“GANGGUAN SYOK”
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Emiliani Elsi Jerau, S.Kep.,NS.,M.Kep
D4 ANESTESIOLOGI
PATOFISIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................3
1.3. TUJUAN........................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................5
2.1. DEFINISI GANGGUAN SYOK......................................................................................5
2.2 KLASIFIKASI DARI GANGGUAN SYOK...................................................................5
2.3. ETIOLOGI DARI GANGGUAN SYOK......................................................................10
2.4. PATOFISIOLOGI DARI GANGGUAN SYOK..........................................................11
2.5. PATHWAY DARI GANGGUAN DIABETES MELITUS.........................................12
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK GANGGUAN SYOK...............................12
2.7. PENATA LAKSANAAN UNTUK PENYAKIT GANGGUAN SYOK......................13
BAB III........................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................15
KESIMPULAN.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16
(Fitria, 2010)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
dilakukan untuk mendeteksi penyebab dan tipe syok yang diderita pasien.
1.3. TUJUAN
1) Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
pengertian dari gangguan syok.
2) Agar makalah yang kami kerjakan dapat menjelaskan bagaimana
klasifikasi dari gangguan syok.
3) Makalah ini diharapkan mampu menjelaskan bagaimana etiologi
dari gangguan syok
4) Diharapkan pembaca memahami bagaimana patofisiologi dari
gangguan syok.
5) Agar pembaca dapat mengetahui apa pathway dari gangguan
syok.
6) Agar makalah yang kami kerjakan dapat menjelaskan apa saja
pemeriksaan penunjang untuk gangguan syok.
7) Bagaimana penata laksanaan untuk penyakit gangguan syok.
8) Agar pembaca mengetahui apa gangguan atau jenis penyakit dari
Syok.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
2.2 KLASIFIKASI DARI GANGGUAN SYOK
1. Syok hipovolemik
a) Syok hemoragik
b) Syok non-hemoragik.
6
b) Etiologi vaskular (misalnya, fistula aortoenterika,
ruptur aneurisma aorta perut, tumor yang mengikis ke
dalam pembuluh darah utama)
2. Syok kardiogenik
7
darah jantung, infark miokard ventrikel kanan,
kardiomiopati dilatasi fulminan, henti jantung (karena
pemingsanan miokard), miokarditis.
3. Syok obstruktif
4. Syok distributif
a) Syok septic
8
(Haseer Koya & Paul, 2021).
c) Syok anafilaksis
9
Reaksi hipersensitivitas langsung dapat terjadi dalam
hitungan detik hingga menit setelah antigen pemicu
muncul. Alergen yang umum menyebabkan syok
anafilaksis adalah obat-obatan (misalnya, antibiotik,
NSAID), makanan, sengatan serangga, hingga lateks.
d) Syok neurogenik
e) Syok endokrin
10
4. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma
darah secara kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada
jaringan lunak serta adanya pelepasan aktivasi sistem imun
11
berkurangnya sirkulasi volume plasma.
1. Pemeriksaan darah:
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menilai kadar
12
hemoglobin, elektrolit, dan fungsi organ tubuh. Pemeriksaan
ini dapat membantu dalam menentukan tingkat keparahan
syok dan mengevaluasi kondisi pasien.
2. Pemeriksaan pencitraan:
Pemeriksaan pencitraan seperti USG atau CT scan dapat
membantu dalam menentukan sumber perdarahan atau
kerusakan organ yang mungkin terjadi akibat syok.
3. Pemeriksaan elektrolit:
Pemeriksaan elektrolit serum dapat membantu dalam menilai
keseimbangan elektrolit, seperti hiponatremia atau
hiperkalemia, yang sering terjadi pada kondisi syok.
4. Pemeriksaan keseimbangan asam basa:
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam menilai gangguan
asam basa akibat mekanisme kompensasi metabolisme
anaerob yang terjadi pada syok hipovolemik.
5. Pemeriksaan gas darah :
pH, PaO2, dan Hco3 darah menurun,. darah menurun,. Bila
proses berla proses berlangsung terus ngsung terus maka
proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak
tanda&tanda kegagalan dengan dengan makin menuru makin
menurunnya pH dan PaO2 dan meningkatnya PaCO2 dan
HCO3. Terdapat perbedaan yang lebih jelas antara PO2 dan
PCO2 arterial dan vena.
13
tandatanda vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal.
Selanjutnya kondisi tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada
kondisi satabil. Penatalaksanaan syok hipovolemik tersebut yang utama
terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah yang hilang (Kolecki
and Menckhoff, 2016). Standl et al. (2018) menyatakan bahwa penanganan
syok hipovolemik terdiri dari resusitasi cairan menggunakan cairan
kristaloid dengan akses vena perifer, dan pada pasien karena perdarahan,
segera kontrol perdarahan (tranfusi). Dalam mencegah terjadinya hipoksia,
disarankan untuk dilakukan intubasi dengan normal ventilasi.
14
terkait dengan jenis-jenis syok:
a. Anemia
Syok Hipovolemik Pada kasus anemia yang parah, terutama
jika disertai dengan pendarahan berat, pasien dapat
mengalami syok hipovolemik. Jumlah sel darah merah yang
rendah dapat menyebabkan penurunan volume darah, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan syok.
b. Thalasemia
Syok Hemolitik : Thalasemia merupakan bentuk anemia
hemolitik, di mana sel darah merah dihancurkan lebih cepat
dari yang dapat diproduksi. Jika tingkat hemolisis meningkat
secara tiba-tiba atau secara signifikan, hal ini dapat
menyebabkan syok hemolitik.
c. Gagal Ginjal
Syok Kardiogenik atau Distributif : Gagal ginjal, terutama
pada tahap lanjut, dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah dan komplikasi kardiak. Ini dapat mengakibatkan syok
kardiogenik atau syok distributif karena kegagalan jantung
atau perubahan distribusi darah yang terjadi dalam tubuh.
d. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Syok Obstruktif : BPH, yang menyebabkan pembesaran
prostat, dapat menyebabkan obstruksi pada saluran kemih.
Jika obstruksi ini sangat parah dan tidak diatasi, hal ini dapat
menyebabkan retensi urin dan dalam beberapa kasus, syok
obstruktif.
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok adalah harus bisa mengenal
gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera.
Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan.
Langkah kedua dalam menanggulangi syok adalah berusaha mengetahui
kemungkinan penyebab syok. Pada pasien trauma, pengenalan syok berhubungan
langsung dengan mekanisme terjadinya trauma. Semua jenis syok dapat terjadi pada
pasien trauma dan yang tersering adalah syok hipovolemik karena perdarahan. Syok
kardiogenik juga bisa terjadi pada pasien-pasien yang mengalami trauma di atas
diafragma dan syok neurogenik dapat disebabkan oleh trauma pada sistem saraf pusat
serta medula spinalis. Syok septik juga harus dipertimbangkan pada pasien- pasien
trauma yang datang terlambat untuk mendapatkan pertolongan
Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian
infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka untuk
membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan dengan benar. Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari
kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab
syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok.
16
DAFTAR PUSTAKA
17