Anda di halaman 1dari 34

KEP.

KOMUNITAS 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

ANAK REMAJA DENGAN HIV/AIDS

Disusun Oleh Kelompok 7

1. Stelamaris Gimbo (201901160)


2. Sylvia Anggraini (201901164)
3. Hendry March (201901137)
4. Rani N.A Basso (201901152)
5. Ahmad Zaiful (201901125)

Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara


Palu Tahun 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas pertolongan
dan pimpinanNnya sehingga Makalah Keperawatan Komunitas 2 yang berjudul “Konsep
Asuhan keperawatan komuitas Pada Anak Remaja Dengan HIV/AIDS ”, dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Kami dalam penulisan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini dan kami menerima dengan baik semua saran dan kritikan demi
perbaikan penulisan makalah ini.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang pendidikan


khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu.

Palu, 24 September 2020

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................4
B. Tujuan ..............................................................................................5
BAB II LATAR BELAKANG

A. Tinjauan Tentang Anak Remaja........................................................6


B. Tinjauan Tentang HIV/AIDS..........................................................15

BAB III ASKEP KOMUNITAS PADA ANAK REMAJA DENGAN HIV/AIDS

A. Pengkajian.........................................................................................22
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
C. Rencana Tindakan keperawatan.......................................................27
D. Implementasi.....................................................................................31

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................32
B. Saran ..............................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunadeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

Immunadeficiency Syndrome (AIDS), yang merupakan masalah kesehatan global baik di

Negara maju maupun di Negara berkembang. Penderita HIV/AIDS lebih dari 45 juta

orang dengan korban meninggal dunia lebih dari 25 juta jiwa sejak penyakit ini dilaporkan

pertama kali pada tahun 1981. Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara

merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi virus HIV. Di Indonesia sampai maret 2008

terdapat 6130 penderita infeksi HIV dan 11868 penderita AIDS, dengan korban meninggal

sebanyak 2486 orang.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan

infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat

infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang

memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi

rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan

yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum

benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara

lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,  dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu

ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi

darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin,

atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang menjadi momok paling menakutkan di

kalangan remaja dewasa ini. Dengan terjangkitnya penyakit HIV maupun AIDS, masa

4
depan para remaja akan suram karena menyebabkan kematian. Salah satu penyebab dari

terjangkitnya atau penularan HIV dan AIDS adalah karena pergaulan bebas. Dalam

pergaulan bebas tentunya para remaja melakukan apa saja tanpa pengawasan dari orang

tua.

Maka dari itu, para remaja hendaknya diberikan bekal yang cukup dan mendalam

tentang akibat dari pergaulan bebas itu sendiri. Karena seringkali pergaulan bebas

memberikan dampak yang negatif bagi remaja baik dari segi jasmani maupun rohani.

Khusunya HIV dan AIDS yang akan saya bahas di makalah ini.

Penyebab HIV dan AIDS bisa dari terjangkit secara langsung mapun dari segi

penularan. Jika ditinjau dari sudut pergaulan bebas, maka banyak yang bisa ditelaah lebih

dalam lagi. Terutama di kalangan remaja. Remaja merupakan usia yang sangat rentan

menyangkut pergaulan bebas serta dampak atau akibat yang ditimbulkan dari pergaulan

bebas itu sendiri.

B. Tujuan

a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang konsep Remaja dengan


HIV/AIDS
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Asuhan Keperawatan
Komunitas Remaja Dengan HIV/AIDS

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Anak Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan

dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,

minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh

karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni

masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang

dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai

patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang

dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan

bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja

sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa

dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia

belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia

juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya

dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan

yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena

kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka

dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

6
a) Karakteristik Masa Remaja

Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang
khas jika dibanding dengan periodeperiode perkembangan lainnya. Menurut Aulia
(2006) rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Masa remaja adalah periode yang penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak

langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain

itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik

dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang

cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa

menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu

sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.

b. Masa remaja adalah masa peralihan

Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifatsifat

kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap

baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya.

Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan

tidak jelas mengani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat

individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk

berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu

mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa

mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.

c. Masa remaja adalah periode perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,

perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap

7
dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas

dalam periode ini yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat

yang menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang

dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan

minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan

remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.

d. Masa remaja adalah usia bermasalah

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak

laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu :

pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh

orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa

menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk

mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,

sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan

tersebut.

e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri

Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran

penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian,

berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah

satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol

status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh

orang

lain.

8
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan

Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan

lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat

mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan

remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut untuk

menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru

untuk memecahkan masalahnya.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis

Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang

realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka

inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada

aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri

namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan

semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.

h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara

hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan

impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian

dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka

mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan

status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan

bahkan melakukan hubungan seksual.

b) Tugas Perkembangan Masa Remaja

9
Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui

sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan perilaku orang

dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :

1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis

kelamin

2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial

5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi

7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga

8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku

2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja

a) Perubahan Fisik Masa Remaja

1. Tinggi badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan

bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.

2. Berat badan

Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi

badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.

3. Proporsi tubuh

Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal :

10
badan lebih lebar dan lebih kuat.

4. Organ seksual

Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada

periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa

tahun kemudian

5. Karakteristik sex sekunder

Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa

pada periode remaja akhir.

b) Emosionalitas Masa Remaja

Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan

dalam emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal

yang dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini

disebut sebagai masa “storm and stres” dimana terjadi peningkatan ketegangan

emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal.

Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak

irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap

usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah,

mudah gembira, dan meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun

terjadi kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.

Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan

seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspresi

kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau

mengkritik secara keras. Hal yang juga cukup mengemuka yaitu pada masa ini

remaja lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki materi lebih.

11
c) Perubahan Sosial pada remaja

Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah

penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang

berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang

dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah.

Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar

rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila

teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat,

penampilan, dan perilaku remaja.

Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap

dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai

keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis.

Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat.

Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam

memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat

dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat

dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan

guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil

sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.

d) Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja

Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada

remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa

menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru

yang menyertainya. Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan

12
dengan perubahan tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri

yang salah pada remaja :

1. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan sekolah.

2. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.

3. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan

dengan standar kelompok.

4. Homesickness

5. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir ketidakpuasan

dari kehidupan sehari-hari.

6. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya ngompol,

ngamuk pada saat marah dan lain-lain.

7. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti

rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.

3. Permasalahan Remaja
a. Remaja dan rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak

asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si

perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok

sendiri maupun orang-

orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok

memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

b. Remaja dan peyalahgunaan minuman keras dan narkoba


Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Aditif berbahaya

lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara

13
oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati

atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan

ketergantungan

Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah

kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Minuman beralkohol mempunyai

kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur

(10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa disebut dengan spirit (35 –

55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90

menitsetelah diminum.

c. Remaja dan Penyimpangan Seksual


Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar

mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman

maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa

yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau

pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak

terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu

masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh

dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh

terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan

banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali

bidang seks.

14
B. Tinjauan Tentang HIV/AIDS

1. Pengertian

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan

infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain :

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami

penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan

memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014)

b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari

infeksi oleh HIV.

2. Etiologi

Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh virus

immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1 (HIV-1)

yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam

jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.

Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:

a. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi

b. Pemakaian obat oleh ibunya

c. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena

d. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

3. Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang

bekerja sebagai reseptor viral.Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong

dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan

15
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.Mekanisme infeksi

HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang

bekerja sebagai reseptor viral.Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong

dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan

pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi

HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan

mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral,

yang dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui

mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit

atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis

sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4,

tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai

reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ,

terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam

nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan

astroglia.Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak,

hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit

untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau

komplikasi infeksi lain atau autoimun.

Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering

simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada

replikasi viral, selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan

imun sitomatik progresif, dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase asitomatik

kedua-bertahap dan dan progresif, kelainan fungsi imun tampak pada saat tes, dan

16
beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase akhir, dengan gangguan imun

simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan terkait HIV, dihubungkan

dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan perubahan pada jenis vital,

pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi aportunistik.

Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priode

inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih

singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini,

gangguan regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan

fungsi sel B; hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih

universal diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat

pada usia 3 sampai 6 bulan.Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki

jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin

memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang

untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan

kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif

ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.

17
4. Pathway

HIV-1

Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual

Transplasental Perinatal

Limfosit T Aliran darah / mukosa

Kel. Limfe
Sel Host

Hiperplasi Replikasi Kel. Getah


CD4+
folikel virus masit bening perifer

Internalisasi
Limfadenopati Viremia Lim B
Enzim RT-ase
Destruksi sel Inf. Akut
Kel. Sel. B
Transkripsi terbalik
CD4
Laten
Mengubah RNA Pe Ab Pe Ig
menjadi DNA spesifik
Krisis total
Integritas DNA Hiper gamma
provirus ke Host globulinemia

Transkripsi / translasi
& propagasi virus Respon IgM

me

Inf. Oportunistik

Keganasan sekunder

AIDS

Monosit Tahan sitopatik HIV Penyebaran patogenesis


makrorag

Gangguan fungsi monosit & makrofag SSP

- Kematoksis 
- Fagositosis 

18
5. Tanda dan Gejala

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada

penderitaan AIDS

a. Panas lebih dari 1 bulan,

b. Batuk-batuk

c. Sariawan dan nyeri menelan,

d. Badan menjadi kurus sekali,

e. Diare,

f. Sesak napas,

g. Pembesaran kelenjar getah bening,

h. Kesadaran menurun,

i. Penurunan ketajaman penglihatan,

j. Bercak ungu kehitaman di kulit. (Anwar Hafis,2014)

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat

merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala

panas dapat disebabkan penyakit tifoid atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa

gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku

yang mudah tertular AIDS, maka orang tersebut dianjurkan untuk tes darah HIV.

(Anwar Hafis,2014)

6. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom

retroviral akut, demensia HIV), infeksi opurtunistik, atau kanker yang terkait

AIDS.Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis

dan jumlah CD4. (Anwar Hafis,2014)

19
a. Infeksi retroviral akut

Frekuensi gejala infeksi netroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis

menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatosplenomegali, nyeri tenggorokan,

mialgia, rash seperti morbili,ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit

atipik, sindrom Gillian Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh

sendiri tanpa pengobatan. (Anwar Hafis,2014)

b. Masa Asimtomatik

Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat terjadi limfadenopati

umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela(window

period). (Anwar Hafis,2014)

c. Masa gejala dini

Pada masa ini jumlah CD4 berkisar antar 100-300.Gejala yang timbul adalah akibat

infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herpez zoster, leukoplakia,

ITP, dan tuberkulosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC).

(Anwar Hafis,2014)

d. Masa gejala lanjut

Pada masa ini jumlah CD4, di bawah 200.Penurunan daya tahan ini menyebabkan

resiko tinggi rendahnya infeksi opurtunistik berat atau keganasan.

7. Komplikasi

Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain :

a. Pneumonia pneumocystis(PCP)

b. Tuberculosis(TBC)

c. Esofagitis

d. Diare

e. Toksoplasmositis

20
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif

g. Sarcoma kaposi

h. Kanker getah bening

i. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV).

21
BAB III

ASUHAN KEPEAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK REMAJA DENGAN

HIV/ AIDS

A. Pengkajian

Pada pengkajian anak remaja HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal

sekitar usia 9 –17 tahun.

1. Pertanyaan yang perlu dipertanyakan dalam pengkajian.

a. Berapa jumlah remaja yang menderita Hiv aids?

b. pendidikan remaja penderita Hiv aids?

c. apakah pernah melakukan sex bebas?

d. apakah sering melakukan sex bebas?

e. apakah sering bergonta-ganti pasangan?

f. apakah memakai pengaman (kondom)?

g. apakah pernah menggunakan jarum suntik secara bergantian?

h. pada usia berapa pertama kali melakukan sex bebas?

i. masihkah bersekolah?

j. jenis kelamin?

k. berapa rata-rata usia mereka?

l. agama yang dianut?

m. dimanakah tempat tinggal mereka?

n. apa rata-rata jenis kelamin penderita HIV aids?

22
2. Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :

 Gagal tumbuh

 Berat badan menurun

 Anemia

 Panas berulang

 Limpadenopati

 Hepatosplenomegali

 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur

atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti

adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya

keradangan paru, encelofati dll

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Mata

 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina

 Retinitis sitomegalovirus

 Khoroiditis toksoplasma

 Perivaskulitis pada retina

 Infeksi pada tepi kelopak mata.

 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak

 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal /

multiple

b. Pemeriksaan Mulut

 Adanya stomatitis gangrenosa

 Peridontitis

23
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian

menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )

c. Pemeriksaan Telinga

 Adanya otitis media

 Adanya nyeri

 Kehilangan pendengaran

d. Sistem pernafasan

 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum

 Sesak nafas

 Tachipnea

 Hipoksia

 Nyeri dada

 Nafas pendek waktu istirahat

 Gagal nafas

e. Pemeriksaan Sistem Pencernaan

 Berat badan menurun

 Anoreksia

 Nyeri pada saat menelan

 Kesulitan menelan

 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut

 Faringitis

 Kandidiasis esofagus

 Kandidiasis mulut

 Selaput lendir kering

 Hepatomegali

24
 Mual dan muntah

 Kolitis akibat dan diare kronis

 Pembesaran limfa

f. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular

 Suhu tubuh meningkat

 Nadi cepat, tekanan darah meningkat

 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV

g. Pemeriksaan Sistem Integumen

 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )

 Haemorargie

 Herpes zoster

 Nyeri panas serta malaise

 Aczematoid gingrenosum

 Skabies

h. Pemeriksaan sistem perkemihan

 Didapatkan air seni yang berkurang

 Annuria

 Proteinuria

 Adanya pembesaran kelenjar parotis

 Limfadenopati

i. Pemeriksaan Sistem Neurologi

 Adanya sakit kepala

 Somnolen

 Sukar berkonsentrasi

 Perubahan perilaku

25
 Nyeri otot

 Kejang-kejang

 Encelopati

 Gangguan psikomotor

 Penururnan kesadaran

 Delirium

 Meningitis

 Keterlambatan perkembangan

j. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal

 Nyeri persendian

 Letih, gangguan gerak

 Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara

lain :

1. Resiko infeksi

2. Kurang nutrisi

3. Kurangnya volume cairan

4. Gangguan intregitas kulit

5. Perubahan atau gangguan membran mukosa

6. Ketidakefektifan koping keluarga

7. Kurangnya pengetahuan keluarga

26
C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Resiko infeksi

Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya

penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.

 Tujuan :

Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak

 Rencana tindakan keperawatan

 Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan

kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau letargi )

 Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi,

penyakit kronis lain

 Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator

terjadinya infeksi

 Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya

neutropenia

 Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara

umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai

penularan

 Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum

dan sesudah memasuki ruangan pasien

 Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral, antijamur,

 Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution

27
2. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )

Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri

 Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi

 Rencana tindakan keperawatan :

 Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari

 Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit

 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

 Rencanakan makanan enternal dan parenteral

3. Kurangnya Volume Cairan

Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi

oportunitis saluran pencernaan ( diare )

 Tujuan :

Volume cairan tubuh dapat terpenuhi

 Kriteria hasil :

 Asupan dan keluaran seimbang

 Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal

 Nadi perifer teraba

 Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik

 Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam

 Rencana tindakan keperawatan

 Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi

 Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja

 Monitor kadar elektrolit dalam tubuh

28
 Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam

 Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan

 Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan

4. Gangguan intregitas kulit

Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan (kontak yang

berulang dengan feces yang bersifat asam )

 Tujuan :

Tidak terjadi gangguan intregitas kulit

 Kriteria hasil :

Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih

 Rencana tindakan keperawatan :

 Ganti popok dan celana anak apabila basah

 Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar

 Gunakan salep atau lotion

 Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut

5. Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak

dari jamur dan infeksi herpes

 Tujuan :

Tidak terjadi gangguan mukosa mulut

 Kriteria hasil

 mukosa mulut lembab

 tidak ada lesi

 kebersihan mulut cukup

 anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut

 Rencana Tindakan Keperawatan

29
 Kaji membran mukosa

 Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter

 Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam

 Gunakan sikat gigi yang lembut

 Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut

 Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama

pengobatan

 Gunakan antiseptik oral

 Check up gigi secara teratur

6. Ketidakefektifan Koping Keluarga

Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun dan progresif

 Tujuan :

Koping keluarga efektif

 Kriteria hasil :

Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut

 Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat

 Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan

dukungan sosial

 Rencana tindakan keperawatan

 Konseling keluarga

 Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan

 Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan

mengidentifikasi dukungan sosial

 Monitor interaksi orang tua dan anak

30
 Monitor tingkah laku orang

7. Kurang pengetahuan

Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan anak yang

kompleks dirumah

 Tujuan :

Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan

pencegahan dan perawatan

 Kriteria hasil :

 Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit

dan kebutuhan home care

 Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat

 Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan

mengetahui bagaimana HIV menular

 Rencana Tindakan keperawatan

 Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care

 Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis

 Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus

 Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya

 Anjurkan cara hidup normal pada anak

D. Implementasi

 Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Remaja merupakan usia dimana informasi akan berbagai hal perlu untuk

diketahui. Terlebih di usia ini para remaja cenderung ingin mengetahui lebih banyak

tentang hal-hal baru. Banyak remaja yang ingin mencoba hal-hal baru tersebut tidak tahu

bahwa yang mereka lakukan adalah hal negatif dan dapat merugikan diri mereka. Salah

satunya adalah seks bebas yang dapat merugikan karena mempunyai resiko tinggi

tertular HIV/AIDS.

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok

retrovirus yang biasanya menyerang organ – organ vital system kekebalan tubuh

manusia. Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh virus

immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1 (HIV-1) yang

melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam jumlah

yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.

Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS antara lain :

a. Pneumonia pneumocystis(PCP)

b. Tuberculosis(TBC)

c. Esofagitis

d. Diare

e. Toksoplasmositis

32
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif

g. Sarcoma kaposi

h. Kanker getah bening

i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV).

B. Saran

1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa

2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksaan kesehatan anak Remaja secara rutin

3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawtan kepada penderita agar

mendapatkan pertolongan dalam pengobatan

33
DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Rivisi ed.). Jakarta: EGC.

Kunoli J. Firdaus. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular : Untuk Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat. Jakarta Lembaga Indonesia Untuk Pengembangan Manusia

UNAIR. (2013). Program Pengembangan Remaja Melalui Sekolah Unggul.

Surabaya : Pascasarjana UNAIR

Komisi Penanggulangan AIDS . (2012). Strategi Nasional PEnanggulangan HIV AIDS 2010-

2012

34

Anda mungkin juga menyukai