PENYUSUN:
ASEP SOLIHAT
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah
penulis mampu menyusun modul praktikum Keperawatan komplementer. Modul ini disusun
sebagai salah satu media pembelajaran mata ajar keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia.
Penulis juga menyadari buku ajar ini masih belum sempurna, dengan kerendahan hati penulis
sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun dari berbagai fihak
terutama sejawat keperawatan demi perbaikan buku ajar ini. Penulis berharap semoga
modul ini dapat memberikan manfaat positif demi perkembangan keperawatan. Akhir kata
penulis memohon kepada Allah, SWT agar selalu mendapatkan petunjuk dan ridloNya, serta
selalu berada di jalanNya.
Penulis
DAFTAR ISI
HAL
Halaman Judul.............................................................................................................. I
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................................... iii
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memberi asuhan keperawatan pada pasien dalam rangka
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Tujuan Khusus:
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian pemeriksaan fisik
b. Menyebutkan tujuan pemeriksaan fisik
c. Menyebutkan mamfaat pemeriksaan fisik
d. Menyebutkan teknik pemeriksaan fisik
e. Menyebutkan pendekatan pemeriksaan fisik
f. menyebutkan peralatan untuk pemeriksaan fisik
g. menyebutkan cara dan prosedur pemeriksaan fisik
C. MATERI
MATERI PEMERIKSAAN FISIK
A. PENGERTIAN
Modul Praktikum Akper Pemkab Cianjur
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien ( Dewi Sartika, 2010).
d. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh,
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah.
Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di
dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas
dapat terjadi melalui berbagai proses, diantaranya ;
1) Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnet.
2) Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah
yang kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dingin yang
bergerak atau pada air kolam renang.
3) Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.
4) Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak
langsung tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan
yang dingin dan lain – lain.
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
1) Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 - 15 menit.
2) Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 - 5 menit.
3) Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 - 3 menit
4) Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada
36ºC - 37,5ºC.
P Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur :
kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat
2) Rambut:
a) Untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
b) Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:
I disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
3) Kuku:
a) Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
b) Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas
Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines
pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik
b. Pemeriksaan Kepala:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka dan
P Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan
kepala sesuai kebutuhan
c. Mata
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-
otot mata) dan untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
Tindakan:
I Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal),
miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL),
medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)
e. Telinga
1) Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
2) Untuk mengetahui fungsi pendengaran
P Pemeriksaan pendengaran :
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat Anak : Daun
telinga ditarik kebawah.
g. Leher
1) Untuk menentukan struktur integritas leher
2) Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
3) Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
I 1) Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan paru
2) Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya
massa
3) Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
4) Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan
merotasi- amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon
nyeri
P 1) Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien
menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk,
permukaanya.)
2) Palpasi trachea apakah kedudukan trachea simetris atau tidak
h. Dada/Thorax
1) Paru/Pulmonalis
(a) Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
(b) Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
(c) Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan,
edema, taktil fremitus.
(d) Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
(e) Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I (1) Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta,
amati gerkkan paru.
(2) Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P Palpasi ekspansi paru:
(1) Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan
pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik
nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
(2) Berdiri di belakang pasien, taruh telapak tangan pada garis
Pe/Perkusi
(1) Atur pasien dengan posisi supinasi
(2) Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah
sampai intercosta 5 tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru
normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan
jantung: redup)
(3) Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi
(1) Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada
anak
(2) Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien
untuk nafas pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas:
vesikuler/wheezing/creckels
2) Jantung/Cordis
I Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm
disamping bawah xifoideus
i. Perut/Abdomen
1) Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
2) Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
3) Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakan :
P Teknik pemeriksaan :
a) Palpasi ringan : Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri
tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan
tekan secara merata sesuai kuadran.
b) Palpasi dalam :Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar,
ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.
Hepar:
a) Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada
bagian hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12
b) Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya
organ hepar. Kaji hepatomegali.
Limpa:
a) Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
b) Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah
interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian
tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
c) Pada orang dewasa normal tidak teraba
Renalis:
a) Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah
perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.
b) Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di
bawah kosta kiri.
c) Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya
ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri
j. Genetalia
1) Untuk mengetahui adanya lesi
2) Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
3) Untuk mengetahui kebersihan genetalia
P Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk
mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum
l. Pemeriksaan Muskuloskeletal
1) Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
2) Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada
daerah tertentu.
Tindakan :
1) Muskuli/Otot
a) Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan
catat jika ada perbedaan dengan meteran)
b) Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk
Modul Praktikum Akper Pemkab Cianjur
mengetahui adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
c) Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau
mendorong tangan pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki
d) Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota
gerak atas dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki
sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang terkuat
amati apakah pasien bisa menahan.
2) Tulang/Ostium
a) Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
b) Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakkan
Persendiaan/Articulasi:
c) Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
d) Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
e) Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-
ekstensi, dll)
4. Pemeriksaan Per-Sistem
a. Sistem Cardiovaskuler
1) Inspeksi
a) Jantung, secara topografik jantung berada di bagian depan rongga
mediastinum.
b) Lakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang
atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit
ditemukan misalnya pada stenosis mitral dan pemeriksa berdiri disebelah
kanan penderita.
c) Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung. Diameter pulsasi kira-
kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-tengah daerah tersebut.
Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila ictus kordis bergeser ke
kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel kiri.
2) Palpasi
a) Denyut apeks jantung (iktus kordis)
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial
dari linea midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada
ruang interkostal IV.
b) Denyutan nadi pada dada. Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan
maka harus curiga adanya kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan
aneurisma aorta descenden.
4) Auskultasi
Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai berikut :
a) Dengarkan BJ I pada :
(1) ICS IV line sternalis kiri (BJ I Tricuspidalis)
(2) ICS V line midclavicula/ICS III linea sternalis kanan (BJ I Mitral)
b) Dengarkan BJ II pada :
(1) ICS II lines sternalis kanan (BJ II Aorta)
(2) ICS II linea sternalis kiri/ICS III linea sternalis kanan (BJ II Pulmonal)
c) Dengarkan BJ III (kalau ada)
(1) Terdengar di daerah mitral
(2) BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak cukup jauh, tetapi tidak
melebihi separo dari fase diastolik, nada rendah
(3) Pada anak-anak dan dewasa muda, BJ III adalah normal
b. Sistem Pencernaan
1) Inspeksi
a) Pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.
b) Inspeksi cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan.
c) Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk
melemaskan/relaksasi otot- otot abdomen.
d) Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
e) Pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan
warna abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola
vena, dan striae serta bayangan vena dan pergerakkan abnormal
f) Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
g) Perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau
penegangan. Bila abdomen tampak menegang, minta pasien untuk
berbalik kesamping dan inspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran
area antara iga-iga dan panggul, tanyakan kepada pasien apakah
abdomen terasa lebih tegang dari biasanya.
h) Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan
memasang tali/ perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah
simpul dikedua sisi tali/ perban untuk menandai dimana batas lingkar
abdomen, lakukan monitoring, bila terjadi peningkatan perenggangan
abdomen, maka jarak kedua simpul makin menjauh.
i) Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
j) Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan
peristaltik atau denyutan aortik.
2) Palpasi
a) Abdomen
(1) Posisi pasien berbaring terlentang dan pemeriksa disebelah
4) Perkusi
a) Abdomen
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
3) Perkusi
a) Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
b) Jenis suara perkusi: Suara perkusi normal resonan (sonor): dihasilkan
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan
suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
b) Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal :
(1) Bronchial : Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal
notch. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak
ada henti diantara kedua fase tersebut.
(2) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan.
(3) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial
dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar
di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
d. Sistem Muskuloskeletal
1) Inspeksi
a) Pada saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk
menampakkan seluruh tubuh.
b) Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati
adanya atrofi atau hipertrofi. Kelurusan tulang belakang, diperiksa
dengan pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
c) Jika didapatkan adanya perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya
dengan menggunakan meteran.
2) Palpasi
a) Palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif
dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba-
tiba secara involunter (spastisitas)
b) Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau mendorong
tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kanan dengan
ekstremitas kiri.
c) Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
d) Palpasi sendi sementara sendi digerakkan secara pasif akan memberikan
informasi mengenai integritas sendi. Normalnya, sendi bergerak secara
halus. Suara gemletuk dapat menunjukkan adanya ligament yang
tergelincir di antara tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seprti
pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena
permukaan yang tidak rata tersebut yang saling bergeseran satu sama
lain.
e) Periksa adanya benjolan, rheumatoid arthritis, gout, dan osteoarthritis
menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit pada
rheumatoid arthritis lunak dan terdapat di dalam dan sepanjang tendon
yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi biasanya, keterlibatan sendi
mempunya pola yang simetris. Benjolan pada GOUT keras dan terletak
dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri.
f) Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s
(memiliki nilai 0 – 5).
3) Perkusi
a) Refleks patela, Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas
tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot
quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
b) Refleks biceps, lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 90º,
supinasi dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa).
Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku),
kemudian dipukul dengan refleks hammer. Normal jika timbul kontraksi
otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan gerakan
pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada
lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
c) Refleks triceps, lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 90º, tendon
triceps diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak
1-2 cm diatas olekranon). Respon yang normal adalah kontraksi otot
triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi
siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada
klonus yang sementara.
d) Refleks achilles, posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan
pemeriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan/disilangkan
diatas tungkai bawah kontralateral.
e) Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa
gerakan plantar fleksi.
f) Refleks abdominal, dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan
dibawah umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak
keatas dan kearah daerah yang digores.
g) Refleks Babinski, merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya
dijumpai pada penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini,
e. Sistem Endokrin
1) Inspeksi
a) (warna kulit): Hiperpigmentasi ditemukan pada klien addison desease
atau cushing syndrom. Hipopigmentasi terlihat pada klien diabetes
mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme.
b) Wajah: Variasi, bentuk dan struktur muka mungkin dapat diindikasikan
dengan penyakit akromegali mata.
c) Kuku dan rambut : Peningkatan pigmentasi pada kuku diperlihatkan oleh
klien dengan penyakit addison desease, kering, tebal dan rapuh terdapat
pada penyakit hipotiroidisme, rambut lembut hipertyroidisme.
Hirsutisme terdapat pada penyakit cushing syndrom.
d) Inspeksi ukuran dan proporsional struktur tubuh klien : Orang jangkung,
yang disebabkan karena insufisiensi growth hormon. Tulang yang sangat
besar, bisa merupakan indikasi akromegali.
e) Tanda trousseaus dan tanda chvoteks : Peningkatan kadar kalsium tangan
dan jari-jari klien kontraksi (spasme karpal).
2) Palpasi
a) Kulit kasar, kering ditemukan pada klien dengan hipotiroidisme. Dimana
kelembutan dan bilasan kulit bisa menjadi tanda pada klien dengan
hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah mengindikasikan DM.
b) Palpasi kelenjar tiroid (tempatkan kedua tangan anda pada sisi lain pada
trachea dibawah kartilago thyroid. Minta klien untuk miringkan kepala ke
kanan Minta klien untuk menelan. Setelah klien menelan. pindahkan
pada sebelah kiri. selama palpasi pada dada kiri bawah) : Tidak
membesar pada klien dengan penyakit graves atau goiter.
3) Auskultasi
Auskultasi pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi bunyi
"bruit“. Bunyi yg dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah
tiroidea. Normalnya tidak ada bunyi.
2) Palpasi
a) Adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu.
b) Tekstur kulit
c) Turgor kulit, normal < 3 detik
d) Area edema dipalpasi untuk menentukan konsistensi, temperatur,
bentuk, mobilisasi.
e) Palpasi Capillary refill time : warna kembali normal setelah 3 – 5 detik
g. Sistem Neurologi
1) Inspeksi
a) Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran : dengan
melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu,
tempat dan orang.
b) Kaji status mental
c) Kaji adanya kejang atau tremor.
2) Palpasi
a) Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe
dan pengobatannya.
b) Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami
gangguan. Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal.
c) Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot,
pergerakan dan postur.
3) Perkusi
a) Refleks patela, diketuk pada regio patela (ditengah tengah patela).
b) Refleks achilles, dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa
gerakan plantar fleksi kaki.
h. Sistem Reproduksi
1) Inspeksi
a) Keadaan umum, pemeriksaan khusus obstetri, pemeriksaan dalam, dan
pemeriksaan tambahan.
Modul Praktikum Akper Pemkab Cianjur
b) Inspeksi tentang status gizi : anemia, ikterus
c) Kaji pola pernapasan (sianosis, dispnea).
d) Apakah terdapat edema, bagaimana bentuk dan tinggi badan, apakah ada
perubahan pigmentasi, kloasma gravidarum, striae alba, striae lividae,
striae nigra, hiperpigmentasi, dan areola mamma.
2) Palpasi
a) palpasi menurut Leopold I-IV
b) Serviks, yaitu untuk mengetahui pelunakan serviks dan pembukaan
serviks.
c) Ketuban, yaitu untuk mengetahui apakah sudah pecah atau belum dan
apakah ada ketegangan ketuban.
d) Bagian terendah janin, yaitu untuk mengetahui bagian apakah yang
terendah dari janin, penurunan bagian terendah, apakah ada kedudukan
rangkap, apakah ada penghalang di bagian bawah yang dapat
mengganggu jalannya persalinan.
e) Perabaan forniks, yaitu untuk mengetahui apakah ada bantalan forniks
dan apakah bagian janin masih dapat didorong ke atas.
3) Auskultasi
Auskultasi untuk mengetahui bising usus, gerak janin dalam rahim, denyut
jantung janin, aliran tali pusat, aorta abdominalis, dan perdarahan
retroplasenter.
i. Sistem Perkemihan
1) Inspeksi
a) Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan
dan ada/tidaknya sedimen.
b) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria,
serta riwayat infeksi saluran kemih.
c) Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter
atau urostomy atau supra pubik kateter.
d) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait
dengan sistem perkemihan.
2) Palpasi
a) Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)
b) Untuk melakukan palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.
Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,
ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong
ginjal ke depan). Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran
Modul Praktikum Akper Pemkab Cianjur
kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada
puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta
untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri
tekan ga). Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan
tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
c) Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri : Pindah di sebelah kiri penderita,
Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan. Tangan
kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus,
minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan
kiri dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar
kedua tangan (normalnya jarang teraba).
3) Perkusi
Untuk pemeriksaan ketok ginjal prosedur tambahannya dengan
mempersilahkan penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan
pemeriksa berdiri di belakang penderita. Satu tangan diletakkan pada sudut
kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul
dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan). Satu tangan
diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan
lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri).
Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila
ada rasa sakit.
Catatan :
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan
dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik
meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan
fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk
mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan
diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil
asuhan yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika
pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format
khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau
semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya
perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari
pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data didokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama dengan
langkah-langkah proses keperawatan. Format SOAPIE, terdiri dari:
a. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
b. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi oleh perawat
c. Assessment (pengkajian) , yaitu diagnosa keperawatan dan pernyataan tentang
kemajuan atau kemunduran klien
d. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klie
e. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana
f. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di
implementasikan.
4. Dokumentasi
Dokumentasikan hasil tindakan