Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA PASIEN TIRAH BARING

Topik : Pneumonia
Sub Topik : Penvcegahan pneumonia pada pasien tirah baring
Hari tgl : Kamis, 1 Februari 2018
Jam :10.00-10.30 WIB
Tempat: Ruang Pertemuan Seruni Stroke Unit
Sasaran : Keluarga pasien di ruang Seruni
Pemateri : Mahasiswa DIII Keperawatan StiKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu memahami
tentang masalah Pneumonia.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan sasaran dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian dari pneumonia.
2. Menyebutkan kembali Klasifikasi dari pneumonia.
3. Menjelaskan kembali penyebab dari pneumonia.
4. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari Pneumonia
5. Menjelaskan penatalaksanaan Pneumonia : Pencegahan, perawatan, pengobatan dari
pneumonia
6. Menyebutkan kembali komplikasi dari pneumonia.

C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien dan
keluarga pasien.
D. Materi Penyuluhan (terlampir)
1. Pengertian pneumonia.
2. Klasifikasi pneumonia.
3. Penyebab pneumonia.
4. Tanda dan gejala Pneumonia
5. Penatalaksanaan Pneumonia : Pencegahan, Perawatan, Pengobatan
6. Komplikasi pneumonia.
7. Pemeriksaan penunjang
E. Kegiatan Penyuluhan
N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Pemateri
o
1. 5 menit Pembukaan :
1) Memberi salam dan perkenalan Menjawab salam
2) Kontrak waktu
Mendengarkan
3) Menjelaskan pokok bahasan
4) Mengungkapkan tujuan penyuluhan
5) Kuisioner awal

2. 15 Kegiatan inti penyampaian materi yang


menit berisi : Mendengarkan
1) Pengertian pneumonia. Bertanya
2) Klasifikasi pneumonia.
Menjelaskan
3) Penyebab pneumonia.
4) Tanda dan gejala Pneumonia.
5) Penatalaksanaan pneumonia
(Pencegahan, Perawatan, Pengobatan).
6) Komplikasi pneumonia.
7) Pemeriksaan penunjang

3. 10 Kegiatan penutup:
menit Pemateri mengevaluasi materi yang telah Mendengarkan
diberikan dengan : Menjawab salam
1) Memberikan beberapa pertanyaan
2) Membuka sesi Tanya jawab, satu sesi
tiga pertanyaan
3) Memberikan Kuisioner akhir

F. Setting Tempat ==== lihat ruang pertemuan

Moderator Penyaji

Fasilitator Notulen
Audian
Observer

G. Pengorganisasian :
Pembimbing pendidikan : Sri Sudarsih M,Kes
Kepala Ruangan : Anissa Amini, S.Kep.Ns
Pembimbing klinik : Upik Natalina S.Kep. Ns
Moderator : Silviana
Penyaji : Arum Yulaeni
Fasilitator : Lutfy Ika Ayu
Observer : Mega Nur Qumalasari
Notulen : Ilham Nur Alvian

H. Media
1. Leaflet
2. LCD
I. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi
MATERI PENYULUHAN
PNEUMONIA
A. PENGERTIAN PNEUMONIA
Pneumonia adalah Peradangan paru yang ditandai dengan gejala awal sesak nafas
dan batuk dimana kantong udara (dalam paru) terisi cairan / sel-sel radang yang membuat
kesulitan bernafas karena peredaran oksigen dalam paru tidak lancar.
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A. Price). Dengan gejala
batuk disertai sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambar radiologis.

B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang
tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.
Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial

C. PENYEBAB
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi.

D. FAKTOR RESIKO TERSERANG PNEMONIA


1. Orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah seperti penderita HIV/AIDS,
penyakit kronis jantung dan DM, orang yang rutin menjalani kemoterapi, dan orang
yang rutin meminum obat golongan immunosupresan dalam waktu yang lama.

2. Perokok dan peminum alcohol : Pada perokok berat dapat mengalami iritasi pada
saluran pernapasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan sekresi mukus (dahak).
Bila dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan pneumonia. Alkohol
berdampak buruk terhadap sel-sel darah putih sehingga daya tahan tubuh dalam
melawan suatu infeksi menjadi lemah.

3. Pasien yang berada di ruang perawatan intensif : Pasien yang dilakukan tindakan
ventilaror (alat bantu nafas) endotracheal tube sangat beresiko terkena pneumonia.
Saat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung ke tenggorokan,.
Bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas, ia sangat berpotensi
terkena pneumonia.

4. Menghirup udara yang tercemar polusi zat kimia : Resiko tinggi dihadapi petani
apabila mnyemprotkan tanaman dengan zat kimia tanpa memakai masker adalah
terjadinya iritasi dan menimbulkan peradangan pada paru-paru dan selanjutnya rentan
terserang pneumonia.

5. Pasien yang lama berbaring : Orang yang menjalani istirahat baring lama memiliki
resiko tinggi terkena pneumonia karena saat tidur berbaring sangat mungkin riak
berkumpul di rongga paru-paru dan menjadi media berkembangnya bakteri. Tirah
baring yang lama meningkatkan resiko terbentuknya atelectasis absorbsi, karena
berbaring menyebabkan terbentuknya secret mucus di daerah tersebut berkurang.
Akumulasi mucus meningkatkan resiko pneumonia karena mucus daoat berfungsi
sebagai perkembangbiakan organisme(Corwin, 2000).

Tirah baring lama atau imonbilisasi adalah keterbatasan fisik atau keterbatasan tubuh
atau anggota geraknya. Tirah baring lama di akibatkan oleh keadaan berikut:
1. Penyakit atau kerusakan neuromuskuloskeletal seperti kelumpuhan
2. Sakit kritis yang membutuhkan istirahat penuh
3. Pengabaian pengobatan
4. Diam lama pada posisi gravitasi yang kurang seperti duduk
Istirahat lama dan tidak beraktifitas mengurangi katifitas metabolisme secara
umum dan mengakibatkan kapasitas fungsi banyak sistem berkurang dengan
manifestasi berupa sindrom tirah baring lama. Pada posisi terlentang, pasien tirah
baring biasanya tidak mengkontraksikan otot interkostal, diafragma, atau abdomen
untuk inspirasi dan ekspirasi maksimal. Atrofi otot secara umum akan berpengaruh
terhadap fungsi dan efisiensi pernafasan. Selain itu tirah baring juga berpengaruh
terhadap mekanisme batuk karena efisiensi silia berkurang dan batuk menjadi tidak
maksimal dan akan membangkitkan reaksi peradangan (inflamasi), membentuk
kavitas dan dapat merusak parenkrim paru sehingga akan menetap di jaringan paru
kemudian terjadi peradangan dibronkus dan pertahanan primer tidak adekuat yang
mengakibatkan kerusakan membrane alveolar sehingga pembentukan sputum
menjadi berlebihan dan muncul masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas.

E. TANDA DAN GEJALA


a. Panas
b. Batuk (sering pada malam hari)
c. Sputum berlebih berwarna kuning
d. Nyeri tenggorokan
e. Takipnea
f. Retraksi dinding dada
g. Sesak nafas
h. Sakit kepala
i. Nafsu makan berkurang
j. Nyeri perut
k. Muntah
l. Batuk dan pilek
m. Meningismus
n. Diare
o. Bunyi pernafasan
p. Sakit tenggorokan
F. PENATALAKSANAAN
a) PENCEGAHAN PNEUMONIA

Pencegahan pneumonia akibat tirah baring tidak berbeda dengan pneumonia pada
umumnya, untuk melihat pencegahan penyakit pneumonia pada tirah baring dapat dilihat
dari table yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi untuk
pencegahan (Grace, 2008)

Faktor resiko yang tidak dapat Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
dimodifikasi :

1. Terkait penjamu 1. Terkait penjamu

- Malnutrisi - Nutrisi (pemberian makan secara


enteral)
- Usia >65 tahun, <5 tahun
- Control nyeri, fisioterapi
- Penyakit kronik
- Membatasi terapi imunosupresif
- Diabetes
- Postur, tempat tidur kinetic
- Supresi imun (SLE)
- Berhenti merokok
- Ketergantungan alcohol

- Aspirasi (epilepsy)

- Penyakit virus yang baru terjadi

- Obesitas

- Merokok

2. Terkait terapi 3. Terkait terapi


- Ventilasi mekanis - Posisi setengah terlentang (30
derajat)
- Pasca operasi
- Minimalisasi penggunaan sedative

- Hindari overdistensi lambung

- Hindari intubasi + re- intubasi

4. Faktor epidemiologis 2. Control infeksi

- Lingkungan (psitakosis) - Mencuci tangan, teknik steril

- Pekerjaan - Isolasi pasien

- Pendingin ruangan ( legionella) - Surveilans mikrobiologis

b) PERAWATAN
Sekret yang menetap menumpuk di bronkus dan paru
menyebabkan pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya berkembang menjadi pneumonia. Secret
yang stagnasi dapat
dikurangi dengan mengubah posisikan paru yang mengantung dan
memobilisasikan
secret. Fisioterapi dada adalah metode efektif untuk mencegah
sekret pulmonal.
Fisioterapi dada ini menggunakan tehnik posisi untuk mengalirkan
sekret dari segmen
paru tertentu dari bronkus dan paru menuju trakea. Kemudian
pasien mengeluarkan
sekret dengan membatukkan

c) PENGOBATAN PNEUMONIA
1. Oksigenasi
2. Nebulizer
3. Suction
4. Claping
5. Mika miki
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat

G. KOMPLIKASI
Perubahan yang terjadi pada sistem respirasi akibat dari tirah baring dapat
mengalami komlikasi paru-paru . Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah
atlekrasis dan pneumonia hipostatik. Pada atlektasis bronkiolus tertutup oleh adanya
sekresi dan kolaps alfeolus distal karena udara yang diabsobsi sehingga menghasilkan
hipoventilasim. Peneumonia hipostatik adalah peradangan paru-paru akibat statisnya
sekresi. peneumonia dan atlektasis keduanya samma-sama menurunkan oksigenasi,
memperlama penyembuhan dan menambah ketidaknyamanan pasien.
Pada beberapa hal dalam perkembangan komplikasi ini, adanya penurunan
sebanding kemampuan pasien untuk batuk produktif. Sehingga penyebaran mucus dalam
bronkus meningkat, terutama pada pasien dalam posisi terlentang, terlungkup atau lateral.
Mucus merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri, maka terjadi
bronkopeneumonia hipostatik ( potter dan perry, 2005)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi (chest X-Ray)
Teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya lobus dan bronchial), menunjukkan
multiple abses dan infiltrasi (bacterial), penyebaran extensivenodul infiltrat (viral)
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri dan menentukan diagnosis secara
spesifik. LED biasanya meningkat. Elektrolit: Sodium dan klorida menurun, bilirubin
biasanya meningkat.
3. Analisis Gas Darah dan Pulse Oximetry
Menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
4. Pewarnaan gram/ cultur sputum dan darah untuk mengetahui organisme penyebabnya.
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru.
Volume paru-paru mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas
pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
6. Pemeriksaan kultur darah sputum
7. Spirometrik static
8. Bronkhoskopi
Daftar Pustaka

C long Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah 2 (Suatu Proses Pendekatan Keperawatan).
Bandung.

DEPKES RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular, 1993. Buku Pedoman


Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk Kader

Grace, pierce.A. & Neil R. Borley.2008.At a Glance Ilmu Bedah edisi 3.alih bahasa: dr. Vidhia
Umami.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai