Anda di halaman 1dari 13

BAKTERIOLOGI III

“Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Pada


Sistem Saraf ”

Kelompok V :

NUR AL-ADHAWIAH (AK.18.019)


NUR ANNISAA (AK.18.020)
NURUL AFDHALIYAH NURDIN (AK.18.021)
RISKAYANTI (AK.18.023)
RISKI (AK.18.024)

PRODI D-III ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikro-organisme di dalam jaringan
tubuh. Infeksi susunan saraf pusat ialah invasi dan multiplikasi mikro-organisme di
dalam susunan saraf pusat. Infeksi pada sistem saraf pusat dapat melibatkan meningen
(meningitis) atau substansi otak itu sendiri (ensefalitis) atau keduanya
(meningoencephalitis ) . (Somand, 2008)
Infeksi adalah keadaan masuk {invasi} dan berkembangnya {multiplikasi}
suatu mikroorganisme ke dalam tubuh inang dan bersifat merugikan serta
membahayakan inang. Mikrorganisme penginfeksi sering disebut pathogen,akan
menggunakan tubuh inang sebagai sarana untuk mendapatkan nutrisi hingga proses
perbanyakan diri. Organisme pathogen akan mengganggu fungsi normal inang hingga
berakibat timbulnya luka kronik, gangrene, kehilangan fungsi tubuh hingga kematian.
Terjadinya keadaan infeksi pada tubuh inang akan direspon/dilawan melalui
mekanisme peradangan. Kategori organisme penginfeksi ini secara umum merupakan
organisme mikroskopik, walau sebenarnya secara definisi luas meliputi jamur,
bakteri, virus, parasit, prion (pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari
protein) dan viroid (pathogen tumbuhan yang tersusun dari potongan pendek RNA
yang komplementer, sirkuler dan berantai tunggal).
Jaringan epithelium permukaan tubuh luar dan dalam akan menjadi halangan
besar bagi mikroorganisme untuk menembus tubuh. Proses invasi akan menjadi lebih
mudah jika terjadi perlukaan / kerusakan pada permukaan tubuh luar maupun dalam,
atau apabila kuman yang terkandung di dalam antropoda dimasukkan di dalam tubuh
melalui gigitan antropoda pada kulit. Setelah kuman berhasil menerobos permukaan
tubuh luar dan dalam, selanjutnya mikroorganisme dapat tiba di susunan saraf pusat
melalui jalur pembuluh darah serebral, pembuluh darah arakhnoid dari ujung saraf
tepi atau mukosa atau bisa juga dari penjalaran per kontinutatum {misal dari
mastosid} sehingga menyebabkan infeksi susunan saraf. Sebenarnya ada penjagaan
otak khusus terhadap bahaya yang datang {khususnya yang datang melalui jalur
hematogen} yang dikenal sebagai Blood Brain Barrier. Pada keadaan toksemia dan
septis mia, blood brain barrier terusak tidak lagi bertindak sebagai rintangan khusus.
Menurut De Vivo (2003), infeksi pada sistem saraf pusat juga dapat
diklasifikasikan menurut etiologi agen infeksi.
Misalnya:
(a) Infeksi viral
(b) Infeksi bakteria
(c) Infeksi parasite
(d) Infeksi jamur
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Meningitis
2.1.1 Pengertian Meningitis
Meningitis adalah komplikasi meningokoksemia yang paling
umum dan merupakan peradangan pada membrane meningeal yang
mengelilingi otak. Meningitis, paling umum terjadi pada anak-anak,
terutama dalam 5 tahun pertama kehidupan.

Gambar 1. Penyakit Meningitis


2.1.2 Gejala
 Sakit kepala
 Fotofobia
 Demam
 Kekakuan leher
 Nafsu makan buruk atau umumnya lemah, lesu, tidak bahagia (anak-
anak yang lebih kecil).Penurunan kesadaran : pertimbangan ensefalitis.

2.1.3 Patofisiologi
 Kekakuan leher Tanda kering ( ekstensi lutut yang fleksi menyebabkan
nyeri dan resistensi terhadap gerakan).Tanda Brudzinski (fleksi leher
pasif menebabkan kedua panggul dan lutut fleksi)
 Fontanel menonjol (bayi)

2.1.4 Komplikasi
 Kehilangan pendengaranEfusi subdural.
 Infark serebral
 Hidrosefalus

2.1.5 Bakteri Penyebab meningitis

Table 1. Bakteri Penyebab meningitis


UMUR PATOGEN
<1 bulan Streptococcus grup B
Escherichia coli
Listeria monocytogenes
1 bulan sampai 15 tahun Streptococcus pneumuniae
Neisseria meningitidis
Haemophilus influenza (tipe b)
Dewasa (>15 tahun) Streptococcus pneumuniae
Neisseria meningitidis
Dewasa yang lebih tua (>55 tahun ) Streptococcus pneumuniae
Neisseria meningitidis
Listeria monocytogenes

2.1.6 Isolasi Bakteri penyebab Meningitis


Neisseria meningitidis lazim disebut meningkokus. Bakteri ini
menyebabkan meningitis, terutama pada anak-anak. Meningkokus adalah
bakteri diplokokus Gram Negataif. Tumbuh dengan baik pada media agar
coklat Medium kultur tanpa sodium polyanethol sulfone membantu dalam
kultur spesimen darah. Spesimen cairan serebrospinal ditanam pada agar
cokelat dan diinkubasi pada suhu 37oc. Cairan spinal yang baru diambil
dapat diinkubasi secara langsug pada suhu 37oc jika medium kultur agar
tidak segera tersedia.
Medium thayer martin yang dimodifikasi dengan antibiotik
(vankomisin, kolistin, amfoserisin) mendukung pertumbuhan neisseria,
mengambat banyak bakteri lainnya, dan digunakan untuk kultur nasofaring.
Koloni yang diduga nesseria pada medium solid, terutama pada kuktur
campuran, dapat diindentifikasi dengan pewarnaan gram dan tes oksidase.
Cairan spinal dan darah umumnya menghasilkan kultur murni yang dapat
diidentifikasi lebi lanjut dengan reaksi oksidatif karbohidrat dan aglutinasi
dengan serum tipe khusus atau polivalen. atau thayer martin yang di
inkubasi pada suhu 37o c dalam lingkungan 5% c02.
Spesimen dapat diambil dari usap tenggorokan, darah atau cairan
serebrospinal yang harus segera di tanam dalam pembenihan. Biakn murni
dari darah atau cairan cerebrospinal memberikan hasil reaksi biokimia
spesifik, yaitu glukosa (+), maltosa (+) dan sukrosa (-) pada medium
Cysteine-Trypticse-Agar. Tes oksidase positif.

Gambar 2. N.Meningtidis pada Media Thayer Martin

2.1.7 Identifikasi Bakteri penyebab Meningitis


Bakteri Neisseria meningitis (meningokokus) memiliki ciri identik
pada warna dan karakteristik morfologinya dengan Neisseria gonorrhoeae.
Ciri khas bakteri ini adalah berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter
kira-kira 0,8 μm. Neisseria meningitis tidak bergerak (nonmotil) dan tidak
mampu membentuk spora. Masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti
ginjal dengan bagian yang rata atau cekung berdekatan. Bakteri meningokokus
ini dapat mengalami otolisis dengan cepat, hal ini khususnya dalam
lingkungan alkali. Bakteri N. meningtidis ini memiliki enzim oksidase.
mikroorganisme ini paling baik tumbuh pada perbenihan yang mengandung
zat-zat organik yang kompleks (misalnya : darah atau protein binatang dan
dalam atmosfer yang mengandung CO2 5 %). 
Meningitidis adalah aerobik yang dapat menghasilkan kapsul
polisakarida dan enzim oksidase. Penyebaran bakteri ini umumnya melalui
pernapasan atau respirasi. Endotoksin  yang dihasilkan N. meningitidis dapat
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan akibat
kerusakan pembuluh darah. Bila ditanam pada perbenihan yang diperkaya
(misalnya Mueller Hinton, dimodifikasi oleh Thayer Martin), dalam 48 jam
Gonokokus dan Meningokokus akan membentuk koloni mukoid, cembung,
mengkilat dan mennonjol.
2.2 Botulisme
2.2.1 pengertian Botulisme
Botulisme merupakan kondisi keracunan serius yang
disebabkan oleh racun yang dihasilkan bakteri Clostridium botulinum.
Kondisi ini cukup langka, tapi racun yang dihasilkan oleh bakteri ini
dikenal sebagai salah satu racun yang paling berbahaya dan mematikan.
Racun yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem saraf seperti
otak, tulang belakang, saraf lainnya, dan menyebabkan kelumpuhan otot.
Kelumpuhan yang terjadi bisa menyerang otot-otot yang mengendalikan
pernapasan, ini bisa mematikan dan harus segera mendapatkan
penanganan. Bakteri ini biasanya bisa masuk ke dalam tubuh melalui
makanan maupun melalui luka pada tubuh.

2.2.2 Patofisiologi
 Spora C.botulinum menontaminasi tanah dan bahan makanan serta
dapata bertunas dan menghasilkan toksin dalam lingkungan.
 C.botulinum menghasilkan neurotoksin yang mencegah pengikatan
asetilkolin dengan membran terminal neuron
 Hal ini untuk mecegah propagasi potensial aksi dan sehingga
kontraksi otot tidak dapat terjadi.

2.2.3 Gejala
 Botulisme keracunan makanan: kesulitan menelan dan berbicara,
mulut kering, otot wajah lemah, gangguan penglihatan, kelopak mata
lemas (terkulai), kesulitan bernafas, mual, muntah, kram perut dan
lumpuh.
 Botulisme luka: kesulitan menelan dan berbicara, otot wajah lemah,
gangguan pengelihatan, kelopak mata lemas (terkulai), kesulitan
bernafas, lumpuh.
 Botulisme bayi: Sembelit, kesulitan mengontrol kepala, gerak tubuh
tidak bertonus (tidak ada tegangan otot, seperti boneka kain), menangis
lemah, mudah marah, sering mengeluarkan air liur, kelopak mata lemas
terkulai, kelelahan, kesulitan untuk menyedot atau makan, lumpuh

2.2.4 Komplikasi
 Gangguan pernapasan.Kesulitan berbicara.
 Sulit menelan.
 Merasa lemah terus menerus.
 Nafas menjadi pendek

2.2.5 Bakteri Penyebab Botulinum


Clostridium botulinum

2.2.6 Isolasi Bakteri penyebab Meningitis


Uji Laboratorium
Prosedur isolasi dan identifikasi Clostridium sp. menggunakan uji
kultur Clostridium dan pewarnaan Gram. Hasil pengecatan Gram
menunjukkan warna ungu dan berbentuk basil. Hal ini dapat diidentifikasi
bahwa bakteri tersebut adalah Clostridium sp.

2.1.7 Identifikasi Bakteri penyebab Botulinum


Clostridium botulinum adalah bakteri anaerobik, gram positif,
membentuk spora, dan relatif besar. Sel vegetatif C. botulinum berbentuk
batang dan berukuran cukup besar untuk ukuran bakteri. Panjangnya antara 3
μm hingga 7 – 8 μm. Lebarnya antara 0,4 μm hingga 1,2 μm. Pada pengecatan
Gram, C. botulinum  yang mengandung spora bersifat Gram positif,
sedangkan C. botulinum yang tidak mengandung spora bersifat gram negatif.
Namun, C. botulinum  termasuk bakteri Gram positif. C. botulinum bersifat
motil atau dapat bergerak dengan flagel yang berbentuk peritirik.

Gambar 3. Bakteri C.botulinum


3.1 Tetanus
3.3.1 Pengertian Tetanus
Tetanus disebabkan oleh toksin (tetanospamin) yang menyebabkan
spasme otot dan kontraksi nyeri. Tetanus adalah kejang bersifat spasme
(kaku otot) yang dimulai pada rahang dan leher. Kondisi ini disebabkan
oleh racun berbahaya bakteri Clostridium tetani, yang masuk menyerang
saraf tubuh melalui luka kotor.

Gambar 4. Penyakit Tetanus

3.3.2 Gejala
Tanda-tanda dan gejala tetanus secara berurutan adalah sebagai
berikut:
 Spasme dan kaku pada otot rahang. Dikuti kekakuan pada otot leher.
 Kesulitan menelan.
 Otot perut menjadi kaku Kejang tubuh yang menyakitkan sampai tulang
punggung melengkung (epistotonus), berlangsung selama beberapa
menit. Kejang ini biasanya dipicu oleh kejadian kecil, seperti suara
keras, sentuhan fisik atau cahaya.
 Kematian dapat terjadi karena kesulitan bernafas, lantaran otot-otot
pernafasan tidak berfungsi normal.
 Demam.
 Berkeringat.
 Tekanan darah tinggi.
 Denyut nadi atau jantung cepat.

3.3.3 Komplikasi
Setelah toksin tetanus terikat dengan ujung saraf, maka racun tersebut
tidak mungkin dihilangkan. Pemulihan sempurna dari infeksi tetanus akan
memakan waktu hingga beberapa bulan, karena memerlukan pertumbuhan
ujung saraf baru. Komplikasi dan dan infeksi tetanus dapat menimbulkan:
Cacat. Pengobatan tetanus biasanya melibatkan penggunaan obat penenang
yang kuat untuk mengontrol kejang otot. perpanjangan penggunaan obat
dapat menyebabkan cacat permanen. Pada bayi, infeksi tetanus dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen, mulai dari defisit mental minor
hingga cerebral pasly. Kematian. Tetanus kejang otot yang parah dapat
mengganggu pernapasan, menyebabkan periode di mana seseorang tidak bisa
bernapas sama sekali. Kegagalan pernapasan adalah penyebab kematian
umum bagi pengidap tetanus. Kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan
serangan jantung dan kematian

2.2.4 Bakteri Penyebab Tetanus


Clostridium tetani

2.2.5 Karakteristik
Clostridium tetani adalah bakteri yang terdapat di tanah yang tercemar
tinja manusia dan binatang berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-
5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Clostridium tetani termasuk bakteri gram
positif anaerobic berflagel peritrik berspora yang terletak disentral,subterminal
maupun terminal. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase,
tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak
menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif. Spora dari
Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis.
Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama
10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. Bentuk
koloni bakteri ini adalah koloni yang kecil meluas dalam jalinan filamen halus.

Gambar 4. Bakteri C.tetani


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
invasi dan multiplikasi mikro-organisme di dalam jaringan tubuh. Infeksi
susunan saraf pusat ialah invasi dan multiplikasi mikro-organisme di dalam susunan
saraf pusat.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.diharapkan dengan penyusanan
makalah kami dapat menambah pengetahuan rekan-rekan atau teman-teman yang
membaca makalah kami mengenai Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi
Pada Sistem Saraf.adapun saran dan kritik kami harapkan dari teman-teman agar kami
bisa membuat makalah selanjutnya bisa lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arditayasa, I Wayan. Clostridium Tetani. Diambil dari : (22 Agustus 2017)


https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/i-wayan-arditayasa-
078114135.pdf
Jawetz,dkk. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. Jakarta : EGC
Locke,Thomas,dkk. 2013. Microbiology and Infectious Diseases on the move. Jakarta
: PT.Indeks
Natalia,lily dan Priadi,A.2012. BOTULISMUS : PATOGENESIS, DIAGNOSIS DAN
PENCEGAHAN. Bogor : WARTAZOA.Vol.22,No.3:127-140
Staf Pengajar Departemen Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM.2012. PENUNTUN
PRATIKUM MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI
Subekti , Erlisa N.2011. INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT_Handbook
pharmacotherapy_dipiro (indo). Diambil dari : http://erlian-
ff07.web.unair.ac.id/ (22 Agustus 2017)

Anda mungkin juga menyukai