Anda di halaman 1dari 30

Aspek Seksualitas Dalam

Keperawatan

Kelompok A
Tujuan Instruksional
1. Tujuan instruksional umum
Setelah proses pembelajaran, mahasiswa dapat memahami tentang
konsep seksualitas dalam pemberian asuhan keperawatan
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu :
 Menjelaskan definisi beberapa istilah yang berhubungan dengan
seksualitas
 Menjelaskan makna kesehatan seksual
 Mereview pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi
 Menjelaskan tahap perkembangan seksual manusia
 Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
seksualitas
 Menjelaskan beberapa penyimpangan seksualitas
 Menjelaskan proses keperawatan berkaitan dengan aspek
seksualitas klien
Asuhan keperawatan --- komprehensif dan holistik

masalah penyakit (fisiologis)

aspek lain : masalah seksualitas

 Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap


sebagai hal yang tabu
 tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum
 bersifat pribadi
 hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan
jenis.
 Klien tidak terlepas dari aspek seksualitasnya ketika
mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan.
 Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan
holistik,semua aspek saling berinteraksi.
 Aspek seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
aspek biologi, psikologi, sosiologi, kultural dan spiritual.
 perawat harus mempunyai dasar pengetahuan,
ketrampilan dalam pengkajian dan komunikasi serta
sikap yang tepat.
 Pengaruh penyuluhan keagamaan, peran jender secara
kultural, keyakinan tentang orientasi seksual pengaruh
sosial dam lingkungan masa lalu dan saat ini
mempengaruhi sistem nilai klien maupun perawat.
Definisi
 Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda
 Seksualitas --- bagaimana seseorang merasa tentang diri
mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan
perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku
yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara
berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran,
pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
 seks --- menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan
fisiologi pada laki-laki dan perempuan --- hubungan fisik
antar individu (aktivitas seksual genital).
 Identitas jender merupakan perasaan seseorang tentang
jenis kelaminnya.
 Perilaku peran jender adalah bagaimana seseorang
berperan sesuai jendernya --- nilai-nilai yang dianut
individu dan lingkungannya.
 perawat mengkaji kemungkinan terjadinya perubahan
peran jender pada klien ataupun anggota keluarga
sebagai dampak dari hospitalisasi atau perubahan status
kesehatan
 Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana
seseorang mempunyai kesukaan berhubungan intim
dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.
Kesehatan seksual

Kesehatan seksual didefinisikan sebagai


pengintegrasian aspek somatik,
emosional, intelektual, dan sosial dari
kehidupan seksual, dengan cara yang
positif yang memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi
dan cinta (WHO, 1975).
Definisi ini mencakup dimensi biologi,
psikologi dan sosiokultural.
 Komponen kesehatan seksual : konsep seksual diri, body
image, identitas jender, dan orientasi seksual
 Konsep seksual diri --- nilai tentang kapan, dimana,
dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan
seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negatif
menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang
lain
 Body image --- pusat kesadaran terhadap diri sendiri ---
secara konstan dapat berubah ---Bagaimana seseorang
memandang (merasakan) penampilan tubuhnya
berhubungan dengan seksualitasnya --- Kehamilan, proses
penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu
 Contoh : wanita ---bentuk tubuh dan ukuran payudara
Pria --- ukuran penis
 Identitas jender --- suatu pandangan mengenai jenis
kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan
---mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan
budaya
 Transjender : istilah bagi seseorang yang identitas jender
atau ekspresi jendernya berbeda dengan anatomi jenis
kelaminnya
 Transjender mencakup --- cross-dresser, interseks,
transeksual pre operatif dan transeksual postoperatif
 Cross-dresses : orang yang rutin menggunakan pakaian
dari jenis kelamin yang berbeda --- bentuk ekspresi
jender --- tidak perlu dihubungkan dengan orientasi
seksual. Banyak cross-dresser adalah heteroseksual
 Interseks : orang yang memiliki organ seksual
ganda (ambiguous) pada saat lahir ---
hermaprodit
 Transeksual preoperatif adalah seseorang yang
mengalami konflik antara jender dengan
anatominya
 Transeksual postoperatif adalah orang yang telah
menjalani operasi untuk mengubah jendernya
Karakteristik Kesehatan Seksual
Kemampuan mengekspresikan potensi seksual,
dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dam
penyalahgunaan seksual.
Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan
kepuasan diri terhadap penampilan pribadi
Kongruen antara seks biologis, identitas jender,
dan perilaku peran jender
Kemampuan membuat keputusan pribadi
(otonomi) mengenai kehidupan seksual yang
dijalani dalam konteks personal dan etik sosial
Lanjutan Karakteristik Kesehatan Seksual

Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui


komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta
Kemampuan menerina pelayanan kesehatan
seksual untuk mencegah dan mengatasi semua
masalah, dan gangguan seksual
Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan
peran jendernya
Menghargai sistem yang berlaku
Mampu membina hubungan efektif dengan orang
lain
Enam ketrampilan dasar perawat dalam
memberikan pelayanan seksualitas

Pengetahuan dan kenyamanan diri terhadap seksualitas pribadi


Pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan seksualitas
sepanjang rentang kehidupan
Pengetahuan tentang seksualitas dasar, termasuk bagaimana masalah
kesehatan dan penyelesaiannya dapat mempengaruhi seksualitas dan
fungís seks serta intervensi apa yang dapat memfasilitasi ekspresi
seksual
Keahlian komunikasi terapeutik
Menerima seksualitas sebagai area penting dalam intervensi
keperawatan dan adanya kemauan bekerja dengan klien yang
mempunyai berbagai jenis ekspresi seksualitas
Kemampuan mengenal kebutuhan klien dan anggota keluarga dalam
mendiskusikan topik seksualitas, tidak hanya dengan tulisan atau
audiovisual tapi juga melalui diskusi verbal
Tahap perkembangan seksual
Bayi (0 – 12 bulan )
Penentuan jender laki-laki atau perempuan
Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan mangalami
lubrikasi vagina
Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, emmeluk, membuai) --- senang &
nyaman berinteraksi dengan manusia

Todler (1-3 tahun )


Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus)
Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal
berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
Pra sekolah (4-5 tahun )
Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
Menyukai orang tua yang berbeda jenis
Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada

Usia sekolah (6-12 tahun )


Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin
sama (misalnya anak perempuan dengan ibu)
Senang berteman dengan sesama jenis
Kesadaran diri meningkat
Mempelajari konsep dan peran jender
Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual,
menstruasi, reproduksi, seksualitas
Remaja (12-18 tahun )
Karakteristik seks mulai berkembang
Mulai terjadi menarke
Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks)
Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua

Dewasa awal (18-40 tahun )


Terjadi aktivitas seksual
Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah
tangga
Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
Dewasa tengah (40-65 tahun )
Penurunan produksi hormon
Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55 tahun)
Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
Mulai memperkokoh stándar moral dan etik

Dewasa akhir (65 tahun keatas )


Aktivitas seksual lebih berkurang
Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan
waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
seksualitas
Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma. Peran
laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya

Nilai-nilai religi (keagamaan)


Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait seksualitas.
Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya
secara seksual.
Hospitalisasi
--- Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
--- Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara
seksual melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
--- Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan
harga diri dan perasaan kehilangan yang mencakup maskulinitas
dan femininitas.
Beberapa masalah yang berhubungan
dengan seksualitas

Penganiayaan seksual
--- mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual,
perkosaan, pedofilia, inses, pornografi anak
--- efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis --- disfungsi
seksual.
Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa
kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir
rendah. Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko
terhadap masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan
dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa
yang suka melakukan tindak kekerasan.
--- dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku
penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang
Aborsi
--- dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita
yang berhubungan seks sebelum nikah.
--- kontroversi baik yang pro maupun kontra.
--- Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka

Penyakit menular seksual (PMS)


--- individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual
--- PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada
pasangannya selama kontak seksual yang intim.
--- Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga
tertular melalui oral-genital atau anal-genital.
Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis --- disebabkan oleh bakteri
Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus
 Malu mengungkapkan --- Ketrampilan komunikasi perawat
Proses Asuhan keperawatan
Pengkajian
Perawat menguhubungkan riwayat seksual dengan kategori
berikut:
klien yang menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan,
infertilitas, kontrasepsi , atau klien yang mengalami PMS
(penyakit menular seksual)
klien yang sakit atau yang sedang mendapat terapi yang
kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi seksualnya (misalnya
klien dengan penyakit jantung, DM, dll)
klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual
Pengkajian seksual mencakup :
Riwayat Kesehatan seksual
--- pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan
apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
--- merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara
mengajukan pertanyaan seksual secara langsung – pertanyaan
isyarat
Pengkajian fisik
--- inspeksi dan palpasi
--- Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian
fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret
yang tidak normal dari genital, perubahan warna pada genital,
gangguan fungsi urinaria, dll.
Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma,
kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital
riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir,
skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah
seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang fungsi
dan ekspresi seksual
gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan
pasangan
konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
Diagnosa keperawatan
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
 - ketakutan tentang kehamilan
 - efek antihipertensi
 - depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan

2. Disfungsi seksual b.d


 - cedera medulla spinalis
 - penyakit kronis
 - nyeri
 - ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti

3. Gangguan citra tubuh b.d


 - efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
 - disfungsi seksual
 - perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
 - kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infark
miokardium
 - pola penganiayaan ketika masih kecil

Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan


yang lain misalnya :
 Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan
seksual normal) b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual
 Nyeri b.s tidak adekuatnya lubikasi vagina atau efek pembedahan
genital
 cemas b.d kehilangan fungsi seksual
Perencanaan keperawatan

Tujuan yang akan dicapai terhadap masalah seksual yang dialami


klien, mencakup :
 mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan
seksual
 meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
 mencegah terjadinya atau menyebarnya PMS
 mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
 meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
 memperbaiki konsep seksual diri
 Implementasi

 promosi kesehatan seksual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.


 Perawat : ketrampilan komunikasi yang baik, lingkungan dan
waktu yang mendukung privasi dan kenyamanan klien.
 Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang
berhubungan --- pendidikan tentang perkembangan normal pada
anak usia todler, kontrasepsi pada klien usia subur, serta
pendidikan tentang PMS pada klien yang memiliki pasangan seks
lebih dari satu.
 Rujukan mungkin diperlukan
Evaluasi

 Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika


tidak tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan
tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan klien atau
pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan
menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata,
atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran
 klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan
atau menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
 Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting
TERIMAKASIH TM-TM

Anda mungkin juga menyukai