Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK TENTANG DOSIS OBAT

Disusun Oleh :
Kelompok I Reguler B 2018
Anggota : Diny Artika Sari 04021281823026
Jovie Bayu Satria 04021281823029
Falahia Syakiroh 04021281823048
Mey nur istikomah 04021381823051
Ayu Wulandari 04021381823039
Natasha Andela S 04021381823045
Santri Handayani 04021381823044
Putri hervilanti 04021381823038

Nama pengampu : Firnaliza Rizona, S.Kep., Ns., M.Kep

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas kompetensi kelompok.
Solawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bimbingan baik secara langsung maupun
tidak langsung .
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan di dalamnya.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap laporan ini dari para
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin.

Indralaya, ........ 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1. Latar Belakang..............................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
3. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB 2.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
1. Pengertian Dosis Obat...................................................................................................................5
2. Macam – Macam Dosis Obat........................................................................................................5
3. cara-cara menghitung dosis obat untuk anak.............................................................................6
4. Cara pemberian Obat....................................................................................................................7
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat Pada Anak....................................................15
6. Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat pada anak..........................................................18
7. Edukasi Kepada Orang Tua Cara Pemberian Obat Di Rumah...............................................20
8. pemberian obat oral....................................................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................................56
PENUTUP................................................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................57
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Usia balita adalah usia yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan pada usia
tersebut anak mulai berinteraksi dan bereskplorasi dengan lingkungan sehingga meningkatkan
resiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur. Anak-
anak dibawah 12 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum maksimal dikarenakan
masih pada masa perkembangan, sehingga pada saat kekebalan tubuh tidak dapat bertahan
dari infeksi dapat menyebabkan demam pada anak. Obat merupakan sebuah substansi yang
diberikan kepada manusia sebagai perawatan atau pengobatan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi didalam tubuh (Tangkeallo, 2021).

Farmakologi obat didefenisikan sebagai zat yang berinteraksi melalui proses kimia,
biasanya zat ini dapat berinteraksi dengan cara mengaktifkan atau menghambat zat dari bahan
kimia untuk mencapai efek terapeutik yang dapat menguntungkan pada beberapa pasien.
Pemberian obat pada anak berbeda dengan orang dewasa. Anak dan bayi memiliki organ yang
belum matang sehingga dalam pemberian obat perlu diawasi dengan ketat untuk mencegah
resiko terjadinya reaksi yang merugikan dari obat dan kemungkinan terjadinya toksisitas obat.
Pemilihan dosis obat dan interval dosis didasarkan pada efek absorbsi, distribusi volume
darah, pengikatan pada protein, metabolisme obat dan eliminasi (Tangkeallo, 2021).

Pemberian obat yang paling berwenang adalah seorang dokter, namun seorang perawat
juga dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat yang akan diberikan ke
pasien (Perry, Peterson, & Potter, 2005). Perawat juga harus memastikan bahwa obat yang
diberikan oleh dokter tersebut aman bagi pasien dan perawat juga harus memperhatikan efek
samping dari obat yang sudah diberikan ke pasien (Karch, 2011). Karena perawat yang paling
tahu kebutuhan pasien tentang adanya pasien yang sukar menelan, pasien yang muntah, atau
pasien tidak dapat minum obat tertentu seperti kapsul maka perawat harus memperhatikan
standar operasional prosedur (SOP) saat memberikan obat kepada pasien (Souza et al., 2014).
Penerapan prinsip enam “benar” sangat diperlukan oleh perawat sebagai
pertanggungjawaban secara legal terhadap tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan. Mengingat perawat yang memberikan langsung obat kepada
pasien dan memberikan kepada beberapa pasien namun jika sudah sesuai dengan standar
prosedur yang sudah ditetapkan maka akan dapat meminimalkan terjadi efek samping atau
kesalahan dalam memberikan obat (Lestari, 2009).

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dosis obat ?
2. Apa saja macam-macam dosis obat pada anak?
3. Bagaimana cara perhitungan dosis obat pada anak?
4. Bagaimana cara pemberian dosis obat pada anak?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat pada anak?
6. Apa saja kontraindikasi dan indikasi pemberian obat pada anak?
7. Bagaiaman edukasi kepada orang tua cara pemberian obat dirumah?
8. Bagaimana standar operasional prosedur (SOP) pemberian obat pada anak?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dosis obat pada anak.
2. Untuk mengetahui macam-macam dosis obat pada anak.
3. Untuk mengetahui cara perhitungan dosis obat pada anak.
4. Untuk mengetahui cara pemberian dosis obat pada anak.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat pada anak.
6. Untuk mengetahui kontraindikasi dan indikasi pemberian obat pada anak.
7. Untuk mengetahui edukasi kepada orang tua cara pemberian obat dirumah.
8. Untuk mengetahui standar operasional prosedur (SOP) pemberian obat pada anak.
BAB 2

PEMBAHASAN
1. Pengertian Dosis Obat
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(unit internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat
yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga
disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang
diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan
terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai
mengakibatkan kematian disebut sebagai dosis letal. Di bidang pediatri dalam
menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan kesulitan-kesulitan, terutama bila
ini menyangkut pengobatan anak prematur, anak baru lahir, dan juga yang masih bayi.
Alasannya ialah karena organ-organ pada penderita ini masih belum berfungsi secara
sempurna, antara lain hepar, ginjal dan susunan saraf pusat. Tambahan lagi, distribusi
cairan tubuh berbeda pada anak kecil dengan orang dewasa, oleh karena cairan tubuh
pada anak secara persentase berat badan juga lebih besar.

2. Macam – Macam Dosis Obat


a. Dosis Terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan orang sakit.
b. Dosis Maksimum merupakan batas dosis yang relatif masih aman yang diberikan
kepada penderita.
c. Dosis Toksik adalah dosis yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keracunan obat
d. Dosis Letal (Lethal dose) yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila
dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan mengalami
kelebihan dosis (Over dose)
e. Initial Dosemerupakan dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan
konsentrasi/kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih awal.
f. Loading Dose adalah dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai
konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek klinis.
g. Maintenance Dose adalah dosis obat yang diperlukan untuk memelihara dan
mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan
regimen dosis. Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat yang
dieliminasi dari dosis sebelumnya. Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat
dapat mempertahankan suatu keadaan stabil konsentrasi obat di dalam tubuh.

3. cara-cara menghitung dosis obat untuk anak


Cara-cara perhitungan dosis obat untuk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:
a. Didasarkan perbandingan dengan dosis obat untuk orang dewasa (tidak dapat
diperlukan bagi semua obat)
1) Menurut perbandingan umur (dibandingkan dengan umur orang dewasa 20-24
tahun) seringkali kurang tepat
2) Menurut perbandingan berat badan (dibandingkan dengan berat badan orang
dewasa 70kg)
3) Menurut perbandingan Luas Permukaan Tubuh (LPT) (dibandingkan dengan
LPT dewasa 1,73 m2)
4) (lihat tabel 1)
b. Didasarkan atas ukuran fisik anak secara individual
Dasar ini dipergunakan bagi banyak jenis obat. Perhitungan dosis secara
individual ini lebih baik daripada perhitungan/perbandingan dengan dosis dewasa.
Ada dua cara untuk menghitung dosis individual untuk anak, yaitu:
1) Sesuai dengan berat badan anak dalam Kg.
2) Sesuai dengan LPT anak dalam m2 (LPT anak dapat diperhitungkan dari tinggi
dan berat badan anak menurut rumus Du Bois & Du Bois atau dapat dilihat pada
Nomogram Du Bois & Du Bois (lihat Nomogram)
3) memakai rumus R.O.Mosteller
LPT anak/m2 =
T = Tinggi/cm
BB = berat badan/kg
Hasil yang didapat dari perhitungan Mosteller dan perhitungan Du Bois & Du
Bois hampir sama (P=< 0,02).
Contoh :
Anak usia 4tahun BB=15Kg,TB=90 mendapatkan obat antiretroviral.
Hitung dosis yang akan diberikan ke anak( Dosis dewasa Antiretroviral 500mg).
Hitung
Jawaban :
LPT= √15 x 90 / 3600
= 0,61
Da =0,61/ 1,75 X 500
=174mg

4. Cara pemberian Obat.


a. Bentuk Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini
lebih disukai oleh karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk
oral ini adalah bentuk tablet, kapsul, pil, kaplet dan lozenges. Bentuk sediaan oral :
1) Obat Cair (liquid) Solutio
Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan/pelarut, dimana zat
pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya,
misalnya: minyak kamfer, Nitrogliserin dalam spritur.
2) Suspensi;
Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (caiaran pembawa), zat yang terdispersi harus halus
dan tidak boleh cepat mengendap dan dapat mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu kental agar sediaan mudah
dikocok dan dituangkan.
3) Sirupi;
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
4) Elixir;
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven
5) Emulsi;
Adalah dua fase caiaran dalam sistem dispersi (tetesan) dimana fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya
dan umumnya dimantapkan oleh pengemulsi (Emulgator).
6) Emulsi O/W;
Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi/pembawa (emulsi ini
dapat dicernakan dengan air). Emulgatornya larut dalam air. Sebagai contoh:
susu (emulgatornya putih telur) Scott Emultion.
7) Netralisasi atau penetralan;
Obat minum yang dibuat dengan jalan mencampurkan suatu asam
dengan suatu basa (yang dipergunakan adalah suatu carbonat) dan tidak
mengandung CO2(karena CO2 yang terbentuk selalu dihilangkan seluruhnya
dengan cara pemanasan sampai larutannya jernih), yang termasuk netralisasi:
suatu asam dinetralkan dengan NH4CL. Suatu asam yang tidak larut dinetralkan
dengan suatu HCO3/ CO3, dapat juga dengan NaOH.
8) Capsulae/kapsul;
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras/ lunak
yang dapat larut dimana di dalamnya dapat diisi dengan obat serbuk, butiran,
atau granul, cair, semi padat.
Jenis-jenis kapsul;
1) Kapsul gelatinosa (dibuat dari gelatin) dan terdiri dari :
2) Soft capsulae (kapsul moles dan lunak)
3) Hard capsulae (kapsul Durae dan keras)
4) Capsulae amylaceas (dibuat dari amilum)
5) Capsulae metillsellulosa

Absorpsi sediaan Oral :


a. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permukaan saluran pencernaan. Terdiri dari dua
bagian, bagian luar yang sempit, yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan
pipi, dan bagian dalam yaitu, rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang
maxillaris dan semua gigi dan disebelah belakang dengan awal faring. Di dalam
mulut terdapat tiga kelenjar ludah yaitu; kelenjar parotis, kelenjar submandibullaris,
kelenjar sublingualis. Kelenjar ludah berfungsi mengeluarkan saliva (air liur). Saliva
memiliki pH 6,7 – 7,8 mengandung enzim ptyalin, fungsinya untuk membebaskan
zat aktif dari obat.
b. Tenggorokan ( Esofagus )
Esofagus adalah suatu organ sillindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm
dengan garis tengah 2 cm. Esofagus terutama berfungsi untuk menghantarkan
makanan dan obat dari faring ke lambung dengan gerakan peristaltik. Dinding
esofagus seperti bagian lain dari saluran cerna, terdiri dari empat lapisan: mukosa,
sub mukosa, muskularis dan serosa.
c. Lambung
Panjang sekitar 25 cm dan lebar 10 cm dan memiliki kapasitas volume 1 – 1½ liter.
Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorikumatau
pillorus. Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan tunika serosa atau lapisan
luar, muskularis, sub mukosa dan mukosa. Kandungan lambung adalah asam
lambung, mukus, polisakarida, protein mineral, dan cairan lambung memiliki pH 1,9.
Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah pylorus lambung.
Gastrin merangsang kelenjar gastric untuk menghasilkan asam hidroklorida dan
pepsinogen. Substansi lain yang disekresi oleh lambung adalah enzim dan berbagai
elektrolit, terutama ion – ion kalium, natrium dan klorida.
Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu, fungsi motorik dan fungsi pencernaan dan
sekresi, Fungsi motorik dibagi menjadi tiga yaitu, fungsi reservoir (menyimpan
makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada
saluran cerna), Fungsi mencampur (memecah makanan menjadi partikel- partikel
kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung), fungsi pengosongan lambung.
d. Usus halus.
Usus halus memiliki panjang kira-kira enem meter dan diameternya 2-3 cm. Terdiri
dari duodenum memiliki pH 4-6 dan waktu transit kira-kira 15 menit, jejunum
memiliki pH 6-7 dan waktu transit 2-3½ jam, ileum memiliki pH 6-8. Berfungsi
untuk sekresi (untuk duodenum dan bagian pertama jejunum) dan absorpsi (bagian
akhir jejunum dan ileum). Bagaian pertama dari usus halus steril sedangkan bagian
akhir yang menghubungkan secum (bagian awal dari usus besar) mengandung
beberapa bakteri. Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang sangat besar
karena usus halus memiliki mikrovilli usus halus yang memberikan luas permukaan
yang sangat besar untuk absorpsi obat dan makanan. Konsistensi usus halus berupa
cairan kental seperti bubur. Waktu transit untuk makanan dari mulut ke secum
memerlukan waktu sekitar 4-6 jam, sedangkan waktu transit sediaan padat dari 95%
populasi sekitar 3 jam atau kurang. Dua cairan pencerna masuk duodenum, yaitu
cairan empedu melalui hati dan getah pankreas dari pankreas. Sekresi pankreas
berupa enzim amilase, lipase, proteolitik. Sekresi empedu berupa musin, dan garam
empedu. Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus, yaitu: segmentasi, peristaltik,
dan pendule.
e. Usus Besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira 1½ meter panjangnya adalah merupakan
sambungan dari usus halus. Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu, kolon
asenden, kolon transverses dan kolon desenden. Fungsi usus besar tidak untuk
absorpsi, tetapi sebagai organ dehidrasi dan saluran untuk mengeluarkan feses
(defikasi). Isi kolon memiliki pH 7,5 – 8. Antibiotik yang tidak diabsorpsi sempurna
akan mempengaruhi flora normal bakteridalam kolon. Usus besar tidak ikut serta
dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum maka
semua zat sudah diabsorpsi dan bersifat cair. Selama perjalanan dalam di dalam
kolon isinya menjadi semakin padat karena terjadi reabsorpsi air dan ketika mencapai
rektum feses bersifat padat. Gerakan peristaltik usus dalam kolon sangat lamban dan
diperlukan waktu kira-kira enam belas sampai dua puluh jam bagi isinya untuk
mencapai flexure sigmoid.

b. Cara Parenteral
Istilah parenteral berasal dari bahasa Greek yaitu para yang bermakna di
samping dan enteron yang berarti usus, dimana keduanya menunjukkan sesuatu
yang diberikan di luar dari usus dan tidak melelui sistem saluran pencernaan. Obat
yang diberikan dengan cara parenteral adalah suatu yang disuntikkan melalui
lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan
bermacam- macam kedalaman. Tiga cara utama dari pemberian parenteral adalah
sub kutan, (SC), intra muskular (IM) dan intra vena (IV), walaupun ada yang lain
seperti intra kardial dan intra spinal relatif jarang dilakukan.
Obat-obat yang rusak atau di non aktifkan dalam sistem saluran pencernaan atau
tidak diabsorpsi dengan baik untuk memberikan respon yang memuaskan, dapat
diberikan secara parenteral. Cara perenteral juga disukai bila diperlukan absorpsi
yang segera, seperti pada keadaan darurat. Absorpsi melalui cara parenteral tidak
saja lebih cepat dari sesudah pemberian oral, akan tetapi kadar obat dalam darah
yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan, karena sedikit yang hilang sesudah
penyuntikkan sub kutan atau secara intra muskular dan benar-benar tidak ada yang
hilang pad penyuntikkan intra vena, secara umum ini juga memungkinkan
pemberian dosis yang lebih kecil. Cara pemberian parenteral terutama berguna
dalam pengobatan pada pasien yang tidak mau bekerja sama, kehilangan kesadaran
atau sebaliknya tidak dapat menerima obat secara oral.
Satu hal yang merugikan dari pemberian obat secara parenteral adalah bahwa sekali
obat sudah disuntikkan, tidak bisa ditarik kembali, ini berarti sekali zat berada
dalam jaringan atau ditempatkan langsung ke dalam aliran darah, pemusnahan obat
yang diperlukan karena efek yang tidak baik atau toksik atau suatu kelebihan dosis
karena ketidak hati-hatian adalah paling sukar. Pada cara pemberian obat yang
lainnya terdapat waktu yang cukup banyak antara saat pemberian obat dengan saat
absorpsi obat tersebut, yang pada dasarnya ini merupakan faktor penyelamat
dengan mempertimbangkan kemungkinan pengurasan terhadap obat yang tidak
diabsorpsi (seperti dengan perangsangan untuk muntah sesudah pemberian obat
secara oral ). Lagi pula, karena adanya tuntutan sterilitas yang ketat bagi semua
obat injeksi, obat suntik biasanya lebih mahal dari bentuk sediaan lainnya dan
memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan yang
semestinya.
Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan.
Secara farmasi, preparat-preparat yang dapat disuntikkan biasanya berupa suspensi
atau larutan dari suatu zat obat dalam air atau dalam minyak nabati yang sesuai.
Pada umumnya, obat dalam bentuk solution bekerja lebih cepat dibandingkan
dengan obat dalam bentuk suspensi yang dengan suatu pembawa berair, setiap
contoh memberikan kerja yang lebih cepat dibanding pembawa berminyak. Seperti
dalam contoh-contoh lainnya tentang absorpsi obat, untuk absorpsi suatu obat haru
dalam bentuk larutan, dan suatu obat yang disuspensi harus mengalami proses
disolusi terlebih dahulu. Demikian juga, karena cairan tubuh mengandung air, maka
lebih mudah menerima obat dalam pembawa air dibandingkan dengan yang dalam
pembawa minyak. Karena alasan ini, kecepatan absorpsi obat dalam produk
parenteral dapat berbeda-beda karena kombinasi pilihan dari keadaan obat dan
pembawa tambahan. Sebagai contoh, suspensi suatu obat dalam suatu minyak
nabati akan diabsrpsi jauh lebih lambat dibanding larutan air dari obat yang sama.
Absorpsi yang perlahan-lahan biasanya berarti perpanjangan waktu kerja obat, dan
bila hal ini tercapai melalui cara farmasi, maka preparat yang dihasilkan disebut
sebagai injeksi depot atau repositoria, karena ia berperan sebagai gudang tempat
penyimpanan zat obat di dalam tubuh dari mana zat-zat tersebut berpindah secara
perlahan-lahan ke dalam sirkulasi sistemik. Dalam hal ini, kerja obat yang lebih
lama mungkin dapat dicapai melalui penggunaan implantasi subkutan dari tablet
kempa yang disebut pelet yang hanya larut secara perlahan-lahan dari tempat
implantasinya, melepaskan obat dengan kecepatan yang agak konstan dalam jangka
waktu beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Injeksi bentuk repositoria sebagian
besar terbatas dalam bentuk intra muskular. Obat-obat yag disuntikkan secara intra
vena ternyata tidak menghdapi rintangan dalam absorpsi dan dengan demikian
dapat menghasilkan efek obat yang cepat. Dari sudut kefarmasian, sediaan obat
untuk injeksi intra vena, dengan cara apapun harus tidak campur dengan komponen
darah atau dengan sirkulasi dan oleh karena itu sebagian besar dibatasi sebagai
larutan obat dalam air.

1. Injeksi sub kutan.


Pemberian subkutan (hipodermik) dari obat-obat meliputi injeksi lapisan
kulit ke dalam jaringan longgar di bawah kulit. Biasanya injeksi sub kutan dibuat
dalam bentuk larutan dalam air, atau sebagai suspensi dan relatif diberikan dalam
volume yang kecil yaitu 2 ml atau kurang. Insulin merupakan suatu contoh obat
suntik yang diberikan secara subkutan. Jika pasien akan menerbima suntikan yang
berulang- ulang, sebaiknya tempat penyuntikkan berganti-ganti untuk mengurangi
perangsangan pada jaringan. Sesudah penyuntikkan obat masuk ke tempat yang
terdekat sekitar pembuluh darah dan memasukinya dengan cara difusi atau filtrasi.
Dinding kapiler merupakan contoh dari suatu membran yang berfungsi sebagai
suatu rintangan berpori lipid, dengan masuknya zat-zat yang dapat larut dalam
lipid melalui membran dengan kecepatan yang bermacam-macam sesuai dengan
koefsien partisi minyak/airnya. Obat-obat yangbtidak larut dalam lipid (biasanya
lebih mudah larut dalam air) masuk melalui membran kapilerdengan kecepatan
berbanding terbalik dengan ukuran molekulnya. Molekul yang lebih kecil masuk
jauh lebih cepat dari molekul yang lebih besar. Semua zat yang dapat larut atau
tidak dalam mlipid, menyeberangi membran kapiler dengan kecepatan jauh lebih
cepat dari kecepatan pemindahan zat–zat tersebut melalui membran tubuh
lainnya. Jaringan yang memiliki kapiler yang lebih banyak, permukaan tempat
absorpsi yang lebih luas, kecepatan absorpsi lebih cepat. Penambahan suatu
vasokontriktor ke dalam formula obat suntik biasanya akan mengurangi kecepatan
absorpsi obat yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di daerah
pemberiian suntikkandan karenanya mengurangi aliran darah dan kapasitas untuk
absorpsi. Prinsip ini sering dimanfaatkan dalam pemberian obat anestesi lokal
dengan menggunakan vasokonstriktor epinefrin, yang lebih efektif dalam
menunda absorpsi karena sifatnya yang resisten terhadap perusakan setelah
penyuntikkan. Sebaliknya vasodilatator dapat digunakan mempertinggi absorpsi
subkutan dengan meningkatkan aliran darah ke tempat penyuntikkan.

2. Injeksi intra muskular.


Injeksi intra muskular diberikan jauh lebih ke dalam otot rangka, pada
umumnya pada otot paha dan otot leher atau dada pada ternak ayam. Tempat
penyuntikkan dipilih yang bahaya pengrusakannya terhadap saraf atau pembuluh
darahnya kecil. Larutan air, minyak atau suspensi dapat digunakan secara intra
muskular dengan efek yang cepat atau sebagai depot yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Obat-obat tertentu, memberikan kerja obat yang
diteruskan sesudah suatu penyuntikkan suspensi dari obat secara intra nuskular,
karena sifat daya larutnya yang rendah. Misalnya, injeksi intra muskular dari
suspensi benzatin penisillin G menghasilkan kadar obat dalam darah yang dapat
ditemukan selama tuhuj sampai sepuluh hari. Obat-obat yang menimbulkan rasa
sakit pada jaringan di bawah kulit sering kali diberikan secara intra muskular.

3.Injeksi intra vena


Dalam pemberian obat secara intra vena, larutan air disuntikkan ke dalam
vena dengan kecepatan yang sepada dengan efisiensi, keselamatan,
menyenangkan bagi pasien dan lamanya reaksi obat yang diinginkan. Hai terakhir
dimaksudkan terutama pada obat yang diberikan sebagai tetesan perlahan-lahan
selama pemberian zat-zat makanan dan obat secara intra vena kepada pasien
setelah operasi. Injeksi intra vena biasanya diberikan ke dalam vena pada tangan
depan dan merupakan penggunaan yang khusus pada keadaan darurat dimana
diinginkan kerja obat yang segera. Yang perlu adalah bahwa obat terlarut dalam
larutan setelah penyuntikkan dan tidak mengendap dalam sistem sirkulasi, suatu
keadaan yang dapat menimbulkan emboli. Obat suntik yang dibuat dengan basis
yang berminyak tidak diberikan secara intra vena, karena dapat menyebabkan
terjadinya emboli pada paru-paru. Sesudah penyuntikkan secara intra vena, akan
diperoleh kadar obat yang optimum dalam darah dengan tepat dan cepat yang
tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara lainnya. Bagaimanapun, bila tidak
dibutuhkan efek obat yang segera, lebih disukai cara pemberian parenteral
lainnya.

c. Bentuk Topikal
Bentuk sediaan obat ini dipakai untuk permukaan luar badan, dan berfungsi
melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk yang paling
penting adalah salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan dikulit
lebih lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.

d. Bentuk Suppositoria
Suppositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada
suhu badan. Suppositoria adalah cara memberi obat melalui rektum untuk lesi
setempat atau agar diserap sistemik.Jika da riwayat kejang demam dan suhu tubuh 39
Celcius, lalu diberi obat oral tidak turun, boleh memakai obat penurun demam yang
dimasukkan lewat anus.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat Pada Anak

Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor :
faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor
penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respons obat
tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini
didapat sekaligus.

a. Faktor obat
1) Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan sebagainya
2) Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa
3) Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya
b. Cara pemberian obat kepada penderita
1) Oral: dimakan atau diminum
2) Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya
3) Rectal, vaginal, uretral
4) Local, topikal, transdermal
5) Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya
c. Faktor penderita/karakteristik penderita
1) Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk
menentukan dosis obat,khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun).
Anak-anak bukan dewasa kecildimana adanya perbedaan dalam kemampuan
farmakokinetik dan farmakodinamik obat,sehingga harus diperhitungkan dosis
obat yang diberikan. Factor-faktor yang harusdiperhatikan : total body water,
protein plasma, fungsi ginjal dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol
dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayienzim
tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi khloramfenikol menimbulkan
greysindrom.Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai
berkurang seperti prosesmetaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus
berkurang, kepekaan/respon reseptor(factor farmakodinamik) terhadap obat
berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 %karena penglihatan,
pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali lebih banyak
dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.

2) Berat badan

Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar,


dimana jaringanlemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan
dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh
terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal,
sehingga mempengaruhi volume distribusi obat.

3) Jenis kelamin

Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan


pria. Pemberianobat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan
terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic,
barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapatmenyebabkan kematian janin
atau kerusakan congenital.

4) Status patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/
terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna.
Sebagai contoh pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan
menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus
dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah danfrekuensi obat diperpanjang
(Hidayatullah, 2012)

5) Toleransi

Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk
menjaga responterapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian
obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik.

6) Bentuk sediaan dan cara pemakaian

Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang


digunakan dan cara pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan
luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses
desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelumdiabsorpsi sehingga dosisnya lebih
besar dibandingkan bentuk sediaan larutan. Cara pemberian obat juga akan
mempengaruhi proses farmakokinetik.

7) Waktu pemakaian

Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya.


Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan
kemampuan absorpsi obat olehsaluran cerna dengan adanya makanan. Ada
beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelummakan atau sesudah makan.
Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai
segera sesudah makan.

8) Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)

Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat


secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek
yang menganggu. Missal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam kalsium,
magnesium & aluminium (logam ini terdapat pada antasida atau produk susu
keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur
jadwal pemberian, karena tetrasikin membentuk kompleks dengan logam
tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna.

6. Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat pada anak


Memberi obat pada anak, tidak cukup hanya membaca aturan minum saja. Cermati
cara tepat memberikan, kontra indikasi dan trik agar pemberian obat berhasil. Sistem
kekebalan tubuh anak yang belum sempurna, membuatnya rentan terhadap serangan
penyakit, terutama infeksi. Tidak heran bisa sebelum melewati umur 5 tahun kerap
memberinya obat berupa sirup atau puyer (serbuk).

Berikut Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat pada anak

a.Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari.Atau,
berikan sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkan obat tersebut

b.Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantum dalam kotak
kemasan dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertas yang dilipat dan dimasukkan
ke dalam kotak kemasan

c.Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atau sesudah makan

d.Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang ada dalam
kemasan obat tersebut.

e. Perhatika apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segera konsultasikan
dengan dokter Berikan obat antibiotik sampai habis.

f.Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengan gejala dan
penyakit yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu kedokter

g.Hindari pemberian obat bebas yang tidak jelas kandungan/komposisinya.

h.Gunakan alat bantu:


1)Resmi

a)Sendok takar/gelas takar

b)Alat ukur obat berupa suntikan

c)Siring atau pipet (untuk obat tetes)

2)Tidak resmi

a)Jus buah, campur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak

b)Jeli/agar-agar/pudding buah untuk menyembunyikan puyer

c)Sendok/alat makan yang berbentuk dan bermotif lucu

d)Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur dengan baik

e)Makanan kesukaan si kecil. Bisa diberikan bersama potongan kue,dicampur madu


(untuk anak usia diatas setahun). Atau berikanmakanan kesukaan anak sebelum atau
sesudah minum obat

Selain itu perlu diketahui juga efek samping pemberian obat pada anak yaitu :

1.Paracetamol.

Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3 bulan, penggunaan obat ini
sebaiknya berdasarkan resep dan setelah berdiskusi dengan dokter atau setelah bayi
mendapatkan vaksinasi pertama kali. Parasetamol bisa menghambat beberapa enzim
yang berbeda didalam otak dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalam perpindahan
rasa sakit. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol pada
bayi bisa meningkatkan risiko asma 5 tahun mendatang sebesar 46 persen.

2.Tablet kunyah

Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat ini, umumnya anak berusia 2
sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara minum obat ini. Jika orang tua berpikir
anaknya belum terlalu mengerti,maka hancurkan obat dan letakkan di sendok yang
diberi sedikit air. Dosis yang diberikan harus sesuai.

7. Edukasi Kepada Orang Tua Cara Pemberian Obat Di Rumah


a. Mengajari Ibu Cara Pemberian Obat Oral Di Rumah
Ikuti petunjuk di bawah ini untuk setiap obat oral yang harus diberikan di rumah
1) Jelaskan alasan pemberian obat
2) Peragakan bagaimana cara membuat satu dosis
3) Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri satu dosis
4) Mintalah ibu memberikan dosis pertama pada anak bila obat harus diberikan di
klinik
5) Terangkan dengan jelas cara memberi obat dan tuliskan pada label obat
6) Jika akan memberikan lebih dari satu obat, bungkus setiap obat secara terpisah
7) Jelaskan bahwa semua obat harus diberikan
8) Tentukan jenis obat dan dosis yang sesuai berdasarkan berat atau umur anak
b. Mengajari Ibu cara mengobati Infeksi Lokal Di Rumah
1) Jelaskan alasan pemberian obat
2) Uraikan langkah-langkah pengobatan sebagaimana tercantum dalam kotak yang
sesuai
3) Amati cara ibu melakukan pengobatan di klinik
4) Jelaskan berapa kali dia harus mengerjakannya dirumah
5) Verikan obat yang telah digunakan dalam peragaan untuk dilanjutkan dirumah
6) Cek pemahaman ibu
c. Edukasi Tata Cara Mengobati Infeksi Mata dengan tetes/Salep Mata

1) Cucilah tangan
2) Mintalah anak untuk memejamkan mata
3) Gunakan kapas basah untuk membersihkan nanah
4) Berikan obat tetes/salep mata kloramfenikol/tetrasiklin 3 kali sehari
5) Mintalah anak melihat ke atas. Tarik kelopak mata bawah perlahan lbawah
6) Teteskan obat tetes mata atau oleskan sejumlah kecil salep di dalam kelopak
mata
7) Cuci tangan kembali
d. Edukasi Tata Cara Mengeringkan Telinga dengan Bahan Penyerap

1) Keringkan telinga sekurang-kurangnya 3 kali sehari


2) Gulung selembar kain penyerap bersih dan lunak atau kertas tissu yang kuat
menjadi sebuah sumbu. Jangan gunakan lidi kapas
3) Masukkan sumbu tersebut ke dalam telinga anak
4) Keluarkan sumbu jika sudah basah
5) Ganti sumbu dengan yang baru dan ulangi langkah di atas sampai telinga anak
kering
e. Edukasi Tata Cara Untuk Infeksi Telinga Kronis

1) Teteskan 3-5 tetes larutan H2O2 3% pada telinga yang sakit, lalu keringkan
dengan kertas tissu. Lakukan hal ini 3 kali sehari.
2) Sesudah mengeringkan telinga, teteskan derivat Quinolon 2-3 tetes/kali dan
biarkan selama 10 menit. Berikan 2x sehari, pagi dan malam selama 14 hari.

f. Edukasi Tata Cara Luka di Mulut dengan antiseptik mulut

1) Obati luka di mulut 2 kali sehari selama 5 hari


2) Cucilah tangan
3) Basuhlah mulut anak dengan jari yang dibungkus kain bersih yang lelah
dibasahi larutan garam
4) Oleskan antiseptik mulut
5) Cuci tangan kembali
g. Edukasi Tata Cara Meredakan Batuk dan Melegakan tenggorokan dengan Bahan
yang Aman

Bahan aman yang dianjurkan:


1) ASI eksklusif sampai umur 6 bulan
2) Kecap manis atau madu dicampur dengan air jeruk nipis (madu tidak
dianjurkan untuk anak umur < 1 tahun)

Jelaskan pada Ibu tentang aturan perawatan di rumah


a. Beri Cairan Tambahan (sebanyak anak mau) Jelaskan Pada Ibu

Ÿ Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
Ÿ Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan
Ÿ Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut : oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberikan larutan oralit di rumah, jika :


Ÿ Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini
Ÿ Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah

b. Edukasi Ibu Cara Mencampur Dan Memberikan Oralit Beri Ibu 6


Bungkus Oralit Untuk Diberikan Di Rumah.
Tunjukan Kepada Ibu Berapa Banyak Harus Memberikan Oralit/Cairan Lain Yang
Harus Diberikan Setiap Kali Anak Buang Air Besar

Ÿ Sampai umur 1 tahun : 50 - 100 ml setiap kali buang air besar


Ÿ Umur 1 sampai 5 tahun : 100 - 200 ml setiap kali buang air besar

Katakan kepada Ibu :

Ÿ Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas


Ÿ Jika anak muntah, tunggu 10 menit.Kemudian berikan lebih lambat
Ÿ Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Menasihati Ibu tentang Masalah Pemberian Makan
 “Jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan "Anjuran Makan untuk Anak Sehat
Maupun Sakit":
-Nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok umur anak
 Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling menyusui:
-Lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan Bayi Muda)
-Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar
-Jika ditemukan masalah lakukan tindakan yang sesuai
 Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau makanan lain:
-Anjurkan ibu untuk relaktasi:
-Bangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan
anaknya
-Susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi, siang, maupun malam
-Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
 Jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk memberikan
susu pada anaknya
-Minta ibu untuk mengganti botol dengan cangkir/mangkuk/gelas
-Peragakan cara memberi susu dengan cangkir/mangkuk/gelas
-Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai kelompok umur
 Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk:
-Duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi anak
-Memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring/mangkuk tersendiri sesuai
dengan kelompok umur
-Memberi makanan kaya gizi yang disukai anak
 Jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit:
-Beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian makan selama anak sakit
-Nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai kelompok umur dan kondisi anak
3. Menasihati Ibu untuk Meningkatkan Pemberian Cairan Selama Anak Sakit

Untuk Setiap Anak Sakit

Ÿ Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali menyusui
Ÿ Tingkatkan pemberian cairan. Contoh: beri kuah sayur, air tajin, atau air matang

Untuk Anak Diare

Ÿ Pemberian cairan tambahan akan menyelamatkan nyawa anak


Ÿ Beri cairan sesuai Rencana Terapi

Untuk anak dengan Mungkin DBD

Ÿ Pemberian cairan tambahan sangat penting


Ÿ Beri cairan tambahan (cairan apa saja atau oralit, asal tidak yang berwarna merah
atau coklat)

8. pemberian obat oral

A. Tujuan
Memberikan obat secara oral
B. Prinsip
1. Pemberian obat dengan memperhatikan prinsip 6 benar
2. Saat pemberian obat oral, lindungi klien dari risiko aspirasi
3. Kontraindikasi pemberian pada penderita gangguan fungsi cerna dan tidak mampu
menelan
C. Persiapan Alat
1. Obat oral
2. Medication cup (mangkuk obat) atau sendok takar obat
3. Kartu obat
4. Minuman yang diinginkan klien
5. Sedotan yang dapat ditekuk, jika diperlukan
6. Mortal (penumbuk obat), jika diperlukan
7. Tissue
8. Baki obat

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT ORAL
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Kaji adanya kontraindikasi pemberian obat oral (meliputi :
sulit menelan, mual dan muntah, radang usus, peristaltik
menurun, post operasi saluran cerna, terpasang penghisap
lambung, tingkat kesadaran menurun).
4 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
5 Jelaskan tujuan pemberian obat dan langkah-langkah
tindakan.
6 Cuci tangan.
7 Siapkan peralatan.
8 Lihat program pengobatan yang diberikan dokter, meliputi :
nama obat, dosis, tujuan pengobatan dan riwayat alergi
klien.
9 Ambil obat yang benar, baca label obat dan baca batas
kadaluwarsa.
10 Siapkan obat yang akan diberikan.
Persiapan obat tablet atau kapsul
11 Ambil sejumlah tablet atau kapsul ke tutup botol, lalu
pindahkan ke mangkuk obat.
12 Bila klien mengalami kesulitan dalam menelan obat, gerus
tablet atau pil dan larutkan dengan sejumlah kecil makanan
lunak atau minuman, letakkan dalam sendok lalu siap
diberikan.
Persiapan obat cair
13 Kocok obat secara merata sebelum diberikan.
14 Pegang wadah ukur atau sendok takar obat sejajar mata.
15 Tuang obat ke wadah ukur atau sendok takar obat sampai
skala atau dosis yang diinginkan.
Pemberian obat
16 Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
Berikan obat dengan benar :
17 Tanyakan apakah klien ingin memegang obat padat pada
tangannya atau di mangkuk sebelum memasukkannya ke
dalam mulut.
18 Tawarkan segelas air untuk menelan obat.
19 Untuk obat sub lingual, minta klien meletakkan obat di
bawah lidah dan dibiarkan obat larut seluruhnya.
20 Campur obat bubuk dengan cairan di sisi tempat tidur dan
berikan kepada klien untuk diminum.
21 Ingatkan klien untuk tidak mengunyah atau menelan tablet.
22 Berikan bubuk dan tablet berbuih/berbusa segera setelah
larut.
23 Bila klien tidak mampu menahan obat, tempatkan mangkuk
obat pada bibir dengan perlahan masukkan setiap obat ke
dalam mulut, satu per satu. Jangan tergesa-gesa.
24 Dampingi klien sampai semua obat ditelan.
25 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
26 Evaluasi respon klien terhadap pengobatan.
27 Merapihkan peralatan.
28 Rencanakan tindak lanjut.
29 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan
topik).
30 Dokumentasikan tindakan dan hasil (catat nama obat, dosis,
waktu dan tanggal pada kartu obat, respon klien, serta
bubuhi tanda tangan perawat).

PEMBERIAN OBAT SUB LINGUAL

A. Tujuan
Memberikan obat padat dengan meletakkan obat di bawah lidah

B. Prinsip
1. Pemberian obat dengan memperhatikan prinsip 6 benar
2. Obat sub lingual setelah diletakkan dibawah lidah, akan larut dan mudah diabsorpsi
3. Saat pemberian obat sub lingual, obat tidak boleh ditelan
4. Tidak boleh minum sampai seluruh obat larut

C. Persiapan Alat
1. Obat sub lingual
2. Medication cup (mangkuk obat)
3. Kartu obat
4. Tissue
5. Baki obat

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT SUB LINGUAL
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan tujuan pemberian obat dan langkah-langkah
tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Siapkan peralatan.
7 Lihat program pengobatan yang diberikan dokter, meliputi :
nama obat, dosis, tujuan pengobatan dan riwayat alergi
klien.
8 Ambil obat yang benar, baca label obat dan baca batas
kadaluwarsa.
9 Siapkan obat sub lingual yang akan diberikan.
10 Ambil obat dan simpan ke mangkuk obat.
11 Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
12 Minta klien untuk meletakkan obat di bawah lidah
13 Ingatkan klien untuk membiarkan obat tetap berada di bawah
lidah,
sampai seluruh obat larut (obat tidak ditelan)
14 Anjurkan klien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan
berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
15 Dampingi klien sampai semua obat larut.
16 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
17 Evaluasi respon klien terhadap pengobatan.
18 Merapihkan peralatan.
19 Rencanakan tindak lanjut.
20 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan
topik).
21 Dokumentasikan tindakan dan hasil (catat nama obat, dosis,
waktu dan tanggal pada kartu obat, respon klien, serta
bubuhi tanda tangan perawat).

PEMBERIAN OBAT BUKAL

A. Tujuan
Memberikan obat dengan cara meletakkan obat padat diantara gusi dengan membran
mukosa pipi sampai obat tersebut larut

B. Prinsip
1. Pemberian obat dengan memperhatikan prinsip 6 benar
2. Saat pemberian obat bukal, lindungi klien dari iritasi mukosa
3. Tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat
4. Obat bukal bereaksi secara lokal pada mukosa atau secara sistemik ketika obat ditelan
dalam saliva

C. Persiapan Alat
1. Obat bukal
2. Medication cup (mangkuk obat)
3. Kartu obat
4. Tissue
5. Baki obat

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
6.
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT BUKAL
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan tujuan pemberian obat dan langkah-langkah
tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Siapkan peralatan.
7 Lihat program pengobatan yang diberikan dokter, meliputi :
nama obat, dosis, tujuan pengobatan dan riwayat alergi
klien.
8 Ambil obat yang benar, baca label obat dan baca batas
kadaluwarsa.
9 Siapkan obat bukal yang akan diberikan.
10 Ambil obat dan simpan ke mangkuk obat.
11 Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
12 Minta klien untuk meletakkan obat diantara gusi dan selaput
(membran) mukosa pipi.
13 Ingatkan klien untuk membiarkan obat tetap berada di
membran mukosa pipi, sampai seluruh obat larut (obat tidak
dikunyah atau ditelan).
14 Dampingi klien sampai semua obat larut.
15 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
16 Evaluasi respon klien terhadap pengobatan.
17 Merapihkan peralatan.
18 Rencanakan tindak lanjut.
19 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan
topik).
20 Dokumentasikan tindakan dan hasil (catat nama obat, dosis,
waktu dan tanggal pada kartu obat, respon klien, serta
bubuhi tanda tangan perawat).

PEMBERIAN OBAT PARENTERAL : INJEKSI INTRAMUSKULAR


A. Tujuan
Memasukkan obat dengan suntikan ke dalam otot

B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Risiko terjadinya kerusakan jaringan rendah bila penyuntikan dilakukan pada otot-otot
besar, tetapi risiko masuk / menembus pembuluh darah tinggi
4. Pilihlah otot yang memiliki integritas kulit utuh dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
5. Pilihlah area penyuntikan yaitu otot vastus lateralis, otot ventrogluteal, otot dorsogluteal
dan otot deltoid

C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (ukuran 2-5 ml untuk dewasa ;1-2 ml untuk anak)
3. Jarum (19G-23G dan panjang 1-1 ½ inchi untuk dewasa ; 25G-27G dan panjang ½ -1
inchi untuk anak ; 5/8 inchi untuk bayi baru lahir)
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
Khusus obat dalam sediaan ampul :
9. Ampul berisi obat
10. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
11. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
12. Vial berisi obat
13. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN


PEMBERIAN OBAT PARENTERAL (INJEKSI INTRAMUSKULAR)
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan langkah-langkah tindakan.
5 Cuci tangan
6 Ambil obat yang benar, baca label dan baca batas
kadaluwarsa
7 Hitung dosis obat :
Dosis yang diberikan = dosis yang diminta x jumlah yang
tersedia
Dosis yang ada
8 Lakukan double check : nama obat, dosis dan hasil
perhitungan.
9 Pilih suntikan dan jarum suntik yang sesuai.
10 Siapkan obat injeksi dari ampul.
Obat injeksi dari ampul
11 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
12 Ketuk bagian atas (kepala) ampul dengan perlahan dan cepat
dengan jari tangan sampai cairan meninggalkan leher ampul.
13 Gergaji leher ampul bila diperlukan.
14 Tempatkan bantalan kassa kecil atau swab alkohol, letakkan
disekeliling leher ampul.
15 Patahkan leher ampul dengan cepat dan dengan mantap,
jauhkan dari tangan.
16 Isap obat dengan cepat. Pegang ampul dalam posisi terbalik
atau letakkan diatas permukaan datar dengan tangan non
dominan dan alat suntik di tangan dominan. Masukkan
jarum spuit kedalam bagian tengah ampul.
17 Aspirasi obat ke dalam spuit sesuai dosis yang diperlukan
dengan perlahan menarik kembali alat penghisap.
18 Pertahankan ujung jarum dibawah permukaan larutan.
Miringkan ampul agar semua cairan didalam ampul
terjangkau oleh jarum.
19 Apabila gelembung udara teraspirasi, jangan keluarkan
udara ke dalam ampul.
20 Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, pindahkan
jarum. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk
sisi spuit untuk membuat gelembung udara naik menuju
jarum. Tarik kembali penghisap sedikit dan dorong
penghisap ke arah atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
21 Pasang tutup jarum. Ganti jarum pada spuit. Pastikan jarum
terpasang aman pada spuit.
22 Buang bahan yang kotor. Letakkan/buang ampul di wadah
khusus untuk bahan gelas.
Obat injeksi dari vial / flakon
23 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
24 Lepas penutup logam yang menutupi bagian atas vial
sehingga penyekat karet terlihat. Jangan menyentuh karet.
25 Usap permukaan penyekat karet dengan swab alkohol, jika
vial sebelumnya telah dibuka (terutama untuk vial
multidosis).
26 Kocok bila obat diperlukan, sesuai aturan penggunaan obat
27 Ambil spuit. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit.
Lepaskan penutup jarum. Tarik penghisap untuk
mengalirkan sejumlah udara ke dalam spuit untuk
dimasukkan ke dalam vial obat yang ekivalen dengan
volume obat yang akan diaspirasi dari vial.
28 Masukkan ujung jarum, dengan bevel mengarah ke atas,
melalui bagian tengah penyekat karet. Beri tekanan pada
ujung jarum selama insersi.
29 Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang
penghisap.
30 Balik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan
kuat.
Pegang vial dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu
jari dan jari tengah. Pegang bagian ujung spuit dan
penghisap dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan.
31 Pertahankan ujung jarum tetap dibawah permukaan cairan.
32 Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara
bertahap. Tarik penghisap sedikit, jika diperlukan.
33 Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati agar gelembung
udara lepas. Keluarkan udara sisa dibagian atas spuit ke
dalam vial.
34 Setelah volume obat yang benar diperoleh, pindahkan jarum
dari vial dengan menarik badan spuit.
35 Buang sisa udara dari spuit dengan memegang spuit dan
jarum tetap tegak. Ketuk badan spuit untuk membuang
gelembung udara. Tarik penghisap sedikit, kemudian dorong
penghisap ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
36 Ganti jarum dan tutup.
37 Untuk vial multidosis, buat label yang memuat tanggal
pencampuran, konsentrasi obat per mililiter dan inisial
perawat.
38 Buang bahan kotor ke dalam nierbekken.
Pemberian injeksi IM
39 Baca kembali label obat untuk ketiga kalinya sebelum
mengembalikan obat tersebut kedalam lemari penyimpanan.
40 Bawa obat ke klien, memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan pengobatan dan prosedur tindakan.
41 Kaji identitas klien (cek nama dan peneng atau meminta
klien untuk menyebutkan namanya).
42 Jaga privacy klien.
43 Tentukan area penyuntikan yang tepat. Inspeksi adanya
memar, peradangan atau edema di permukaan kulit tempat
injeksi. Perhatikan integritas, ukuran otot dan palpasi adanya
nyeri tekan atau pengerasan. Apabila pemberian injeksi
sering, rotasi tempat injeksi.
44 Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang benar dan
nyaman. Minta klien berbaring datar, miring atau tengkurap
atau posisi duduk, tergantung pada tempat injeksi yang
dipilih.
45 Gunakan sarung tangan.
46 Bersihkan area penyungtikan dengan swab alkohol. Usap
bagian tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar
ke luar (sirkuler, diameter 5 cm).
47 Lepas penutup jarum dengan menariknya arah lurus.
48 Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang dominan. Pegang seperti memegang anak
panah, telapak tangan di bawah.
49 Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan non
dominan untuk meregangkan area injeksi
50 Gunakan tangan dominan untuk memegang jarum dan
tusukan jarum dengan sudut 90 derajat
51 Lakukan aspirasi, bila ditemukan darah, maka tarik jarum
keluar. Bila tidak ada darah, injeksikan obat ke dalam otot.
52 Tarik jarum sambil mengusapkan swab alkohol dengan
perlahan di atas atau ditempat injeksi.
53 Beri pijatan ringan pada kulit .
54 Berikan plester bila perlu.
55 Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
56 Buang jarum yang tidak ditutup dalam wadah khusus. Atau
lakukan tekhnik menutup jarum dengan satu tangan.
57 Lepas sarung tangan, cuci tangan dan kembalikan peralatan.
58 Catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi, dan waktu
serta tgl injeksi pada kartu obat dan bubuhi tanda tangan
perawat.
59 Evaluasi respon terhadap pengobatan.
60 Rencanakan tindak lanjut.
61 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik).
62 Dokumentasikan tindakan dan hasil.

PEMBERIAN OBAT PARENTERAL : INJEKSI INTRADERMAL


A. Tujuan
Memasukkan obat dengan suntikan ke lapisan dermal yang terletak dibawah epidermis, yaitu
untuk tes alergi, tes tuberkulin dan vaksinasi

B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Pilihlah area penyuntikan antara lain : di lengan bawah sisi dalam, paha atas dan
punggung (dekat skapula)
4. Obat yang diberikan umumnya dalam dosis yang kecil, yaitu 0,1 ml
5. Setelah penyuntikan, benjolan yang timbul diusap dengan desinfektan tetapi tidak dipijit

C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (1 ml)
3. Jarum kecil yang tajam (no 26 atau 27)
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
Khusus obat dalam sediaan ampul :
9. Ampul berisi obat
10. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
11. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
12. Vial berisi obat
13. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN


PEMBERIAN OBAT PARENTERAL (INJEKSI INTRADERMAL)
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan langkah-langkah tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Ambil obat yang benar, baca label dan baca batas
kadaluwarsa.
7 Hitung dosis obat :
Dosis yang diberikan = dosis yang diminta x jumlah yang
tersedia
Dosis yang ada
8 Lakukan double check : nama obat, dosis dan hasil
perhitungan.
9 Pilih suntikan dan jarum suntik yang sesuai.
10 Siapkan obat injeksi dari ampul.
Obat injeksi dari ampul
11 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
12 Ketuk bagian atas (kepala) ampul dengan perlahan dan cepat
dengan jari tangan sampai cairan meninggalkan leher ampul.
13 Gergaji leher ampul bila diperlukan.
14 Tempatkan bantalan kassa kecil atau swab alkohol, letakkan
disekeliling leher ampul.
15 Patahkan leher ampul dengan cepat dan dengan mantap,
jauhkan dari tangan.
16 Isap obat dengan cepat. Pegang ampul dalam posisi terbalik
atau letakkan diatas permukaan datar dengan tangan non
dominan dan alat suntik di tangan dominan. Masukkan
jarum spuit kedalam bagian tengah ampul.
17 Aspirasi obat ke dalam spuit sesuai dosis yang diperlukan
dengan perlahan menarik kembali alat penghisap.
18 Pertahankan ujung jarum dibawah permukaan larutan.
Miringkan ampul agar semua cairan didalam ampul
terjangkau oleh jarum.
19 Apabila gelembung udara teraspirasi, jangan keluarkan
udara ke dalam ampul.
20 Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, pindahkan
jarum. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk
sisi spuit untuk membuat gelembung udara naik menuju
jarum. Tarik kembali penghisap sedikit dan dorong
penghisap ke arah atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
21 Pasang tutup jarum. Ganti jarum pada spuit. Pastikan jarum
terpasang aman pada spuit.
22 Buang bahan yang kotor. Letakkan/buang ampul di wadah
khusus untuk bahan gelas.
Obat injeksi dari vial / flakon
23 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
24 Lepas penutup logam yang menutupi bagian atas vial
sehingga penyekat karet terlihat. Jangan menyentuh karet.
25 Usap permukaan penyekat karet dengan swab alkohol, jika
vial sebelumnya telah dibuka (terutama untuk vial multi
dosis).
26 Kocok bila obat diperlukan, sesuai aturan penggunaan obat.
27 Ambil spuit. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit.
Lepaskan penutup jarum. Tarik penghisap untuk
mengalirkan sejumlah udara ke dalam spuit untuk
dimasukkan ke dalam vial obat yang ekivalen dengan
volume obat yang akan diaspirasi dari vial.
28 Masukkan ujung jarum, dengan bevel mengarah ke atas,
melalui bagian tengah penyekat karet. Beri tekanan pada
ujung jarum selama insersi.
29 Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang
penghisap.
30 Balik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan
kuat.
Pegang vial dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu
jari dan jari tengah. Pegang bagian ujung spuit dan
penghisap dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan.
31 Pertahankan ujung jarum tetap dibawah permukaan cairan.
32 Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara
bertahap. Tarik penghisap sedikit, jika diperlukan.
33 Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati agar gelembung
udara lepas. Keluarkan udara sisa dibagian atas spuit ke
dalam vial.
34 Setelah volume obat yang benar diperoleh, pindahkan jarum
dari vial dengan menarik badan spuit.
35 Buang sisa udara dari spuit dengan memegang spuit dan
jarum tetap tegak. Ketuk badan spuit untuk membuang
gelembung udara. Tarik penghisap sedikit, kemudian dorong
penghisap ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
36 Ganti jarum dan tutup.
37 Untuk vial multidosis, buat label yang memuat tanggal
pencampuran, konsentrasi obat per mililiter dan inisial
perawat.
38 Buang bahan kotor ke dalam nierbekken
Pemberian injeksi intradermal
39 Baca kembali label obat untuk ketiga kalinya sebelum
mengembalikan obat tersebut kedalam lemari penyimpanan
40 Bawa obat ke klien, memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan pengobatan dan prosedur tindakan
41 Kaji identitas klien (cek nama dan peneng atau meminta
klien untuk menyebutkan namanya)
42 Jaga privacy klien
43 Tentukan area penyuntikan yang tepat. Inspeksi adanya
memar, peradangan atau edema di permukaan kulit tempat
injeksi. Perhatikan lesi atau perubahan warna pada lengan
atas. Pilih tempat dengan lebar tiga atau empat jari di bawah
daerah antekubital dan dengan lebar tangan di atas
pergelangan tangan
44 Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang benar dan
nyaman. Minta klien mengekstensikan siku lengan dan
menopangnya dengan lengan atas di atas permukaan datar.
45 Gunakan sarung tangan
46 Bersihkan area penyuntikan dengan swab alkohol. Usap
bagian tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar
keluar (sirkuler, diameter 5 cm).
47 Lepas penutup jarum dengan menariknya arah lurus.
48 Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang dominan. Pertahankan bevel jarum menghadap
ke atas.
49 Regangkan area injeksi dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk dari tangan non dominan
50 Ketika jarum mendekati kulit, insersi jarum secara perlahan
pada sudut 5-15 derajat sampai terasa tahanan. Masukkan
terus jarum melalui epidermis sampai kira-kira 3 mm
dibawah permukaan kulit.
51 Injeksikan obat secara perlahan.
52 Ketika menginjeksi obat, di tempat injeksi terbentuk
lingkaran berwarna terang.
53 Tarik jarum sambil mengusapkan swab alkohol dengan
perlahan di atas atau ditempat injeksi.
54 Jangan lakukan pijatan.
55 Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
56 Buang jarum yang tidak ditutup dalam wadah khusus. Atau
lakukan tekhnik menutup jarum dengan satu tangan.
57 Lepas sarung tangan, cuci tangan dan kembalikan peralatan.
58 Gambar lingkaran disekeliling tepian tempat injeksi dengan
pulpen.
59 Catat daerah injeksi, jumlah dan tipe zat yang diuji, dan
tanggal serta waktu catatan obat.
60 Evaluasi respon terhadap pengobatan (observasi adanya
reaksi alergi).
61 Rencanakan tindak lanjut.
62 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik).
63 Dokumentasikan tindakan dan hasil.

PEMBERIAN OBAT PARENTERAL : INJEKSI SUBCUTAN


A. Tujuan
Memasukkan obat dengan suntikan ke bawah dermis (subkutan)

B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Pilih area penyuntikan yaitu dilengan atas luar dan punggung anterior, abdomen, skapula,
ventrogluteal atas dan dorsogluteal
4. Dosis yang diberikan umumnya kecil (0,5-1,5 ml)
5. Sering menimbulkan nyeri karena banyaknya reseptor nyeri pada lapisan ini
6. Kecuali heparin dan insulin, area penyuntikan harus dirotasi untuk meminimalkan
kerusakan jaringan, gangguan absorpsi obat dan menghindari ketidaknyamanan

C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (ukuran 1 ml, 100 U insulin)
3. Jarum kecil dan tajam (25G-27G dan panjang 3/8 – 5/8 inchi)
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
Khusus obat dalam sediaan ampul :
9. Ampul berisi obat
10. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
11. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
12. Vial berisi obat
13. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN


PEMBERIAN OBAT PARENTERAL (INJEKSI SUBKUTAN)
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan langkah-langkah tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Ambil obat yang benar, baca label dan baca batas
kadaluwarsa
7 Hitung dosis obat :
Dosis yang diberikan = dosis yang diminta x jumlah yang
tersedia
Dosis yang ada
8 Lakukan double check : nama obat, dosis dan hasil
perhitungan.
9 Pilih suntikan dan jarum suntik yang sesuai.
10 Siapkan obat injeksi dari ampul.
Obat injeksi dari ampul
11 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
12 Ketuk bagian atas (kepala) ampul dengan perlahan dan cepat
dengan jari tangan sampai cairan meninggalkan leher ampul.
13 Gergaji leher ampul bila diperlukan.
14 Tempatkan bantalan kassa kecil atau swab alkohol, letakkan
disekeliling leher ampul.
15 Patahkan leher ampul dengan cepat dan dengan mantap,
jauhkan dari tangan.
16 Isap obat dengan cepat. Pegang ampul dalam posisi terbalik
atau letakkan diatas permukaan datar dengan tangan non
dominan dan alat suntik di tangan dominan. Masukkan
jarum spuit kedalam bagian tengah ampul.
17 Aspirasi obat ke dalam spuit sesuai dosis yang diperlukan
dengan perlahan menarik kembali alat penghisap.
18 Pertahankan ujung jarum dibawah permukaan larutan.
Miringkan ampul agar semua cairan didalam ampul
terjangkau oleh jarum.
19 Apabila gelembung udara teraspirasi, jangan keluarkan
udara ke dalam ampul.
20 Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, pindahkan
jarum. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk
sisi spuit untuk membuat gelembung udara naik menuju
jarum. Tarik kembali penghisap sedikit dan dorong
penghisap ke arah atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
21 Pasang tutup jarum. Ganti jarum pada spuit. Pastikan jarum
terpasang aman pada spuit.
22 Buang bahan yang kotor. Letakkan/buang ampul di wadah
khusus untuk bahan gelas.
Obat injeksi dari vial / flakon
23 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
24 Lepas penutup logam yang menutupi bagian atas vial
sehingga penyekat karet terlihat. Jangan menyentuh karet.
25 Usap permukaan penyekat karet dengan swab alkohol, jika
vial sebelumnya telah dibuka (terutama untuk vial
multidosis)
26 Kocok obat bila diperlukan, sesuai aturan penggunaan obat.
27 Ambil spuit. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit.
Lepaskan penutup jarum. Tarik penghisap untuk
mengalirkan sejumlah udara ke dalam spuit untuk
dimasukkan ke dalam vial obat yang ekivalen dengan
volume obat yang akan diaspirasi dari vial.
28 Masukkan ujung jarum, dengan bevel mengarah ke atas,
melalui bagian tengah penyekat karet. Beri tekanan pada
ujung jarum selama insersi.
29 Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang
penghisap.
30 Balik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan
kuat.
Pegang vial dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu
jari dan jari tengah. Pegang bagian ujung spuit dan
penghisap dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan.
31 Pertahankan ujung jarum tetap dibawah permukaan cairan.
32 Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara
bertahap. Tarik penghisap sedikit, jika diperlukan.
33 Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati agar gelembung
udara lepas. Keluarkan udara sisa dibagian atas spuit ke
dalam vial.
34 Setelah volume obat yang benar diperoleh, pindahkan jarum
dari vial dengan menarik badan spuit.
35 Buang sisa udara dari spuit dengan memegang spuit dan
jarum tetap tegak. Ketuk badan spuit untuk membuang
gelembung udara. Tarik penghisap sedikit, kemudian dorong
penghisap ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
36 Ganti jarum dan tutup.
37 Untuk vial multidosis, buat label yang memuat tanggal
pencampuran, konsentrasi obat per mililiter dan inisial
perawat.
38 Buang bahan kotor ke dalam nierbekken.
Pemberian injeksi subkutan
39 Baca kembali label obat untuk ketiga kalinya sebelum
mengembalikan obat tersebut kedalam lemari penyimpanan.
40 Bawa obat ke klien, memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan pengobatan dan prosedur tindakan.
41 Kaji identitas klien (cek nama dan peneng atau meminta
klien untuk menyebutkan namanya).
42 Jaga privacy klien.
43 Tentukan area penyuntian yang tepat. Inspeksi adanya
memar, peradangan atau edema di permukaan kulit tempat
injeksi. Palpasi adanya nyeri tekan atau massa di tempat
injeksi. Untuk pemberian insulin harian, rotasi tempat injeksi
setiap hari. Pastikan ukuran jarum benar dengan memegang
lipatan kulit di tempat injeksi dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Ukur lipatan kulit dari atas ke bawah. Panjang
jarum harus 1 ½ kali panjang lipatan kulit.
44 Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang benar dan
nyaman. Minta klien merelaksasikan tangan, kaki atau
abdomen, tergantung tempat injeksi yang dipilih.
45 Gunakan sarung tangan.
46 Bersihkan area penyuntikan dengan swab alkohol. Usap
bagian tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar
keluar (sirkuler, diameter 5 cm).
47 Lepas penutup jarum dengan menariknya arah lurus.
48 Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang dominan. Pegang seperti memegang anak
panah, telapak tangan di bawah.
49 Untuk klien yang ukuran tubuhnya rata-rata, gunakan tangan
tidak dominan untuk meregangkan kulit supaya tegang di
tempat injeksi atau pegang jaringan sehingga terbentuk
gulungan kulit setebal ½ inchi.
50 Injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45
atau 90 derajat. Kemudian lepas kulit, jika dicubit.
51 Untuk klien yang gemuk cubit kulit di tempat injeksi dan
injeksikan jarum dibawah lipatan jaringan.
52 Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung
penghisap dengan tangan tidak dominan. Hindari
menggerakkan spuit ketika menarik penghisap secara
perlahan ke belakang untuk mengaspirasi obat. Apabila
darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit dan
ulangi prosedur. Pengecualian : jangan mengaspirasi obat
saat menginjeksi heparin.
53 Bila tidak ada darah, injeksikan obat ke bawah dermis secara
perlahan-lahan.
54 Tarik jarum sambil mengusapkan swab alkohol dengan
perlahan di atas atau ditempat injeksi.
55 Berikan plester bila perlu.
56 Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
57 Buang jarum yang tidak ditutup dalam wadah khusus. Atau
lakukan tekhnik menutup jarum dengan satu tangan.
58 Lepas sarung tangan, cuci tangan dan kembalikan peralatan.
59 Catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi, dan waktu
serta tgl injeksi pada kartu obat dan bubuhi tanda tangan
perawat.
60 Evaluasi respon terhadap pengobatan.
61 Rencanakan tindak lanjut.
62 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik).
63 Dokumentasikan tindakan dan hasil.

PEMBERIAN OBAT PARENTERAL : INJEKSI INTRAVENA


A. Tujuan
Memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit

B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Pilih area penyuntikan yaitu : pada lengan (vena mediana cubiti/vena sefalika/vena
basalika), pada tungkai (vena saphenous), pada leher (vena jugularis), pada kepala (vena
frontalis, vena temporalis) atau pada mata kaki (vena dorsal pedis)
4. Umumnya digunakan pada keadaan darurat dengan tujuan mendapatkan efek langsung
dari obat
5. Dapat digunakan pada klien tidak sadar dan berisiko aspirasi

C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (ukuran 2-5 ml)
3. Jarum
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Kartu obat atau buku pemberian obat
8. Tourniquet (karet pembendung)
9. Baki obat
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Plester
Khusus obat dalam sediaan ampul :
13. Ampul berisi obat
14. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
15. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
16. Vial berisi obat
17. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering

D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN


PEMBERIAN OBAT PARENTERAL (INJEKSI INTRAVENA)
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan langkah-langkah tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Ambil obat yang benar, baca label dan baca batas
kadaluwarsa.
7 Hitung dosis obat :
Dosis yang diberikan = dosis yang diminta x jumlah yang
tersedia
Dosis yang ada
8 Lakukan double check : nama obat, dosis dan hasil
perhitungan.
9 Pilih spuit dan jarum suntik yang sesuai.
10 Siapkan obat injeksi dari ampul.
Obat injeksi dalam ampul
11 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
12 Ketuk bagian atas (kepala) ampul dengan perlahan dan cepat
dengan jari tangan sampai cairan meninggalkan leher ampul.
13 Gergaji leher ampul bila diperlukan.
14 Tempatkan bantalan kassa kecil atau swab alkohol, letakkan
disekeliling leher ampul.
15 Patahkan leher ampul dengan cepat dan dengan mantap,
jauhkan dari tangan.
16 Isap obat dengan cepat. Pegang ampul dalam posisi terbalik
atau letakkan diatas permukaan datar dengan tangan non
dominan dan alat suntik di tangan dominan. Masukkan
jarum spuit kedalam bagian tengah ampul.
17 Aspirasi obat ke dalam spuit sesuai dosis yang diperlukan
dengan perlahan menarik kembali alat penghisap.
18 Pertahankan ujung jarum dibawah permukaan larutan.
Miringkan ampul agar semua cairan didalam ampul
terjangkau oleh jarum.
19 Apabila gelembung udara teraspirasi, jangan keluarkan
udara ke dalam ampul.
20 Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, pindahkan
jarum. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk
sisi spuit untuk membuat gelembung udara naik menuju
jarum. Tarik kembali penghisap sedikit dan dorong
penghisap ke arah atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
21 Pasang tutup jarum. Ganti jarum pada spuit. Pastikan jarum
terpasang aman pada spuit.
22 Buang bahan yang kotor. Letakkan/buang ampul di wadah
khusus untuk bahan gelas.
Obat injeksi dalam vial / flakon
23 Periksa kartu obat dan baca label obat sekali lagi.
24 Lepas penutup logam yang menutupi bagian atas vial
sehingga penyekat karet terlihat. Jangan menyentuh karet.
25 Usap permukaan penyekat karet dengan swab alkohol, jika
vial sebelumnya telah dibuka (terutama untuk vial multi
dosis).
26 Kocok bila obat diperlukan, sesuai aturan penggunaan obat.
27 Ambil spuit. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit.
Lepaskan penutup jarum. Tarik penghisap untuk
mengalirkan sejumlah udara ke dalam spuit untuk
dimasukkan ke dalam vial obat yang ekivalen dengan
volume obat yang akan diaspirasi dari vial.
28 Masukkan ujung jarum, dengan bevel mengarah ke atas,
melalui bagian tengah penyekat karet. Beri tekanan pada
ujung jarum selama insersi.
29 Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang
penghisap.
30 Balik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan
kuat.
Pegang vial dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu
jari dan jari tengah. Pegang bagian ujung spuit dan
penghisap dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan.
31 Pertahankan ujung jarum tetap dibawah permukaan cairan.
32 Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara
bertahap. Tarik penghisap sedikit, jika diperlukan.
33 Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati agar gelembung
udara lepas. Keluarkan udara sisa dibagian atas spuit ke
dalam vial.
34 Setelah volume obat yang benar diperoleh, pindahkan jarum
dari vial dengan menarik badan spuit.
35 Buang sisa udara dari spuit dengan memegang spuit dan
jarum tetap tegak. Ketuk badan spuit untuk membuang
gelembung udara. Tarik penghisap sedikit, kemudian dorong
penghisap ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
36 Ganti jarum dan tutup.
37 Untuk vial multidosis, buat label yang memuat tanggal
pencampuran, konsentrasi obat per mililiter dan inisial
perawat.
38 Buang bahan kotor ke dalam nierbekken.
Pemberian injeksi intravena
39 Baca kembali label obat untuk ketiga kalinya sebelum
mengembalikan obat tersebut kedalam lemari penyimpanan.
40 Bawa obat kepada klien, perkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan pengobatan dan prosedur tindakan.
41 Kaji identitas klien (cek nama dan peneng atau meminta
klien untuk menyebutkan namanya).
42 Jaga privacy klien.
43 Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang benar dan
nyaman. Minta klien berbaring datar.
44 Letakkan alas kerja dibawah lokasi penyuntikan obat.
45 Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja.
46 Pasang tourniquet.
47 Pilih area penyuntikan yang bebas dari edema, massa, nyeri
tekan, jaringan parut, inflamasi dan gatal pada permukaan
kulit tempat injeksi.
48 Gunakan sarung tangan.
49 Bersihkan area penyuntikan dengan swab alkohol. Usap
bagian tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar
ke luar (sirkuler, diameter 5 cm). Tunggu kering.
50 Pegang swab alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan
non dominan.
51 Buka tutup jarum.
52 Tarik kulit ke bawah ± 2,5 cm di bawah area penusukan
dengan tangan non dominan untuk membuat kulit lebih
kencang dan vena tidak bergeser sehingga memudahkan
penusukan.
53 Lepas penutup jarum dengan menariknya arah lurus.
54 Pegang jarum pada posisi 30 derajat sejajar vena yang akan
ditusuk secara perlahan dan pasti.
55 Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke
dalam vena.
56 Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menekan
barrel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
57 Observasi adanya darah dalam spuit.
58 Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat
secara perlahan-lahan.
59 Keluarkan jarum dengan sudut yang sama dengan saat
injeksi, sambil lakukan penekanan dengan swab alkohol ada
area penusukan.
60 Tutup area penusukan dengan kassa steril yang diberi
betadin, berikan plester bila perlu.
61 Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
62 Buang jarum yang tidak ditutup dalam wadah khusus. Atau
lakukan tekhnik menutup jarum dengan satu tangan.
63 Lepas sarung tangan, cuci tangan dan kembalikan peralatan.
64 Catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi, dan waktu
serta tanggal injeksi pada kartu obat dan bubuhi tanda tangan
perawat.
65 Evaluasi respon terhadap pengobatan.
66 Rencanakan tindak lanjut.
67 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat, topik).
68 Dokumentasikan tindakan dan hasil.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Bentuk pemberian obat terdiri dari oral dan parenteral. Bentuk oral adalah obat
yang masuk melalui mulut dan cara parenteral adalah suatu yang disuntikkan melalui
lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan bermacam-
macam kedalaman. Obat diberikan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan
untuk menentukan dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan
yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2003) . Ilmu Meracik Obat . Teori dan Praktek. Gadjah Mada University Press.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011 Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. 2017. Farmakologi. Jilid IV. Cetakan pertama. Jakarta: Pusdinakes.
Karch, M. A. (2010). Buku ajar farmakologi keperawatan. Jakarta: EGC

Lestari, Y. N. (2009). Pengalaman perawat dalam menerapkan prinsip enam benar dalam
pemberian obat di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
http://jurnal.undip.ac.id/index.php/FIK keS/article/view/432.

Perry, Peterson & Potter. (2005). Buku saku ketrampilan dan prosedur dasar. Edisi 5. Jakarta:
EGC

Souza, S. de, Rocha, P. K., Cabral, P. F. de A., & Kusahara, D. M. (2014). Use of safety
strategies to identify children for drug administration. Acta Paulista de Enfermagem, 27(1),
06–11. https://doi.org/10.1590/1982-0194201400003
Tangkeallo, M. E. (2021). Kajian Farmakologi Obat Pada Anak Dan Orang Dewasa (Kajian
Literature Review) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Anda mungkin juga menyukai