Disusun Oleh :
Kelompok I Reguler B 2018
Anggota : Diny Artika Sari 04021281823026
Jovie Bayu Satria 04021281823029
Falahia Syakiroh 04021281823048
Mey nur istikomah 04021381823051
Ayu Wulandari 04021381823039
Natasha Andela S 04021381823045
Santri Handayani 04021381823044
Putri hervilanti 04021381823038
Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas kompetensi kelompok.
Solawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bimbingan baik secara langsung maupun
tidak langsung .
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan di dalamnya.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap laporan ini dari para
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1. Latar Belakang..............................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
3. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB 2.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
1. Pengertian Dosis Obat...................................................................................................................5
2. Macam – Macam Dosis Obat........................................................................................................5
3. cara-cara menghitung dosis obat untuk anak.............................................................................6
4. Cara pemberian Obat....................................................................................................................7
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat Pada Anak....................................................15
6. Indikasi dan kontraindikasi pemberian obat pada anak..........................................................18
7. Edukasi Kepada Orang Tua Cara Pemberian Obat Di Rumah...............................................20
8. pemberian obat oral....................................................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................................56
PENUTUP................................................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................57
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Usia balita adalah usia yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan pada usia
tersebut anak mulai berinteraksi dan bereskplorasi dengan lingkungan sehingga meningkatkan
resiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur. Anak-
anak dibawah 12 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum maksimal dikarenakan
masih pada masa perkembangan, sehingga pada saat kekebalan tubuh tidak dapat bertahan
dari infeksi dapat menyebabkan demam pada anak. Obat merupakan sebuah substansi yang
diberikan kepada manusia sebagai perawatan atau pengobatan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi didalam tubuh (Tangkeallo, 2021).
Farmakologi obat didefenisikan sebagai zat yang berinteraksi melalui proses kimia,
biasanya zat ini dapat berinteraksi dengan cara mengaktifkan atau menghambat zat dari bahan
kimia untuk mencapai efek terapeutik yang dapat menguntungkan pada beberapa pasien.
Pemberian obat pada anak berbeda dengan orang dewasa. Anak dan bayi memiliki organ yang
belum matang sehingga dalam pemberian obat perlu diawasi dengan ketat untuk mencegah
resiko terjadinya reaksi yang merugikan dari obat dan kemungkinan terjadinya toksisitas obat.
Pemilihan dosis obat dan interval dosis didasarkan pada efek absorbsi, distribusi volume
darah, pengikatan pada protein, metabolisme obat dan eliminasi (Tangkeallo, 2021).
Pemberian obat yang paling berwenang adalah seorang dokter, namun seorang perawat
juga dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat yang akan diberikan ke
pasien (Perry, Peterson, & Potter, 2005). Perawat juga harus memastikan bahwa obat yang
diberikan oleh dokter tersebut aman bagi pasien dan perawat juga harus memperhatikan efek
samping dari obat yang sudah diberikan ke pasien (Karch, 2011). Karena perawat yang paling
tahu kebutuhan pasien tentang adanya pasien yang sukar menelan, pasien yang muntah, atau
pasien tidak dapat minum obat tertentu seperti kapsul maka perawat harus memperhatikan
standar operasional prosedur (SOP) saat memberikan obat kepada pasien (Souza et al., 2014).
Penerapan prinsip enam “benar” sangat diperlukan oleh perawat sebagai
pertanggungjawaban secara legal terhadap tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan. Mengingat perawat yang memberikan langsung obat kepada
pasien dan memberikan kepada beberapa pasien namun jika sudah sesuai dengan standar
prosedur yang sudah ditetapkan maka akan dapat meminimalkan terjadi efek samping atau
kesalahan dalam memberikan obat (Lestari, 2009).
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dosis obat ?
2. Apa saja macam-macam dosis obat pada anak?
3. Bagaimana cara perhitungan dosis obat pada anak?
4. Bagaimana cara pemberian dosis obat pada anak?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat pada anak?
6. Apa saja kontraindikasi dan indikasi pemberian obat pada anak?
7. Bagaiaman edukasi kepada orang tua cara pemberian obat dirumah?
8. Bagaimana standar operasional prosedur (SOP) pemberian obat pada anak?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dosis obat pada anak.
2. Untuk mengetahui macam-macam dosis obat pada anak.
3. Untuk mengetahui cara perhitungan dosis obat pada anak.
4. Untuk mengetahui cara pemberian dosis obat pada anak.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat pada anak.
6. Untuk mengetahui kontraindikasi dan indikasi pemberian obat pada anak.
7. Untuk mengetahui edukasi kepada orang tua cara pemberian obat dirumah.
8. Untuk mengetahui standar operasional prosedur (SOP) pemberian obat pada anak.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dosis Obat
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(unit internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat
yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga
disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang
diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan
terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai
mengakibatkan kematian disebut sebagai dosis letal. Di bidang pediatri dalam
menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan kesulitan-kesulitan, terutama bila
ini menyangkut pengobatan anak prematur, anak baru lahir, dan juga yang masih bayi.
Alasannya ialah karena organ-organ pada penderita ini masih belum berfungsi secara
sempurna, antara lain hepar, ginjal dan susunan saraf pusat. Tambahan lagi, distribusi
cairan tubuh berbeda pada anak kecil dengan orang dewasa, oleh karena cairan tubuh
pada anak secara persentase berat badan juga lebih besar.
b. Cara Parenteral
Istilah parenteral berasal dari bahasa Greek yaitu para yang bermakna di
samping dan enteron yang berarti usus, dimana keduanya menunjukkan sesuatu
yang diberikan di luar dari usus dan tidak melelui sistem saluran pencernaan. Obat
yang diberikan dengan cara parenteral adalah suatu yang disuntikkan melalui
lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan
bermacam- macam kedalaman. Tiga cara utama dari pemberian parenteral adalah
sub kutan, (SC), intra muskular (IM) dan intra vena (IV), walaupun ada yang lain
seperti intra kardial dan intra spinal relatif jarang dilakukan.
Obat-obat yang rusak atau di non aktifkan dalam sistem saluran pencernaan atau
tidak diabsorpsi dengan baik untuk memberikan respon yang memuaskan, dapat
diberikan secara parenteral. Cara perenteral juga disukai bila diperlukan absorpsi
yang segera, seperti pada keadaan darurat. Absorpsi melalui cara parenteral tidak
saja lebih cepat dari sesudah pemberian oral, akan tetapi kadar obat dalam darah
yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan, karena sedikit yang hilang sesudah
penyuntikkan sub kutan atau secara intra muskular dan benar-benar tidak ada yang
hilang pad penyuntikkan intra vena, secara umum ini juga memungkinkan
pemberian dosis yang lebih kecil. Cara pemberian parenteral terutama berguna
dalam pengobatan pada pasien yang tidak mau bekerja sama, kehilangan kesadaran
atau sebaliknya tidak dapat menerima obat secara oral.
Satu hal yang merugikan dari pemberian obat secara parenteral adalah bahwa sekali
obat sudah disuntikkan, tidak bisa ditarik kembali, ini berarti sekali zat berada
dalam jaringan atau ditempatkan langsung ke dalam aliran darah, pemusnahan obat
yang diperlukan karena efek yang tidak baik atau toksik atau suatu kelebihan dosis
karena ketidak hati-hatian adalah paling sukar. Pada cara pemberian obat yang
lainnya terdapat waktu yang cukup banyak antara saat pemberian obat dengan saat
absorpsi obat tersebut, yang pada dasarnya ini merupakan faktor penyelamat
dengan mempertimbangkan kemungkinan pengurasan terhadap obat yang tidak
diabsorpsi (seperti dengan perangsangan untuk muntah sesudah pemberian obat
secara oral ). Lagi pula, karena adanya tuntutan sterilitas yang ketat bagi semua
obat injeksi, obat suntik biasanya lebih mahal dari bentuk sediaan lainnya dan
memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan yang
semestinya.
Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan.
Secara farmasi, preparat-preparat yang dapat disuntikkan biasanya berupa suspensi
atau larutan dari suatu zat obat dalam air atau dalam minyak nabati yang sesuai.
Pada umumnya, obat dalam bentuk solution bekerja lebih cepat dibandingkan
dengan obat dalam bentuk suspensi yang dengan suatu pembawa berair, setiap
contoh memberikan kerja yang lebih cepat dibanding pembawa berminyak. Seperti
dalam contoh-contoh lainnya tentang absorpsi obat, untuk absorpsi suatu obat haru
dalam bentuk larutan, dan suatu obat yang disuspensi harus mengalami proses
disolusi terlebih dahulu. Demikian juga, karena cairan tubuh mengandung air, maka
lebih mudah menerima obat dalam pembawa air dibandingkan dengan yang dalam
pembawa minyak. Karena alasan ini, kecepatan absorpsi obat dalam produk
parenteral dapat berbeda-beda karena kombinasi pilihan dari keadaan obat dan
pembawa tambahan. Sebagai contoh, suspensi suatu obat dalam suatu minyak
nabati akan diabsrpsi jauh lebih lambat dibanding larutan air dari obat yang sama.
Absorpsi yang perlahan-lahan biasanya berarti perpanjangan waktu kerja obat, dan
bila hal ini tercapai melalui cara farmasi, maka preparat yang dihasilkan disebut
sebagai injeksi depot atau repositoria, karena ia berperan sebagai gudang tempat
penyimpanan zat obat di dalam tubuh dari mana zat-zat tersebut berpindah secara
perlahan-lahan ke dalam sirkulasi sistemik. Dalam hal ini, kerja obat yang lebih
lama mungkin dapat dicapai melalui penggunaan implantasi subkutan dari tablet
kempa yang disebut pelet yang hanya larut secara perlahan-lahan dari tempat
implantasinya, melepaskan obat dengan kecepatan yang agak konstan dalam jangka
waktu beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Injeksi bentuk repositoria sebagian
besar terbatas dalam bentuk intra muskular. Obat-obat yag disuntikkan secara intra
vena ternyata tidak menghdapi rintangan dalam absorpsi dan dengan demikian
dapat menghasilkan efek obat yang cepat. Dari sudut kefarmasian, sediaan obat
untuk injeksi intra vena, dengan cara apapun harus tidak campur dengan komponen
darah atau dengan sirkulasi dan oleh karena itu sebagian besar dibatasi sebagai
larutan obat dalam air.
c. Bentuk Topikal
Bentuk sediaan obat ini dipakai untuk permukaan luar badan, dan berfungsi
melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk yang paling
penting adalah salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan dikulit
lebih lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
d. Bentuk Suppositoria
Suppositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada
suhu badan. Suppositoria adalah cara memberi obat melalui rektum untuk lesi
setempat atau agar diserap sistemik.Jika da riwayat kejang demam dan suhu tubuh 39
Celcius, lalu diberi obat oral tidak turun, boleh memakai obat penurun demam yang
dimasukkan lewat anus.
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor :
faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor
penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respons obat
tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini
didapat sekaligus.
a. Faktor obat
1) Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan sebagainya
2) Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa
3) Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya
b. Cara pemberian obat kepada penderita
1) Oral: dimakan atau diminum
2) Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya
3) Rectal, vaginal, uretral
4) Local, topikal, transdermal
5) Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya
c. Faktor penderita/karakteristik penderita
1) Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk
menentukan dosis obat,khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun).
Anak-anak bukan dewasa kecildimana adanya perbedaan dalam kemampuan
farmakokinetik dan farmakodinamik obat,sehingga harus diperhitungkan dosis
obat yang diberikan. Factor-faktor yang harusdiperhatikan : total body water,
protein plasma, fungsi ginjal dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol
dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayienzim
tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi khloramfenikol menimbulkan
greysindrom.Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai
berkurang seperti prosesmetaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus
berkurang, kepekaan/respon reseptor(factor farmakodinamik) terhadap obat
berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 %karena penglihatan,
pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali lebih banyak
dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.
2) Berat badan
3) Jenis kelamin
4) Status patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/
terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna.
Sebagai contoh pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan
menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus
dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah danfrekuensi obat diperpanjang
(Hidayatullah, 2012)
5) Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk
menjaga responterapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian
obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik.
7) Waktu pemakaian
a.Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari.Atau,
berikan sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkan obat tersebut
b.Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantum dalam kotak
kemasan dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertas yang dilipat dan dimasukkan
ke dalam kotak kemasan
c.Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atau sesudah makan
d.Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang ada dalam
kemasan obat tersebut.
e. Perhatika apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segera konsultasikan
dengan dokter Berikan obat antibiotik sampai habis.
f.Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengan gejala dan
penyakit yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu kedokter
2)Tidak resmi
d)Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur dengan baik
Selain itu perlu diketahui juga efek samping pemberian obat pada anak yaitu :
1.Paracetamol.
Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3 bulan, penggunaan obat ini
sebaiknya berdasarkan resep dan setelah berdiskusi dengan dokter atau setelah bayi
mendapatkan vaksinasi pertama kali. Parasetamol bisa menghambat beberapa enzim
yang berbeda didalam otak dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalam perpindahan
rasa sakit. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol pada
bayi bisa meningkatkan risiko asma 5 tahun mendatang sebesar 46 persen.
2.Tablet kunyah
Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat ini, umumnya anak berusia 2
sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara minum obat ini. Jika orang tua berpikir
anaknya belum terlalu mengerti,maka hancurkan obat dan letakkan di sendok yang
diberi sedikit air. Dosis yang diberikan harus sesuai.
1) Cucilah tangan
2) Mintalah anak untuk memejamkan mata
3) Gunakan kapas basah untuk membersihkan nanah
4) Berikan obat tetes/salep mata kloramfenikol/tetrasiklin 3 kali sehari
5) Mintalah anak melihat ke atas. Tarik kelopak mata bawah perlahan lbawah
6) Teteskan obat tetes mata atau oleskan sejumlah kecil salep di dalam kelopak
mata
7) Cuci tangan kembali
d. Edukasi Tata Cara Mengeringkan Telinga dengan Bahan Penyerap
1) Teteskan 3-5 tetes larutan H2O2 3% pada telinga yang sakit, lalu keringkan
dengan kertas tissu. Lakukan hal ini 3 kali sehari.
2) Sesudah mengeringkan telinga, teteskan derivat Quinolon 2-3 tetes/kali dan
biarkan selama 10 menit. Berikan 2x sehari, pagi dan malam selama 14 hari.
Ÿ Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
Ÿ Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan
Ÿ Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut : oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang
Ÿ Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali menyusui
Ÿ Tingkatkan pemberian cairan. Contoh: beri kuah sayur, air tajin, atau air matang
A. Tujuan
Memberikan obat secara oral
B. Prinsip
1. Pemberian obat dengan memperhatikan prinsip 6 benar
2. Saat pemberian obat oral, lindungi klien dari risiko aspirasi
3. Kontraindikasi pemberian pada penderita gangguan fungsi cerna dan tidak mampu
menelan
C. Persiapan Alat
1. Obat oral
2. Medication cup (mangkuk obat) atau sendok takar obat
3. Kartu obat
4. Minuman yang diinginkan klien
5. Sedotan yang dapat ditekuk, jika diperlukan
6. Mortal (penumbuk obat), jika diperlukan
7. Tissue
8. Baki obat
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT ORAL
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Kaji adanya kontraindikasi pemberian obat oral (meliputi :
sulit menelan, mual dan muntah, radang usus, peristaltik
menurun, post operasi saluran cerna, terpasang penghisap
lambung, tingkat kesadaran menurun).
4 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
5 Jelaskan tujuan pemberian obat dan langkah-langkah
tindakan.
6 Cuci tangan.
7 Siapkan peralatan.
8 Lihat program pengobatan yang diberikan dokter, meliputi :
nama obat, dosis, tujuan pengobatan dan riwayat alergi
klien.
9 Ambil obat yang benar, baca label obat dan baca batas
kadaluwarsa.
10 Siapkan obat yang akan diberikan.
Persiapan obat tablet atau kapsul
11 Ambil sejumlah tablet atau kapsul ke tutup botol, lalu
pindahkan ke mangkuk obat.
12 Bila klien mengalami kesulitan dalam menelan obat, gerus
tablet atau pil dan larutkan dengan sejumlah kecil makanan
lunak atau minuman, letakkan dalam sendok lalu siap
diberikan.
Persiapan obat cair
13 Kocok obat secara merata sebelum diberikan.
14 Pegang wadah ukur atau sendok takar obat sejajar mata.
15 Tuang obat ke wadah ukur atau sendok takar obat sampai
skala atau dosis yang diinginkan.
Pemberian obat
16 Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
Berikan obat dengan benar :
17 Tanyakan apakah klien ingin memegang obat padat pada
tangannya atau di mangkuk sebelum memasukkannya ke
dalam mulut.
18 Tawarkan segelas air untuk menelan obat.
19 Untuk obat sub lingual, minta klien meletakkan obat di
bawah lidah dan dibiarkan obat larut seluruhnya.
20 Campur obat bubuk dengan cairan di sisi tempat tidur dan
berikan kepada klien untuk diminum.
21 Ingatkan klien untuk tidak mengunyah atau menelan tablet.
22 Berikan bubuk dan tablet berbuih/berbusa segera setelah
larut.
23 Bila klien tidak mampu menahan obat, tempatkan mangkuk
obat pada bibir dengan perlahan masukkan setiap obat ke
dalam mulut, satu per satu. Jangan tergesa-gesa.
24 Dampingi klien sampai semua obat ditelan.
25 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
26 Evaluasi respon klien terhadap pengobatan.
27 Merapihkan peralatan.
28 Rencanakan tindak lanjut.
29 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan
topik).
30 Dokumentasikan tindakan dan hasil (catat nama obat, dosis,
waktu dan tanggal pada kartu obat, respon klien, serta
bubuhi tanda tangan perawat).
A. Tujuan
Memberikan obat padat dengan meletakkan obat di bawah lidah
B. Prinsip
1. Pemberian obat dengan memperhatikan prinsip 6 benar
2. Obat sub lingual setelah diletakkan dibawah lidah, akan larut dan mudah diabsorpsi
3. Saat pemberian obat sub lingual, obat tidak boleh ditelan
4. Tidak boleh minum sampai seluruh obat larut
C. Persiapan Alat
1. Obat sub lingual
2. Medication cup (mangkuk obat)
3. Kartu obat
4. Tissue
5. Baki obat
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT SUB LINGUAL
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan tujuan pemberian obat dan langkah-langkah
tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Siapkan peralatan.
7 Lihat program pengobatan yang diberikan dokter, meliputi :
nama obat, dosis, tujuan pengobatan dan riwayat alergi
klien.
8 Ambil obat yang benar, baca label obat dan baca batas
kadaluwarsa.
9 Siapkan obat sub lingual yang akan diberikan.
10 Ambil obat dan simpan ke mangkuk obat.
11 Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
12 Minta klien untuk meletakkan obat di bawah lidah
13 Ingatkan klien untuk membiarkan obat tetap berada di bawah
lidah,
sampai seluruh obat larut (obat tidak ditelan)
14 Anjurkan klien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan
berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
15 Dampingi klien sampai semua obat larut.
16 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
17 Evaluasi respon klien terhadap pengobatan.
18 Merapihkan peralatan.
19 Rencanakan tindak lanjut.
20 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan
topik).
21 Dokumentasikan tindakan dan hasil (catat nama obat, dosis,
waktu dan tanggal pada kartu obat, respon klien, serta
bubuhi tanda tangan perawat).
A. Tujuan
Memberikan obat dengan cara meletakkan obat padat diantara gusi dengan membran
mukosa pipi sampai obat tersebut larut
B. Prinsip
1. Pemberian obat dengan memperhatikan prinsip 6 benar
2. Saat pemberian obat bukal, lindungi klien dari iritasi mukosa
3. Tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat
4. Obat bukal bereaksi secara lokal pada mukosa atau secara sistemik ketika obat ditelan
dalam saliva
C. Persiapan Alat
1. Obat bukal
2. Medication cup (mangkuk obat)
3. Kartu obat
4. Tissue
5. Baki obat
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Waktu pemberian
4. Cara pemberian
5. Reaksi alergi
6.
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT BUKAL
Nilai
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Ucapkan salam terapeutik.
2 Lakukan evaluasi/validasi. Identifikasi klien dengan
membandingkan nama pada kartu obat, nama pada gelang
identifikasi klien dan minta klien menyebutkan kembali
nama lengkapnya.
3 Lakukan kontrak (waktu, tempat dan topik).
4 Jelaskan tujuan pemberian obat dan langkah-langkah
tindakan.
5 Cuci tangan.
6 Siapkan peralatan.
7 Lihat program pengobatan yang diberikan dokter, meliputi :
nama obat, dosis, tujuan pengobatan dan riwayat alergi
klien.
8 Ambil obat yang benar, baca label obat dan baca batas
kadaluwarsa.
9 Siapkan obat bukal yang akan diberikan.
10 Ambil obat dan simpan ke mangkuk obat.
11 Bantu klien mengambil posisi duduk atau berbaring miring.
12 Minta klien untuk meletakkan obat diantara gusi dan selaput
(membran) mukosa pipi.
13 Ingatkan klien untuk membiarkan obat tetap berada di
membran mukosa pipi, sampai seluruh obat larut (obat tidak
dikunyah atau ditelan).
14 Dampingi klien sampai semua obat larut.
15 Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
16 Evaluasi respon klien terhadap pengobatan.
17 Merapihkan peralatan.
18 Rencanakan tindak lanjut.
19 Lakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan
topik).
20 Dokumentasikan tindakan dan hasil (catat nama obat, dosis,
waktu dan tanggal pada kartu obat, respon klien, serta
bubuhi tanda tangan perawat).
B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Risiko terjadinya kerusakan jaringan rendah bila penyuntikan dilakukan pada otot-otot
besar, tetapi risiko masuk / menembus pembuluh darah tinggi
4. Pilihlah otot yang memiliki integritas kulit utuh dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
5. Pilihlah area penyuntikan yaitu otot vastus lateralis, otot ventrogluteal, otot dorsogluteal
dan otot deltoid
C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (ukuran 2-5 ml untuk dewasa ;1-2 ml untuk anak)
3. Jarum (19G-23G dan panjang 1-1 ½ inchi untuk dewasa ; 25G-27G dan panjang ½ -1
inchi untuk anak ; 5/8 inchi untuk bayi baru lahir)
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
Khusus obat dalam sediaan ampul :
9. Ampul berisi obat
10. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
11. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
12. Vial berisi obat
13. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi
B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Pilihlah area penyuntikan antara lain : di lengan bawah sisi dalam, paha atas dan
punggung (dekat skapula)
4. Obat yang diberikan umumnya dalam dosis yang kecil, yaitu 0,1 ml
5. Setelah penyuntikan, benjolan yang timbul diusap dengan desinfektan tetapi tidak dipijit
C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (1 ml)
3. Jarum kecil yang tajam (no 26 atau 27)
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
Khusus obat dalam sediaan ampul :
9. Ampul berisi obat
10. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
11. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
12. Vial berisi obat
13. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi
B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Pilih area penyuntikan yaitu dilengan atas luar dan punggung anterior, abdomen, skapula,
ventrogluteal atas dan dorsogluteal
4. Dosis yang diberikan umumnya kecil (0,5-1,5 ml)
5. Sering menimbulkan nyeri karena banyaknya reseptor nyeri pada lapisan ini
6. Kecuali heparin dan insulin, area penyuntikan harus dirotasi untuk meminimalkan
kerusakan jaringan, gangguan absorpsi obat dan menghindari ketidaknyamanan
C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (ukuran 1 ml, 100 U insulin)
3. Jarum kecil dan tajam (25G-27G dan panjang 3/8 – 5/8 inchi)
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
Khusus obat dalam sediaan ampul :
9. Ampul berisi obat
10. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
11. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
12. Vial berisi obat
13. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi
B. Prinsip
1. Pertahankan sterilisasi
2. Perhatikan lokasi penyuntikan dari :
a. Adanya infeksi, aberasi kulit atau jaringan nekrosis pada lokasi
b. Ada tidaknya serat dibawah otot
c. Berapa jumlah obat yang dapat diinjeksi di lokasi tersebut
3. Pilih area penyuntikan yaitu : pada lengan (vena mediana cubiti/vena sefalika/vena
basalika), pada tungkai (vena saphenous), pada leher (vena jugularis), pada kepala (vena
frontalis, vena temporalis) atau pada mata kaki (vena dorsal pedis)
4. Umumnya digunakan pada keadaan darurat dengan tujuan mendapatkan efek langsung
dari obat
5. Dapat digunakan pada klien tidak sadar dan berisiko aspirasi
C. Persiapan Alat
Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan:
1. Bak suntik (bak instrumen ukuran kecil)
2. Syringe/spuit (ukuran 2-5 ml)
3. Jarum
4. Nierbekken/bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Kartu obat atau buku pemberian obat
8. Tourniquet (karet pembendung)
9. Baki obat
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Plester
Khusus obat dalam sediaan ampul :
13. Ampul berisi obat
14. Gergaji ampul/bantalan kassa kecil untuk memotong leher ampul
15. Wadah tempat membuang bahan gelas (bekas potongan ampul)
Khusus obat dalam sediaan vial :
16. Vial berisi obat
17. Pelarut obat, seperti normal saline atau air steril untuk melarutkan obat dalam bentuk
kering
D. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Bentuk pemberian obat terdiri dari oral dan parenteral. Bentuk oral adalah obat
yang masuk melalui mulut dan cara parenteral adalah suatu yang disuntikkan melalui
lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai tempat dan dengan bermacam-
macam kedalaman. Obat diberikan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan
untuk menentukan dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan
yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2003) . Ilmu Meracik Obat . Teori dan Praktek. Gadjah Mada University Press.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011 Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. 2017. Farmakologi. Jilid IV. Cetakan pertama. Jakarta: Pusdinakes.
Karch, M. A. (2010). Buku ajar farmakologi keperawatan. Jakarta: EGC
Lestari, Y. N. (2009). Pengalaman perawat dalam menerapkan prinsip enam benar dalam
pemberian obat di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
http://jurnal.undip.ac.id/index.php/FIK keS/article/view/432.
Perry, Peterson & Potter. (2005). Buku saku ketrampilan dan prosedur dasar. Edisi 5. Jakarta:
EGC
Souza, S. de, Rocha, P. K., Cabral, P. F. de A., & Kusahara, D. M. (2014). Use of safety
strategies to identify children for drug administration. Acta Paulista de Enfermagem, 27(1),
06–11. https://doi.org/10.1590/1982-0194201400003
Tangkeallo, M. E. (2021). Kajian Farmakologi Obat Pada Anak Dan Orang Dewasa (Kajian
Literature Review) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).