DYSTOCIA
Disusun Oleh :
SURYAT MUHSAN
115070207111016
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
1. Definisi Dystocia
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal
yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor
persalinan. Setiap keadaan berikut dapat menyebabkan distosia:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan [powers]).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir [passage]).
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi
besar, dan jumlah bayi (penumpang [passengers]).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan
pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukkan kemajuan, atau jika
karakteristik kontraksi uterus menunjukkan perubahan. (Bobak, 2004)
2. Epidemiologi Dystocia
Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta
kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah
perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi
12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang
lain 7,9%.
Angka kejadian dystocia bahu tergantung pada criteria diagnosa yang
digunakan.Insidensi dystocia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal
presentasi kepala. Apabila dystocia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara
lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya
menjadi 11%.Salah satu criteria diagnose dystocia bahu adalah bila dalam
persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus
seperti traksi curam bawah dan episiotomi. Gross, dkk (1987)
Kasus Distocia bahu tidak dapat di prediksi kapan akan terjadi dan belum ada
cara untuk memastikan kapan akan terjadi Distocia bahu saat persalinan. Prosentasi
distosia bahu terjadi sebesar 0,2-0,6% dari seluruh persalinan vaginal presentasi
kepala. Apabila jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahir lebih dari 60 detik
maka insidensinya menjadi 11%. Insidensi dapat meningkat dengan adanya
peningkatan ukuran badan bayi dan hamper mendekati 1 : 100 kelahiran di
masyarakat eropa yg akan berbeda di masyarakat lain. Insiden 2% akan meningkat
pada persalinan bayi besar - 3% jika berat lahir >4000 gr. Pada ibu penderita
Diabetes Gestasional, Distocia bahu bisa terjadi sebesar 7%.
3. Klasifikasi Dystocia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang
menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/
effacement (kekuatan primer), dan / atau kemajuan penurunan (kekuatan
sekunder). (Bobak, 2004)
Beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya
distosia uterus sebagai berikut (Gilbert, 2007):
a. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang
berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c. Kelainan bentuk dan posisi janin
d. Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e. Overstimulasi oxytocin
f. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
g. Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari:
a. Disfungsi Hipotonik
Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi
persalinan aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama
sekali. Uterus mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan
intrauterin selama kontraksi (biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak
mencukupi untuk kemajuan penipisan serviks dan dilatasi. CPD dan
malposisi adalah penyebab umum dari jenis disfungsi dari uterus. HIS
bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi
uterus lebih aman, singkat, dan jarang dari pada biasa.
b. Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak
efektif menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement.
Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten, yaitu dilatasi servikal kurang dari
4 cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus
lebih kuat dari pada di fundus, karena uterus tidak mampu menekan
kebawah untuk mendorong sampai ke servik. (Gilbert, 2007)
2. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir
Karena struktur pelvis
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang
mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas
panggul), pelvis bagian tengah, pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau
kombinasi dari ketiganya. Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum
dari distosia. Kontraktur pelvis mungkin disebabkan oleh ketidak normalan
kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang.
Kelainan traktus genetalis
a. Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,
stenosis, dan tumor. Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia
dan terkadang karena gangguan gizi. Pada persalinan jika ibu dibiarkan
mengejan terus dapat mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva
terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan
sembuh dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor
dalam neoplasma jarang ditemukan. Yang sering ditemukan
kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
b. Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina,
dimana septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak
lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya
tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya
cukup lebar, baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum
tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada
persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
c. Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada
kala I servik uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga
merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma servisis
uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.
d. Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat
menyebabkan distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin
pervaginam.
e. Ovarium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi
lahirnya janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum
douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandung bahaya
pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
1. Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun
melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau
miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan
melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan
perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam keadaan
fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal. Penyebab
terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
2. Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi
dahi atau presentasi muka. Presentasi puncak kepala (presentasi
sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun
besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara
yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
3. Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal
sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul
sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan
faktor yang menyebabkan persentasi muka.
4. Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih
berat, sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini
merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab
terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
5. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah
cavum uteri.
6. Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Punggung janin berada di depan, di belakang, di atas atau di
bawah.
7. Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga
panggul dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping
bokong janin dijumpai tangan.
b. Kelainan bentuk janin
1. Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari
4000 gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis,
selain itu distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan
kontraksi selama persalinan dan kelahirannya.
2. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan
menyebabkan disproporsi sefalopelvic.
c. Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi
kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali
pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan
akibat gangguan oksigenasi. Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat
disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul,
sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
3. Patofisiologi Dystocia
(Terlampir)
4. Faktor Resiko Dystocia
Distosia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Primigravida, multigravida dan grandemultipara.
2. Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
3. Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.
4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim.
Ini dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.
6. Kehamilan postmatur.
(Wiknjosastro, 2007).
Keadaan yang dapat menyebabkan distosia, antara lain:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan [powers]).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir [passage]).
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi
besar, dan jumlah bayi (penumpang [passengers]).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan
pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukkan kemajuan, atau jika
karakteristik kontraksi uterus menunjukkan perubahan. (Bobak, 2004)
f. Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang.
2. ANALISA DATA
NO DO/DS ETIOLOGI DIAGNOSA
. KEPERAWATAN
1. DO: Klien Distosia Resiko tinggi
menunjukkan tanda ↓ cedera maternal
kelelahan Tonus otot menurun b/d intervensi
DS:- ↓ penanganan
Obstruksi mekanis pada distosia
penurunan janin
↓
Resiko tinggi cedera maternal
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi cedera maternal b/d intervensi penanganan distosia
2. Nyeri akut b/d distosia, prosedur obstetri
3. Ansietas b/d kemajuan persalinan yang lambat
4. INTERVENSI
PATOFISIOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo