Anda di halaman 1dari 7

PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN FISIK SYSTEM PERNAFASAN

(RESPIRASI)
Mata Kuliah : Keperawatan Medical Brdah I
Dosen Pengajar : Karmitasari Yanra Katimenta,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :
Yessi 2019.c.11a.1071

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi

A.    Pengertian
Pengkajian pada sistem pernafasan adalah satu dari komponen dari proses keperawatan yang
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem
pernafasan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang
klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.
B.  Tujuan pemeriksaan fisik
Meliputi hal-hal berikut ini:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengonfisrmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannnya.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.
C.  Pengkajian umum
1.  Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan dengan gangguan sistem
pernafasan , sangat penting untuk mengenal tanda dan gejala umum maupun pernafasan.
Yang termasuk keluhan utama sistem pernafasan adalah batuk, produksi sputum berlebih,
batuk darah, sesak nafas, dan nyri dada. Sedangkan, keluhan secara umum meliputi: keluhan
adanya jari tabuh dan manifestasi lain yang berkaitan dengan gangguan pertukaran gas,
malaise, nafsu makan menurun BB menurun secara drastis dan keringat malam.
2.  Riwayat kesehatan saat ini
Pengkajian RPS sistem pernafasan seperti menanyakan tentang perjalanan sejak timbul
keluan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya:
a. Sejak kapan keluhan dirasakan
b. Berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi
c. Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan timbul
d. Apa yang sedang dilakukan ketika keluhan terjadi
e. Keadaan yang memperberat dan memperingan keluhan
f. Usaha mengatasi keluhan
g. Berhasil atau tidak tindakan yang dilakukan
3.  Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan penyakit-penyakit yang pernah dialami dahulu, misalnya:
a. Apakah pernah dirawat sebelumnya
b. Penyakit yang diderita
c. Apa pernah mengalami penyakit berat
d. Pengobatan lalu dan alergi
e. Riwayat diet
4.  Riwayat keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan merupakan hal
yang penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, batuk darah
dari generasi terdahulu. Adanya riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi juga
memperberat keluhan penderita.
5.  Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya, kebiasaan sosial:
a. Menanyakan kebiasaan pola hidup misal: minum alkokol atau obat-obat tertentu
b. Kebiasaan merokok terkait berapa lama, berapa batang dan jenis.
6.  Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan prilaku klien. Masalah
sistem kesehatan pernafasan yang dialami klien lebih banyak merupakan penyakit kronis
sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping digunakan berbeda-beda.
D. Pemeriksaan fisik pernafasan :
1.  Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk melihat keadaan umum sistem pernafasan dan nilai adanya tanda-
tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk penilaian
produksi sputum dan lainnya. Dalam melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka
perawat perlu memahami kondisi sistem pernafasan dalam rongga torak secara imajiner. Hal
ini sangat berguna bagi perawat memeriksa kondisi normal dan abnormal dari interpretasi
pemeriksaan fisik.
1)  Bentuk dada
Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada
klien. Bentuk dada normal pada dada orang dewasa adalah diameter anteroposterior dalam
proporsi diameter lateral 1:2. Bentuk dada yang biasa didapat seperti:

 Bentuk dada thoraks phthisis (panjang dan gepeng)


 Bentuk dada thoraks en batuu (toraks dada burung)
 Bentuk dada toraks emfisematous  (barrel chest) didapat apabila diameter
anteroposterior berbanding proporsi diameter lateral adalah 1:1 kata lainnya adalah
bentuk dada tong
 Bentuk dada toraks vektus ekskavatus  (funnel chestatau dada cekung kedalam)
 2)    Kurvatura tulang belakang
Penilaian kurvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf
sepanjang leher dan pinggang. Kalau dilihat dari samping lengkung columna vetebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior posterior, lengkung vertikal pada daerah
leher melengkung kedepan, daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal
melengkung kedepan, dan daerah velvis melengkung kebelakang.
Penilaian anatomis kurvatura sangat penting pada setiap segmen dari tulang belakang,
orientasi yang baik dari perawat terhadap pengenalan kurvatura tulang belakang akan
memudahkan perawat dalam mengenal deformitas pada setiap segmen dari tulang belakang.
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi:

 Skoliasis (pembengkokan tulang belakang kearah lateral)


 Kifosis ( kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
 Lordosis (membebek, kurvatura/pembengkokan tulang belakang bagian pinggang
yang belebihan)
3)    Gerakan pernafasan dan kesimetrisan
Penilaian lain yang mendukung pemeriksaan sistem pernafasan adalah dengan menilai
gerakan pernafasan klien, perawat dapat menilai kesimetrisan dada klien secara selintas
pandang. Adanya satu sisi cembung pada pemeriksaan inspeksi dapat mengindikasikan ada
suatu proses didalam rongga toraks oleh karena penimbunan air, nanah, udara dirongga
pleura, aneurisma aorta, cairan dalam rongga perikard, tumor paru/mediastinum, pembesaran
jantung atau abses hati.
Perhatikan adanya asimetri gerakan dinding dada anterior dan psoterior. Penilaian terhadap
ekspansi lobus atau paling baik di inspeksi dari belakang klien, dengan memperhatikan kedua
klavikula selama pernafasan sedang. Gerakan yang berkurang menunjukkan penyakit paru
yang mendasarinya. Sisi yang terkena akan memperlihatkan gerakan yang terlambat atau
menurun. Untuk penilaian ekspansi lobus bawah diperlukan inspeksi serta palpasi anterior
dan posterior.
Gerakan dinding dada unilateral yang berkurang dapat disebabkan oleh fibrosis paru yang
terlokalisir, konsolidasi, kolaps, efusi pleura, atau pneumothoraks. Berkurang nya pergerakan
diding dada bilateral menunjukkan adanya kelainan difus seperti adanya hambatan jalan nafas
kronik atau fibrosis paru difus. Ekskursi diafragmatik yang menurun mungkin pampak pada
klien dengan efusi pleural dan emfisema. Peningkatan dalam tekanan intra abdomen, seperti
yang terjadi pada kehamilan atau asites dapat menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi.
2.    Palpasi
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi:
1) Melihat adanya kelainan pada dinding toraks
2) Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan memeriksa:
a)    Gerakan dinding thorak anterior

 Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga kedua ibu jari memeriksa terletak
digaris tengah ditas sternum
 Ketika klien mengambil nafas dalam-dalam, maka kedua kedua ibu jari tangan harus
bergerak secara simetris dan terpisah satu sama lain minimal 5 cm. Ekspansi yang
berkurang  pada satu sisi menunjukkan adanya lesi pada sisi tersebut.
b)    Ekspansi dada posterior

 Ekspansi dinding bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa
hal mengenai lobus atas dan media mungkin ditemukan bila manuver tersebut
diulangi pada dada depan, tetapi lebih bik dengn inspeksi
 Ibu jari tangan kanan dan kiri harus bertemu digaris tengah dah harus agak
terangkat dari dinding dada sehingga dapat bergeraak bebas sesuai irama
pernafasan.
 Ekspansi lobus bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa hal
mengenai ekspansi lobus ats dan media mungkin ditemukan bila manuver
tersebut diulangi pada dada depan, tetapi lebih baik dengan inspeksi. 
 Getaran suara (fremitur vokal) getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang
diletakkan pada dada klien sewaktu mengucap kata-kata.
 Bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang
pohon bronkial untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan. Hal ini
terutama benar pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan dinding dada
di sebut taktil fremitur. 
3.    Perkusi
Perkusi menentukan dinding dada dan dtruktur dibawahnya dalam gerakan, menghasilkan
fibrasi taktil dan dapat didengar. Pemeriksa menggunakan perkusi untuk menentukan apakah
jaringan dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga
menggunakan perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu didalam torak
(diafragma, jantung, hepar dan lain-lain)

Prosedur pemeriksaan
Perkusi biasanya dimulai dengan torak posterior. Klien dalam posisi duduk dengan kepala
posisi fleksi kedepan dan lengan disilangkan diatas pangguan. Posisi ini akan memisahkan
skapula dengan lebar dan memajan area paru lebih luas untuk pengkajian. Prosedur tersebut
adalah sebagai berikut:

 Tangan kiri pada dinding dada dan jari-jari agak terpisah dan ejajar dengan iga-iga ,
jari tengah ditekan dengan lembut pada dinding dada.
 Ujung jari tengah kanan dipakai untuk mengetuk pada falang media dari jari tengah
tangan kiri
 Jari yang melakukan perkusi harus cepat dingakat sehingga nada yang timbul tidak
teredam.
 Jari yang melakukan perkusi harus dalam keadaan setengah fleksi dan gerakan
mengayun yang dijatuhkan harus dilakukan pada sendi pergelangan tangan dan bukan
pada lengan bawah.
 Mengusahakan agar kuku tangan dalam keadaan pendek.
Nada yang timbul dipengaruhi oleh ketebalan dinding dada, juga oleh struktur-struktur
dibawahnya. Perkusi pada struktur yang padat seperti hepar atau daerah konsolidasi pleura
menimbulkan nada yang redup. Perkusi yang berisi cairan seperti efusi pleura menimbulkan
nada yang sangat redup atau nada pekak. Perkusi pada paru menimbulkan nada sonor dan
perkusi pada struktur yang berongga seperti usus atau pneumothorak menimbulkan nada
hipersonor.
4.    Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan
mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji
karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau
dibisikan. Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan
dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena
bunyi yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.
Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyi
suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di
seluruh bidang paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang sampai
napas dalam melalui mulut. Bunyi napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa
inspirasi dan ekspirasi, intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas
tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati
simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular,
bronkhial, dan bronkhovesikular.
Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk
penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling
mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan
terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan)
jaringan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi
gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.
1)    Prosedur pemeriksaan auskultasi
      Pemeriksaan menyeluruh mencakup auskultasi thorak anterior, posterior, dan lateral

 Bagian diafragma stetoskop diletakkan dengan kuat menekan dinding dada ketika
klien bernafas perlahan dan dalam melalui mulut.
 Bagian dada yang berhubungan diauskultasi dengan cara sistematis dari apeks
kebagian dasar dan sepanjang garis midaksila untuk menilai segmen-segmen paru
 Urutan auskultasi dan posisi klien adalah sama dengan pemeriksaan perkusi
 Sangat penting artinya untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi penuh
pada kedua lokasi anatomi untuk menentukan interpretasi valid dari bunyi yang
didengar
Nafas dalam berulang dapat mengakibatkan gejala hiperventilasi  (cth: kepala terasa
melayang). Gejala tersebut dapat dihindari dengan meminta klien beristirahat dan bernafas
dengan normal satu atau dua kali pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai