Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “Gawat Darurat Luka Bakar“
dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen
Bencana.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat,
selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Langsa, Februari 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Tujuan ........................................................................................ 2

BAB II TRIAGE DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


A. Pengertian ...................................................................................3
B. Sistem Triage .............................................................................3
C. Kategori/Klasifikasi Triage ........................................................4

BAB III TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi ....................................................................................... 7
B. Klasifikasi....................................................................................7
C. Etiologi ....................................................................................... 9
D. Patofisiologi ............................................................................. 11
E. Pathway .................................................................................... 13
F. Manifestasi klinis ..................................................................... 14
G. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 16
H. Penatalaksanaan........................................................................ 16
I. Proses Penyembuhan ................................................................26
J. Komplikasi ............................................................................... 27
K. Kegawatdaruratan Luka Bakar.................................................28

ii
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .................................................................................31
B. Diagnosa Keperawatan, Rencana dan Evaluasi........................32

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ....................................................................... 39
B. SARAN .................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana
saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain.
Penyebab luka bakarpun bermacam-macam tipe berupa api, cairan panas, uap
panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit.
Cidera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang.
Pendapat di atas tidak akan terwujud tanpa adanya penanganan yang
cepat dan tepat serta kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan yang
terkait. Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena
luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, dan
sayatan). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan seperti:
1. Ditempati kuman dengan patogenitas tinggi
2. Terdapat banyak jaringan mati
3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah
4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma)
5. Memerlukan jaringan untuk menutup
Berbagai karakteristik unit luka bakar membutuhkan intervensi khusus
yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab
luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan
dalam memerlukan perawatan/ intervensi lebih intensif dibandingkan luka
bakar yang hanya sedikit dan superficial. Luka bakar yang terjadi karena
tersiram air panas dengan luka bakar yang disebabkan zat kimia atau radiasi
atau listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka
bakarnya sama. Luka bakar yang mengenai daerah genetalia mempunyai

1
resiko yang lebih besar untuk terjadinya infeksi dibandingkan dengan luka
bakar yang ukuran/luasnya sama pada bagian tubuh yang lain. Luka bakar
yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi kapasitas fungsi pasien
(produktivitas/kemampuan kerja) sehingga memerlukan teknik penanganan
yang berbeda dengan bagian tubuh lain.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan
pasien dengan gawat darurat luka bakar
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi dari fraktur gawat darurat luka bakar
b) Untuk mengetahui etiologi gawat darurat luka bakar
c) Untuk mengetahui manifestasi klinis gawat darurat luka bakar
d) Untuk mengetahui patofisiologi gawat darurat luka bakar
e) Untuk mengetahui pathway gawat darurat luka bakar
f) Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada gawat darurat
luka bakar
g) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan gawat
darurat luka bakar
h) Untuk mengetahui bagaimana tinjauan asuhan keperawatan gawat
darurat luka bakar

2
BAB II
TRIAGE DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Pengertian
Triage dalam keperawatan gawat darurat di gunakan untuk
mengklasifikasian keparahan penyakit atau cedera dan menetapkan prioritas
kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-
sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5
menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah
terlatih dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian
UGD, dan memiliki kualisifikasi:
1. Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
2. Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
3. Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
4. Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
5. Keterampilan pengkajian yang tepat, dll

B. Sistem Triage
1. Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan
mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sistem ini
memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh
ENA (Emergenci Nurse Association) meliputi
a. A (Airway)
b. B (Breathing)

3
c. C (Circulation)
d. D (Dissability of Neurity)
e. E ( Ekspose)
f. F (Full-set of Vital sign)
3. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier
mencakup protokol penanganan:
a. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
b. Pemeriksaan diagnostic
c. Pemberian obat
d. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
4. Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di
tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

C. Kategori/ Klasifikasi Triage


61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan
menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah
(Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant).
1. Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi
yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal massif
2. Kuning (Urgent)

4
Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat
di tunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang
disignifikan dan memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-
tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh:
a. Fraktur multiple
b. Fraktur femur/pelvis
c. Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma,
obdomen berat)
d. Luka bakar luas
e. Gangguan kesadaran/trauma kepala
f. Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan
ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan
perawatan sesegera mungkin.
3. Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat di tunda, penyakit atau cidera minor
Contoh:
a. Fektur minor
b. Luka minor
c. Luka bakar minor
4. Hitam (Expectant)
Korban yang meninggal dunia atau yang berpotensi untuk meninggal
dunia. Kurang dari 6%, memakai sistem empat kelas yaitu:
a. Kelas I : kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau
tindakan segera).
b. Kelas II: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera
mungkin).

5
c. Kelas III: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
d. Kelas IV: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di
tangani)
Kurang dari 10%, digunakan sistem 5 tingkat yaitu:
a. Kritis Segera Henti jantung
b. Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
c. Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
d. Stabil 1-2 jam Sinusitis
e. Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan

6
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,dan
radiasi.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat zat yang
bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah, luka bakar ini bisa menyebabkan kematian, atau akibat lain
yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika.

B. Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasi berdasarkan penyebab, kedalaman luka dan
keseriusan luka, yaitu:
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
1) Derajat II dangkal (superficial)

7
2) Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American burn association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori:
a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar derajar II seluas >20% yang mengenai wajah, tangan,
kaki, alat kelamin atau persendian sekitar ketiak.
2) Luka bakar derajat III seluas >10%
3) Luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 volt
4) Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas
jaringan lunak atau gangguan jalan nafas
b. Luka bakar moderat
1) Luka bakar derajat II seluas 10-15%
2) Luka bakar derajat III seluas 5-10%
c. Luka bakar minor
1) Luka bakar derajat I
2) Luka bakar derajat II seluas <15%
3) Luka bakar derajat III seluas <2%
4. Ukuran luas luka bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan berdasarkan presentase terhadap luas
permukaan tubuh dengan cara “Role of nine“ yaitu membagi luas permukaan
tubuh pasien dengan setiap bagian mencerminkan luas 9% atau kelipatan 9%
dari luas permukaan tubuh.
a. Kepala dan leher : 9 %
b. Dada depan dan belakang : 18 %
c. Abdomen depan dan belakang : 18 %
d. Tangan kanan dan kiri masing-masing : 9 %

8
e. kaki kanan dan kiri masing-masing : 18 %
f. Perineum : 1 %

C. Etiologi
Terdapat empat jenis cedera luka bakar yaitu termal, kimia, listrik, dan radiasi.
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) .
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.

9
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal.
Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan
sumber arus maupun grown.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:


1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:

10
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur

D. Patofisiologi
Luka bakar pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 oC tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
derajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang
kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah. Pada
luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh,
penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok.
Luka bakar dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Kegagalan organ multi sistem dimulai dengan terjadinya
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,
peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan osmotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila
hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan

11
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan.
Gangguan perkusi jaringan akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang
menyuplai sirkulasi organ-organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar,
traktus gastrointestinal dan neurologi.

24 jam pertama luka bakar

Terjadi koagulasi nekrosis dari jaringan lunak

Mengeluarkan substansi substansi vasoaktif

Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi

Pembentukan edema jaringan dan peningkatan kehilangan cairan

Syok hipovolemik, penurunan cardiac output, syok seluler

18-24 jam berikutnya

Permeabilitas kapiler kembali normal

Ruang ke tiga teratasi

12
E. Pathway

13
F. Manifestasi Klinis

14
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
1) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis.
2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema.
3) Tidak dijumpai bulae.
4) Nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi spontan 5-10 hari.
b. Luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermi, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
2) Dijumpai bullae.
3) Nyeri karena ujung ujung saraf teriritasi.
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Derajat II dangkal (superfisial)
a) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi spontan 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa,
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.

15
2) Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
3) Tidak dijumpai bulae.
4) Kulit yang terbakar berwarna abu abu dan pucat.
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eksar.
6) Tidak ada nyeri dan hilang sensasi, saraf sensorik mengalami
kerusakan /kematian.
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak anak
2) Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi
b. Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum.
c. Luka bakar minor

16
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak anak
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
3) Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, kaki
4) Luka tidak sirkumfer
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :
1. Laboratorium : Hb, Ht, leucosit, thrombosit, gula darah, elektrolit, kreatinin,
ureum, protein, albumin, hapusan luka, urine lengkap, AGD (bila
diperlukan) dll
2. Rontgen: foto thorax, dan lain lain
3. EKG
4. CVP: untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak

H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Penanganan awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar :
1) Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
2) Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat
efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera
menjadi oedem
3) Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam
air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-

17
kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan
yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan
sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu
dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar
yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak
seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
4) Evaluasi awal
5) Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada
luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada
komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.

Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar


inhalasi. Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung
yang gosong. Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan
suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi
lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask
face atau endotracheal tube.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali
untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk
membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air
mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial
thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh
lapisan kulit (full thickness)

b. Penanganan luka bakar di unit gawat darurat

18
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama
yaitu :
1) Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan
nafas), B : Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi)
2) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan pasien
mengalami trauma inhalasi)
4) Kaji adanya edema saluran pernafasan (mungkin pasien perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi)
5) Kaji adanya faktor–faktor lain yang memperberat luka bakar seperti
adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes,
hipertensi, gagal ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena
tegangan listrik
6) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya
dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)
7) Pasang kateter urin
8) Pasang NGT jika diperlukan
9) Pemberian terapi cairan intravena
10) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
11) Periksa laboratorium darah yang meliputi:
a) Hb,ht, trombosit
b) Protein total
c) Ureum dan kreatinin
d) Elektrolit
e) Gula darah
f) Analisa gas darah
g) Tes fungsi hati
12) Berikan suntikan ATS / toxoid
13) Perawatan luka :

19
a) Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
b) Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi
yang mengganggu pergerakan
c) Selimuti pasien dengan selimut steril
14) Pemberian obat–obatan (kolaborasi dokter)
a) Antasida H2 antagonis
b) Roborantia (vitamin C dan A)
c) Analgetik
d) Antibiotik
15) Mobilisasi secara dini
16) Pengaturan posisi

c. Penanganan luka bakar berdasarkan penyebabnya


1) Luka bakar karena pakaian yang terbakar
Tindakan yang dilakukan:
a) Usahakan korban segera berbaring
b) Gunakan pemadam kebakaran yang berisi bubuk kering jika
punya
c) Jangan gunakan kain atau bahan nilon
d) Jangan menggulingkan korban di tanah karena dapat
memperluas daerah kulit yang terbakar
Prosedur tindakan pendinginan cepat dan pencegahan infeksi:
a) Tinggalkan atau gunting pakaian atau dinginkan dengan air
b) Dinginkan korban dengan menyiramnya air dingin selama 10
menit
c) Lakukan ambulasi
d) Periksa jalan nafas, apakah ada hambatan
e) Tutuplah luka bakar dengan pembalut bersih untuk mengurangi
resiko infeksi

20
f) Berikan air minum jika pasien sadar untuk menggantikan
cairan yang keluar
2) Luka bakar suhu tinggi dan terkena cairan panas
Prosedur merawat luka bakar suhu tinggi dan terkena cairan panas:
a) Lepas atau gunting pakaian yang menutupi kulit yang terbakar
b) Lepaskan semua benda yang mengganggu (cincin, gelang,
arloji, dll) sebelum terjadi pembengkakan
c) Taruh bagian yang terbakar dibawah kran air dingin, pancuran
mandi, penyiram tanaman dan alirkan air pada bagian itu
sekurangnya 10 menit
d) Jangan mengoleskan mentega, salep, odol atau lotion
e) Jangan menarik untuk membuang apa saja yang lengket pada
luka bakar
3) Luka bakar karena bahan kimia
a) Segera dan dengan tuntas cuci badan yang terkena dibawah
kran air atau semprotan air
b) Tinggalkan atau gunting pakaian yang terkena zat korosif itu
c) Tutup luka bakar dengan kain atau pembalut bersih
4) Luka bakar karena listrik
a) Matikan arus
b) Gunakan tangkai sapu atau tongkat atau kursi kayu untuk
memisahkan anggota badan korban dari titik kontak listrik
c) Bila telah aman, periksa nafas dan detak jantung korban
d) Berikan bantuan hidup dasar
e) Taruh korban dalam posisi pemulihan jika pingsan
f) Rawat luka bakarnya yang tersengat listrik dengan
mendinginkannya menggunakan air
g) Tempelkan bantalan steril atau bersih kemudian perban

21
h) Jangan menggunakan air bila korban masih tersambung dengan
arus listrik
5) Luka bakar karena terkena cairan panas yang ringan
a) Segera lakukan pendinginan untuk meminimalkan kerusakan
jaringan. Taruh bagian yang cedera dibawah pancuran air kran
yang dingin secepat mungkin
b) Biarkan si bawah air kran sampai benar benar dingin
c) Balut luka dengan bahan yang bersih dan tidak berbulu
d) Jangan mengganggu lepuh dengan menusuk atau menarik kulit
yang terkupas
6) Luka bakar karena sinar matahari
a) Berlindunglah dari cahaya matahari
b) Dinginkan kulit di bawah pancuran yang dingin
c) Hindari tekanan pada kulit yang terbakar
d) Untuk luka bakar yang ringan oleskan krim/lotion khusus
e) Untuk kasus yang lebih serius, biarkan lepuh yang terjadi
f) Beri obat penghilang nyeri (kolaborasi dokter)

2. Medis
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara lain
terapi cairan dan terapi obat – obatan topical.
a. Pemberian cairan intravena
Tujuan terapi pemberian cairan
1) Menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan
edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24
jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan
pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang

22
hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian
cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam
setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5
sampai 1.5mL/kgBB/jam.
2) Memenuhi kebutuhan cairan tubuh agar tercapai keseimbangan
cairan dan elektrolit yang optimal serta kelangsungan proses perfusi
jaringan dapat terjamin, sehingga oksigenisasi jaringan terpelihara,
dan klien terhindar dari efek lanjut, yaitu kematian.

Hal hal yang harus diketahui sebelum pemberian terapi cairan:


1) Diperolehnya gambaran luas luka bakar
2) Menentukan jenis cairan yang akan diberikan
3) Mengetahui berbagai rumus formula untuk perhitungan kebutuhan
cairan
4) Menentukan jumlah kebutuhan cairan
Jenis cairan yang diberikan:
1) Cairan koloid : larutan dengan berat molekul tinggi, efeknya untuk
mempengaruhi tekanan osmotic. Cairan ini ditujukan untuk
penggantian cairan pada kompartemen intravaskuler
2) Cairan kristaloid : cairan isotonic yang memiliki osmolaritas sesuai
dengan cairan tubuh dan tidak mempengaruhi efek osmotic cairan.
Cairan ini ditujukan untuk penggantian cairan pada kompartemen
ekstravaskuler
Pemberian cairan ada beberapa formula :
1) Formula Baxter hanya memakai cairan RL dengan jumlah : % luas
luka bakar x BB (kg) x 4cc diberikan ½ 8 jam I dan ½ nya 16 jam
berikut untuk hari ke 2 tergantung keadaan.
Contoh :

23
Seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang
diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.
Resusitasi cairan : Baxter.
a) Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
b) Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
c) Kebutuhan faal :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ nya diberikan  8 jam pertama
½ nya diberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua :
a) Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
b) Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

2) Formula Evans
a) Formula: 2 ml x BB x % luka bakar + 2000ml/jam
b) Cairan: Koloid : 0,1 ml x BB x % luka bakar
Elektrolit (saline) : I,5 ml x BB x % luka bakar
Glukosa (Dextrose 5%) dalam air 2000 ml untuk
kehilangan IWL
c) Waktu: 8 jam pertama dan 16 jam kedua

24
Hari pertama: 8jam pertama dan 16 jam kedua (50%
diberikan 8 jam pertama dan sisanya 16 jam kedua)
Hari kedua: 50% dari cairan koloid dan koloid yang
diberikan pada hari sebelumnya
d) Pemantauan jumlah diuresis antara 30-50 ml/jam

3) Formula Brook
a) Formula: 2 ml x BB x %luka bakar + 2000ml/jam
b) Cairan: Koloid: 0,5 ml x BB x % luka bakar
RL: 1,5 ml x BB x % luka bakar
Glukosa (Dextrose 5%) dalam air 2000 ml untuk
kehilangan IWL
c) Waktu:
Hari pertama: 8jam pertama dan 16 jam kedua (50%
diberikan 8 jam pertama dan sisanya 16 jam kedua)
Hari kedua: 50% dari cairan koloid dan 50% elektrolit
d) Pemantauan jumlah diuresis antara >50 ml/jam

4) Formula Parkland : 24 jam pertama.Cairan Ringer laktat :


4ml/kgBB/%luka bakar
Contoh:
Pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 % membutuhkan
cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama.
½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam dan ½ jumlah
cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

b. Terapi obat – obatan topical


Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan pada pasien
luka bakar antara lain :

25
a) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
Indikasi : Luka dengan kuman pathogen gram positif dan negatif,
terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : Berikan 1–2 kali per hari dengan sarung tangan steril,
menimbulkan nyeri partial thickness burn selama 30
menit, jangan dibalut karena dapat merngurangi
efektifitas dan menyebabkan macerasi.
b) Silver Nitrat
Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen dan
infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi sulfa
atau tosix epidermal nekrolisis.
Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari,
yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi
setiap 2 jam.
c) Silver Sulfadiazine
Indikasi : Spektrum luas untuk microbial pathogen ; gunakan
dengan hati – hati pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal atau hati.
Keterangan : Berikan 1–2 kali per hari dengan sarung steril, biarkan
luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
d) Povidone Iodine (Betadine)
Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan negatif, candida
albican dan jamur.
Keterangan : Tersedia dalam bentuk solution, sabun dan salep,
mudah digunakan dengan sarung tangan steril,
mempunyai kecenderungan untuk menjadi kerak dan
menimbulkan nyeri, iritasi, mengganggu pergerakan
dan dapat menyebabkan asidosis metabolic

26
I. Proses Penyembuhan
Proses penyembuhan luka terbagi dalam tiga fase:
1. Fase Inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 2-3 hari pasca luka bakar. Dalam
fase ini terjadi perubahan vascular dan poliferasi selular. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonim. Mulai timbul
epitelisasi.
2. Fase Fibi Oblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada fase ini
timbul abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai
jaringan gramulasi yang berwarna kemerahan.
3. Fase Maturasi
Fase ini terjadi proses pematangan kolagen dan jadi penurunan
aktivitas seluler dan vascular. Fase ini berlangsung hingga 8 bulan sampai
lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda tanda inflamasi
bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis,
lemas, tanpa rasa nyeri atau gatal.
Faktor faktor yang mendukung penyembuhan luka:
1. Penatalaksaan luka yang tepat
2. Sikap mental yang positif
3. Kesehatan menyeluruh yang baik
4. Keseimbangan istirahat dan latihan
5. Pengetahuan perawat dan pasien
6. Usia (muda)
7. Kontrol nyeri
8. Nutrisi yang adekuat
9. Tidak ada inkotinensin
10. Kontrol infeksi
11. Balutan yang sesuai

27
12. Hygiene yang baik
Faktor faktor yang menghambat penyembuhan luka:
1. Penanganan luka yang kurang tepat
2. Faktor psikologis, stress akut
3. Kesehatan secara umum yang kurang baik
4. Kurang mobilisasi
5. Usia (tua)
6. Nyeri
7. Sirkulasi yang kurang baik
8. Pemakai alkohol dan perokok yang berlebihan
9. Nutrisi yang kurang baik
10. Hygiene yang kurang baik

J. Komplikasi
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang
dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu
fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang
buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan
kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
1. Infeksi dan sepsis
2. Oliguria dan anuria
3. Oedem paru
4. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
5. Anemia
6. Kontraktur
7. Kematian

28
K. Kegawatdaruratan Luka Bakar

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang.
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang
terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan
napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak
bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun
lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga
hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah
lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan
meningkatnya diuresis.

29
Pengaruh cedera luka bakar pada sistem tubuh:

1. Respon seluler
a. Cedera panas langsung pada sel sel endotel dengan peningkatan
osmolaritas jaringan yang terbakar
b. Penurunan tekanan oksigen di jaringan
c. Sodium dan air pindah ke dalam sel (pembengkakan intraseluler)
d. Kemungkinan kematian sel
e. Perpindahan potasium keluar dari sel mengakibatkan peningkatan serum
potasium
f. Penurunan kadar oksigen
g. Terjadi metabolism anaerob
h. Peningkatan asam basa. Peningkatan asam basa menyebabkan asidosis
metabolic
2. Sistem Kardiovaskuler 24-jam pertama
a. Aktivasi sistem saraf simpatik dan pengeluaran katekolamin
1) Takikardi
2) Vasokontriksi
b. Selama fase awal
1) Tanda tanda dan gejala dari syok terkompensasi
2) Penurunan cardiac output yang hebat
c. Kehilangan volume dan penurunan venous return
1) Penurunan preload
2) Penurunan tekanan pengisian jantung
3) Penurunan central venous pressure (CVP) dan pulmonary artery
occlusion pressure (PAOP)
3. Sistem pernapasan
a. Cedera saluran napas bagian atas dan parenkim
1) Meliputi seluruh jalan napas sampai pita suara

30
2) Diawali karena peradangan akibat panas atau menghirup asap
3) Eksaserbasi dengan akumulasi cairan intersisial yang berlebih
4. Sistem persarafan
a. Penurunan perfusi serebral
b. Edema cerebri sebagai akibat perpindahan sodium
c. Keracunan karbon monoksida atau karena cedera kepala memungkinkan
terjadinya perubahan neurologi
5. Sistem gastrointestinal
a. Peristaltik usus melambat dan kemungkinan terjadi ileus
b. Peningkatan produksi asam hidroklorid akibat respon stress
c. Managemen nyeri dengan golongan narkotika menyebabkan gangguan
fungsi gastrointestinal
6. Sistem imun
a. Perubahan fungsi sel imun
1) Penurunan kekuatan membunuh dari neutrofil
2) Ketidakefektifan macrophage dan lymposit
7. Sistem hematologi
a. Kerusakan sel sel darah merah
b. Hemoglobinuria
c. Peningkatan kadar hemoglobin dan hemokonsentrasi
d. Peningkatan sel sel darah putih
e. Gangguan pembekuan

i.

31
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih
dahulu.

a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi
antara lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas.
d. Disability
Pasien luka bakar biasanya sering terjaga dan sadar walaupun
mengalami luka bakar luas.
e. Exposure
1) Lepas seluruh perhiasan dan pakain begitu sampai di IGD

32
2) Selimuti pasien dengan kain bersih dan kering untuk menjaga suhu
tubuh pasien dan juga menurunkan nyeri akibat udara
3) Jangan meletakkan es atau es saline di luka bakar

2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan
diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2
tahun lebih rentan terkena infeksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
7) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis,
gangguan pernafasan).

B. Diagnosa Keperawatan, Rencana dan Evaluasi


1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pembengkakan (edema) jalan
nafas bagian atas akibat luka bakar pada daerah kepala dan leher atau
terhisap asap panas

33
Tujuan: jalan nafas efektif
Kriteria:
a. Hasil analisa gas darah dalam batas normal
b. Pernafasan dalam batas normal (16-24x/menit)
c. Tidak sianosis
Rencana tindakan:
a. Observasi setiap jam suara nafas, penggunaan otot tambahan, adanya
batuk, suara serak, sianosis.
b. Ajarkan pasien nafas dalam dan latihan batuk untuk meningkatkan
ekspansi dan pengeluaran secret
c. Monitor intake dan output
d. Monitot CVP (jika terpasang)
e. Lakukan suction bila ada slem
f. Kolaborasi untuk pemberian oksigen, melakukan postural drainase,
pemberian broncholitic untuk mengeluarkan/mengencerkan secret,
rontgen foto thorax, pemasangan entothracheal tube
Evaluasi: jalan nafas efektif bunyi nafas bersih

2. Gangguan rasa nyaman nyeri pada area kulit yang terbakar berhubungan
dengan kerusakan saraf kulit luka bakar derajat II
Tujuan: rasa sakit dapat diatasi/berkurang
Kriteria:
a. Keluhan sakit berkurang/hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Pasien dapat beristirahat dengan tenang
Rencana tindakan:
a. Kaji respon pasien terhadap rasa sakit
b. Kaji kualitas, lokasi dan penyebaran dari rasa sakit.
c. Berikan posisi yang nyaman

34
d. Gunakan lampu penghangat
e. Ajarkan teknik relaksasi
f. Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari
g. Kolaborasi untuk pemberian anlgesik
h. Jelaskan semua prosedur pada pasien, ajak pasien, berkomunikasi saat
melakukan perawatan luka dan melakukan prosedur tertentu
Evaluasi: tingkat nyeri diperkirakan menurun sejalan dengan penyembuhan
luka
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pengeluaran cairan dan protein yang berlebihan dan kurang nafsu makan
Tujuan: nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan
b. Kadar elektrolit dan abumin dalam batas normal
c. BB dapat dipertahankan dalam batas normal
Rencana tindakan:
a. Kaji kebiasaan makan pasien, alergi terhadap makanan tertentu,
makanan yang disukai dan tidak disukai
b. Anjurkan pasien makan, sering dengan porsi kecil dan dalam keadaan
hangat
c. Berikan susu tinggi kalori tinggi protein
d. Anjurkan keluarga membawa makanan yang disukai dari rumah
e. Anjurkan menjaga kebersihan mulut
f. Berikan support yang positif bila pasien dapat menghabiskan
makanannya
g. Bila kondisi mengijinkan anjurkan pasien makan sambil duduk dan
ditemani perawat atau keluarga
h. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi tambahan parenteral tinggi
karbohidrat, pemasangan NGT, pemberian antacid, pemberian vitamin,

35
pemberian nutrisi TKTP, secara rutin pemeriksaan kadar glukosa dalam
darah
Evaluasi: pasien tetap mempunyai resiko dalam hal nutrisi sampai terjadi
penyembuhan sempurna
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka akibat luka bakar derajat II
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria:
a. Tidak ada pus pada daerah luka bakar
b. Tidak ada perluasan luka karena infeksi
c. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
d. Hasil pemeriksaan darah dalam batas normal (leukosit)
Rencana tindakan:
a. Cukur rambut rambut yang ada pada daerah luka bakar
b. Jaga kebersihan tubuh
c. Bekerja dengan prinsip sterilitas terutama pada saat mengganti balutan
dan melakukan debridemen
d. Observasi adanya peningkatan suhu tubuh
e. Observasi hasil pemeriksaan darah
f. Observasi perubahan bau, warna, dan proses penyembuhan luka
g. Lakukan perawatan kateter, infus, dan penggantian balutan dengan
teknik aseptik dan antiseptik
h. Kenakan pakaian khusus isolasi bagi pasien /petugas/pengunjung
i. Batasi pengunjung yang menyebabkan infeksi silang
j. Kolaborasi dengan pemberian antibiotic sistematik dan topical,
pemeriksaan pus dari luka bakar
Evaluasi: infeksi masih merupakan permasalahan aktif sepanjang pasien
mempunyai jaringan terbuka dan pemasangan alat invasive
5. Gangguan pergerakan fisik/mobilitas fisik berhubungan dengan adanya
atrofi dan kontraktur akibat luka bakar

36
Tujuan: gangguan pergerakan fisik dapat diatasi
Kriteria:
a. Pasien dapat melakukan gerakan secara optimal sesuai kondisinya
b. Pasien kooperatif dalam program fisioterapi
c. Pasien dapat menggerakan persendian kaki dan tangan
Rencana tindakan:
a. Observasi perubahan sirkulasi, pergerakan dan respon motorik
b. Pertahankan posisi tubuh
c. Lakukan rehabilitasi sedini mungkin sesuai kondisi pasien
d. Lakukan mobilisasi secara teratur mulai dari gerakan pasif lanjutkan
bertahap dengan gerakan aktif
e. Ganti posisi setiap 2-4 jam
f. Libatkan pasien dalam pemenuhan aktifitas sehari hari yang sudah dapat
dilakukan sendiri
g. Kolaborasi untuk memberi pengobatan dan pressure dressing untuk
mencegah kontraktur dan mengatasi hipertrofi jaringan parut yang dapat
menghambat mobilitas
Evaluasi: pencegahan kontraktur dengan melakukan ambulasi dini harus
tetap dilakukan sampai pasien mampu melakukan ambulasi mandiri
6. Gangguan konsep diri: perubahan gambaran diri berhubungan dengan
perubahan (kecacatan) yang terjadi pada tubuh akibat dari luka bakar
Tujuan: gangguan konsep diri dapat di atasi
Kriteria:
a. Pasien dapat menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya
b. Pasien kooperatif dan lebih percaya diri
c. Pasien menyatakan akan meneruskan kegiatan sebelumnya
Rencana tindakan:
a. Kaji kebutuhan dan pekerjaan pasien
b. Tingkatkan interaksi dan kunjungan keluarga

37
c. Dorong pasien untuk dapat mengekspresikan perasaannya,
kecemasannya, dan ketakutannya
d. Biarkan pasien mengetahui proses kehilangan status kesehatannya
sampai pada saat ia bias menerima
e. Observasi timbulnya perilaku manipulasi dan agresif selama tahap
proses penerimaan
f. Berikan penkes yang realistik dan positif selama fase pengobatan dan
jelaskan tujuannya dengan pasti
g. Berikan support yang positif bila pasien mengalami kemajuan dalam
program rehabilitasi dan pengobatan
h. Dorong pasien untuk mengadakan interaksi/aktivitas bersama keluarga
atau pasien lain
i. Kolaborasi untuk rujukan pada ahli fisioterapi, bedah kosmetik dan
social worker
Evaluasi: tujuan dapat tercapai atau sebagian tercapai atau tidak tercapai
7. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan cairan elektrolit dan
protein masuk ke ruang interstitial
Tujuan: gangguan keseimbangan cairan dapat diatasi
Kriteria:
a. Tidak terjadi hypovolemik syok
b. Tanda tanda vital dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
Rencana tindakan:
a. Observasi intake dan output setiap jam
b. Observasi tanda tanda vital tiap jam
c. Observasi elektrolit, hematocrit dan CVP
d. Observasi kelancaran pengeluaran urin melalui kateter

38
e. Kolaborasi untuk pemasangan infus untuk pemberian cairan parenteral,
elektrolit, plasma dan albumin, pemeriksaan urin lengkap, serta
pemasangan dower kateter

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah, luka bakar ini bisa menyebabkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetika. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja,
dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di
tempat-tempat lain.

B. Saran
            Demikian yang dapat kami sampaikan pada pokok bahasan makalah kami
ini. Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dari makalah kami
ini karena terbatasnya pengetahuan dan referensi yang ada hubungannya dengan
makalah kami ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada
khususnya dan juga pembaca pada umumnya.

40
Daftar Pustaka

41
Soal

Sayyidah Aisyah Al Azizah (Kelompok 3)

Bagaimana terjadi jika luka bakar terjadi pada penderita DM

Wirda Rizkia (Kelompok 1)

Bagaimana tanda dan gejala luka bakar karena sinar matahari

Yuli Indriani (Kelompok 4)

Bagaimana menentukan diagnose keperawatan berdasarkan kedalama luka

42

Anda mungkin juga menyukai