Anda di halaman 1dari 35

KEGAWATDARURATAN DALAM

PELAYANAN KESEHATAN GIGI


(Konsep Syok Dan Sinkop)

DOSEN PENGAMPU :

ASRIAWAL, S.Si.T., M.MKes

DISUSUN OLEH :
ANDI AFIQAHNUR (PO714261211040)
ANDI NANDA NATASYA (PO714261211042)
DHEANRA ARTHA MEZIA (PO714261211049)
FIFIN ANJANI SIMAL (PO714261211050)
MILA NURSWATI. A (PO714261211057)

KELOMPOK 2
DIV. TERAPI GIGI
KELAS 2.B

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


2022/2023
PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan kepada yang maha kuasa Allah SWT. Atas
karunia dan hidayahnya lah kami dapat menyusun makalah yang menjadi tugas
kami sebagai mahasiswa hingga menyelesaikannya tepat pada waktunya. Makalah
ini berjudul “Konsep Syok dan Sinkop” yang kami buat sebagai penunjang
materi perkuliahan dan pembelajaran mata kuliah Kegawatdaruratan dalam
Pelayanan Kesehatan Gigi.

Tidak lupa kami selaku penyusun makalah untuk mengucapkan rasa


terima kasih kepada Asriawal, S.Si.T., M.MKes selaku dosen yang mengajar
dan membimbing kami dalam pembuatan makalah Konsep Syok dan Sinkop ini.

Terakhir, dalam penyajian materi pada makalah ini kami menyadari


makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk
menyempurnakan makalah ini, baik dari segi penyajian maupun dari materi yang
terkandung di dalamnya, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca. Semoga makalah ini bisa berguna kepada masyarakat yang membaca
serta kami sendiri selaku penulis materi ini.

Makassar, 14 Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I KONSEP SYOK DAN SINKOP.................................................................1
A. PENDAHULUAN.................................................................................1
1. Deskripsi Materi............................................................................2
2. Tujuan Pembelajaran....................................................................2
3. Kompetensi Khusus......................................................................3
B. PENYAJIAN..........................................................................................4
1. Konsep Dasar Syok.......................................................................4
2. Patofisiologi Syok.........................................................................5
3. Macam-Macam Syok....................................................................8
4. Penyebab Syok............................................................................10
5. Penatalaksanaan Syok.................................................................12
6. Definisi Sinkop dan Penyebabnya..............................................19
7. Pencegahan Sinkop.....................................................................21
8. Penatalaksanaan Sinkop..............................................................23
C. RANGKUMAN/RINGKASAN..........................................................26
D. PENUTUP............................................................................................27
1. Latihan Soal................................................................................27
2. Umpan balik dan Tindak lanjut..................................................28
GLOSARIUM........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iii
BAB I KONSEP SYOK DAN SINKOP
A. PENDAHULUAN
Pasien yang mengalami kegawatdaruratan harus segera mendapatkan
penanganan secara tepat, cermat, dan cepat. Penanganan yang tidak tepat
akan menyebabkan terjadinya kematian pasien di Instalasi Gawat Darurat.
(Hidayati et al., 2018)
Pada masa remaja ini adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat secara fisik, psikologis dan intelektual. Remaja adalah kelompok
rentan dalam masyarakat karena mereka memiliki aktivitas aktif, namun
terkadang hal tersebut tidak di imbangi dengan kebiasaan istirahat dan
makan yang benar. Banyaknya kegiatan yang sering dilakukan oleh generasi
muda khususnya dalam konteks pendidikan membuat mereka kelelahan.
Salah satu kegiatan yang harus dilakukan di sekolah atau di kampus adalah
upacara bendera dan mengerjakan deadline tugas yang banyak hingga
bergadang setiap harinya. Selain karena kelelahan, pingsan juga bisa
disebabkan karena kepanasan, terkunci di ruangan tertutup karena
kekurangan oksigen, syok atau terkejut. Selain itu faktor lain seperti anemia,
kurang tidur, kurang makan juga diperhatikan merupakan salah satu faktor
yang membuat orang pingsan. (Didit Damayanti, 2020)
Pingsan dapat terjadi karena kekurangan aliran darah ke otak,
menyebabkan penurunan perfusi serebral. sebelum pingsan Akan ada
periode presinkop. Pasien telah melaporkan gejala pingsan seperti kram,
mata pusing, sakit kepala ringan, penglihatan kabur, pucat, merasa sesak
napas (pernapasan stres) dan tinitus. Seseorang pingsan berkali-kali perlu
diketahui penyebabnya misal lingkungan panas, berdiri terlalu lama, sakit,
marah, puasa, kelelahan dan penggunaan obat-obatan. (Didit Damayanti,
2020)
Pembahasan mengenai Sinkop secara umum juga bisa dikaitkan dengan
pembahasan syok yang juga berkaitan dengan volume darah. Kami berbicara
tentang syok ketika pasokan darah ke sel-sel tubuh dengan oksigen dan

1
nutrisi tidak mencukupi. Ketiakberhasilan guna menaikkan perfusi
menyebabkan kehancuran sel yang progresif, disfungsi organ, sehingga
dapat menyebabkan kematian pasien (Fitria, 2010)
Syok sulit untuk dijabarkan hal ini terkait dengan sindrom klinis
dinamis yang disesuaikan dengan perbedaan volume darah yang bersirkulasi
sehingga dapat berakibat pada kematian. Syok tidak lagi menetap dengan
tanda klinis seperti hipotensi, kulit pucat dingin, curah jantung menurun,
semua itu saling terhubung dari penyebab syok itu sendiri. Syok septik
memiliki tanda yaitu terjadi peningkatan curah jantung yang tidak selaras
dan kulit pasien panas dingin. (Fitria, 2010)
Syok diartikan sebagai keadaan resesi perfusi jaringan sistemik, yang
dikenali dengan penurunan penggunaan oksigen pada tingkat sel dan
penurunan ekskresi metabolit. Hipotensi dan syok tidak sama. Syok tanpa
hipotensi dapat terjadi pada pasien dengan hipertensi berkepanjangan. Tanda
dan gejala syok dapat dibagi menjadi dua bagian : berasal dari upaya tubuh
untuk menyeimbangkan dan efek penurunan fungsi organ. Tubuh
mengkompensasi keadaan syok dengan mengorbankan organ yang tidak
penting, yaitu kulit dan saluran cerna. Upaya kompensasi ini biasanya terdiri
dari peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi untuk meningkatkan
resistensi pembuluh darah sistemik. Tanda dan gejala yang nyata termasuk
takikardia, ekstremitas dingin, pucat, dan penyempitan tekanan nadi.
Kondisi syok distributif seperti syok neurogenik, anafilaksis, dan sepsis
mungkin tidak bermanifestasi pada ekstremitas dingin karena hilangnya
tonus pembuluh darah sistemik merupakan masalah utama. (Wardhan, 2020)

2
1. Deskripsi Materi
Pada mata kuliah Konservasi Gigi II ini kami akan membahas
materi tentang Syok dan Sinkop yang meliputi beberapa hal yaitu,
Konsep dasar, Patofisiologi, macam-macam, penyebab, tanda dan
gejala serta penatalaksanaan syok. Selain itu, kami juga akan
membahas mengenai Konsep dasar Sinkop, penyebab, Pencegahan
serta penatalaksanaan Sinkop tersebut.
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi mengenai Syok dan Sinkop ini,
diharapkan mahasiswa serta pembaca dapat mengetahui konsep dasar
penanganan kegawatdaruratan secara umum yang digunakan dalam
memberikan penanganan awal untuk tindakan kegawatdaruratan pada
pasien syok serta sinkop yang terbaik untuk mempertahankan
kesehatan pasien.
3. Kompetensi Khusus
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa/i di harapkan mampu :
a. Mengetahui konsep dasar syok.
b. Mengetahui patofisiologi dari syok
c. Mengetahui macam-macam syok
d. Memahami bagaimana penyebab syok
e. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan syok
f. Membantu memahami konsep sinkop dan apa saja penyebab
terjadinya
g. Mengetahui bagaimana pencegahan dari sinkop
h. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan sinkop.

3
B. PENYAJIAN
1. Konsep Dasar Syok
Syok adalah sindrom yang diakibatkan gangguan klinis
hemodinamik dan metabolisme sebagai tanda kesalahan sistem untuk
mempertahankan siklus aliran darah yang cukup ke organ vital tubuh.
Peristiwa syok ini berkaitan dengan hemostasis tubuh yang parah,
perdarahan masif, trauma berat, luka bakar, infark miokard masif atau
emboli paru. Sepsis disebabkan oleh bakteri yang bukan tonus
vasomotor yang terkontrol dan tidak terkontrol tidak cukup (syok
neurogenik) atau konsekuensi respon imun. (Saputra et al., 2018)
Syok adalah respon sistemik terhadap penyakit atau cedera yang
mengakibatkan perfusi jaringan tidak mencukupi dan oksigenasi
berkurang pada tingkat sel (ENA, 2010). Syok disebabkan oleh
penurunan volume darah (hipovolemia), penurunan kapasitas
pemompaan jantung (kardiogenik), penurunan resistensi pembuluh darah
perifer (distributif), dan penurunan aliran darah ke organ tubuh utama
seperti jantung dan paru-paru (obstruktif). Prosedur pada Pasien Syok
Selain mengobati penyebab syok, penting untuk diperhatikan bahwa
kegagalan prosedur mengakibatkan kegagalan organ dan kematian.
(Saputra et al., 2018)
Syok secara tradisional telah ditafsirkan sebagai hipoksia jaringan
yang dihasilkan kekurangan aliran darah. Syok biasanya disebut sebagai
hipoksia, tetapi kata disoksia lebih umum untuk penggunaan yang benar.
Hipoksia mengacu pada kekurangan oksigen selama disoksia adalah
suatu kondisi di mana metabolisme sel sedikit banyak dibatasi oleh
distribusi oksigen abnormal Pada tingkat sel, kondisi hipoksia
menyebabkan malfungsi Mitokondria, perubahan membran sel,
pelepasan radikal bebas, produksi sitokin yang menyebabkan beberapa
reaksi peradangan. (Fachrurrazi et al., 2020)

4
Penurunan fungsi organ terjadi ketika mekanisme kompensasi tidak
memadai. Gangguan aliran darah ke ginjal menyebabkan berkurangnya
ekskresi urin. Berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan
kegelisahan, yang dapat menyebabkan ketidaksadaran. Kondisi yang
lebih serius dapat muncul dengan sesak napas akibat penurunan perfusi
paru dan tanda iskemia jantung akibat penurunan perfusi jantung.
Mengenali syok dimulai dengan penilaian awal berupa evaluasi dimulai
dengan usaha, yaitu : (Wardhan, 2020)
a. Pastikan jalan napas tetap paten
b. Kaji respirasi dan berikan oksigen 100% dengan NRM 15 L/menit.
Jika pasien mengalami cedera dada, tension pneumothorax harus
dicurigai atau disingkirkan selama pemeriksaan.
c. Dokter harus dapat mencurigai syok dengan mendeteksi adanya
denyut nadi yang cepat dan lemah disertai perasaan hipotensi,
ekstremitas dingin, dan pengisian kapiler yang berkepanjangan.
Mengukur tekanan darah memakan waktu lebih lama dan terkadang
menyesatkan. Jika terjadi syok, pengukuran tekanan darah otomatis
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi meskipun perangkat tidak
mendeteksi denyut nadi yang tepat

2. Patofisiologi Syok
Tubuh manusia bereaksi terhadap pendarahan akut. Aktivasi sistem
fisiologis sangat penting dikarenakan : Sistem Hematologi,
Kardiovaskular, Ginjal dan Sistem Neuroendokrin (Saputra et al., 2018)
Sistem hematologi merespons terhadap kehilangan darah yang
banyak dan akut dengan mengaktifkan kaskade koagulasi dan
vasokonstriksi darah (karena pelepasan tromboksan A2 setempat). Selain
itu, trombosit darah diaktifkan (juga melalui pelepasan tromboksan A2
lokal) dan membentuk gumpalan darah yang belum matang pada
sumbernya berdarah pembuluh terurai untuk menghasilkan kolagen
kemudian mengarah pada akumulasi Fibrin dan menstabilkan

5
pembekuan darah. Dibutuhkan sekitar 24 jam untuk menyelesaikan
fibrinisasi darah menggumpal dan bentuknya berubah secara lengkap
(Saputra et al., 2018)
Syok dapat dihasilkan dari empat mekanisme patofisiologi, yang
tidak selalu saling eksklusif, yaitu : (Putra & Adiputra, 2017)
a. Hipovolemia (karena dehidrasi internal atau eksternal).
b. Kardiogenik (misalnya AMI, kardiomiopati, miokarditis, dan
aritmia).
c. Obstruktif (misalnya, emboli paru, tamponade jantung, atau
pneumotoraks);
d. Disebarluaskan (misalnya, sepsis, anafilaksis).

Karakteristik syok cenderung berubah seiring perkembangan


penyakit, dengan berbagai tingkat keparahan pada setiap tahap. Secara
umum syok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (Putra & Adiputra, 2017)
a. Fase kompensasi, di mana mekanisme kompensasi normal dapat
mengembalikan sirkulasi tanpa intervensi eksternal.
b. Fase progresif, saat syok memburuk dan, jika tidak ditangani, dapat
menyebabkan kematian.
c. Tahap ireversibel di mana syok telah berkembang ke titik di mana
tidak ada perawatan yang tersedia yang dapat mencegah kematian.

Pada fase terkompensasi, mekanisme umpan balik negatif tubuh


masih dapat memulihkan curah jantung dan tekanan arteri. Mekanisme
umpan balik meliputi : Refleks Baroreseptor, respons stres-relaksasi
terbalik, respons iskemia sistem saraf pusat, sekresi angiotensin di ginjal,
G
sekresi vasopresin (ADH) di kelenjar hipofisis. Selain itu, ada
mekanisme kompensasi untuk mengembalikan volume intravena, seperti
(Putra & Adiputra, 2017)

6
Penyerapan cairan dari saluran pencernaan dalam jumlah yang
banyak, transfer cairan dari interstitium ke kapiler, retensi garam dan air
di ginjal dan rasa haus dari seorang pasien (Putra & Adiputra, 2017)
Refleks simpatis adalah mekanisme utama dalam pemulihan syok,
diaktifkan secara maksimal selama setengan jam dan 1 menit pertama.
Mekanisme perhitungan yang melibatkan angiotensin dan vasopresin
dan relaksasi stres balik memerlukan 10 menit hingga 1 jam untuk
berespon penuh, tetapi mekanisme ini berperan penting dalam
meningkatkan tekanan arteri atau tekanan pengisian, yang meningkatkan
curah jantung. Selain itu, mekanisme untuk mengembalikan volume
intravena, seperti penyerapan cairan dari saluran cerna dan cairan ginjal
serta retensi natrium, memerlukan waktu 148 jam agar dapat berfungsi
secara optimal. (Putra & Adiputra, 2017)
Syok yang berkelanjutan menciptakan mekanisme umpan balik
positif yang mengurangi curah jantung dan menyebabkan syok progresif.
Mekanisme umpan balik positif meliputi:
a. Cardiac Depression
Jika tekanan arteri turun tajam, terutama tekanan diastolik, aliran
darah koroner juga terganggu, yang menyebabkan iskemia koroner.
Ini semakin memperlemah otot jantung sehingga curah
jantung.berkurang.
b. Disfungsi vasomotor
Ketika curah jantung berkurang, peredaran darah dari otak ke
jantung secara normal dipertahankan. Jika tekanan arteri cukup
turun, peredaran darah ke otak berkurang bersamaan dengan
peredaran darah ke pusat vasomotor berkurang. Impuls yang sangat
berkurang dari pusat vasomotor dapat menyebabkan penurunan
tekanan arteri lebih lanjut dan peningkatan aliran darah suplai.

7
c. Penyumbatan pembuluh darah kecil
Karena berkurangnya aliran darah selama syok, metabolit
jaringan, termasuk asam laktat dan karbonat, tidak dibersihkan
dengan baik dan konsentrasi lokalnya meningkat. Peningkatan
konsentrasi ion hidrogen dan produk iskemik lainnya menyebabkan
aglutinasi lokal dan pembentukan gumpalan.
d. Meningkatnya permeabilitas kapiler
Karena hipoksia kapiler serta sedikitnya nutrisi lain dalam
keadaan syok, permeabilitas kapiler meningkat, memungkinkan
cairan dan protein bocor ke jaringan. Ini mengurangi volume darah,
yang dapat memperburuk syok.
e. Pelepasan racun dari jaringan iskemik.
Dalam keadaan syok, diyakini bahwa histamin, serotonin, dan
enzim jaringan dilepaskan, yang menyebabkan gangguan aliran
darah lebih lanjut. Penurunan aliran darah usus juga dapat
meningkatkan pembentukan dan penyerapan endotoksin yang
dihasilkan oleh bakteri gram negatif di usus. Racun ini meningkatkan
metabolisme intraseluler sekaligus menghilangkan nutrisi jaringan.
Ini terutama mempengaruhi otot jantung, di mana curah jantung
berkurang

3. Macam-Macam Syok
Berikut macam-macam syok secara umum beserta penjelasannya,
yaitu :
a. Syok Hipovolemik
Syok Hipovolemik adalah syok yang paling sering terjadi pada
anak yang disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
Syok Hipovolomik ini terbagi menjadi beberapa berasarkan
penyebabnya, yaitu : (Wiryana et al., 2017)
1) Syok Hemoragik (kehilangan darah), Pendarahan eksternal
(trauma) dan Pendarahan internal (hematoma, hemotoraks, dll.)

8
2) Kehilangan plasma, luka bakar dan Dermatitis eksfoliatif
3) Kehilangan cairan dan elektrolit, kehilangan eksternal (muntah,
diare, berkeringat, ruang hiperosmolar dll) dan kerugian internal
(pankreatitis, asites, obstruksi saluran pencernaan).
b. Syok Kardiogenik
Syok Kardiogenik disebabkan oleh penekanan kerja yang berat
pada sistolik jantung atau kegagalan pompa jantung. Curah jantung
juga menurun dengan aritmia. Bentuk lain dapat terjadi akibat
gangguan pergerakan di ventrikel. Regurgitasi aorta atau mitral akut,
cenderung karena infark miokard akut, menyebabkan turunnya
denyut jantung anterior akut (aliran keluar darah melalui katup aorta
masuk ke sirkulasi arteri sistemik) dan dengan demikian syok
kardiogenik.(Fitria, 2010)
c. Syok Obstruksi
Syok Obstruktif adalah jenis syok yang langka. Kejutan ini juga
diakibatkan oleh ketidaksanggupan ventrikel guna memproses
selama diastole, yang menyebabkan penurunan volume sekuncup
yang nyata dan penghentian denyut jantung. Penyebabnya bisa jadi
emboli paru masif. Syok bisa berakibat fatal, terutama pada organ
vital, sehingga penderita syok harus segera ditangani. (Fitria, 2010)
d. Syok Distributif
Syok Distributif disebabkan oleh sejumlah alasan, termasuk blok
saraf otonom di bawah anestesi (syok neurogenik), anafilaksis, dan
sepsis. Penurunan mendadak resistensi vaskular sistemik
menyebabkan akumulasi darah di pembuluh perifer dan penurunan
tekanan vena sentral... Pada syok septik, keadaan ini diperparah
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, yang menyebabkan
penurunan volume intravaskular.(Fitria, 2010)
e. Syok anafilaksis
Syok anafilaksis disebabkan oleh pelepasan histamin dan zat
vasoaktif lainnya secara masif dari sel yang sebelumnya peka

9
terhadap zat tertentu seperti penisilin, sengatan lebah atau kerang.
Kejadian kardiovaskular yang tiba-tiba, yang mungkin disertai henti
napas atau obstruksi jalan napas akibat bronkokonstriksi,
angioedema, atau urtikaria pernapasan, jarang terjadi.(Fitria, 2010)
f. Syok hipoglikemik
Syok hipoglikemik atau insulin harus selalu dipertimbangkan
ketika pasien mengalami syok namun jelas tidak sesuai dengan
klasifikasi lain, terutama bila dicurigai diabetes. Pada awalnya,
pasien mungkin sangat bingung dan rentan terhadap dingin, kulit
keras, dan takikardia. Pemberian glukosa segera menghasilkan
perbaikan yang signifikan.(Fitria, 2010)
g. Syok septik
Syok septik akibat infeksi. Jenis hiperdinamik, di mana curah
jantung tetap atau meningkat, terjadi ketika volume darah pas namun
infeksi menyebabkan metabolisme sel sehingga sel jaringan
terganggu serta dapat menggunakan glukosa dan oksigen yang
dibawa oleh darah yang memadai. Pada model hipodinamik, pasien
menjadi hipovolemik, sering terjadi akibat kehilangan cairan dari
kapiler ke dalam ruang interstitial. Biasanya volume darah normal,
namun jumlah vaskular meningkat, sehingga terjadi hipovolemia
relative (Fitria, 2010)

4. Penyebab Syok
Penyebab syok harus segera diketahui agar penanganan yang tepat
dapat dilakukan. Syok pada pasien paling sering disebabkan oleh
hipovolemia akibat syok hemoragik, tetapi syok non hemoragik juga
dapat terjadi. (Ardhiansyah, 2020)
a. Syok hemoragik
Perdarahan merupakan penyebab utama syok pada trauma. Syok
hemoragik ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan

10
denyut jantung dan sedikit aliran darah. Perdarahan bisa berasal dari
faktor internal atau eksternal.
1) Pendarahan luar (Eksternal) , terutama di ekstremitas.
2) Pendarahan dalam (Internal), berupa :
a) Thorax, berupa hemotoraks massif
b) Abdomen, seperti pecahnya hati dan pecahnya limpa
c) Ginjal dan panggul mirip retroperitoneum
d) Tulang panjang (seperti tulang paha dan tibia) dan jaringan
lunak. Kehilangan darah hingga 750 ml dapat terjadi pada
fraktur tibia dan hingga 1500 ml pada fraktur femur.
Pembengkakan jaringan lunak juga bisa menjadi sumber
dehidrasi.

Syok hemoragik pada anak jarang terjadi berbeda pada orang


dewasa karena patah tulang panggul dan tulang panjang. pada anak-
anak berbeda sumber perdarahannya yang biasanya di perut.
Mekanisme kompensasi awal syok hipovolemik adalah takikardia
dan vasokonstriksi perifer. Vasokonstriksi meningkatkan tekanan
diastolik mendekati tekanan sistolik, menyebabkan tekanan nadi
menurun. Kompensasi selanjutnya termasuk takipnea, transfer cairan
dari jaringan ke aliran darah, dan penurunan keluaran urin. Anak-
anak berespons lebih efektif terhadap perdarahan tetapi memburuk
dengan cepat setelah dekompensasi terjadi. Detak jantung dan RR
adalah indikator yang baik untuk tingkat syok pada anak-anak.
Sebaliknya, mekanisme kompensasi sulit bekerja dengan baik pada
lansia karena demografi ini cenderung mengonsumsi obat
kardiovaskular seperti ACE inhibitor, sartan dan beta blocker,
termasuk penggunaan alat pacu jantung. Oleh karena itu, pada tahap
awal dapat terjadi kehilangan darah yang banyak dan membutuhkan
obat inotropik, kronotropik, dan vasokonstriktor.(Ardhiansyah, 2020)

11
b. Syok non hemoragik
1) Pneumotoraks Tension
Tension pneumotoraks dapat mengurangi aliran balik vena
dan menyebabkan syok obstruktif. Pneumotorax di sisi kiri dapat
meniru tamponade jantung. Hal ini dapat dibedakan dengan
bunyi nafas, dimana bunyi nafas normal masih dapat ditemukan
dengan tamponade.
2) Tamponade jantung
Syok tamponade jantung melibatkan syok obstruktif karena
darah di perikardium dapat mencegah kontraksi jantung dan
secara bertahap mengurangi kandidiasis, yang menyebabkan
gagal jantung PEA. Tamponade jantung dapat disebabkan oleh
trauma tajam (atau tumpul) pada perikardium atau lewatnya
peluru di dekat mediastinum. Kondisi ini harus dihindari jika
terjadi luka di atas diafragma antara kedua puting susu atau
tulang belikat. 
c. Syok Hipovolemik
Syok Hipovolemik terjadi apabila kehilangan volume besar
(massive) yang menghasilkan Pendarahan gastrointestinal, internal
dan pendarahan luar atau kondisi yang menyebabkan ada.
Pengurangan aliran darah intravaskular atau cairan tubuh lainnya,
obstruksi usus, Peritonitis, pankreatitis akut, asites, dehidrasi dari
keringat berlebih atau diare parah Muntah, diabetes insipidus,
diuresis atau menelan terlalu sedikit cairan mungkin bisa
mengancam jiwa pada syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan
volume darah intravaskular, menyebabkan penurunan Cardiac output
dan aliran darah yang tidak mencukupi ke jaringan. Maka
jaringannya adalah anokiasn Mempromosikan perubahan

12
metabolisme dalam sel Beralih dari aerob ke anaerob. masalah ini
menyebabkan akumulasi asam laktat menyebabkan asidosis
metabolik. (Hidayati et al., 2018)

d. Syok Kardiogenik
Penyebab paling umum yaitu 40% lebih banyak infark miokard
ventrikel kiri, mengurangi kontraksi ventrikel kiri sehingga terjadi
penurunan berat badan dan disfungsi pompa ventrikel kiri. Seban
lainnya dari miokarditis akut dan penurunan kontraktilitas miokard
setelah henti jantung dan pembedahan hati tua. Bentuk lain dapat
terjadi akibat kegagalan mekanis di ventrikel. regurgitasi aorta atau
mitral akut, sering disebabkan oleh infark miokard akut,
menyebabkan penurunan tajam ke depan dalam curah jantung (aliran
darah) melalui katup aorta ke dalam sirkulasi arteri sistemik) dan
dengan demikian menyebabkan syok kardiogenik(Fitria, 2010)
e. Penyebab Syok Secara Umum
Syok disebabkan oleh kegagalan sirkulasi darah untuk memenuhi
kebutuhan. 4 Hal ini disebabkan oleh penurunan curah jantung atau
kegagalan distribusi aliran Tekanan darah dan peningkatan
kebutuhan metabolik dengan atau tanpa defisiensi. Konsumsi
oksigen pada tingkat sel. Tubuh memiliki kemampuan untuk
mengkompensasi mempertahankan tekanan darah dengan
meningkatkan denyut jantung dan vasokonstriksi perifer Karena
mekanismenya, hipotensi dikenali sebagai gejala yang muncul
belakangan, terutama pada bayi baru lahir. (Fitria, 2010)

5. Penatalaksanaan Syok
Berikut penatalaksanaan Syok berasarkan jenisnya, yaitu :(Fitria,
2010)
a. Syok Anafilaktik

13
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik menurut Haupt MT dan Carlson
RW (1989, pp 993-1002), Jika komplikasi Syok Anafilaksis terjadi
pasca penggunaan obat atau bahan kimia secara oral atau parenteral,
tindakan yang harus dilaksanakan, yaitu :
1) Secepatnya tempatkan pasien di atas matras yang keras. Kaki
diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran balik
vena, yang meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan
tekanan darah.
2) Penilaian resusitasi kardiopulmoner fase A, B, C yaitu:
a) Jalur udara (pembukaan jalur udara). Saluran udara harus
tetap bersih, bebas dari penghalang. Pada pasien tidak sadar
posisi kepala dan leher disesuaikan sehingga lidah Jangan
jatuh ke belakang dan menutupi jalan napas, yaitu dengan
luruskan kepala, tarik rahang bawah ke depan dan buka
mulut.
b) Alat bantu pernafasan, segera berikan pernafasan buatan bila
tidak ada tanda-tanda pernafasan, baik mulut ke mulut atau
mulut ke hidung. Syok anafilaksis disertai pembengkakan
laring dapat menyebabkan obstruksi jalan napas total atau
parsial. Klien penderita sumbatan jalan napas parsial
membutuhkan dukungan pernapasan dan oksigen selain obat-
obatan. Pasien dengan obstruksi jalan napas total harus lebih
aktif didukung dengan Intubasi Endotracheal,
Cricothyrotomy atau Tracheostomy.
c) Dukungan sirkulasi yaitu, jika tidak ada denyut nadi di arteri
besar (Arteri Karotis atau A. Femoralis), segera lakukan
kompresi jantung luar.
b. Syok Hipovolemik
1) menjaga suhu tubuh
Suhu tubuh dipertahankan dengan menempatkan selimut di
atas pasien untuk mencegah menggigil dan kehilangan panas.

14
Jangan pernah menghangatkan tubuh pasien, karena ini sangat
berbahaya.

2) Pemberian cairan
a) Jangan berikan minuman kepada pasien yang tidak sadarkan
diri, mual, muntah, atau kejang, karena ada risiko cairan
masuk ke paru-paru.
b) Jangan berikan air kepada pasien yang menjalani operasi atau
pembiusan, yang mengalami trauma pada perut dan kepala
(otak).
c) Pasien dapat minum hanya jika pasien sadar penuh dan tidak
ada kontraindikasi. Minum harus dihentikan jika pasien
mengalami mual atau muntah.
d) Cairan intravena, seperti larutan kristaloid isotonik, adalah
pilihan pertama untuk resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskular, interstisial, dan intraseluler. Cairan
plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan
tekanan onkotik intravena.
e) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Jika
memungkinkan, berikan jenis cairan yang sama dengan
cairan yang hilang, darah untuk pendarahan, plasma untuk
luka bakar. Air yang hilang harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan dalam bentuk air dan elektrolit
harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume
intravena dengan cairan kristaloid membutuhkan 3 sampai 4
kali kehilangan darah, sedangkan penggunaan larutan koloid
membutuhkan jumlah yang sama dengan kehilangan darah.
Transfusi sel darah merah dengan larutan Ringer Laktat
diketahui sama efektifnya dengan darah lengkap.

15
f) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
overhidrasi.
g) Saat merawat syok kardiogenik, asupan cairan yang
berlebihan, yang membuat jantung tegang, harus dihindari.
Perhatian harus diberikan pada suplai oksigen ke darah dan
langkah-langkah untuk menghilangkan rasa sakit.
h) Manajemen cairan untuk syok septik harus dipantau secara
ketat, karena syok septik biasanya berhubungan dengan
disfungsi organ multipel.
c. Syok Neurogenik
Konsep dasar syok distributif adalah agen vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin mengurangi area vaskular dengan
mengontraksikan sfingter kapiler dan menyebabkan pembuluh
mengeluarkan darah yang terkumpul. Administrasi Menurut Wilson
R F, ed. (1981;1-42), yaitu :(Fitria, 2010)
1) Tempatkan pasien dalam posisi terlentang dengan kepala lebih
rendah dari kaki (posisi Trendelenburg).
2) Jaga agar jalan napas tetap terbuka dengan pemberian oksigen,
sebaiknya dengan masker. Pada pasien dengan distres pernapasan
berat dan hipotensi, penggunaan selang endotrakeal dan ventilasi
mekanis sangat dianjurkan. Langkah ini berfungsi untuk
menghindari pemasangan endotrakeal darurat jika terjadi sesak
napas berulang. Juga kipas mekanik serta dapat membantu
menstabilkan hemodinamik dengan mengurangi konsumsi
oksigen dari otot-otot pernapasan
3) Untuk mencapai keseimbangan hemodinamik perlu ditunjang
dengan terapi cairan. Larutan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau
Ringer laktat harus diinfuskan dengan cepat dalam bolus 250-500
cc, dan tekanan darah, tekanan akut, turgor kulit, dan keluaran
urin harus dipantau secara hati-hati untuk menilai respons
terhadap terapi.

16
4) Jika tekanan darah dan aliran darah perifer tidak pulih dengan
cepat, berikan obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa
dikontraindikasikan jika terjadi perdarahan seperti ruptur limpa).

d. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan hipoperfusi sistemik akibat
curah jantung yang sangat berkurang dan hipotensi sistolik yang
terus-menerus < 90 > 18 mmHg. Sebagian besar pasien mengeluh
nyeri dada, sesak napas, pucat dan keringat dingin. Kesadaran dapat
menurun, kantuk, kegelisahan dan kebingungan dapat muncul.
Denyut bisa cepat dan lemah atau sangat lambat pada blok AV yang
parah. Tekanan darah sistolik menurun dengan tekanan nadi yang
ketat. Pasien mengalami takipnea, pola pernapasan Cheyne-Stokes,
dan dilatasi vena jugularis. Dengkuran purulen halus di pangkal
sering ditemukan pada pasien dengan gagal ventrikel kiri dan
oliguria.
e. Syok hipoadrenal
Syok hipoadrenal terjadi dalam keadaan insufisiensi adrenal pada
seseorang yang kemudian mengalami stres akut. Insufisiensi adrenal
dapat terjadi akibat penggunaan jangka panjang glukokortikoid
eksogen besar dan penyakit kritis, termasuk trauma dan sepsis.
Penyebab lain insufisiensi adrenal meliputi atrofi idiopatik,
tuberkulosis, penyakit metastatik, perdarahan adrenal bilateral, dan
amiloidosis. Syok hipoadrenal ditandai dengan gangguan
homeostasis dengan penurunan resistensi vaskular sistemik,
hipovolemia, dan penurunan curah jantung. Diagnosis insufisiensi
adrenal dilakukan dengan mengukur kadar kortisol, tes stimulasi
ACTH atau ACTH.
f. Tatalaksana Umum syok di fasilitas Kesehatan Primer.
Tujuan utama pengobatan kejut adalah untuk mengembalikan
suplai oksigen dan suplai substrat yang cukup ke sel secepat

17
mungkin dan untuk meningkatkan pemanfaatan oksigen dan
metabolisme sel. (Fahmi, 2022)
Jangan lupakan stabilisasi ABCDE, deteksi dini guncangan dan
jenis syok serta pengaktifan tim resusitasi. Bantuan pernapasan dan
ventilasi serta obat-obatan darurat harus disediakan.(Fahmi, 2022)
Pasien segera disiapkan untuk pemberian IV, sebaiknya dengan 2
baris jarum besar. Pemuatan cairan yang cepat disesuaikan dengan
penilaian awal jenis syok. Untuk syok hipovolemik, 2-3 liter cairan
kristaloid dapat diberikan selama 20-30 menit. (Fahmi, 2022)
Tanda-tanda vital dinilai segera setelah kedatangan atau
penurunan kondisi pasien selama dan setelah resusitasi cairan.
Pemantauan meliputi tekanan darah, laju pernapasan, nadi, suhu, dan
keluaran urin. Jika tanda-tanda vital stabil, penyebab syok dapat
diobati untuk selamanya. Jika tanda-tanda vital tidak stabil,
pertimbangkan untuk memasang kateter vena sentral di pusat
rujukan. Tekanan vena sentral seperti yang terlihat dari vena
jugularis meningkat pada pasien dengan penyakit jantung dan
tamponade.(Fahmi, 2022)
Kateter urin dipasang untuk memantau asupan dan ekskresi
cairan. Output urin minimum adalah 0,5-1 ml/kg/jam. Penempatan
NGT dapat dilakukan pada pasien yang berisiko aspirasi dan
komplikasi dari dilatasi lambung. Pengambilan sampel darah
dilakukan pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa darah, golongan
darah dan hasil cross match dari pasien dengan indikasi transfusi
darah. Tes kehamilan dilakukan pada wanita usia subur.(Fahmi,
2022)
Analisis gas darah akan dilakukan ketika fasilitas tersedia.
Elektrokardiografi adalah wajib, terutama untuk mengevaluasi
aritmia jantung. Rontgen dada dilakukan untuk menyingkirkan
kardiomegali, tamponade, hemotoraks, atau edema paru.(Fahmi,
2022)

18
6. Definisi Sinkop dan Penyebabnya
Pingsan atau Sinkop adalah episode ketidaksadaran dengan tiba-tiba
kehilangan tonus postural yang disebabkan oleh hipoperfusi serebral
yang reversibel, diikuti dengan pemulihan kesadaran dalam beberapa
menit. Berdasarkan etiologinya, sinkop dapat dibagi menjadi sinkop
jantung, sinkop vaskular (ortostatik/menuntut), sinkop
neurokardiovaskular (vasovagal/vasodepresor), sinkop pada sindrom
histeris-hiperventilasi dan sinkop neurologis. Lebih dari 50% sinkop
yang diamati di klinik adalah sinkop vasovagal, terutama pada pasien
muda. Episode pingsan yang disebabkan oleh proses primer di sistem
saraf pusat adalah penyebab yang relatif jarang. Pingsan pertama di usia
30 tahun hampir tanpa kecuali karena proses selain vasovagal. Beberapa
jenis sinkop, seperti sinkop vasovagal dan sinkop ortostatik,
diklasifikasikan sebagai kasus cincin, sehingga studi tindak lanjut yang
canggih jarang diperlukan. Sebaliknya, sinkop jantung pada stenosis
aorta, HOCM, atau aritmia fatal harus selalu dievaluasi secara hati-hati
karena relatif mengancam jiwa. (Suciadi, 2016)
Pingsan adalah kehilangan kesadaran sementara karena hipoperfusi
serebral yang ditandai dengan durasi singkat, onset cepat, dan pemulihan
spontan. Hilangnya kesadaran ini disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah ke sistem aktivasi retikuler di batang otak dan membaik tanpa
terapi kimia atau listrik. Sistem metabolisme otak sangat bergantung
pada aliran darah, sehingga pembatasan aliran darah otak dapat
mengakibatkan ketidaksadaran hingga 10 detik. (Irma HY Siregar, 2020)
Riwayat medis yang cermat harus fokus pada gejala sebelum dan
sesudah sinkop, awitan sinkop (saat istirahat atau selama aktivitas berat),
posisi tubuh tepat sebelum sinkop (berbaring, duduk, atau berdiri),
durasi sinkop, dan peristiwa saat sinkop memperbaiki sinkop. Informasi
yang dikumpulkan dari anamnesis yang sistematis dapat mengarahkan
klinisi ke etiologi sinkop. Sinkop vasovagal (sinkop sederhana) biasanya
terjadi pada remaja awal atau dewasa muda, terutama pada wanita, dan

19
dipicu oleh tekanan emosional berupa ketakutan, kesedihan atau rasa
sakit. Sinkop ini disebabkan oleh stimulasi saraf vagus yang berlebihan,
mengakibatkan efek depresan sementara pada jantung (bradikardia) dan
pembuluh darah (hipotensi). (Suciadi, 2016)
Penyebab umum sinkop lainnya pada pasien muda, terutama wanita,
adalah reaksi histeris dan sindrom hiperventilasi. Serangan pingsan
dalam reaksi histeris hampir selalu terjadi di hadapan banyak orang (di
kelas, di tengah pertemuan keluarga besar), dipicu oleh tekanan
psikologis, tanpa gejala prodromal yang jelas (sebelum pingsan), tidak
ada perubahan tekanan darah yang signifikan . dan denyut nadi saat
pingsan, dan sudah beberapa kali terjadi di masa lalu pada orang yang
diketahui gelisah. Sindrom hiperventilasi juga disebabkan oleh masalah
stres mental. Sinkop jenis ini biasanya disertai dengan gejala seperti
pusing, parestesia, tangan dan kaki dingin, serta tetani pada jari tangan
dan kaki. Berbeda pada pingsan orang lain, pada hiperventilasi dan
sindrom histeris, pingsan dapat berlangsung relatif lebih lama (lebih dari
10 menit, bahkan berjam-jam). (Suciadi, 2016)
Sinkop ringan lain yang umum dalam praktik klinis adalah sinkop
postural/ortostatik. Sinkop ini biasanya disebabkan oleh perubahan
fisiologi sistem kardiovaskular. Sinkop ortostatik dapat terjadi pada
individu sehat setelah berdiri lama, terutama pada cuaca panas dan
lembab. Beberapa kondisi dapat mendukung munculnya sinkop ini,
seperti B. usia lanjut (kegagalan sistem saraf otonom akibat proses
penuaan), dehidrasi atau perdarahan (dehidrasi), mengonsumsi obat
antihipertensi, terutama diuretik atau nitrat, dan diabetes dengan
polineuropati. . Sinkop ortostatik biasanya terjadi tiba-tiba tanpa
peringatan, dan pemulihan dicapai dengan cepat setelah pasien tidak
bergerak dan dibiarkan menghirup udara segar. Perubahan hemodinamik
yang terjadi selama pingsan adalah penurunan tekanan darah dan
takikardia yang cepat dan drastis. (Suciadi, 2016)

20
7. Pencegahan Sinkop
Pencegahan sinkop dapat dilakukan dengan mengenali fase pingsan,
seperti ketika pasien akan kehilangan kesadaran dengan gejala klinis
yang dapat mengacu pada : (Kamadjaja, 2010)
a. Bernafas pendek, dangkal dan tidak reguler,
b. Hipotensi berlanjut
c. Nadi terasa lemah,
d. gerakan spasmodik dan kedutan otot lengan, kaki, dan otot wajah.
Pada tahap ini, pasien rentan terhadap sumbatan jalan napas akibat
relaksasi otot akibat hilangnya kesadaran.

Pencegahan pingsan atau sinkop bisa dimulai dengan terlebih dahulu


mengenal gejala atau penyebab di atas agar bisa segera ditangani
sebelum terjadi pingsan. Berikut adalah contoh pencegahan yang dapat
dilakukan bila pada pemeriksaan klinis menunjukkan pasien terlihat
cukup pucat, pasien mengaku tidak sarapan karena puasa dan semalam
melakukan olahraga fisik karena insomnia sehingga merasa lelah. Pada
titik ini pasien tampak sangat pucat, dengan keringat dingin pada kedua
lengan atas dan hampir tidak sadarkan diri. Pada pemeriksaan klinis
lainnya, nadi lemah dan cepat, sekitar 120 kali per menit, tekanan darah
90/60 mmHg. Untuk menghindari pasien pingsan, pasien dapat langsung
dibaringkan atau di dudukkan terlebih dahulu untuk menetralkan diri.
Dalam dunia kesehatan, seperti halnya dengan prosedur perawatan
gigi, ada kalanya pasien yang dirawat pingsan. Hal ini dapat dicegah jika
kita memahami faktor-faktor kecenderungan untuk pingsan. Karena itu,
tindakan pencegahan terhadap pingsan tujuannya adalah untuk
menghilangkan faktor predisposisi tersebut, yaitu: (Kamadjaja, 2010)
a. Pastikan pasien tidak lapar untuk menghindari hipoglikemia yang
dapat memicu sinkop
b. Pasien duduk dalam posisi setengah telentang, yaitu posisi 300-450,
untuk mempertahankan sirkulasi serebral yang adekuat.

21
c. Suasana dirancang senyaman mungkin agar perasaan tegang atau
cemas dapat ditekan semaksimal mungkin.
d. Jangan perlihatkan jarum dan darah di depan pasien
e. Minimalkan rasa sakit selama injeksi anestesi lokal

Dalam kasus di atas, jelas memang demikian faktor predisposisi pada


pasien, yaitu : Pasien laki-laki usia 16-35 tahun, diselimut rasa lapar
karena puasa dan fisik lelah karena kurang tidur untuk bekerja larut
malam. Selain itu, sangat mungkin ada faktor yang mempengaruhi
masalah tersebut. Faktor psikogenik yang dapat dirasakan oleh orang
yang bersangkutan sangat gugup atau cemas tentang prosedur anestesi
lokal karena dia belum pernah memilikinya sebelumnya mencabut gigi
dan mungkin pasien menderita sakit parah selama periode tersebut
fungsi blok rahang. Selain itu, mungkin posisi duduk pasien terlalu tegak
bila prosedur anestesi lokal dilakukan. Saat pasien duduk dalam posisi
tegak ketika ada fase presinkopal masih akan ada ketidaksadaran relatif
cepat yaitu sekitar 30 detik dalam posisi fase presinkopal pada posisi
terlentang tidak pernah terjadi menyebabkan
ketidaksadaran. (Kamadjaja, 2010)
Orang yang memiliki faktor risiko pingsan di sarankan untuk :
(Akbar Asfihan, 2022)
a. Identifikasi situasi yang dapat menyebabkan Anda pingsan dan
menghindarinya.
b. Pelajari cara mengatasi stres dan panik, misalnya dengan berlatih
teknik pernapasan atau melakukan olahraga yoga.
c. Berusaha tetap bugar, dengan istirahat yang cukup dan tidak terlalu
lelah.
d. Makan secara teratur dan makan makanan sehat dengan diet yang
seimbang.
e. Minum cairan yang cukup dengan minum air yang cukup untuk
menghindari dehidrasi.

22
f. Ubah posisi Anda perlahan-lahan ketika Anda bangkit dari posisi
duduk atau berbaring.

g. Jika Anda mengalami gejala seperti pusing atau keringat dingin,


segera berbaring atau duduk sebelum pingsan.

8. Penatalaksanaan Sinkop
Pingsan (Sinkop) adalah suatu kondisi yang tidak dapat dilakukan
oleh tubuh. Homeostasis tubuh untuk mendistribusikan oksigen dan
nutrisi melalui distribusi peredaran darah dari jantung ke otak, yang
menyebabkan penurunan kesadaran. Alasan kondisi Sinkop tersebut
adalah penurunan Hb, respons gravitasi, nutrisi terganggu, kekurangan
oksigen, hipertensi, asma atau penyakit jantung. Kurangnya nutrisi dan
oksigen dalam darah yang kurang terdistribusi di otak sehingga
menyebabkan kurangnya kesadaran pasien. Pertolongan pertama pada
seseorang yang mengalami Sinkop yaitu mempromosikan langkah-
langkah pencegahan yang diperlukan untuk meningkatkan konduktivitas.
(Suwardianto, 2022)
Pengobatan lain dilakukan dengan tes tist, yang menunjukkan
penurunan tekanan darah sistolik hingga 60 mmHg. Selain itu,
diperkirakan bahwa pengurangan oksigenasi serebral minimal 20%
sudah cukup menyebabkan ketidaksadaran. Mencetak tekanan darah
sistemik ditentukan oleh curah jantung (CO) dan resistensi vaskular
perifer total, dan penurunan keduanya dapat menyebabkan sinkop, tetapi
kombinasi keduanya sering ditemukan, meskipun kontribusi relatif dari
masing-masing faktor dapat bervariasi. Sinkop dari hipotensi
sentral/hiperfusi serebral global dengan resistensi perifer rendah atau
tidak adekuat dan curah jantung rendah. Pertolongan pertama bagi
korban pingsan berarti memperpanjang hidup, membatasi cedera fisik
dan mencegah kekambuhan, sehingga pelatihan dalam memberikan
pertolongan pertama untuk pingsan sangatlah penting. (Suwardianto,
2022)

23
Seringkali juga, berbaring telentang adalah satu-satunya cara untuk
memulihkan kesadaran. Mengangkat kaki dapat mempercepat pemulihan
karena meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak. Jika pasien
duduk terlalu cepat atau dibantu/dibawa ke posisi duduk, mereka
mungkin pingsan lagi. Pada orang muda tanpa penyakit jantung, pingsan
biasanya tidak serius dan jarang memerlukan pemeriksaan atau
pengobatan diagnostik lebih lanjut. Di kemudian hari, pingsan bisa
disebabkan oleh beberapa kondisi yang melibatkan penghambatan
kemampuan jantung untuk mengatur fungsi jantung dan pembuluh darah
untuk menurunkan tekanan darah. Pengobatan tergantung pada
penyebabnya :(Hardisman, 2014)
a. Detak jantung yang terlalu lambat dapat diperbaiki dengan
memasang alat pacu jantung, alat listrik yang merangsang detak
jantung.
b. Untuk detak jantung yang terlalu cepat, dapat digunakan obat untuk
memperlambat detak jantung.
c. Jika irama jantung tidak teratur, defibrillator akan dipasang untuk
mengembalikan jantung ke irama normal.

Penyebab pingsan lainnya (misalnya, hipoglikemia, anemia, atau


jumlah darah rendah) dapat diobati. Pada pasien dengan kelainan katup,
pembedahan dapat dipertimbangkan. (Hardisman, 2014)
Penatalaksanaan sinkop sederhana juga dapat diterapkan di
sekolah/kampus dimana tindakannya dapat berupa :(Wiharyo et al.,
2018)
a. Siswa yang pingsan harus dibaringkan dan dibawa ke tempat teduh
terlebih dahulu.
b. Lalu naikkan posisi kaki dari posisi jantung dari 15 cm menjadi 25
cm agar darah ke otak lancar.

24
c. Lalu, kendurkan pakaian bagian atas, lap dengan kain lembab atau
handuk dingin yang tadi dibasahi di wajah, periksa tanda-tanda vital
dan lihat apakah ada luka.
d. Jika pasien sudah bangun, segera beri air bersih untuk menaikkan
gula darah.
e. Terakhir, segera bawa pasien ke rumah sakit jika belum sadar atau
masih belum bangun.

25
C. RINGKASAN/RANGKUMAN
Syok adalah suatu sindrom akibat gangguan klinis pada hemodinamik
dan metabolisme sebagai tanda kegagalan sistemik untuk mempertahankan
aliran darah yang cukup ke organ vital tubuh.
Sinkop juga dikaitkan dengan syok yang berhubungan dengan volume
darah, ketika pasokan darah ke sel-sel tubuh dengan oksigen dan nutrisi
tidak mencukupi. Syok menurut jenisnya sendiri ada :
a. Syok Hipovolemik
b. Syok Kardiogenik
c. Syok Obstruksi
d. Syok Distributif
e. Syok Anafilaktif
f. Syok hipoglikemik
g. Syok Septik

Pingsan atau sinkop adalah episode kehilangan kesadaran dengan tiba-


tiba kehilangan tonus postural akibat hipoperfusi serebral yang reversibel,
diikuti dengan pemulihan kesadaran dalam beberapa menit. Penanganan atau
tindakan yang umumnya dilakukan untuk pasien Sinkop yaitu berbaring
telentang adalah satu-satunya cara untuk memulihkan kesadaran.
Mengangkat kaki dapat mempercepat pemulihan karena meningkatkan
aliran darah ke jantung dan otak. Jika pasien duduk terlalu cepat atau
dibantu/dibawa ke posisi duduk, mereka mungkin pingsan lagi. Pada orang
muda tanpa penyakit jantung, pingsan biasanya tidak serius dan jarang
memerlukan pemeriksaan atau pengobatan diagnostik lebih lanjut.

26
D. PENUTUP
Pembahasan mengenai Sinkop secara umum juga bisa dikaitkan dengan
pembahasan syok yang juga berkaitan dengan volume darah. Kami berbicara
tentang syok ketika pasokan darah ke sel-sel tubuh dengan oksigen dan
nutrisi tidak mencukupi. Syok biasanya disebut sebagai hipoksia, tetapi kata
disoksia lebih umum untuk penggunaan yang benar. Hipoksia mengacu pada
kekurangan oksigen selama disoksia adalah suatu kondisi di mana
metabolisme sel sedikit banyak dibatasi oleh distribusi oksigen abnormal
Pada tingkat sel, kondisi hipoksia menyebabkan malfungsi Mitokondria,
perubahan membran sel, pelepasan radikal bebas, produksi sitokin yang
menyebabkan beberapa reaksi peradangan. Pingsan atau Sinkop adalah
episode ketidaksadaran dengan tiba-tiba kehilangan tonus postural yang
disebabkan oleh hipoperfusi serebral yang reversibel, diikuti dengan
pemulihan kesadaran dalam beberapa menit.
Pada pasien syok dan sinkop untuk penatalaksanaannya memiliki
kesamaan dalam tindakan yang dilakukan pada perawatan
kegawatarudaruratan berupa mengangkat kaki pasien lebih tinggi dari kepala
agar dapat mempercepat pemulihan karena meningkatkan aliran darah ke
jantung dan otak. Namun, penatalaksanaan syok dan sinkop ini perlu dilihat
dari jenisnya untuk penatalaksanaan yang akurat.

● Latihan Soal

27
● Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Diskusikan dalam kelompok tentang hal berikut ini :


1. Definisi Syok
2. Patofisiologi Syok
3. Macam-macam Syok
4. Penyebab Syok
5. Penatalaksanaan Syok
6. Konsep Sinkop dan penyebabnya
7. Pencegahan Sinkop
8. Penatalaksanaan Sinkop

28
GLOSARIUM

- Kaskade Koagulasi = Pembentukan pembekuan darah

- Vasokonstriksi = Mekanisme normal pembuluh darah.

- Fibrin = protein berupa serat benang yang tidak larut dalam plasma selama
pembekuan darah atau pembekuan darah.

- Grastrointestinal = Saluran pencernaan hewan bersel banyak yang


mengambil makanan, mencernanya menjadi energi dan zat gizi, serta
mengeluarkan sisa prosesnya melalui anus.

- Cardiac output = Curah Jantung adalah volume darah yang dipompa oleh
ventrikel kiri jantung selama satu menit.

- Asidosis metabolic = Suatu kondisi di mana terlalu banyak asam menumpuk


di dalam tubuh.

- Kontraktilitas = Kemampuan bawaan untuk menghasilkan tenaga dan


berkontraksi tanpa preload atau afterload

- Regurgitasi Aorta = Suatu kondisi di mana katup jantung tidak menutup


dengan benar.

- Infark Miokard = Serangan Jantung

- Vasokonstriksi perifer = Penyempitan pembuluh darah di tepi tubuh,

- Kraniotomi = Prosedur untuk mengatasi sumbatan saluran napas laring.

- Trakeostomi = Prosedur di mana lubang dibuat di dinding anterior trakea


untuk mengatasi sumbatan jalan napas.

- Arteri Karotis = Pembuluh darah yang terletak di leher yang membawa darah
ke otak dan kepala.

- A. femoral = Istilah umum untuk beberapa arteri femoral besar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan. (2022). pencegahan Sinkop. Www.Co.Id.


https://adalah.co.id/sinkop/

Ardhiansyah, azril okta. (2020). prinsip dasar penanganan trauma. penerbit


airlangga university press.50-58

Didit Damayanti. (2020). Sosialisasi penanganan pertama sinkop terhadap


pengetahuan murid SMPN 1 Kayen Kidul dalam meningkatkan derajat
kesehatan siswa sekolah. Jurnal Kesehatan Pengabdian Masyaraka, Vol 1.,
No, 67–68.
https://e-journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/jkpm/article/download/
967/793/3411

Fachrurrazi, Nashirah, A., & Lambang Rizki Perwira Awaludin. (2020).


Pengelolaan Pasien Syok karena Perdarahan. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan Mahasiswa Malikussale, vol.1.No.3, 48.
https://ojs.unimal.ac.id/galenical/article/view/8923

Fahmi, A. (2022). Tatalaksana Syok di Faskes Primer. Www.Dokterpost.Com.


https://dokterpost.com/tatalaksana-syok-di-faskes-primer/

Fitria, N. (2010). Syok dan penanganannya. Artikel Jurnal, Vol.7 No.2, 593–595.
https://jurnal.aiska-university.ac.id/index.php/gaster/article/view/60

Hardisman. (2014). Gawat darurat medis praktis. Gosyen publishing.83-86

Hidayati, afif nurul, Akbar, muhammad ilham aldika, & alfian nur rosyid.
(2018). gawat darurat medias dan bedah. pusat penerbitan dan pencetakan
universitas airlangga (AUP).9-14

Irma HY Siregar. (2020). Penanganan Gawat Darurat bagi Perawat Gigi.


penerbit lindan bestari.4-7

30
Kamadjaja, D. B. (2010). Vasodepressor syncope di tempat praktek dokter gigi:
Bagaimana mencegah dan mengatasinya? Jurnal Pdgi, vol.59,No., 8–10.

Putra, K. A. heryana, & Adiputra, i komang gede triana. (2017). terapi cairan
pada pasien syok. 3–6.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10811/1/eb08cef0948d59698eb055427049e
1c3.pdf

Saputra, D. N., Rahman, A., & Sutanto, B. (2018). tatalaksan syok hipolemik pada
perdarahan intraabdominal. Jurnal Tatalaksana Syok HipovolemikT, 700–
703. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/12785

Suciadi, leonardo paskah. (2016). Memahami pemeriksaan klinis jantung (elsa


yuli astrid (ed.)). Penerbit buku kedokteran EGC.2

Suwardianto, H. (2022). Pengabdian Kepada Masyarakat Berupa Pelatihan


Penanganan Korban Sinkop terhadap Keterampilan Murid SMA Kristen
Petra Kota Kediri. Pelita Abdi Masyarakat, vol.2,no.2, 59–60.
https://journal.pelitamedika.org/index.php/pam/article/view/14

Wardhan, A. (2020). buku ajar kegawatdaruratan : Sebuah Pendekatan Untuk


Memecahkan Kasus (Thomas S. Iswahyud (ed.)). Penerbit (Anggota IKAPI
& APPTI) Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Universitas
Surabaya.33-35

Wiharyo, D. Y., Hamid, M. A., & Hidayat, C. T. B. (2018). pengaruh pelatihan


menajemen sinkop terhadap penanganan sinkop pada tim pmr di sman 5
jember. Unmuhjember.Ac.Id, 6.
http://repository.unmuhjember.ac.id/7337/1/artikel junral.pdf

Wiryana, M., Sinardja, ketut, Sujana, Subagiartha, Sidemen, gusti putu sukrana,
Suranadi, wayan, Budiarta, gede, Suarjaya, putu pramana, Senapathi,
tjokorda gde agung, Widnyana, made gede, Panji, putu agus surya,

31
Aryabiantara, wayan, Nada, ketut wibawa, Shintyadewi, dewa ayu mas,
Aribawa, gusti ngurah mahaalit, Hartawan, utara, Parami, P., Kumiyanta,
putu, Putra, kadek agus heryana, tjahya aryasa em. (2017). ilmu
anestesiologi dan terapi intensif. udayana university press.6-11

32

Anda mungkin juga menyukai