Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

ASKEP PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGEN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
KARDIOVASKULER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Purbiant,S.KP.,M.Kep.,Sp.KMB

Disusun Oleh :

1. Abdurahman Gibran. R (P27901119001)


2. Elsa fuzianti (P27901119014)
3. Farah Nurul Aini (P27901119018)
4. Ita Suhaeti (P27901119027)
5. Reno Oktaviansyah (P27901119041)
6. Rista Agistari (P27901119043)
7. Rofikoh Lanjar Susaptri (P27901119045)
8. Rospita Sari (P27901119046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN D-III KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melipatkan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Keperawatan
Medikal bedah I yang di bimbing oleh Purbiant,S.KP.,M.Kep.,Sp.KMB. dengan
judul “Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigen Akibat Patologis Sistem Kardiovaskuler”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

14 Januari 2021
Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................


B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................

BAB 2. TEORI & PEMBAHASAN


A. Anamnesa gangguan pada system kardiovaskuler............................
B. Pemeriksaan fisik : kecukupan oksigen & sirkulasi, perubahan irama
jantung (bunyi jantung).....................................................................
C. Pemeriksaan penunjang :menyiapkan klien untuk pemeriksaan
echocardiographi, treadmel test.........................................................
D. masalah keperawatan pada CAD , Dekompensasi kordis hipertensi ,
anemi , gangguan pembuluh darah perifer , DHF.............................
E. tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan oksigen : perekeman
EKG , memasang dan memonitor transfuse darah , pengambilan darah
arteri dan vena , memberikan obat sesuai terapi ..............................
F. melaksanakan kebutuhan oksigen.....................................................

BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................

Daftar pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Ernawati, 2012). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang
tertinggi diantara semua kebutuhan dasar yang lain.Umumnya, seseorang yang
memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi
kebutuhan fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain
(Ambarwati, 2014). Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
diperoleh karena adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses
bernapas. Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin
ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dan
pertukaran gas.
Oksigen (O2) berperan penting demi kelangsungan hidup sel dan
jaringan didalam tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh yang dilakukan secara terus menerus. Oksigen memegang peranan yang
sangat penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, karena itu
diperlukan berbagai upaya agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan gangguan pada proses oksigenasi
serta dapat menyebabkan terjadinya kemunduran secara fungsional pada tubuh
atau bahkan dapat menimbulkan kematian. (Asmadi, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anamnesa gangguan pada system kardiovaskuler?

4
2. Bagaimana pemeriksaan fisik : kecukupan oksigen & sirkulasi , perubahan
irama jantung (bunyi jantung)
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang : menyiapkan klien untuk pemeriksaan
echocardiographi , treadmel test
4. Apa saja masalah keperawatan pada CAD , Dekompensasi kordis
hipertensi , anemi , gangguan pembuluh darah perifer , DHF
5. Apa saja tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan oksigen :
perekeman EKG , memasang dan memonitor transfuse darah ,
pengambilan darah arteri dan vena , memberikan obat sesuai terapi
6. Bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan oksigen

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahuianamnesa gangguan pada system kardiovaskuler
2. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik : kecukupan oksigen & sirkulasi ,
perubahan irama jantung (bunyi jantung)
3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang : menyiapkan klien untuk
pemeriksaan echocardiographi , treadmel test
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang : menyiapkan klien untuk
pemeriksaan echocardiographi , treadmel test
5. Untuk mengetahui saja tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan
oksigen : perekeman EKG , memasang dan memonitor transfuse darah ,
pengambilan darah arteri dan vena , memberikan obat sesuai terapi
6. Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan evaluasi kebutuhan oksigen

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anamnesa gangguan pada system kardiovaskuler
Anamnesa merupakan bagian yang paling penting pada proses
pemeriksaan pasien. Keluhan utama penyakit pada sistem kardiovaskuler
adalah sesak napas, nyeri dada, palpitasi dan claudication.
1) Sesak Nafas
Pasien dengan penyakit jantung biasanya merasa sesak napas pada saat
melakukan aktifitas fisik (exertional dyspnoea) dan kadang-kadang timbul
sesak pada saat berbaring(positional dyspnoea atau orthopnoea).
Patofisiologi orthopnoea adalah sebagai berikut:Pada waktu pasien
berbaring, terjadi redistribusi cairan dari jaringan perifer ke paru-paru
sehingga terjadi peningkatan tekanan kapiler pulmonary. Hal ini kemudian
men-stimulasi ujung saraf pada paru-paru sehingga terjadilah orthopnoea.
Sesak napas pada saat aktifitas fisik tidak selalu berhubungan langsung
dengan tekanan atrium kiri. Ada faktor-faktor lain seperti penurunan kadar
oksigen pada darah di arteri dan perubahan fungsi otot jantung pada payah
jantung kronis.
Sesak napas yang disertai wheezing kadang-kadang disebabkan karena
penyakit jantung, tetapi terlebih dahulu harus disingkirkan adanya obstruksi
jalan napas. Pasien yang merasa tiba-tiba harus menarik napas dalam-dalam,
yang tidak ada hubungannya dengan aktifitas fisik, yang sering mengeluh
sesak napas atau yang merasa terus menerus tidak dapat bernapas dengan
baik, bukan gejala dari penyakit jantung, tetapi merupakan gejala
kecemasan. Sulit untuk membedakan sesak napas yang disebabkan karena
penyakit paru-paru atau jantung. Paroxysmal nocturnal dyspnoea atau
orthopnoea merupakan gejala penyakit jantung, sedangkan wheezing
merupakan gejala penyakit paruparu.Diagnosa yang berkaitan dengan sesak:

6
a) Payah jantung
b) Penyakit jantung iskemi (atypical angina)
c) Emboli paru
d) Penyakit paru
e)Anemia berat.
Anamnesa Sesak Napas
1. Apakah sebelumnya pernah sesak napas?
2. Apakah sesak napas terjadi waktu beraktifitas fisik?
3. Aktifitas fisik seperti apa yang menimbulkan sesak napas seperti ini?
4. Apakah pernah mendadak terbangun dari tidur karena sesak napas?
5. Pada waktu tidur menggunakan berapa bantal?
6. Apakah sesak napas disertai dengan batuk atau suara?
Klasifikasi Payah Jantung
Grade I: Tidak ada keluhan pada waktu istirahat. Timbul dyspnoea pada
aktifitas fisik berat.
Grade II: Tidak ada keluhan pada waktu istirahat. Timbul dyspnoea pada
aktifitas fisik sedang.
Grade III: Ada keluhan ringan pada waktu istirahat. Timbul dyspnoea
ringan pada aktifitas fisik ringan, dyspnoea berat pada aktifitas sedang.
Grade IV: Dyspnoea pada waktu istirahat, dyspnoea berat pada aktifitas
fisik sangat ringan. Pasien harus tirah baring.
2) Nyeri Dada
Nyeri dada yang disebabkan karena iskemi myocardial sekitar 50%
pasien yang datang ke klinik kardio mengeluh nyeri dada. Nyeri dada
karena penyakit jantung disebut dengan angina pectoris, penyebabnya
adalah karena suplai darah ke otot jantung tidak mencukupi kebutuhan
metabolisme jantung normal. Pasien dengan angina pada umumnya
mengalami penyempitan atau stenosis pada satu atau lebih arteri coronaria.
Nyeri timbul karena peningkatan metabolisme jantung pada waktu
peningkatan aktifitas fisik atau emosional pasien. Sebagian kecil angina
disebabkan karena stenosis aorta atau hypertrophy cardiomyopathy.

7
Sifat khas angina adalah nyeri dada yang timbul pada waktu beraktifitas
fisik dan menghilang bila aktifitas dihentikan. Nyeri seperti
terbakar,tertusuk, terhimpit atau tercekik. Nyeri yang mirip dengan angina,
tetapi timbul pada waktu istirahat dapat disebabkan karena unstable angina
atau infark myocard. Nyeri pada infark myocard sifatnya berat, persisten
dan sering disertai mual.
1. Penyebab nyeri dada pada waktu aktifitas adalah:
a. Angina karena atheroma koroner,
b. Aortic stenosis
c. Hypertrophic cardiomyopathy
2. Ciri-ciri nyeri angina adalah:
a. Disebabkan karena aktifitas fisik dan emosi
b. Nyeri berkurang dengan istirahat
c. Nyeri seperti terbakar, tertekan, terhimpit, tercekik
d. Lokasi nyeri retrosternal
e. Nyeri bertambah parah setelah makan atau udara dingin
f. Nyeri berkurang dengan pemberian nitrat
3. Anamnesa angina
a. Apakah nyeri timbul pada waktu beraktifitas fisik ?
(misalnya naik tangga)
b. Nyeri di dada sebelah mana ?
c. Apakah nyeri bertambah bila udara dingin ?
d. Apakah nyeri bertambah pada waktu beraktifitas fisik setelah
makan ?
e. Apakah nyeri berkurang setelah beristirahat ?
f. Apakah nyeri terjadi bila merasa terlalu gembira atau terlalu sedih?
4. Penyebab nyeri dada waktu istirahat
a. Infark myocard
b. Unstable angina
c. Dissecting aortic aneurysm
d. Nyeri esophagus

8
e. Pericarditis
f. Nyeri pleuritik
g. Nyeri musculoskeletal
h. Herpes zoster (shingles)
- Pericarditis
Pericarditis adalah inflamasi pericardium (selaput serous yang
membungkus jantung). Pericarditis merupakan komplikasi infark myocard.
Dapat juga disebabkan karena infeksi virus atau bakteri, atau karena
uraemia. Nyerinya berupa nyeri konstan di belakang tulang dada dan
makin nyeri pada waktu napas dalam. Nyeri pericarditis berhubungan
dengan pergerakan tubuh (mis, perubahan posisi berbaring) tetapi tidak
berhubungan dengan aktifitas fisik seperti nyeri angina atau infark
myocard. Kadang-kadang menjalar ke ujung bahu kiri.
Nyeri musculoskeletal
Nyeri pada dinding dada atau spine thoracic sering dikira penyakit
jantung. Nyeri ini terasa sakit dan berhubungan dengan pergerakan tubuh
tertentu dan nyeri tetap timbul pada waktu istirahat. Sekitar cartilage costal
biasanya terasa lunak.
Nyeri dada lainnya
Nyeri dada lainnya yang sering dikira nyeri jantung adalah nyeri pleurisy,
yaitu pneumothorax akut atau shingles.
3) Palpitasi
Palpitasi adalah denyut jantung yang abnormal. Jantung berdenyut
sangat cepat atau tidak teratur (aritmia). Dapat juga karena impuls cardiac
terlalu kuat yang disebabkan vasodilatasi berlebihan. Pada saat anamnesa,
tanyakan apakah aritmia hanya terjadi sementara atau sampai menyebabkan
pasien tidak dapat bekerja dan harus berbaring. Kadang-kadang aritmia
dapat menyebabkan pingsan. Pada pasien tertentu, palpitasi dicetuskan oleh
makanan tertentu, teh, kopi, anggur dan coklat. Perlu ditanyakan tentang
obat-obat yang biasanya diminum, terutama decongestan dan obat flu yang
mengandung senyawa simpatomimetik.

9
1. Penyebab palpitasi
a. Ekstrasistole
b. Paroxysmal atrial fibrillation
c. Paroxysmal supraventricular tachycardia
d. Thyrotoxicosis
e. Perimenopausal
2. Anamnesa palpitasi
a. Coba tirukan bunyi denyut jantung anda pada waktu terjadi
palpitasi
b. Apakah denyut jantung teratur atau tidak teratur ?
c. Apakah ada hal-hal tertentu yang dapat meredakan gejala
palpitasi ?
d. Apa yang anda lakukan pada waktu timbul gejala palpitasi ?
e. Apakah ada makanan tertentu yang menimbulkan palpitasi ?
f. Obat-obat apa yang sekarang digunakan ?
3. Syncope (pingsan, semaput)
Syncope adalah hilangnya kesadaran sementara karena
berkurangnya suplai darah ke otak. Diagnosa banding utamanya
adalah epilepsi. Bila suplai darah ke otak berhenti agak lama, dapat
timbul kejang. Penyebab syncope antara lain: simple fainting
(vasovagal syncope), micturition syncope, hipotensi postural,
vertebrobasilar insufficiency dan aritmia jantung, terutama
intermittent heart block. Simple fainting disebabkan karena respons
vagal yang menyebabkan denyut jantung melambat dengan reflex
vasodilatasi. Biasanya disebabkan karena kombinasi hilangnya venous
return (misalnya berdiri pada saat upacara) dengan peningkatan efek
simpatik (terlalu gembira, takut, jijik).
Micturition syncope biasanya terjadi waktu malam hari pada
laki-laki lanjut usia dengan obstruksi prostat.Pada saat pingsan,
hilangnya kesadaran tidak terjadi mendadak; pasien tampak pucat atau
‘agak hijau’, baik sebelum atau sesudah pingsan.

10
Penanganannya adalah dengan menaikkan tungkai. Sebaliknya
syncope karena heart block, terjadinya tiba-tiba, tanpa tanda-tanda
sebelumnya. Pasien tampak pucat pada waktu pingsan, dan bila sadar
(biasanya juga tiba-tiba) wajahnya berwarna agak kemerahan.
Vertebro-basilar insufisiensi biasanya terjadi pada lanjut usia. Gejala
yang timbul karena pergerakan leher terganggu. Hipotensi postural
biasanya pada lanjut usia dan dicetuskan oleh obat antihipertensi.
- Anamnesa syncope
Apabila memungkinkan, anamnesa diambil dari keluarga atau orang
sekitar yang tahu kejadiannya.
a. Situasi apakah yang menyebabkan syncope ?
b. Apakah sebelumnya ada gejala-gejala tertentu ?
c. Berapa lama pasien sadar kembali ?
d. Apakah wajah terlihat pucat saat syncope dan setelah sadar ?
e. Obat-obat apa yang sekarang diminum ?
4) Claudication
Claudication adalah kata Latin yang berarti berjalan pincang.
Intermittent claudication merupakan suatu keadaan dimana pasien
merasa nyeri pada satu atau kedua tungkai pada waktu berjalan dan
nyeri berkurang bila pasien istirahat. Intermittent claudication biasanya
merupakan gejala awal penyempitan arteri yang mensuplai tungkai.
Nyeri berapa rasa sakit pada betis, paha atau pantat. Intermittent
claudication lebih banyak mengenai laki-laki dan perokok dari pada
bukan perokok.
5) Pekerjaan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga sangat penting pada anamnesa penyakit jantung
karena berbagai penyakit jantung mempunyai predisposisi genetik (mis,
hiperlipidemia). Tanyakan apakah orang tua masih hidup, dan bila
sudah meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Misalnya kematian
karena stroke mendadak menunjukkan adanya hipertensi dalam
keluarga. Pekerjaan pasien juga dapat berhubungan dengan penyakit

11
jantung : misalnya bila timbul aritmia atau penyakit jantung koroner,
maka pasien tidak dapat bekerja sebagai pilot atau sopir truk. Jangan
lupa menanyakan kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obat
yang sekarang dikonsumsi.
Anamnesa riwayat keluarga
1) Apakah ada keturunan penyakit jantung ?
2) Apakah kedua orang tua masih hidup ?
3) Berapa usia kedua orang tua ? Apakah sehat atau sedang menderita
suatu penyakit?
4) Apa penyebab kematian kedua orang tua ?
5) Apakah saudara ada yang menderita penyakit jantung ?

B. Pemeriksaan fisik : kecukupan oksigen & sirkulasi , perubahan irama


jantung (bunyi jantung)
 Kecukupan oksigen & sirkulasi
 Perubahan irama jantung
jantung adalah organ berotot yang dapat memompa sekitar 100
ribu kali dalam sehari, untuk mengirim darah yang kaya akan
oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh Anda. Oleh sebab itu,
kesehatan jantung sangat perlu untuk dijaga, termasuk mewaspadai
tanda awal gangguan yang mungkin terjadi dengan memerhatikan
detak jantung normal. Kelainan pada detak jantung dapat
menandakan adanya gangguan fungsi dan kinerja jantung.
C. Pemeriksaan penunjang : menyiapkan klien untuk pemeriksaan
echocardiographi , treadmel test
1. Menyiapkan Pasien Untuk Pemeriksaan Echokardiografi
a. Pengertian dan Fungsi Echocardiography
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan
diagnostik yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi
tinggi untuk memvisualisasikan gambaran struktur dan fungsi
jantung di layar monitor.

12
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga
secara teknis relatif lebih mudah dilakukan terhadap bayi, anak-
anak dan orang dewasa. Pemeriksaan ini dapat mendekteksi
gerakan otot-otot jantung baik yang normal maupun yang abnormal
seperti pada keadaan akibat serangan jantung. Pada anak-anak
dengan penyakit jantung bawaan. Echocardiography akan dapat
mengindentifikasi berbagai kelain struktrur jantung termasuk
kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di sekat-sekat
jantung. Keluar masuk pembuluh darah baik yang normal maupun
abnormal dapat tervisualisasi dengan baik. Walaupun demikian
pada kelain bawaan yang kompleks sekali dan sulit, tidak jarang
masih diperlukan pemeriksaan katerisasi jantung sebelum
dilakukan tindakan.
Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan
Echocardiography jika ditemukan gejala dan penyakit jantung.
Pada orang dewasa umumnya bila ada gejala sakit dada (chest
pain), sesak nafas dan tanda-tanda gagal jantung. Bayi dan anak2
yang dicurigai menderita penyakit jantung bawaan seperti PDA,
VSD, ASD, TOF dan lain-lain atau penyakit jantung didapat
seperti reumatik dan penyakit Kawasaki serta kardiomiopati
mutlak memerlukan pemeriksaan Echocardiography. Anak-anak
yang mendapat pengobatan suntikan anti kanker (sitostatika)
sebaiknya diperiksa Echocardiography terlebih dahulu sebelum
dimulai dosis awal untuk mengevaluasi seandainya nanti terjadi
efek samping obat-obat sitostatika yang dapat merusak otot-otot
jantung.
Echocardiography dapat memberikan informasi tentang
hal-hal sebagai berikut:

13
1) Pembesaran jantung (kardiomegali) yang dapat terjadi akibat
tekanan darah tinggi, kebocoran katup jantung atau gagal
jantung.

2) Keadaan otot-otot jantung yang lemah atau jantung tidak dapat


memompa darah dengan sempurna. Kelemahan otot jantung
dapat terjadi akibat tidak memperoleh aliran darah dengan baik
karena penyakit jantung koroner.

3) Kelainan struktur jantung seperti yang terdapat pada penyakit


jantung bawaan seperti pada kebocoran sekat-sekat jantung
(VSD,ASD). Kelainan katup dan pembuluh darah besar serta
berbagai kelainan yang telah ditemukan sejak janin dalam
kandungan.

4) Evaluasi atau pemantauan selama dilakukan tindakan operasi


jantung atau selama prosedur intevensi.

5) Adanya tumor di dalam jantung atau gumpalan darah yang dapat


menyebabkan stroke.

6) Ditemukan bising jantung (murmur) baik pada anak maupun


orang dewasa.

7) Pada demam rematik dan penjakit jantung rematik.

b. Pemeriksaan Echocardiography

Alat ini bekerja secara sistematik, yaitu:

1) Anda akan terbaring pada satu sisi bagian tubuh atau punggung.
2) Seorang operator akan menaruh cairan (jelly) khusus pada
bagian atas probe dan akan meletakkan diatas wilayah dada.

14
3) Dengan menggunakan gelombang suara Ultra-High-Frequency
akan menggambil gambar dari hati anda serta klep (valve)
jantung anda, pada penggunaan alat ini tak akan menggunakan
sinar-X.
4) Pergerakan (denyut) dari jantung atau hati anda dapat dilihat
pada suatu layar video. Sebuah video atau foto dapat membuat
gambar dari pergerakan (denyut) tadi. Anda dapat pula
mengamatinya pada saat test ini berlangsung, dan biasanya
mengambil waktu kurang lebih 15-20 menit.
5) Dalam test ini anda tak akan merasa sakit dan tidak mempunyai
efek samping.
6) Selanjutnya dokter akan memberitahukan hasil pemeriksaan
tersebut.
7) Gelombang suara tadi akan mengambil gambar hati atau jantung
anda secara jelas dan ketika pemeriksaan telah selesai maka
operator tadi akan mencabut probe yang sebelumnya digunakan
untuk melihat pergerakan hati atau jantung anda.
8) Setelah itu anda akan menunjukkan tanda-tanda ingin batuk,
sebagai tanda bahwa pemeriksaan telah selesai.

Probe yang digunakan perlu untuk dilepas dari wilayah


dada anda untuk membersihkan kembali layar video tersebut. Anda
mungkin membutuhkan suatu test khusus yang disebut dengan
transesophageal echocardiography (TEE).

c. Parameter

Salah satu parameter untuk menilai fungsi jantung adalah


fraksi ejeksi (EF) nilai normal EF (lebih besar) 60%. Jika EF (lebih
kecil) 40% ini berarti fungsi jantungnya sudah menurun. Diduga
kuat mempunyai penyakit jantung koroner yang berat dan dengan
pronosis yang buruk.

15
Adapun indikasi dilakukannya ekokardiografi yakni:

1) Penyakit katup jantung atau bagi pasien yang pada pemeriksaan


fisik ditemukan adanya bising jantung (murmur),

2) Kondisi dimana ada dugaan adanya penyakit jantung bawaan.

3) Valuasi kondisi Aorta.

4) Dugaan adanya hipertensi pulmonal, emboli paru, pembesaran


jantung pada pemeriksaan toraks foto atau pada pemeriksaan
fisik, dugaan adanya efusi perikard.

5) Gagal jantung ,

6) Adanya aritmia, untuk menilai adanya faktor pencetus


intrakardiak,

7) Evaluasi fungsi jantung pada pemakaian obat,

8) Sebagai guidance/pemandu dalam tindakan fungsi perikard,


pemasangan alat pacu jantung dan lain sebagainya.

Ekokardiografi tidak diindikasikan seperti halnya


pemeriksaan EKG yang merupakan pemeriksaan rutin untuk
penyakit jantung koroner , melainkan sebagai alat penunjang
dan membantu dalam evaluasi fungsi jantung. Banyak hal yang
dengan pemeriksaan fisik, EKG, toraks foto, maupun treadmill
tidak dapat dinilai atau diketahui adanya kelainan. Tapi, dengan
pemeriksaan ekokardiografi hal tersebut dapat dinilai, seperti
adanya gumpalan darah (trombus) dalam ruang jantung, adanya
aneurisma dinding jantung, adanya gerakan abnormal
(diskinetik) dinding jantung dan lain sebaginya.

16
d. Jenis Ecocardiography

Secara umum ada 4 jenis Ecocardiography yang sering


dilakukan yakni :

1. Transthoracal Echocardiography (TTE)Merupakan salah satu


jenis Echocardiography yang paling sering dilakukan. Tidak
terasa sakit. alat transduser diletakan dibeberapa tempat tertentu
diatass dinding dada dengan mengirimkan gelombang suara
yang dikonversi oleh komputer menjadi gambar yang terlihat
digambar monitor.

2. Transsesophageal Echocardiography (TEE) .Digunakan untuk


melihat secara teliti struktur yang lebih dalam seperti aorta dan
septum atrium atau katup-katup jantung pada saat operasi atau
pada saat dilakukan tindakan intervensi penutupan ASD atau
VSD. Transduser dimasukan dan didorong melalui mulut
kemudian sampai ke oesophagus. Oleh karena berada pada
posisi yang cukup dekat kejantung maka gambaran yang
terlihat akan lebih jelas dan akurat dibandingkan dengan hasil
TTE.

3. Stress Echocargraphy ,Pemeriksaan ini dilakukan dengan


exercise atau makan obat untuk meningkatkan fungsi dan denyut
jantung. Beberapa kelainan atau penyakit jantung koroner lebih
mudah didiagnosis dengan teknik ini.

Pemeriksaan Echocardiography transtorakal atau


Echocardiography janin sama sekali tidak ada risiko apa-apa.
Namun pada Echocardiography trassesofageal kadang-kadang
sedikit mual dan sedikit sulit bernafas sementara namun dapat
diatasi dengan pemberian obat. Stress Echocardiography

17
kadang-kadang terjadi efek samping obat-obatan yang
digunakan seperti denyut jantung yang bertambah cepat.
umumnya tidak ada komplikasi yang serius.

4. Fedal Echocargraphy (janin)

Pemeriksaan ini dilakukan pada ibu hamil yang mempunyai


janin dengan resiko atau dicurigai menderita penyakit jantung
bawaan.Biasanya dapat dilakukan mulai kehamilan 18 – 22
minggu.

Bentuk Alat Echocardiograpy

e. Sop echocardiography

Dilakukan
No Tindakan
Ya Tidak
A Fase Pra Interaksi

18
1. Membaca dokumentasi keperawatan.

2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography,


gel, tissu.

3. Mencuci tangan.
B Fase Orientasi

1. Memberikan salam terapeutik, panggil klien


dengan namanya.

2. Menjelaskan tujuan.

3. Menjelaskan prosedur tindakan.

4. Menanyakan keadaan pasien hari ini.

5. Mengevaluasi masalah pasien.


C Fase Kerja

1. Membaringkan pasien pada satu sisi bagian


tubuh atau punggung.
2. Menaruh cairan (jelly) khusus pada bagian
atas probe dan letakkan diatas wilayah
dada.
3. Mengambil gambar hati serta klep (valve)
jantung dengan menggunakan gelombang
suara Ultra-High-Frequency,pada
penggunaan alat ini tidak akan
menggunakan sinar-X.

4. Pergerakan (denyut) dari jantung atau hati


anda dapat dilihat pada suatu layar video.

19
Sebuah video atau foto dapat membuat
gambar dari pergerakan (denyut) tadi. Anda
dapat pula mengamatinya pada saat test ini
berlangsung, dan biasanya mengambil
waktu kurang lebih 15-20 menit.

a. Dalam test ini anda tak akan merasa


sakit dan tidak mempunyai efek
samping.

5. Selanjutnya dokter akan memberitahukan


hasil pemeriksaan tersebut.

6. Gelombang suara tadi akan mengambil


gambar hati atau jantung anda secara jelas
dan ketika pemeriksaan telah selesai maka
operator tadi akan mencabut probe yang
sebelumnya digunakan untuk melihat
pergerakan hati atau jantung anda.

7. Setelah itu anda akan menunjukkan tanda-


tanda ingin batuk, sebagai tanda bahwa
pemeriksaan telah selesai.

D Fase Terminasi

1. Evaluasi hasil tindakan.

2. Melakukan rencana tindakan lanjut.

3.Mengakhiri kegiatan dengan merapikan pasien


dan peralatan dikembalikan ketempat semula.

20
4. Mencuci tangan.

5. Mendokumentasi hasil pemeriksaan fisik.


Jumlah

2. Menyiapkan Pasien Untuk Pemeriksaan Treadmill Test


a. Pengertian Treadmill Test
Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara
memberikan stress fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas
kardiovaskuler yang tidak ditemukan pada saat istirahat.
1) Dasar-Dasar Fisiologi
Dasar fisiologi ULJB adalah latihan dinamik. Telah
diketahui latihan dinamik memberikan serial kompleks
penyesuaian kardiovaskuler yang terjadi akibat peningkatan
suplai darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan metabolisme
yang terjadi, disamping upaya untuk mempertahankan suplai
darah ke organ vital seperti otak dan jantung. Secara umum
akibat latihan dinamik dapat terjadi:
a) Peningkatan curah jantung (cardiac output)
b) Tekanan darah arterial meningkat
c) Tahanan resistensi perifer meningkat
Apabila terjadi pengurangan suplai darah ke organ vital
seperti jantung akan mengakibatkan perubahan pada rekaman
listrik jantung (EKG) ataupun rekaman listrik ke otak (EEG.
Khusus pada EKG akan terlihat perubahan segmen ST berupa
ST depresi atau ST elevasi.
2) Respons Denyut Jantung
Peningkatan denyut jantung merupakan respon dari sistem
kardiovaskuler terhadap latihan yang dapat diukur untuk

21
pertama kalinya dan merupakan mekanisme utama dari
peningkatan curah jantung (CO) dimana:

CO = HR x SV

Denyut jantung meningkat secara linier sesuai dengan


beban penngkatan beban kerja (work loads) dan peningkatan
ambilan oksigen (oksigen uptake).

3) Respons Tekanan Darah


Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya kerja dinamik
yang mengakibatkan peningkatan curah jantung (CO). Tekanan
sistolik meningkat segera dalam beberapa menit pertama dan
kemudian terjadi tingkat penyesuaian yang disebut “stedy state”
(saat penyesuaian). Sedang tekanan diastolik tidak mengalami
perubahan yang nyata, bila terjadi peningkatan tekanan diastolik
(DBP) menandakan adanya hipertensi yang labil.
b. Indikasi
1) Untuk menegakkan diagnosa PJK (Penyakit Jantung Koroner).
2) Untuk mengevaluasi keluhan: nyeri dada, sesak nafas, dan lain-
lain.
3) Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional.
4) Untuk mengevaluasi adanya distrimia.
5) Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
6) Untuk menentukan prognosa dari kelainan kardiovaskuler.
c. Kontra Indikasi
1) Infark miokard akut < 5 hari
2) Unstable angina pectoris
3) Hipertensi berat
4) Aritmia yang berarti
5) Sesak
6) Vertigo

22
d. Komplikasi
1) Hipotensi
2) Distrimia yang berat
3) Infark myocard acute
4) Syncope dan stroke
5) Trauma fisik (jatuh saat test)
6) Henti jantung (cardiac arrest)
7) Kematian
e. Indikasi Penghentian Test
1) Keluhan Subyektif
a) Timbul nyeri dada yang hebat
b) Sesak nafas
c) Vertigo/pusing
d) Nyeri pada persendian kaki
e) Kelelahan
f) Pasien meminta agar test dihentikan
2) Objektif
a) Respon hipertensi/hipotensi
b) Timbul aritmia yang berarti
c) ST depresi/ST elevasi > 3 mm
d) Timbul tanda-tanda perfusi yang buruk (pucat sianotik,
ekstremitas dingin)
e) Target HR maksimal tercapai
f. Persiapan Tindakan Treadmill Test
1) Persiapan Untuk Pasien
a) Malamnya tidur cukup
b) Sebaiknya 2 jam sebelum dilakukan tindakan tidak boleh
makan
c) Pada pagi harinya sebaiknya jangan olahraga dulu
d) Untuk diagnostik sebaiknya obat-obatan kardiovaskular
(beta blocker) dihentikan sesuai dengan perintah dokter

23
e) Harus membawa surat konsul dari dokter
2) Persiapan Alat
a) Satu set alat treadmill
b) Kertas printer treadmill
c) Emergency troly lengkap dan defibilator
d) Plester
e) Electrode
f) Oksigen
g) Tensimeter dan stetoskop
h) Jelly
i) Alkohol 70% dan kasa non steril
j) Tissue/handuk kecil
k) Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk
treadmill
g. Cara Kerja
1) Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata cara,maksud,
manfaat dan resiko dari treadmill.
2) Menentukan target HR submaximal dan maximal (target HR
max : 220 dikurang umur dan submaximal adalah 85 % dari
target HR max).
3) Pasien menandatangani formulir informed consent.
4) Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu treadmill
yang telah disediakan.
5) Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur
6) Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode
dengan menggunakan kassa alkohol.
7) Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah
ditentukan.
8) Sambungkan dengan kabel treadmill
9) Fiksasi electrode dengan sempurna
10) Masukkan data pasien ke alat treadmill

24
11) Ukur tekanan darah
12) Rekam EKG 12 leads
13) Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai dengan
prosedur.
14) Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah sesuai
dengan prosedur yang sudah ditentukan
15) Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama tets
16) Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit
17) Hentikan test sesuai dengan prosedur
h. Recovery
1) Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test
dihentikan.
2) Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring.
3) Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
4) Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
5) Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit (hingga
gambaran EKG, HR, dan tekanan darah kembali seperti semula).
6) Memberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
7) Lepaskan elektrode dan manset BP.
8) Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien.
9) Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya.
10) Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien
masih beradadalam pengawasan petugas.
D. Apa saja masalah keperawatan pada CAD , Dekompensasi kordis
hipertensi , anemi , gangguan pembuluh darah perifer , DHF
E. Apa saja tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan oksigen :
perekeman EKG , memasang dan memonitor transfuse darah ,
pengambilan darah arteri dan vena , memberikan obat sesuai terapi
 Perekaman EKG
1. Pengertian Elektrokardiogram (EKG)

25
Menurut Yahya (2010) EKG adalah pemeriksaan utama
mendeteksi resiko serangan jantung dan menentukan metode
pengobatan yang tepat. Selain itu EKG juga berfungsi untuk
mendeteksi gangguan irama jantung abnormalitas ukuran ruang
jantung dan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh.
Librianty (2015) EKG adalah prosedur untuk mencatat aktivitas
listril yang terjadi saat jantung berdetak, merekam sinyal elektrik yang
berkaitan dengan aktivitas jantung dan menghasilkan grafil rekaman
tegangan listrik terhadap waktu.
Fahrurrozi (2012) Elektrokardiografi (EKG atau ECG) adalah alat
bantu diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik
jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu.
Yuniawan (2013) Elektrokardiogragm (EKG) adalah salah satu
pemeriksaan laboratorium yang merupakan alat bantu dalam
menegakkan diagnosis penyakit jantungmempunyai nilai diagnostik
pada keadaan klinis berikut: 1) Aritmia jantung, 2) Hipertrofi atrium
dan ventrikel, 3) Iskemia dan infark miokard, 4) Efek obat-obatan-
obatan terutama digitalis dan anti-aritmia, 5) Gangguan keseimbangan
elektrolit khususnya kalium, 6) Penilaian Fungsi pacu jantung.
2. IndikasiPemasangan EKG
Dikutip dari Fahrurrozi (2012) indikator dari pemasangan EKG adalah
sebagai berikut:
a. Pasien dengan kelainan irama jantung
b. Pasien dengan kelainan miokard seperti infark
c. Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
d. Pasien dengan gangguan elektrolit
e. Pasien perikarditis
f. Pasien dengan pembesaran jantung
g. Pasien dengan kelainanPenyakit inflamasi pada jantung.
h. Pasien di ruang ICU

26
3. Sadapan pada EKG
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang
jelas terhadap jantung. Sadapan mesin EKG terbagi menjadi dua:
a. Sadapan bipolar(I,II,III)
Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan
potensial dari 2 elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara
arah vertikal (atas ke bawah dan kesamping.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik
yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang
diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA(left arm),
RA (rightarm), LF(left foot), dan RF(right foot). Dari empat
electrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai
berikut:
1) Sadapan I. Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial
listrik antara RA yang dibuat bermuatan (-) dan LA yang
dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik jantung bergerak ke
sudut 0o(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian
bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I
2) Sadapan II. Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA
yang dibuat bermuatan (-) dan LF yang dibuat bermuatan
(+)sehingga arah listrik bergerak sebesar +60o(sudutnya ke
arah inferior) Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat
dilihat dari sadapan II
3) Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA
yang dibuat bermuatan(-) dan RF yang bermuatan (+)
sehingga listrik bergerak sebesar sudut +120o(sudutnya ke arah
inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat
dilihat oleh sadapan III.

27
Gambar 1. Sadapan Bipolar

b. Sadapan Unipolar
1) Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik
pada satu ekstremitas. Gabungan electrode pada ekstremitas
lain membentuk electrode indifferent(potensial 0). Sadapan ini
diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan
kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar. Vector
dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang
terhadap jantung dalam arah vertical.
a) Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan
antara muatan LA yang dibuat bermuatan (+) dengan RA
dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
kearah -30o(sudutnya kearah lateral kiri). Dengan demikian,
bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.

28
b) Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan
antara muatan LF yang dibuat bermuatan (+) dengan RA
dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak kearah
+90o (tepat kearah inferior). Dengan demikian bagian
inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat
oleh sadapan aVF
c) Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan
antara muatan RA yang dibuat bermuatan (+) dengan LA
dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah
berlawanan dengan arah listrik jantung -150o (arah kanan
ekstrem).

Gambar 2. unipolar ekstremitas

2) Unipolar precordial

29
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensi listrik dengan
electrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode
indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga
elektrode ekstremitas. Sadapan ini memandang jantung secara
horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan
ventrikel sebelah kanan).
Untuk unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas
ke daerah posterior dan ventrikel kanan. Untuk posterior dapat
ditambahkan V7, V8, dan V9, sedangkan untuk ventrikel kanan
dapat dilengkapi dengan V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V6R, V7R,
V8R, V9R.
Penempatan dilakukan berdasarkan urutan kbel-kabel yang
terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor V1-V6.
Sekalipun mesin hanya menyediakan 6 elektrode prekordial,
namun untuk penambahan bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-
V9R dapat digunakan elektrode prekordial manapun sesuai
keinginan, hanya nomor-nomornya diubah secara manual pada
kertas hasil rekaman dengan menggunakan bolpoin/tinta.
Penentuan letak disesuaikan pada urutan sebagai berikut.

Penempatan elektroda
Daerah kiri
V1: Ruang intercostal IV
garis sternal kanan

V2: Ruang intercostal IV


garis sternal kiri

V3: Pertengahan antara V2


dan V3

V4: Ruang interkostal V

30
midclavikula kiri

V5: Sejajar V4 garis aksila


depan

V6: Sejajar V4 garis mid


aksila kiri

Bagian posterior  
V7: Ruang interkostal V garis
aksila posterior kiri

V8: Ruang interkostal V garis


skapula posterior kiri  

V9: Ruang interkostal V


samping kiri tulang belakang
Daerah kanan
V1R diletakkan seperti V1

V2R diletakkan seperti V2.

V3R: Antara V1-V4R

V4R:Ruang interkostal ke-5


garis midklavikula kanan

V5R:Ruang interkostal ke-5


antara V4R-V5R  

V6R: ICS ke-5 garis mid

31
aksila kanan

Sebelum manambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan


prekordial dari V1-V6 dilepas terlebih dulu dari dinding dada.
Selanjutnya, untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan sadapan prekordial
mana pun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).
Letak jantung di lihat dari sadapan

Menurut Sundana, (2008) letak jantunng dilihat dari sedapannya ialah


sebagai berikut:

Daerah Sadapan
jantung
Inferior II, III, dan aVF
Anterior V3, V4
Septal V1, V2
Lateral I, aVL, V5, dan
V6
Posterior V1-V4
resiprokal
Ventrikel V3R-V6R
kanan

4. SOP Pemasangan EKG


Dikutip dari Arif (2015) standar opererasional Prosedur pemasangan
EKG dijabarkan sebagai berikut:

Persiapan alat Set mesin EKG

Kabel untuk sumber listrik

Kabel elektrode ekstremitas dan dada

32
Plat elektrode

Balon pengisal elektrode dada

Jelly

bengkok

Tissue

Kertas EKG
Prosedur kerja 1. Tahap pra interaksi
a. Cek catatan keperawatan
b. Siapkan alat-alat
c. Cuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
b. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan klien
dan keluarga.
3. Tahap kerja
a. Dekatkan alat-alat dengan klien
b. Pasang elektrode ekstremitas atas pada pergelangan
tangan kanan (merah) dan kiri (kuning) searah dengan
telapak tangan
c. Pasang elektrode ekstremitas bawah pada
pergelangan kaki kanan (hitam) dan kiri (hijau) sebelah
dalam
d. Pasang elektrode pada daerah dada sebagai berikut :
V1 : sela iga ke 4 pada garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : diantara V2 dan V4

33
V4 : sela iga ke 5 pada midclavicula kiri
V5 : garis axila anterior (diantara V4 dan V6)
V6 : mid axila sejajar dengan V4
e. Hidupkan mesin EKG
f. Periksa kembali standarisasi dari EKG meliputi
kaliberasi dan kecepatan
g. Lakukan pencatatan identitas klien melalui mesin
EKG
h. Lakukan perekaman sesuai dengan permintaan
i. Matikan mesin EKG

 Memasang dan memonitor transfuse darah , pengambilan


darah arteri dan vena , memberikan obat sesuai terapi
Menurut Keniten (2015) dalam kegiatan pengumpulan sampel darah
dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah.
Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu: melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture)
dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan
venipuncture.
1. Pengambilan Darah Vena
Keniten (2015) menyebutkan pada pengambilan darah vena
(venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median
cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica
atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada
vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena
cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka

34
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan sangat hati-hati dan dengan
jarum yang ukurannya kecil.
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa
cubiti, pada bayi vena jugularis superficialis dapat dipakai atau juga
darah dari sinus sagittalis superior. Menurut Afrianzah (2015) agar
dapat diperoleh spesimen darah yang syarat uji laboratorium, maka
pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari
persiapan, pemilihan jenis koagulan, pemilihan letak vena, tekhnik
pengambilan sampai dengan pelabelan sampel.
a. Tujuan
Beberapa tujuan dari pengambilan darah vena (Keniten, 2015):
1) Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi
syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2) Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi,
needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun
penderita.
3) Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan
darah (phlebotomy)
b. Lokasi yang Tidak Diperbolehkan
Lokasi yang tidak boleh diambil darah (Keniten, 2015):
1) Lengan pada sisi mastectomy
2) Daerah edema
3) Hematoma
4) Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
5) Daerah bekas luka
6) Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
7) Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah di daerah ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan
atau menurunkan kadar zat tertentu.
c. Hal Penting yang Harus Diperhatikan

35
Menurut Keniten (2015) ada beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah:
1) Pemasangan turniket (tali pembendung)
a) Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat
menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai
hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan substrat (protein
total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
b) Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan
hematoma
2) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke tabung dan merusak sel darah
merah.
3) Penusukan
a) Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya
cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di
samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma.
b) Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
c) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan
hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar
dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan
penusukan.

Sedangkan, menurut (Afrianzah 2015) hal-hal yang perlu


diperhatikan pada pengambilan darah vena adalah:

1) Lepas tutup jarum secara perlahan, jangan sampai ujung jarum


menyentuh tutupnya, sebab jarum dapat tumpul.
2) Pada Vacutainer pemasangan tabung vakum pada holder harus kuat,
dengan cara ibu jari kanan mendorong tabung sedangkan jari telunjuk

36
dan jari tengah kanan tertumpu pada kedua sisi holder, ibu jari tangan
kiri memegang holder dengan sedikit menekan agar holder tidak
bergerak.
3) Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan
mengenai apa yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya.
4) Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru sukar digunakan.
5) Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam,
usaha coba-coba dilarang untuk dilakukan.
6) Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat
mengakibatkan hemokonsentrasi setempat.
7) Hematoma, yaitu keluarnya darah di bawah kulit dalam jaringan pada
kulit di sekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru dan terasa nyeri,
perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa
menit atau beberapa hari sampai sakitnya hilang.
d. Langkah – Langkah
Menurut Keniten (2015) ada dua cara dalam pengambilan
darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan
cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
1) Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah
tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang
sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan
terkecil adalah: 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah
dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur:

37
a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : handscoon, syring, perlak,
kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung dan
pendokumentasian. Untuk pemilihan syring, pilihlah
ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil,
pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang
dengan erat.

b) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan


pasien senyaman mungkin (Fase Orientasi).

c) Identifikasi pasien dengan benar sesuai data di lembar permintaan.

d) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.


Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

e) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak


melakukan aktifitas.

f) Minta pasien mengepalkan tangan.

g) Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat


siku.

h) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan


(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah
pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas


alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.

38
j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk
ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.

k) Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta


pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil
kira-kira 3 kali jumlah serum/plasma yang diperlukan pemeriksaan.

l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.


Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

m)Rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian

2) Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum


Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung
ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca/plastik.
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke
tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah
tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior
digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari
karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah
holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada
jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak
perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup
sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara

39
bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan
tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien
langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media
biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan
sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil,
bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan atau jika pasien gemuk.
Untuk mengatasi ini dapat gunakan jarum bersayap (winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu”
hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas.
Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua
buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang
menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat
mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).
Prosedur:
a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan: handscoon, jarum, kapas
alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum,
pendokumentasian.

b) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

c) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan


pasien senyaman mungkin.

d) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar


permintaan.

e) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.


Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

f) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak


melakukan aktifitas.

40
g) Minta pasien mengepalkan tangan.

h) Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat


siku.

i) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan


perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan.

j) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas


alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.

k) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke


atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga
jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti
mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung
pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.

l) Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.


Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.

m)Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik


jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira
15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

n) Segera rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian.

41
3) Menampung Darah dalam Tabung
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek
laboratorium klinik adalah sebagai berikut:
a) Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive,
darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan
pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)

b) Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum


separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel
darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel
dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi

c) Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator


(plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium
heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas
gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan
pemeriksaan kimia darah.

d) Tabung tutup ungu/lavender. Tabung ini berisi EDTA.


Digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah
(crossmatch).

e) Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya


digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)

f) Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium/lithium heparin,


digunakan pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.

g) Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas
logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element
(zink, copper, mercury) dan toksikologi.

42
h) Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride
dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

i) Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk


pemeriksaan LED (ESR).

j) Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk


pemeriksaan imunohematologi.

k) Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk


pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.

l) Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi


media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi -
aerob, anaerob dan jamur.

e. Hal Penting Dalam Menampung Sampel Darah


Ada beberapa hal penting dalam menampung sampel darah
(Keniten, 2015):
1) Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam
tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah
perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah
dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum,
berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke
dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup
tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika
volume telah terpenuhi.

2) Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan


cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan
tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi
menyebabkan hemolisis.

43
3) Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum
adalah: pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup
kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga -
tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup
merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator,
tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau
(heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat).

2. Pengambilan Darah Arteri


Menurut Keniten (2015) pengambilan darah arteri adalah suatu
tindakan untuk mengambil darah arteri yaitu pembuluh darah yang
berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku. Sedangkan
analisa gas darah adalah prosedur untuk menilai tekanan parsial
oksigen, karbondioksida dan pH (konsentrasi ion hydrogen) di darah
arteri. Mengambil sampel darah arteri membutuhkan suntikan
perkutan pada arteri brachialis, radial atau femoralis. Juga bisa
didapatkan dari arterial line.
Menurut Afrianzah (2015) arteri puncture adalah suatu metode
pengambilan darah yang melalui pembuluh darah arteri. Pengambilan
darah arteri melalui pungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah
yang berhubungan dengan fungsi respirasi dan metabolisme.
a. Tujuan
Pengambilan darah arteri bertujuan untuk (Afrianzah, 2015):
1) Mengetahui keadaan dan metabolisme sel.
2) Efisiensi pertukaran dan .
3) Kemampuan HB dalam mengangkut dan .
4) Tingkat tekanan dalam darah arteri.
Sedangkan menurut Keniten (2015) mengatakan
pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi

44
penyakit pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi seberapa
efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan
mengeleminasi karbondioksida dari darah.
1) Tekanan parsial oksigen (PO2) normal: 75-100 mmHg, biasanya
menurun sesuai pertambahan usia
2) Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal: 35-45 mmHg
3) pH normal: 7,35-7,45
4) Saturasi oksigen (SaO2): 94-100%
5) Kandungan oksigen (O2CT): 15-23 volume%
6) Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-): 22-26 millimols per liter
(mEq/liter)

Perubahan pH disebabkan oleh:

1) Fungsi pernafasan abnormal.


2) Fungsi ginjal abnormal.
3) Jumlah asam atau basa yang berlebihan.
b. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi
Menurut Keniten (2015) indikasi pada pasien dengan
penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes
Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis
diabetic.Kontraindikasi pada pasien dengan penyakit perdarahan
seperti hemofilia dan trombosit rendah.
Komplikasi pengambilan darah arteri akan minimal terjadi
jika dilakukan dengan benar. Namun dapat terjadi perdarahan atau
perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan jarum atau
yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan.
c. Peralatan
Menurut Keniten (2015), peralatan yang diperlukan dalam
melakukan AGD adalah:
1) AGD kit:

45
a) Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan
digunakan untuk analisa gas darah.
b) Jarum 20 G 1 ¼ “
c) Jarum 22 G 1”
d) 1 ml ampul carian heparin (1:1000)
2) Sarung tangan
3) Spuit 5 ml dan 10 ml
4) Alcohol or poviodine-iodine pad
5) 4x4 gauze pads
6) Penutup karet untuk spuit
7) Tas plastik atau wadah berisi es
8) Label
9) Format permintaan laboratorium

Banyak fasilitas kesehatan yang menggunakan AGD kit


yang terdiri atas semua yang dibutuhkan untuk melakukan
prosedur ini termasuk tempat yang sudah berisi es untuk
membawa sampel ke laboratorium. Namun jika tidak ada,
gunakan basin emesis yang bersih dan mangkuk styrofoam
untuk meletakkan es didalamnya, atau tas plastik untuk
membawa sampel ke lab.

d. Lokasi Pengambilan Darah Arteri


Menurut Keniten (2015) mengidentifikasi arteri untuk
pengambilan sampel. Arteri yang paling sering untuk pengambilan
sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri
femoralis. Dari ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang
paling disukai karena tiga faktor utama:
1) Mudah untuk mengakses,
2) Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih
mudah untuk diraba, stabil, dan mudak ditusuk, dan

46
3) Memiliki jaminan aliran darah.
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau
menjadi terhambat, arteri ulnaris akan memasok darah ke
jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial. Untuk menilai
arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen
dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai
berikut
1) Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan
dengan menekan di kedua pembuluh darah di pergelangan
tangan.
2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan
melepaskannya sampai kulit terlihat pucat.
3) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi
arteri radial. Perhatikan kembalinya warna kulit dalam
waktu 15 detik
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan
dan arteri radial tidak dapat diakses, maka arteri brakialis
dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena
lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada
pembuluh darah besar terletak di dekat arteri brakialis.
Selain itu, saraf medial terletak sejajar dengan arteri
brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda
secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
Arteri femoralis adalahareasampling
arteriyangpaling tidak disukai karena merupakan arteri
relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis
dan vena, dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan
dari arteri femoralis biasanya digunakan untuk situasi
muncul atau untuk pasien hipotensi parah yang memiliki
perfusi perifer yang buruk.

47
e. Prosedur Tindakan
Menurut Keniten (2015) prosedur tindakan pengambilan darah
arteri adalah:
1) Cek identitas pasien. Beritahu pasien bahwa anda akan
melakukan pengambilan sampel AGD dan jelaskan tujuan
serta prosedurnya. Beritahukan spesimen akan diambil dari
arteri, jaga privasi klien, dan atur posisi klien dalam posisi
supinasi/semi fowler.
2) Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan nama pasien,
nomor ruangan, nama dokter, tanggal dan waktu
pengambilan, inisial pelaksana AGD. Beri heparin pada
spuit.
3) Lakukan cuci tangan dan pakai handscoon untuk
meminimalkan penyebaran mikroorganisme.
4) Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas alkohol.
Tangan klien harus ditekuk sedikit atau letakkan handuk
kecil yang digulung di bawah pergelangan tangan. Hal ini
membawa arteri radial lebih dekat ke permukaan. Ekstensi
berlebihan pada pergelangan tangan harus dihindari karena
dapat menutup jalan denyut nadi.
5) Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah. Setelah
menemukan denyutan terkuat, sedikit fiksasi arteri dengan
telunjuk dan jari tengah. Hal ini akan mencegah arteri
berubah posisi ketika dilakukan tusukan.
6) Suntikan harus dengan sudut 45°/kurang di tangan
berlawanan, seperti memegang pensil atau sebuah anak
panah. Penempatan paralel dekat jarum tersebut akan
meminimalkan trauma arteri dan memungkinkan serat otot
polos untuk menutup lubang tusukan setelah jarum ditarik.
7) Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum
mengarah ke atas, masukkan jarum ke tepat di bawah

48
permukaan kulit. Sekarang dorong jarum perlahan-lahan
sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat jarum.
Berhenti dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4
cc darah dalam alat suntik.
8) Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai
mengalir darah ke jarum suntik. Seharusnya tidak perluada
aspirasi darah ke jarum suntik sebab tekanan arteri akan
mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam jika digunakan
jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien
hipotensi, sebaiknya dilakukan aspirasi jarum suntik.
9) Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik
jarum dan terapkan tekanan ke area tusukan dengan ukuran
4 × 4. Setelah tekanan diterapkan selama 2 menit, periksa
area untuk perdarahan, aliran, atau rembesan darah. Jika
ada, terapkan tekanan sampai pendarahan terhenti. Waktu
kompresi lama akan diperlukan untuk pasien pada terapi
antikoagulan atau yang memiliki gangguan perdarahan.
10) Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak boleh
disumbat, bengkok, atau sengaja dirusak karena bahaya
tusukan diri. Semua jarum harus ditempatkan dalam wadah
tahan tusukan (umumnya dikenal sebagai wadah benda
tajam).
11) Sangat penting bahwa gelembung udara yang dikeluarkan
dari spuit gas darah karena dapat mengubah hasil gas darah.
Pegang jarum suntik tegak lurus dan tekan jarum suntik
dengan lembut sehingga gelembung udara naik ke bagian
atas jarum suntik sehingga dapat dikeluarkan.
12) Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es
(mendinginkan sampel akan mencegah metabolisme lebih
lanjut dari darah). Pasang slip laboratorium untuk tas, dan

49
bawa sampel ke laboratorium. Jika akan menganalisis
sampel, harus dilakukan sesegera mungkin.
13) Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan untuk
mencegah penyebaran mikroorganisme dan lakukan
pendokumentasian.
f. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Tindakan AGD
(Keniten, 2015)
1) Pasien menerima oksigen, pastikan terapi oksigen telah berjalan
sekurangnya 15 menit sebelum mengambil gas darah.
Indikasikan pada slip lab, jumlah dan tipe terapi oksigen yang
diterima pasien. Catat suhu pasien, level Hb, dan RR terbaru.
Jika pasien memakai ventilator mekanik, catat fraksi inspirasi
oksigen dan tidal volume.
2) Pasien tidak memakai O2, indikasikan jika pasien bernafas
dengan udara ruangan.
3) Pasien baru saja memakai nebulizer, tunggu hingga 20 menit
sebelum mengambil sampel. Konsentrasi oksigen harus tetap
konstan selama 20 menit sebelum pengambilan sampel.
4) Jika order secara spesifik tanpa oksigen, maka matikan gas
selama 20 menit sebelum pengambilan sampel agar hasilnya
akurat.
5) Saat menarik spuit untuk mengambil sampel, jika ada tahanan.
Ubah posisi ekstremitas yang dilakukan tindakan dan cek area
tusukan. Lanjutkan pengambilan darah, jika masih ada tahanan,
beritahu dokter.
6) Jika spesimen yang diambil gelap, darah yang gelap artinya
mungkin vena telah terakses, atau darah sangat kurang oksigen.
Pastikan dari mana specimen diambil apakah dari arterial line.
Juga cek level saturasi oksigen untuk mengevaluasi hipoksemia.
Pastikan bahwa arterilah yang telah ditusuk sebelum membawa
sampel ke lab.

50
7) Sampel tidak akan diterima oleh laboratorium kecuali jarum
suntik diberi label, kantong es diberi label, dan permintaan
selesai. Untuk dianggap lengkap, permintaan harus berisi nama
pasien, nomor pendaftaran, tanggal lahir atau usia, pemesanan
dokter, waktu ditarik, F1O2 dan suhu pasien.
F. Melaksanakanevaluasi kebutuhan oksigen

51
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anamnesa gangguan sistem pernafasan mengandung aspek penting
dalam mengevaluasi kesehatan klien, yaitu riwayat kesehatan, keluhan
utama, riwayat kesehatan masa lalu, serta riwayat psikososial. Sedangkan
anamnesa gangguan sistem kardiovaskuler keluhan utama penyakit pada
sistem kardiovaskuler adalah sesak napas, nyeri dada, palpitasi dan
claudication.
EKG adalah pemeriksaan utama mendeteksi resiko serangan
jantung dan menentukan metode pengobatan yang tepat.
Elektrokardiogragm (EKG) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit
jantungmempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis berikut: 1)
Aritmia jantung, 2) Hipertrofi atrium dan ventrikel, 3) Iskemia dan infark
miokard, 4) Efek obat-obatan-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia, 5)
Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium, 6) Penilaian Fungsi
pacu jantung.
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu: melalui
tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan
arteri atau nadi. Sedangkan pemeriksaan fisik oksigenasi dan
kardiovaskular dapat dilakukan melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan
aukultasi.
Echocardiography adalah salah satu teknik pemeriksaan diagnostik
yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk

52
memvisualisasikan gambaran struktur dan fungsi jantung di layar monitor.
Echocardiography akan dapat mengindentifikasi berbagai kelain struktrur
jantung termasuk kelainan katup dan beberapa kebocoran (defek) di sekat-
sekat jantung
Sedangkan treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara
memberikan stress fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas
kardiovaskuler yang tidak ditemukan pada saat istirahat.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I. Dan penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan
ini dikembangkan lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-
tulisan sejarah yang bermutu. Demikianlah makalah ini penulis
persembahkan, semoga dapat bermanfaat.

53
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Syaiful. 2015. Cara Pemasangan EKG. (Online) Dikutip dari


https://dokumen.tips/documents/cara-pemasangan-ekg-55b4fa3c11535.html.
Diakses pada 10 September 2017

Afrianzah. 2015. Pengambilan Darah Arteri dan Vena. (Online). Dikutip dari
https://id.scribd.com/document/269764997/Pengambilan-Darah-Arteri-Dan-Vena.
Diakses pada 8 September 2017

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Cahyani, R. Aprilia. 2012. Asuhan Keperawaan pada Pasien Gangguan Sistem


Pernapasan. [Online] Available at: hhtp://rifaaprilia-fkp11.web.unair.ac.id
(Diakses pada 10 Agustus 2017)

Fausia, D.P. 2011. Makalah Echocardiograpy. Tersedia di: unhas.ac.id (Diakses


pada: 9 September 2017).

Froelicher, F.V and Myers N.J. 2007. Manual of Exercise Testing Third Edition.
Mosby.

Fahrurrozi, Imam. 2012. Satuan Acuan Pembelajaran Prosedur Pemasangan


ECG. (Online) Dikutip dari http://imamfahrurrozi-fkp11.web.unair.ac.id. Diakses
pada 10 September 2017

Herliani, R. 2015. Echocardiography. Tersedia: www.scribd.com (Diakses pada:


9 September 2017).

54
Keniten, N. 2015. Pengambilan Specimen Darah. (Online). Dikutip dari
https://id.scribd.com. Diakses pada 8 September 2017

Lasantha.2011. Anamnesa dan pemeriksaan fisik kardivaskuler. [online].


Availabel at www.academiaedu. Diakses pada 9 Agustus 2017

Librianti, Nurfania. 2015. Panduan Mandiri Melacak Penyakit+ Menanganninya


Sejak Dini. Jakarta:Lintas Kata

Sundana, K. 2008. Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat. EGC : Jakarta.

55

Anda mungkin juga menyukai