Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“GANGGUAN SYOK”

Disusun Oleh :

Adista Veradina (220106003)


Ahmad Khazinatul Asror (220106010)
Alfiah Sabilunnajaah (220106015)

Dosen Pengampu :
Emiliani Elsi Jerau, S.Kep.,NS.,M.Kep

D4 ANESTESIOLOGI
PATOFISIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah PATOFISIOLOGI
dengan judul : “GANGGUAN SYOK”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Purwokerto, 14 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................3
1.3. TUJUAN........................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................5
2.1. DEFINISI GANGGUAN SYOK......................................................................................5
2.2 KLASIFIKASI DARI GANGGUAN SYOK...................................................................5
2.3. ETIOLOGI DARI GANGGUAN SYOK......................................................................10
2.4. PATOFISIOLOGI DARI GANGGUAN SYOK..........................................................11
2.5. PATHWAY DARI GANGGUAN DIABETES MELITUS.........................................12
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK GANGGUAN SYOK...............................12
2.7. PENATA LAKSANAAN UNTUK PENYAKIT GANGGUAN SYOK......................13
BAB III........................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................15
KESIMPULAN.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16

(Fitria, 2010)

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Syok adalah kondisi berbahaya ketika tekanan darah menurun secara


drastis sehingga organ-organ dan jaringan tubuh tidak mendapatkan aliran
darah yang cukup. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari
penyakit atau kondisi tertentu, misalnya perdarahan hebat atau dehidrasi
parah.

Darah berfungsi sebagai pemasok zat-zat yang penting untuk


jaringan tubuh, seperti nutrisi dan oksigen. Pada kondisi syok, terjadi
gangguan yang menyebabkan jantung dan pembuluh darah tidak dapat
mengalirkan darah ke jaringan tubuh dengan optimal. Akibatnya, pasokan
nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan agar jaringan dan organ tubuh dapat
berfungsi secara normal menjadi terhambat. Kondisi ini bisa terjadi secara
bersamaan pada semua organ sehingga efeknya bisa fatal, terutama jika
tidak segera tertangani.

Syok adalah kondisi yang sangat berbahaya karena dapat memburuk


dengan cepat dan bahkan mengancam jiwa. Oleh karena itu, penanganan
harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah komplikasi syok,
misalnya kerusakan organ permanen atau bahkan kematian.

Syok merupakan keadaan gawat darurat yang harus cepat ditangani


oleh dokter. Untuk mendiagnosis syok, dokter akan memantau kondisi
pasien dan melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, seperti
denyut jantung dan nadi, laju napas, serta tekanan darah.

Selanjutnya, dokter akan langsung memberikan penanganan awal


untuk menstabilkan kondisi pasien, misalnya dengan memasang infus dan
memberikan terapi oksigen. Setelah itu, pemeriksaan lanjutan akan

3
dilakukan untuk mendeteksi penyebab dan tipe syok yang diderita pasien.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1) Apa definisi dari gangguan syok?
2) Bagaimana klasifikasi dari gangguan syok?
3) Apa etiologi dari gangguan syok?
4) Bagaimana patofisiologi dari gangguan syok?
5) Bagaimana pathway dari gangguan syok?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang untuk gangguan syok?
7) Bagaimana penata laksanaan untuk penyakit gangguan syok?
8) Apa saja gangguan atau jenis penyakit dari Syok?

1.3. TUJUAN
1) Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
pengertian dari gangguan syok.
2) Agar makalah yang kami kerjakan dapat menjelaskan bagaimana
klasifikasi dari gangguan syok.
3) Makalah ini diharapkan mampu menjelaskan bagaimana etiologi
dari gangguan syok
4) Diharapkan pembaca memahami bagaimana patofisiologi dari
gangguan syok.
5) Agar pembaca dapat mengetahui apa pathway dari gangguan
syok.
6) Agar makalah yang kami kerjakan dapat menjelaskan apa saja
pemeriksaan penunjang untuk gangguan syok.
7) Bagaimana penata laksanaan untuk penyakit gangguan syok.
8) Agar pembaca mengetahui apa gangguan atau jenis penyakit dari
Syok.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. DEFINISI GANGGUAN SYOK

Syok merupakan keadaan ketika sel mengalami hipoksia sehingga


terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh
dan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena
penurunan perfusi jaringan dan kegagalan sirkulasi (Simmons and
Ventetuolo, 2017).

Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat


yang ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini
dapat dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu, syok
merupakan kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat.

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya


volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan
hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh
berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok
hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan
sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.
Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-
organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka
langsung pada pembuluh arteri utama (Kolecki and Menckhoff, 2016). Syok
hipovolemik dapat definisikan sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah
dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah total (Roberts, 2012).

5
2.2 KLASIFIKASI DARI GANGGUAN SYOK

Syok adalah manifestasi akhir dari daftar etiologi yang kompleks


dan bisa berakibat fatal tanpa manajemen yang cepat dan tepat. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, ada empat kategori utama syok, yaitu: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok obstruktif, dan syok distributif.

Ada pula syok yang tidak dapat dibedakan (undifferentiated shock),


yaitu syok yang telah terdiagnosis, namun belum diketahui penyababnya
(Haseer Koya & Paul, 2021). Berikut adalah penjelasan dari keempat
kategori syok tersebut :

1. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik ditandai dengan penurunan volume


intravaskular, dan peningkatan bantuan vena sistemik
(mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi pada
tahap awal syok) (Haseer Koya & Paul, 2021). Pada tahap
lanjut syok akibat deplesi volume progresif, curah jantung
juga menurun dan bermanifestasi sebagai hipotensi.

Syok hipovolemik dibagi menjadi dua (Haseer Koya & Paul,


2021), yaitu :

a) Syok hemoragik

b) Syok non-hemoragik.

Penyebab umum syok hemoragik (Haseer Koya & Paul,


2021), adalah :

a) Perdarahan pada saluran cerna (mis: perdarahan


varises, perdarahan gastropati hipertensi portal, ulkus
peptikum, divertikulosis) akibat trauma

6
b) Etiologi vaskular (misalnya, fistula aortoenterika,
ruptur aneurisma aorta perut, tumor yang mengikis ke
dalam pembuluh darah utama)

c) Pendarahan spontan pada pasien yang menggunakan


antikoagulan

Penyebab umum syok non-hemoragik (Haseer Koya & Paul,


2021), meliputi :

a) Kehilangan cairan di sistem gastrointestinal (mis:


muntah, diare, penghisapan selang hidung, atau
drain).

b) Kehilangan cairan di sistem ginjal (mis: diuresis


karena efek obat, gangguan endokrin seperti
hipoaldosteronisme).

c) Kehilangan cairan di sistem integument atau


kehilangan insensible (mis: luka bakar, sindrom
Stevens-Johnson, Nekrolisis epidermal toksik,
sengatan panas, demam).

d) Kehilangan cairan di ruang tubuh yang tidak terlihat


(mis: pankreatitis, sirosis, obstruksi usus, trauma).

2. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik diakibatkan karena penurunan curah


jantung dan hipoperfusi sistemik (Haseer Koya & Paul,
2021). Beberapa kondisi yang berkontribusi terhadap
munculnya syok kardiogenik meliputi :

a) Kardiomiopati, termasuk infark miokard akut yang


mempengaruhi lebih dari 40% area ventrikel kiri,
infark miokard akut yang terjadi di multi pembuluh

7
darah jantung, infark miokard ventrikel kanan,
kardiomiopati dilatasi fulminan, henti jantung (karena
pemingsanan miokard), miokarditis.

b) Aritmia, baik takiaritmia, maupun bradiaritmia

c) Mekanik, termasuk insufisiensi aorta berat,


insufisiensi mitral berat, ruptur otot papiler, atau
ruptur korda tendinae pada kondisi aneurisma dinding
ventrikel bebas.

3. Syok obstruktif

Syok obstruktif mayoritas diakibatkan oleh penyebab


ekstrakardiak yang menyebabkan penurunan curah jantung
ventrikel kiri (Haseer Koya & Paul, 2021), seperti :

a) Gangguan aliran darah dari jantung kanan ke jantung


kiri. Contohnya emboli paru yang signifikan secara
hemodinamik, atau hipertensi pulmonal berat.

b) Gangguan pengisian jantung kanan atau karena


penurunan aliran balik vena ke jantung kanan karena
kompresi ekstrinsik. Contohnya tension
pneumotoraks, tamponade perikardial, kardiomiopati
restriktif, perikarditis konstriktif.

4. Syok distributif

Syok distributive ditandai dengan vasodilatasi perifer. Ada 5


jenis syok distributif (Haseer Koya & Paul, 2021), yaitu :

a) Syok septic

Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa


akibat disregulasi respon host terhadap infeksi

8
(Haseer Koya & Paul, 2021).

Syok septik adalah bagian dari sepsis dengan kelainan


peredaran darah, seluler, dan metabolisme yang parah
yang mengakibatkan hipoperfusi jaringan yang
bermanifestasi sebagai hipotensi yang memerlukan
terapi vasopresor dan peningkatan kadar laktat (lebih
dari 2 mmol/L) (Haseer Koya & Paul, 2021).

Patogen paling umum yang menyebabkan sepsis dan


syok septik adalah bakteri gram positif, yaitu
pneumonia streptokokus dan Enterococcus.

b) SIRS (systematic inflammatory response syndrome)

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)


adalah sindrom klinis dari respon inflamasi yang kuat
yang disebabkan oleh penyebab infeksi atau
noninfeksi.

Penyebab infeksi termasuk patogen seperti bakteri


gram positif (paling umum), dan gram negatif, jamur,
infeksi virus (misalnya virus pernapasan), parasit
(misalnya malaria), dan infeksi riketsia.

Sedangkan penyebab noninfeksi termasuk tetapi tidak


terbatas pada pankreatitis, luka bakar, emboli lemak,
emboli udara, dan emboli cairan ketuban.

c) Syok anafilaksis

Syok anafilaksis adalah sindrom klinis reaksi


hipersensitivitas berat yang dimediasi oleh
imunoglobulin E (IgE), yang mengakibatkan kolaps
kardiovaskular dan gangguan pernapasan akibat
bronkospasme.

9
Reaksi hipersensitivitas langsung dapat terjadi dalam
hitungan detik hingga menit setelah antigen pemicu
muncul. Alergen yang umum menyebabkan syok
anafilaksis adalah obat-obatan (misalnya, antibiotik,
NSAID), makanan, sengatan serangga, hingga lateks.

d) Syok neurogenik

Syok neurogenik dapat terjadi pada keadaan trauma


pada sumsum tulang belakang atau otak.

Mekanisme yang mendasari syok ascularc adalah


gangguan jalur otonom yang mengakibatkan
penurunan resistensi ascular dan perubahan tonus
vagal.

e) Syok endokrin

Syok endokrin terjadi akibat etiologi endokrin yang


mendasarinya seperti kegagalan adrenal (krisis
Addisonian) dan miksedema.

2.3. ETIOLOGI DARI GANGGUAN SYOK

Etilogi Menurut Standl et al. (2018) penyebab dari syok hipovolemi


dibagi dalam 4 bagian, yaitu:

1. Syok hemoragik, dikarenakan adanya perdarahan akut tanpa


terjadi cedera pada jaringan lunak.

2. Syok hemoragik traumatik, dikarenakan adanya perdarahan akut


yang disertai cedera pada jaringan lunak ditambah dengan
adanya pelepasan aktivasi sistem imun.

3. Syok hipovolemik karena kurangnya sirkulasi plasma darah


secara kritis tanpa adanya perdarahan.

10
4. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma
darah secara kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada
jaringan lunak serta adanya pelepasan aktivasi sistem imun

2.4. PATOFISIOLOGI DARI GANGGUAN SYOK

Secara klinis, syok hemoragik terjadi karena adanya perdarahan pada


pembuluh darah besar seperti perdarahan gastrointestinal, aneurisma aorta,
atonia uteri, perdarahan pada telinga, hidung, tenggorokan. Syok terjadi
karena adanya penurunan secara drastis volume darah di sirkulasi darah,
kehilangan sel darah merah secara massif sehingga meningkatkan hipoksia
pada jaringan.

Syok hemoragik traumatic berbeda dengan syok hemoragik


dikarenakan adanya tambahan cedera pada jaringan lunak yang
memperparah terjadinya syok. Syok ini biasanya terjadi karena ada cedera
seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian. Perdarahan difus, 8 hipotermia
(< 340C) dan asidosis merupakan tanda yang mengancam jiwa (Gänsslen et
al., 2016.). Cedera pada jaringan lunak menyebabkan peradangan post akut,
sehingga semakin menguatkan proses dari terjadinya syok. Pada tingkat
sirkulasi mikro, interaksi leukosit-endotel dan penghancuran proteoglikan
dan glikosaminoglycan yang terikat dengan membrane endotel
menyebabkan adanya disfungsi mikro vascular dan terjadi sindrom
kebocoran kapiler (Standl et al., 2018). Di intraseluler tingkat
ketidakseimbangan metabolise terjadi karena kerusakan mitokondria dan
pengaruh negatif pada sistem vasomotor (Standl et al., 2018).

Syok hypovolemia maupun syok hypovolemia traumatik


menunjukan tanda terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan.
Syok hypovolemia dalam arti yang lebih sempit muncul karena adanya
kehilangan cairan baik dari internal maupun eksternal dengan
ketidakadekuatan intake cairan ke tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh
hipertermi, muntah atau diare persisten, masalah pada ginjal. Penyerapan
sejumlah besar cairan ke dalam abdomen dapat menjadi penyebab utama

11
berkurangnya sirkulasi volume plasma.

Secara patologis peningkatan hematokrit, leukosit dan trombosit


dapat merusak sifat reologi darah dan dapat merusak organ secara persisten
walaupun pasien telah mendapatkan terapi untuk syok (Standl et al., 2018).
Syok hypovolemia traumatic terjadi karena luka bakar yang luas, luka bakar
kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma yang terjadi juga
mengaktivasi koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan 9 perburukan
pada makro-mikro sirkulasi. Reaksi peradangan menyebabkan kerusakan
pada endothelium, meningkatkan sindrom kebocoran kapiler, dan beberapa
karena koagulopati (Standl et al., 2018).

2.5. PATHWAY DARI GANGGUAN SYOK


Pathway dari Gangguan Syok :

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK GANGGUAN SYOK


Pemeriksaan penunjang untuk gangguan syok, terutama syok
hipovolemik, dapat meliputi beberapa hal seperti:

1. Pemeriksaan darah:
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menilai kadar

12
hemoglobin, elektrolit, dan fungsi organ tubuh. Pemeriksaan
ini dapat membantu dalam menentukan tingkat keparahan
syok dan mengevaluasi kondisi pasien.
2. Pemeriksaan pencitraan:
Pemeriksaan pencitraan seperti USG atau CT scan dapat
membantu dalam menentukan sumber perdarahan atau
kerusakan organ yang mungkin terjadi akibat syok.
3. Pemeriksaan elektrolit:
Pemeriksaan elektrolit serum dapat membantu dalam menilai
keseimbangan elektrolit, seperti hiponatremia atau
hiperkalemia, yang sering terjadi pada kondisi syok.
4. Pemeriksaan keseimbangan asam basa:
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam menilai gangguan
asam basa akibat mekanisme kompensasi metabolisme
anaerob yang terjadi pada syok hipovolemik.
5. Pemeriksaan gas darah :
pH, PaO2, dan Hco3 darah menurun,. darah menurun,. Bila
proses berla proses berlangsung terus ngsung terus maka
proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak
tanda&tanda kegagalan dengan dengan makin menuru makin
menurunnya pH dan PaO2 dan meningkatnya PaCO2 dan
HCO3. Terdapat perbedaan yang lebih jelas antara PO2 dan
PCO2 arterial dan vena.

Pemeriksaan-pemeriksaan ini penting untuk membantu dalam


menentukan diagnosis dan penanganan yang tepat untuk pasien yang
mengalami gangguan syok. Dengan demikian, pemeriksaan penunjang ini
dapat membantu tim medis dalam memberikan perawatan yang sesuai dan
tepat waktu kepada pasien yang mengalami syok.

2.7. PENATA LAKSANAAN UNTUK PENYAKIT GANGGUAN


SYOK
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan

13
tandatanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal.
Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada
kondisi satabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama
terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang (Kolecki
and Menckhoff, 2016). Standl et al. (2018) menyatakan bahwa penanganan
syok hipovolemik terdiri dari resusitasi cairan menggunakan cairan
kristaloid dengan akses vena perifer, dan pada pasien karena perdarahan,
segera kontrol perdarahan (tranfusi). Dalam mencegah terjadinya hipoksia,
disarankan untuk dilakukan intubasi dengan normal ventilasi.

Menurut Kolecki & Menckhoff (2016) Cairan resusitasi yang


digunakan adalah 12 cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat.
Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak
atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan
bersamaan dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamiknya. Jika
terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus
dilanjutkan. Pemberian cairan kristaloid sekitar 5 kali lipat perkiraan
volume darah yang hilang dalam waktu satu jam, karena distribusi cairan
kristaloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler ke ruang intersisial. Jika
tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya adalah dengan
pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.

Monitoring pada pasien syok yang dapat dilakukan yaitu (Simmons


and Ventetuolo, 2017): a. Monitor tekanan darah Pada pasien dengan syok
hemoragik, tekanan darah sistol dipertahankan >70 mmHg dengan MAP
>65 mmHg. b. Mengukur CVP (Central Venous Pressure) Nilai CVP
normal yaitu 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan bernapas secara
spontan. Nilai CVP.

2.8. GANGGUAN ATAU J

Syok dapat terjadi sebagai komplikasi serius dalam berbagai


penyakit atau kondisi kesehatan, termasuk anemia, thalasemia, gagal ginjal,
dan BPH. Mari kita lihat bagaimana masing-masing dari kondisi ini dapat

14
terkait dengan jenis-jenis syok:

a. Anemia
Syok Hipovolemik Pada kasus anemia yang parah, terutama
jika disertai dengan pendarahan berat, pasien dapat
mengalami syok hipovolemik. Jumlah sel darah merah yang
rendah dapat menyebabkan penurunan volume darah, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan syok.
b. Thalasemia
Syok Hemolitik : Thalasemia merupakan bentuk anemia
hemolitik, di mana sel darah merah dihancurkan lebih cepat
dari yang dapat diproduksi. Jika tingkat hemolisis meningkat
secara tiba-tiba atau secara signifikan, hal ini dapat
menyebabkan syok hemolitik.
c. Gagal Ginjal
Syok Kardiogenik atau Distributif : Gagal ginjal, terutama
pada tahap lanjut, dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah dan komplikasi kardiak. Ini dapat mengakibatkan syok
kardiogenik atau syok distributif karena kegagalan jantung
atau perubahan distribusi darah yang terjadi dalam tubuh.
d. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Syok Obstruktif : BPH, yang menyebabkan pembesaran
prostat, dapat menyebabkan obstruksi pada saluran kemih.
Jika obstruksi ini sangat parah dan tidak diatasi, hal ini dapat
menyebabkan retensi urin dan dalam beberapa kasus, syok
obstruktif.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun kaitan antara kondisi tersebut


dan syok dapat terjadi, tidak semua pasien dengan anemia, thalasemia, gagal
ginjal, atau BPH akan mengalami syok. Tingkat keparahan dan faktor risiko
tambahan juga memainkan peran penting dalam kemungkinan terjadinya
syok.

15
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok adalah harus bisa mengenal
gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera.
Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan.
Langkah kedua dalam menanggulangi syok adalah berusaha mengetahui
kemungkinan penyebab syok. Pada pasien trauma, pengenalan syok berhubungan
langsung dengan mekanisme terjadinya trauma. Semua jenis syok dapat terjadi pada
pasien trauma dan yang tersering adalah syok hipovolemik karena perdarahan. Syok
kardiogenik juga bisa terjadi pada pasien-pasien yang mengalami trauma di atas
diafragma dan syok neurogenik dapat disebabkan oleh trauma pada sistem saraf pusat
serta medula spinalis. Syok septik juga harus dipertimbangkan pada pasien- pasien
trauma yang datang terlambat untuk mendapatkan pertolongan
Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian
infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka untuk
membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan dengan benar. Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari
kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab
syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, C. N. (2010). SYOK DAN PENANGANANNYA. Jurnal Kesehatan, 595-596.


Pittara, d. (2023). Syok. Alodokter, 1-20.
Rulino, L. (2022). Cara Menentukan Kelas Syok pada Pasien. Mitra Perawat Indonesia,
1-22.
Muzalifah, Agustini, and Ristina Mirwanti. "PENATALAKSANAAN GANGGUAN
PERFUSI JARINGAN PADA PASIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI ICU: A
CASE REPORT." SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah 2.7 (2023): 2644-2655.
Putra, I. A. S. (2019). Update tatalaksana sepsis. Cermin Dunia Kedokteran, 46(11),
681-685.
Purwanto, D. S., & Astrawinata, D. A. (2018). Mekanisme Kompleks Sepsis dan Syok
Septik. Jurnal Biomedik: JBM, 10(3), 143-151.

17

Anda mungkin juga menyukai