Kelompok V :
A. Latar Belakang
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikro-organisme di dalam jaringan
tubuh. Infeksi susunan saraf pusat ialah invasi dan multiplikasi mikro-organisme di
dalam susunan saraf pusat. Infeksi pada sistem saraf pusat dapat melibatkan meningen
(meningitis) atau substansi otak itu sendiri (ensefalitis) atau keduanya
(meningoencephalitis ) . (Somand, 2008)
Infeksi adalah keadaan masuk {invasi} dan berkembangnya {multiplikasi}
suatu mikroorganisme ke dalam tubuh inang dan bersifat merugikan serta
membahayakan inang. Mikrorganisme penginfeksi sering disebut pathogen,akan
menggunakan tubuh inang sebagai sarana untuk mendapatkan nutrisi hingga proses
perbanyakan diri. Organisme pathogen akan mengganggu fungsi normal inang hingga
berakibat timbulnya luka kronik, gangrene, kehilangan fungsi tubuh hingga kematian.
Terjadinya keadaan infeksi pada tubuh inang akan direspon/dilawan melalui
mekanisme peradangan. Kategori organisme penginfeksi ini secara umum merupakan
organisme mikroskopik, walau sebenarnya secara definisi luas meliputi jamur,
bakteri, virus, parasit, prion (pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari
protein) dan viroid (pathogen tumbuhan yang tersusun dari potongan pendek RNA
yang komplementer, sirkuler dan berantai tunggal).
Jaringan epithelium permukaan tubuh luar dan dalam akan menjadi halangan
besar bagi mikroorganisme untuk menembus tubuh. Proses invasi akan menjadi lebih
mudah jika terjadi perlukaan / kerusakan pada permukaan tubuh luar maupun dalam,
atau apabila kuman yang terkandung di dalam antropoda dimasukkan di dalam tubuh
melalui gigitan antropoda pada kulit. Setelah kuman berhasil menerobos permukaan
tubuh luar dan dalam, selanjutnya mikroorganisme dapat tiba di susunan saraf pusat
melalui jalur pembuluh darah serebral, pembuluh darah arakhnoid dari ujung saraf
tepi atau mukosa atau bisa juga dari penjalaran per kontinutatum {misal dari
mastosid} sehingga menyebabkan infeksi susunan saraf. Sebenarnya ada penjagaan
otak khusus terhadap bahaya yang datang {khususnya yang datang melalui jalur
hematogen} yang dikenal sebagai Blood Brain Barrier. Pada keadaan toksemia dan
septis mia, blood brain barrier terusak tidak lagi bertindak sebagai rintangan khusus.
Menurut De Vivo (2003), infeksi pada sistem saraf pusat juga dapat
diklasifikasikan menurut etiologi agen infeksi.
Misalnya:
(a) Infeksi viral
(b) Infeksi bakteria
(c) Infeksi parasite
(d) Infeksi jamur
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Meningitis
2.1.1 Pengertian Meningitis
Meningitis adalah komplikasi meningokoksemia yang paling
umum dan merupakan peradangan pada membrane meningeal yang
mengelilingi otak. Meningitis, paling umum terjadi pada anak-anak,
terutama dalam 5 tahun pertama kehidupan.
2.1.3 Patofisiologi
Kekakuan leher Tanda kering ( ekstensi lutut yang fleksi menyebabkan
nyeri dan resistensi terhadap gerakan).Tanda Brudzinski (fleksi leher
pasif menebabkan kedua panggul dan lutut fleksi)
Fontanel menonjol (bayi)
2.1.4 Komplikasi
Kehilangan pendengaranEfusi subdural.
Infark serebral
Hidrosefalus
2.2.2 Patofisiologi
Spora C.botulinum menontaminasi tanah dan bahan makanan serta
dapata bertunas dan menghasilkan toksin dalam lingkungan.
C.botulinum menghasilkan neurotoksin yang mencegah pengikatan
asetilkolin dengan membran terminal neuron
Hal ini untuk mecegah propagasi potensial aksi dan sehingga
kontraksi otot tidak dapat terjadi.
2.2.3 Gejala
Botulisme keracunan makanan: kesulitan menelan dan berbicara,
mulut kering, otot wajah lemah, gangguan penglihatan, kelopak mata
lemas (terkulai), kesulitan bernafas, mual, muntah, kram perut dan
lumpuh.
Botulisme luka: kesulitan menelan dan berbicara, otot wajah lemah,
gangguan pengelihatan, kelopak mata lemas (terkulai), kesulitan
bernafas, lumpuh.
Botulisme bayi: Sembelit, kesulitan mengontrol kepala, gerak tubuh
tidak bertonus (tidak ada tegangan otot, seperti boneka kain), menangis
lemah, mudah marah, sering mengeluarkan air liur, kelopak mata lemas
terkulai, kelelahan, kesulitan untuk menyedot atau makan, lumpuh
2.2.4 Komplikasi
Gangguan pernapasan.Kesulitan berbicara.
Sulit menelan.
Merasa lemah terus menerus.
Nafas menjadi pendek
3.3.2 Gejala
Tanda-tanda dan gejala tetanus secara berurutan adalah sebagai
berikut:
Spasme dan kaku pada otot rahang. Dikuti kekakuan pada otot leher.
Kesulitan menelan.
Otot perut menjadi kaku Kejang tubuh yang menyakitkan sampai tulang
punggung melengkung (epistotonus), berlangsung selama beberapa
menit. Kejang ini biasanya dipicu oleh kejadian kecil, seperti suara
keras, sentuhan fisik atau cahaya.
Kematian dapat terjadi karena kesulitan bernafas, lantaran otot-otot
pernafasan tidak berfungsi normal.
Demam.
Berkeringat.
Tekanan darah tinggi.
Denyut nadi atau jantung cepat.
3.3.3 Komplikasi
Setelah toksin tetanus terikat dengan ujung saraf, maka racun tersebut
tidak mungkin dihilangkan. Pemulihan sempurna dari infeksi tetanus akan
memakan waktu hingga beberapa bulan, karena memerlukan pertumbuhan
ujung saraf baru. Komplikasi dan dan infeksi tetanus dapat menimbulkan:
Cacat. Pengobatan tetanus biasanya melibatkan penggunaan obat penenang
yang kuat untuk mengontrol kejang otot. perpanjangan penggunaan obat
dapat menyebabkan cacat permanen. Pada bayi, infeksi tetanus dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen, mulai dari defisit mental minor
hingga cerebral pasly. Kematian. Tetanus kejang otot yang parah dapat
mengganggu pernapasan, menyebabkan periode di mana seseorang tidak bisa
bernapas sama sekali. Kegagalan pernapasan adalah penyebab kematian
umum bagi pengidap tetanus. Kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan
serangan jantung dan kematian
2.2.5 Karakteristik
Clostridium tetani adalah bakteri yang terdapat di tanah yang tercemar
tinja manusia dan binatang berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-
5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Clostridium tetani termasuk bakteri gram
positif anaerobic berflagel peritrik berspora yang terletak disentral,subterminal
maupun terminal. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase,
tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak
menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif. Spora dari
Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis.
Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama
10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. Bentuk
koloni bakteri ini adalah koloni yang kecil meluas dalam jalinan filamen halus.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
invasi dan multiplikasi mikro-organisme di dalam jaringan tubuh. Infeksi
susunan saraf pusat ialah invasi dan multiplikasi mikro-organisme di dalam susunan
saraf pusat.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.diharapkan dengan penyusanan
makalah kami dapat menambah pengetahuan rekan-rekan atau teman-teman yang
membaca makalah kami mengenai Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi
Pada Sistem Saraf.adapun saran dan kritik kami harapkan dari teman-teman agar kami
bisa membuat makalah selanjutnya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA