Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah
2. Perawat mengucapkan salam dan memperenalkan diri pada klien
kemudian perawat meminta klien menyebutkan identitas beserta
tanggal lahir, serta memeriksa barcode di lengan klien
3. Perawat mengevaluasi keluhan klien (batuk, sesak nafas, nyeri pada
dada, dan lain-lain) serta memvalidasi tindakan klien yang sudah
dilakukan untuk mengatasi masalah klien
4. Menjelaskan tujuan tindakan dan kontrak waktu
5. Memposisikan klien pada posisi yang aman dan nyaman dengan
posisi duduk (jika memungkinkan) dan perawat berada di sebelah
kanan klien
6. Mengenakan handscoen jika diperlukan (lihat kondisi)
7. Mengatur pencahayaan dan menjaga privasi klien (tirai ditutup)
G. Tahap Kerja
Pengkajian Pernafasan Bagian Depan
1. Langkah-Langkah:
1. Perawat membantu klien melepaskan pakaian bagian atas, dibuka
sampai pinggang untuk mempermudah perawat melakukan inspeksi
2. Perhatikan kesan pertama klien: perilaku, ekspresi, penampilan
umum, postur tubuh, dan gerakan
3. Hitung pernafasan selama 1 menit (jika menghitung pernafasan,
observasi frekuensi pernafasan, ritme, kedalaman pernafasan dan
usaha klien dalam bernafas)
4. Perhatikan pergerakan ekspansi dada (simetris atau tidak simetris)
dan adakah keterlibatan otot-otot bantu pernafasan (otot interkosta,
otot sternokleidomastoid, dan otot scalenes)
5. Kaji bentuk thoraks, normalnya rasio diameter transversal dengan
diameter anteroposterior lebih kurang 2:1. Temukan apakah terdapat
kelainan bentuk seperti: barel chest, funnel chest, pegon chest, flail
chest, kyphosis, skoleois, kyposkoliosis
6. Perhatikan warna kulit klien mulai dari wajah sampai dada, apakah
terdapat cyanosis, jaringan scar bekas operasi, atau terdapat lesi, dan
jejas kebiruan
7. Palpasi thoraks anterior untuk mengukur ekspansi pernapasan:
a. Letakkan tangan pada dinding anterior dada tepat di bawah batas
kosta dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum
b. Tekan kulit diantara ibu jari seperti pada waktu melakukan
palpasi dinding posterior
c. Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Observasi pergerakan
ibu jari dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa.
Apabila terjadi perbedaan pada ekspansi paru, maka di diagnosa
terjadi PPOK atau penyakit paru restriktif
8. Palpasi untuk mengetahui taktil fremitus pada dinding dada anterior:
a. Teknik yang digunakan sama dengan palpasi posterior
b. Gunakan sendi metacarpophalangeal atau permukaan unlar tangan.
Mintalah klien untuk mengucapkan tanda “tuju-tujuh” saat
pemeriksa melakukan palpasi dinding dada anterior. Normalnya
keduanya terdengar dalam getaran yang sama.
9. Perkusi thoraks anterior:
a. Visualisasikan landmark daerah toraks anterior. Sebelum
melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasi garis vertical
dan horizontal. Identifikasi lokasi diafragma dan lobus paru.
b. Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur. Mulailah perkusi
pada daerah apeks dan lanjutkan sampai setinggi diafragma.
Lanjutkan perkusi sampai garis mid aksila pada masing-masing
sisi. Hindari perkusi diatas sternum, klavikula, tulang rusuk dan
jantung.
c. Pastikan jari-jari dan tangan yang tidak dominan berada pada celah
interkosta sejajar dengan tulang rusuk.
d. Jika pada klien wanita memiliki payudara besar, mintalah klien
untuk mengatur posisi agar payudara kearah samping selama
prosedur ini. Perkusi diatas jaringan payudara wanita akan
menghasilkan suara “dull”.
10. Auskultasi toraks anterior bagian atas:
a. Visualisasi petunjuk torak anterior.
b. Auskultasi diatas trakea. Suara akan jelas berada diatas jugular
(suprastenal) notch. Suara diatas trakea adalah suara bronkial.
c. Auskultasi diatas bronkus kiri dan kanan.
d. Daerah ini berada pada batas sternum sebelah kiri dan kanan pada
sela interkosta ke-dua dank e-tiga. Suara yang terdengar adalah
bronkovesikuler.
11. Auskultasi paru-paru:
a. Dengarkan suara vesikuler. Biasanya terdengar pada daerah
parenkim paru-paru.
b. Dengarkan bunyi suara nafas tambahan. Suara ini mendahului
inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernafasan. Apabila pemeriksa
mendengar suara tambahan, catat lokasi, kualitas dan waktu
terjadinya selama siklus pernapasan.
Pengkajian Pernafasan Bagian Belakang
Langkah-Langkah:
1. Inspeksi:
a. Perhatikan warna kulit klien mulai dari wajah sampai dada, apakah
terdapat cyanosis, jaringan scar bekas operasi, atau terdapat lesi,
jejas kebiruan.
b. Perhatikan pergerakan ekspansi dada (simetris atau asimetris) dan
adakah keterlibatan otot-otot bantu pernafasan (otot trapezius dan
otot-otot leher)
2. Palpasi dan hitung jumlah tulang rusuk dan sela intercostal:
a. Minta klien untuk fleksi leher, maka processus spinalis cervical
ke-tujuh akan terlihat.
b. Jika pemeriksa memindahkan sedikit tangan kekiri dan kekanan
dari procesus, pemeriksa akan merasakan tulang rusuk pertama.
Hitung tulang rusuk dan sela intercostal, dan tetap didekat pada
garis vertebral.
c. Palpasi tiap-tiap procesus spinal dengan gerakan kearah bawah.
d. Palapasi toraks posterior untuk mengukur exspansi pernafasan
e. Letakkan tangan setingkat dengan tulak rusuk ke-8 sampai ke-10.
Letakkan kedua ibu jari dekat dengan garis vertebral dan dengan
kulit secara lembut diantar kedua ibujari. Pastikan telapak tangan
bersentuhan dengan punggung klien. Mintalah klien untuk menarik
napas dalam. Pemeriksa seharusnya merasakan tekanan yang sama
dikedua tangan. Dan tangan bergerak menjauhi garis vertebral.
3. Palpasi untuk menilai taktil vremitus:
a. Gunakan daerah sendi metacarphangeal atau permukaan luar
tangan pada saat memeriksa vremitus.
b. Mintalah klien untuk mengulangi kata “ninety nine” atau “tujuh-
tujuh” saat pemeriksa melakukan palpasi. Normalnya adalah teraba
sama rata.
4. Perkusi toraks posterior:
a. Visualisasi petunjuk daerah toraks. Sebelum melakukan perkusi
pada toraks posterior, visualisasikan garis horizontal, garis
ventrial, tingkat diafragma dan visura paru-paru untuk
mengidentifikasi lobus paru.
b. Atur posisi klien. Bantu klien untuk membungkuk kedepan sedikit
dan melebarkan bahu.
c. Perkusi daerah paru. Mulailah perkusi pada daerah apeks kiri paru-
paru dan bergerak ke apeks kanan. Gerakkan kedalam setiap sela
intercostal dengan cara sistemik. Perkusi sampai ketulang rusuk
paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai ke garis
mid aksila kiri dan kanan.
d. Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskursi diafragma.
1) Mulailah dengan melakuakn perkusi pada celah interkosta ke-
tujuh kearah bawah sepanjang garis scapula sampai batas
diafragma. Resonan akan berubah menjadi “dullness”.
2) Beri tanda pada kulit.
3) Mintalah klien untuk menarik nafas dalam dan menahannya.
4) Perkusi kembali kearah bawah dari kulit sampai terdengar lagu
suara “dullness”.
5) Sekarang mintalah klien untuk bernafas normal dan keluarkan
nafas sebanyak-banyaknya kemudian tahan nafas.
6) Perkusi kearah atas sampai pemeriksa mendengar suara
resonan, beritanda dan anjurkan klien untuk bernafas secara
normal. Pemeriksa akan mendapatkan tiga tanda sepanjang
garis scapula.
7) Ulangi prosedur untuk sisi yang lain.
8) Jarak antara tanda nomor 2 dan 3 berkisar antara 3-6 cm pada
orang dewasa yang sehat.
9) Kembalikan klien pada posisi duduk yang nyaman.
5. Auskultasi toraks posterior:
Sebelum auskultasi posterior daerah thoraks dilakukan, visualisasikan
“landmark” daerh tersebut seperti sebelum perkusi
6. Auskultasi trakea:
a. Menggunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma stetoskop
sejalan dengan bernafasnya klien secara perlahan dengan mulut
terbuka
b. Mulailah pada garis vertebral C7 dan turun ke bawah sampai T3.
Disini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea, dan suara
yang terdengar adalah bronkial.
7. Auskultasi bronkus:
a. Pindahkan stetoskop ke kiri dan ke kanan vertebral setinggi T3-T5,
tepat berada pada bronkus kiri dan kanan, serta suara yang
terdengar adalah bronkovesikuler.
8. Auskultasi paru-paru:
a. Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang
dilakukan pada perkusi paru-paru.
b. Mulai auskultasi pada bagian apeks kiri dan dilanjutkan seperti
pola perkusi. Pemeriksa akan mendengar suara vesikuler.
c. Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada saat
siklus inspirasi dan ekspirasi. Apabila mendengar adanya suara
tambahan, catat lokasi, kualitas, lama dan waktu terjadinya
selama siklus pernafasan.
Fase Terminasi
1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
3. Berikan penjelasan bahwa hasil pemeriksaan akan diberikan setelah
dilakukan interpretasi
4. Berikan reinforcement positif
5. Cuci tangan
6. Dokumentasi: catat tindakan yang telah dilakukan, catat hasil
pengkajian serta tanda tangan, dan nama terang perawat.
Standart Operational Prosedur (SOP)
FASE KERJA:
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
5. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
6. Flowmeter telah tersambung dengan sumber oksigen. Pastikan
sambungan rapat. Buka (hidupkan) aliran oksigen pada sumber
oksigen. Lihat alat penunjuk oksigen. Jumlah oksigen yang tersedia
ditunjukkan dengan arah jarum yang naik. Lihat gelembung udara
pada air di flowmeter Pasang alat yang digunakan untuk
memberikan oksigen.
7. Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidifier dengan
aliran oksigen rendah. Tes aliran oksigen ke punggung telapak
tangan.
8. Pasang kanula ke dalam kedua lubang hidung. Fiksasi slang
oksigen. Fiksasi dapat dilakukan di belakang kepala atau
dilewatkan ke belakang telinga dan difiksasi di dagu klien. Berikan
plester jika perlu.
9. Alirkan oksigen sesuai instruksi (kebutuhan)
10. Sisipkan kassa pada bagian kulit yang tertekan tali fiksasi (atas
telinga, tulang pipi)
11. Lepas sarung tangan
12. Cuci tangan
Fase Terminasi
2. Evaluasi:
13. Berikan reinforcement positif
14. Tanyakan mengenai respon pasien terhadap prosedur
15. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
16. Akhiri kegiatan dengan baik
17. Mendokumentasikan hasil kegiatan
F.Kep SUCTION
Universitas Jember
H. Evaluasi:
Fase
Terminasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Catat jumlah dan karakteristik sekret, auskultasi suara
napas, cek tanda vital, perhatikan adanya tanda-tanda
sesak napas
3. Berikan reinforcement positif
4. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
5. Akhiri pertemuan dengan baik
6. Dokumentaska tindakan dengan SOAP
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:
1. Posisikan kepala pasien sedikit lebih rendah
2. Tindakan suction untuk satu periode tidak boleh lebih
dari 15 detik
3. Hentikan suction bila denyut jantung mencapai 40
kali / menit
4. Perhatikan ventilasi pasien, segera pasang masker
kembali setelah melakukan suction
Standart Operational Prosedur (SOP)
E. Komplikasi 1. Phlebitis
2. Hematoma
3. Ekstravasasicairan
4. Infeksi lokal
6. Emboli udara
(Ariningrum & Jarot., 2018)
3. Set infus
4. Alkohol swab
5. Torniket
7. Kasa steril
8. Plester
12. Gunting
4. Cuci tangan
I Evaluasi:
Fase
Terminasi 1. Berikan reinforcement positif
Universitas Jember
D. Kontraindikasi
-
F. Persiapan -
Pasien
4. Mencuci tangan
1. Nacl 500 ml
2. Betadine 60 cc
3. Handscoen
4. Kassa steril
5. Kom
6. Pinset chirurgic dan pinset anatomi
7. Hypafix 10 cm
8. Plester dan gunting plester
9. Spuit 2,5 cc
10. Underpad/ perlak
11. Bengkok
12. Alkohol 70 %
13. Kocher
Fase Terminasi
2. Evaluasi:
1. Lakukan monitor ketat pada pasien, diobservasi tanda-tanda vital,
seperti pada sistem pernapasan, sirkulasi, keseimbangan cairan,
analisis gas darah, pemeriksaan penunjang.
2. Pengecekan dan pengujian.
3. Pengawasan terhadap tanda-tanda infeksi pada kateter
4. Mempertahankan aliran pada kateter.
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:
1. Kepatenan selang WSD
2. Respon pasien
3. Teknik aseptic
4. Jaga pasien agar tidak tertarik atau tercabut dan selang atau
penyambung tak terlepas, sehingga udara tidak masuk ke dalam
rongga thoraks
5. Mengobservasi: undulasi, pengembangan paru-paru, penyumbatan
pada slang, sambungan slang, keluhan pasien, tekanan WSD, tanda-
tanda vital, krepitasi kulit di sekitar area drain
Standart Operational Prosedur (SOP)
2. Persiapan alat:
Alat steril
1. Jarum infuse/abochat atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. instrumens steril (Gunting, pinset, com
5. Kassa steril
6. Transfusi set
Alat non-steril
1. Standar infus
2. Pengalas/Perlak
3. Tourniquet/pembendung
4. Betadin
5. Bengkok
Bahan
1. NaCl 0,9%
2. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Persiapan pasien:
a. Pastikan identitas pasien
b. Kaji kondisi pasien
c. Jelaskan maksud dan tujuan
d. Jaga privacy pasien
e. Pasien dipersilahkan duduk
2 TAHAP KERJA
a. Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
b. Panggil klien dengan nama kesukaan klien
c. Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada klien
d. Berikan kesempatan klien untuk bertanya. Berikan petunjuk alternatif
komunikasi jika klien merasa tidak nyaman dengan prosedur yang
dilakukan
e. Jaga privasi klien
f. Cuci tangan dan keringkan tangan dengan handuk
LANGKAH-LANGKAH
a. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah
mendapatkan transfusi sebelumnya dan catatan reaksi, jika ada
b. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala,
gataldan kemerahan dengan segera
c. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format
persetujuan/informedconcern
d. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
e. Buat jalur IV dengan kateter besar
f. Gunakan selang infus yang mempunyai filter. Selang juga harus
menggunakan tipe-Y
g. Gantungkan wadah larutan 0,9% Normal Salin untuk diberikan setelah
menginfuskan/ pemberian transfusi darah
h. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank
darah. Minta darah bila anda telah siap menggunakannya
i. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan
klien
j. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi
padakantong itu sendiri
k. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan
klien
l. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter
m. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah
n. Periksa darah terhadap adanya bekuan/gumpalan darah
o. Tanyakan nama klien dan periksa/cocokkan dengan gelang
tangannya/gelang nama
p. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien
q. Mulai untuk mentransfusikan darah
1) Isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline (lihat prosedur pemasangan
infus)terlebih dahulu sebelum pemberian tranfusi darah
2) Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter
3) Sebelum dilakukan tranfusi darah terlebih dahulu memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan
4) Buka set pemberian darah
a) Untuk selang Y, atur ketiga klem
b) Untuk selang tunggal, klem pengatur pada posisi off
5) Cara tranfusi darah dengan selang Y:
a) Tusuk kantong NaCl 0,9 %
b) Isi selang dengan NaCl 0,9 %
c) Buka klem pengatur pada selang Y dan hubungkan ke kantong
NaCl 0,9 %
d) Tutup/klem pada slang yang tidak digunakan
e) Tekan/klem sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan
ruang filter terisi sebagian)
f) Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl
0,9%
g) Kantong darah perlahan-lahan dibalik-balik 1 – 2 kali agar sel-
selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah dan buka klem
pada selangdan filter terisi darah
6) Cara transfusi darah dengan selang tunggal
a) Tusuk kantong darah
b) Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang
filterterisi sebagian)
c) Buka klem pengatur biarkan selang terisi darah
7) Hubungkan selang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem
pengatur ke bawah
r. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan
tetap bersama klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi,
siram / suntik jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu
dokter dan bank darah
s. Rapikan klien, atur posisi yang nyaman dan aman, evaluasi respon klien
t. Bereskan alat dan kembalikan di tempat yang semula
u. Mencuci tangan
3 TAHAP EVALUASI
1. Evaluasi respon klien Monitor tanda-tanda vital:
a. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama
transfusi dan setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan
institusi/rumah sakit.
b. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal,
dispnea, bintik- bintik merah di kulit.
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
4 DOKUMENTASI
1. Catat:
a) Tipe, jumlah dan komponen darah yang diberikan.
b) Tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
pada catatankeperawatan.
2. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
REFERENSI:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015.
_Standar Pelayanan Transfusi Darah_. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 36. Jakarta.
Standart Operational Prosedur (SOP)
D. Kontraindikasi
-
1. Langkah-Langkah:
Pemeriksaan Kuantitatif
1. Mencuci tangan 6 langkah
2. Mengkaji respon klien meliputi
a) EYE (Respon Membuka Mata)
(4) Membuka mata spontan
(3) Membuka mata dengan rangsangan suara
(2) Membuka mata dengan rangsangan nyeri seperti menekan
kuku jari pada klien
(1) Tidak ada respon
b) VERBAL (Respon Verbal)
(5) Orientasi baik
(4) Disorientasi tempat dan waktu, kebingungan, dan berbicara
secara berulang-ulang
(3) Berbicara tidak jelas namun masih jelas dengan tidak dalam
satu kalimat perkata atau terbata-bata
(2) Hanya mengerang
(1) Tidak ada respon
c) MOTOR (Respon Motorik)
(6) Mengikuti perintah perawat
(5) Menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri
(4) Menghindar atau menarik bagian tubuh saat diberikan
rangsangan nyeri
(3) Tangan satu atau keduanya dalam posisi kaku diatas dada
dan kaki ekstensi saat diberi rangsangan nyeri
(2) Tangan satu dan keduanya ekstensi di sisi tubuh dengan jari
mengepal dan kaki ekstensi saat diberi rangsangan nyeri
(1) Tidak ada respon
Keterangan Pemeriksaan Kuantitatif:
1. Composmentis ( Score 14 – 15 )
2. Apatis ( Score 12 – 13 )
3. Somnolen ( Score 10 – 11 )
4. Delirium ( Score 7 – 9 )
5. Stupor ( Score 4 – 6 )
6. Koma ( Score 3 )
Pemeriksaan Kualitatif
a) Konfusi
1) Kehilangan kemapuan berpikir cepat dan jernih
2) Ketidakmampuan membuat keputusan dan penilaian
b) Disorientasi
1) Mulai kehilangan kesadaran
2) Disorientasi waktu yang berkembang menjadi disorientasi
tempat 3) Penurunan memori atau daya ingat
4) Tidak mengenali diri sendiri
c) Lateragi
1) Keterbatasan dalam gerakan dan bicara spontan
2) Mudah dibangunkan dengan perintah atau sentuhan
3) Kemungkinan terjadi disorientasi waktu, tempat, dan
orang d) Somnolen
1) Penurunan kesadaran ringan sampai sedang
2) Terbatasnya respon terhadap lingkungan
3) Mudah tertidur tanpa stimulus verbal atau taktil
4) Respon minimal terhadap pertanyaan
e) Stupor
1) Penurunan kesadaran yang dalam atau tidak ada respon 2) Susah
dibangunkan (kecuali terhadap stimulus yang kuat atau berulang)
3) Respon terhadap stimulus berupa gerakan menarik atau
mencengkram
f) Koma
1) Tidak ada respon motorik atau verbal terhadap stimulus eksternal
2) Tidak ada respon terhadap stimulus yang membahayakan seperti
nyeri yang kuat
3) Tidak dapat dibangunkan dengan stimulus apapun
Fase Terminasi
2. Fase Terminasi :
1. Melakukan evaluasi subjektif
2. Melakukan evaluasi objektif
3. Memberikan resinforcement positif
4. Memberikan kesempatan bertanya kepada klien
5. Rencana tindak lanjut
6. Melakukan kontrak yang akan datang
7. Memberikan salam kepada klien sebelum meninggalkan ruang
perawatan
4. REFERENSI
- Candra, Karisma Y., dan Titian Rakhma, 2020. Publikasi Ilmiah.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
ISSN: 2721-2882.
- KEPMENKES No. 856/MENKES/SK/IX/2009 tentang instalasi
gawat darurat (IGD) Rumah Sakit
- Wuysang, D & Bahar, A. 2015. Pemerikasaan Derajat Kesadaran
(Glasgow Coma Scale) Dan Fungsi Kortikal Luhur (Mini-
Mental State Examination (MMSE)). E-prints Fakultas
Kedokteran Univeristas Hasanuddin Makasar.
Standar Operationeal Prosedur (SOP)
PENGKAJIAN KEKUATAN OTOT
PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan
2. Penggaris
3. Bolpoint
4. Lembar Dokumentasi
FASE ORIENTASI
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Menanyakan persetujuan
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan
6. Memberikan posisi yang nyaman
7. Ciptakan lingkungan yang nyaman
FASE KERJA
1. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya
kelainan dan deformitas
2. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan
persendian ekstremitas
3. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor,
ukuran otot (atropi, hiperatropi) serta ukur lingkar ekstremitas (perbedaan > 1
cm dianggap bermakna)
Palpasi otot untuk memerilsa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot
10. Bisep : minta klien merentangkan kedua lengan dengan mencoba
menekuknya, pemeriksa menahan lengan agar tetap ekstensi
11. Trisep : minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba merentangkannya
melawan usaha pemeriksa untuk membuat klien tetap fleksi mengumpulkan
kelima jari
12. Kekuatan genggaman : minta klien menggenggan jari telunjuk dan jari tengan
pemeriksa, tarik kedua jari genggaman klien
13. Hamstring : posisikan klien terlentang, kedua lutut ditekuk, minta klien
meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa
14. Kuadrisep : posisikan klien terlentang, lutut setengah ekstensi, klien menahan
usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut
15. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa untuk
mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha pemeriksa untuk
memfleksikan kakinya
16. Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk menemukan area yang
mengalami edema atau nyeri tekan, bengkak, kreapitasi dan modul
FASE TERMINASI
1. Rapikan alat dan klien
2. Buka sarung tangan
3. Cuci tangan
4. Berikan reinforcement positif
5. Akhiri kegiatan dengan baik
6. Mendokumentasikan hasil kegiatan
B. Tujuan Berdasarkan
D. Kontraindikasi -
E. Persiapan Alat 1. Handscoon
Fase Terminasi
2. Evaluasi:
4. Mencuci tangan
H. HASIL Dokumentasi:
1. Catat tindakan yang telah dilakukan.
2. Waktu dan Tanggal Tindakan.
3. Nama Pasien, Usia Nama Perawat dan Tanda Tangan
Perawat
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
No Tindakan
Fase Persiapan
Fase Tindakan
3. Mencuci tangan
8. Menggunakan sepatu
17. Mendokumentasikan:
1. Tanggal dan jam tindakan
2. Nama Tindakan
3. Respon pasien
4. Paraf dan nama perawat
Standart Operational Prosedur (SOP)
WOUND CARE
F.Kep (PERAWATAN LUKA)
Universitas Jember
Prosedur Tetap No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:
Tanggal Terbit: Ditetapkan Oleh:
A. Pengertian Perawatan pada luka yang meliputi pembersihan luka dan
penggantian balutan yang bertujuan untuk mencegah
komplikasi luka dan meningkatkan proses penyembuhan
luka.
B. Tujuan 1. Meningkatkan hemostasis luka
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut
4. Mempertahankan integritas kulit
5. Mencegah terjadinya komplikasi pada luka
6. Meningkatkan proses penyembuhan luka
7. Mendapatkan kembali fungsi normal
8. Memperoleh rasa nyaman
C. Indikasi Pasien dengan luka seperti luka operasi, luka laserasi, luka
dekubitus, ulkus diabetik, dan sebagainya
D. Kontraindikasi -
E. Persiapan Alat 1. Set balutan steril :
2. Gunting jaringan: 1
3. Pinset anatomis: 3
4. Pinset cirurgis: 1
5. Kom steril kecil: 2
6. Kasa steril
7. Korentang dengan duk steril: 1
8. Sarung tangan steril: 1
9. Sarung tangan bersih: 1
10. Salin normal/NaCl 0,9%
11. Larutan antiseptik jika diindikasikan
12. Salep antibiotik jika diindikasikan
13. Selimut mandi: 1
14. Perlak dan pengalasnya: 1
15. Masker wajah, pelindung mata, apron jika diperlukan: 1
16. Bengkok: 1
17. Kantong sampah kedap air: 1
18. Kapas alkohol
19. Balutan modern sesuai kondisi luka (Apabila perlu):
Hidrogel, hidrokoloid, Ca alginate, dll
20. Plester, kasa gulung sesuai kebutuhan
21. Gunting plester
F. Persiapan 1. Pastikan identitas klien yang akan dilakukan tindakan.
Pasien 2. Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan.
No Tahap Kerja
1. Langkah-Langkah:
A. FASE ORIENTASI:
(Telah membaca status klien dan data klien untuk memastikan tindakan)
1. Beri salam dan perkenalkan nama perawat
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
3. Posisikan klien dalam posisi senyaman mungkin
B. FASE KERJA:
4. Dekatkan peralatan ke samping tempat tidur klien.
5. Pertahankan privacy (Tutup tirai) klien selama tindakan dilakukan
6. Atur posisi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan
selimut mandi. Beritahu klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
7. Pasang perlak dan pengalasnya di bawah area luka. Letakan bengkok
di atas perlak. Letakkan kantong sampah pada area yang mudah
dijangkau.
8. Buka korentang dari pembungkusnya. Buka set balutan steril. Kasa,
gunting dan pinset harus tetap pada area steril. Jika tidak ada kasa,
tambahkan kasa ke bak instrumen steril.
9. Tuangkan cairan NaCl 0,9% pada kom steril. Tuangkan larutan
antiseptik jika diindikasikan.
10. Kenakan masker muka, pelindung mata, apron jika diperlukan.
Sesuaikan kondisi luka.
11. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai
12. Lepaskan plester/balutan luar luka dengan perlahan. Gunakan normal
salin atau kapas alkohol jika sulit dilepas, sesuaikan dengan kondisi
luka. Observasi kulit klien untuk reaksi terhadap plester.
13. Lepaskan sarung tangan bersih, buang pada tempat yang tepat
14. Gunakan sarung tangan steril
15. Dengan menggunakan pinset steril angkat balutan kasa pada luka
secara hati-hati. Peringatkan klien tentang rasa tidak nyaman yang
mungkin timbul. Gunakan salin normal jika kasa menempel pada
luka dan sulit diangkat.
16. Observasi karakter, jumlah drainase pada balutan kasa. Buang
balutan yang kotor ke dalam bengkok atau kantong sampah
17. Kaji kondisi luka: proses penyembuhan luka, karakter drainase,
tanda-tanda infeksi.
Untuk luka yang memerlukan balutan kering seperti luka post
operasi:
18. Bersihkan luka dengan salin normal. Gunakan bagian kasa yang
berlainan untuk tiap usapan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi.
19. Gunakan kasa kering untuk mengeringkan luka atau garis insisi.
20. Pasang kasa yang lembab pada luka atau salep antibiotik Berikan kasa
steril kering di atas kasa basah atau salep antibiotik.
21. Tutup dengan memasang plester, sesuaikan luas luka.
22. Rapikan kembali peralatan
23. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat yang tepat
24. Kembalikan klien dalam posisi yang nyaman, buka tirai
25. Cuci tangan
C. FASE TERMINASI:
26. Berikan reinforcement positif
27. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
28. Akhiri kegiatan dengan baik
29. Mendokumentasikan hasil kegiatan
2 Hasil
Dokumentasi :
1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat respon klien terhadap tindakan
3. Catat kondisi luka (Luas luka, Jenis luka, Warna, Odor), jenis balutan
yang digunakan dan toleransi klien terhadap tindakan
4. Catat frekuensi penggantian balutan
5. Nama dan paraf perawat
3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:
1. Langkah-Langkah:
1. Beritahu klien bahwa tindakan segera dimulai
2. Siapkan peralatan dan catatan / kartu obat di dalam ruang
pengobatan atau di kereta obat. Hitung dosis obat yang benar.
Lakukan dengan teliti dan periksa kembali perhitungan.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Siapkan dosis obat yang tepat dari vial atau ampul sesuai
kebutuhan (instruksi dokter). Lakukan dengan langkah yang
benar. Ingat 3 cek pembacaan obat. Bila dalam tabung spuit
masih ada udara, maka udara harus dikeluarkan. Obat yang telah
disiapkan diletakkan dalam bak injeksi.
5. Tentukan vena yang akan dilakukan injeksi. Inspeksi area yang
akan diinjeksi terhadap adanya edema, massa atau nyeri tekan.
Hindari area yang mengalami jaringan parut, memar, abrasi atau
infeksi.
6. Pasang pengalas dibawah vena yang akan dilakukan injeksi
7. Pasang torniket pada bagian proksimal (bagian atas) dari area
yang akan dilakukan penusukan, hingga vena benar-benar dapat
dilihat
8. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya arah lurus
9. Pegang spuit pada tangan dominan. Lakukan penusukan dengan
lubang jarum (bevel) menghadap keatas, posisi jarum sejajar
dengan vena. Untuk mencegah agar vena tidak bergeser, maka
tangan nondominan menahan vena sampai jarum masuk vena
10. Lakukan aspirasi. Bila terhisap darah (tampak pada spuit),
lepaskan torniket dan dorong obat secara perlahan kedalam vena
11. Setelah obat masuk semua, tarik spuit dan jarum, lakukan
penekanan pada area injeksi dengan swab alkohol
12. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup
jarum dengan kapnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan
satu tangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di
tempat sampah khusus
13. Ambil pengalas
14. Bantu klien kembali pada posisi semula
Fase Terminasi
2. Evaluasi:
1. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon
subyektif dan obyektif)
2. Beri reinforcement positif.
3. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik
4. Rapikan dan kembalikan semua peralatan ke tempatnya dan cuci
tangan
5. Dokumentasikan hasil kegiatan: Catat setiap pemberian obat, tulis
6. inisial dan tanda tangan perawat
7. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
8. Kondisi atau penyakit klien.
9. Obat yang baik dan benar
10. Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
11. Dosis yang diberikan harus tepat.
12. harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
13. Obat tidak boleh diberikan secara intravena jika tempat insersi
tampak bengkak atau cairan IV tidak tepat mengalir pada kecepatan
yang sesuai
14. Observasi lokasi intravena selama pemberian obat. Adanya bengkak
yang tiba-tiba mengindikasikan terjasinya infiltrasi. Penting untuk
menghentikan injeksi jika terjadi infiltrasi. Penting juga untuk
mengetahui efek samping setiap obt dan memperhatikan adanya
reaksi pada apsien.
15. Perawat perlu mengealuasi respon pasien terhadap pengobatan
16. dalam 10 sampai 30 menit.
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:
1. Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai
70 detik lamanya.
2. Tempat injeksi harus tepat kena pada daerah vena.
3. Jenis spit dan jarum yang digunakan.
Standart Operational Prosedur (SOP)
1. Langkah-Langkah:
FASE ORIENTASI:
(Telah membaca status dan data klien untuk memastikan program
terapi IM).
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan indentifikasi klien dengan
memeriksa indentitas klien secara cermat, cek program pengobatan
mencakup “ 6 benar ”.(*)
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, kajiriwayat
medis dan riwayat alergi terhadap obat yang sama
sebelumnya,berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan
jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Jaga privasi klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman.
FASE KERJA:
5. Beritahu klien bahwa tindakan segera dimulai.
6. Siapkan peralatan dan catatan / kartu obat di dalam ruangpengobatan
atau di kereta obat. Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan
teliti dan periksa kembali perhitungan.
7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
8. Siapkan dosis obat yang tepat dari vial atau ampul sesuai kebutuhan
(instruksi dokter). Lakukan dengan langkah yang benar. Ingat 3 cek
pembacaan obat. Obat yang telah disiapkan diletakkan dalam bak
injeksi.
9. Tentukan area yang akan dilakukan injeksi. Inspeksi area yang akan
diinjeksi terhadap adanya edema, massa atau nyeri tekan. Hindari
jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi.
10. Palpasi otot untuk menentukan kekerasan dan ukurannya. Apabila
injeksi diberikan dengan sering, lakukan rotasi tempat injeksi.
11. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman dan merelaksasi area
sesuai tempat injeksi yang dipilih
a. Lengan atas (deltoid): klien duduk atau berbaring dengan lengan
bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.
b. Dorsogluteal : klien diatur berbaring menghadap ke bawah dalam
posisi pronasi dengan kedua tangan diatas sisi tempat tidur
dankedua kaki diputar kedalam, klien juga dapat diatur dalam
posisi miring ke samping dan kaki yang atas ditekuk pada pangkal
paha dan lutut serta diletakkan di depan kaki bawah yang diatur
lurus.
c. Ventrogluteal: klien berbaring miring, terlentang, atau terlentang
dengan lutut dan panggul fleksi
d. Vastus lateralis (paha): klien dapat diatur miring atau duduk, atau
berbaring terlentang dengan lutut agak fleksi.
12. Pertahankan selimut atau baju yang menutupi bagian tubuh yang
tidak dilakukan injeksi.
13. Pasang perlak atau pengalas dibawah area yang akan dilakukan
injeksi.
14. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik (alkohol). Usap
bagian tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar
sepanjang sekitar 5 cm.
15. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya arah lurus.
16. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah
dengan tangan dominan (seperti memegang anak panah), pegang
dengan telapak ke bawah pada sudut 90 derajat terhadap tempat
injeksi.
17. Tempatkan tangan non dominan pada tempat injeksi dan regangkan
kulit untuk membuatnya tegang.
18. Injeksikan jarum secara lembut dan cepat kedalam otot pada sudut
90 derajat. Jika massa otot kecil, cubit bagian otot menggunakan
ibu jari danjari lain. Jika obat bersifat mengiritasi, gunakan metode
Z-track.
19. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap
dengan tangan tidak dominan. Lakukan aspirasi. Hindari
menggerakkan spuit ketika menarik pangisap secara perlahan untuk
mengaspirasi. Bila tidak ada darah, injeksikan obat perlahan-lahan
(kecepatan 10 detik/ml). Apabila darah terlihat di spuit, lepas
jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur.
20. Setelah injeksi, tarik jarum spuit dengan lembut tapi cepat dengan
sudut yang sama saat insersi, dengan tangan non dominan
memegang kassa kering/swab alkohol.Usapkan swab alkohol
dengan perlahan di tempat injeksi, lakukan penekanan perlahan.
Jangan memasase kulit. Bila tempat penusukan mengeluarkan
darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai
perdarahan berhenti. Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus
lateralis, anjurkan klien menggerakgerakan kaki.
21. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup
jarum dengan kapnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan
satutangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di tempat
sampah khusus 22. Ambil pengalas
23. Bantu klien kembali pada posisi semula
FASE TERMINASI:
24. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif
dan obyektif)
25. Beri reinforcement positif.
26. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan
baik
2. Evaluasi:
1. Evaluasi respon pasien (respon subjektif dan obyektif).
2. Perhatikan adanya hal-hal yang perlu diperhatikan yang bisa terjadi
pada pasien seperti adanya komplikasi.
1. Fase Tindakan
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Siapkan peralatan dan catatan/kartu obat di dalam ruang pengobatan
atau di kereta obat
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Bantu klien dalam posisi miring/sims dengan kaki atas fleksi ke depan
5. Pertahankan klien tetutup duk dengan hanya area anal yang terpapar
6. Periksa kondisi diluar anus dan palpasi dinding rectum. Apabila
sarung tangan kotor, buang dengan membaliknya dan tempatkan pada
wadah yang tepat
7. Kenakan sarung tangan baru (sekali pakai), jika sebelumnya telah
dibuang
8. Keluarkan suppositorian dari bungkusnya, lumasi ujungnya dengan
jeli pelumas. Lumasi jari telunjuk tangan dominan dengan jeli pelumas
9. Minta pasien menarik nafas dalam perlahan melalui mulut dan
relaksasi spingter anus
10. Regangkan bokong dengan menggunakan tangan non dominan.
Dengan menggunakan jari telunjuk yang dominan, masukkan
suppositoria dengan perlahan melalui anus, spingter interna dank e
arah dinding rectum, 10 cm pada klien dewasa, 5 cm pada klien anak
11. Tarik jari dan bersihkan area anus dengan tissue
12. Instruksikan klien untuk tetap dalam posisi sims atau berbaring
terlentang selama 5 menit
13. Lepaskan sarung tangan dengan merarik bagian dalam keluar dan
buang kedalam wadah yang tepat
14. Beritahu bahwa tindakan telah dilakukan 15.Bereskan alat-alat yang
telah digunakan 16.Buka kembali tirai atau pintu dan jendela
2. Fase Terminasi dan Dokumentasi
1. Mengevaluasi respon pasien
2. Memberikan penghargaan positif kepada pasien
3. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dan ucapkan salam
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan :
a) Tanggal dan jam tindakan
b) Nama tindakan
c) Respon pasien (skala nyeri)
d) Paraf dan nama perawat
No Tahap Kerja
.
1. Langkah-Langkah :
A. Pre - Interaksi
1. Cek kembali instruksi dokter, terkait nama obat, cara kerja, dan
tempat pemberian
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat dengan prinsip 7 benar
4. Siapkan alat dan dekatkan alat disamping tempat tidur pasien
B. Tahap Orientasi
5. Berikan salam, panggil nama pasien, periksa gelang identitas
pasien
6. Jelaskan prosedur, tujuan, serta lama tindakan pada pasien dan
keluarga pasien
C. Tahap Kerja
7. Berikan pasien kesempatan bertanya sebelum dilakukan tindakan
pemberian obat
8. Jaga privasi pasien
9. Tanyakan terkait riwayat alergi
10. Posisikan pasien dengan nyaman dan tepat, pastikan hanya
membuka area yang akan diberikan obat
11. Gunakan sarung tangan
12. Inspeksi kondisi kulit, bersihkan / kompres area sakit edngan
cairan normal salin
13. Keringkan atau biarkan area sakit kering karena udara
14. Oleskan obat topikal
a) Obat topikal krim, salep, lotion
∙ Letakkan 1 – 2 sendok teh obat di telapak tangan kemudian
lunakkan dengan menggosok secara lembut
diantara kedua tangan
∙ Usapkan dengan rata di atas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjang dan searah pertumbuhan bulu
∙ Jelaskan pada pasien bahwa akan terasa berminyak
pada kulit setelah pemberian obat
b) Obat topikal liton mengandung suspensi
∙ Kocok wadah dengan kuat
∙ Oleskan dengan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan
∙ Jelaskan pada pasien bahwa akan terasa dingin dan kering
c) Obat topikal bubuk
∙ Pastikan permukaan kulit kering secara menyeluruh
∙ Renggangkan dengan baik bagian lipatan – lipatan pada kulit antar
ibu jari atau bagian bawah lengan
∙ Bubuhkan dengan tipis pada area terkait
d) Obat topikal spray aerosol
∙ Kocok wadah dengan keras
∙ Baca label untuk memperhatikan jarak yang dianjurkan untuk
memegang spray menjauhi area
(biasanya pada jarak 15 -30 cm)
∙ Apabila harus menyemprot area leher atau bagian atas dada, minta
pasien untuk dapat memalingkah wajah
dari arah spray
∙ Semprotkan secara merata pada area sakit
15. Merapikan kembali alat – alat
16. Merapikan pasien, kembali pada posisi semula dan nyaman
NO
PROSEDUR NO DOKUMEN: HALAMAN:
REVISI:
KERJA
TANGGAL TERBIT: DITETAPKAN OLEH:
1. Pengertian Pengobatan injeksi secra intracutan adalah memasukkan
obat ke dalam jaringan kulit yang peka (lapisan kulit
atau dermis). Pada lapisan dermis suplai darah menurun
dan absorbsi obat menjadi lambat. Perawat
menggunakan injeksi secara IC biasanya untuk skin test
seperti screening tubercullin dan tes alergi.
FASE TERMINASI
22. Evaluasi respon pasien setalah dilakukan tindakan
(respon subjektif dan ojektif)
23. Beri reinforcement positif
24. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri
kegiatan dengan baik
Kembalikan semua peralatan ke nurse station
8 Hal- hal yang 1. Tempat injeksi
perlu 2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
diperhatikan
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
4. Kondisi atau penyakit pasien
5. Pasien, obat, waktu, dan dosis yang benar
6. Cara atau rute pemberian obat yang benar
Azizah, L. N. 2022. Pemberian Pengobatan Injeksi
Secara Intracutan. Lumajang: AKPER
Referensi
Lumajang.
Mubarak, W. I., L. Indrawati., J. Susanto. 2015. Buku
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Tim Center of Fundamental Nursing Research
(CFNUS). 2018. Buku Panduan Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Universitas
Jember: Fakultas Keperawatan.
Standart Operational Prosedur (SOP)
E. Persiapan Alat 1.
1.Kasa
Depress
steril
2. Penghisap lendir delle
3. Doek / alas bokong
4. Obat : oxytocin dan spout
F. Persiapan 1. Kenali gejala dan tanda kala dua
Pasien Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
1. Langkah-Langkah:
1. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk mengeran :
∙ Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
yaitu dengan meneran sesuai dorongan alamiyah selama
kontraksi
∙ Anjurkan agar ibu tidak menahan nafsa pada saat meneran ∙
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
∙ Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama) ∙
Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
∙ Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
∙ Berikan asupan cairan per-oral (minum)
∙ Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
∙ Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
selama 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
2. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untumengeran
dalam 60 menit
3. Lakukan persiapkan pertolongan kelahiran bayi
Fase Terminasi
2. Evaluasi:
1. Ajarkan ibu/ keluarga bagaimana cara melakukan masase uterus
dan nilai kontraksi
2. Evalusi estimasi jumlah kehilangan darah
3. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan