Anda di halaman 1dari 34

SKENARIO 2

ANDI YANG MALANG

Andi, laki – laki 21 tahun, seorang mahasiswa, mengalami kecelakaan lalu lintas dimana
sepeda motornya menabrak truk yang tengah parkir di ujung tikungan jalan raya, sehingga Andi
terpelanting dari motornya. Andi mengalami memar di bahu kiri tanpa luka robek serta tampak
tulang selangkanya menonjol. Andi merasakan nyeri di daerah tulang selangka jika bahunya
digerakkan.

Ia segera dibawa ke UGD Rumah Sakit dan dari hasil pemeriksaan dokter didapatkan
pembengkakakn pada daerah tulang selangka kiri, perubahan warna pada kulit sekitar trauma,
disertai terbatasnya gerak sendi bahu kiri. Setelah mendapat pertolongan di Rumah Sakit, Andi
diizinkan pulang untuk selanjutnya di rawat jalan. Andi dianjurkan untuk minum obat pereda nyeri,
mengurangi gerakan pada bahu yang sakit dan kontrol ke Rumah Sakit 1 minggu kemudian.

1|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


BAB I

KATA SULIT

1. Memar :
Cedera yang terjadi akibat adanya benturan yang mengenai kulit sehingga pembuluh
darahnya pecah dan menyebabkan perubahan warna
2. Tulang selangka :
Terletak di kiri dan kanan dada di bawah leher biasanya disebut clavicula
3. Trauma :
Suatu cidera yang menyebabkan suatu kelainan
4. Pembengkakan :
Pembesaran di salah satu bagian tubuh karena adanya peradangan

2|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Andi merasakan nyeri di tulang selangka ketika digerakkan?


2. Bagaimana andi mengalami memar di bahu kirinya tanpa adanya luka robek?
3. Apa yang menyebabkan tulang selangkanya menonjol?
4. Mengapa terjadi terbatasnya gerak di bahu kiri?
5. Mengapa Andi dianjurkan meminum obat pereda nyeri dan mengurangi pergerakan
bahu?
6. Mengapa andi dianjurkan control kembali setelah 1 minggu?
7. Bagaimana posisi andi setelah terpelanting sehingga muncul keluhan2 tersebut?
8. Apa kemungkinan diagnosis pada skenario tersebut?
9. Apa penangan pertama setelah terjadi trauma?

3|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


BAB III

BRAINSTORMING

1. Mengapa Andi merasakan nyeri di tulang selangka ketika digerakkan?


Terpelangting -> fraktur->patahan tulang mengenai serabut2 saraf ->tejadinya nyeri saat
digerakkan.
Terpelanting -> menghimpit 1 jar. yang lain -> mempengaruhi saraf yang lain -> shg nyeri.
2. Bagaimana andi mengalami memar di bahu kirinya tanpa adanya luka robek?
Patah tulang -> pendarahan->gerak sendi terbatas->hematoma fraktur ->perubahan warna
kulit.
Terpelanting -> benturan kulit -> cedera -> pembuluh kapiler pecah -> menyebar ke jar.
sekelilingnya -> perubahan warna kulit.
3. Apa yang menyebabkan tulang selangkanya menonjol?
Fraktur -> membentuk angulasi(pembentukan sudut) -> shg tampak menonjol -> inflamasi
dan edema
Selain fraktur juga bisa dislokasi shg tidak pada tempatnya
4. Mengapa terjadi terbatasnya gerak di bahu kiri?
Cedera ->pembuluh darah vasolidatasi->pelebaran pem. Darah (rubor)->merembes ke antar
sel (trumor)-> penurunan fungsi organ -> gerak terbatas
Ujung2 tulang -> bergeser -> shg bergeraknya jadi terbatas
Fraktur->pengaruh otot
5. Mengapa Andi dianjurkan meminum obat pereda nyeri dan mengurangi pergerakan bahu?
Letak reseptor nyeri : kulit, visceral, somatic. Sensitig terhadap tekanan, adanya tekana lebih
di bagian dislokasi
6. Mengapa andi dianjurkan control kembali setelah 1 minggu?
Untuk melihat perkembangan dan fungsi tulang apakah sudah seperti pada normalnya.
7. Bagaimana posisi andi setelah terpelanting sehingga muncul keluhan2 tersebut?
Terpelanting->jatuh ke sebelah kiri-> Tangan kebelang-> shg bahu sebelah kiri menahan
beban
8. Apa kemungkinan diagnosis pada scenario tersebut?
Fraktur/dislokasi (skenarionya kurang jelas) = Tidak dijelaskan area mana yang menonjol,
tidak ada pemeriksaan penunjang rontgen shg tidak menunjukkan adanya fraktur.
9. Apa penangan pertama setelah terjadi trauma?
RICE = Rest(istirahat), Ice(dikompres memakai air dingin), Compression(balut bidai),
Elevation(ditinggikan dari medan)

4|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


BAB IV

PETA MASALAH

Andi (21)

Kecelakaan Lalu Lintas

Terpelanting Dari Motor


• Memar di bahu kiri tanpa luka robek.
• Tulang selangka memar.
• Nyeri di daerah tulang selangka jika bahu digerakkan.

Ke UGD Rumah Sakit

Hasil pemeriksaan dokter


• Pembengkakan daerah tulang selangka kiri
• Perubahan warna kulit sekitar trauma
• Terbatasnya gerak sendi bahu

WDX: Fraktur Clavicula


DDX: Dislokasi Clavicula

Tata Laksana
• Pertolongan Rumah Sakit
• Rawat Jalan
• Obat anti nyeri
• Pengurangan gerak

5|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


BAB V

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Struktur Anatomi Regio Clavicula


2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Fraktur dan Dislokasi
Clavicula
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi Fraktur Clavicula
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi Fraktur Clavicula
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Clavicula
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Clavicula
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Faktor Risiko Fraktur Clavicula
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kriteria Diagnosis Fraktur Clavicula
9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis Banding Fraktur Clavicula
10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Fraktur Clavicula
11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Penatalaksaanaan Fraktur Clavicula
12. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi Fraktur Clavicula
13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis Fraktur Clavicula
14. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pencegahan Fraktur Clavicula
15. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Integrasi Keislaman dari scenario tersebut

6|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Struktur Anatomi Regio Clavicula


a. Tulang
Clavicula adalah satu-satunya perlekatan tulang antara truncus dan extremitas
superior. Tulang ini dapat diraba sepanjang tulangnya dan memiliki kontur halus
menyerupai huruf S, dengan bagian medialnya cembung ke depan dan bagian lateralnya
cekung ke belakang. Ujung acromial (lateral) clavicula bentuknya pipih, sedangkan
ujung sternal (medial) lebih menonjol dan menyerupai segi empat (Gambar 7.7)

Ujung acromial clavicula memiliki facies ovalis kecil pada permukaannya untuk
bersendi dengan facies yang serupa pada permukaan medial acromion scapula. Ujung
sternal memiliki facies yang lebih besar untuk bersendi terutama dengan manubrium
sterni, dan juga sedikit dengan tulang rawan costa I.
Permukaan inferior sepertiga lateral clavicula memiliki tuberositas yang jelas,
terdiri atas tuberculum (tuberculum conoideum) dan permukaan yang kasar di lateral

7|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


(linea trapezoidea), untuk perlekatan struktur penting berupa ligamentum
coracoclaviculare.
Selain itu, permukaan dan tepi clavicula menjadi kasar karena adanya perlekatan
musculi yang menghubungkan clavicula pada thorax. regio cervicalis, dan extremitas
superior. Permukaan superior lebih halus dibandingkan dengan permukaan inferior.

b. Sendi
1) Sendi sternoclavicularis
Sendi sternoclavicularis terbentuk di antara ujung proximal clavicula dan
incisura ciavicularis dari manubrium sterni bersama dengan bagian kecil dari
tulang rawan costa I (Gambar 7.10. 7.11).

8|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


Sendi ini adalah sendi synovialis dan berbentuk pelana. Cavitas articularis
terpisah sempurna menjadi dua kompartemen dengan adanya discus articularis.
Sendi sternoclavicularis memungkinkan gerak clavicula, terutama pada bidang
anteroposterior dan verticalis, walaupun rotasi kadang kala juga terjadi.
Sendi sternoclavicularis dikelilingi oleh capsula articularis dan diperkuat
oleh empat ligamenta (Gambar 7.10):
• Ligamentum sternoclaviculare anterius dan ligamentum sternoclaviculare
posterius secara berturut-turut terletak di anterior dan posterior sendi.
• Ligamentum interclaviculare saling menghubungkan ujung kedua davicula
dan ke permukaan superior manubrium
• Ligamentum costoclaviculare berada di lateral sendi dan menghubungkan
ujung proximal clavicula ke costa I beserta tulang rawan costanya.
2) Sendi acromioclavicularis
Sendi acromioclavicularis adalah sendi synovialis kecil di antara facies
ovalis pada permukaan medial acromion dan facies yang serupa pada ujung
acromial clavicula (Gambar 7.12: 7.13).

9|Lap o ran Tu to rial Kelo mp o k 4 Sken ario 2 Blo k Mu sku lo skeletal


Sendi ini memungkinkan gerak di bidang anteroposterior dan verticalis,
juga sedikit rotasi axial. Sendi acromioclavicularis dikelilingi oleh capsula
articularis dan diperkuat oleh (Gambar 7.12)
• ligamentum acromioclaviculare yang kecil di sebelah superior dari sendi dan
lewat di antara daerah yang berdekatan pada clavicula dan acromion:
• ligamentum coracoclaviculare yang jauh lebih besar, yang tidak secara
langsung terhubung dengan sendi, namun merupakan ligamentum asesorius
yang kuat, menjadi penyangga berat utama untuk extremitas superior pada
clavicula dan mempertahankan posisi clavicula pada acromion. Ligamentum ini
terbentang di antara processus coracoideus scapulae dan permukaan inferior
ujung acromial clavicula dan terdiri atas ligamentum trapezoideum (yang

10 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
melekat di linea trapezoidea pada clavicula) di anterior dan ligamentum
conoideum (yang melekat di tuberculum conoideum yang terkait) di posterior.

c. Muskulus
Dua musculus paling superfisial di bahu adalah musculus trapezius dan musculus
deltoideus (Tabel 7.1. Gambar 7.24). Bersama-sama. keduanya membentuk kontur khas
pada bahu: • Trapezius melekatkan scapula dan clavicula ke truncus. • Deltoideus
melekatkan scapula dan clavicula ke humerus. Trapezius dan deltoideus sama-sama
melekat ke permukaan dan tepi spina scapulae, acromion, dan clavicula yang
berlawanan dan struktur ini dapat diraba di antara perlekatan trapezius dan deltoideus.
Sebelah dalam dari trapezius, terdapat tiga musculus yang melekatkan scapula pada
columna vertebralis yaitu levator scapulae, rhomboideus minor, dan rhomboideus major
(Tabel 7.1. Gambar 7.24). Ketiga musculi ini bekerja bersama musculus trapezius (dan
dengan musculi di anterior) untuk memposisikan scapula pada truncus.

d. Nervus
1) Nervus axillaris
Nervus axillaris berasal dari fasciculus posterior plexus brachialis. Nervus ini keluar
dari regio axillaris melalui spatium quadrangularis di dinding posterior regio
axillaris, dan memasuki regio scapularis posterior (lihat Gambar 7.26).

11 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Bersama dengan arteria dan vena circumfiexa posterior humeri nervus ini
langsung dihubungkan dengan permukaan posterior collum chirurgicum humeri.
Nervus axillaris mempersarafi musculus deltoideus dan musculus teres minor.
Selain itu, nervus ini memiliki cabang kulit, nervus cutaneus brachii lateralis
superior, yang membawa sensasi umum dari kulit bagian inferior musculus
deltoideus.
e. Vaskularis
1) Arteria suprascapularis
Berawal di pangkal leher sebagai cabang truncus thyrocervicalis, yang merupakan
cabang arteria subclavia (Gambar 7.27). Pembuluh darah ini juga bisa berasal
langsung dari bagian ketiga arteria subclavia. Normal arteria suprascapularis masuk
ke regio scapularis posterior di sebelah superior dari foramen suprascapularis,
sedangkan nervusnya melalui foramen suprascapularis. Di regio scapularis
posterior, pembuluh darah ini berjalan bersama nervus suprascapularis (lihat
Gambar 7.26). Selain menyuplai musculus supraspinatus dan musculus
infraspinatus, arteria suprascapularis memberikan cabang-cabang ke banyak
struktur di sepanjang perjalanannya.

12 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Fraktur dan Dislokasi
Clavicula
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price
dan Wilson, 2006).
a. Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar
(outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula.

Klasifikasi fraktur

13 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
1. Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi
menjadi 2 antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar
trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
b. Fraktur terbuka (open/compound fraktur) Dikatakan terbuka bila tulang yang patah
menembus otot dan kulit yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman

14 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang
terbuka :
1. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2. Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

2. Menurut Mansjoer (2002) derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:


a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau garis fraktur
melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubak
tempat.
a. Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )
Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang lainya
biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Menurut Price dan Wilson ( 2005)
kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang.

3. Menurut Mansjoer (2002) bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada
5 yaitu:
a. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh trauma
rotasi.
d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang kea rah permukaan lain.
e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
4. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

15 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.

5. Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok

a. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula(insidensi kejadian 75-80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

b. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%) Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni conoid dan trapezoid).

- Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun
ganguan ligament coracoclevicular.

- Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, danligament coracoclavicular
masih melekat pada fragmen.

- Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupunkedua-duanya.

- Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yangmelibatkan AC joint.

- Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkanfragmen proksimal berpindah
keatas.

- Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

16 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Gambar 3 : Klasifikasi Fraktur Clavicula (Zuckerman 2011)

c. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
6. Klasifikasi berdasarkan Allman:
• Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan tipe yang paling
sering terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
• Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
• Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika
ligamen-ligamen costoclavicular tetap utuh.
Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak membagi
berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua variabel tersebut
sangat
potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.

Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe2,6


• Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
• Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen trapezoid
utuh sampai ke segmen distal.
• Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal.

17 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
• Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
• Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
Type I: Pergeseran minimal.
Type II: Bergeser .
Type III:Intraarticular.
Type IV: Terpisah pada epifisis.
Type V: Komunitif.
b. Dislokasi Klavikula
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2) Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3) Dislokasi traumatik : merupakan kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema
(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur
sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:


1) Dislokasi Akut : Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang : Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.

3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi Fraktur Clavicula

Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40
kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur
pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur clavicula,
sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%. Sekitar 2%

18 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula. Sisi yang paling sering
terjadi fraktur adalah sebelah kiri yakni sebesar 52%. Menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu
tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan
prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran anak yang hidup.
Fraktur klavikula pada orang dewasa sering terjadi, insidensinya 2,6-4% dari semua
fraktur dan kurang lebih 35% merupakan cedera dari gelang bahu. Fraktur pada midshaft
merupakan yang terbanyak 69-82%, fraktur lateral 21-28%, dan fraktur medial yang paling
jarang 2-3%.

4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi Fraktur Clavicula

Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor. (De Jong, 2010)
1) Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur
yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan
2) Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya
jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan
lunak tetap utuh.
3) Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih
besar dari pada daya tahan tulang.
4) Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
5) Usia penderita.
6) Kelenturan tulang dan jenis tulang.

19 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Clavicula
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
(Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh.
Patofisiologi fraktur klavikula berkaitan dengan anatominya. Klavikula
adalah tulang berbentuk S yang merupakan penghubung osseus antara ekstremitas
atas dan trunkus. Pada klavikula terdapat artikulasi secara distal dengan akromion
pada sendi akromioklavikular dan artikulasi secara proksimal dengan sternum pada
sendi sternoklavikula. Hal tersebut dapat menunjukkan tonjolan tulang selangka
yang berbeda daerahnya pula. Banyaknya artikulasi ini adalah salah satu faktor yang
menyebabkan klavikula mudah fraktur. Fraktur klavikula bisa disebabkan oleh
trauma energi tinggi atau cedera multipel.
Memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan / kekerasan dengan
energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan.
Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstsial. Mula-mula pembengkakan timbul warna merah
kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari
ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan kemudian coklat. Warna
menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4. Hematom/memar.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau
penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut
dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor.

20 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-
ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga
merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang
menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah
distal ataupun proksimal
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu
dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas
yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh.

6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Clavicula

Look  Pada fase awal cidera klien terlihat menggendong lengan pada dada untuk
mencegah gerakan. Suatu benjolan atau deformitas pada bahu terlihat di bawah kulit dan
kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit.

Feel  Didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu

Move  Ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thoraks.

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan


ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang di rancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak tidak
alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas,
ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang

21 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cedera

7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Faktor Risiko Fraktur Clavicula

Faktor Resiko :

1. Hantaman langsung ke bahu  bisa terjadi saat terjatuh pada bahu atau pada tabrakan
mobil
2. Jatuh pada saat tangan terulur  menyebabkan fraktur clavicula
3. Pada bayi  dapat terjadi selama perjalanan melalui jalan lahir
4. Usia lanjut  karena penigkatan resiko jatuh
5. Osteoporosis
6. Beberapa penyakit tulang bawaan
7. Olahraga kontak
8. Kekerasan

8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kriteria Diagnosis Fraktur Clavicula


1) Gejala Klinis
Diagnosis dari fraktur clavicula biasanya didasari dari mekanisme kecelakaan dan
lokasi adanya ekimosis, deformitas, ataupun krepitasi. Pasien biasanya mengeluh
nyeri setelah terjadinya kecelakaan tersebut dan sulit untuk mengangkat lengan atau
bahu. Fraktur pada bagian tengah clavicula, pada inspeksi bahu biasanya asimetris,
agak jatuh kebawah, lebih kedepan ataupun lebih ke posterior.

Diagnosis pasti untuk fraktur clavicula ialah berdasarkan pemeriksaan radiologi.


Secara praktis diagnostik dibuat berdasarkan anamnesis misalnya apakah ada riwayat
trauma, dan pemeriksaan fisik bias kita dapatkan pembengkakan daerah clavicula
atau aberasi, diagnosanya akan lebih mudah apabila yang terjadi adalah fraktur
terbuka. Pneumotoraks biasa didapatkan pada pasien dengan fraktur clavicula

22 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
terutama yang mengalami multiple traumatik, dilaporkan sekitar lebih dari 3%
dengan fraktur clavicula mengalami pneumotoraks. Pneumotoraks diakibatkan
masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral clan parietal. Dislokasi
fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.
Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma
tumpul.

2) Pemeriksaan Radiologi :
a. Plain Photo
1. Mid clavicular
Evaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi
anteroposterior (AP) yang dipusatkan pada bagian tengah clavicula. Pencitraan
yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua AC joint dan SC
joint. Bisa juga digunakan posisi oblique dengan arah dan penempatan yang baik.
Proyeksi AP 20-60° dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa meminimalisir
struktur toraks yang bisa mengganggu pembacaan.
Karena bentuk dari clavicula yang berbentuk S, maka fraktur menunjukkan
deformitas multiplanar, yang menyebabkan susahnya menilai dengan
menggunakan radiograph biasa. CT scan, khususnya dengan 3 dimensi
meningkatkan akurasi pembacaan.
2. Medial clavicula dan SC joint
Proyeksi standar untuk menilai SC joint adalah posteroanterior (PA), lateral
dan oblique. Fraktur medial clavicula dan cedera pada SC joint biasanya sulit dinilai
dengan pencitraan yang biasa karena adanya overlap clavicula dengan sternum
dan costa pertama. Sebagai catatan penting, ossifikasi sekunder pada bagian
proksimal clavicula tidak akan nampak pada usia sebelum 12 tahun dan mungkin
sampai umur 25 tahun. Sehingga pada gambaran radiograph biasa akan sulit
membedakan antara suatu fraktur dengan dislokasi pads SC joint.
3. Lateral clavicula dan AC joint
Pemeriksaan radiologi pada sisi yang mengalami cedera kadang-kadang
cukup sulit, namun beberapa pemeriksaan membandingkan penampakan pada
daerah cedera tersebut. Proyeksi AP pada AC joint digunakan 15° inclinasi
cephalic, sepanjang tulang scapula. Normal alignment pada sendi dengan proyeksi
AP apabila ukuran celah sendi kurang dari 5 mm dan facies bagian bawah akromion
dan distal clavicula tidak terputus-putus.

23 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
b. CT Scan
1. Medial clavicula dan SC joint
CT scan memegang peranan yang penting dalam mendiagnosa fraktur
clavikula bagian medial dan cedera pada SC joint. CT scan seharusnya digunakan
dengan mencakup SC joint dan secara otomatis setengah dari kedua clavicula
untuk membandingkan satu sisi dengan sisi yang lain.
Jika didapatkan ada kelainan pada vascular, bisa kita nilai dengan menggunakan
intravenous contras..
2. Lateral clavicula dan AC joint
CT scan merupakan salah satu alat pencitraan di bidang radiologi yang
cukup sensitif dalam menegakkan diagnosa. CT scan kadang-kadang digunakan
untuk mendiagnosa fraktur intra-artikular atau stress fraktur pada AC joint.
Meskipun demikian CT scan terbatas untuk menilai sekitar jaringan lunak termasuk
kapsula, ligament dan sendi sinovial.

9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis Banding Fraktur Clavicula

Fraktur clavicula didiagnosis banding dengan beberapa kelainan yaitu fraktur


kosta, fraktur sternum, dislokasi sendi bahu, dan rotator cuff injury.

1. Fraktur kosta
Penyebab paling sering pada fraktur kosta adalah trauma tumpul pada dinding
dada, tergantung lokasi yang mengalami trauma bisa menyebabkan fraktur 1 tulang
costa atau lebih. Pada pasien dengan fraktur kosta bisa menyebabkan terjadinya
pneumotoraks, hematotoraks karena perdarahan atau cedera pada fleksus brakhialis
untuk fraktur kosta I – III. Untuk fraktur kosta I – III gejala dan tanda bisa mirip dengan
fraktur clavicula, harus bisa dibedakan dengan seksama pada pemeriksaan radiologi .
2. Dislokasi sendi bahu
Dislokasi sendi pada bahu ada 4 jenis yaitu anterior dislocation, posterior
dislocation, multidirectional instability dan inferior dislocation. Paling sering adalah
anterior dislocation sekitar 85% dari semua dislokasi sendi bahu. Pasien dengan
dislokasi sendi bahu juga bisa mengeluh nyeri, bengkak ataupun susah menggerakkan
lengan.

Dokter mengklasifikasikan dislokasi bahu menjadi tiga jenis, tergantung


pada arah dislokasi:

24 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
a. Dislokasi anterior - Bagian atas humerus dipindahkan ke depan, ke arah
depan tubuh. Ini adalah jenis dislokasi bahu yang paling umum, terhitung
lebih dari 95% kasus. Pada orang muda, penyebabnya biasanya terkait
dengan olahraga.Pada orang tua, biasanya disebabkan oleh jatuh pada lengan
yang terentang.

b. Dislokasi posterior - Bagian atas humerus dipindahkan ke bagian belakang


tubuh. Dislokasi posterior merupakan 2% hingga 4% dari semua dislokasi
bahu dan merupakan jenis yang paling mungkin terkait dengan kejang dan
sengatan listrik.Dislokasi posterior juga dapat terjadi karena jatuh pada
lengan terentang atau pukulan ke depan bahu.

c. Dislokasi inferior - Bagian atas humerus dipindahkan ke bawah. Jenis dislokasi


bahu ini adalah yang paling langka, hanya terjadi pada satu dari setiap 200
kasus. Ini bisa disebabkan oleh berbagai jenis trauma di mana lengan
didorong ke bawah dengan keras.

d. Fraktur sternum
Fraktur sternum paling sering karena trauma pada dada, biasanya disertai
dengan trauma pada jantung dan paru-paru. Untuk mendiagnosis fraktur
sternum biasanya dipakai plain photo proyeksi lateral seperti pada gambar
dibawah ini.
3. Rotator cuff injury pada bahu
Pasien dengan rotator cuff injury biasanya datang dengan keluhan utama nyeri pada
persendian bahu disertai dengan kekakuan, terbatasnya pergerakan sendi bahu dan
krepitasi. Pemeriksaan yang paling akurat pada kelainan ini adalah MRI.

10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Fraktur Clavicula


 Laboratorium : pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui hemoglobin,
hematokrit sering rendah akibat pendarahan, laju endap darah (LED) meningkat.
a) Hb
b) Hematokrit
c) LED
 Pemeriksaan mikroorganisme : dengan menggunakan kultur dan test sensitivitas,
bila didapatkan penyebab mikroorganisme bakteri.
 Pencitraan
a) X Ray  merupakan pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (X-Ray). Untuk mendapatkan gambar 3 dimensi

25 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi AP atau
PA dan lateral.
Untuk melihat gambaran fraktur (benda padat), deformitas, dan metalikment

b) CT Scan  Mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. untuk


menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan
suatu struktur tulang yang rusak.
c) MRI  Mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
d) USG

11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Penatalaksaanaan Fraktur Clavicula

Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus
dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan
rehabilitasi.
1) Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan
bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas
rangka.

2) Reduksi (manipulasi/ reposisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk
memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Reduksi
fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi
fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus,
reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan
(Mansjoer, 2002).

3) Retensi (Immobilisasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi,
atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau
fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan

26 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang
diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua
atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari
tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan
eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada
tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis
(Mansjoer, 2000).

Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang
diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma,
kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau
eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat
ini dapat digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma muskuloskeletal atau
sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada
tulang dan jaringan lunak (Muttaqin, 2008).

4) Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi


atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan
latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi
(Mansjoer, 2000).

Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

27 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
1. Fraktur terbuka
2. Terdapat cedera neurovaskuler
3. Fraktur comminuted
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion)
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Obat-
obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik anti-inflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat NSAIDs seperti ibuprofen.

12. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi Fraktur Clavicula


1. Komplikasi dini
 Cedera pembuluh darah : Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal
atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
 Pneumouthorax
 Haemothorax
 Cedera pleksus Brachialis
2. Komplikasi lanjut
 Malunion :
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa
pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik,
dimana fungsi dari bahu masih normal. Eskola melaporkan bahwa pemendekan
yang lebih dari 15 mm dapat menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan
dari fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk
memperbaiki deformitas tersebut.
 Nonunion :
Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi
selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan
klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar 0,9
% sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak adekuat,
fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan
adanya refaktrur.

28 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis Fraktur Clavicula
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat danusia penderita. Pada
anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhansangat cepat, sementara pada orang
dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat
diminimalisir.

Dan sangat bergantung pada mekanisme cedera, usia pasien, derajat pergeseran
fraktur, posisi fraktur serta dasar patologi yang mendasarinya. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa 80% dari fraktur klavikula dapat dikelola secara konservatif dengan
hasil yang baik.

14. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pencegahan Fraktur Clavicula\


Banyak jenis fraktur yang dapat dicegah dengan menggunakan peralatan pengaman
seperti; sabuk pengaman , supaya dapat mengurangi insiden kecelakaan kendaraan
bermotor, perilaku mengendarai kendaraan yang baik dan penggunaan mesin pabrik yang
baik dapat mencegah cedera traumatik, yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
yang mengakibatkan fraktur, meskipun terutama orang-orang pada usia muda suka
mengambil kegiatan yang beresiko, bahaya yang berhubungan dengan mesin pabrik tidak
dapat dianggap remeh, peringatan ketika berolahraga. Di rumah sakit
disediakan peringatan keamanan, lantai yang bersih.

15. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Integrasi Keislaman dari scenario tersebut


 Surah Al Mu’minun ayat 14

ْ ُّ‫علَقَةَّ الن‬
َّ‫طفَ َّةَ َخلَ ْقنَا ثُم‬ َ ‫ضغَةَّ ْال َعلَقَ َّةَ فَ َخلَ ْقنَا‬ ْ ‫ظاما ْال ُم‬
ْ ‫ضغَ َّةَ فَ َخلَ ْقنَا ُم‬ َ ‫س ْونَا ِع‬
َ ‫ام فَ َك‬ َ ‫َر خ َْلقا أ َ ْنشَأْنَا َّهُ ثُمَّ لَحْ ما ْال ِع‬
ََّ ‫ظ‬ ََّ ‫ك َّۚ آخ‬ َ ‫ّللاُ فَت َ َب‬
ََّ ‫ار‬ َّ ‫ن‬ َُّ ‫س‬ ََّ ‫ْالخَا ِلق‬
َ ‫ِين أ َ ْح‬
Terjemahan : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

29 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
 HR Muslim

Begitu kompleksnya sendi yang telah diciptakan Allah hendaknya dimanfaatkan di dunia
dengan sebaik-baiknya.

30 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
BAB VII
PETA KONSEP

31 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
TABEL ALUR PENGELOLAAN PASIEN
S = Subjective
Keluhan utama : Memar di bahu kiri tanpa luka robek serta tulang selangka
menonjol akibat kecelakaan lalu lintas
Riwayat penyakit sekarang : Nyeri di daerah tulang selangka jika bahu digerakkan
O = Objective
Hasil Pemeriksaan Dokter :
 Pembengkakan pada daerah tulang selangka kiri
 Perubahan warna pada kulit sekitar trauma
 Keterbatasan pergerakan sendi bahu kiri
A1 = Initial Assessment
Differential Diagnosis (DD):
1. Fraktur Costae
2. Fraktur Sternum
3. Dislokasi Sendi Bahu
4. Rotator Cuff Injury
P1 = Planning diagnostic
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan radiologis (X-Ray/CT Scan/MRI)
A2 = Assessment
Diagnosis : Fraktur Tertutup Clavicula (Level SKDI 3B)
P2 = Plan
TATALAKSANA :
 Konservatif
Segera setelah trauma  RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation)
Konsep Dasar 4R :
- Rekognisi (Pengenalan)
- Reduksi (Manipulasi / Reposisi)
- Retensi (Imobilisasi)
- Rehabilitasi
Arm support  Lengan selempang (arm sling, figure of eight) yang sederhana
biasanya digunakan untuk kenyamanan segera setelah istirahat dan untuk
menjaga lengan dan bahu dalam posisi sementara menyembuhkan cedera.
Obat pereda nyeri, termasuk acetaminophen, dapat membantu meredakan nyeri
saat penyembuhan fraktur.

32 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Terapi fisik/Fisioterapi. Meskipun akan ada rasa sakit, tetapi penting untuk
mempertahankan gerakan lengan untuk mencegah kekakuan. Seringkali pasien
akan mulai melakukan latihan untuk gerakan siku segera setelah cedera. etelah
tulang sembuh, dokter menyarankan program rehabilitasi agar lengan
mendapatkan kekuatan dan fleksibilitas optimal
 Operatif
Indikasi dilakukan pembedahan yakni apabila:
- Fraktur terbuka dengan vaskularisasi
- Fraktur comminuted
- Komplikasi Compartment syndrome
- Artritis Septik
- Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih
- Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion)
- Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
Pembedahan biasanya meliputi mengembalikan potongan tulang yang patah ke tempatnya
dan mencegahnya keluar dari tempatnya sampai sembuh dengan menempatkan sekrup logam dan
pelat logam untuk menahan tulang di tempatnya. Pelat logam dan sekrup dilepas setelah tulang
kembali ke posisi normal. Ini dapat meningkatkan kekuatan bahu saat sudah pulih.

KONSULTASI, INFORMASI, EDUKASI (KIE) :


1. Menghindari pemilihan pengobatan alternative karena ditakutkan jasa yang kurang
kompeten akan semakin memperburuk kondisi tulang.
2. Secara rutin kontrol ke dokter untuk melihat perkembangan penyambungan tulang.
3. Lebih waspada pada saat melakukan aktivitas fisik yang menggunakan tulang selangka,
contohnya hindari dulu mengangkat benda di atas bahu atau membawa beban di atas 2.5
kg selama beberapa minggu serta hindari berolahraga setidaknya 3-4 bulan setelah
mengalami patah tulang selangka.
4. Apabila semakin serius dirujuk ke dokter spesialis orthopedi dan traumatologi.

33 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Browner BD, Levine AM, Jupiter JB, Trafton PG, editors. Skeletal Trauma: Basic science,
Management and reconstruction. 3th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2003. p. 1633-47

Cole BJ. Clavicle ORIF Rehabilitation Protocol. Peninsula Orthopaedic Associates. 2014.

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC:Jakarta.

De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu Kedokteran,
editor : Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta

Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD, Pope TL,
Krasny RM, Chew FS, editors [online]. 2007 [cited 2008 January 4];[14 screens].

Housner JA, Kuhn JE. Clavicle Fractures, 2003 December [cited 2008 Agust 5]; Vol 31.
No 12.

Mettler FA, editor. Essentials of Radiology. I” ed. Philadelphia: Saunders Company;


1996. p.293-300

Muttaqin, Arif, 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi Pada Praktek Klinik
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta

Salomon L, Apley GA. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 8th Edition. London
: Hodder Arnold, 2001 : 733 -735.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta

Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder: Core
Knowledge in orthopaedics. I” ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p. 623-7.

34 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l

Anda mungkin juga menyukai