari binatang ke manusia yang melalui kontak


langsung dengan kelalawar buah dan primate yang terinfeksi serta
mengkonsumsi daging binatang tersebut. Memakai sarung tangan jika berkontak
langsung dengan binatang dan memasak dengan benar daging binatang sebelum
dikonsumsi.
- Mengurangi resiko penularan dari manusia ke manusia yang melalui kontak
dengan cairan tubuh penderita Ebola. Sarung tangan dan pakaian pelindung diri
harus dipakai saat menangani pasien Ebola. Cuci tangan dengan benar setelah
menjenguk pasien Ebola.
- Mengurangi resiko penularan melalui hubungan seksual ; orang yang sudah
sembuh dari Ebola tidak melakukan hubungan seks selama 3 minggu setelah
sembuh. Jika terpaksa harus memakai kodom.
- Pengendalian kejadian luar biasa ; penguburan yang aman, surveilans
epidemiologi, karantina, monitoring orang yang melakukan kontak dengan
penderita Ebola selama 21 hari, hygiene sanitasi lingkungan yang baik.
- Isolasi pasien infeksi Ebola dari pasien lainnya.
- Mengurangi penyebaran penyakit dari kera dan babi yang terinfeksi ke
manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap
kemungkinan infeksi, serta membunuh dan membakar hewan dengan benar jika
ditemukan menderita penyakit tersebut. Memasak daging dengan benar dan
mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga mungkin berguna,
begitu juga dengan mengenakan pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika
berada di sekitar orang yang menderita penyakit tersebut. Sampel cairan dan
jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati.
- Menggunakan sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri yang
lengkap, dalam hal ini standard precautions (termasuk mencuci tangan sebelum
dan sesudah memeriksa pasien)
2.7 Sejarah EVD
Kasus Ebola Virus Disease (EVD) pertama kali dilaporkan pada tahun 1976
pada dua kejadian luar biasa, yang pertama terjadi pada Nzara, Sudan dan yang
kedua terjadi di Yambuku, Zaire (sekarang menjadi Republik Demokrat Kongo).
Kejadian selanjutnya terjadi di desa dekat sungai Ebola yang terletak di Zaire yang
kemudian menjadi nama dari penyakit tersebut.

2.8 Kasus Ebola Virus Disease


Kasus EVD banyak terjadi di wilayah tropis Sub Sahara Afrika. World Health
Organization (WHO) mencatat telah terjadi 1.716 kasus EVD dari tahun 1976 sampai
2013. Kejadian luar biasa yang terbesar terjadi pada tahun 2014 yang menyebabkan
banyak kematian di Guiena, Sierra Leone, dan Liberia.
2.8.1 Kejadian Luar Biasa EVD Tahun 1976
Kasus pertama EVD terjadi pada bulan Juni sampai November tahun
1976 di Nzara, Sudan Selatan (bagian dari Sudan) yang di sebabkan oleh
virus Sudan (SUDV). Kejadian luar biasa di Sudan menginfeksi 284 orang
dan membunuh 151 orang. Kasus yang pertama teridentifikasi adalah pada
seorang penjaga pabrik kapas di Nzara pada tanggal 27 Juni 1976. Pria
tersebut masuk rumah sakit pada tanggal 30 Juni dan meninggal pada tanggal
6 Juli. Staff WHO sudah mengetahui bahwa mereka menghadapi penyakit
berbahaya yang belum diketahui, namun identifikasi dan penamaan penyakit
tersebut belum dilakukan hingga pada kejadian luar biasa selanjutnya yang
terjadi di Republik Demokrat Kongo.Zaire (Republik Demokrat Kongo).
Pada tanggal 26 Agustus 1976, kejadian luar biasa kedua terjadi di
Yambuku, sebuah desa kecil di distrik Mongola di Zaire Utara (sekarang
menjadi Republik Demokrat Kongo). Kejadian ini disebabkan oleh virus
EBOV yang mana merupakan virus dari genus Ebolavirus yang berbeda dari
virus yang menyebabkan kejadian luar biasa di Sudan. Orang pertama yang
terinfeksi adalah seorang kepala sekolah yang bernama Mabalo Lokela yang
mulai menunjukkan gejala pada tanggal 26 Agustus 1976. Lokela baru saja
kembali dari liburan ke Zaire utara dimana dia mengunjungi sungai Ebola
pada tanggal 12 sampai 22 Agustus. Pada waktu itu dia diduga terjangkit
malaria dan diberi quinine sebagai pengobatan tetapi kondisinya semakin
memburuk dan dibawa ke rumah sakit Yambuku Mission pada tanggal 5
September. Lokela meninggal pada tanggal 8 september atau 14 hari setelah
munculnya gejala.
Segera setelah kematian Lokela, orang – orang yang pernah melakukan
kontak dengan Lokela juga meninggal yang membuat warga desa Yambuku
panik. Hal ini mendorong Kementerian Kesehatan Zaire bersama Presiden
Zaire yang bernama Mobutu Sese Seko membuat deklarasi bahwa wilayah
tersebut adalah zona karantina. Tidak seorang pun diizinkan untuk masuk atau
keluar dari area tersebut baik melalui jalur darat, air maupun udara. Sekolah,
tempat bisnis dan organisasi sosial ditutup. Para peneliti dari CDC termasuk
Peter Piot yang merupakan orang yang berperan dalam penemuan Ebola
datang untuk mengobservasi dampak dari kejadian luar biasa tersebut. Piot
menyimpulkan bahwa kejadian tersebut berawal dari seorang suster kristiani
dari Belgia yang secara tidak diketahui memberikan suntikan vitamin yang
tidak diperlukan kepada ibu – ibu hamil tanpa mensterilkan jarum suntikan
tersebut. Kejadian Ebola berlangsung selama 26 hari dengan masa karantina 2
minggu. Dilaporkan bahwa 318 orang terjangkit EVD dan 280 orang
diantaranya meninggal di Zaire. Meskipun terdapat dugaan bahwa dua
kejadian luar biasa EVD tersebut berkaitan, namun peneliti menyadari bahwa
dua kejadian terssebut disebabkan oleh dua ebolavirus yang berbeda yaitu
SUDV dan EBOV.

2.8.2 Kejadian Luar Biasa dan Kasus EVD Tahun 1995 -2012
Pada Tahun 1995, kejadian luar biasa Ebola di Zaire (sekarang menjadi
Republik Demokrat Kongo) terjadi untuk kedua kalinya, menyerang 315
orang dan 254 orang diantaranya meninggal.
Pada tahun 2000, terjadi kejadian luar biasa Ebola di Uganda ,
menyerang 425 orang dan 224 diantaranya meninggal.
Pada tahun 2003, terjadi kejadian luar biasa Ebola di Republik Kongo,
menyerang 143 orang dan 128 diantaranya meninggal dengan CFR mencapai
90 %.
Pada tahun 2004, ilmuwan dari Rusia meninggal akibat Ebola setelah
menususk dirinya dengan jarum yang terinfeksi virus Ebola.
Pada bulan April sampai Agustus tahun 2007, terjadi kasus Ebola di
empat desa di Republik Demokrat Kongo. Banyak orang yang meninggal
setelah menghadiri acara pemakaman kepala desa. Kejadian ini menyebabkan
264 orang terinfeksi Ebola dan 187 orang diantaranya meninggal.
Pada tanggal 30 November 2007, Kementerian Kesehatan Uganda
melaporkan kejadian luar biasa Ebola yang terjadi di distrik Bundibugyo yang
terletak di Uganda barat. WHO mengkonfirmasi adanya virus baru dari genus
Ebolavirus yang dinamakan Bundibugyo. WHO mencatat dari 149 kasus
Ebola dan 37 diantaranya meninggal.
Pada tahun 2012, WHO melaporkan dua kejadian luar biasa Ebola skala
kecil terjadi di Uganda. Kejadian yang pertama menyerang 7 orang dan
menyebabkan 4 kematian. Kejadian yang kedua menyerang 24 orang dan
menyebabkan 17 kematian. Virus Ebola variasi Sudan yang menyebabkan dua
kejadian tersebut.
Pada tanggal 17 Agustus 2012, Kementerian Kesehatan Republik
Demokrat Kongo melaporkan kejadian luar biasa Ebola yang disebabkan
oleh virus varian Bundibugyo di wilayah timur. WHO mencatat bahwa terjadi
57 kasus dan 29 diantaranya dapat hidup terdapat dugaan bahwa penyebab
kejadian tersebut adalah daging hewan liar / bushmeat (kelalawar dan
primata) yang dijual oleh penduduk desa sekitar kota Isiro dan Viadana.

2.8.3 Kejadian Luar Biasa EVD Tahun 2014 di Afrika Barat


Pada bulan Maret 2014, WHO melaporkan kejadian luar biasa EVD
yang besar di Guinea, yaitu negara yang terletak di Afrika barat. Peneliti
menyelidiki kasus dari seorang anak yang berumur satu tahun yang meninggal
dunia pada bulan Desember 2013. Penyakit EVD kemudian menyebar melalui
jalur darat ke negara tetangga yaitu Liberia dan Sierra Leone. Penyakit ini
juga menyebar melalui jalur udara ke Nigeria dan Amerika Serikat serta
melalui jalur darat ke Senegal dan Mali. Hal ini merupakan kejadian luar
biasa penyakit Ebola yang terbesar.
Negara yang terkena dampak terparah virus Ebola adalah Guinea,
Libera dan Sierra Leone dimana di negara tesebut memiliki pelayanan
kesehatan yang buruk, kekurangan sumber daya manusia dan infrastruktur
serta baru saja mengalami konflik.
Pada tanggal 9 Mei 2015, dilaporkan bahwa terdapat 26.683 kasus dan
11.022 kematian akibat EVD, WHO mengatakan bahwa jumlah tersebut
masih perkiraan. Tenaga kesehatan rentan terhadap penyakit ini. Pada bulan
Agustus 2014 WHO melaporkan 10 % dari jumlah kematian akibat EVD
adalah tenaga kesehatan.

2.8.4 Kasus EVD Tahun 2014 di Luar Afrika


Pada tanggal 15 Oktober 2014 terdapat 17 kasus Ebola di luar Afrika
dan 4 diantaranya meninggal.Pada awal bulan Oktober, seorang perawat
berkewarganegaraan Spanyol bernama Teressa Romero terserang penyakit
Ebola setelah merawat seorang pendeta yang dipulangkan dari Afrika Barat.
Hal ini adalah penularan virus Ebola pertama yang terjadi di luar benua
Afrika. Pada tanggal 20 Oktober, dilaporkan bahwa Teressa Romero negatif
tes virus Ebolayang menandakan dia sudah sembuh dari infeksi Ebola.
Pada tanggal 19 September 2014, Eric Duncan bermigrasi dari negara
asalnya Liberia ke Texas, Amerika Serikat. Lima hari kemudian dia mulai
menunjukkan gejala Ebola dan memeriksakannya ke rumah sakit tetapi dia
mendapatkan rawat jalan. Kondisinya semakin parah dan dia kembali ke
rumah sakit pada tanggal 28 September yang pada akhirnya meninggal pada 8
Oktober. Pada tanggal 30 September 2015, tenaga kesehatan mendiagnosa
Eric terkena EDVyang mana merupakan kejadian Ebola pertama di Amerika
Serikat. Pada tanggal 12 Oktober , CDC mengkonfirmasi bahwa seorang
perawat dari Texas yang merawat Eric Duncan terserang virus Ebola dan pada
tanggal 15 Oktober dilaporkan bahwa perawat lain yang merawat Eric
Duncan didiagnosa terserang virus Ebola. Kedua perawat tersebu kemudian
sembuh dari Ebola.
Pada tanggal 23 Oktober 2014, seorang dokter dari New York yang
baru saja kembali dari Guinea setelah bekerja dengan Doctors Without
Borders positif terkena Ebola. Pria ini kemudian dirawat di Bellueve Hospital
Center dan keluar pada tanggal 11 November. Pada tanggal 24 Desember
2014, laboratorium di Atlanta, Georgia melaporkan bahwa seorang teknisi
terinfeksi virus Ebola.
2.9 Epidemiologi Ebola Virus Disease

Tabel 1
Kasus Suspected, Probable, dan Confirmed Ebola di Guinea, Liberia dan
Sierra Leone Per 13 Mei 2015

No Negara Kasus Jumlah


Suspected Probable Confirmed
1 Guinea 8 415 3174 3.597
2 Liberia 5574 1879 3151 10.604
3 Sierra Leone 3639 287 8597 12.523
Jumlah 9221 2581 14.922 26.724

Penjelasan Kasus Suspected , Probable, dan Confirmed Ebola :


1. Kasus Suspected : Setiap orang yang hidup atau mati yang mengalami demam
tinggi dan pernah melakukan kontak dengan kasus (orang) suspected, probable
dan confirmed Ebola. / Setiap orang yang mengalami demam tinggi dan
meunjukkan setidaknya tiga dari gejala berikut ; sakit kepala, muntah, hilang
nafsu makan, diare, bedan lemah, nyeri otot dan sendi, kesulitan menelan, sesak
napas dan cegukan. / Setiap orang yang mengalami pendarahan yang tidak
diketahui penyebabnya. / Setiap orang yang mati tanpa diketahui penyebabnya.
2. Kasus Probable : Setiap kasus suspected yang telah diidentifikasi oleh tenaga
kesehatan (dokter). / Setiap orang yang mati dari kasus suspected ebola dan
memiliki hubungan epidemiologi dengan kasus confirmed Ebola tetapi tidak ada
bukti tes dari laboratorium.
3. Kasus Confirmed : Kasus suspected dan probable yang mennunjukkan adanya
virus Ebola di tubuhnya setelah melakukan tes laboratorium.

Dari table 1 diatas dapat sisimpulkan bahwa negara dengan kasus Ebola
paling banyak adalah Sierra Leone dengan jumlah kasus 12.523 kasus. Sedangkan
jenis kasus terbanyak pada ke tiga negara adalah kasus confirmed ebola dengan
jumlah 14.992 kasus.

Tabel 2
No Tempat Tahun Jumlah Jumlah Jumlah Case Attack
(Negara) Popula Kasus Kematian Fatality Rate
si Rate (%) /10.000
Beresik Pddk
o
1 Sudan 1976 - 284 151 53,17 -
2 Zaire 1976 - 318 280 88,05 -
(Kongo)
3 Zaire 1995 - 315 254 80,63 -
4 Uganda 2000 - 425 224 52,70 -
5 Kongo 2003 - 143 128 89,51 -
6 Kongo 2007 - 267 187 70,04 -
7 Uganda 2007 - 149 37 24,83 -
8 Uganda 2012 - 7 4 57,14 -
9 Uganda 2012 - 24 17 70,83 -
10 Kongo 2012 - 57 28 49,12 -
11 Guinea 2014 - 2015 12,043, 3.597 2.392 66,50 2,97
898
11 Liberia 2014 - 2015 4,396,8 10.604 4.796 45,23 24,1
73
12 Sierra 2014 - 2015 6,205,3 12.523 3.904 31,17 20,18
Leone 82
13 Mali 2014 - 2015 15,768, 8 6 75 0,005
227
14 Nigeria 2014 - 2015 178,51 20 8 40 0,001
6,904
15 Senegal 2014 - 2015 - 1 0 0 -
16 Spanyol 2014 – 2015 - 1 0 0 -
17 Inggris 2014 - 2015 - 1 0 0 -
18 Amerika 2014 - 2015 - 4 1 25 -
Serikat
Case Fatality Rate dan Attack Rate Ebola Virus Disease

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa CFR Ebola tertinggi terjadi di Kongo
yahun 2003 dimana CFR Ebola mencapai 89,51 % dan attack rate Ebola tertinggi terjadi
di Liberia pada tahun 2014 – 2015 dimana attack rate mencapai 24,1 orang per 10.000
penduduk.
Tabel 3
Distribusi Proporsi Kasus Ebola Confirmed Ebola Menurut Jenis Kelamin di
Guinea, Liberia dan Sierra Leone Per 13 Mei 2015
Jumlah Kasus Distribusi
No Negara Jenis Kelamin
Yang Dikonfirmasi Proporsi (%)

Laki – Laki 1527 42,51


1 Guinea
Perempuan 2065 57,52

Laki – Laki 1911 51,01


2 Liberia
Perempuan 1835 49

Laki – Laki 4654 48,44


3 Sierra Leone
Perempuan 4953 51,56

Dari tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa di negara Guinea dan Liberia, laki –
laki lebih beresiko terkena Ebola dengan jumlah kasus 42,51% (1.527) dan 51,01%
(1.911) sedangkan di negara Sierra Leone, perempuan lebih beresiko terkena Ebla dengan
jumlah kasus 51,56% (4.95)

Tabel 4
Distribusi Proporsi Kasus Confirmed Ebola Yang Dikonfirmasi Menurut
Umur di Guinea, Liberia dan Sierra Leone Per 13 Mei 2015
Jumlah Kasus
Distribusi
No Negara Jenis Kelamin Yang
Proporsi
Dikonfirmasi

0-14 493 15,80

1 Guinea 15-44 1809 57,00

45+ 817 26,20

0-14 561 16,89

2 Liberia 15-44 2056 61,91

45+ 704 21,20

3 Sierra Leone 0-14 1911 19,17


15-44 5454 54,70

45+ 2605 26,13

Dari tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa di ketiga negara, umur 15-44 tahun
lebih beresiko terkena Ebola dengan jumlah kasus di Guinea 57,00% (1809) , di Liberia
61,91% (5.454) dan di Sierra Leone 54,70% (2.605).

Grafik 1

Jumlah Kasus Ebola di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone Tahun 2014 – 2015
Grafik 2

Jumlah Kasus Ebola dan Kematian Akibat Ebola di Guinea Tahun 2014 – 2015

Grafik 3
Jumlah Kasus Ebola dan Kematian Akibat Ebola di Liberia Tahun 2014 – 2015
Grafik 4
Jumlah Kasus Ebola dan Kematian Akibat Ebola di Siera Leone Tahun 2014 –
2015
BAB 3

3.1 Kesimpulan

Infeksi virus Ebola merupakan penyakit sangat menular dengan angka


kematian yang tinggi; oleh karena itu pencegahan yang baik sangat dibutuhkan untuk
menekan penularannya.

3.2 Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan


menambah wawasan kita tentang Epidemiologi Ebola Virus Disease serta
perkembangannya dari waktu ke waktu, lebih jauhnya penyusun berharap dengan
memahami kebudayaan  kita semua dapat menyikapi segala kemajuan dan
perkembangannya sehingga dapat berdampak positif bagi kehidupan kita semua .

Daftar Pustaka
Baize S, Pannetier D, Oestereich L, Rieger T, Koivogui L, Magassouba N, et al.
Emergence of Zaire ebola virus disease in Guinea – Preliminary report. N Eng J Med.
2014:1-8.
Bente D, Gren J, Strong J, Feldmann H. Disease modeling for Ebola and Marburg virus.
DMM. 2009;2:12-7.
Bausch DG, Towner JS, Dowell SF, Kaducu F, Lukwiya M, Sanchez A, et al. Assessment
of the risk of Ebola virus transmission from bodily fluids and fomites. J Infect Dis.
2007;196:S142-7.
Center Of Disease Control and Prevention . 2014 Ebola Outbreak in West Africa -
Reported Cases Graph.
Center Of Disease Control and Prevention. 2014 Ebola Outbreak in West Africa –
Outbreak.
Colebunders R, Borchert M. Ebola haemorrhagic fever--a review. J Infect.
2000;40(1):16-20.
Clark DV, Jahrling PB, Lawler JV. Clinical management of filovirus-infected patients.
Viruses 2012;4(9):1668-86.
European Centre for Disease Prevention and Control. Outbreak of Ebola virus disease in
West Africa. Stockholm: ECDC; 2014.International Journal of Pharma and Bio Sciences.
2010;1:1-9. 6.
Li YH, Chen SP. Evolutionary history of Ebola virus. Epidemiol Infect. 2013;16:1-8.
Leroy EM, Rouquet P, Formenty P, Souquiere S. Multiple Ebola virus transmission
events and rapid decline of central African wildlife. Science. 2004;303:387-90.
Muyumbe-Tamfum JJ, Mulangu S, Masumu J, Kayambe JM, Kemp A, Paweska J. Ebola
virus outbreaks in Africa: Past and present. Onderstepoort Journal of Veterinary
Research. 2012;79(2).
Roddy P, Howard N, Van Kerkhove MD, Lutwama J, Wamala J, Yoti Z, et al. Clinical
manifestations and case management of Ebola haemorrhagic fever caused by a newly
identified virus strain, Bundibugyo, Uganda, 2007–2008. PLoS One 2012;7(12):e52986.
Sullivan N, Yang YZ, Nabel GJ. Ebola virus pathogenesis: implications for vaccines and
therapies. J Virol. 2003;77(18):9733-7.
Tyagi S, Kumara S, Singla M. Clinical aspects of Ebola hemorrhagic fever: a review.
Worldmeters. Countries in the world (ranked by 2014 population).
World Health Organization. Ebola fact sheet
World Health Organization. Ebola Situation.
Lampiran
Gambar 1 : Peta distribusi kasus Ebola di Afrika Barat

Anda mungkin juga menyukai