Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEP.

GERONTIK

ASKEP LANSIA DENGAN RESIKO JATUH

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1

JESIKA SELIN (201901143)


RANI N.A BASO (201901152)
SESKA KWANDY (201901158)
AHMAD ZAIFUL (201901125)
AZIZS ANANG SAPUTRO (201901132)
NAHDATUL IMAM (201901147)
I PUTU EKA PUTRA (201901170)
ALDRIANSYAH (201901126)

PROGARAM STUDI NERSSEKOLAH TINGGI KESEHATAN


WIDYA NUSANTARAPALUTAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
pertolongan dan pimpinanNya sehingga Makalah Keperawatan Gerontik yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan Resiko Jatuh”, dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Kami dalam penulisan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan


dalam menyusun makalah ini dan kami menerima dengan baik semua saran dan
kritikan demi perbaikan penulisan makalah ini.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang


pendidikan khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
Nusantara Palu.

Palu, 20 September 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................

ii
Daftar Isi ......................................................................................................

iii
Bab I Pendahuluan
I. Latar Belakang ............................................................................
1
II. Tujuan .........................................................................................
2
Bab II Tinjauan Pustaka
I. Konsep Teori Syok
A. Definisi Jatuh ......................................................................... 3
B. Penyebab – Penyebab Jatuh Pada Lansia ................................. 3
C. Faktor Resiko .......................................................................... 5
D. Pathway .................................................................................. 7
E. Komplikasi ................................................................................ 8
F. Pencegahan................................................................................. 7
G.Pengkajian................................................................................... 9
H. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan ...................................... 12
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ...............................................................................

19
B. Saran .........................................................................................

19
Daftar Pustaka ..............................................................................................

iii
20

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jatuh biasanya dianggap sebagai konsekuensi alami menjadi tua. Lansia yang

tinggal di institusi mengalami jatuhlebih sering daripada yang berada dikomunitas

karena mereka secara khas lebih rentan dan memiliki banyak disabilitas. Insiden

jatuh setiap tahunnya dikomunitas meningkat dari 25 % pada usia 70 tahun menjadi

35% setelah berusia lebih dari 75 tahun. Satu dari tiga Jumlah lansia yang terus

meningkat, mendapat perhatian dari pemerintah yang ingin meningkatkan kualitas

hidup lansia. Kualitas hidup lansia dicapai salah satunya dengan pencegahan masalah

yang akan terjadi pada lansia.Jatuh merupakan salah satu problem yang dihadapi

lansia. Saat lansia jatuh akan terjadi penurunan kemandirian lansia, meningkatnya

biaya hidup lansia bahkan kematian, sehingga perlu ada usaha pencegahan jatuh

dengan mengidentifikasi berbagai resiko jatuh pada lansia.

Ditinjau dari segi manifestasi klinis, jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera

dan kerusakan fisik dan psikologis. Konsekuensi yang paling ditakuti dari kejadian

jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh

adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis. Osteoporosis yanglebih

umum terjadi pada wanita merupakan faktor penting yang turut berperan pada

insiden jatuh.

Manifestasi psikososial dari jatuh dapat memiliki banyak dampak pada lansia

sama halnya seperti dampak akibat cedera fisik, jika tidak lebih berat. Walaupun

cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat

memiliki banyak konsekuensi, termasuk ansietas, menarik diri dari kegiatan sosial,

1
pembatasan dalam aktivitas sehari-hari. Konsekuensilain dari jatuh yaitu hilangnya

kemandirian dan pengendalian, merasa kehilangan, merasa rapuh, perhatian tentang

kematian dan takut menjadi beban keluarga dan teman-teman.Jatuh danrasa takut

jatuh dapatmemperberat dan memaksa lansia dan keluarga untuk mengatasinya.

(Riskesdas 2013).

B. Tujuan

Untuk menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Resiko Jatuh.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang

melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di

lantai / tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau

luka.

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di

dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya

berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan

dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung

benda – benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.

B. Penyebab – Penyebab Jatuh Pada Lansia

Penyebab jatuhpada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara


lain:

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama ( 30 – 50% kasus jatuh

lansia ), Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung.Gabungan antara

lingkungan yang jelek dengan kelainan – kelainan akibat proses menua

misalnya karena mata kurang awas, benda – benda yang ada di rumah

tertabrak, lalu jatuh, nyeri kepala dan atau vertigo, hipotensi orthostatic,

hipovilemia / curah jantung rendah, disfungsi otonom, penurunan kembalinya

darah vena ke jantung, terlalu lama berbaring, pengaruh obat-obat hipotensi,

hipotensi sesudah makan.

3
b. Obat – obatan

- Diuretik / antihipertensi

- Antidepresen trisiklik

- Sedativa

- Antipsikotik

- Obat – obat hipoglikemia

- Alkohol

c. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit – penyakit akut seperti :

- Kardiovaskuler :

 Aritmia

 Stenosis aorta

 sinkope sinus carotis

- Neurologi :

 TIA

 Stroke

 Serangan kejang

 Parkinson

 Kompresi saraf spinal karena spondilosis

 Penyakit serebelum

d. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

- Drop attack ( serangan roboh )

4
- Penurunan darah ke otak secara tiba – tiba

- Terbakar matahari

C. Faktor Resiko

Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa
stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:

1. Sistem sensorik

Yang berperan di dalamnya adalah: visus, pendengaran, fungsi


vestibuler, dan proprioseptif. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lanjut
usia, diduga karena perubahan fungsi vestibuler akibat proses menua.
Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher dapat menganggu fungsi
proprioseptif.

2. Sistem saraf pusat (SSP)

SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input


sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hidrosefalus dengan tekanan
normal, yang diderita oleh lanjut usia akan menyebabkan gangguan fungsi
SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.

3. Kognitif

Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya


risiko jatuh.

4. Muskuloskeletal

Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang


spesifik milik lanjut usia, dan berperan besar terhadap terjadinya jatuh.
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan

5
ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang
terjadi akibat proses menua tersebut antara lain di sebabkan oleh:

a) Kekakuan jaringan penghubung.

b) Berkurangnya massa otot.

c) Perlambatan konduksi saraf.

d) Penurunan visus/lapang padang.

e) Kerusakan proprioseptif.

yang semuanya menyebabkan:

 Penurunan range of motion (ROM) sendi.

 Penurunan kekuatan otot, terutama kelemahan ekstremitas bawah.

 Perpanjangan waktu reaksi otot/refleks.

 Kerusakan persepsi dalam.

 Peningkatan postural sway (goyangan badan).

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah


yang pendek, penurunan irama dan pelebaran langkah kaki, sehingga tidak
dapat menapak dengan kuat dan lebih gampang goyah. Perlambatan reaksi
mengakibatkan seseorang susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi
gangguan seperti terpeleset, tersandung atau kejadian mendadak, sehingga
memudahkan jatuh.

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lanjut usia dibagi dalam dua
golongan besar:

a. Faktor instrinsik

6
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi
yang sama mungkin tidak jatuh. Faktor intrinsik tersebut antara lain
adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya
berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan
gelap, keringat dingin, pucat dan pusing.

b. Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)


diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda. Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain
lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau
jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan.

D. Patofisiologi

Disebutkan oleh beberapa peneliti, faktor muskuloskeletal merupakan faktor yang


benar-benar mumi milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh.
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini
berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gaya berjalan yang
terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:

1. Kekakuan jaringan penghubung

2. Berkurangnya masa otot

7
3. Perlambatan konduksi saraf : waktu reaksi yang pendek, menurunnya
kesadaran sensorik untuk perabaan ringan, vibrasi dan temperature.
Meningkatnya ayunan tubuh, serta gangguan reflex tegak.

4. Penurunan visus/lapang pandang : menurunnya kapasitas akomodasi,


penglihatan dekat (presbopia), ketajaman penglihatan, penglihatan malam,
penglihatan perifer, toleransi terhadap cahaya silau dan penglihatan warna
(biru/hijau).

5. Kerusakan proprioseptif : dimana proprioseptif adalah sistem yang


memproses sistem informasi dari otot dan sendi tubuh manusia sehingga
individu paham dimana letak tubuh dan gerak tubuh nya, seperti ketika
berjalan.

Kesemuanya itu menyebabkan penurunan range of motion (ROM) sendi,


penurunan kekuatan otot terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah,
perpanjangan waktu reaksi, kerusakan persepsi, peningkatan postural sway
(goyangan badan).

Semua perubahan tersebut meyebabkan keterlambatan gerak, langkah pendek,


penurunan irama dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan
kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan
seorang lansia susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti
terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.

E. Komplikasi

1. Perlukaan ( injury )

a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau

tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena

b. Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan

bawah, tungkai bawah, kista

c. Hematom subdural

8
2. Perawatan rumah sakit

a. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi )

b. Risiko penyakit – penyakit iatrogenik

c. Disabilitas

d. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik

e. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan

pembatasan gerak

f. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan ( nursing home )

F. Pencegahan

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah

terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.Ada 3

usaha pokok untuk pencegahan, antara lain :

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor

intrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik,

muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari / menyebabkan

jatuh.Keadaan leingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan

jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak

menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda – benda kecil

yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yangsudah tidak aman ( lapuk,

dapat bergeser sendiri ) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya

diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan / tempat

aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan

9
pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka.WC sebaiknya dengan kloset

duduk dan diberi pegangan di dinding.

Obat – obatan yang menyebabkanhipotensi postural, hipoglikemik atau

penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan

penjelasan yang komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang risiko

terjadinya jatuh akibat minum obat tertentu.Alat bantu berjalan yang dipakai

lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan

yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan

ukuran tinggi badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ( gait )

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi.Penilaian postural sway

sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia.Bila goyangan

badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan

latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan ( gait ) juga harus

dilakukan dengan cermat apakah penderita mengangkat kaki dengan benar

pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup

untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat

kelainan / penurunan.

3. Mengatur / mengatasi fraktur situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut,

penyakit yang dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin

kesehatan lansia secara periodik.Faktor situasional bahaya lingkungan dapat

dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut

10
diatas.Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai

dengan kondisi kesehatan penderita.Perlu diberitahukan pada penderita

aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak

boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil

pemeriksaan kondisi fisik.Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas

fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat

melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

G. Pathway

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Kondisi fisik dan Obat-obatan yang


neuropsikiatrik diminum
Penurunan visus dan Alat-alat bantu
pendengaran berjalan

Perubahan Lingkungan yang


neuromuskuler, gaya tidak mendukung
berjalan dan reflek (berbahaya)
postural karena proses
menua
- ROM menurun
- Kekuatan otot menurun
- Perpanjangan waktu reaksi
- Kerusakan persepsi
- postural sway meningkat

- Kelambanan gerak
- Penurunan irama
- Kaki cenderung gampang goyah
- Keterlambatan mengantisipasi gangguan
seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba

11
Resiko Jatuh

H. Pengkajian

a. Pengkajian fisik

Pengkajian fisik secara teratur dan seksama dapat mengidentifikasi masalah-

masalah potensial dan perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi resiko

jatuh pada lansia.

1. Perubahan sensoris, yaitu pemakaian kacamata dan alat bantu pendengaran

dapat meningkatkan ketajaman dan memaksimalkan kemampuan

2. Kardiovaskuler yang meliputi penanganan disritmia secara tepat dan

pengaturan tekanan darah dan perubahan-perubahan ortostatik dapat

menurunkan resiko jatuh pada lansia

3. Muskuluskeletal, neurologis, serta gaya berjalan dan keseimbangan

Pengkajian muskuluskeletal meliputi mobilitas, kekuatan, gaya berjalan

dankeseimbangan. Pengkajian neurologis yaitu adanya tremor, gaya berjalan

dan keseimbangan.

Adapun pengkajian keseimbangan pada lansia dibagi dua bagian yaitu:


a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan. Kriteria penilaiannya
meliputi:
Beri nilai 0 jika tidak menunjukkan kondisi dibawah ini

12
Beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu kondisi dibawah ini:

Skor
No Tes uji keseimbangan
0 1
1 Bangun
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali
2 Duduk ke kursi
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ditengah
kursi
3 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3
kali)
Klien menggerakkan kaki ke atas, memegang
objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya
4 Mata tertutup
Sama seperti diatas (periksa kepercayaan klien
tentang input penglihatan untuk keseimbangan)
5 Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk
dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya,
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
6 Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan
bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada
ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu
untuk dukungan
7 Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil
objek-objek kecil dari lantai, memegang objek
untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha

13
multipel untuk bangun

b. Komponen gaya berjalan atau gerakan satu kondisi dibawah ini

Beri nilai 0 jika tidak menunjukkan kondisi dibawah ini

Beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu kondisi dibawah ini

Skor
No Tes uji keseimbangan
0 1
1 Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk
dukungan
2 Ketinggian langkah kaki (memegang kaki saat
melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki
terlalu tinggi (< 5 cm)
3 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari
samping klien
Setelah langkah-langkah awal,lamgkah menjadi tidak
konsisten, memulai mengangkat satu kaki sementara
kaki yang lain menyentuh lantai
4 Ketidaksimetrisan langkah (lebih baik di observasi
dari belakamg klien)
Tidak berjalan dalam garis, bergelombang dari satu
sisi ke sisi
5 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik
diobservasi dari belakang klien)
6 Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan

4. Nutrisi, yaitu adanya anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,


malnutrisi

14
5. Penyakit akut seperti infeksi
b. Pengkajian psikososial meliputi kesehatan emosi, prilaku dan kemampuan

kognitif, konfusi, depresi, ansietas, agitasi, penyangkalan, takut jatuh,perhatian

tentang jatuh, selanjutnya adalah keadaan tempat tinggal, pemberi perawatan

dan pola aktifitas

c. Penggunaan obat-obatan dan efeknya termasuk penggunaan alkohol serta obat-

obat yang dibeli bebas

d. Lingkungan di antaranya inspeksi tentang bahaya-bahaya dirumah seperti

penggunaan pegangan dikamar mandi, karpet dan lemari.

e. Pengkajian riwayat jatuh, yaitu kegiatan apa yang dilakukan sehingga berakibat

jatuh. Apa yang terjadi setelah jatuh, dan apakah orang itu pernah jatuh

sebelumnya

I. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan (NIC) Intervensi (NOC) Rasional

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management 1. keluhan nyeri juga


berhubungan tindakan keperawatan dapat diamati
1. Observasi tanda melalui tanda-tanda
dengan agen selama……x 24 jam
non verbal dari vital serta reaksi non
cedera klien gdiharapkan : verbal
ketidaknyamana
2. lingkungan dapat
Pain Control n digunakan sebagai
2. Control factor sarana terapeutik
- Klien mampu bagi klien
lingkungan yang
melaporkan 3. keluhan nyeri juga
mempengaruhi dapat diamati
nyerinya
ketidaknyamana melalui tanda-tanda
- Klien mampu vital serta reaksi non
n
mengontrol verbal
3. Kaji factor yang 4. untuk mengetahui
nyerinya
mengakibatkank tingkat pengetahuan
Pain Level klien terhadap nyeri
etidakyamanan
5. untuk memilih

15
- Tidak ada 4. Kaji intervensi yang
ekspresi wajah pengetahuan dan cocok dan untuk
mengevaluasi
dari kepercayan
keefektifan dari
nyeri/ketidakny terhadap nyeri terapi yang
amanan 5. Kaji penyebab, diberikan.
6. Untuk meningkatkan
- Tidak ada kualitas, lokasi,
kenyamanan klien
diaphoresis skala dan 7. Untuk memberikan
- Tidak ada waktu/durasi penurunan nyeri dan
mencegah
kelemahan nyeri.
kekurangan atau
- Respirasi dalam 6. Ajarkan kelebihan obat
batas normal manajemen obatan
(12-24 x/menit) nyeri non
- Nadi dalam farmakologi Distraction
batas normal dengan nafas
1. Dapat mengurangi
(60-100x/menit) dalam ansietas dan rasa
7. Kolaborasi takut, sehingga
dengan dokter mengurangi persepsi
akan intensitas rasa
pemberian sakit
analgesik 2. Meningkakan
Distraction releksasi dan
membantu untuk
1. Dorong individu memfokuskan
perhatian sehingga
memilih teknik
dapat meningkatkan
distraksi yang ia sumber koping
sukai seperti
Simple massage
music,
percakapan yang 1. Memudahkan
partisipasi pada
menarik, atau
aktifitas tampa
humor. timbul rasa tidak
2. Evaluasi dan nyaman
dokumentasi 2. Menjaga agar klien
tetap merasa
respon dari nyaman.
teknik distraksi 3. Membantu

16
merilekskan tubuh
klien
Simple massage 4. Mempermudah
pemijatan
1. Pilih area tubuh B.
untuk dilakukan
pemijatan
2. Hindari terlalu
banyak
percakapan
selama pemijata
kecuali
menggunakan
teknin distraksi
3. Dorong klien
menarik nafas
dalam dan relaks
selama
pemijatan
4. Gunakan minyak
saat pemijatan

2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Memberikan


Teaching : disease informasi sebagai
mobilitas fisik tindakan keperawatan
Process dasar dan
berhubungan selama……x 24 jam
pengawasan
dengan klien diharapkan : 1. Observasi tanda
keefektifan
keterbatasan dan gejala intervensi
- Klien mampu penurunan 2.
rentang gerak
mampertahankan mobilitas sendi, informasi tentang
kekuatan dan dan kehilangan status respirasi dan
ketahanan sistem ketahanan fungsi jantung klien.
muskuloskeletal 2. Observasi status 3.
dan fleksibilitas respirasi dan pada lansia
sendi-sendi 4.

17
dibuktikan oleh fungsi jantung diri: meningkatkan
tidak adanya klien. rasa kontrol dan
kontraktur. 3. Observasi kemandirian klien
lingkungan 5.
terhadap bahaya- diri dan kemandirian
bahaya keamanan pasien
yang potensial.
Ubah lingkungan
untuk
menurunkan
bahaya-bahaya
keamanan.
4. Ajarkan tentang
tujuan dan
pentingnya latiha
5. Ajarkan
penggunaan alat-
alat bantu yang
tepat
3 Risiko jatuh Setelah dilakukan Environmental 1. Mengurangi resiko
berhubungan tindakan keperawatan Management: cedera

dengan proses selama … x 24 jam


1. Safety: awasi
penuaan pasien diharapakan
dan gunakan
tidak jatuh
lingkungan fisik
Falls prevention untuk
behavior meningkatkan
keamanan
- pasien mampu
berdiri, duduk, Falls Prevention:

berjalan tanpa 1. Kaji penurunan 1. Untuk


pusing kognitif dan fisik mengetahui
- Klien mampu apakah ada
pasien yang

18
menjelaskan jika mungkin dapat gejala seperti
terjadi serangan meningkatkan hipotensi,
inkontinensia
dan cara resiko jatuh
urin, aliran
mengantisipasiny darah otak
2. Instruksikan
a berkurang,edem
pasien agar a, pusing,
memanggil kelemahan
kelelahan dan
asisten ketika
kebingungan.
melakukan 2. Untuk
pergerakan membantu klien
melakukan
aktifitas.

19
BAB III

PENUTUP

C. Kesimpulan
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor yang berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut maupun faktor ekstrinsik,
sehingga dapat memberikan komplikasi yang cukup serius kepada lanjut usia/lansia.
Oleh sebab itu diperlukan asuhan keperawatan lansia dengan resiko jatuh, agar
perawat dapat melakukan tindakan yang tepat bagi lansia dengan resiko jatuh.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang asuhan keperawatan lansia dengan
resiko jatuh ini, dapat menambah ilmu dan pengetahuan kepada tenaga kesehatan
khususnya perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada lansia dengan
resiko jatuh.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, I Komang. ____. Kejadian Jatuh Pada Lanjut Usia.

(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/2b58a90e24a674449435

cfc485a67ad1.pdf) . Diakses pada 23 September 2020, pukul 23.00 wita.

Https://dokumen.tips/resiko-jatuh-pada-lansia.html. Diunduh 18 september 2020.

Riskesdas, 2013. Kementrian kesehatan

Wilkinson, Ahern.(2012) buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC/ penulis, Judith M. Wilkinson, Nancy R.

Ahern ; alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa indonesia, Dwi

Widiarti.- Ed.9.- Jakarta: EGC

Bagus, Muhammad. _____. Patofisiologi, Woc dan Pencegahan Resiko Jatuh Rina.

(https://id.scribd.com) . Diakses pada 24 September 2020, pukul 00.10 Wita.

21

Anda mungkin juga menyukai