2023
SOP
(STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR)
Pemeriksaan Fisik Paru
Oleh:
Eka Yudha Chrisanto, S.Kep.,Ners.,M. Kep
NAMA:
NPM:
Definisi Tindakan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan cara
anamnesa, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada sistem pernapasan.
Indikasi 1. Pasien baru
2. Pasien dengan gangguan sistem pernapasan
3. Pasien dalam keadaan tirah baring lama
4. Evaluasi setelah dilakukan tindakan
Tujuan 1. Mengetahui adanya keluhan yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernapasan.
2. Mengetahui frekuensi, irama dan suara pernafasan.
3. Mengetahui bentuk dan kesimetrisan ekspansi dada.
4. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan dan taktil fermitus.
5. Mengetahui keadaan jalan napas, alveoli dan rongga pleura.
6. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain disekitarnya.
Alasan 1. Pasien baru
2. Pasien dengan gangguan sistem pernapasan
pemberian
3. Pasien dalam keadaan tirah baring lama
4. Evaluasi setelah dilakukan tindakan
Prinsip Bersih
tindakan
Persiapan 1. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
pasien
Peralatan 1. Sarung tangan
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Masker
5. Penggaris dalam Centimeter
6. Selimut
7. Spidol dan Buku
Inspeksi thorak
- hitung frekuensi pernafasan dalam 1 menit penuh. Orang dewasa normal
bernapas
dengan frekuensi 12 sampai 20 kali/menit
- perhatikan pola pernapasan. Harus seimbang, terkoordinasi, dan teratur
- perhatikan diafragma dan otot intercostal ketika sedang bernafas
Periksa toraks bagian belakang dan depan
- Lihat diameter toraks, dari depan lke belakang. Ukuran seharusnya sekitar
setengah
dari lebar toraks
- Perhatikan kesimetrisannya
- Perhatikan apakah ada massa, jaringan parut, atau perubahan warna pada
kulit yang
menandakan trauma atau operasi.
- Perhatikan batas kosta (sudut antara iga dan sternum pada titik tepat di
atas prosesus
xiphoideus). Sudutnya harus kurang dari 90 derajat pada orang dewasa.
- Perhatikan apakah ada pergerakan dinding toraks paradoks atau yang tidak
sama, yang
menandakan penurunan fungsi dinding toraks y6ang normal.
PALPASI Toraks
Palpasi toraks
- letakkan telapak tangan anda secara ringan diatas toraks
- palpasi untuk mencari apakah ada nyeri tekan, kesejajaran, penonjlan, atau
retraksi
toraks dan sela intercostal
- periksa pasien untuk mencari apakah ada krepitasi
- gunakan bantalan jari-jari tangan anda untuk mempalpasi toraks bagian
depan dan belakang
- rabalah dengan jari-jari anda seluruh sangkar iga dan jaringan parut,
benjolan, lesi, serta
ulserasi apapun. Otot harus terasa padat dan licin.
Pemeriksaan palpasi sistem respirasi dapat dilakukan juga dengan
pemeriksaan
tactil fremitus
- Mintalah pasien untuk menekuk lengannya menyilang toraks
- periksa fremitus taktil dengan menaruh telapak tangan anda secara
perlahan pada kedua
sisi punggung pasien, tanpa menyentuh punggungnya dengan jari-jari
anda.
- Mintalah pasien untuk mengulangi frase " tujuh puluh tujuh" dengan
cukup keras
untuk menghasilkan getaran yang teraba
- Palpasi toraks bagian depan dengan cara yang sama, menggunakan posisi
tangan yg sama
Pemeriksaan palpasi juga dapat menilai pengembangan dan kesimetrisan
dinding toraks.
- letakkan tangan anda pada toraks bagian depan dinding toraks dengan
jempol anda
saling menyentuh satu sama lain pada sela iga kedua.
- Mintalah pasien untuk menarik napas dalam. Jempol akan terpisah secara
bersamaan
dan seimbang dalam jarak beberapa sentimeter dari sternum
- Ulangi pengukuran pada sela iga kelima dan pada bagian belakang toraks
di dekat
iga kesepuluh
Normalnya jarak tadi berkisar antara 3 sampai 5 cm harus sama pada sisi
kanan maupun kiri.
AUSKULTASI
Pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop dimana bagiannya:
Bell type : untuk mendengar nada-nada yang lebih rendah
Bowel atau membran type : untuk nada-nada yangn lebih tinggi.
Posisi penderita sebaiknya duduk
Kalau pasien tidak bisa duduk, auskultasi dapat dilaksanakan dalam posisi
tidur
Pasien sebaiknya disuruh bernapas dengan mulutnya karena pernapasan
hidung
mengubah nada bunyi pernapasan
Perhatikan apakah bunyi muncul ketika pasien menarik napas,
menghembuskan napas,
atau keduanya.
empat jenis bunyi pernapasan:
- Vesikuler: memanjang selama inhalasi dan memendek selama ekspirasi
- bronkial : terdengar keras ketika pasien menghembuskan napas; tidak
kontinyu
- trakeal: terdengar sangat keras ketika pasien menarik atau
menghembuskan napas
- bronkovesikuler: terdengar sedang ketika pasien menarik atau
menghembuskan napas
secara kontinyu
BUNYI SUARA
- Periksa fremitus vokal pasien (bunyi suara yg timbul sebagai akibat dari
getaran toraks
yang terjadi ketika pasien berbicara.
- Adapun Suara tambahan:
Bronkoponi:
- Mintalah pasien untuk mengucapkan " tujuh puluh tujuh"
Pada jaringan yang normal, kata-kata tadi terdengar samar
- Pada area konsolidasi, kata-kata tadi terdengar keras dan jelas secara tidak
wajar
Egofoni:
- Mintalah pasien untuk mengucapkan heruf "E"
- Pada jaringan yang normal, bunyinya terdengar samar
- Pada jaringan konsolidasi, akan terdengar seperti huruf A.
Pectoriloquy:
- Mintalah pasien untuk membisikkan "1,2,3"
- Pada jaringan yang normal, angka-angka tadi hampir tidak dapat
dibedakan
- Pada area konsolidasi, angka-angka tadi dapat terdengar keras dan jelas
TAHAP TERMINASI
Mengobservasi reaksi klien
Membuat Kontrak selanjutnya
Mencuci tangan
Mendokumentasikan tindakan keperawatan
1.
Reference Ardiatna, Wuwus, Hidayat, Siddiq Wahyu, Sadrach, Junaid Asep, Hidayat,
Rahmat. (2018). Analysis Of Defibrillation Energy Effect On
Electrocardiograph (Ecg). Teknologi Indonesia 36 (3) 2013: 136–141 LIPI
Press: Kawasan Puspitek Serpong
Rosyidi, Kholid. 2018. Prosedur Praktek Keperawatan. Jilid 2.
Transinfomedia: Jakarta
Roth, Joseph J and John M. Brown. (2015). Introduction to biomedical
equipment technology, fourth edition , prentice Hall, Upper Saddler River,
New Jersey, Columbus Ohio
MANCINI, Mary E. 2017. Pedoman praktis prosedur keperawatan darurat
pocket manual of emergency nursing procedures / Mary E. Mancini R.N,
Jakarta : EGC
Rosyidi, Kholid. 2018. Prosedur Praktek Keperawatan. Jilid 2.
Transinfomedia: Jakarta
1. INSPEKSI THORAK
a. Perhatikan pernapasan pasien:
‐ Hitung ferkuensi pernapasan dalam 1 menit penuh. Orang dewaa normalnya bernapas
dengan ferkuensi 12-20 x/menit.
‐ Perhatikan pola pernapasan. Harus seimbang, terkoordinasi dan teratur.
‐ Perhatikan diafragma dan otot interkostal ketika sedang bernapas. Penggnaan otot-otot
tambahan yang sering dapat merupakan tanda adanya gangguan pernapasan, khususnya
bila pasien mencucurkan bibirnya ketika bernapas.
b. Periksa toraks bagian belakang dan depan:
‐ Lihat diameter toraks, dari depan ke belakang, Ukuran seharusnya sekitar setengah dari
lebar toraks.
‐ Perhatikan kesimetrisannya.
‐ Perhatikan apakah ada massa, jaringan parut, atau perubahan warna pada kulit yang
menandakan trauma atau operasi.
‐ Perhatikan batas kosta (sudut antara iga dan sternum pada titik tepat di atas prosesus
xipoideus). Sudutnya harus kurang dari 90 derajat pada orang dewasa.
‐ Perhatikan apakah ada pergerakan dinding toraks paradoks atau yang tidak sama, yang
menandakan penurunan fungsi dinding toraks yang normal.
c. Gunakan patokan tempat untuk membantu mendeskripsikan lokasi hasil penemuan
pemeriksaan anda.
Gambar Mengidentifikasi patokan lokasi bagian-bagian paru.
2. PALPASI TORAKS
a. Letakkan telapak tangan anda secara ringan di atas toraks harus terasa halus, hangat, dan
kering
b. Palpasi untuk mencari apakah ada nyeri tekan, kesejahteraan, penonjolan, atau retraksi
toraks dan sela interkosta. Palpasi yang lembut tidak menyebabkan pasien merasa sakit.
c. Periksa pasien untuk mencari apakah ada krepitasi, khususnya disekitar lokasi drainase.
Ulangi prosedur ini pada bagian punggung pasien.
d. Gunakan bantalan jari-jari tangan Anda untuk mempalpasi toraks bagian depan dan
belakang.
e. Rabalah dengan jari-jari Anda seluruh sangkar iga dan jaringan parut, benjolan, lesi, serta
ulserasi apapun. Otot harus terasa padat dan licin.
f. Perhatikan suhu, turgor, dan kelembaban kulit.
Gambar Palpasi toraks:
g. Fremitus taktil
‐ Mintalah pasien untuk menekuk lenganya menyilang toraks.
‐ Periksa fermitus taktil dengan menaruh telapak tangan anda secara perlahan pada kedua
sisi punggung paisen, tanpa menyentuh punggungnya dengan jari-jari anda.
‐ Mintalah pasien untuk mengulangi frase “tujuh puluh tujuh” dengan cukup keras untuk
menghasilkan getaran yang dapat teraba.
‐ Palpasi toraks bagian depan dengan cara yang sama, menggunakan posisi tangan yang
sama
GAMBAR PEMERIKSAAN FREMITUS FOKAL
3. PERKUSI TORAKS
a. Hiperekstensikan jari tengah tangan kiri anda, jika anda menggunakan tangan kanan, atau
jari tengah tangan kanan anda, jika anda menggunakan kiri.
b. Letakkan jari tengah anda dengan sedikit ditekankan pada toraks pasien.
c. Gunakan ujung jari tengah dari tangan anda yang dominan untuk mengetuk jari tengah
tangan anda yang lainnya tepat di bawah sendi distal (yang terjauh).
GAMBAR PERKUSI TORAKS
d. Ikuti urutan pekusi standar pada dinding toraks depan dan belakang. Penggunaan urutan ini
membantu membedakan antara bunyi normal dan abnormal pada paru-paru pasien.
e. Bandingkan getaran suara dari satu sisi dengan sisi yang lainnya ketika anda memeriksa.
Bunyi perkusi yang berbeda terdengan pada area toraks yang berbeda.
BUNYI PERKUSI
BUNYI PENJABARAN MAKNA KLINIS
Kedataran (Flat) Pendek, ringan, bernada Adanya konsolidasi,
tinggi, sangat tumpul, atelektasis dan efusi pleura
ditemukan di paha. yang luas.
Pekak (dull) Intensitasnya dan nadanya Ada area yang padat
sedang, durasinya sedang, seperti pada pneumonia
bunyinya seperti gedebuk,
ditemukan di hati.
Sonor/ resonan Nyaring, bernada rendah Jaringan paru normal,
bronkitis.
Hipersonor Lebih nyaring, bernada Paru-paru yang
lebih rendah, seperti hiperinflasi, seperti pada
perkusi pada lambung empisema dan
pneumotoraks.
f. Pergerakan Diafragma
‐ Mintalah pasien untuk menghembuskan napas
‐ Perkusi punggung pada satu sisi untuk mengetahui lokasi batas atas diafragma (titik
dimana resonansi paru-paru normal berubah menjadi pekak/dull).
‐ Tandai daerah yang menunjukkan posisi paru-paru pada saat ekspirasi penuh pada sisi
punggung tersebut.
‐ Mintalah pasien untuk menarik napas sedalam mungkin.
‐ Perkusi punggung sampai anda mengetahui lokasi diafragma.
‐ Tandai daerah tersebut.
‐ Ulangi prosedur ini pada punggung sisi yang lain.
‐ Gunakan penggaris atau pita ukur untuk menentukan jarak antara kedua daerah tadi.
Normalnya jarak tadi berkisar antara 3-5 cm. Harus sama pada sisi kanan maupun kiri.
4. AUSKULTASI
a. Auskultasi paru dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada perkusi toraks
b. Bedakan antara bunyi pernapasan normal dengan yang tidak normal dengan menekan
diafragma dari stetoskop pada kulit.
c. Dengarkan inspirasi penuh dan ekspirasi penuh pada setiap sisi sesuai urutan.
d. Mintalah pasien untuk bernapas melalui mulutnya karena pernapasan hidung mengubah
nada bunyi pernapasan. Jenis bunyi tergantung dan mana anda mendengarnya.
e. Bunyi pernapasan:
‐ Golongan setiap bunyi yang anda dengar menurut intensitas, lokasi, nada, durasi, dan
karakteristik.
‐ Perhatikan apakah bunyi muncul ketika pasien menarik napas, meghembuskan napas,
atau keduanya. Ingat untuk membandingkan variasi suara dari satu sisi ke sisi lainnya.
‐ Anda akan mendengar empat jenis bunyi pernapasan pada paru-paru yang normal:
N BUNYI PERNAPASAN
O
1 Vesikuler Memanjang selama inhalasi dan memendek selama
ekspirasi
2 Bronkial Terdengar keras ketika pasien menghembuskan napas;
tidak kontinyu
3 Bronkovesikular Terdengar sedang ketika pasien menarik atau
menghembuskan napas secara kontinyu.
rendah
b. Bunyi Suara:
- Periksa fremitus vokal pasien (bunyi suara yang timbul sebagai akibat dari getaran
toraks yang terjadi ketika pasien berbicara). Penghantaran bunyi suara yang abnormal
dapat terjadi pada area yang mengalami konsolidasi atau infiltrasi.
c. Periksa Bronkofoni
- Mintalah pasien untuk mengucapkan “Tujuh puluh tujuh”.
- Pada jaringan yang normal, kata-kata tadi terdengar samar.
- Pada area konsolidasi, kata-kata tadi terdengar keras dan jelas secara tidak wajar.
d. Periksa egofoni
- Mintalah pasien untuk megucapkan huruf E.
- Pada jaringan yang normal, bunyinya terdengar samar.
b. Mengi (Wheezes)
- Bunyi bernada tinggi yang tertdengar pada saat menghembuskan napas, ketika aliran
udara terhambat
- Dapat pula terdengar pada saat inspirasi, jika hambatan aliran udaranya berat
- Tidak berubah dengan batuk
Bunyi Mengi
- Musikal
- Bernada tinggi
- Bunyi bersiul yang nyaring
- Terdengar lebih dominan selama ekspirasi, tetapi dapat pula timbul selama
inspirasi
c. Ronki
- Bunyi mendengar atau menderik bernada rendah yang terdengar pada saat ekshalasi
- Dapat pula terdengar pada saat inhalasi
- Biasanya berubah atau hilang dengan batuk, ketika cairan menghambat secara parsial
saluran nafas besar.
Bunyi Ronki
- Musikal
- Bernada rendah
- Bunyi mendengkur, merintih.
- Terdengar baik pada saat inspirasi maupun ekspirasi, tetapi lebih dominan
selama ekspirasi.
Reference
Ardiatna, Wuwus, Hidayat, Siddiq Wahyu, Sadrach, Junaid Asep, Hidayat, Rahmat.
(2013). Analysis Of Defibrillation Energy Effect On Electrocardiograph (Ecg).
Teknologi Indonesia 36 (3) 2013: 136–141 LIPI Press: Kawasan Puspitek Serpong
Rosyidi, Kholid. 2013. Prosedur Praktek Keperawatan. Jilid 2. Transinfomedia:
Jakarta
Roth, Joseph J and John M. Brown. (2001). Introduction to biomedical equipment
technology, fourth edition , prentice Hall, Upper Saddler River, New Jersey,
Columbus Ohio