GERONTIK
JESIKA SELIN
RANI N.A BASO
SESKA KWANDY
AHMAD ZAIFUL
AZIZS ANANG SAPUTRO
NAHDATUL IMAM
I PUTU EKA PUTRA
ALDRIANSYAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jatuh biasanya dianggap sebagai konsekuensi alami menjadi tua. Lansia yang
tinggal di institusi mengalami jatuh lebih sering daripada yang berada dikomunitas
karena mereka secara khas lebih rentan dan memiliki banyak disabilitas. Insiden
jatuh setiap tahunnya dikomunitas meningkat dari 25 % pada usia 70 tahun menjadi
35% setelah berusia lebih dari 75 tahun. Satu dari tiga Jumlah lansia yang terus
hidup lansia. Kualitas hidup lansia dicapai salah satunya dengan pencegahan
masalah yang akan terjadi pada lansia. Jatuh merupakan salah satu problem yang
dihadapi lansia. Saat lansia jatuh akan terjadi penurunan kemandirian lansia,
meningkatnya biaya hidup lansia bahkan kematian, sehingga perlu ada usaha
Ditinjau dari segi manifestasi klinis, jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis
cedera dan kerusakan fisik dan psikologis. Konsekuensi yang paling ditakuti
dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering
terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis.
Osteoporosis yang lebih umum terjadi pada wanita merupakan faktor penting yang
lansia sama halnya seperti dampak akibat cedera fisik, jika tidak lebih berat.
Walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan
jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi, termasuk ansietas, menarik diri
dari kegiatan sosial, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari. Konsekuensi lain
merasa rapuh, perhatian tentang kematian dan takut menjadi beban keluarga dan
teman-teman. Jatuh dan rasa takut jatuh dapat memperberat dan memaksa
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda –
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat
yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
misalnya karena mata kurang awas, benda – benda yang ada di rumah
tertabrak, lalu jatuh, nyeri kepala dan atau vertigo, hipotensi orthostatic,
b. Obat – obatan
- Diuretik / antihipertensi
- Antidepresen trisiklik
- Sedativa
- Antipsikotik
- Alkohol
- Kardiovaskuler :
Aritmia
Stenosis aorta
- Neurologi :
TIA
Stroke
Serangan kejang
Parkinson
Penyakit serebelum
- Terbakar matahari
C. Faktor-faktor Lingkungan
1. Alat – alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah
2. Tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang
4. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya,
dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6. Lantai yang licin atau basah
7. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)
8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
D. Faktor Situasional
1. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali ( 5% ),
jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki
gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak
kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya
yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil ( jarang
bergerak ) ketika tiba – tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa
pertolongan.
2. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya
terjadi karena tersandung / menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai
3. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit
kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas
akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba – tiba pada
E. Komplikasi
1. Perlukaan ( injury )
a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya
c. Hematom subdural
c. Disabilitas
gerak
F. Pencegahan
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah
terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Ada 3
Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
jatuh. Keadaan leingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda – benda kecil yang susah dilihat.
Peralatan rumah tangga yangsudah tidak aman ( lapuk, dapat bergeser sendiri )
sehingga tidak mengganggu jalan / tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat
tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka.
yang komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh
akibat minum obat tertentu. Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa
tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan,
aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan
pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh
rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan ( gait ) juga harus dilakukan dengan
cermat apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan,
apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa
yang dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia
yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan
penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang
aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang
diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat
dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan
aktifitas fisik sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
G. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara teratur dan seksama dapat mengidentifikasi masalah-
keseimbangan.
Skor
No Tes uji keseimbangan
0 1
1 Bangun
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali
2 Duduk ke kursi
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ditengah
kursi
3 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3
kali)
Klien menggerakkan kaki ke atas, memegang
objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya
4 Mata tertutup
Sama seperti diatas (periksa kepercayaan klien
tentang input penglihatan untuk keseimbangan)
5 Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk
dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya,
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
6 Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan
bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada
ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu
untuk dukungan
7 Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil
objek-objek kecil dari lantai, memegang objek
untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha
multipel untuk bangun
Beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu kondisi dibawah ini
Skor
No Tes uji keseimbangan
0 1
1 Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk
dukungan
2 Ketinggian langkah kaki (memegang kaki saat
melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki
terlalu tinggi (< 5 cm)
3 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari
samping klien
Setelah langkah-langkah awal,lamgkah menjadi tidak
konsisten, memulai mengangkat satu kaki sementara
kaki yang lain menyentuh lantai
4 Ketidaksimetrisan langkah (lebih baik di observasi
dari belakamg klien)
Tidak berjalan dalam garis, bergelombang dari satu
sisi ke sisi
5 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik
diobservasi dari belakang klien)
6 Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan
tentang jatuh, selanjutnya adalah keadaan tempat tinggal, pemberi perawatan dan
pola aktifitas
jatuh. Apa yang terjadi setelah jatuh, dan apakah orang itu pernah jatuh
sebelumnya
H. Rencana Keperawatan
N
Diagnosa Keperawatan Tujuan (NIC) Intervensi (NIC)
o
Simple massage
a kelelahan dengan
ambulasi
3. Instruksikan pasien
agar memanggil
asisten ketika
melakukan pergerakan
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC/ penulis, Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern ;
alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa indonesia, Dwi Widiarti.- Ed.9.-
Jakarta: EGC