Anda di halaman 1dari 36

PEMERIKSAAN UMUM FISIOTERAPI

KARDIOVASKULA DAN SISTEM RESPIRASI

OLEH :
TRIANA PUTRI
(PO713241181044)
DIII FISIOTERAPI TK.2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatu.

Puji syukur yang dalam penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini sesuai
yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang
telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah FT Kardiovaskular
Pulmonal. Pembuatan makalah ini diperlukan supaya penulis dan pembaca dapat memahami dan
mengkaji tentang pemeriksaan umum fisioterapi kardiovaskular dan respirasi.

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam kami sampaikan kepada:

 Bapak Muhammad Rusli S.Pd,S.ST,Ft,M.MKes yang telah membimbing kami dalam


mata kuliah FT Kardiovaskular Pulmonal.
 Rekan-Rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini.

Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
pengembangn makalah ini selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Makassar, 30 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam proses
pembangunan di bidang kesehatan. Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pembangunan
kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal (Riasmini, 2006).
Fisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (KepMenKes
No.376/MENKES/SK/II/III/2007).
Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan
pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber
energi dan karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolis aktif dan
membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001).
Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian penghantar udara dan
bagian yang berperan sebagai tempat pertukaran gas. Bagian penghantar udara terdiri dari
hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan bronkioli. Bagian pertukaran gas terdiri dari
bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007). Fungsi pernapasan
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, umur, jenis kelamin, tinggi, berat, dan ras (Guyton,
2007).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja data umum yang diperlukan dalam pemeriksaan fisiterapi?
b. Apa observasi/inspeksi dalam pemeriksaan?
c. Apa jenis palpasi yang dilakukan dalam pemeriksaan kardiovaskular dan respirasi?
d. Apa yang dimaksud perkussi?
e. Bagaimana itu Auskultasi?
f. Apa saja toleransi latihan pada pemeriksaan ?
g. Bagaimana saja tes fungsi paru?
h. Bagaimana graduated exercise
i. Kapan klasifikasi exercise AHA-Grade IV-Grade I?
j. Bagaimana table exercise AHA-Grade IV-Grade I?
k. Bagaimana penggunaan VAS pada Dyspnea?
l. Apa skala borg?
m. Bagaimana gambaran pemeriksaan EKG?
n. Bagaimana Pemeriksaan penyakit arteri?
o. Bagaimana pemeriksaan penyakit vena?
p. Bagaimana Tes Burger-Allen Exercise?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui data umum yang diperlukan dalam pemeriksaan fisioterapi.
b. Mengetahui observasi/inspeksi dalam pemeriksaan.
c. Mengetahui jenis palpasi yang dilakukan dalam pemeriksaan kardiovaskular dan respirasi
d. Mengetahui yang dimaksud perkussi
e. Mengetahui itu Auskultasi
f. Mengetahui oleransi latihan pada pemeriksaan
g. Mengetahui tes fungsi paru
h. Mengetahui graduated exercise
i. Mengetahui klasifikasi exercise AHA-Grade IV-Grade I
j. Mengetahui table exercise AHA-Grade IV-Grade I
k. Mengetahui penggunaan VAS pada Dyspnea
l. Mengetahui skala borg
m. Mengetahui gambaran pemeriksaan EKG
n. Mengetahui Pemeriksaan penyakit arteri
o. Mengetahui pemeriksaan penyakit vena
p. Mengetahui Tes Burger-Allen Exercise
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Umum
Anamnesis merupakan suatu pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara
terapis dengan sumber data, dimana dengan dilakukannya tanya jawab diharapkan akan
memperoleh informasi tentang penyakit dan keluhan yang dirasakan oleh sumber data.
Anamnesis terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Anamnesis Umum
Anamnesis dapat dilakukan melalui pasien atau keluarganya, tentang identitas berupa
nama, umur, agama, pekerjaan.
b) Anamnesis khusus
Berisi tentang keluhan pasien, riwayat medis,gangguan keterbatasanfungsional ,iwayat
social.
2.2 Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan, dimana pemeriksaan tersebut memlihat
pasien secara langsung dan mengidentifikasi tanda – tanda dari keluhan yang.
a. Inspreksi pada respirasi
1) Tingkat kesadaran
Inspeksi tingkat kesadaran beru[pa responsive pasien, apakah pasien lesu dan apak
pasien masih sadar atu tidak. Perubahan tingkat kesadaran dapat terjadi  hypercarbiac
(PCO2 meningkat ) atau Hypoxic (PO2 menurun).
2) Warna
Perhatikan apakah terjadi syanosis perifer (kuku), dan sentral (bibir) dan sianosis
terjadi akibat hypoxia.
3) Wajah
Perhatikan ekspresi wajah, apakah menunjukkan stress atau kelemahan dan tanda
kelelahan respirasi, keringat dan dilatasi pupil.
4) Leher
Perhatikan selamainspirasi, apakah ada kontraksi aksesori otot  inspirasi
yaitu M. sternocleidomastoideus,dan apakah supraklavikula retraksi?
5) Bentuk dada
Dari posisi garis tengah belakang pasien, perhatikan bentuk dada dan bagaimana
pergerakan dada.
Deformasi chest :
 Barrel chest
Sirkumferensia upper chest lebih besar dari lower chest, sternum menonjol
keluar dan diameter anteroposterior chest lebih besar dari norma umumnya
kibat pasien COPD yang bernafas dengan upper chest.
 Pectus excavatum (funnel chest)
Bagian lower sternum tertekan kedalam di ikuti oleh lower costa yang
melebar keluar (samping). Hal ini akibat pasien bernafas dengan diagrafma,
abdominal menonjol keluar dengan gerakan upper chest yang kecil selama
respirasi.
 Pectus carinatum (pigeon Breast)
Disebut juga dada burung, diameter upper chest bertambah sternum bengkok
dan menonjol keluar (anterior).
6) Simetris postur
Observasi dari anterior, posterior dan lateral dan catat deformasi misalnya scoliosis
dan kyphosis, apakah menghambat gerakan rib.
b. Inspeksi Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dada terutama untuk mencari adanya asimetri bentuk dada. Adanya
asimetri bentuk rongga dada dapat menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal dalam
jangka panjang. Asimetri dada dapat diakibatkan oleh penyebab yang sama dengan
penyebab kelainan jantung (misalnya prolaps katup mitral, gangguan katup aorta pada
sindroma Marfan dan sebagainya) atau menjadi akibat dari adanya kelainan jantung
akibat aktifitas jantung yang mencolok semasa pertumbuhan.
Kelainan dada akibat penyakit kardiovaskuler dapat berbentuk :
 Kifosis : tulang belakang berdeviasi pada kurvatura lateral. Sering terjadi pada
kelainan jantung, misalnya ASD (Atrial Septal Defect) atau PDA (Patent Ductus
Arteriosus). Sering disertai dengan perubahan membusur ke belakang (kifoskoliosis),
yang mempersempit rongga paru dan merubah anatomi jantung.
 Voussure cardiaque : penonjolan bagian depan hemitoraks kiri. Hampir selalu
terdapat pada kelainan jantung bawaan atau karena demam rematik, terutama
berkaitan dengan aktifitas jantung yang berlebihan pada masa pertumbuhan. Inspeksi
juga berguna untuk mencari iktus kordis (punctum maximum). Pada sebagian besar
orang normal (20-25%) dapat dilihat pulsus gerakan apeks menyentuh dinding dada
saat sistolik pada sela iga 5 di sebelah medial linea midklavikularis sinistra. Bila
terjadi pembesaran jantung iktus kordis dapat tampak bergeser dari posisi normal.
Disamping itu pada inspeksi dapat dilaporkan ada tidaknya jaringan parut paska
operasi jantung

2.3 Palpasi
Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada inspeksi) dan
mengkonfirmasi karakteristik iktus kordis. Palpasi dilakukan dengan cara : meletakkan
permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari II, II dan IV atau dengan
meletakkan sisi medial tangan, terutama pada palpasi untuk meraba thrill. Identifikasi BJ1
dan BJ2 pada iktus kordis dilakukan dengan memberikan tekanan ringan pada iktus. Bila
iktus tidak teraba pada posisi terlentang, mintalah pasien untuk berbaring sedikit miring ke
kiri (posisi left lateral decubitus) dan kembali lakukan palpasi. Jika iktus tetap belum teraba,
mintalah pasien untuk inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian menahan nafas sebentar.
Pada saat memeriksa pasien wanita, mammae akan menghalangi pemeriksaan palpasi.
Sisihkan mammae ke arah atas atau lateral, mintalah bantuan tangan pasien bila perlu.

Pemeriksaan Palpasi Iktus Kordis (posisi left lateral decubitus)


Palpasi untuk Menilai Karakteristik Iktus Kordis
Setelah iktus ditemukan, karakteristik iktus dinilai dengan menggunakan ujungujung
jari dan kemudian dengan 1 ujung jari. Pada beberapa keadaan fisiologis tertentu, iktus dapat
tidak teraba, misalnya pada obesitas, otot dinding dada tebal, diameter anteroposterior
kavum thorax lebar atau bila iktus tersembunyi di belakang kosta. Pada keadaan normal
hanya impuls dari apeks yang dapat diraba. Pada keadaan hiperaktif denyutan apeks lebih
mencolok. Apeks dan ventrikel kiri biasanya bergeser ke lateral karena adanya pembesaran
jantung atau dorongan dari paru (misalnya pada pneumotorak sinistra).

2.4 Perkusi
Pengertian perkusi dalam kesehatan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dengan cara memukul atau mengetuk bagian tubuh pasien dengan menggunakan jari atau
tangan.dari pukulan yang dilakukan akan menghasilkan bunyi getaran atau gelombang suara
yang dapat menunjukan bentuk,ukuran,lokasi,serta kepadatan struktur dibawah kulit pada
bagian yang dipukul. Dalam melakukan pemeriksaan dengan cara perkusi kondisi pasien
harus dalam keadaan rilex. Pasien dapat diposisikan berbaring, duduk, ataupun
berdiri,tergantung bagian yang yakan diperiksan.
Untuk meningkatjkan relaksasi otot, minta pasien untuk mengambil napas yang
dalam.Dan yang terakhir kuku jari dokter atau pemeriksa harus dalam keadaan pendek agar
tidsk berisiko melukai pasien.selain itu tangan pemeriksa juga harus hangat dan
kering.Setelah itu pemeriksan baru dapat dilakukan.Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
yang optimal perkusi harus dilakukan dengan cara seksama dan sistematis.Ada dus metode
yang dapat digunakan dalam melakukan pemeriksaan dengan cara perkusi yaitu metode
langsung mengetuk atau memukul jari tangan ke bagian tubuh pasien.biasanya dengan satu
atau dua ujung jari.
Perkusi dengan metode tidak langsung dilakukan dengan beberapa tahap.Pertama
dengan lembut jari tengah tangan kiri (tangan yang tidak dominal)di atas permukaan
tubuh.Usahakan jari-jari lain dan telapak tangan tidak ikut menempel.Kemudian ketuk
persendian menggunakan ujung jari tengah tangan kanan(tangan yang dominan).Ketuk atau
pukul harus dilakukan dengan cepat dan tajam.Saat melakukan ketukan atau pukulan lengan
tidak boleh bergerak dan pergelangan tangan harus rileks.Pukulan atau ketukan yang
diberikan harus dengan ketukan yang sama pada setiap area tubuh.Kemudian bunyi yang
dihasilkan dapat dibandingkan apakah normal atau ada gangguan.
Perkusi berguna untuk menetapkan batas jantung, terutama pada pembesaran jantung.
 Perkusi batas kiri redam jantung. LBCD (Left Border Of Cardiac Dullness) dilakukan
dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan 3. LBCD terdapat kurang lebih 1-2
cm di sebelah medial linea midklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke medial pada sela iga
4 dan 3.
 Batas kanan redam jantung. RBCD (right border of cardiac dullness) dilakukan dengan
perkusi bagian lateral kanan dari sternum. Pada keadaan normal RBCD akan berada di
medial batas dalam sternum. Kepekakan RBCD diluar batas kanan sternum
mencerminkan adanya bagian jantung yang membesar atau bergeser ke kanan. Penentuan
adanya pembesaran jantung harus ditentukan dari RBCD maupun LBCD. Kepekakan di
daerah dibawah sternum (retrosternal dullness) biasanya mempunyai lebar kurang lebih 6
cm pada orang dewasa. Jika lebih lebar, harus dipikirkan kemungkinan adanya massa
retrosternal. Pada wanita, kesulitan akan terjadi dengan mammae yang besar, dalam hal
ini perkusi dilakukan setelah menyingkirkan kelenjar mammae dari area perkusi dengan
bantuan tangan pasien.
2.5 Aulkultasi
Aulkultasi adalah suatu tekhnik pemeriksaaan dengan mendengar bunyi nafas
menggunakan stateskop untuk evaluasi paru-paru.
a. Bunyi nafas normal dan abnormal terjadi akibat gerakan udara pada dinding airway (jalan
nafas) selama inspirasi dan ekspirasi(sistem respirasi)
b. Bunyi nafas diidentifikasikan untuk mengetahui :
 Area paru-paru yang mengalami hambatan berat dan area letak sputum untuk
menentukan posisi  postural  darainase akan dilakukan.
 Untuk menentukan apakah postural drainase efektif atau tidak
 Untuk menentukan apakah paru-paru telah bersih ayau belum dan apakaah postural
drainase dilanjutkan atau dihentikan.
c. Prosedur
 Posisi pasien duduk comfortable dan rileksasi lalu memakai stateskop, dan
tempatkan  stateskop  langsung diatas kulit anterior dan posterior  dinding dada
pasien.
 Stateskop digerakkan dengan pola simetris (S) pada dinding dada anterior  dan
posterior lalu posisi lateral dinding dada setinggi T2,T6,T10.
 Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu ekspirasi melalui  mulut
beberapa kali dan bersamaan dengan itu terapis menggerakkan statskop pada tiap
titik pada dinding dada anterior dan posterior.
 Evealuasi: catat kualitas dan intensitas bunyi akhir pernafasab apakah normal atau
abnormal.
d. Bunyi nafas normal diklasifikasikan bergantung pada Tracheal, bising dan keras yang
terdengar hanya diatas trakea dengan kualitas bunyi saat inspirasi dan ekspirasi.
Auskultasi dimulai dengan meletakkan stetoskop pada sela iga II kanan di dekat
sternum, sepanjang tepi kiri sternum dari sela iga II sampai V dan di apeks. Bagian
diafragma stetoskop dipergunakan untuk auskultasi bunyi jantung dengan nada tinggi seperti
BJ1 dan BJ2, bising dari regurgitasi aorta dan mitral serta bising gesek perikardium. Bagian
mangkuk stetoskop (bell) yang diletakkan dengan tekanan ringan lebih sensitif untuk suara-
suara dengan nada rendah seperti BJ3 dan BJ4 serta bising pada stenosis mitral. Letakkan
bagian mangkuk stetostop pada apeks lalu berpindah ke medial sepanjang tepi sternum ke
arah atas.
Cara askultasi :
1) Lakukan auskultasi di seluruh prekordium dengan posisi pasien terlentang.
2) Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus) sehingga ventrikel kiri lebih dekat
ke permukaan dinding dada.
3) Tempatkan bagian mangkuk dari stetoskop di daerah impuls apeks (iktus)
4) Posisi ini membuat bising-bising area katub mitral (misalnya pada stenosis mitral) dan
bunyi jantung akibat kelainan bagian kiri jantung (misalnya BJ3 dan BJ4) lebih jelas
terdengar.

Teknik Auskultasi pada Posisi Left Lateral Decubitus


5) Pasien diminta untuk duduk dengan sedikit membungkuk ke depan

Teknik Auskultasi dengan Posisi Duduk dengan Sedikit Membungkuk ke Depan


6) Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian sejenak
menahan nafas.
7) Bagian diafragma dari stetoskop diletakkan pada permukaan auskultasi dengan tekanan
ringan.
8) Lakukan auskultasi di sepanjang tepi sternum sisi kiri dan di apeks, dengan secara
periodik memberi kesempatan pasien untuk mengambil nafas.
9) Posisi ini membuat bising-bising yang berasal dari daerah aorta lebih jelas terdengar.

2.6 Toleransi Latihan (Exercise)


Saat digunakan secara teratur untuk berbagai aktivitas, jumlah total serat otot rangka
biasanya tidak meningkat. Namun, karakteristik dari otot tersebut dapat mengalami
adaptasi.Dalam olahraga, kita mengenal beberapa tipe latihan antara lain yang bersifat
aerobik dan kekuatan atau strength. Dalam kedua jenis latihan ini, terdapat perbedaan dalam
mekanisme fisiologi yang mendasarinya. Olahraga yang bersifat aerobik
atau endurance yang dilakukan berulang secara teratur dapat bermanfaat dalam
meningkatkan suplai darah kaya oksigen ke otot-otot rangka. Oksigen tersebut penting untuk
respirasi seluler secara aerob. Yang termasuk dalam olahraga atau latihan aerobik adalah
berenang, joging atau senam aerobik. Olahraga aerobik membantu dalam membangun daya
tahan otot untuk melakukan aktivitas berkepanjangan.
Olahraga aerobik seperti lari atau berenang dapat menyebabkan perubahan secara
bertahap beberapa serat glikolitik cepat menjadi serat oksidatif-glikolitik cepat. Sistem
kardiovaskular dan respirasi juga dapat mengalami peningkatan kualitas sehingga suplai
oksigen dan nutrisi ke otot juga semakin baik. Hanya saja, memang massa otot tidak
mengalami peningkatan.
Untuk bisa mendapatkan manfaat dari olahraga aerobik ini, orang dewasa disarankan
dapat melakukan aktifitas dengan intensitas menengah selama kurang lebih 30 menit secara
akumulatif. Dalam artian adalah 30 menit tersebut dapat dibagi menjadi beberapa sesi seperti
10-15 menit di pagi hari, siang hari dan malam hari. Aktifitas tersebut harus dilakukan secara
teratur setidaknya  5 hari dalam seminggu. Aktifitas dengan intensitas menengah ini dapat
ditandai dengan mulai munculnya rasa hangat serta napas mulai terasa sedikit berat pada saat
aktifitas tersebut. Dapat pula ditandai dengan mulai terasanya sensasi berdebar-debar.
Rekomendasi lain dipublikasikan oleh American College of Sports Medicine yang
berupa aktivitas aerobik kontinyu selama 20-60 menit seperti bersepeda, berjalan, joging,
senam, menari, berenang, dan semacamnya selama 3-5 hari dalam seminggu. Detak jantung
setidaknya harus mencapai 60-90% dari maksimal. Target detak jantung maksimal dapat
dihitung dengan rumus: detak jantung maksimal=220-usia. Misalnya seseorang berusia 20
tahun, maka target detak jantung maksimalnya adalah 220-20= 200 kali/menit.
Berbeda dengan aerobik, olahraga yang mengandalkan kekuatan seperti angkat beban
lebih tergantung pada mekanisme penghasilan energi (berupa ATP) secara anaerob. ATP
tersebut dihasilkan melalui glikolisis. Olahraga semacam inilah yang memiliki potensi untuk
membantu seseorang apabila ingin meningkatkan massa ototnya. Aktivitas anaerob yang
terjadi selama latihan tersebut membantu menstimulasi sintesis protein otot sehingga otot
membesar (terjadi hipertrofi otot). Selain itu, kadar dari glikogen pada serat tersebut juga
akan semakin banyak. Jika latihan aerobik meningkatkan daya tahan otot untuk aktivitas
jangka panjang, latihan strength meningkatkan kekuatan otot untuk jangka waktu relatif
pendek. Namun, perlu diperhatikan bahwa untuk menghasilkan protein otot, dibutuhkan pula
asupan protein yang adekuat melalui makanan.
Untuk dapat meningkatkan kekuatan dan tonus otot secara optimal, strength exercise
setidaknya dilakukan selama 2-3 kali dalam seminggu. Otot ditantang untuk melakukan
kontraksi melawan suatu beban yang membuat otot tersebut membutuhkan usaha ektra untuk
melakukannya. Beban yang digunakan untuk latihan harus dipertimbangkan secara tepat
dengan pengulangan atau repetisi kontraksi setidaknya mencapai 8 hingga 12 kali.
Dalam melakukan latihan beban, pemilihan hari latihan juga penting dilakukan
supaya tidak mengganggu aktivitas pada hari tersebut atau berikutnya.  Hal ini mengingat
bahwa jaringan otot mengalami pemecahan selama strength training tersebut dan
membutuhkan waktu pemulihan untuk membangun kembali otot yang lebih kuat. Selain itu,
otot juga sebaiknya tidak terlalu dipaksakan dengan secara cepat meningkatkan intensitas
olahraga atau waktu yang digunakan karena dapat menyebabkan cedera. Akibatnya justru
rutinitas olahraga tersebut dapat terganggu.

2.7 Tes Fungsi Paru


Tes fungsi paru atau spirometri adalah tes yang digunakan untuk memeriksa kondisi
dan fungsi saluran pernapasan. Dalam tes ini, jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan
diembus pasien akan diukur. 
Spirometri membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit terkait saluran
pernapasan, dan mengamati perkembangan kondisi pasien terhadap terapi yang telah
diberikan. Spirometri dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut spirometer.
Beberapa parameter yang dapat diukur oleh spirometer, antara lain:
 Forced expiratory volume in one second (FEV1). FEV1 adalah besarnya udara yang
diembus dalam satu detik.
 Forced vital capacity (FVC). FVC adalah besarnya udara yang dapat diembus dalam satu
tarikan napas.
 Rasio FVC/FEV1 adalah nilai yang menunjukan berapa persen kapasitas udara paru-paru
yang dapat diembuskan dalam 1 detik.
Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk menilai gangguan dari pernapasan, yang
dibagi menjadi dua, yakni:
 Penyakit saluran napas obstruktif. Dalam hal ini, kemampuan tubuh dalam
mengembuskan napas terganggu karena adanya penyempitan saluran napas. Contohnya
asma dan penyakit paru obstruktif kronis.
 Penyakit saluran napas restriktif. Kondisi ini menggambarkan berkurangnya kapasitas
udara di paru-paru untuk mengembang dan menahan sejumlah udara di dalam paru-paru.
Kondisi perubahan jaringan paru itu sendiri mengakibatkan penyakit paru restriktif,
seperti perubahan jaringan paru-paru menjadi jaringan jaringan parut (fibrosis paru).

2.8 Graduted Exercise


Latihan bertahap digunakan dalam rehabilitasi untuk memastikan intensitas dan
aktivitas latihan berkembang dengan penyembuhan dan tidak menyebabkan cedera lebih
lanjut.Latihan kelulusan mengacu pada peningkatan bertahap dalam rentang gerak, intensitas,
dan aktivitas untuk membantu memastikan pemulihan atlet sebebas mungkin tanpa rasa
sakit.Latihan yang lulus akan berkembang melalui tiga (3) tahap : peregangan, kemudian
pengkondisian, kemudian kebugaran tubuh total meskipun tahap-tahap ini akan tumpang
tindih ketika atlet pulih dan mampu melakukan berbagai kegiatan.
 Tretching sebagai latihan lulus
Ada berbagai bentuk peregangan, termasuk: statis, fasilitasi neuromuskuler
proprioseptif (PNF), dinamis, dan balistik. Peregangan balistik umumnya dihindari dalam
rehabilitasi karena dapat menjadi tidak aman dan menyebabkan cedera dengan memantul
terlalu jauh pada peregangan menyebabkan ketegangan otot. Ini terutama tidak diinginkan
dalam rehabilitasi ketegangan otot. latihan peregangan bertahap Peregangan statis adalah
yang paling tidak intens dari peregangan, tetapi juga memberikan sedikit keuntungan.
Seringkali latihan peregangan dimulai dengan peregangan statis sederhana, sebelum pindah
ke PNF dan peregangan dinamis. Peregangan PNF adalah bentuk peregangan yang paling
umum dan biasanya paling bermanfaat selama rehabilitasi. Keuntungan dalam kisaran
gerakan / gerakan besar, yang membantu mencegah kekakuan sendi dan meningkatkan
pemulihan. Peregangan dinamis juga digunakan dalam rehabilitasi, meskipun biasanya
menjelang akhir karena membutuhkan lebih banyak kontrol. Biasanya seorang atlet yang
menggunakan peregangan dinamis juga telah maju atau lulus ke fase pengkondisian
rehabilitasi.

 Mengkondisikan sebagai latihan lulus


Pengkondisian adalah proses memperkuat otot dan mengembalikannya ke level
sebelum cedera. Ini terkait dengan kekuatan otot, daya tahan otot, kecepatan, dan kekuatan.
Otot sering kehilangan ini ketika seorang atlet terluka, terutama jika itu adalah ketegangan
otot.
Pengkondisian selalu spesifik untuk cedera, dan atlet yang terlibat. Lutut yang terluka
akan membutuhkan pengondisian otot-otot di sekitar lutut: paha belakang, paha depan, dan
gastrocnemius. Otot-otot ini perlu diperkuat kembali karena efek reversibilitas akan
menyebabkan atrofi pada otot-otot yang tidak digunakan ini. Kehilangan lebih lanjut akan
terjadi pada daya tahan dan kecepatan otot, dan kekuatan otot yang dikombinasikan dengan
kecepatan menghasilkan kekuatan otot.
Pengondisian otot secara bertahap dimulai dengan penguatan otot dan
mengembangkan daya tahan otot. Latihan dimulai pada intensitas rendah dan kelebihan
beban progresif digunakan untuk memastikan intensitas perlahan meningkat ketika kekuatan
otot dan daya tahan meningkat. Begitu otot sekuat dan dapat menjaga persendian stabil untuk
menghindari cedera lebih lanjut dan mereka memiliki daya tahan kembali, kecepatan dan
kekuatan otot juga dapat dikembangkan kembali. Ini datang terakhir karena mereka
menyebabkan lebih banyak tekanan pada otot dan sendi yang membutuhkan tingkat
pemulihan yang lebih besar.

 Total kebugaran tubuh saat berolahraga

Selama cedera efek reversibilitas menyebabkan hilangnya kebugaran tubuh total.


Beberapa cedera menyebabkan atlet tidak dapat berolahraga untuk waktu yang lama, dan
reversibilitas dimulai setelah 2-3 minggu. Jika memungkinkan seorang atlet harus melakukan
latihan apa pun yang mungkin saat cedera. Ini bisa berupa latihan tubuh bagian atas,
sementara atlet pulih dari cedera pergelangan kaki, atau latihan tubuh bagian bawah jika
mereka baru saja melakukan rekonstruksi bahu. Seringkali mungkin bagi atlet untuk
melakukan beberapa bentuk latihan saat cedera.
Bahkan berolahraga dengan menggunakan "kaki yang baik" ketika pulih membentuk
cedera lutut pada kaki lainnya. Apapun, pelatihan semacam ini hanya akan membantu
memperlambat reversibilitas, dan tidak akan mempertahankan kebugaran tubuh total
sebelumnya sepenuhnya. Ini berarti atlet perlu memulihkan tingkat kebugaran sebelumnya di
seluruh tubuh mereka. Selama ini pengujian pra dan pasca cedera menjadi sangat penting.
Tes pasca cedera harus dibandingkan dengan hasil pra-cedera untuk menentukan apakah atlet
telah pulih sepenuhnya atau setidaknya pulih ke tingkat yang siap untuk kembali bermain.
Total kebugaran tubuh mengacu pada setiap aspek komponen kesehatan dan keterampilan
yang terkait dengan kebugaran. Ini membantu memastikan pemulihan lengkap di setiap
komponen, sehingga tidak ada kelemahan saat atlet kembali bermain setelah lulus latihan.

2.9 Klasifikasi Ecercise American Hear Association (AHA)


American Heart Association/American College of Cardiology (AHA/ACC) atau
berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fingsional yang diterbitkan oleh New York
Heart Association (NYHA).Diagnosis gagal jantung berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, electrocardiography, foto thorax, echocardiography Doppler, dan kateterisasi.
Klasifikasi menurut ACC/AHA
 Stadium A
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat
gangguan struktural atau fungsional jantung.
 Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan perkembangan gagal
jantung, tidak terdapat tanda dan gejala.
 Stadium C
Gagal jantung yang simpatomatis berhubungan dengan penyakir structural jantungyang
mendasari.
 Stadium D
Penyakit structural jantung yang lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna
saat istirahat walaupun telah mendapat terapi.
2.10 Table Exercise AHA-Grade IV-Grade I

FUNGSIONA
DESKRIPSI
L CLASS

I No physical limitation in activity

Slight limitation in ordinary physical activity, resulting


II
in fatigue, palpitations, dyspnea, or angina

Marked limitation in activity : patients comfortable at


III
rest, but ordinary activity leads to signs and symptoms

Signs and symptoms present at rest, and any activity


IV
leads to increased discomfort

2.11 Penggunaan VAS pada Dysipnea


Dispnea adalah sensasi subjektif yang sulit diukur karena sangat bervariasi antara
individu dan dapat dipengaruhi oleh keadaan mental seseorang. Dua alasan utama melakukan
pengukuran terhadap dispnea adalah untuk membedakan beratnya gejala antar individu dan
menilai perjalanan dispnea individu.
Visual analogue scale (VAS= sklala analog visual) digunakan untuk menilai
dispnea selama uji latih. Subjek diminta memberikan penilaian tentang sesaknya dengan cara
menandai garis vertical atau horizontal yang panjangnya 10 cm sesuai dengan intensitas
sesaknya. Derajat 0 untuk tidak sesak sama sekali sampai derajat 10 untuk sesak berat. Skala
ini paling sering digunakan karena pemakaiannya lebih sederhana dan reproduksibel

2.12 Skala Borg


Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilai
mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan intensitas
sesak dari derajat ringan sampai berat. Nilai tiap deskripsi verbal tersebut dibuat skor
sehingga tingkat aktivitas dan derajat sesak dapat dibandingkan antar individu. Skala
ini memiliki reproduksibilitas yang baik pada individu sehat dan dapat diterapkan
untuk menentukan dispnea pada penderita penyakit kardiopulmoner serta untuk
parameter statistic.
 PERINGKAT  INTENSITAS

0 Tidak Sesak Sama Sekali


0,5 Sesak Sangat Ringan Sekali
1 Sesak Sangat Ringan Sekali
2 Sesak Ringan
3 Sesak Sedang
4 Sesak Kadang Berat
5 Sesak Berat
6  
7 Sesak Sangat Berat
8  
9  
Sesak Sangat Berat Sekali, Hampir
10
Maksimal

2.13 Gambaran Pemeriksaan EKG


Elektrokardiogram (EKG) adalah tes sederhana untuk mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung. Tes ini menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik yang disebut
elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan menerjemahkan impuls listrik menjadi grafik yang
ditampilkan pada layar pemantau.

EKG tidak menyakitkan karena tanpa pengaliran arus listrik dan tanpa sayatan
(noninvasif). Dokter akan menempelkan elektrode, umumnya berjumlah 10 atau 12 buah,
berbahan plastik dan berukuran kecil, di dada, lengan, dan tungkai. Elektrode disambungkan
dengan kabel-kabel ke mesin elektrokardiograf. Aktivitas kelistrikan jantung kemudian
diukur dan dicetak oleh mesin EKG, serta diinterpretasi oleh dokter sebagai penunjang
diagnosis.
Indikasi dan Kontraindikasi Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi seperti,
serangan jantung, penyakit jantung koroner, gangguan elektrolit, keracunan dan efek
samping obat, dan evaluasi efektivitas dari alat pacu jantung.
Tidak ditemukan kontraindikasi pada elektrokardiogram, kecuali pasien menolak
dilakukan pemeriksaan.
Sebelum Elektrokardiogram
Secara umum, tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), terkadang EKG dilakukan pada keadaan gawat darurat untuk mendeteksi serangan
jantung dan mengetahui kondisi kerja jantung yang mungkin menyertai penyakit lainnya.
Namun bila pasien direncanakan untuk melakukan pemeriksaan EKG, sebaiknya hindari
pemakaian losion, minyak, atau bedak pada tubuh, terutama dada. Bila terdapat bulu pada
dada, sebaiknya juga dicukur. Hal tersebut terkadang dapat membuat elektrode sulit
menempel pada tubuh. Informasikan kepada dokter mengenai obat-obatan, suplemen, dan
herba yang sedang dikonsumsi.
Prosedur Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) umumnya berlangsung 5-8 menit. Tes ini bisa dilakukan di
rumah sakit atau klinik yang memiliki fasilitas pemeriksaan EKG, dan pengerjaannya biasa
dilakukan oleh perawat. Sebelum berbaring di tempat tidur pasien akan diminta untuk
melepaskan pakaian atas, serta melepas aksesoris atau benda yang terdapat dalam kantong
pakaian yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pemeriksan.
Setelah berbaring di tempat tidur, elektrode-elektrode akan ditempelkan di dada,
lengan, dan tungkai pasien. Hindari berbicara dan menggerakkan anggota tubuh karena dapat
mengacaukan hasil tes.
Tiap kabel elektrode tersambung ke mesin EKG dan akan merekam aktivitas
kelistrikan jantung. Dokter akan menginterpretasi aktivitas kelistrikan jantung berdasarkan
gelombang yang ditampilkan di layar pemantau dan akan dicetak pada kertas.
Setelah Elektrokardiogram
Setelah pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), pasien diperkenankan untuk
melakukan aktivitas seperti biasa. Aktivitas yang dibatasi biasanya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diderita oleh pasien. Hasil dari rekaman EKG dapat langsung didiskusikan
oleh dokter atau dapat dibuatkan janji kembali untuk bertemu dengan dokter di lain waktu.
Setelah itu, pasien mungkin akan menjalani pemeriksaan lanjutan sesuai dengan hasil dari
EKG atau penyakit yang dicurigai oleh dokter.
Beberapa informasi yang bisa didapatkan dari pemeriksaan EKG adalah:
 Denyut jantung. Normal, terlalu lambat, atau terlalu cepat.
 Irama jantung. Teratur atau tidak teratur.
 Perubahan struktur otot jantung. EKG dapat melihat kemungkinan terdapat
pembesaran dari bilik atau dinding jantung.
 Suplai oksigen untuk otot jantung. Seseorang dengan suplai oksigen yang kurang dapat
dicurigai terkena penyakit jantung koroner atau bahkan sedang mengalami serangan
jantung. Biasanya hal ini ditandai oleh nyeri dada.
Efek Samping Elektrokardiogram
Tes elektrokardiogram (EKG) dipercaya aman, cepat, dan tidak menyakitkan. Efek
samping umumnya berupa reaksi alergi pada kulit terhadap elektrode-elektrode yang
ditempel pada tubuh. Sedikit rasa sakit juga bisa dialami saat elektrode dicabut.
Jenis-Jenis Elektrokardiogram
Terkadang kelainan jantung tidak terdeteksi dengan pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG) standar, karena kelainan tersebut bisa hilang timbul dan mungkin saat
pemeriksaan tidak muncul. Untuk itu, terdapat beberapa jenis pemeriksaan aktivitas
listrik jantung yang sedikit berbeda dengan pemeriksaan EKG standar. Jenis EKG lainnya
adalah:
o Stress test (EKG Treadmill). Berbeda dengan EKG standar,
EKG treadmill dilakukan perekaman aktivitas listrik saat pasien sedang
melakukan aktivitas. Selain treadmill, pasien juga bisa diminta untuk mengayuh
sepeda statis selama tes berlangsung.
o Holter monitor. Alat kecil ini bisa dikalungkan di leher dan elektrode-elektrode
ditempelkan di dada. Holter monitor mampu merekam EKG secara berkelanjutan
dengan durasi 1-2 hari. Pasien diperbolehkan melakukan kegiatan seperti biasa
ketika menggunakan holter monitor, asalkan elektrode dan alat holter
monitor tetap kering. Dokter akan meminta pasien untuk mengingat kejadian yang
sedang dilakukan yang mengakibatkan perubahan aktivitas listrik jantung.
2.14 Pemeriksaan/Evaluasi Penyakit Arteri
a. Palpasi pulsasu (puls arteri)
Ictus
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan mudah
pulsasi yang disebut ictus cordis pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi ini
letaknya sesuai dengan apeks jantung. Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum
maksimum di tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel.
Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran
ventrikel kiri. Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan
pada waktu sistolis terjadi retraksi ke dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif.
Pulpasi yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi arteri pulmonalis.
Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi
ventrikel kanan, pulsasi tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah
epigastrium. Perhatikan apakah ada pulsasi arteri intercostalis yang dapat dilihat pada
punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada leher bagian
bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.
b. Suhu kulit
Suhu kulit adalah suhu permukaan tubuh yang paling luar. Suhu kulit manusia
normal pada batang tubuh bervariasi antara 33,5 dan 36,9 ° C (92,3 dan 98,4 ° F),
meskipun suhu kulit lebih rendah di atas bagian yang menonjol, seperti hidung, dan lebih
tinggi di atas otot dan organ aktif. Merekam suhu kulit menimbulkan banyak
kesulitan. Meskipun ini bukan indikator yang jelas dari suhu tubuh internal, suhu kulit
signifikan dalam menilai fungsi kulit yang sehat. Signifikansi fisiologis suhu kulit telah
diabaikan, karena analisis klinis lebih menyukai pengukuran suhu mulut , ketiak , dan /
atau dubur . Suhu bagian-bagian ini biasanya konsisten dengan suhu tubuh internal.
Pola suhu kulit sering memberikan data diagnostik penting pada kondisi
patologis , mulai dari penggerak hingga penyakit pembuluh darah. Informasi tersebut
dapat membuktikan signifikan terhadap penentuan perawatan terapeutik berikutnya.
Pengukuran suhu ( termometri ) pada permukaan kulit adalah pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh beberapa teknologi. Jenis utama dari termometer permukaan kulit
termasuk termometer inframerah dan termistor . Kinerja instrumen ini sangat valid dan
dapat diandalkan, dan pada dasarnya, sama untuk keperluan
pembacaan elektrodiagnostik klinis. Namun, thermistor telah ditemukan untuk
memberikan respon dan sensitivitas yang lebih besar dalam pembacaan, sementara
termometer inframerah memberikan kenyamanan yang lebih besar dalam hal kecepatan
dan kemampuan manuver. Dalam praktiknya, suhu yang diukur oleh termometri
tergantung pada kondisi pengaturan tertentu, dan karenanya memerlukan pertimbangan
variabel kunci.
Kulit mengandung sederetan termoreptor , yang tidak merespons suhu lingkungan
absolut, tetapi lebih kepada laju perubahan suhu, di mana panas dipertukarkan antara
kulit dan lingkungan sekitarnya. Lokasi termoreceptor ini tidak secara eksklusif dekat
dengan permukaan kulit, beberapa thermoreceptor malah terletak lebih dalam di organ,
yang terletak lebih dekat ke jaringan adiposa subkutan . Penemuan ini didukung oleh
perbandingan perubahan suhu kulit dalam dengan perubahan suhu kulit permukaan.
Perubahan yang diinduksi pada suhu kulit pada lapisan kulit yang berbeda sangat penting
untuk menentukan kepadatan termoreptor dan membedakan antara daerah-daerah ini.
c. Tes rubber/reaksi hyperemi
Hyperemia terjadi saat pembuluh darah di daerah tertentu mengalami
penyempitan sehingga memicu kemerahan pada kulit. Penyempitan mungkin terjadi
karena terdapatnya halangan atau peradangan yang mencegah sirkulasi darah di
pembuluh kapiler.
Gejala Hyperemia
Gejala utama hyperemia adalah:
 Kemerahan pada daerah di mana terjadi penyempitan pembuluh darah.
 Daerah yang terkena terasa hangat
 Flushing atau kulit menjadi kemerahan terutama pada wajah.
Penyebab
Terdapat beberapa jenis hyperemia. Salah satu jenisnya adalah ‘Hyperemia
Aktif’, yang juga disebut ‘hyperemia olahraga’ atau ‘hyperemia fungsional’. Kondisi ini
biasanya terjadi ketika otot-otot tubuh berkontraksi yang terjadi karena berbagai alasan
seperti peningkatan aktivitas mental, gastrointestinal, atau jantung.
Hyperemia aktif terjadi karena kombinasi jaringan hipoksia dan produksi
metabolit vasodilator.Jaringan hipoksia terjadi karena pasokan oksigen ke jaringan
pembuluh darah berkurang.
Sebagai respon, jaringan mulai menuntut lebih banyak oksigen sehingga pada
gilirannya menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi adalah terjadinya pelebaran pembuluh
darah akibat otot-otot halus pada dinding pembuluh darah mengalami relaksasi.
Zat yang disebut vasodilator seperti ion kalium, oksida nitrat, karbon dioksida,
dan adenosin, biasanya memicu proses ini.Beberapa saat setelah meningkatnya
metabolisme jaringan, hyperemia aktif menjadi jelas terlihat.Penyebab lain hyperemia
adalah penyumbatan pembuluh darah yang disebut ‘Hyperemia Reakti‘.Kondisi ini
disebut pula ‘hiperemia pasif ‘. Pada kasus ini, darah mengumpul di organ-organ tubuh
tertentu saat pembuluh darah tersumbat.
Akibatnya, tingkat oksigen dalam darah berkurang dan tingkat sisa metabolisme
naik.Limbah sisa metabolisme akan mulai terkumpul dalam organ tubuh yang pada
gilirannya menghambat aliran darah.
d. Claudication time
Klaudikasio intermiten pada dasarnya merupakan salah satu gejala awal dan
utama dari penyakit arteri perifer (peripheral artery disease/PAD). Penyakit arteri perifer
merupakan suatu kondisi menyempitnya pembuluh darah arteri yang menyebabkan aliran
darah ke tungkai mengalami penyumbatan.
Seiring waktu, pembuluh darah di sekitar tungkai dapat mengalami penyumbatan
yang disebabkan mengerasnya dinding pembuluh darah akibat penumpukan plak. Plak ini
terdiri atas campuran senyawa dalam darah, seperti lemak, kalsium, dan kolesterol. Plak
yang menumpuk akan menyempitkan pembuluh darah, dan jika tidak segera ditangani,
dapat menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah arteri, mengganggu sirkulasi darah,
serta mengurangi pasokan oksigen ke sel tubuh yang diperdarahi pembuluh darah
tersebut.Sejumlah penyebab lain klaudikasio intermiten dapat bersumber pada kondisi-
kondisi akibat terjadinya gangguan pada sistem saraf, tulang, atau otot penderitanya,
berupa:
 Deep vein thrombosis, yaitu penyumbatan pada pembuluh darah vena dalam.
 Lumbar spinal stenosis, yaitu penyempitan pada tulang belakang atau punggung
bagian bawah.
 Fibromuscular dysplasia, yaitu terjadinya pertumbuhan abnormal pada dinding sel
pembuluh darah arteri.
 Herniated lumbar disk, yaitu gangguan yang terjadi di bantalan sendi tulang belakang
bagian bawah hingga tulang ekor.
 Peradangan pada pangkal paha, lutut, atau pergelangan kaki.
 Vaskulitis, yaitu kondisi yang mengacu pada terjadinya peradangan dan matinya
pembuluh darah, termasuk di dalamnya kondisi-kondisi seperti giant cell arteritis,
arteritis Takayasu, penyakit Buerger, polyarteritis nodosa, dan penyakit Bechet
 Otot yang menegang.
 Kista Baker.
Sementara itu, kludikasio intermiten memiliki beberapa penyebab yang tergolong
langka dan umumnya menyerang kaum muda. Di antaranya adalah:
 Terbentuknya kista pada pembuluh arteri utama di bagian belakang lutut.
 Popliteal entrapment, yaitu tekanan yang terjadi pada pembuluh arteri di bagian
belakang lutut.
 Persistent sciatic artery, yaitu kelainan sejak lahir (kongenital), yang ditandai dengan
gangguan sirkulasi darah pada tubuh bagian bawah.
Risiko seseorang dapat terserang klaudikasio intermiten bisa meningkat karena
faktor-faktor berikut ini:
 Merokok.
 Tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Kolesterol tinggi.
 Obesitas.
 Diabetes.
 Terdapat anggota keluarga yang menderita aterosklerosis, PAD, atau diabetes.
 Usia di atas 50 tahun.
Diagnosis Klaudikasio Intermiten
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita klaudikasio intermiten jika
memiliki gejala-gejalanya, yang diperkuat dengan peninjauan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Untuk memastikan penyebabnya, pemeriksaan lanjutan perlu
dilakukan. Di antaranya adalah:
Pemeriksaan denyut nadi di tungkai dan lengan.
 Ankle brachial index (ABI), yang bertujuan untuk membandingkan tekanan darah
pada lengan dan pergelangan kaki.
 USG Doppler, untuk memantau sirkulasi darah di sekitar kaki.
 MRI dan CT scan, untuk melihat adanya penyempitan pada pembuluh darah akibat
penumpukan plak.
 Tes ketahanan fisik. Tes ini bisa dilakukan dengan menggunakan treadmill. Pasien
akan diminta untuk berjalan di atas alat tersebut selama mungkin, dan berhenti ketika
merasakan nyeri. Rentang waktu hingga timbulnya rasa sakit itulah yang akan diukur.
e. Doppler ultrashonography
Ultrasonografi Doppler atau USG Doppler adalah pemeriksaan non-invasif yang
digunakan untuk memperkirakan aliran darah melalui pembuluh darah dengan cara
memantulkan gelombang suara berfrekuensi tinggi atau ultrasonik dari sirkulasi darah
merah.
Jenis USG Doppler
USG Doppler dibagi menjadi 3 jenis yaitu color Doppler, power Doppler, dan
spectral Doppler. Berikut adalah pengertian dari masing-masing jenis tersebut:
 Color Doppler, yaitu USD Doppler menggunakan komputer untuk mengubah
pengukuran Doppler menjadi berbagai warna. Visualisasi warna ini dikombinasikan
dengan gambar USG standar pembuluh darah untuk menunjukkan arah alirah darah
dan kecepatan aliran darah melaluipembuluh darah.
 Power Doppler, teknik USG digunakan untuk memperoleh gambar yang sulit atau
tidak mungkin didapatkan menggunakan color Doppler. Jenis Doppler ini lebih
sensitif, tapi tidak bisa mendeteksi aliran darah.
 Spectral Doppler, teknik USG Doppler yang menampilkan pengukuran alirah darah
secara grafis, USG ini menampilkan kecepatan aliran darah yang direkam dari waktu
ke waktu.
USG Doppler juga digunakan untuk:
 Mencari arteri yang menyempit atau tersumbat
 Melihat bagaimana darah mengalir setelah dilakukan perawatan.
 Mencari tonjolan pada arteri yang disebut aneurisma
 Memeriksa aliran darah di pembuluh darah, arteri, dan jantung.
 USG Doppler juga dapat dilakukan di bagian perut untuk mendeteksi:
 Masalah aliran darah pada hati, ginjal, pankreas, atau limpa.
 Aneurisma aorta perut
 Selain untuk pemeriksaan di atas, USG Doppler juga dapat digunakan untuk memeriksa
aliran darah dari ibu ke bayi selama masa kehamilan.
Prosedur USG Doppler
Anda akan dipersilakan untuk berbaring di atas ranjang atau meja. Dokter atau
teknisi akan mengoleskan gel pada area tubuh Adan yang akan diuji. Penggunaan gel ini
membantu gelombang suara bekerja dan memberikan hasil yang lebih baik.Setelah itu,
dokter atau teknisi akan menekan perangkat kecil ke kulit Anda. Alat ini disebut Doppler
dan berbentuk seperti mikrofon atau tongkat kecil. Ketika perangkat digerakkan, alat
tersebut akan mengirimkan gelombang suara ke tubuh Anda. Gelombang tersebut
memantul dari sel darah, organ, dan bagian tubuh lainnya, lalu kembali lagi ke perangkat.
Anda akan merasa perangkat tersebut sedikit menekan bagian tubuh Anda. Jika tidak
terdapat luka atau lainnya, tekanan tersebut tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Komputer akan mengambil gelombang suara dan mengubahnya menjadi gambar
bergerak yang dapat dilihat secara langsung pada layar. Setelah tes selesai, Anda dapat
menghapus gel yang ada di tubuh Anda.
Tes USG Doppler umumnya berlangsung selama 30-60 menit. Setelah itu Anda
dapat langsung mendapatkan hasilnya. Apabila tes bukan dilakukan oleh dokter,
melainkan ahli USG yang sudah terlatih, hasil tes akan diberikan ke dokter untuk
diperiksa.
Hasil Tes USG Doppler
Dokter akan membaca gambar untuk dan menerangkan hasil tes pada Anda. Jika
penyakit yang diamati sudah terdeteksi, dokter akan langsung menyarankan langkah
selanjutnya yang harus dilakukan untuk pengobatan.Beberapa kondisi, seperti bekuan
darah misalnya, mungkin membutuhkan lebih dari satu kali USG Doppler dengan jarak
beberapa hari untuk memastikan apakah bekuan darah tersebut tumbuh atau muncul
kembali.
f. Arteriography
Angiografi adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk melihat lumen atau
bagian dalam organ dan pembuluh darah. Prosedur ini juga dikenal sebagai arteriografi.
Tindakan pencitraan medis ini sering digunakan untuk memeriksa kondisi jantung,
pembuluh arteri, dan vena. Dulu, angiografi dilakukan dengan menyuntikkan zat kontras
ke dalam pembuluh darah. Hal ini diikuti oleh sinar-X maupun fluoroskopi. Zat kontras
akan muncul buram dalam radiograf (gambar yang didapat dari angiografi), yang
memungkinkan dokter untuk memeriksa daerah yang terserang penyakit. Angiografi
dilakukan untuk menggambarkan aliran darah untuk menemukan adanya penyempitan
arteri koroner. Namun, penting dicatat bahwa atheroma atau aterosklerosis tidak dapat
didiagnosis dengan menggunakan angiografi.
Prosedur ini juga dapat dilakukan untuk menggambarkan aliran darah dari dan ke
otak, yang membantu dalam mendiagnosis aneurisma. Angiografi juga dapat digunakan
untuk menangani aneurisma penyumbatan gulungan pembuluh darah.
Pasien lain yang dapat menjalani angiografi adalah mereka yang:
 Pertama kali menderita angina,Menderita angina yang tidak stabil, yang merupakan
jenis angina yang terus memburuk sepanjang waktu dan tidak hilang secepat yang
seharusnya, dengan tingkat kemunculan yang semakin sering, atau bahkan muncul
ketika pasien sedang beristirahat.
 Menderita nyeri dada atipikal, yaitu penyebab yang tidak dapat dengan mudah
ditentukan oleh pemeriksaan lainnya.Menunjukkan kelainan pada pemeriksaan
tekanan jantung.
 Menderita penyumbatan pada aorta
 Sedang memulihkan diri dari operasi jantung dan rentan terhadap penyakit arteri
coroner
 Hampir terserang gagal jantung
 Baru saja menderita serangan jantung
Hasil angiografi normal menunjukan tidak adanya penyumbatan pada pembuluh
darah, yang berarti bahwa pembuluh darah tersebut membawa pasokan normal darah ke
seluruh tubuh. Di sisi lain, hasil yang tidak normal membuat dokter mengetahui bahwa
pasien mungkin memiliki pembuluh arteri yang tersumbat atau vena yang terhalangi yang
menyebabkan timbulnya gejala yang dialami. Lokasi dan parahnya sumbatan juga dapat
diketahui.
Cara Kerja Angiograf
Terdapat beberapa jenis prosedur angiografi, dan teknik yang digunakan sangat
bergantung pada jenis angiografi yang diminta oleh dokter. Biasanya, dokter akan
melakukan angiogram untuk mengakses pembuluh darah melalui arteri femoral. Arteri ini
terletak pada paha dan dapat digunakan untuk mengambil gambar dari sisi kiri jantung
dan sistem arteri pasien.
Vena jugularis/urat nadi juga dapat menjadi pilihan ketika melihat bagian kanan
jantung dan sistem pembuluh darah. Zat kontras, yang akan muncul buram pada film
angiograf karena dapat menyerap sinar-X, akan disuntikkan ke dalam darah pasien.
Dengan adanya zat ini, jaringan pembuluh darah dan arteri akan dapat dianalisis.
Untuk pembuluh darah, gambar angiografi diambil 2-3 frame per detik untuk
mengevaluasi aliran darah dengan tepat menggunakan DSA atau digital subtraction
angiography. Sedangkan untuk pengambilan gambar jantung, teknisi yang melakukan
angiografi akan mengambil gambar sebanyak 15-30 frame per detik. Gambar yang
diambil selama angiografi akan dianalisis oleh dokter spesialis jantung atau radiologi
intervensi untuk mengetahui hambatan, penyempitan, atau penyumbatan pada pembuluh
darah.
Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Angiografi
Dibandingkan dengan tes pemeriksaan lainnya, prosedur angiografi memiliki
resiko yang sedikit lebih tinggi. Bagaimanapun, penting untuk dicatat bahwa tes ini
sangatlah aman terutama ketika dilakukan oleh ahli yang berpengalaman. Beberapa
kemungkinan resiko tindakan ini termasuk tekanan darah menurun, luka arteri,
tamponade jantung, stroke, detak jantung tidak normal dan tidak teratur, serta reaksi
alergi terhadap pewarna dari zat kontras.

2.15 Pemeriksaan/Evaluasi Penyakit Vena


a. Phlebography
Disebut juga sebagai plebografi, ascending contrast phlebography atau
contrast venography. Prinsip pemeriksaannya adalah menyuntikkan zat kontras ke
dalam sistem vena, akan terlihat gambaran sistem vena di betis, paha, inguinal sampai
ke proksimal vena iliaca. Venografi dapat mengidentifikasi lokasi, penyebaran, dan
tingkat keparahan bekuan darah serta menilai kondisi vena dalam. Venografi
digunakan pada kecurigaan kasus DVT yang gagal diidentifikasi menggunakan
pemeriksaan non-invasif. Venografi adalah pemeriksaan paling akurat untuk
mendiagnosis DVT. Sensitivitas dan spesifisitasnya mendekati 100%, sehingga
menjadi gold standard diagnosis DVT. Namun, jarang digunakan karena invasif,
menyakitkan, mahal, paparan radiasi, dan risiko berbagai komplikasi.
b. Grith measurement extremity
Pengukuran girth pada upper atau ekstremitas bawah, pengukuran
circumferential pada anggota gerak yang mengalami adanya penyakit vascular dan
yang sehat dilakukan untuk menentukan adanya bengkak. Pengukuran biasanya
dilakukan berdasarkan landmark anatomi atau ditentukan sebelumnya dengan jarak
yang konsisten (8-10 cm).
c. Competence vena saphena (perkusi test)
Evaluasi fungsi katup vena merupakan tes yang biasanya digunakan jika
pasien mempunyai gejala simptomatism penyakit penya varicose.
Prosedur :
1. Perintahkan pasien untuk berdiri sampai vena dalam tungkai tampak terisi.
2. Lakukan palpasi vena shaphena dibawah knee, dengan keras lakukan perkusi
vena saphena di bawah knee, dengan keras lakukan perkusi vena diatas knee.
3. Jika katup tidak berfungsi secara adekuat penguji merasakan adanya aliran darah
yang kembali bengkak yang berhubungan dengan vena varicose dengan
meningkatkan drainase vena dengan gravitasi.

2.16 Tes Burger-Allen Exercise


a. Definisi
Buerger allen exerciseadalah latihan postural aktif pada kakiuntuk mencegah
penyakit pembuluh darah perifer dan untuk meningkatkan sirkulasiekstremitas
bawah(Mellisha & Sc, 2016). Buerger allenadalah latihan untuk memperlancar
sirkulasi arteri dan mengembalikan aliran darah vena kaki ke jantung, perawat
memiliki peran penting untuk mengkaji dan mendiagnosa komplikasi vaskular pada
pasien LKD. Pada tahap awal pasien LKD latihan buerger allen untuk
mengembalikan dan memperbaiki sirkulasiektremitas bawah (John, Jemcy, &
Hospital, 2015). LatihanBuerger allenpertama kali temukan oleh Buerger tahun 1926
dan kemudian diubah oleh Allen tahun 1930, dalam latihan buerger allen teknik
diterapkan dalam posisi yang berbeda untuk merangsang otot-otot halus dan sistem
vaskular, selanjutya disempurnakan Jackson tahun 1972, menjelasakan bahwa efek
gaya gravitasi terbukti membantu untuk mengosongkan dan mengisi kolom darah
secara bergantian yang akhirnya mampu meningkatkan transportasi dan sirkulasi
darah vascular. Latihan ini dijelaskan dalam buku keperawatan Bottomley,Sommers,
dan Berry (2007 dalam Chang et al., 2015).
b. Tahapan latihan
Menurut Allen (1930)Buerger allen exercise dilakukan dalam beberapa
langkah, yaitu:
1) Langkah pertama: ekstremitas bawah diangkat ke atas dengan sudut 45°-
90°dan disanggah dengan papan selama 2-3 menit atau sampai kulit terlihat
menjadi (putih pucat atau kesemutan);
2) Langkah kedua: pasien duduk disamping tempat tidur dengan kaki
menggantung kebawah. Pasien secara sistematis melakukan fleksi dan ekstensi
kaki, kemudian pronasi dan supinasi serta fleksi dan ekstensi jari-jari kaki. Fase
ini berlangsung selama selama 5-10 menit sampai kulit terlihat kemerahan
kembali;
3) Langkah ketiga: pasien berbaring selama 10 menit dengan kedua kaki
beristirahat ditempat tidur dalam selimutselama beberapa menit untuk
memperlancar sirkulasi. Ketiga posisi diatas dapat dilakukan 2-3 siklus dalam
setiap pertemuan dengan jumlah latihan 2-4 kali pertemuan dalam sehari pada
pasien LKD Bottomley,Sommers, dan Berry (2007 dalam Chang et al., 2015).
c. Manfaat
Manfaat latihan pada LKD sangat menguntungkan untuk membantu pasien
dalam meningkatkan vaskularisasi dan membantu dalamsehingga dapat
meningkatkan prosespenyembuhan luka. Salah satu latihan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan vaskularisasi dan proses penyembuhan luka yaitu buerger allen
exercise(Vijayabarathi & Hemavathy, 2014).Latihan kaki extremitas bawah ini dapat
membantu meningkatkan sirkulasi darah, memaksimalkan kerja otot betis dan
memperkuat otot-otot kecil dalam sirkulasi ektremitas bawah, mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki serta dapat membantu proses penyembuhan luka kaki diabetik
danmemaksimalkan insulin yang dipakai dalam transport glukosa ke sel sehingga
membantu menurunkan glukosa darah (Wahyuni & Arisfa, 2016).
d. Tujuan
Buerger allen exercise bertujuan untuk memperlancar dan meningkatkan
sirkulasi darah pada luka kaki diabetik dengan gangguan peredaran darah perifer.
Metode ini efektif meningkatan status hemodinamik kaki pada pasien yang
mengalami masalah pada ekstremitas bawah (Kawasaki et al., 2013).
Selanjutnya Chang et al (2016), menjelaskan tujuan buerger allen exercise
adalahuntuk meringankan gejala pada pasien dengan ektremitas bawah karena
insufisiensi arteri, latihan buerger mengosongkan pembuluh darah yang besar dengan
menggunakan perubahan postural dan merangsang peredaran darah perifer dengan
memodulasi gravitasi dan menerapkan kontraksi otot.
Pergerakan pergelangan kakidapatmeningkatkan kekuatan otot sendi ankle
dan dapat meningkatkan kontraksi otot-otot kecil pada betis sehingga terjadi
pemompaan vena yang dapat meningkatkan aliran balik vena kejantung. Sebuah
kontraksi yang terjadi pada otot-otot kecil dibetisdapat meningkatkan suplai darah
yang mengandung oksigen danzat nutrisi dalam sirkulasi oleh jantung ke pembulu-
pembuluh darah kaki pasien LKD (Francia et al.,2015; Tantawy & Zakaria, 2010).
Sedangkan menurut Craven dan Hirnle (2007)latihan yang dilakukan terdapat
pergerakan dan kontraksi otot memiliki keuntungan yaitu meningkatkan fungsi
kardiopulmonal dan aliran darah mencegah terjadinya kontraktur dan membangun
kekuatan dan massa otot. Latihan pada kaki (leg exercise) pada pasien dengan
gangguan sirkulasi dilakukan untuk mencegah komplikasi serta untuk meningkatkan
sirkulasi. Latihan yang dilakukan berupa latihan pompa otot betis (calfpumping
exercise): dorsifleksi dan plantar fleksi.
e. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi latihan ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetik dan
pada pasien dengan luka kaki diabetik yang mengalami gangguan sirkulasi perifer
dan gangguan neuropati. Kontraindikasi pada klien yang mengalami perubahan
fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada, depresi, khawatir atau cemas dan
pada pasien yang activity daily living (ADL) yang kurang baik atau bergantung,
pasien dengan luka kaki dengan diabetik yang tidak mampu melakukan range of
motion (ROM) secara aktif atau mandiri (Chang, Chang, & Chen, 2015).
Prosedur Intervensi Buerger Allen Exercise
1) Ekstremitas bawah atau kaki diangkat pada posisi 450 -900 dengan kaki disanggah
oleh bantal, selanjutnya kaki melakukan gerakkan fleksi dan ekstensi selama 2-3
menit atau sampai kulit terlihat menjadi pucat.
2) Pasien duduk dalam posisi santai dengan posisi kaki tungkai kaki digantungkan
dibawah tempat tidur atau kursi, selanjutnya kaki pasien melakukan gerakan fleksi
dan ekstensi, dan berikutnya melakukan gerakan pronasi dan supinasi atau gerakan
kaki kedalam dan keluar. Gerakan ini dilakukan selama 5-10 menit sampai kulit
terlihat kemerahan kembali.
3) Pasien berbaring ditempat tidur dengan tenang selama 10 menit dengan kedua kaki
pasien beristirahat serta diselimuti kain selama beberapa menit.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fisioterapi Neuromuskuler yaitu penyembuhan dan pemulihan pada gangguan sistem
syaraf pusat dan sistem syaraf tepi, Fisioterapi Integument yaitu penyembuhan dan
pemulihan pada kecacatan fisik dan kulit, Fisioterapi Kardiopulmonal yaitu penyembuhan
dan pemulihan pada gangguan jantung, pembuluh darah, dan paru. Jelas bahwa fisioterapi
adalah salah satu dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting juga dalam masyarakat.
Peran fisioterapi dalam penanganan kesehatan khususnya yang akan penulis bahas dan teliti
adalah pada kesehatan paru.
3.2 Saran
Demikian makalah ini dapat saya sampaikan. saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan. Untuk itu, saya menerima kritik
dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://lizafisioterapi.blogspot.com/2015/10/pemeriksaan-fisioterapi-pada-kasus.html

https://stikesmukla.ac.id/downloads/PEMERIKSAAN%20FISIK%20PARU%20KEL
%203%20D3%20KEP%202A.pdf
Fattori R, Lavato L. The thortic aortica.In : Adam A, Dixon AK,Gillad JH, Schaefer-Prokop CM
eds. Grainger & Allison’s Diagnostic Radiology: A Textbook of Medical Imaging. 6th ed.New
York, NY: Churchill Livingstone; 2014:chap 24.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4-Pemeriksaan-kardiovaskuler-
lanjut-2019.pdf

https://www.pdhpe.net/sports-medicine/how-is-injury-rehabilitation-managed/rehabilitation-
procedures/graduated-exercise/

http://eprints.undip.ac.id/44865/3/R._Hasya_Arianda_BAB_II.pdf

https://www.alodokter.com/elektrokardiografi-ini-yang-harus-anda-ketahui
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Skin_temperature
https://www.klikparu.com/2013/11/pengukuran-derajad-sesak-dispnea.html
https://www.medicalnewstoday.com/articles/326553#summary

Anda mungkin juga menyukai