Anda di halaman 1dari 37

Keperawatan Gawat Darurat

Syok

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Jesika Selin (201901143)


2. Rani N.A Baso (201901152)
3. Annilinus Gwijangge (201901129)

Dosen Mata Kuliah : Ns. Ismawati, M.Sc

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu


Program Studi Ners

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
pertolongan dan pimpinanNnya sehingga Makalah Keperawatan Gawat Darurat
yang berjudul “Syok”, dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami dalam penulisan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan


dalam menyusun makalah ini dan kami menerima dengan baik semua saran dan
kritikan demi perbaikan penulisan makalah ini.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang


pendidikan khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
Nusantara Palu.

Palu, 20 September 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................

ii
Daftar Isi ......................................................................................................

iii
Bab I Pendahuluan
I. Latar Belakang ............................................................................
1
II. Tujuan .........................................................................................
2
Bab II Tinjauan Pustaka
I. Konsep Teori Syok
A. Definisi .................................................................................. 3
B. Etilogi ...................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis ................................................................... 5
D. Patofisiologi ............................................................................ 5
E. Tahapan Syok .......................................................................... 6
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 8
G. Penatalaksanaan ...................................................................... 10
I. Pencegahan ............................................................................... 11
H. Discharge Planning ................................................................... 13
II. Asuhan Keperawatan Syok
A. Pengkajian ............................................................................. 13
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 14
Bab III Rencana Asuhan Keperawatan .......................................................... 16
Pathway ........................................................................................................... 25
Bab IV Penutup

iii
A. Kesimpulan ...............................................................................

28
B. Saran .........................................................................................

28
Daftar Pustaka ..............................................................................................

29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit,
membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat, maka dari itu perlu
adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat. Salah satu
kegawat daruratan yang memerlukan tindakan segera, yaitu syok.
Syok adalah sindrom gangguan perfusi dan oksigenasi sel secara
menyeluruh sehingga kebutuhan metabolisme jaringan tidak terpenuhi.
Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti
perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik),
sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), cedera tulang
belakang (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
Akibatnya, terjadi gangguan fungsi sel atau jaringan atau organ, berupa
gangguan kesadaran, fungsi pernapasan, sistem pencernaan, perkemihan
serta sistem sirkulasi itu sendiri.
Sebagai respon terhadap menurunnya pasokan oksigen,
metabolisme energi sel akan berubah menjadi metabolisme anaerobik.
Keadaan ini hanya dapat ditoleransi tubuh untuk sementara waktu, dan
jika berlanjut, timbul kerusakan pada jaringan organ vital yang dapat
menyebabkan kematian. Syok bukanlah suatu penyakit dan tidak selalu
disertai kegagalan perfusi jaringan. Syok dapat terjadi setiap waktu pada
siapapun. Penanganannya pun didasarkan pada diagnosis dini yang tepat.
Syok hipovolemik merupakan jenis syok yang paling sering
ditemukan, dan hampir semua syok memiliki komponen syok hipovolemik
didalamnya akibat menurunnya beban hulu (preload). Syok hipovolemik
merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan

1
yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah (syok hemorragic)
atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab
terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah,
dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik
merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak
dibandingkan syok lainnya.
Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan
mobilitas penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah
kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien
syok hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan obsetri
meninggal pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang.
Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa jam terjadi
perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.
Berdasarkan kasus diatas maka pada kesempatan ini penulis akan
membahas tentang syok secara teori dan asuhan keperawatannya.

II. Tujuan
Untuk mengetahui tentang Konsep Teori dan Asuhan Keperawatan
Syok.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Teori Syok


A. Definisi
Syok adalah sindrom klinis yang dicirikan dengan
ketidakseimbangan sistemik antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Ketidakseimbangan ini terjadi akibat kondisi ketidakadekuatan aliran
darah ke organ tubuh dan jaringan sehingga menyebabkan disfungsi
selular yang mengancam kehidupan.
B. Etiologi
Syok dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu singkat
dari ruang intravascular (syok hipovolemik), kegagalan pompa
jantung (syok kardiogenik), infeksi sistemik berat (syok septic), reaksi
imun yang berlebihan (syok anafilaksis), dan cedera tulang belekang
(syok neurologic).
Jenis dan penyebab Syok:

Jenis Penyebab
Hipovolemik Kekurangan cairan intravascular
Kardiogenik Kegagalan fungsi pompa jantung
Septic Infeksi sistemik berat
Anafilaksis Reaksi imun berlebih
Neurogenik Cedera tulang belakang

1. Syok Neurogenik, disebabkan oleh cedera tulang belakang,


biasanya akibat mengalami cedera atau cedera traumatis pada
sumsum tulang belakang. Ini mengakibatkan kehilangan fungsi
dan rangsangan dari sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatik
bertugas mempertahankan fungsi tubuh selama aktivitas fisik.
2. Syok Hipovolemik, penyebabnya antara lain:
a. Perdarahan : Perdarahan yang terlihat (perdarahan dari luka
dan hematemesis dari tukak lambung), dan perdarangan tidak

3
terlihat (perdarahan dari saluran cerna seperti perdarahan
pada tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan diluar uterus,
patah tulang pervis, dan patah tulang besar atau majemuk).
b. Kehilangan Plasma : luka bakar luas, pankreatitis,
deskuamasi kulit, sindrom dumping.
c. Kehilangan Cairan Ekstraseluler: muntah (vomitus),
dehidrasi, diare, terapi deuretik yang sangat agresif, diabetes
insipidus, insufisiensi adrenal.
3. Syok Kardiogenik, disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung
yang mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti
sama sekali.
4. Syok Septic, terjadi akibat infeksi luka atau jaringan lunak, abses,
peritonitis, infeksi traktus urogenitis, infeksi paru/pneumonia,
luka bakar infeksi dan merupakan keadaan dimana terjadi
penurunan tekanan darah (tekanan darah sistolik kurang dari 90
mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 40
mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun telah
dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan
vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi
organ. Syok septic merupakan keadaan gawat darurat yang
memerlukan penanganan segera.
5. Syok Anafilaksis, reaksi anafilatik adalah gejala yang timbul
melalui reaksi alergen dan antibodi. Sedangkan yang tidak
melalui reaksi imunologik disebut sebagai reaksi anafilaktoid
tetapi karena baik gejala yang timbul maupun pengobatannya
tidak dapat dibedakan, maka kedua macam reaksi diatas dsebut
sebagai anafilaksis yang merupakan bentuk terberat dari alergi
obat.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala syok, sebagai berikut

4
Tipe Syok Septik Hipovolemik Anafilaksis Kardiogenik Neurogenik
TD N/-/-- -/-- -/-- -/-- N/-
Tekanan nadi N/+/++ -/-- -/-- -/-- N/-
Denyut nadi +/++ +/++ +/++ + Lambat
Isi nadi Besar Kecil N/kecil N/kecil N
Vasokonstriks
- + + +(-) N/-
i perifer
Suhu kulit Hangat Dingin Dingin Dingin N
Warna Merah Pucat N/Pucat N/Pucat N/Pucat
Tek vena N/renda
N/rendah N/rendah Tinggi N
sentral h
Diuresis -/-- -- - -/-- N
EKG N N N Abn N
Foto Paru Udem
N N Udemm N
infiltrat
N : Normal, Abn : Abnormal, + : meningkat, ++ : sangat meningkat, - : turun,
-- : sangat turun

D. Patofisiologi
Ketika satu atau lebih komponen kardiovaskular tidak berfungsi
secara tepat, hal-hal hemodinamik tubuh berubah. Akibatnya perfusi
jaringan dapat menjadi tidak adekuat untuk mempertahankan
metabolisme selular yang normal. Hasilnya adalah sindrom klinis
yang dikenal dengan syok. Manifestasi syok terjadi akibat upaya
tubuh dalam mempertahankan organ vital (jantung dan otak) dan
mempertahankan kehidupan setelah penurunan perfusi selular.
Bagaimanapun, jika cedera atau kondisi pemicu syok cukup berat atau
memakan waktu yang lama, hipoksia selular dan kematian selular
terjadi.
Syok dipicu oleh penurunan yang terus menerus pada MAP.
Penurunan ini dapat terjadi setelah penurunan curah jantung,
penurunan sirkulasi volume darah, atau peningkatan ukuran bantalan
vaskular akibat vasodilatasi perifer. Jika intervensi sesuai dan efektif,

5
kejadian fisiologis yang mencirikan stok dapat dihentikan; jika tidak,
syok dapat menyebabkan kematian.
E. Tahapan Syok
1. Tahap I: Syok dini, reversibel dan kompensasi
Tahap awal syok dimulai ketika baroreseptor dalam
lengkungan aorta dan sinus karotid mendeteksi penurunan MAP
yang terus menerus hingga kurang dari 10 mmHg dari nilai
normal. Volume darah yang bersirkulasi dapat menurun (biasanya
kurang dari 500 mL), tetapi tidak cukup menyebabkan efek yang
serius.
Tubuh bereaksi terhadap penurunan tekanan arteri. Pusat
integrasi serebral memulai sistem respons tubuh dengan
memengaruhi sistem saraf simpatis sehingga meningkatkan
frekuensi jantung dan menguatkan kontraksi jantung yang
meningkatkan curah jantung. Stimulasi simpatis juga
menyebabkan vasokonstriksi perifer sehingga mengakibatkan
peningkatan resistansi vaskular sistemik dan peningkatan tekanan
arteri. Akibat lain adalah perfusi sel, jaringan dan organ
dipertahankan. Selama tahap awal syok, gejala sangat sedikit.
Frekuensi nadi dapat sedikit meningkat. Jika cedera yang terjadi
adalah cedera minor atau cedera durasi pendek, tekanan arteri
biasanya dipertahankan dan tidak ada gelaja lebih lanjut yang
terjadi.
Syok kompensasi dimulai setelah MAP menurun 10-15
mmHg dibawah nilai normal. Volume darah yang bersirkulasi
dikurangi dengan 25% hingga 35% (1000 mL atau lebih), tetapi
mekanisme kompensasi mampu memelihara tekanan darah dan
perfusi jaringan ke organ vital sehingga dapat mencegah
kerusakan sel.
2. Tahap II: Syok intermediat atau syok progresif

6
Tahap syok progresif terjadi setelah penurunan yang terus
menerus MAP sebesar 20 mmHg atau lebih rendah dari nilai
normal dan kehilangan cairan sebesar 35%-50% (1800-2500 mL
cairan). Meskipun mekanisme kompensasi pada tahap
sebelumnya tetap teraktivasi, mekanisme ini tidak lagi mampu
mempertahankan MAP pada tahap yang memadai guna
memastikan perfusi organ vital.
Respons vasokonstriksi yang pertama kali membantu
mempertahankan MAP akhirnya membatasi aliran darah ketitik
sel yang mengalami kekurangan oksigen. Untuk tetap hidup, sel
yang sakit berubah dari metabolisme aerobik menjadi anaerobik.
Asam laktat terbentuk sebagai hasil sampingan metabolisme
anaerobik yang menimbulkan keadaan asidosis pada tingkat
selular. Akibatnya, adenosine triphospate (ATP), sumber energi
selular, dihaslkan secara tidak efisien. Karena kekurangan energi,
pompa natrium-kalium menjadi rusak. Kalium keluar dari sel,
ketika natrium dan air bergerak ke dalam. Karena proses ini terus
berlanjut, sel membengkak, integritas membran sel menjadi
hilang,dan organel sel menjadi rusak. Lisosom dalam
mengeluarkan enzim digestif mereka, yang mendisintegrasikan
setiap organel yang tersisa. Beberapa enzim menyebar ke sel yang
berdekatan, yaitu ketika enzim tersebut mengikis dan
menghancurkan membran sel.
Hasil sampingan asam dari metabolisme anaerobik
mendilatasikan arteriol kapiler dan mengonstriksikan venula
setelah kapiler. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam kapiler, dan cairan kembali ke dalam ruang
interstisial. Kapiler juga menjadi sangat permeabel,
memungkinkan protein serum untuk berpindah dari ruang
vaskular ke dalam interstisial. Akumulasi protein plasma

7
meningkatkan tekanan osmotik dalam interstisial, lebih lanjut
meningkatkan pengeluaran cairan dari kapiler.
Selama periode ini, frekuensi jantung dan vasokonstriksi
meningkat, tetapi perfusi kulit, otot skeletal, ginjal dan organ
gastrointestinal sangat berkurang. Sel pada jantung dan otak
menjadi hipoksia ketika sel tubuh lain dan jaringan menjadi
iskemik dan anoksia. Keadaaan umum asidosis dan hiperglikemia
terjadi. Kecuali jika tahap syok ini ditangani dengan cepat,
kesempatan bertahan pasien buruk.
3. Tahap III: Syok refraktori atau irreversible
Jika syok berlanjut ke tahap irreversible, anoksia jaringan
menjadi sangat umum dan kematian selular menjadi sangat
menyebar yang tidak diberikan terapi dapat menjadi rusak
kembali. Meskipun MAP terkadang pulih, terlalu banyak
kerusakan selular terjadi untuk mempertahankan kehidupan.
Kematian sel diikuti oleh kematian jaringan, yang mengakibatkan
kematian organ. Kematian organ vital menyebabkan kematian
tubuh yang selanjutnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur darah : untuk mengidentifikasi organisme penyebab syok
sepsis.
2. Hemoglobin dan hematokrit : untuk mendekteksi konsentrasi
yang biasanya terjadi pada syok hipovolemik. Perubahan ini
mencerminkan etiologi yang mendasari. Pada syok hipovolemik
yang terjadi akibat hemoragi, konsentrasi hemoglobbin dan
hematokrit lebih rendah dari normal; sebaliknya, pada syok
hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan intravaskular,
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit lenih tinggi dari normal.
3. Kimia serum, termasuk elektrolit, BUN dan kreatinin: untuk
memeriksa fungsi ginjal. Karena perfusi ginjal menurun dan

8
fungsi ginjal berkurang, kadar BUN dan kreatinin meningkat
seperti yang terjadi pada berat jenis urine dan osmolalitas.
4. Elektrolit Serum: untuk memantau tingkat keparahan dan
perkembangan syok. Karena syok berkemang, kadar glukosa
menurun, kadar natrium menurun, dan kadar kalium meningkat.
5. AGD (Analisis Gas Darah) : Untuk menentukan kadar oksigen
dan karbon dioksida serta pH. Efek syok dan mekanisme
kompensasi tubuh menyebabkan penurunan pH (mengindikasi
asidosis), penurunan tekanan parsial oksigen (PaO2) dan saturasi
oksigen total, dan peningkatan tekanan parsial karbondioniksida
(PaCO2).
6. Pemeriksaan curah jantung : indeks jantung menurun, curah
jantung menurun, preload menurun, tekanan atrium kanan (right
atrial pressure, RAP) menurun, afterload meningkat, dan
resistensi vascular sistemik meningkat
7. Laktat serum
8. Urinalisis dengan berat jenis, osmilaritas, dan elektrolit urin :
untuk memeriksa fungi ginjal.
9. Elektrokardiografi (EKG), foto thoraks, ultrasonografi jantung :
untuk menentukan luasnya cedera atau kerusakan atau untuk
menentukan lokasi bagian perdarahan internal.
10. Tes fungsi ginjal dan hati.
11. Hitung sel darah putih dan diferensial, pada pasien mengalami
syok sepsis atau anafilaktik. Hitung sel darah putih total
meningkat pada syok sepsis. Peningkatan neutrofil mengindikasi
infeksi akut, peningkatan monosit mengindikasi infeksi bakteri,
dan peningkatan eusinofil mengindikasi respon alergi.
12. Enzim jantung serum, yang meningkat pada syok kardiogenik:
keratin kinase (Creatine Kinase, CK), mioglobin dan protein c-
reaktif. Troponin dapat meningkat jika penyebab syok
kardiogenik adalah infark miokard akut.

9
G. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan
perfusi dan oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan
tekanan darah. Pada syok tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi
jaringan saja biasanya tidak cukup untuk menghentikan
perkembangan peradangan sehingga perlu dilakukan upaya
menghilangkan faktor toksik yang terutama disebabkan oleh bakteri.
Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum,
tanpa memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada
penyebab syok. Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting
terhadap pasien yang mengalami syok hipovolemik dan distributif.
Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki volume darah yang
bersirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan aliran
darah vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Akibat
selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan
pasokan oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa pemberian
cairan kristaloid atau koloid. Kecepatan dan volume terapi cairan
harus dapat ditoleransi oleh individu pasien. Kecepatan dan jumlah
pemberian cairan dimonitor pada tekanan vena sentral dan
pengeluaran urin.
Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangan banyak
darah, secara ideal harus dilakukan transfusi darah dan kontrol
perdarahan harus dilakukan dengan baik. Packed red cell (PRC) atau
darah total (whole blood) secara nyata dapat memperbaiki tekanan
darah dan penghantaran oksigen ke jaringan.
Pada syok kardiogenik, terapi cairan yang telalu cepat dapat
berakibat fatal karena akan meningkatkan beban kerja jantung dan
selanjutnya membahayakan sirkulasi. Terapi syok kardiogenik
tergantung pada penyebabnya. Jika syok disebabkan oleh
kontraktilitas miokardium yang jelek, disarankan penanganan dengan
beta-agonist. Dobutamin merupakan betaagonist yang mampu

10
meningkatkan curah jantung dan penghantaran oksigen, tanpa
menyebabkan vasokonstriksi, merupakan obat paling umum
digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung. Perikardiosentesis
harus dilakukan jika efusi perikardium cukup banyak dan
menyebabkan tamponad.
Pada syok distributif apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah
dilakukan terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian
vasopresor. Oleh karena curah jantung dan tahanan pembuluh darah
sistemik mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada
pasien hipotensi harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan fungsi
jantung dengan terapi cairan dan obat inotropik, dan/atau
memodifikasi tonus pembuluh darah dengan agen vasopresor.
Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih
kontroversial. Namun apabila digunakan, glukokortikoid harus
digunakan pada penanganan awal dan tidak diulang penggunaannya.
Syok septik sering kali berkaitan dengan bakteri gram negatif dan
antibiotik yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau
aminoglikosida dan penisilin.

H. Pencegahan
1. Syok Septik : Pencegahan syok septik dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan penanganan pasien-pasien trauma yang
terlambat menerima pertolongan terlebih dahulu. Pencegahan
terjadinya syok septik juga dapat dilakukan dengan praktik
pengendalian infeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
kecermatan teknik aseptik dan selalu membuang jaringan
nekrotik melalui debriden luka. Syok septik juga harus
dipertimbangkan pada pasien-pasien trauma yang datang
terlambat untuk mendapatkan pertolongan. Insiden syok septik
dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi,
melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka

11
untuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan
peralatan secara tepat dan mencuci tangan dengan benar. Berhasil
tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat
saat/menit-menit pertama penderita mengalami syok.
2. Syok Hipovolemik : Untuk mencegah terjadinya syok
hipovolemik, penyakit tertentu perlu segera ditangani, misalnya
diare, atau perdarahan hebat.
3. Syok Anafilaksis : Penderita alergi yang pernah mengalami syok
anafilaktik, perlu menghindari hal-hal yang dapat memicu alergi,
misalnya makanan atau minuman tertentu. Penderita juga
dianjurkan untuk selalu membawa epinephrine dalam
bentuk autoinjector (berbentuk seperti pen), sebagai pertolongan
pertama saat terpapar alergen yang dapat menimbulkan syok
anafilaktik. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan
obat tersebut.
4. Syok Kardiogenik : Syok kardiogenik dapat dicegah
dengan menjaga kesehatan jantung dan diharuskan untuk kontrol
berkala ke dokter jika memiliki faktor risiko tertentu, termasuk
hipertensi. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
kesehatan jantung adalah:
a. Menghentikan paparan asap rokok, termasuk jangan
merokok.
b. Menjaga agar berat badan ideal.
c. Membatasi asupan gula dan alkohol.
d. Membatasi konsumsi makanan yang mengandung banyak
kolesterol dan lemak jenuh, serta menghindari konsumsi
makanan yang mengandung lemak trans.
e. Berolahraga secara teratur.

12
5. Syok Neurogenik : Guna menurunkan risiko akibat cedera,
gunakan alat pelindung saat mengambil bagian dalam olahraga
kontak, mengendarai sepeda, dan menggunakan peralatan
berbahaya. Kenakan juga sabuk pengaman saat bepergian dengan
kendaraan.

I. Pegobatan syok

Syok dapat mengakibatkan pingsan, masalah pernapasan, henti


jantung secara mendadak, hingga kematian. Jika Anda menduga
seseorang mengalami syok, segera hubungi nomor gawat darurat 118
dan 119 untuk ambulans dan paramedis, atau membawa orang yang
diduga ke unit gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medis.
Yang dapat Anda lakukan selama menunggu pertolongan adalah:

 Untuk keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri, coba untuk


memeriksa detak jantung dan pernapasannya

 Tidak menggerakkan atau memindahkan posisi orang yang diduga


mengalami syok, jika orang tersebut mengalami cedera

 Tidak memberikan minum atau makan

 Apabila terdapat perdarahan, tekan area yang berdarah dengan kain


untuk menghentikan perdarahan
Apabila terjadi cedera pada bagian kepala, leher, atau punggung, maka
jangan memindahkan orang tersebut. Jika syok terjadi karena reaksi
alergi, tanyakan pada kerabat penderita apakah ia membawa auto-
injector epinefrin, alat pertolongan pertama yang biasa dibawa untuk
menangani reaksi alergi berat. Alat ini berupa jarum suntik berisikan
obat epinefrin, yang berfungsi untuk mengobati reaksi anafilaksis
(alergi berat). Apabila orang tersebut telah sadar dan mengalami
muntah, bantu dia untuk tidak tersedak dengan memiringkan
tubuhnya, kecuali jika dicurigai adanya cedera.

13
 Pengobatan Medis
Pengobatan medis dapat diberikan berdasarkan penyebab syok.
Berikut adalah pengobatan yang dapat diberikan:

 Obat epinefrin yang untuk mengatasi syok anafilaktik

 Transfusi darah atau pemberian cairan untuk mengatasi syok


hipovolemik

 Obat-obatan, pembedahan jantung, atau intervensi untuk mengatasi


syok kardiogenik,

 Antibiotik untuk mengatasi syok septik

J. Discharge Planning
1. Tindakan pencegahan dilakukan sesuai dengan syok yang
dialami.
2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi untuk
kekebalan tubuh dan cairan serta olah raga secara teratur dan
istirahat yang cukup.
3. Kenali tanda-tanda dan gejala syok.
4. Jika terdapat luka parah dan perdarahan segera bawa ke rumah
sakit segera.
5. Kontrol stress.
6. Kenali diri sendiri jika terdapat alergi terhadap sesuatu segera
hindari.
7. Jika terdapat luka rawatlah dengan benar untuk menghindari
infeksi, jika tidak bisa segera bawa ke tenaga medis.

II. Asuhan Keperawatan Syok


A. Pengkajian
Data-data yang dapat ditemukan pada saat pengkajian meliputi :

14
1. Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun
2. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi).
3. Tekanan   ventrikel   kiri      peningkatan   tekanan   akhir   
diastolik   ventrikel   kiri, peningkatan tekanan atrium kiri,
peningkatan tekanan baji arteri pulmonal (PCWP).
4. Curah jantung 2,2 l/mnt, penurunan fraksi ejeksi, penurunan
indeks jantung.
5. Peningkatan tekanan vena sentral 1600 dyne/dtk/cm-5
6. Peningkatan  tekanan  pengisian  ventrikel  kanan    adanya
distensi  vena  jugularis, peningkatan CVP (tekanan > 15 cm
H2O, refleks hepatojugular meningkat.
7. Takikardia nadi radialis halus, nadi perifer tidak ada atau
berkurang.
8. Terdengar bunyi gallop S3, S4  atau murmur.
9. Distress pernafasan takipnea, ortopnea, hipoksia.
10. Perubahan tingkat kesadaran apatis, letargi, semicoma, coma
11. Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis
12. Perubahan suhu tubuh subnormal, meningkat
13. Sangat kehausan.
14. Mual, muntah.
15. Status  ginjal  haluaran  urine  di  bawah  20  ml/jam,  kreatinin
serum  meningkat, nitrogen urea serum meningkat.
16. Perubahan EKG perubahan iskemi, disritmia, fibrilasi ventrikel.
17. Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru dan edema paru.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah ke perifer darah ditandai dengan
penurunan kardiak output (penurunan nadi dan tekanan darah).

15
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif (diaphoresis).
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (asam laktat
merangsang mediator nyeri).
5. Resiko syok berhubungan dengan sindrom respon inflamasi
siskermik (hipovolemia).
6. Ansietas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman terkait
dengan kesulitan bernapas (edema pulmonary), eksitasi
kardiovaskular.

BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

16
I. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
dan edema paru.
NOC NIC Rasional
A. Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk a. Untuk
ventilation memaksimalkan ventilasi memaksimalkan
B. Respiratory status : 2. Auskultasi suara nafas, oksigen yang masuk
airway patency catat adanya suara b. Untuk mengetahui
C. Vital sign status tambahan adanya obstruksi
Kriteria Hasil 3. Atur intake untuk cairan atau tidak
A. Tidak ada sianosis mengoptimalkan c. Untuk
dan dyspneu keseimbangan menyeimbangkan
B. Menunjukkan jalan 4. Monitor respirasi dan cairan dalam tubuh
napas yang paten status O2 d. Untuk mengetahui
( tidak merasa 5. Pertahankan jalan napas status oksigen dalam
tercekik, irama yang paten tubuh
nafas, frekuensi 6. Observasi adanya tanda- e. Untuk memudahkan
pernapasan dalam tanda hipoventilasi pernapasan
rentang normal, 7. Monitor adanya f. Mengetahui adekuat
tidak ada suara kecemasan pasien oksigen yang ada
nafas abnormal). terhadap oksigenasi dalam tubuh
C. Tanda-tanda vital 8. Monitor tanda-tanda vital g. Untuk mengetahui
dalam rentang pasien keadaan umum
normal. 9. Identifikasi penyebab dari pasien
perubahan vital sign h. Untuk mencegah
terjadinya
perubahan/penuruna
n vital sign

II. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah ke perifer darah ditandai dengan penurunan kardiak output
(penurunan nadi dan tekanan darah).

17
NOC NIC Rasional
A. Circulation status 1. Monitor adanya daerah a. Untuk
B. Tissue perfusion : tertentu yang hanya peka mengetahui status
cerebral terhadap sirkulasi ke
Kriteria Hasil panas/dingin/tajam/tump jaringan tubuh
A. Mendemonstrasikan ul b. Unuk mengetahui
status sirkulasi yang 2. Monitor adanya nyeri tanda adanya
ditandai dengan: dada (durasi, intensitas peningkatan
1) Tekanan systole dan faktor-faktor kebutuhan
dan diastole dalam presipitasi) oksigen oleh otot
rentang yang 3. Observasi perubahan jantung.
diharapkan ECG c. Untuk melihat
2) Tidak ada 4. Auskultasi suara paru dan perkembangan
ortostatik jantung dan kelainan
hipertensi 5. Monitor irama dan kerja jantung
3) Tidak ada tanda- jumlah denyut jantung secara bertahap
tanda peningkatan 6. Monitor status cairan d. Untuk
tekanan 7. Evaluasi oedem perifer mengetahui
intrakranial (tidak dan denyut nadi adanya curah
lebih dari 15 8. Monitor peningkatan jantung tambahan
mmHg) kelelahan dan kecemasan e. Memberikan
B. Mendemonstrasikan 9. Kelola pemberian obat- hasil pengkajian
kemampuan kognitif obat: analgesik, anti yang lebih akurat
yang ditandai dengan: koagulan, nitrogliseri, terhadap adanya
1) Berkomunikasi vasodilator dan diuretik takikardi
dengan jelas dan 10. Tingkatkan istirahat f. Untuk
sesuai dengan (batasi pengunjung) menghindari
kemampuan adanya hidrasi
2) Menunjukkan g. Untuk
perhatian, mengetahui
konsentrasi dan keseimbangan

18
orientasi cairan dalam
3) Memproses tubuh
informasi h. Untuk menjaga
4) Membuat kenyamanan
keputusan dengan klien
benar i. Untuk
C. Menunjukkan fungsi mengurangi nyeri
sensori motori cranial j. Istirahat dapat
yang utuh: tingkat membantu
kesadaran membaik, mengurangi nyeri
tidak ada gerakan
involunter.

III. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif (diaphoresis).

NOC NIC Rasional


A. Fluid Balance Fluid Management a. Untuk mengetahui
B. Hydration 1. Pertahankan catatan status balance
C. Nutritional status: intake dan output yang cairan dalam tubuh
food and fluid akurat b. Untuk mengetahui
D. intake 2. Monitor status hidrasi kebutuhan hidrasi
Kriteria Hasil (kelembaban membran tubuh
A. mempertahankan mukosa, nadi adekuat, c. Untuk mengetahui
urine output sesuai tekanan darah keadaan umum
dengan usia dan BB, ortostatik), jika perlu klien
BJ urine normal, HT 3. Monitor vital sign d. Untuk mengetahui
normal 4. Monitor masukan kebutuhan nutrisi
B. tekanan darah, nadi, makanan/cairan dan harian tubuh
suhu tubuh dalam hitung intake kalori e. Untuk memenuhi
batas normal harian kebutuhan cairan

19
C. tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasikan tubuh
dehidrasi pemberian cairan IV f. Untuk mengetahui
D. Elastisitas turgor kulit 6. Monitor status nutrisi kebutuhan nutrisi
baik, membran 7. Dorong masukan oral g. Untuk
mukosa lembab, tidak Hypovolemia Management mempertahankan
ada rasa haus yang 1. Monitor status cairan Hypovolemia
berlebihan termasuk intake dan Management
output cairan a. Mengetahui balance
2. Pelihara IV line cairan dan elektrolit
3. Monitor tingkat Hb dan dalam.
hematokrit b. Untuk mengetahui
4. Monitor tanda vital keadaan umum
5. Monitor respon pasien klien
terhadap penambahan c. Untuk mengetahui
cairan adanya asidosis
6. Monitor berat badan metabolik
7. Dorong pasien untuk d. Untuk mengetahui
menambah intake oral keadaan umum
8. Pemberian cairan IV klien
monitor adanya tanda e. Memantau keadaan
dan gejala kelebihan tubuh klien
volume cairan f. Untuk menjaga IMT
9. Monitor adanya tanda klien
gagal ginjal g. Menjaga kondisi
tubuh

IV. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (asam laktat merangsang
mediator nyeri).
NOC NIC Rasional
A. Pain level Pain Management a. Mengindikasikan
B. Pain control 1. Lakukan pengkajian kebutuhan untuk

20
C. Comfort level nnyeri secara intervensi dan juga
Kriteria Hasil komprehensif tanda-tanda
A. Mampu mengontrol termasuk lokasi, perkembangan/resol
nyeri(tahu penyebab karakteristik, durasi, usi komplikasi.
nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan b. Mengetahui skala
menggunakan tehnik faktor presipitasi. nyeri
nonfarmakologi 2. Observasi reaksi c. Untuk mengalihkan
untuk mengurangi nonverbal dan perhatian pasien dari
nyeri, mencari ketidaknyamanan rasa nyeri
bantuan) 3. Gunakan teknik d. Menurunkan rasa
B. Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik nyeri pasien
nyeri berkurang untuk mengetahui e. Dapat menurunkan
dengan pengalaman nyeri tingkat nyeri pasien
menggunakan pasien f. Menurunkan
manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang ketegangan otot,
C. Mampu mengenali mempengaruhi respon sendi dan
nyeri (skala, nyeri melancarkan
intensitas, frekuensi 5. Kurangi faktor peredaran darah
dan tanda nyeri) presipitasi nyeri sehigga dapat
D. Menyatakan rasa 6. Pilih dan lakukan mengurangi nyeri
nyaman setelah nyeri penanganan nyeri g. Mengetahui
berkurang. (farmakologi, perkembangan nyeri
nonfarmakologi, dan dan menentukan
interpersonal) intervensi
7. Kaji tipe dan sumber selanjutnya
nyeri untuk h. Untuk mengurangi
menentukan intervensi nyeri
8. Ajarkan teknik non i. Analgetik berfungsi
famakologi sebagai depresan
9. Berikan analgetik system syaraf pusat
untuk mengurangi sehingga

21
nyeri mengurangi atau
10. Evaluasi menghilangkan
ketidakefektifan nyeri.
kontrol nyeri j. Memberikan
11. Tingkatkan istirahat informasi untuk
12. Kolaborasikan dengan membantu
dokter jika ada menentukan pilihan/
keluhan dan tindakan keefektifan
nyeri tidak berhasil intervensi
Analgesic Administration k. Istirahat yang cukup
1. Tentukan lokasi, dapat mengurangi
karakteristik, kualitas, rasa nyeri
dan derajat nyeri
sebelum pemberian Analgesic
obat Administration
2. Cek instruksi dokter a. Untuk memilih
tentang jenis obat, intervensi yang
dosis, dan frekuensi cocok dan untuk
3. Cek riwayat alergi mengevaluasi
4. Pilih analgesik yang keefektifan dari
diperlukan atau terapi yang akan
kombinasi dari diberikan
analgesik ketika b. Sebagai acuan dalam
pemberian lebih dari pemberian dosis
satu obat yang tepat
5. Tentukan pilihan c. Menghindari
analgesik tergantung terjadinya
tipe dan beratnya kemerahan, gatal-
nyeri gatal dan efek lain
6. Tentukan analgesik dari konsumsi obat
pilihan, rute yang salah

22
pemberian, dan dosis d. Untuk memastikan
optimal dosis yang akan
7. Pilih rute pemberian diberikan
secara IV, IM untuk e. Mengurangi nyeri
pengobatan nyeri yang dirasakan
secara teratur sehingga dapat
8. Monitor vital sign menentukan
sebelum dan sesudah intervensi
pemberian analgesik f. Ketepatan
pemberian terapi
g. Mempermudah
pemberian analgesik
Mengetahui
perubahan status
kesehatan setelah
pemberian obat

V. Resiko syok berhubungan dengan sindrom respon inflamasi siskemik


(hipovolemia).
NOC NIC Rasional
A. Syok Prevention Syok prevention a.Mengindikasikan
B. Syok management 1. Monitor status sirkulasi kebutuhan untuk
Kriteria Hasil BP, warna kulit, suhu intervensi dan menjaga
A. Nadi dalam batas kulit, denyut jantung, kestabilan kondisi
yang diharapkan HR,dan ritme, nadi tubuh klien
B. Irama jantung dalam perifer, dan kapiler b. Untuk mengukur
batas yang refill jumlah oksigen dalam
diharapkan 2. Monitor tanda darah
C. Frekuensi nafas inadekuat oksigenasi c. Memastikan suhu dan
dalam batas yang jaringan pernapasan klien
diharapkan 3. Monitor suhu dan dalam keadaan normal

23
D. Irama pernapasan pernafasan d. Memastikan klien
dalam batas yang 4. Monitor input dan tidak mengalami
diharapkan output kekurangan atau
E. Natrium serum, 5. Pantau nilai kelebihan cairan
kalium serum, laboratorium: HB, HT, e. Untuk mengukur
klorida serum, AGD dan elektrolit keasaman (pH), dan
kalsisum serum, 6. Monitor hemodinamik memantau
magnesium serum invasi yang sesuai perkembangan
dan PH darah serum 7. Monitor tanda dan pengobatan penyakit.
dalam batas normal gejala asites f. Memantau agar
Hidrasi, indikator: 8. Monitor tanda awal tekanan darah klien
A. Mata cekung tidak syok tetap stabil
ditemukan 9. Tempatkan pasien pada g. Mencegah terjadinya
B. Demam tidak posisi supine, kaki mual-muntah
ditemukan elevasi untuk h. Mengetahui awal mula
C. TD dalam batas penigkatan preload syok
normal dengan tepat i. Mencegah komlikasi
D. Hematokrit dalam 10. Lihat dan pelihara imobilitas dan cidera.
batas normal kepatenan jalan napas j. Memelihara agar jalan
11. Berikan cairan IV dan nafas tetap terbuka
atau oral yang tepat k. Sebagai upaya untuk
12. Berikan vasodilator mengganti cairan yg
yang tepat keluar
13. Ajarkan keluarga dan l. Membantu kelurga
pasien tentang tanda untuk memahami syok
dan gejala datangnya dan bagaimana
syok penangananya
14. Ajarkan keluarga dan m. Untuk mengurangi
pasien tentang langkah gejala syok yang
untuk mengatasi gejala dirasakan klien
syok

24
Syok Management Syok Management
1. Monitor fungsi a. Utuk mengetahui
neurologis fungsi ketahan tubuh
2. Monitor fungsi renal b. Untuk memeriksa
(BUN dan Cr Lavel) kadar urea nitrogen
3. Monitor tekanan nadi dalam dlam darah.
4. Monitor status cairan, c. Untuk mengetahui
input output adanya perubahan
5. Catat gas darah arteri nadi.
da oksigen dijaringan d. Untuk mengatur
6. Monitor EKG keseimbangan cairan
7. Memanfaatkan tubuh pasien
pemantauan jalur e. Untuk memantau
arteri untuk tingkat ph darah klien
meningkatkan akurasi f. Untuk mencegah
pembacaan tekanan timbul/ memburuknya
darah disritmia
8. Menggambar gas g. Untuk mengukur
darah arteri dan kadar pH dalam darah
memonitor jaringan h. Untuk mengetahui
oksigensasi tingkat PaO2 dan
9. Memnatau tren dalam PaCO2
parameter i. Untuk memantau
hemodinamik adanya kehilangan
(misalnya CVP, MAP, cairan vena,
tekanan kapiler ketidakseimbangan
arteri/pulmonal) elektrolit memerlukan
10. Memonitor gejala koreksi, peningkatan
gagal pernapasan Ht, penurunan
(misalnya rendah trombosit dan
PaO2, peningkatan meningkatkan resiko

25
PaCO2, kelelahan otot pendarahan
pernapasan)
11. Monitor nilai
laboratorium

VI. Ansietas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman terkait dengan


kesulitan bernapas (edema pulmonary), eksitasi kardiovaskular.
NOC NIC Rasional
A. Anxiety self-control Anxiety Reduction a. Membuat klien
B. Anxiety level (penurunan kecemasan) merasa di
C. Coping 1. Gunakan pendekatan perhatikan.
Kriteria Hasil yang menenangkan b. Untuk mengetahui
A. Klien mampu 2. Jelaskan semua prosedur respon klien selama
mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan dilakukan tindakan
mengungkapkan selama prosedur c. Menjaga klien tetap
gejala cemas 3. Pahami perspektif pasien stabil
B. Mengidentifikasi, terhadap situasi stres d. Dukungan yang
mengungkapkan dan 4. Temani pasien untuk terus menerus bisa
menunjukkan tehnik memberikan keamanan membantu klien
untuk mengontrol dan mengurangi takut mengurangi
cemas 5. Identifikasi tingkat ansietas/ rasa takut.
C. Vital sign dalam kecemasan e. Identifikasi masalah
batas normal 6. Bantu pasien mengenal spesifik akan
D. Postur tubuh, situasi yang meningkatkan
ekpresi wajah, menimbulkan kemampuan
bahasa tubuh dan kecemasan individu untuk
tingkat aktivitas 7. Dorong apsien untuk menghadapinya
menunjukkan mengungkapkan dengan lebih
berkurangnya perasaan, ketakutan, realistis
kecemasan. persepsi f. Membantu klien
8. Intruksikan pasien untuk terbuka

26
menggunakan teknik sehingga dapat
relaksasi mendiskusikan dan
menghadapinya
g. Agar pasien merasa
diterima
h. Untuk mengontrol
ansietas klien

27
PATHWAY

Penurunan Curah jantung Penurunan Tekanan Arterial Penurunan aliran darah sistemik

Penurunan nutrisi jantung Penurunan nutrisi jaringan Pembekuan intravaskular

Penurunan nutrisi otak Penurunan nutrisi sist vaskular Iskemia Jaringan

Penurunan aktivitas vasomotor Pelepasan toksin

Dilatasi vaskuler Peningkatan permeabilitas kapiler Resiko Syok (Hipovolemia)

Pengumpulan darah vena Penurunan volume darah Cairan intravaskular menurun

Plasma darah menurun

Depresi jantung Penurunan aliran balik vena Hb tidak mampu mengikat O2

Nekrosis pada miokardial Pelepasan toksin Hipoksia otak

28
Penurunan kardiak output Mekanisme kompensasi renin Tekanan osmotic menurun
aldosteron ADH

Peningkatan volume darah Peningkatan sistemik vaskuler resisten Mekanisme kompensasi

Syok kardiogenik

↑ preload, stroke volume dan heart rate, TD↑

Systemic dan pulmonary edema


↑ kebutuhan oksigen otot jantung
Diaphoresis Dispnea

Resiko kekurangan volume cairan Ketidakefektifan pola napas ↓ cardiac output, ↓ fraksi ejeksi

↓ perfusi jaringan ↓ tekanan darah

Berkurangnya suplai darah ke otak Metabolisme tubuh menjadi an Ketidakefektifan perfusi jaringan
aerob perifer

29
Perubahan mental (cemas,gelisah) Menghasilkan 2 ATP + asam laktat

Ansietas Asam laktat merangsang mediator Kematian seluler


nyeri

Nyeri dada (akut) Kegagalan organ

30
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Syok adalah sindrom klinis yang dicirikan dengan
ketidakseimbangan sistemik antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Ketidakseimbangan ini terjadi akibat kondisi ketidakadekuatan aliran
darah ke organ tubuh dan jaringan sehingga menyebabkan disfungsi
selular yang mengancam kehidupan.
Syok sendiri dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu
singkat dari ruang intravascular (syok hipovolemik), kegagalan pompa
jantung (syok kardiogenik), infeksi sistemik berat (syok septic), reaksi
imun yang berlebihan (syok anafilaksis), dan cedera tulang belakang (syok
neurologic).
Syok merupakan salah satu kondisi kegawat daruratan yang
memerlukan tindakan segera, oleh karena itu penatalaksanaan syok harus
dilakukan berdasarkan dengan penyebab terjadinya.

II. Saran
Dengan adanya materi tentang syok serta mempelajari nya
diharapkan agar mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi
perawat profesional agar dapat lebih mengerti dan memahami tentang syok
sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Mahasiswa juga
diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan yang sesuai untuk
melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok

31
DAFTAR PUSTAKA

Adi Putra, I Ketut Bawantika. 2016. Hypovolemic Shock.


(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/57bc1efcc1982e3
302ce96c31c3f8a2c.pdf). Diakses pada 16 September 2020, pukul 12.30
wita.

Alodokter. 2018. Syok. (https://www.alodokter.com/syok) . Diakses pada 23


September 2020, pukul 09.40 wita.

Alodokter. 2020. Syok Kardiogenik. (https://www.alodokter.com/syok-


kardiogenik). Diakses pada 23 September 2020, pukul 09.47 wita.

Irfan, Budi, dkk. 2019. Makalah Syok Kegawatdaruratan.


(https://www.academia.edu/38470362/Makalah_Syok_Kegawatdaruratan?
swp=rr-rw-wc-7438132). Diakses pada 17 September 2020, pukul 12.15
wita.

LeMone, Priscilla. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed.5 Vo.1.
Jakarta: EGC.

Nuramdani, Muhammad. 2020. Syok: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati,


Pencegahan, dll. (https://doktersehat.com/syok/). Diakses pada 23
September 2020, Pukul10.30 wita.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: MediAction.

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Ed. 3.


Jakarta: EGC.

Wardani, Iin. _____. Kegawatdaruratan Syok.


(https://www.academia.edu/16346258/kegawatdaruratan_Syok). Diakses
pada 20 September 2020, pukul 21.00 wita.

32
Wikipedia. 2020. Syok Septik.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Syok_septik#Pencegahan). Diakses pada 23
September 2020, pukul 09.30 wita.

Wulandari, Dwi Ita, dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Pasien Dengan Syok.
(https://www.academia.edu/36409732/KELOMPOK_4_ASUHAN_KEPE
RAWATAN_GAWAT_DARURAT_SYOK_docx). Diakses pada 17
September 2020, pukul 13.40 wita.

33

Anda mungkin juga menyukai