Anda di halaman 1dari 27

Keperawatan Gawat Darurat

Syok

Disusun Oleh Kelompok 2

1. Jesika Selin (201901143)


2. Rani N.A Baso (201901152)
3. Annilinus Gwijangge (201901129)

Dosen Mata Kuliah : Ns. Ismawati, M.Sc

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu


Program Studi Ners

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
pertolongan dan pimpinanNnya sehingga Makalah Keperawatan Gawat Darurat
yang berjudul “Syok”, dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami dalam penulisan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan


dalam menyusun makalah ini dan kami menerima dengan baik semua saran dan
kritikan demi perbaikan penulisan makalah ini.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang


pendidikan khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
Nusantara Palu.

Palu, 20 September 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................

ii
Daftar Isi ......................................................................................................

iii
Bab I Pendahuluan
I. Latar Belakang ............................................................................
1
II. Tujuan .........................................................................................
2
Bab II Tinjauan Pustaka
I. Konsep Teori Syok
A. Definisi .................................................................................. 3
B. Etilogi ...................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis ................................................................... 5
D. Patofisiologi ............................................................................ 5
E. Tahapan Syok .......................................................................... 6
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 8
G. Penatalaksanaan ...................................................................... 9
H. Discharge Planning ................................................................... 10
II. Asuhan Keperawatan Syok
A. Pengkajian ............................................................................. 11
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 12
Bab III Rencana Asuhan Keperawatan .......................................................... 13
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ...............................................................................

21

iii
B. Saran .........................................................................................

21
Daftar Pustaka ..............................................................................................

22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit,
membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat, maka dari itu perlu
adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat. Salah satu
kegawat daruratan yang memerlukan tindakan segera, yaitu syok.
Syok adalah sindrom gangguan perfusi dan oksigenasi sel secara
menyeluruh sehingga kebutuhan metabolisme jaringan tidak terpenuhi.
Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti
perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik),
sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor
yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok
anafilaktik). Akibatnya, terjadi gangguan fungsi sel atau jaringan atau
organ, berupa gangguan kesadaran, fungsi pernapasan, sistem pencernaan,
perkemihan serta sistem sirkulasi itu sendiri.
Sebagai respon terhadap menurunnya pasokan oksigen,
metabolisme energi sel akan berubah menjadi metabolisme anaerobik.
Keadaan ini hanya dapat ditoleransi tubuh untuk sementara waktu, dan
jika berlanjut, timbul kerusakan pada jaringan organ vital yang dapat
menyebabkan kematian. Syok bukanlah suatu penyakit dan tidak selalu
disertai kegagalan perfusi jaringan. Syok dapat terjadi setiap waktu pada
siapapun. Penanganannya pun didasarkan pada diagnosis dini yang tepat.
Syok hipovolemik merupakan jenis syok yang paling sering
ditemukan, dan hampir semua syok memiliki komponen syok hipovolemik
didalamnya akibat menurunnya beban hulu (preload). Syok hipovolemik
merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan

1
yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah (syok hemorragic)
atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab
terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah,
dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik
merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak
dibandingkan syok lainnya.
Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan
mobilitas penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah
kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien
syok hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan obsetri
meninggal pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang.
Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa jam terjadi
perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.
Berdasarkan kasus diatas maka pada kesempatan ini penulis akan
membahas tentang syok secara teori dan asuhan keperawatannya.

II. Tujuan
Untuk mengetahui tentang Konsep Teori dan Asuhan Keperawatan
Syok.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Teori Syok


A. Definisi
Syok adalah sindrom klinis yang dicirikan dengan
ketidakseimbangan sistemik antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Ketidakseimbangan ini terjadi akibat kondisi ketidakadekuatan aliran
darah ke organ tubuh dan jaringan sehingga menyebabkan disfungsi
selular yang mengancam kehidupan.
B. Etiologi
Syok dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu singkat
dari ruang intravascular (syok hipovolemik), kegagalan pompa
jantung (syok kardiogenik), infeksi sistemik berat (syok septic), reaksi
imun yang berlebihan (syok anafilaksis), dan reaksi vasavagai (syok
neurologic).
Jenis dan penyebab Syok:

Jenis Penyebab
Hipovolemik Kekurangan cairan intravascular
Kardiogenik Kegagalan fungsi pompa jantung
Septic Infeksi sistemik berat
Anafilaksis Reaksi imun berlebih
Neurogenik Reaksi vasovagal berlebihan

1. Syok Neurogenik, disebut juga sinkope. Syok ini terjadi karena


reaksi vasovagal berlebihan yang menyebabkan vasodilatasi
menyeluruh diregio spanknikus sehingga perdarahan otak
berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu
lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri.
2. Syok Hipovolemik, penyebabnya antara lain:
a. Perdarahan : Perdarahan yang terlihat (perdarahan dari luka
dan hematemesis dari tukak lambung), dan perdarangan tidak

3
terlihat (perdarahan dari saluran cerna seperti perdarahan
pada tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan diluar uterus,
patah tulang pervis, dan patah tulang besar atau majemuk).
b. Kehilangan Plasma : luka bakar luas, pankreatitis,
deskuamasi kulit, sindrom dumping.
c. Kehilangan Cairan Ekstraseluler: muntah (vomitus),
dehidrasi, diare, terapi deuretik yang sangat agresif, diabetes
insipidus, insufisiensi adrenal.
3. Syok Kardiogenik, disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung
yang mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti
sama sekali.
4. Syok Septic, terjadi akibat infeksi luka atau jaringan lunak, abses,
peritonitis, infeksi traktus urogenitis, infeksi paru/pneumonia,
luka bakar infeksi dan merupakan keadaan dimana terjadi
penurunan tekanan darah (tekanan darah sistolik kurang dari 90
mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 40
mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun telah
dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan
vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi
organ. Syok septic merupakan keadaan gawat darurat yang
memerlukan penanganan segera.
5. Syok Anafilaksis, reaksi anafilatik adalah gejala yang timbul
melalui reaksi alergen dan antibodi. Sedangkan yang tidak
melalui reaksi imunologik disebut sebagai reaksi anafilaktoid
tetapi karena baik gejala yang timbul maupun pengobatannya
tidak dapat dibedakan, maka kedua macam reaksi diatas dsebut
sebagai anafilaksis yang merupakan bentuk terberat dari alergi
obat.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala syok, sebagai berikut

4
Tipe Syok Septik Hipovolemik Anafilaksis Kardiogenik Vasovagal
TD N/-/-- -/-- -/-- -/-- N
Tekanan nadi N/+/++ -/-- -/-- -/-- N
Denyut nadi +/++ +/++ +/++ + Lambat
Isi nadi Besar Kecil N/kecil N/kecil N
Vasokonstriks
- + + +(-) N/-
i perifer
Suhu kulit Hangat Dingin Dingin Dingin N
Warna Merah Pucat N/Pucat N/Pucat N/Pucat
Tek vena N/renda
N/rendah N/rendah Tinggi N
sentral h
Diuresis -/-- -- - -/-- N
EKG N N N Abn N
Foto Paru Udem
N N Udemm N
infiltrat
N : Normal, Abn : Abnormal, + : meningkat, ++ : sangat meningkat, - : turun,
-- : sangat turun

D. Patofisiologi
Ketika satu atau lebih komponen kardiovaskular tidak berfungsi
secara tepat, hal-hal hemodinamik tubuh berubah. Akibatnya perfusi
jaringan dapat menjadi tidak adekuat untuk mempertahankan
metabolisme selular yang normal. Hasilnya adalah sindrom klinis
yang dikenal dengan syok. Manifestasi syok terjadi akibat upaya
tubuh dalam mempertahankan organ vital (jantung dan otak) dan
mempertahankan kehidupan setelah penurunan perfusi selular.
Bagaimanapun, jika cedera atau kondisi pemicu syok cukup berat atau
memakan waktu yang lama, hipoksia selular dan kematian selular
terjadi.
Syok dipicu oleh penurunan yang terus menerus pada MAP.
Penurunan ini dapat terjadi setelah penurunan curah jantung,
penurunan sirkulasi volume darah, atau peningkatan ukuran bantalan
vaskular akibat vasodilatasi perifer. Jika intervensi sesuai dan efektif,

5
kejadian fisiologis yang mencirikan stok dapat dihentikan; jika tidak,
syok dapat menyebabkan kematian.
E. Tahapan Syok
1. Tahap I: Syok dini, reversibel dan kompensasi
Tahap awal syok dimulai ketika baroreseptor dalam
lengkungan aorta dan sinus karotid mendeteksi penurunan MAP
yang terus menerus hingga kurang dari 10 mmHg dari nilai
normal. Volume darah yang bersirkulasi dapat menurun (biasanya
kurang dari 500 mL), tetapi tidak cukup menyebabkan efek yang
serius.
Tubuh bereaksi terhadap penurunan tekanan arteri. Pusat
integrasi serebral memulai sistem respons tubuh dengan
memengaruhi sistem saraf simpatis sehingga meningkatkan
frekuensi jantung dan menguatkan kontraksi jantung yang
meningkatkan curah jantung. Stimulasi simpatis juga
menyebabkan vasokonstriksi perifer sehingga mengakibatkan
peningkatan resistansi vaskular sistemik dan peningkatan tekanan
arteri. Akibat lain adalah perfusi sel, jaringan dan organ
dipertahankan. Selama tahap awal syok, gejala sangat sedikit.
Frekuensi nadi dapat sedikit meningkat. Jika cedera yang terjadi
adalah cedera minor atau cedera durasi pendek, tekanan arteri
biasanya dipertahankan dan tidak ada gelaja lebih lanjut yang
terjadi.
Syok kompensasi dimulai setelah MAP menurun 10-15
mmHg dibawah nilai normal. Volume darah yang bersirkulasi
dikurangi dengan 25% hingga 35% (1000 mL atau lebih), tetapi
mekanisme kompensasi mampu memelihara tekanan darah dan
perfusi jaringan ke organ vital sehingga dapat mencegah
kerusakan sel.
2. Tahap II: Syok intermediat atau syok progresif

6
Tahap syok progresif terjadi setelah penurunan yag terus
menerus MAP sebesar 20 mmHg atau lebih rendah dari nilai
normal dan kehilangan cairan sebesar 35%-50% (1800-2500 mL
cairan). Meskipun mekanisme kompensasi pada tahap
sebelumnya tetap teraktivasi, mekanisme ini tidak lagi mampu
mempertahankan MAP pada tahap yang memadai guna
memastikan perfusi organ vital.
Respons vasokonstriksi yang pertama kali membantu
mempertahankan MAP akhirnya membatasi aliran darah ketitik
sel yang mengalami kekurangan oksigen. Untuk tetap hidup, sel
yang sakit berubah dari metabolisme aerobik menjadi anaerobik.
Asam laktat terbentuk sebagai hasil sampingan metabolisme
anaerobik yang menimbulkan keadaan asidosis pada tingkat
selular. Akibatnya, adenosine triphospate (ATP), sumber energi
selular, dihaslkan secara tidak efisien. Karena kekurangan energi,
pompa natrium-kalium menjadi rusak. Kalium keluar dari sel,
ketika natrium dan air bergerak ke dalam. Karena proses ini terus
berlanjut, sel membengkak, integritas membran sel menjadi
hilang,dan organel sel menjadi rusak. Lisosom dalam
mengeluarkan enzim digestif mereka, yang mendisintegrasikan
setiap organel yang tersisa. Beberapa enzim menyebar ke sel yang
berdekatan, yaitu ketika enzim tersebut mengikis dan
menghancurkan membran sel.
Hasil sampingan asam dari metabolisme anaerobik
mendilatasikan arteriol kapiler dan mengonstriksikan venula
setelah kapiler. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam kapiler, dan cairan kembali ke dalam ruang
interstisial. Kapiler juga menjadi sangat permeabel,
memungkinkan protein serum untuk berpindah dari ruang
vaskular ke dalam interstisial. Akumulasi protein plasma

7
meningkatkan tekanan osmotik dalam interstisial, lebih lanjut
meningkatkan pengeluaran cairan dari kapiler.
Selama periode ini, frekuensi jantung dan vasokonstriksi
meningkat, tetapi perfusi kulit, otot skeletal, ginjal dan organ
gastrointestinal sangat berkurang. Sel pada jantung dan otak
menjadi hipoksia ketika sel tubuh lain dan jaringan menjadi
iskemik dan anoksia. Keadaaan umum asidosis dan hiperglikemia
terjadi. Kecuali jika tahap syok ini ditangani dengan cepat,
kesempatan bertahan pasien buruk.
3. Tahap III: Syok refraktori atau irreversible
Jika syok berlanjut ke tahap irreversible, anoksia jaringan
menjadi sangat umum dan kematian selular menjadi sangat
menyebar yang tidak diberikan terapi dapat menjadi rusak
kembali. Meskipun MAP terkadang pulih, terlalu banyak
kerusakan selular terjadi untuk mempertahankan kehidupan.
Kematian sel diikuti oleh kematian jaringan, yang mengakibatkan
kematian organ. Kematian organ vital menyebabkan kematian
tubuh yang selanjutnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur darah
2. Kimia serum, termasuk elektrolit, BUN dan kreatinin
3. DPL dan profil koagulasi
4. AGD dan oksimetri nadi
5. Pemeriksaan curah jantung : indeks jantung menurun, curah
jantung menurun, preload menurun, tekanan atrium kanan (right
atrial pressure, RAP) menurun, afterload meningkat, dan
resistensi vascular sistemik meningkat
6. Laktat serum
7. Urinalisis dengan berat jenis, osmilaritas, dan elektrolit urin
8. Elektrokardiografi (EKG), foto thoraks, ultrasonografi jantung
9. Tes fungsi ginjal dan hati.

8
G. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan
perfusi dan oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan
tekanan darah. Pada syok tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi
jaringan saja biasanya tidak cukup untuk menghentikan
perkembangan peradangan sehingga perlu dilakukan upaya
menghilangkan faktor toksik yang terutama disebabkan oleh bakteri.
Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum,
tanpa memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada
penyebab syok. Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting
terhadap pasien yang mengalami syok hipovolemik dan distributif.
Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki volume darah yang
bersirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan aliran
darah vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Akibat
selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan
pasokan oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa pemberian
cairan kristaloid atau koloid. Kecepatan dan volume terapi cairan
harus dapat ditoleransi oleh individu pasien. Kecepatan dan jumlah
pemberian cairan dimonitor pada tekanan vena sentral dan
pengeluaran urin.
Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangn banyak darah,
secara ideal harus dilakukan transfusi darah dan kontrol perdarahan
harus dilakukan dengan baik. Packed red cell (PRC) atau darah total
(whole blood) secara nyata dapat memperbaiki tekanan darah dan
penghantaran oksigen ke jaringan.
Pada syok kardiogenik, terapi cairan yang telalu cepat dapat
berakibat fatalkarena akan meningkatkan beban kerja jantung dan
selanjutnya membahayakan sirkulasi. Terapi syok kardiogenik
tergantung pada penyebabnya. Jika syok disebabkan oleh
kontraktilitas miokardium yang jelek, disarankan penanganan dengan
beta-agonist. Dobutamin merupakan betaagonist yang mampu

9
meningkatkan curah jantung dan penghantaran oksigen, tanpa
menyebabkan vasokonstriksi, merupakan obat paling umum
digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung. Perikardiosentesis
harus dilakukan jika efusi perikardium cukup banyak dan
menyebabkan tamponad.
Pada syok distributif apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah
dilakukan terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian
vasopresor. Oleh karena curah jantung dan tahanan pembuluh darah
sistemik mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada
pasien hipotensi harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan fungsi
jantung dengan terapi cairan dan obat inotropik, dan/atau
memodifikasi tonus pembuluh darah dengan agen vasopresor.
Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih
kontroversial. Namun apabila digunakan, glukokortikoid harus
digunakan pada penanganan awal dan tidak diulang penggunaannya.
Syok septik sering kali berkaitan dengan bakteri gram negataif dan
antibiotik yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau
aminoglikosida dan penisilin.
H. Discharge Planning
1. Tindakan pencegahan dilakukan sesuai dengan syok yang
dialami.
2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi untuk
kekebalan tubuh dan cairan serta olah raga secara teratur dan
istirahat yang cukup.
3. Kenali tanda-tanda dan gejala syok.
4. Jika terdapat luka parah dan perdarahan segera bawa ke rumah
sakit segera.
5. Kontrol stress.
6. Kenali diri sendiri jika terdapat alergi terhadap sesuatu segera
hindari.

10
7. Jika terdapat luka rawatlah dengan benar untuk menghindari
infeksi, jika tidak bisa segera bawa ke tenaga medis.

II. Asuhan Keperawatan Syok


A. Pengkajian
Data-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi :
1. Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun
2. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi).
3. Tekanan   ventrikel   kiri      peningkatan   tekanan   akhir   
diastolik   ventrikel   kiri, peningkatan tekanan atrium kiri,
peningkatan tekanan baji arteri pulmonal (PCWP).
4. Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan
indeks jantung.
5. Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-5
6. Peningkatan  tekanan  pengisian  ventrikel  kanan    adanya
distensi  vena  jugularis, peningkatan CVP (tekanan > 15 cm
H2O, refleks hepatojugular meningkat.
7. Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau
berkurang.
8. Terdengar bunyi gallop S3, S4  atau murmur.
9. Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia.
10. Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma
11. Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis
12. Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat
13. Sangat kehausan.
14. Mual, muntah.
15. Status  ginjal  haluaran  urine  di  bawah  20  ml/jam,  kreatinin
serum  meningkat, nitrogen urea serum meningkat.
16. Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel.
17. Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal

11
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru dan edema paru.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer darah ditandai dengan
penurunan kardiak output (penurunan nadi dan tekanan darah).
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif (diaphoresis).
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cudera (asam laktat
merangsang mediator nyeri).
5. Resiko syok berhubungan dengan sindrom respon inflamasi
siskermik (hipovolemia).
6. Ansietas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman terkait
dengan kesulitan bernapas (edema pulmonary), eksitasi
kardiovaskular.

BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

12
I. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
dan edema paru.
NOC NIC Rasional
A. Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk a. Untuk
ventilation memaksimalkan ventilasi memaksimalkan
B. Respiratory status : 2. Auskultasi suara nafas, oksigen yang masuk
airway patency catat adanya suara b. Untuk mengetahui
C. Vital sign status tambahan adanya obstruksi
Kriteria Hasil 3. Atur intake untuk cairan atau tidak
A. Tidak ada sianosis mengoptimalkan c. Untuk
dan dyspneu keseimbangan menyeimbangkan
B. Menunjukkan jalan 4. Monitor respirasi dan cairan dalam tubuh
napas yang paten status O2 d. Untuk mengetahui
( tidak merasa 5. Pertahankan jalan napas status oksigen dalam
tercekik, irama yang paten tubuh
nafas, frekuensi 6. Observasi adanya tanda- e. Untuk memudahkan
pernapasan dalam tanda hipoventilasi pernapasan
rentang normal, 7. Monitor adanya f. Mengetahui adekuat
tidak ada suara kecemasan pasien oksigen yang ada
nafas abnormal). terhadap oksigenasi dalam tubuh
C. Tanda-tanda vital 8. Monitor tanda-tanda vital g. Untuk mengetahui
dalam rentang pasien keadaan umum
normal. 9. Identifikasi penyebab dari pasien
perubahan vital sign h. Untuk mencegah
terjadinya
perubahan/penuruna
n vital sign

II. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah ke perifer darah ditandai dengan penurunan kardiak output
(penurunan nadi dan tekanan darah).

13
NOC NIC Rasional
A. Circulation status 1. Monitor adanya daerah a. Untuk
B. Tissue perfusion : tertentu yang hanya peka mengetahui
cerebral terhadap status sirkulasi
Kriteria Hasil panas/dingin/tajam/tump ke jaringan
A. Mendemonstrasikan ul tubuh
status sirkulasi yang 2. Monitor adanya nyeri b.
ditandai dengan: dada (durasi, intensitas c.
1) Tekanan systole dan faktor-faktor d.
dan diastole dalam presipitasi) e.
rentang yang 3. Observasi perubahan f. Untuk
diharapkan ECG mengetahui
2) Tidak ada 4. Auskultasi suara paru dan keseimbangan
ortostatik jantung cairan dalam
hipertensi 5. Monitor irama dan tubuh
3) Tidak ada tanda- jumlah denyut jantung g.
tanda peningkatan 6. Monitor status cairan
tekanan 7. Evaluasi oedem perifer
intrakranial (tidak dan denyut nadi
lebih dari 15 8. Monitor peningkatan
mmHg) kelelahan dan kecemasan
B. Mendemonstrasikan 9. Kelola pemberian obat-
kemampuan kognitif obat: analgesik, anti
yang ditandai dengan: koagulan, nitrogliseri,
1) Berkomunikasi vasodilator dan diuretik
dengan jelas dan 10. Tingkatkan istirahat
sesuai dengan (batasi pengunjung)
kemampuan
2) Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan

14
orientasi
3) Memproses
informasi
4) Membuat
keputusan dengan
benar
C. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter.

III. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif (diaphoresis).

NOC NIC Rasional


A. Fluid Balance Fluid Management a. Untuk mengetahui
B. Hydration 1. Pertahankan catatan status balance
C. Nutritional status: intake dan output yang cairan dalam tubuh
food and fluid akurat b. Untuk mengetahui
D. intake 2. Monitor status hidrasi kebutuhan hidrasi
Kriteria Hasil (kelembaban membran tubuh
A. mempertahankan mukosa, nadi adekuat, c. Untuk mengetahui
urine output sesuai tekanan darah keadaan umum
dengan usia dan BB, ortostatik), jika perlu klien
BJ urine normal, HT 3. Monitor vital sign d. Untuk mengetahui
normal 4. Monitor masukan kebutuhan nutrisi
B. tekanan darah, nadi, makanan/cairan dan harian tubuh
suhu tubuh dalam hitung intake kalori e. Untuk memenuhi
batas normal harian kebutuhan cairan

15
C. tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasikan tubuh
dehidrasi pemberian cairan IV f. Untuk mengetahui
D. Elastisitas turgor kulit 6. Monitor status nutrisi kebutuhan nutrisi
baik, membran 7. Dorong masukan oral g. Untuk
mukosa lembab, tidak Hypovolemia Management mempertahankan
ada rasa haus yang 1. Monitor status cairan
berlebihan termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal

IV. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (asam laktat merangsang
mediator nyeri).
NOC NIC
A. Pain level Pain Management
B. Pain control 1. Lakukan pengkajian nnyeri
C. Comfort level secara komprehensif termasuk

16
Kriteria Hasil lokasi, karakteristik, durasi,
A. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri(tahu penyebab nyeri, presipitasi.
mampu menggunakan tehnik 2. Observasi reaksi nonverbal dan
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, mencari 3. Gunakan teknik komunikasi
bantuan) terapeutik untuk mengetahui
B. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
menggunakan manajemen respon nyeri
nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
C. Mampu mengenali nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan
(skala, intensitas, frekuensi nyeri (farmakologi,
dan tanda nyeri) nonfarmakologi, dan
D. Menyatakan rasa nyaman interpersonal)
setelah nyeri berkurang. 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
8. Ajarkan teknik non famakologi
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
10. Evaluasi ketidakefektifan kontrol
nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis

17
obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik

V. Resiko syok berhubungan dengan sindrom respon inflamasi siskemik


(hipovolemia).
NOC NIC
A. Syok Prevention Syok prevention
B. Syok management 1. Monitor status sirkulasi BP,
Kriteria Hasil warna kulit, suhu kulit, denyut
A. Nadi dalam batas yang jantung, HR,dan ritme, nadi
diharapkan perifer, dan kapiler refill
B. Irama jantung dalam batas 2. Monitor tanda inadekuat
yang diharapkan oksigenasi jaringan
C. Frekuensi nafas dalam batas 3. Monitor suhu dan pernafasan
yang diharapkan 4. Monitor input dan output
D. Irama pernapasan dalam batas 5. Pantau nilai laboratorium: HB,
yang diharapkan HT, AGD dan elektrolit
E. Natrium serum, kalium serum, 6. Monitor hemodinamik invasi

18
klorida serum, kalsisum yang sesuai
serum, magnesium serum dan 7. Monitor tanda dan gejala asites
PH darah serum dalam batas 8. Monitor tanda awal syok
normal 9. Tempatkan pasien pada posisi
Hidrasi, indikator: supine, kaki elevasi untuk
A. Mata cekung tidak ditemukan penigkatan preload dengan tepat
B. Demam tidak ditemukan 10. Lihat dan pelihara kepatenan
C. TD dalam batas normal jalan napas
D. Hematokrit dalam batas 11. Berikan cairan IV dan atau oral
normal yang tepat
12. Berikan vasodilator yang tepat
13. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala
datangnya syok
14. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
Syok Management
1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor fungsi renal (BUN dan
Cr Lavel)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan, input
output
5. Catat gas darah arteri da oksigen
dijaringan
6. Monitor EKG
7. Memanfaatkan pemantauan
jalur arteri untuk meningkatkan
akurasi pembacaan tekanan
darah

19
8. Menggambar gas darah arteri
dan memonitor jaringan
oksigensasi
9. Memnatau tren dalam parameter
hemodinamik (misalnya CVP,
MAP, tekanan kapiler
arteri/pulmonal)
10. Memonitor gejala gagal
pernapasan (misalnya rendah
PaO2, peningkatan PaCO2,
kelelahan otot pernapasan)
11. Monitor nilai laboratorium

VI. Ansietas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman terkait dengan


kesulitan bernapas (edema pulmonary), eksitasi kardiovaskular.
NOC NIC
A. Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
B. Anxiety level kecemasan)
C. Coping 1. Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil menenangkan
A. Klien mampu 2. Jelaskan semua prosedur dan
mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala cemas prosedur
B. Mengidentifikasi, 3. Pahami perspektif pasien
mengungkapkan dan terhadap situasi stres
menunjukkan tehnik untuk 4. Temani pasien untuk
mengontrol cemas memberikan keamanan dan
C. Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
D. Postur tubuh, ekpresi wajah, 5. Identifikasi tingkat kecemasan
bahasa tubuh dan tingkat 6. Bantu pasien mengenal situasi
aktivitas menunjukkan yang menimbulkan kecemasan

20
berkurangnya kecemasan. 7. Dorong apsien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
8. Intruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi

BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Syok adalah sindrom klinis yang dicirikan dengan
ketidakseimbangan sistemik antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Ketidakseimbangan ini terjadi akibat kondisi ketidakadekuatan aliran
darah ke organ tubuh dan jaringan sehingga menyebabkan disfungsi
selular yang mengancam kehidupan.
Syok sendiri dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu
singkat dari ruang intravascular (syok hipovolemik), kegagalan pompa
jantung (syok kardiogenik), infeksi sistemik berat (syok septic), reaksi
imun yang berlebihan (syok anafilaksis), dan reaksi vasavagai (syok
neurologic).
Syok merupakan salah satu kondisi kegawat daruratan yang
memerlukan tindakan segera, oleh karena itu penatalaksanaan syok harus
dilakukan berdasarkan dengan penyebab terjadinya.

II. Saran
Dengan adanya materi tentang syok serta mempelajari nya
diharapkan agar mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi
perawat profesional agar dapat lebih mengerti dan memahami tentang syok
sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Mahasiswa juga

21
diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan yang sesuai untuk
melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok

DAFTAR PUSTAKA

Adi Putra, I Ketut Bawantika. 2016. Hypovolemic Shock.


(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/57bc1efcc1982e3
302ce96c31c3f8a2c.pdf). Diakses pada 16 September 2020, pukul 12.30
wita.

Irfan, Budi, dkk. 2019. Makalah Syok Kegawatdaruratan.


(https://www.academia.edu/38470362/Makalah_Syok_Kegawatdaruratan?
swp=rr-rw-wc-7438132). Diakses pada 17 September 2020, pukul 12.15
wita.

LeMone, Priscilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed.5 Vo.1.
Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: MediAction.

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Ed. 3.


Jakarta: EGC.

Wardani, Iin. _____. Kegawatdaruratan Syok.


(https://www.academia.edu/16346258/kegawatdaruratan_Syok). Diakses
pada 20 September 2020, pukul 21.00 wita.

22
Wulandari, Dwi Ita, dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Pasien Dengan Syok.
(https://www.academia.edu/36409732/KELOMPOK_4_ASUHAN_KEPE
RAWATAN_GAWAT_DARURAT_SYOK_docx). Diakses pada 17
September 2020, pukul 13.40 wita.

23

Anda mungkin juga menyukai