Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR 2

PRINSIP PEMBERIAN MEDIKASI

Di susun

Oleh

I Made Panji Ari Santanu

Rani Baso

Sri Devi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA

PROGRAM STUDI S1 KEPERWATAN

2019

i
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa,karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas prinsip pemberian medikasi.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini.Oleh karena itu,kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

halaman

SAMPUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip pemberian medikasi................................................................... 3
2.2 Konep farmakologi................................................................................. 12
...............................................................................................................
2.3 Farmako kinetik sebagai dasar kerja...................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 16
3.2 Saran...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah
memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat
merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal.
Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat
diberikan.
Seorang medis memiliki tanggung jawab dalam memahami
kerja obat dan efek samping yang di timbulkan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien,dan membantu klien
menggunakan dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Adapun rute pemberian obat di bedakan atas beberapa rute antara
lain secara oral, parenteral, pemberian topical, inhalasi dan
intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan
obat dan efek yang di inginkan juga kondisi fisik dan mental klien
Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen
yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya
kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu
penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga
dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya
tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar,
objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian
pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga
dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat

1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep prinsip pemberian medikasi ?
2. Bagaimana konsep dasar farmakologi ?
3. Bagaimana konsep farmakokinetik sebagai dasar kerja ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep prinsip pemberian medikasi
2. Untuk mengetahui konsep dasar farmakologi
3. Untuk mengetahui konsep farmakokinetik sebagai dasar kerja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip pemberian medikasi


A. Pengertian medikasi
Medikasi adalah cara utama terapi yang diprogramkan oleh
medis untuk mengobati masalah kesehatan atau masalah klien.
Meskipun obat menguntungkan, Obat bukan tanpa reaksi
merugikan. Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip
keamanan dalam pemberian medikasi serta pemantauan hasil
khusus obat

Sebelum memberikan obat pada pasien,ada beberapa


persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan
dalam pemberian obat,diantaranya :
1. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas
medis harus memerhatikan kebenaran obat sebanyak 3x,
yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan
obat, saat obat di programkan, dan mengembalikan obat
ketempat penyimpanan.
2. Tepat dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian
obat,maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes,gelas ukur,spuit atau sendok khusus : alat untuk
membelah tablet; dan lain-lain. Dengan demikian,perhitungan
dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3. Tepat pasien
Obat yang diberikan hendaknya benar pada
pasien yang di programkan. Hal ini dilakukan dengan

3
mengidentifikasi identitas kebenaran obat,yaitu mencocokan
nama,nomor register,alamat,dan program pengobatan pada
pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek
sistematik yang fatal pada pasien. Untuk itu,cara pemberiannya
adalah dengan cara melihat cara pemberian atau jalur obat
pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan
waktu yang diprogamkan,karena berhubungan dengan kerja
obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Tepat pendokumentasi
Dokumentasi sangat penting,jadi setelah memberikan
obat kita harus segera memberikan obat ke format dokumentasi
dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah sebagai catatan
perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan
tindakan.
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada
manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan
bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh.

Macam- macam bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara


lain adalah sebagai berikut:

1. Pulvis (Serbuk)

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia


yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar.

4
2. Pulveres

Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih


kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang
cocok untuk sekali minum.

3. Tablet (Compressi)

Tablet merupakan sediaan padat kompak dibuat secara


kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua
permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Tablet terbagi
atas :

 Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat


bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design
cetakan.
 Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah
pada massa lembab dalam lubang cetakan.
 Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil
umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan
 Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut
atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat
sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
 Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati).
Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
 Tablet Bukal : digunakan dengan meletakkan di antara pipi
dan gusi.
 Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas
dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab.
Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.

5
 Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah.
Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah
ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
4. Pilulae (PIL)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil


mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian
oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan
kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

5. Kapsulae(Kapsul)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam


cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan
sediaan kapsul yaitu:

 Menutupi bau dan rasa yang tidak enak


 Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar
matahari
 Lebih enak dipandang dan mudah ditelan
6. Solutiones (Larutan)

Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau


lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air,
yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk
lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya
yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).

6
7. Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat


tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara
lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi
topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga
bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.

8. Emulsi

Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase


cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi
sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
distabilkan oleh zat pengemulsi.

9. Galenik

Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang


berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.

10. Extractum

Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan


mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang
ditetapkan.

11. Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan


mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 oC
selama 15 menit.

7
12. Immunosera (Imunoserum)

Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin


khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat
kuman/virus/antigen.

13. Unguenta (Salep)

Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk


pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga
dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

14. Suppositoria

Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan


bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan yaitu:

 Penggunaan lokal memudahkan defekasi serta mengobati


gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.
 Penggunaan sistemik aminofilin dan teofilin untuk asma,
chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk
sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
15. Guttae (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau


suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar,
digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope

8
Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae
(obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes
telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae
(tetes mata).

16. Injectiones (Injeksi)

Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau


suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan
pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui
mulut.

Pemberikan obat dapat dilakukan dalam beberapa cara:

1. Enteral

Cara pemberian obat memalului dengan tujuan mencegah,


mengobati,mengurangi rasa sakit sesuai efek terapi.

Keuntungan : praktis, aman, dan ekonomis

Kelemahan : efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika


pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak
kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak
enak), iritasi pada saluran cerna.

2. Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang


absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti
insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian
parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak

9
sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang
cepat.

a. Intravena (IV)

Memasukkan cairan obat langsung kedalam


pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat langsung
masuk dalam sistem sirkulasi darah. Pemberian obat yang
dilakukan melalui vena, diantaranya vena mediana
cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena
jugularis (leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala).

Tujuan : Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat


penyerapan obat Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan

b. Intramuskular (IM)

Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan


otot.

Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat


dibandingkan dengan subcutan Lokasi penyuntikan dapat
pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan
posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau
lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam
penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar,
vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf. Pemberian
obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh
kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan
kelengkapan absorpsi obat.

c. Subkutan (SC)

Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah


pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu

10
pada jaringan konektif atau lemak di bawah
dermis,Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya
dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

d. Intracutan (IC)

Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan


kulit,Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan
ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum
dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas
tubuh terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan
pasien dari efek alergi obat (dengan skin test), menentukan
diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin
tes).

e. Inhalasi

inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat


melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel
paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan
efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena.
Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita
dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit
paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke
tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

f. Topikal

Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek


lokal obat diinginkan untuk pengobatan. Misalnya,
klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung

11
pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin
atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk
mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan
refraksi.

2.2 Konsep farmakologis


Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
pharmacon adalah obat dan logos adalah ilmu. Obat adalah setiap zat
kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup pada tingkat molekular.
Farmakologi sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari interaksi obat dengan konstituen (unsur pokok)
tubuh untuk menghasilkan efek terapi (therapeutic).
Banyak definisi tentang farmakologi yang dirumuskan
oleh para ahli, antara lain: Farmakologi dapat dirumuskan sebagai
kajian terhadap bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem
kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan
molekul-molekul regulator yang mengaktifkan atau menghambat
proses-proses tubuh yang normal. Ilmu yang mempelajari mengenai
obat, mencakup sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komponen, efek
fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat Dengan demikian,
farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas
cakupannya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa
bagian dari farmakologi ini telah berkembang menjadi disiplin ilmu
tersendiri dalam ruang lingkup yang lebih sempit, tetapi tidak terlepas
sama sekali dari farmakologi, misalnya farmakologi klinik, farmasi,
toksikologi, dan lain-lain.

Umumnya, para ahli farmakologi menggabungkan antara


farmakologi kedokteran atau farmakologi medis (ilmu yang berkaitan
dengan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan penyakit) dengan

12
toksikologi (ilmu yang mempelajari efek-efek yang tidak diinginkan
dari suatu obat dan zat kimia lain).

Farmakologi diklasifikasikan dalam beberapa cabang keilmuan


diantaranya:
 Farmakognosi
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan
dan bahan lain yang merupakan sumber obat.
 Farmakokinetik
Cabang Ilmu farmakologi yang mempelajari perjalanan obat
dalam tubuh
 Farmakodinamik
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tentang efek obat
terhadap fisiologi dan biokimia dari sel jaringan/organ tubuh
beserta mekanisme kerjanya(fisiologis)
 Farmakologiklinik
Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat pada
manusia(morfologi)
 Farmakoterapi
Cabang ilmu farmakologi yang berhubungan dengan penggunaan
obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit

Hubungan antara dosis suatu obat yang diberikan pada seorang


pasien dan penggunaan obat dalam pengobatan penyakit
digambarkan dengan dua bidang khusus farmakologi yaitu:
farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakodinamik mempelajari
apa pengaruh obat pada tubuh. Farmakodinamik berkaitan dengan
efek-efek obat, bagaimana mekanisme kerjanya dan organ-organ apa
yang dipengaruhi. Farmakokinetik mempelajari proses apa yang
dialami obat dalam tubuh. Farmakokinetik berkaitan dengan absorpsi,
distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat-obat.

13
2.3 Farmakokinetik sebagai dasar kerja
Farmakokinetik merupakan ilmu yang mempelajari kinetika
absorbs, distribusi dan eliminasi/penghilangan obat dari dalam
tubuh( ekskresi dan metabolism) obat pada manusia atau hewan dan
menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan
perubahan dalam takaran, rejjimen takaran, rute pemberian, dan
keadaan fisiologi pada penimbunan dan disposisi obat atau secara
singkat nya pengaruh tubuh terhadap obat.
Absorbsi, distribusi, biotransformasi, dan eliminasi suatu obat
pada suatu tubuh merupakan proses dinamis yang kontinu dari saat
suatu obat dimakan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh.
Laju terjadinya proses-proses ini memengaharuhi onset, intensitas,
dan lamanya kerja obat di dalam tubuh.
Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi
distribusi metabolisme dan ekskresi. Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat.
1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam darah bergantung pada cara pemberiannya,
tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah
cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi
utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm,
diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ). Obat yang
diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum
masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-pass.
Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif

14
sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi
sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi
sistemik ke jaringan dan cairan tubuh, meliputi: aliran darah,
permiabilitas kapiler.

3. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh
merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk
dapat dibuang keluar tubuh. Obat dapat dimetabolisme melalui
beberapa cara yaitu: metabolisme inaktif kemudian diekskresikan
dan metabolisme aktif yang memiliki kerja farmakologi tersendiri
dan dimetabolisme lanjutan.

4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat
jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah,
payudara), kulit dan taraktusintestinal.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu
pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
obat dan cara kerjanya pada system biologis. Didefinisikan sebagai studi
terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme hidup serta segala aspek
interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan
organisme hidup.
Cabang ilmu farnakologi diantaranya yang saling berkaitan adalah
farmakokinetik dan farmakodinamik. Jika farmakokinetik lebih fokus kepada
perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus
membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam
tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta
mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia.
pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang
membutuhkan keterampilan teknik dan pertimbangan terhadap
perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien
diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-
prinsip dalam pemberian obat.
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan
kondisi pasien, diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra
vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu
indikasi dan kontra indikasi pemberian obat.

3.2 Saran

Diharapkan agar mahasiswa lebih mengerti lagi dan lebih


memahami tentang ilmu farmakologi, cabang-cabang dari ilmu
farmakologi serta semua hal yang mencakup tentang ilmu
farmakologi.
Mengetahui jenis-jenis obat, bagaimana cara mengitung dosis
serta perundang-undangan yang mengatur tentang obat-obatan yang
boleh dipasarkan serta yang tidak boleh dipasarkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Enykus, 2003, Keterampilan Dasar Dan Prosedur Perawatan Dasar, ed 1.


Semarang, Kilat press
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi. edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Schmitz, Gery dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai