MAKALAH
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga kami
selaku penyusun mampu menyelesaikan makalah ini yang
berjudulPemeriksaan Fisik Paru seperti yang ada di tangan pembaca
sekarang.
Makalah ini disusun bertujuan untuk menuntaskan tugas mata kuliah Ilmu Askep
Respiratory. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Kasron, S.Kep,
Ns sebagai dosen pengampu kami dan kepada teman-teman yang telah
mengorbankan seluruh waktunya sehingga tersusunlah tugas ini.Selain itu
makalah ini juga bertujuan sebagai bahan untuk belajar mandiri.
Kami selaku penyusun sadar bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk di
jadikan bahan perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga makalah ini
memberi banyak manfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
E. Persiapan alat 2
G. Prosedur pelaksanaan 4
A. Simpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeiksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system
pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
E. Persiapan alat
1. Stetoscop
2. Penggaris setimeter
3. Pensil penanda
1. Inspeksi.
2. Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji berapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan
jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat
mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill), angkatan dada
(heaves), dan titik impuls jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan
perawat untuk meraba adanya massa atau benjolan di aksila dan jaringan
payudara. Palpasi pada ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer,
adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler
3. Perkusi
4. Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang normal maupun yang tidak normal. Auskultasi sistem
kardiovaskular harus meliputi pengkajian dalam mendeteksi bunyi S dan S.
normal, mendeteksi adanya bunyi 53 dan 54 yang tidak normal, dan bunyi
murmur, serta bunyi gesekan. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi, radiasi,
intensitas, nada, dan kualitas bunyi murmur.
G. Prosedur pelaksanaan
1. Inspeksi Dada
a. Bentuk dada
18 20 x/menit : anak-anak
>20x/menit : tachypnea
<16x/menit : bradipnea
e. Ritme pernafasan
5) Cheyne stoke : bertahap dangkal lebih cepat dan dalam lambat apnea
(kerusakan saraf)
Prosedur pelaksanaan :
c. Beri penjelasan pada klien tentang apa yang akan dilakukan oleh
pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai/rileks.
3) Sisi Kanan
4) Sisi Kiri
BHS.INGGRIS
2. Palpation Chest
Palpation is a technique that checks with the palm and fingers as the sense
of touch.
Palpation of the chest consists of chest expansion and tactile fremitus. Fremitus
is an examination to determine the sound vibration of the respiratory tract. To
know it can be done by tactile palpation or with stethoscope. Fremitus are tactile
examination in children is often less useful information (laindibandingkan adult).
Fremitus examination (vocal resonance) in children is better done with a
stethoscope.
Starting from palpation to auscultation, the second position of the scapula must
be in an open state to expand its field examination. Ask the patient to put his
hands on his shoulders
Implementation procedures:
a. chest expansion
1) Stand in front of clients and place both palms flat on the chest wall clients.
2) Encourage clients to draw breath.
3) Feel the vibration of the chest wall and compare the right side and left side.
4) The examiner stands behind the client, put your arms inspectors on the lateral
side of the client, note vibration laterally during breathing.
5) Place both hands examiner dipunggung client - the thumb is placed along the
spine of tall rib protrusion 10 with the palm touching the posterior surface. The
fingers should be located approximately 5 cm apart with the thumb on the spine
and the other fingers laterally.
6) After exhalation, ask the client to breathe deeply, observing the movement of
the thumb of the examiner.
7) Compare the two sides of the chest wall movement.
b. tactile Fremitus
1) Place the palms on the back of the chest wall near the apex of the lung.
2) Intruksikan client to say "Ninety-nine".
3) Repeat these steps with the hands move to the base of the lung.
4) Compare fremitus on both sides of the lung and the base between the apex of
the lung.
5) Make a tactile palpation fremitus on the anterior chest wall.
6) Ask the client to speak louder or with a lower tone if fremitus dim.
c. Tenderness
Chest press: possibility for rib fractures.
Here's how:
1) put both palms flat to the anterior, and posterior sides.
2) Encourage breathing.
3) Observe: normal when symmetrical hand movements
3. Percussion Chest
Percussion is an examination that is useful to determine the location of
pathological lung disorder and it is important to do with the correct technique.
Percussion performed denganmemukulkan third finger on the third finger on the
hand next to it (which positioned hyperextension) in the chest cavity between
the ribs. Make woken several times to cause a sound conclusion that the hearing
examiner.
Healthy lungs percussion sounds are resonant. Hipersonor encountered no
circumstances pneumothorax, emphysema, asthma, and kaverna. Percussion
dim found in the liver, heart, consolidation, atelectasis, pleural effusion, inflitrat,
pleurisy and lung tumors. On the chest wall yangtipis as infants, normal lung also
sounds hipersonor. In the massive infiltrates (lobar pneumonia or tumor),
bronchial lumen still raises echoes of percussion so the noise that arises is dim
timpani. In scattered infiltrates (eg bronchopneumonia, miliary tuberculosis),
which terperkusi is lung tissue, maybe a little infiltrates terperkusi so perkusinya
still resonant. With percussion examination we can also determine the limits lung
development and large liver.
Implementation procedures:
1) Position the client supine or lying.
2) For the anterior pulmonary percussion, percussion starts from the top down on
the clavicle spasium premises intercostalis 4-5 cm intervals to follow a
systematic pattern.
3) Compare the right and left.
4) Instruct the client sitting or standing position.
5) For the posterior pulmonary percussion, percussion done from the top down to
the lungs.
6) Compare left and right sides.
7) Intruksikan clients to take a deep breath and hold it for determiner level acting
as the diaphragm.
8) Percuss along the line till the scapula on the location of the lower limit until
the resonant turned into dim.
9) Mark the area dimming of sound with a pencil or marker.
10) instruct the client to breathe optimally and hold it.
11) Perform percussion sounds dim or pins I above. Usually the sound of faint to-
2 found on signs I. Tick on the skin where there is a faint sound (mark II).
12) Measure the distance between the mark I and mark II. In women the distance
between the two marks is normally 3-5 cm, 5-6 cm in men.
hand position
1. Place your finger on the chest wall pleksimeter which will be examined to
produce percussion sounds louder, press a finger firmly. This way is better than
doing tapping harder
2. on the other hand, perform tapping without movement of the elbow (do
tapping quickly and as reflex)
3. The tapping is done at the very end (in the picture), then move the finger
quickly so that vibrations are not damped.
2. Palpasi Dada
Palpasi dada terdiri dari ekspansi dada dan taktil fremitus. Fremitus adalah
pemeriksaan untuk mengetahui getaran suara dari saluran nafas.
Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara palpasi taktil atau dengan
stetoskop. Pemeriksaan fremitus secara taktil pada anak seringkali kurang
memberikan informasi yang berguna (laindibandingkan dewasa). Pemeriksaan
fremitus (resonansi vokal) pada anak lebih baik dilakukan dengan stetoskop.
Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan
terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. Minta pasien untuk meletakkan
kedua tangannya pada bahu
Prosedur pelaksanaan:
a. Ekspansi dada
1) Berdiri didepan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada
dinding dada klien.
3) Rasakan getaran dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri.
b. Taktil Fremitus
1) Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat apeks
paru.
4) Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan diantara apeks dasar paru.
6) Minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada lebih rendah jika
fremitus redup.
c. Nyeri Tekan
Caranya:
1) letakkan kedua telapak tangan secara datar bisa pada anterior, sisi dan
posterior.
3. Perkusi Dada
Suara perkusi paru yang sehat adalah sonor. Hipersonor dijumpai ada
keadaan pneumothorax, emfisema, asma, dan kaverna. Perkusi yang redup
dijumpai pada hati, jantung, konsolidasi, atelektasis, efusi pleura, inflitrat,
pleuritis, dan tumor paru. Pada dinding dada yangtipis seperti pada bayi, paru
normal juga akan terdengar hipersonor. Pada infiltrat masif (pneumonia lobaris
atau tumor), lumen bronkus masih menimbulkan gema perkusi sehingga suara
yang timbul adalah redup timpani. Pada infiltrat tersebar (misalnya
bronkopneumonia,tuberculosis milier), yang terperkusi adalah jaringan paru,
mungkin infiltrat sedikit saja terperkusi sehingga perkusinya masih sonor.
Dengan pemeriksaan perkusi kita juga bisa menentukan batas pengembangan
paru dan besar hepar.
Prosedur pelaksanaan :
2) Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula ke bawah
pada spasium intercostalis denga interval 4-5 cm mengikuti pola sistematik.
5) Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari puncak paru ke
bawah.
8) Lakukan perkusi sepanjang garis scapula samapi pada lokasi batas bawah
sampai resonan berubah menjadi redup.
11) Lakukan perkusi dari bunyi redup atau tanda I keatas. Biasanya bunyi redup
ke-2 ditemukan diatas tanda I. Beri tanda pada kulit tempat ditemukannya bunyi
redup (tanda II).
12) Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antar kedua tanda
ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm.
Posisi tangan
1. Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa untuk
menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini
lebih baik daripada melakukan pengetukan lebih keras
2. pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan
pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)
Pemeriksaan :
Suara
No Nada Waktu Patologi
Perkusi
Udara <
Redup Tinggi Pendek
2. Normal
Udara >
Hipersonor Rendah Panjang
4. Normal
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang dan
berhadapan dengan pemeriksa.
2. Tempelkan stetoskop pada dinding dada
5. Mulailah dari depan diatas klavikula kiri dan teruskan kesisi dinding dada
kanan.
8. Bandingkan suara napas kanan dan kiri, serta dengarkan adanya suara
napas tambahan
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang dan
membelakangi pemeriksa.
5. Bandingkan getaran suara kanan dan kiri, dengarkan adanya suara napas
tambahan
N Suara
Sifat keterangan
o. Nafas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemeiksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system
pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
B. SARAN
Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Amien
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik paru merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada
pemeriksaan fisik seseorang. Secara umum, pemeriksaan fisik paru pada semua orang sama.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memperkenalkan diri. Langkah awal ini adalah langkah
penting untuk memperoleh kepercayaan dari pasien guna mendapatkan informasi yang
akurat. Pasien ditempatkan pada posisi yang nyaman, namun memudahkan pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan. Baju pasien harus dibuka untuk mendapatkan pandangan yang
menyeluruh terhadap leher, dinding dada, dan abdomen.
Sebelum melakukan pemeriksaan paru, lakukan anamnesis yang lengkap mengenai
keluhan dan perjalanan penyakit pasien. Pada sebuah penelitian, anamnesis yang baik dan
lengkap dapat lebih berguna dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit paru dibandingkan
pemeriksaan fisik paru. Pemeriksa harus membersihkan tangan sebelum melakukan
pemeriksaan dengan air bersih dan sabun. Pemeriksaan harus dilakukan pada ruangan yang
tenang, bersih, hangat, terang, dan memberikan privasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud pemeriksaan fisik paru ?
2. Bagaimana cara melakukan tindakan pemeriksaan fisik paru ?
3. Tindakan apa saja yang harus di lakukan pada pemeriksaan fisik paru ?
4. Apa indikasi, kontraindikasi, dan tujuan dari pemeriksaan fisik paru ?
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Indikasi
Pada pasien dengan gangguan sistem Respiratori
D. Kontraindikasi
Pada pasien yang luka bakar berat
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan alat :
a. Stetoskop
b. Jam
2. Langkah-langkah :
a. Inspeksi :
1) Observasi penampilan umum
2) Diameter anterior posterior dalam proporsi dengan diameter lateral
3) Postur, posisi tulang belakang, lengkung tulang iga dan simetrisitas tulang scapula
4) Simetrisitas ekspansi dinding dada, kedalaman dan panjangnya pernapasan
5) Mengkaji reaksi interkosta dan penggunaan otot tambahan
6) Evaluasi kulit, membran mukosa dan bibir
7) Kaji kuku mengenai warna dan bentuk
8) Inspeksi posisi trakea
b. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit tekanan
pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir dari satu bagian ke
bagian yang lain. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau
organ.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering.
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
5) Palpasi leher terhadap adanya : deviasi trakea, masa leher, pembesaran kelenjar limpa
6) Palpasi massa otot dan tulang torak mengenai urutan : bengkak, nyeri, massa, pulsasi dan
krepitasi
7) Kaji ekspansi dinding dada : perhatikan gerakan ibu jari dan simetrisitas tangan
8) Pengkajian secara sistematis terhadap taktil premitus
9) membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri
10) merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh -
tujuh" posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan dari perkusi adalah berusaha
menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange (tulang jari). Perkusi secara sitematis
dada ante/posterior, lateral perhatikan intensitas, nada, kwalitas dan lamanya buyi,vibrasi
yang keluar.
1) Prosedur perkusi
a) Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa untuk menghasilkan
bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih baik daripada
melakukan pengetukan lebih keras
b) Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan dengan
cepat dan seperti refleks)
c) pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari
dengan cepat agar getaran tidak teredam
Pemeriksaan :
a. Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan
b. Menentukan batas bawah paru
Secara normal Orang Indonesia batas bawah pulmo dextra posterior terletak sejajar
dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X, batas bawah pulmo sinistra
posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal VIII atau IX.
d. Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas sebagai berikut :
No Suara Nafas Sifat Keterangan
1. Bronkovesikular Inspirasi terdengar penuh, Suara Nafas Dasar
Ekspirasi penuh, No silent gap Normal
2. Vesikular Inspirasi terdengar penuh, Suara Nafas Dasar
ekspirasi lemah & pendek - Normal
3. Bronkial Inspirasi dan ekspirasi penuh, Suara Nafas Dasar
silent gap Normal
4. Ronki Basah - Kasar Saluran Napas Besar, Gelombang
udara besar pecah (kesadaran
menurun, KU lemah)
5. Ronki Basar - Sedang Saluran Napas Kecil, Gelombang Bronkiektasis,
udara kecil pecah Bronkopneumoni
6. Ronki Basah - Halus Terbukanya asinus/alveoli seperti Sembab Paru Dini,
gesekan rambut Pneumoni Dini
7. Ronki Kering - Sonorus Nada Rendah, Obstruksi parsial
saluran napas besar, mengerang