Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Sistem pernafasan merupakan sistem yang berfungsi untuk
mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dalam tubuh yang
bertujuan untuk mempertahankan homeostatis. Fungsi ini disebut sebagai
respirasi. Sistem pernafasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke
alveolus, dimana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dengan pembuluh darah (Oktarina:2016)
Mengutip dari (Muttaqin, 2014), pengetahuan dan pemahaman Fungsi-fungsi
dasar sistem pernapasan ini penting untuk mengatasi gangguan pernapasan
yang sering ditemukan oleh para perawat di klinik. Lima fungsi dasar sistem
pernapasan:
1) Tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah:
2) Memindahkan udara dari ke permukaan paru:
3) Melindungi dan menjaga mukosa pernapasan dari dehidrasi,perubahan
suhu, atau variasi lingkungan sekitar, serta mempertahankan permukaan
mukosa dari invasi bakteri patogen;
4) Memproduksi bunyi atau suara untuk berbicara, bernyanyi, dan kegiatan,
komunikasi verbal lainnya;
5) Menyediakan sensasi penciuman untuk dikirim ke sistem saraf pusat dari
epitalium saraf olfaktirius di bagian superior rongga hidung;
6) Secara tidak langsung, kapiler paru turut membantu regulasi volume dan
tekanan darah melakukan kompresi angiotensi I ke angiotensi II.

1
2. Rumusan masalah
1) Bagaimana konsep teori pemeriksaan fisik
2) Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik
3) Bagaimana perkembangan pernapasan pada klien
3. Tujuan
1) Mengetahui tindakan keperawatan yang harus dilakukan saat
melakukan pemeriksaan fisik sistem pernafasan.
2) Mengetahui apa-apa saja yang harus diperiksa pada organ pernafasan
yang menderita gangguan pernafasan.
3) Mengetahui perkembangan sistem pernafasan.
4. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun
bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
1) Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
2) Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3) Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4) Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Teori

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)

Aspek yang Dinilai Skor

0 1 2 3

1. Pengertian :
system pernafasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dalam tubuh yang bertujuan
untuk mempertahankan homeostatis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi.
Sistem pernafasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus,
dimana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dengan pembuluh darah.

2. Tujuan
Tujuan Pemeriksaan Fisik secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan
bertujuan:
 Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

3
 Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
 Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
 Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
klien dan penatalaksanaan.
 Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
3. Perisiapan alat :
 Stetoskop
 Handscoon
 Jam tangan
 Bantal
 Selimut
 Buku catatan dan pena
 Penggaris centimeter
 Pensil penada
4. Persiapan pasien dan lingkungan :
 Memberikan salam pembuka
 Menjelaskan tujuan tindakan
 Meminta pasien untuk membuka pakaian
 Meminta pasien berbaring dengan posisi telentang
 Meminta pasien dalam posisi rilex.
5. Langkah-langkah :
Insfeksi toraks bagian depan
 Perhatikan muka (edema) dan mata (conjunctiva anemis atau tidak)
dan bibir (sianosis atau tidak)
 Perhatikan posisi trakea : normal, deviasi kiri atau kanan.

4
 Perhantikan bentuk dada adakah kelainan bentuk (pigeon chest,
funnel chest, barel, dan chest khyposcoliosis)
 Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri
 Amati adanya rertraksi interkosta, amati gerakan paru
 Amati sternum dan kalvikula (apakah ada kelainan bentuk)
 Tentukan jenis pernafasan apakah ada pernafasan abnormal
 Hitung frekuensi pernafasan
 Bandingkan pergerakan dinding dada kiri dan kanan apakah
pergerakanannya sama atau ada yang tertinggal
Palpasi toraks bagian depan :
 Apakah ada limfadenofati supraklavikular dan leher
 Lakukan pemeriksaan posisi trakea apakah normal, deviasi kekiri
atau deviasi kekanan
 Berdiri didepan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa
didada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam,
rasakan apakah sama paru kanan dan kiri.
 Lakukan palpasi pada dinding toraks untuk menilai tachtil fremitus.
 Bandingkan kiri dan kanan secara simetris dan silangkan tangan
pemeriksa instruksikan pasien mengucakpan kata ”sembilan
sembilan”.

Auskultasi toraks bagian depan :


 Gunakan diagpragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
 Mendengar suara nafas vesikuler pada kedua hemitoraks kiri dan kanan,
mulai dari atas kebawah
 Mendengar suara nafas normal : tracheal suara yang terdengar pada bagian
tracheal yaitu pada bagian larik dan pangkal leher, bronchial suara yang

5
terdengar pada bagian percabangan anatar paru-paru kanan dan paru-paru
kiri, vesicular suara yang dapat didengar pada bagian vesikular pada
bagian dada samping dan dada dekat perut, dan bronchovesicular suara ini
didengar pada bagian ronchus yaitu pada bagian dada sebelah kanan atau
kiri.
 Mendengar suara nafas tambahan : wheezing, crackles, ronchi, pleural
friction rub, dan stridor.
Pemeriksaan toraks belakang
Langkah-langkah :
Inspeksi toraks bagian belakang
 Perhatikan bentuk dinding toraks bagian belakang (adakah kelainan
bentuk)
 Perhatikan bentuk tulang belakang (apakah ada kelainan bentuk kiposis,
skoliosis, lordisis)
 Bandingkan bentuk dinding toraks belakang kiri dengan belakang kanan
 Bandingkan pergerakan dinding toraks belakang kanan dan kiri apakah
ada yang tertinggal
Palpasi toraks bagian belakang :
 Meletakkan telapak tangan kanan dibelakang dada tepat pada apex paru
atau stinggi supra scapula (posisi posterior).
 Menginstruksikan pasien untuk mengucapkan kata “sembilan-sembilan”
(nada rendah)
 Minta klien untuk mengulangi kata tersebut, sambil pemeriksa
menggerakkan ke posisi kanan dan kiri kemudian kebawah smapai pada
basal paru atau setinggi vertebra torakal ke 12.
 Bandingkan vremitus pada kedua sisi

6
Perkusi toraks bagian belakang :
 Lakukan perkusi pada kedua hemotoraks belakang kanan dan kiri mulai
dari dinding toraks atas kebawah bandingkan kiri dan kanan
 Tentukan batas paru belakang kanan dan kiri
 Tentukan batas paru belakang ka.ki (normal vertabrae Th X/XI)
Auskultasi toraks bagian belakang :
 Mendengar suara nafas vesikuler pada kedua hemitoraks balakang kiri dan
kanan, mulai dari atas kebawah
 Mendengar suara nafas bronkovesikular (normal) pada daerah
interskavula)
 Mendengarkan suara nafas tambahan
Evaluasi :
 Bagiamana perasaaan dan kondisi klien
 Inspeksi bagian dada pada klien
 Auskultasi bunyi suara pada klien (wheezing, crackles, ronchi, pleural
friction rub, bronchial, bronchovesikular, vesikular).

Dokumentasi :
 Semua hasil pemeriksaan fisik baik pada saat insfeksi, palpasi, perkusi,
maupun auskultasi.
 Diameter anteroposterior
 (pencatatan selama melakukan tindakan) sambil berdiri diposisi garis
tengah dibelakang klien, perawat mencatat adanya depormitas, posisi
spinal, landai iga, retraksi tulang interkostal selama respirasi, dan
penonjolan tulang interkostal selama ekspirasi

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan sesuai
dengan makalah “Pemeriksaan Fisik pada Sistem Pernafasan” adalah sistem yang
harus dijaga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan
mengganggu organ sistem pernafasan yang lain.

2. Saran

Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistem
pernafasan lainnya.

8
Daftar pustaka
Oktarina. Yosi (2016). SOP Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi. Jambi: Scribe
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Selemba Medika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/chapter%2011.pdf;sequence=
3
Potter, Pa, Perry, A. G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4. volume 2.alih bahasa: Renata Komalasaro, dkk. Jakarta egc. 2005

Anda mungkin juga menyukai