Andi, laki – laki 21 tahun, seorang mahasiswa, mengalami kecelakaan lalu lintas dimana
sepeda motornya menabrak truk yang tengah parkir di ujung tikungan jalan raya, sehingga Andi
terpelanting dari motornya. Andi mengalami memar di bahu kiri tanpa luka robek serta tampak
tulang selangkanya menonjol. Andi merasakan nyeri di daerah tulang selangka jika bahunya
digerakkan.
Ia segera dibawa ke UGD Rumah Sakit dan dari hasil pemeriksaan dokter didapatkan
pembengkakakn pada daerah tulang selangka kiri, perubahan warna pada kulit sekitar trauma,
disertai terbatasnya gerak sendi bahu kiri. Setelah mendapat pertolongan di Rumah Sakit, Andi
diizinkan pulang untuk selanjutnya di rawat jalan. Andi dianjurkan untuk minum obat pereda nyeri,
mengurangi gerakan pada bahu yang sakit dan kontrol ke Rumah Sakit 1 minggu kemudian.
KATA SULIT
1. Memar :
Cedera yang terjadi akibat adanya benturan yang mengenai kulit sehingga pembuluh
darahnya pecah dan menyebabkan perubahan warna
2. Tulang selangka :
Terletak di kiri dan kanan dada di bawah leher biasanya disebut clavicula
3. Trauma :
Suatu cidera yang menyebabkan suatu kelainan
4. Pembengkakan :
Pembesaran di salah satu bagian tubuh karena adanya peradangan
RUMUSAN MASALAH
BRAINSTORMING
PETA MASALAH
Andi (21)
Tata Laksana
• Pertolongan Rumah Sakit
• Rawat Jalan
• Obat anti nyeri
• Pengurangan gerak
TUJUAN PEMBELAJARAN
Ujung acromial clavicula memiliki facies ovalis kecil pada permukaannya untuk
bersendi dengan facies yang serupa pada permukaan medial acromion scapula. Ujung
sternal memiliki facies yang lebih besar untuk bersendi terutama dengan manubrium
sterni, dan juga sedikit dengan tulang rawan costa I.
Permukaan inferior sepertiga lateral clavicula memiliki tuberositas yang jelas,
terdiri atas tuberculum (tuberculum conoideum) dan permukaan yang kasar di lateral
b. Sendi
1) Sendi sternoclavicularis
Sendi sternoclavicularis terbentuk di antara ujung proximal clavicula dan
incisura ciavicularis dari manubrium sterni bersama dengan bagian kecil dari
tulang rawan costa I (Gambar 7.10. 7.11).
10 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
melekat di linea trapezoidea pada clavicula) di anterior dan ligamentum
conoideum (yang melekat di tuberculum conoideum yang terkait) di posterior.
c. Muskulus
Dua musculus paling superfisial di bahu adalah musculus trapezius dan musculus
deltoideus (Tabel 7.1. Gambar 7.24). Bersama-sama. keduanya membentuk kontur khas
pada bahu: • Trapezius melekatkan scapula dan clavicula ke truncus. • Deltoideus
melekatkan scapula dan clavicula ke humerus. Trapezius dan deltoideus sama-sama
melekat ke permukaan dan tepi spina scapulae, acromion, dan clavicula yang
berlawanan dan struktur ini dapat diraba di antara perlekatan trapezius dan deltoideus.
Sebelah dalam dari trapezius, terdapat tiga musculus yang melekatkan scapula pada
columna vertebralis yaitu levator scapulae, rhomboideus minor, dan rhomboideus major
(Tabel 7.1. Gambar 7.24). Ketiga musculi ini bekerja bersama musculus trapezius (dan
dengan musculi di anterior) untuk memposisikan scapula pada truncus.
d. Nervus
1) Nervus axillaris
Nervus axillaris berasal dari fasciculus posterior plexus brachialis. Nervus ini keluar
dari regio axillaris melalui spatium quadrangularis di dinding posterior regio
axillaris, dan memasuki regio scapularis posterior (lihat Gambar 7.26).
11 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Bersama dengan arteria dan vena circumfiexa posterior humeri nervus ini
langsung dihubungkan dengan permukaan posterior collum chirurgicum humeri.
Nervus axillaris mempersarafi musculus deltoideus dan musculus teres minor.
Selain itu, nervus ini memiliki cabang kulit, nervus cutaneus brachii lateralis
superior, yang membawa sensasi umum dari kulit bagian inferior musculus
deltoideus.
e. Vaskularis
1) Arteria suprascapularis
Berawal di pangkal leher sebagai cabang truncus thyrocervicalis, yang merupakan
cabang arteria subclavia (Gambar 7.27). Pembuluh darah ini juga bisa berasal
langsung dari bagian ketiga arteria subclavia. Normal arteria suprascapularis masuk
ke regio scapularis posterior di sebelah superior dari foramen suprascapularis,
sedangkan nervusnya melalui foramen suprascapularis. Di regio scapularis
posterior, pembuluh darah ini berjalan bersama nervus suprascapularis (lihat
Gambar 7.26). Selain menyuplai musculus supraspinatus dan musculus
infraspinatus, arteria suprascapularis memberikan cabang-cabang ke banyak
struktur di sepanjang perjalanannya.
12 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Fraktur dan Dislokasi
Clavicula
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price
dan Wilson, 2006).
a. Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar
(outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula.
Klasifikasi fraktur
13 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
1. Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi
menjadi 2 antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar
trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
b. Fraktur terbuka (open/compound fraktur) Dikatakan terbuka bila tulang yang patah
menembus otot dan kulit yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman
14 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang
terbuka :
1. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2. Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
3. Menurut Mansjoer (2002) bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada
5 yaitu:
a. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh trauma
rotasi.
d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang kea rah permukaan lain.
e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
4. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
15 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
5. Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok
a. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula(insidensi kejadian 75-80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
b. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%) Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni conoid dan trapezoid).
- Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun
ganguan ligament coracoclevicular.
- Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, danligament coracoclavicular
masih melekat pada fragmen.
- Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yangmelibatkan AC joint.
- Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkanfragmen proksimal berpindah
keatas.
16 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Gambar 3 : Klasifikasi Fraktur Clavicula (Zuckerman 2011)
c. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
6. Klasifikasi berdasarkan Allman:
• Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan tipe yang paling
sering terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
• Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
• Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika
ligamen-ligamen costoclavicular tetap utuh.
Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak membagi
berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua variabel tersebut
sangat
potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.
17 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
• Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
• Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
Type I: Pergeseran minimal.
Type II: Bergeser .
Type III:Intraarticular.
Type IV: Terpisah pada epifisis.
Type V: Komunitif.
b. Dislokasi Klavikula
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2) Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3) Dislokasi traumatik : merupakan kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema
(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur
sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40
kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur
pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur clavicula,
sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%. Sekitar 2%
18 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula. Sisi yang paling sering
terjadi fraktur adalah sebelah kiri yakni sebesar 52%. Menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu
tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan
prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran anak yang hidup.
Fraktur klavikula pada orang dewasa sering terjadi, insidensinya 2,6-4% dari semua
fraktur dan kurang lebih 35% merupakan cedera dari gelang bahu. Fraktur pada midshaft
merupakan yang terbanyak 69-82%, fraktur lateral 21-28%, dan fraktur medial yang paling
jarang 2-3%.
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor. (De Jong, 2010)
1) Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur
yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan
2) Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya
jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan
lunak tetap utuh.
3) Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih
besar dari pada daya tahan tulang.
4) Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
5) Usia penderita.
6) Kelenturan tulang dan jenis tulang.
19 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Clavicula
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
(Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh.
Patofisiologi fraktur klavikula berkaitan dengan anatominya. Klavikula
adalah tulang berbentuk S yang merupakan penghubung osseus antara ekstremitas
atas dan trunkus. Pada klavikula terdapat artikulasi secara distal dengan akromion
pada sendi akromioklavikular dan artikulasi secara proksimal dengan sternum pada
sendi sternoklavikula. Hal tersebut dapat menunjukkan tonjolan tulang selangka
yang berbeda daerahnya pula. Banyaknya artikulasi ini adalah salah satu faktor yang
menyebabkan klavikula mudah fraktur. Fraktur klavikula bisa disebabkan oleh
trauma energi tinggi atau cedera multipel.
Memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan / kekerasan dengan
energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan.
Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstsial. Mula-mula pembengkakan timbul warna merah
kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari
ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan kemudian coklat. Warna
menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4. Hematom/memar.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau
penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut
dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor.
20 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-
ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga
merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang
menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah
distal ataupun proksimal
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu
dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas
yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh.
Look Pada fase awal cidera klien terlihat menggendong lengan pada dada untuk
mencegah gerakan. Suatu benjolan atau deformitas pada bahu terlihat di bawah kulit dan
kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang di rancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak tidak
alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas,
ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang
21 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cedera
Faktor Resiko :
1. Hantaman langsung ke bahu bisa terjadi saat terjatuh pada bahu atau pada tabrakan
mobil
2. Jatuh pada saat tangan terulur menyebabkan fraktur clavicula
3. Pada bayi dapat terjadi selama perjalanan melalui jalan lahir
4. Usia lanjut karena penigkatan resiko jatuh
5. Osteoporosis
6. Beberapa penyakit tulang bawaan
7. Olahraga kontak
8. Kekerasan
22 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
terutama yang mengalami multiple traumatik, dilaporkan sekitar lebih dari 3%
dengan fraktur clavicula mengalami pneumotoraks. Pneumotoraks diakibatkan
masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral clan parietal. Dislokasi
fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.
Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma
tumpul.
2) Pemeriksaan Radiologi :
a. Plain Photo
1. Mid clavicular
Evaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi
anteroposterior (AP) yang dipusatkan pada bagian tengah clavicula. Pencitraan
yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua AC joint dan SC
joint. Bisa juga digunakan posisi oblique dengan arah dan penempatan yang baik.
Proyeksi AP 20-60° dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa meminimalisir
struktur toraks yang bisa mengganggu pembacaan.
Karena bentuk dari clavicula yang berbentuk S, maka fraktur menunjukkan
deformitas multiplanar, yang menyebabkan susahnya menilai dengan
menggunakan radiograph biasa. CT scan, khususnya dengan 3 dimensi
meningkatkan akurasi pembacaan.
2. Medial clavicula dan SC joint
Proyeksi standar untuk menilai SC joint adalah posteroanterior (PA), lateral
dan oblique. Fraktur medial clavicula dan cedera pada SC joint biasanya sulit dinilai
dengan pencitraan yang biasa karena adanya overlap clavicula dengan sternum
dan costa pertama. Sebagai catatan penting, ossifikasi sekunder pada bagian
proksimal clavicula tidak akan nampak pada usia sebelum 12 tahun dan mungkin
sampai umur 25 tahun. Sehingga pada gambaran radiograph biasa akan sulit
membedakan antara suatu fraktur dengan dislokasi pads SC joint.
3. Lateral clavicula dan AC joint
Pemeriksaan radiologi pada sisi yang mengalami cedera kadang-kadang
cukup sulit, namun beberapa pemeriksaan membandingkan penampakan pada
daerah cedera tersebut. Proyeksi AP pada AC joint digunakan 15° inclinasi
cephalic, sepanjang tulang scapula. Normal alignment pada sendi dengan proyeksi
AP apabila ukuran celah sendi kurang dari 5 mm dan facies bagian bawah akromion
dan distal clavicula tidak terputus-putus.
23 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
b. CT Scan
1. Medial clavicula dan SC joint
CT scan memegang peranan yang penting dalam mendiagnosa fraktur
clavikula bagian medial dan cedera pada SC joint. CT scan seharusnya digunakan
dengan mencakup SC joint dan secara otomatis setengah dari kedua clavicula
untuk membandingkan satu sisi dengan sisi yang lain.
Jika didapatkan ada kelainan pada vascular, bisa kita nilai dengan menggunakan
intravenous contras..
2. Lateral clavicula dan AC joint
CT scan merupakan salah satu alat pencitraan di bidang radiologi yang
cukup sensitif dalam menegakkan diagnosa. CT scan kadang-kadang digunakan
untuk mendiagnosa fraktur intra-artikular atau stress fraktur pada AC joint.
Meskipun demikian CT scan terbatas untuk menilai sekitar jaringan lunak termasuk
kapsula, ligament dan sendi sinovial.
1. Fraktur kosta
Penyebab paling sering pada fraktur kosta adalah trauma tumpul pada dinding
dada, tergantung lokasi yang mengalami trauma bisa menyebabkan fraktur 1 tulang
costa atau lebih. Pada pasien dengan fraktur kosta bisa menyebabkan terjadinya
pneumotoraks, hematotoraks karena perdarahan atau cedera pada fleksus brakhialis
untuk fraktur kosta I – III. Untuk fraktur kosta I – III gejala dan tanda bisa mirip dengan
fraktur clavicula, harus bisa dibedakan dengan seksama pada pemeriksaan radiologi .
2. Dislokasi sendi bahu
Dislokasi sendi pada bahu ada 4 jenis yaitu anterior dislocation, posterior
dislocation, multidirectional instability dan inferior dislocation. Paling sering adalah
anterior dislocation sekitar 85% dari semua dislokasi sendi bahu. Pasien dengan
dislokasi sendi bahu juga bisa mengeluh nyeri, bengkak ataupun susah menggerakkan
lengan.
24 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
a. Dislokasi anterior - Bagian atas humerus dipindahkan ke depan, ke arah
depan tubuh. Ini adalah jenis dislokasi bahu yang paling umum, terhitung
lebih dari 95% kasus. Pada orang muda, penyebabnya biasanya terkait
dengan olahraga.Pada orang tua, biasanya disebabkan oleh jatuh pada lengan
yang terentang.
d. Fraktur sternum
Fraktur sternum paling sering karena trauma pada dada, biasanya disertai
dengan trauma pada jantung dan paru-paru. Untuk mendiagnosis fraktur
sternum biasanya dipakai plain photo proyeksi lateral seperti pada gambar
dibawah ini.
3. Rotator cuff injury pada bahu
Pasien dengan rotator cuff injury biasanya datang dengan keluhan utama nyeri pada
persendian bahu disertai dengan kekakuan, terbatasnya pergerakan sendi bahu dan
krepitasi. Pemeriksaan yang paling akurat pada kelainan ini adalah MRI.
25 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi AP atau
PA dan lateral.
Untuk melihat gambaran fraktur (benda padat), deformitas, dan metalikment
Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus
dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan
rehabilitasi.
1) Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan
bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas
rangka.
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk
memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Reduksi
fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi
fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus,
reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan
(Mansjoer, 2002).
3) Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi,
atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau
fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan
26 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang
diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua
atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari
tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan
eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada
tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis
(Mansjoer, 2000).
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang
diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma,
kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau
eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat
ini dapat digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma muskuloskeletal atau
sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada
tulang dan jaringan lunak (Muttaqin, 2008).
4) Rehabilitasi
27 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
1. Fraktur terbuka
2. Terdapat cedera neurovaskuler
3. Fraktur comminuted
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion)
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Obat-
obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik anti-inflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat NSAIDs seperti ibuprofen.
28 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis Fraktur Clavicula
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat danusia penderita. Pada
anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhansangat cepat, sementara pada orang
dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat
diminimalisir.
Dan sangat bergantung pada mekanisme cedera, usia pasien, derajat pergeseran
fraktur, posisi fraktur serta dasar patologi yang mendasarinya. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa 80% dari fraktur klavikula dapat dikelola secara konservatif dengan
hasil yang baik.
ْ ُّعلَقَةَّ الن
َّطفَ َّةَ َخلَ ْقنَا ثُم َ ضغَةَّ ْال َعلَقَ َّةَ فَ َخلَ ْقنَا ْ ظاما ْال ُم
ْ ضغَ َّةَ فَ َخلَ ْقنَا ُم َ س ْونَا ِع
َ ام فَ َك َ َر خ َْلقا أ َ ْنشَأْنَا َّهُ ثُمَّ لَحْ ما ْال ِع
ََّ ظ ََّ ك َّۚ آخ َ ّللاُ فَت َ َب
ََّ ار َّ ن َُّ س ََّ ْالخَا ِلق
َ ِين أ َ ْح
Terjemahan : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
29 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
HR Muslim
Begitu kompleksnya sendi yang telah diciptakan Allah hendaknya dimanfaatkan di dunia
dengan sebaik-baiknya.
30 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
BAB VII
PETA KONSEP
31 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
TABEL ALUR PENGELOLAAN PASIEN
S = Subjective
Keluhan utama : Memar di bahu kiri tanpa luka robek serta tulang selangka
menonjol akibat kecelakaan lalu lintas
Riwayat penyakit sekarang : Nyeri di daerah tulang selangka jika bahu digerakkan
O = Objective
Hasil Pemeriksaan Dokter :
Pembengkakan pada daerah tulang selangka kiri
Perubahan warna pada kulit sekitar trauma
Keterbatasan pergerakan sendi bahu kiri
A1 = Initial Assessment
Differential Diagnosis (DD):
1. Fraktur Costae
2. Fraktur Sternum
3. Dislokasi Sendi Bahu
4. Rotator Cuff Injury
P1 = Planning diagnostic
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan radiologis (X-Ray/CT Scan/MRI)
A2 = Assessment
Diagnosis : Fraktur Tertutup Clavicula (Level SKDI 3B)
P2 = Plan
TATALAKSANA :
Konservatif
Segera setelah trauma RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation)
Konsep Dasar 4R :
- Rekognisi (Pengenalan)
- Reduksi (Manipulasi / Reposisi)
- Retensi (Imobilisasi)
- Rehabilitasi
Arm support Lengan selempang (arm sling, figure of eight) yang sederhana
biasanya digunakan untuk kenyamanan segera setelah istirahat dan untuk
menjaga lengan dan bahu dalam posisi sementara menyembuhkan cedera.
Obat pereda nyeri, termasuk acetaminophen, dapat membantu meredakan nyeri
saat penyembuhan fraktur.
32 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
Terapi fisik/Fisioterapi. Meskipun akan ada rasa sakit, tetapi penting untuk
mempertahankan gerakan lengan untuk mencegah kekakuan. Seringkali pasien
akan mulai melakukan latihan untuk gerakan siku segera setelah cedera. etelah
tulang sembuh, dokter menyarankan program rehabilitasi agar lengan
mendapatkan kekuatan dan fleksibilitas optimal
Operatif
Indikasi dilakukan pembedahan yakni apabila:
- Fraktur terbuka dengan vaskularisasi
- Fraktur comminuted
- Komplikasi Compartment syndrome
- Artritis Septik
- Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih
- Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion)
- Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
Pembedahan biasanya meliputi mengembalikan potongan tulang yang patah ke tempatnya
dan mencegahnya keluar dari tempatnya sampai sembuh dengan menempatkan sekrup logam dan
pelat logam untuk menahan tulang di tempatnya. Pelat logam dan sekrup dilepas setelah tulang
kembali ke posisi normal. Ini dapat meningkatkan kekuatan bahu saat sudah pulih.
33 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Browner BD, Levine AM, Jupiter JB, Trafton PG, editors. Skeletal Trauma: Basic science,
Management and reconstruction. 3th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2003. p. 1633-47
Cole BJ. Clavicle ORIF Rehabilitation Protocol. Peninsula Orthopaedic Associates. 2014.
De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu Kedokteran,
editor : Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta
Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD, Pope TL,
Krasny RM, Chew FS, editors [online]. 2007 [cited 2008 January 4];[14 screens].
Housner JA, Kuhn JE. Clavicle Fractures, 2003 December [cited 2008 Agust 5]; Vol 31.
No 12.
Muttaqin, Arif, 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi Pada Praktek Klinik
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta
Salomon L, Apley GA. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 8th Edition. London
: Hodder Arnold, 2001 : 733 -735.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta
Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder: Core
Knowledge in orthopaedics. I” ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p. 623-7.
34 | L a p o r a n T u t o r i a l K e l o m p o k 4 S k e n a r i o 2 B l o k M u s k u l o s k e l e t a l