Anda di halaman 1dari 29

SYOK DALAM KEGAWATDARURATAN

Disusun oleh:
Zaeni Sigit Trisnawan (17.0601.0058)
Sifaul Diana S.E (17.0601.0059)
Annissa Selvianna P (17.0601.0060)
Santi Nur Khasyanah (17.0601.0061)
Akhsan Imam Munada (17.0601.0061)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah syok dalam
kegawatdaruratan beserta konsep dasar asuhan keperawatannya dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai makalah syok dalam kegawatdaruratan beserta konsep dasar asuhan
keperawatannya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Magelang, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
D. Manfaat..................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................2
A. DEFINISI..............................................................................................................2
B. KLASIFIKASI......................................................................................................2
C. ETIOLOGI...........................................................................................................3
D. PATOFISIOLOGI...............................................................................................3
E. MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................................4
G. PENATALAKSANAAN..................................................................................5
H. KOMPLIKASI.................................................................................................6
I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN................................................................6
BAB III............................................................................................................................10
PEMBAHASAN..............................................................................................................10
BAB III............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah
shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat
dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis,
pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan
pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2
detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive
Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita
tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap
hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di
seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (Schwarz et al., 2014).
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan
nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan
akhirnya kematian penderita.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital
merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok
bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi
hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan
kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa
dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur
metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate
(ATP) per molekul glukosa dan asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat
dipertahankan, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium
sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat.
Aktivitas mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel
akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas
di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi
organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian pada
pasien syok. (Schwarz et al., 2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan
membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien
dengan syok.
2. Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit mulai dari pengkaian,
diagnose keperawatan dan intervensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan
disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolism.
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang
tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran
menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau
menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama
adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan
penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa
mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi
rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic.
Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat
yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard
sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi
gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat
seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple
Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ
mencapai > 90%.
B. Macam- Macam syok
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ
failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling
sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
a. Penyebab
- Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang
sering/frekuensi, peritonitis)
- Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
- Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan post
partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).
b. Diagnose
- Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat,
Capillary refill time memanjang > 2 detik
- Tachikardia
- Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah,
Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis,
kesadaran menurun

Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)

Klasifikasi Klinis Pengelolaan


Dehidrasi ingan - Nadi normal atau Penggantian volume cairan
meningkat yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput lendir kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 5 % kering Ringer Laktat atau Ringer
BB Asetat

Dehidrasi sedang - Nadi cepat Penggantian volume cairan


- Tekanan darah  yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 8 % lendirkering Ringer Laktat atau Ringer
BB Asetat
- Oliguria
- Status mental
tampak lesu dan
lemas

Dehidrasi berat - Nadi sangat Penggantian volume cairan


cepat, kecil, sulit yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan
diraba kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 10
- -Tekanan darah Ringer Laktat atau Ringer
% BB
turun Asetat
- Anuria
- Selaput lendir
pecah-pecah
- Kesadaran
menurun

2. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang.
Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka
makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak
mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok
berlangsung, makin besar risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering
disebut “The Golden Hour”. Dalam periode ini time Saving Is Life Saving.
Pertolongan harus cepat diberikan, yakni menghentikan sumber
perdarahan dan mengganti kehilangan voleume darah. Hipoksia sampai
dengan anoksia di jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel
jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell),
maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
a. Perdarahan Menyebabkan :
- Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan
jumlah oksigen jaringan menurun
- Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport
oksigen per unit volume darah menurun Tubuh memiliki Estimated
Blood Volume (jumlah darah yang beredar) 65-75 ml/kg, untuk
mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan
darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah perubahan hemodinamik :
(Nadi meningkat, Kekuatan kontraksi miokard meningkat,
Vasokontriksi didaerah arterial dan vena, Tekanan darah mungkin
masih normal tetapi tekanan nadi turun).

Klasifikasi Klinis Pengelolaan

Kelas I : - Takikardia Tidak perlu penggantian


kehilangan volume minimal, volume
darah < 15% <100 x/menit

Kelas II : - Takikardia
kehilangan volume (100-120 Penggantian volume darah
darah 15-30% x/menit) yang hilang dengan cairan
- Penurunan kristaloid sejumlah 2-4
pulse pressure kali volume darah yang
- Penurunan hilang.
produksi urine
(20-30 cc/jam)

Kelas III : - Tachypnea Penggantian volume darah


kehilangan volume (30-40 yang hilang dengan cairan
x/menit) kristaloid dan darah.
darah 30-40%
- Penurunan
produksi urine
(5-15 cc/jam)

Kelas IV : - Tachypnea Penggantian volume darah


Kehilangan volume (>35 x/menit) yang hilang dengan cairan
darah - Takikardia kristaloid dan darah.
>40% (>140x/menit)
- Perfusi pucat,
dingin, basah
- Perubahan
mental
3. Syok Anafilaktik
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi
Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan
antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya
diterapi sebagai anafilaksis
a. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti
gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
b. Diagnose
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan
darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal
– hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-obatan.
c. Tindakan
- Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
- Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.
- C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid
(RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra muscular
dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak (0.25 mg,
0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak berdenyut).

4. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat
dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan
teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang
jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
a. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek
yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada
perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek
tersebut.
b. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40%
pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60%
disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi
saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi.
Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan
shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan
sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum
adalah Demam, Berkeringat, Sakit kepala, Nyeri otot.
c. Diagnose
- Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
- Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
d. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial
Pressure 60 mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber
infeksi (pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor
(Dopamine atau dikomnbinasi dengan Noradrenaline).
5. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau
berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang
tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung;
manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang
lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
a. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan
antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension
pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang
membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang
disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard. Missal :
decomp cordis, trauma langsung pada jantung, kontusio jantung.
Tamponad jantung dan tension pneumothoraks dikelompokkan
dalam syok obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
b. Diagnose
- Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
- Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
- Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung
(bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks
(hipersonor dan pergeseran letak trakea).
c. Tindakan
- Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
- Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
- Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring
EKG.
- Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di
ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga
pleura (dekompresi).

C. Etiologi
Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan
ini disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen
akan berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh
merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan
di dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa
metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan
mengenali adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis
terjadinya syok, Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok
dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak
adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di dasarkan
pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita
trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam
hemoragik syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension
pneumotoraks harus dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok
neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis.
Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan
trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik
karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik
jarang ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang datang
pada keadaan lebih lanjut. Dengan demikian langkah awal yang harus
dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap penderita sehingga dengan
cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil mencari sebab syok.
Respon terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan klinis biasanya
memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab syok.
Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap
keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok
lanjut yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang
dengan mudah di kenal.
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator syok
akan menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme
kompensasi dapat menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30%
volume darah. Perhatian harus di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi
kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic).
Gejala paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi perifer. Dengan
demikian setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia dan kulit
dingin dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk
mengukur kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang
rendah menunjukkan kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia
yang sebelum trauma sudah ada), sedangkan hematocrit normal dapat saja
terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah cukup banyak.

D. Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
3. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
5. Asidosis metabolik.
6. Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit.
E. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan
otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor
humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase
kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung
untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah
jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan
seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran
darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding
pembuluh darah melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter
prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat
kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-
kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC =
Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke
otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak.
Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia
menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin
dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan
memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan
penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri
usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar
Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim
retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia
jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi
anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam
laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa
darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya
respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

F. Pathway
G. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.

H. Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan
untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada
penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat
diberikan pengobatan kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian
Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra
sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus
diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan
elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan
alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk
mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
menambah konsumsi oksigen miocard.
- Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
- Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
- Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
- Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
- Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung,
menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
3. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai
lebih tinggi dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di
atas sumber perdarahan.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama,
untuk mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen
diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100
mmHg.
b) Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c) Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena
yang cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka
eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan
pada daerah luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas.
Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase
pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG (gurita)
dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior,
tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan infus.
Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi
perdarahan pada tulang panjang.
d) Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah
menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk
menilai perfusi otak

2) Pengkajian Sekunder
a) Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang
yang mengetahui kejadiannya
b) Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang :
- Riwayat trauma (banyak perdarahan)
- Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
- Riwayat infeksi (suhu tinggi)
- Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah
memakan obat)
d) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama
seperti klien sebelumnya.
f) Pemeriksaan Fisik :
- Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia),
Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase
lanjut syok (sering kering pada syok septik).
- Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg
(lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap
hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
- Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
- Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik,
respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
- Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan.
Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
- Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
- Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di
jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik,
kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
- Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok
hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
- Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2
karena adanya aliran pintas di paru)
g) Pemeriksaan Penunjang
- Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit,
kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
- Analisa gas darah
- EKG

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan
transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume
cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

3. Intervensi

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria intervensi
Kolaborasi Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan - Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
dan afterload, Status jantung
kontraktilitas jantung. - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
Status gejala penurunan
DO/DS: - Tissue cardiac putput
- Aritmia, perfusion: - Monitor status
takikardia, perifer pernafasan
bradikardia - Monitor balance cairan
- Palpitasi, Setelah dilakukan - Monitor respon pasien
oedem asuhan terhadap efek
- Kelelahan Selama......penurunan pengobatan
- Peningkatan/pen kardiak antiaritmia
urunan JVP output klien teratasi - Atur periode latihan
- Distensi vena dengan kriteria hasil: dan istirahat untuk
jugularis - Tanda Vital menghindari
- Kulit dingin dan dalam rentang Kelelahan
lembab normal - Monitor adanya
- Penurunan (Tekanan darah, dyspneu, fatigue,
denyut nadi Nadi,respirasi) tekipneu dan ortopneu
perifer - Dapat - Monitor TD, nadi,
- Oliguria, kaplari mentoleransi suhu, dan RR
refill lambat aktivitas, tidak - Monitor VS saat
- Nafas pendek/ ada kelelahan pasien berbaring,
sesak nafas - Tidak ada duduk, atau berdiri
- Perubahan edema paru, - Monitor TD, nadi, RR,
warna kulit perifer, dan sebelum, selama, dan
- Batuk, bunyi tidak ada asites setelah aktivitas
jantung S3/S4 - Tidak ada - Monitor jumlah, bunyi
- Kecemasan penurunan dan irama jantung
kesadaran - Monitor frekuensi dan
- AGD dalam irama pernapasan
batas normal - Monitor suhu, warna,
- Tidak ada dan kelembaban kulit
distensi vena - Monitor sianosis
leher - Monitor adanya
- Warna kulit tekanan nadi yang
normal melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi

Masalah Hasil

Kolaborasi
Perfusi jaringan NOC : NIC :
tidak - Cardiac pump - Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan Effectiveness (durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen, Circulation status faktor-faktor
penurunan - Tissue Prefusion : presipitasi)
konsentrasi Hb, cardiac, - Observasi perubahan
Hipervolemia, periferal ECG
Hipoventilasi, - Vital Sign Statusl - Auskultasi suara
gangguan transport jantung dan paru
O2, Setelah dilakukan asuhan - Monitor irama dan
gangguan aliran selama…ketidakefektifan jumlah denyut jantung
arteri dan vena perfusijaringan - Monitor angka PT,
DS: kardiopulmonal teratasi PTT dan AT
- Nyeri dada dengan kriteria hasil: - Monitor elektrolit
- Sesak nafas (potassium dan
DO - Tekanan systole magnesium)
- AGD dan diastole - Monitor status cairan
abnormal dalam rentang - Evaluasi oedem perifer
- Aritmia yang diharapkan dan denyut nadi
- Bronko - CVP dalam batas - Monitor peningkatan
spasme normal kelelahan dan
- Kapilare - Nadi perifer kuat kecemasan
refill > 3 dtk dan simetris - Jelaskan pembatasan
- Retraksi dada - Tidak ada oedem intake kafein, sodium,
- - Penggunaan perifer dan kolesterol
otot-otot asites dan lemak
tambahan - Denyut jantung, - Kelola pemberian obat-
AGD, ejeksi obat: analgesik, anti
- fraksi dalam batas koagulan,
normal nitrogliserin,
- Bunyi jantung vasodilator dan
abnormal tidak diuretik.
ada - Tingkatkan istirahat
- Nyeri dada tidak (batasi pengunjung)
ada
- Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi

Masalah Hasil

Kolaborasi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan - Fluid balance - Pertahankan
dengan:Kehilangan - Hydration catatan intake
volume cairan secara - Nutritional dan output
aktif, Kegagalan Status : Food and yang akurat
mekanisme pengaturan Fluid Intake - Monitor
status hidrasi
DS : Setelah dilakukan - nadi adekuat,
- Haus tindakan tekanan darah
keperawatan selama…. ortostatik ),
DO: defisit volume jika
- Penurunan cairan teratasi dengan diperlukan
turgor kulit/lidah kriteria hasil: Monitor hasil
- Membran lab yang
mukosa/kulit - Mempertahankan sesuai dengan
kering urine output retensi cairan
- Peningkatan sesuai dengan usia - (BUN , Hmt ,
denyut nadi, dan BB, BJ osmolalitas
penurunan urine normal, urin,
tekanan darah, - Tekanan darah, albumin, total
penurunan nadi, suhu tubuh protein )
- volume/tekanan dalam batas - Monitor vital
nadi normal sign setiap
- Pengisian vena - Tidak ada tanda 15menit – 1
menurun tanda dehidrasi, jam
- Perubahan status - Elastisitas turgor - Kolaborasi
mental kulit baik, pemberian
- Konsentrasi - membran mukosa cairan IV
urine meningkat lembab, tidak - Monitor
- Temperatur - ada rasa haus status nutrisi
tubuh meningkat yang berlebihan - Berikan
- Kehilangan berat - Orientasi terhadap cairan oral
badan secara waktu dan - Berikan
tibatiba tempat baik penggantian
- Penurunan urine - Jumlah dan irama nasogatrik
output pernapasan sesuai output
- HMT meningkat dalam batas (50 –
- Kelemahan normal 100cc/jam)
- Elektrolit, Hb, - Persiapan
Hmt dalam batas untuk tranfusi
normal - Pasang
- pH urin dalam kateter jika
batas normal perlu
- Intake oral dan - Monitor
intravena adekuat intake dan
urin output
setiap 8 jam

4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan
sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan
yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga
dapat menjadi mandiri.
5. Evaluasi
- Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
- Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
- Tercapainya volume cairan secara adequat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung
dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan
mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita
pada menit-menit pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock)
secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi
radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba
dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler
(capillary refill time > 2 detik).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran
oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan
penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya
darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah
jantung ( Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat
ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan
memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif,
gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan
cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat
emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat
mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang
singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala
syok ketika menemukan klien yang mengalami syock sehingga dapat
melakukan pertolongan segera. Dan mahasiswa mampu mengaplikasikan teri
kegawat daruratan syok sehingga mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah syok.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai