Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam


kehidupan. Proses persalinan bisa jadi momok yang menakutkan bagi ibu hamil,
sehingga jangan sampai proses tersebut diperburuk oleh kurangnya
pemahaman mengenai tanda awal persalinan. Mengetahui tanda – tanda awal
persalinan merpakan modal penting yang perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal
ini bertujuan untuk mendeteksi adanya komplikasi yang beresiko pada saat
persalinan nanti, sehingga akan tercipta persalinan normal, aman bagi ibu dan
bayinya. Pengertian atau pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan adalah
nyawa taruhannya atau toh nyawa (Bahasa jawa) menunjukan masyarakat sadar
kalua setiap persalinan menghadapi resiko atau bahaya yang dapat mengakibatkan
kematian pada ibu dan bayi baru lahir.

B. TUJUAN

1. Agar pembaca dapat mengetahui berbagai macam persalinan beresiko


2. Agar pembaca dapat mengantisipasi atau mencegah persalinan dan
kelahiran beresiko

1
BAB II

KONSEP TEORI

A. DISTOSIA
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau
abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan
lima faktor persalinan. Setiap keadaan berikut dapat menyebabkan
distosia:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif
akibat upaya mengedan ibu (kekuatan [powers]).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir [passage]).
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan persentasi atau
kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi (penumpang
[passengers]).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan
dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta
sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola
persalinan abnormal wanita,seorang perawat mempertimbangkan
interaksi kelima faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut
mempengaruhi proses persalinan. Penurunan dan pengeluaran (eksplusi)
janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus
menunjukan perubahan.

B. PERSALINAN DISFUNGSIONAL
Persalinan disfungsional dijelaskan sebagai kontraksi uterus tidak
normal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan
pendataran (effacement) (kekuatan primer), dan/atau kemajuan
penurunan (kekuatan sekunder).
Disfungsi kontraksi uterus lebih jauh dapat dijelaskan sebagai
disfungsi kontraksi uterus primer dan sekunder. Wanita yang mengalami

2
persalinan disfungsi primer atau disfungsi uterus hipertonik seringkali
adalah wanita yang cemas ketika pertama kali mengalami kontraksi yang
nyeri. Intensitas kontraksi ini berada di luar proporsi dan tidak
menyebabkan dilatasi atau pendataran (effacement). Kontraksi ini
biasanya terjadi pada fase laten (dilatasi serviks < 4 cm) dan biasanya
tidak terkoordinasi dan sering terjadi.
Wanita yang mengalami disfungsi uterus hipertonik akan merasa
letih dan mengeluh bahwa ia kehilangan kontrol akibat nyeri yang intensif
dan persalinannya tidak menglami kemajuan. Penatalaksanaan disfungsi
uterus primer dilakukan melalui upaya istirahat terapeutik. Upaya ini
dilakukan melalui pemberian analgesik yang efektif, seperti morfin atau
meperedin, untuk mengurangi nyeri dan menyebabkan wanita tertidur.
Seringkali wanita ini akan terbangun dengan aktivitas uterus normal.
Uterus dapat ditekan dengan mudah, bahkan dengam puncak kontraksi.

C. PERUBAHAN STRUKTUR PELVIS


1. Distosia Pelvis
Distosia pelvis dapat menyertai terjadinya kontraktur diameter pelvis
yang mengurangi kapasitas tulang pelvis termasuk pintu atas panggul
(pelvic inlet), panggul tengah (mid pelvic), pintu bawah panggul (pelvic
outlet) atau setiap kombinasi tulang-tulang tersebut. Kontraktur pelvis
dapat disebabkan kelainan kongenital, malnutrisi ibu, neoplasma, dan
gangguan spinal bagian bawah (lower spinal disorder). Ukuran pelvis
yang tidak matur merupakan faktor predisposisi bagi para ibu remaja
untuk mengalami distosia pelvis.Deformitas pelvis dapat terjadi akibat
kecelakaan mobil atau kecelakaan lain.
Kotraktur pintu atas pnggul terjadi 1%-2% pada kelahiran aterm dan
diagnosis ditegakkan bila konyugata kurang dari 11,5 cm. insiden
presentasi muka dan bahu terus meingkat. Presentasi ini mencegah
penancapan (engagement) dan penurunan janin, sehingga meningkatkan
resiko prolaps tali pusat. Kontraktur pintu atas panggul berkaitan dengan
penyakit riketsia maternal dan panggul datar atau panggul sempit.

3
Kontraksi uterus yang lemah dapat ditemukan selama kala satu kali
persalinan.
Kontraktur midplane, penyebab umum terjadinya distosia pelvis,
ditetapkan sebagai diagnosis bila jumlah spina interiskium dan diameter
segital posterior panggul tengah kurang atau sama dengan 13,5 cm.
penurunan janin tertahan/posisi lintang tetap (transverse arrest) karena
kepala tidak dapat melakukan, tetapi ekstraksi vakum dilakukanjika
seviks forsep tengah (midforceps) biasanya dihindari karena morbiditas
perintanal akibat intervensi ini meningkat.
Kontraktur pintu bawah panggu terjadi bila diameter interiskium 8
cm atau kurang. Ini jarang terjad bila arkus pubis sempit, panjang, dan
pelvis berbentuk anal meliputi laserasi perineum yang luas selama lahiran
per vaginam karena kepala janin terdorong kea rah posterior.
2. Distosia Jaringan Lunak
Distosia jaringan lunak terjadi akibat obstruksi jalan lahir oleh
kelainan anatomi, selain kelainan pada tulang pelvis. Obstruksi bisa
terjadi karena plasenta previa (plasenta letak rendah) yang sebagian
atau seluruhnya menutup ostium internal pada serviks. Penyebab lain,
seperti leiomioma (fibroid uterus) di segmen bawah uterus, tumor
ovarium, dan kandung kemih atau rektum penuh dapat mencegah
janin masuk ke dalam pelvis. Kadang-kadang terjadi edema serviks
selama persalinan waktu serviks terjepit antara bagian terendah
simfisis, sehingga mencegah dilatasi lengkap.
3. Sebab Pada Janin
Distosia yang berasal dari janin bisa disebabkan oleh anomali,
ukuran bayi yang berlebihan dan malpresentasi, malposisi, atau
kehamilan kembar. Komplikasi yang berhubungan dengan distosia
yang berasal dari janin meliputi risiko asfiksia neonatal, cedera atau
fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu. Pada janin seringkali
mengakibatkan dengan kelahiran forsep rendah, ekstraksi vakum, atau
sesaria.

4
4. Anomali
Asites besar, tumor abnormal mielomeningokel, dan hidrosefalus
distosia. Kelainan-kelainan ini dapat mempengaruhi hubungan
anatomi janin dengan kapasitas pelvis maternal, sehingga janin gagal
menuruni jalan lahir.

D. DISPROPORSI SEFALOPELVIS
Disproporsi sefalopelvis (CPD), atau disproporsi fetopelvis (FPD)
yang brhubungan dengan ukuran janin yang berlebihan (4000 gram/5
pon 131/2 ons atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm. Ukuran janin
yang besar atau makrosomia berhubungan dengan diabetes melitus
maternal, obesitas, multiparitas atau ukuran besar pada salah satu atau
kedua orang tua. Distosia bahu, kondisi dimana kepala janin dapat
dilahirkan, tetapi bahu anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus
pubis, dapat terjadi pada markosmia. Bila ini terjadi pada kelahiran per
vaginam, ibu harus ditempatkan pada posisi untuk membebaskan pada
kedua bahu. Manuver Mc Roberts merupakan perasat, dimana kedua
kaki ibu fleksi pada kedua lutut diabdomen (O’Leary,1992). Maneuver ini
menyebabkan sacrum mengencang dan simfisis pubis berotasi ke arah
kepala ibu, sudut inklinasi pubis turun dan membebaskan bahu.

E. MALPOSISI
Malposisi janin yang paling umum adalah posisi oksipitoposterior
(oksipitoposterior kanan [OPKa] atau oksipitoposterior kiri [OPKi]), terjadi
pada sekitar 25% persalinan. Persalinan menjadi lama terutama pada
kala dua, ibu mengeluh nyeri punggung akibattekanan pada sarkumnya.
Penekanan pada area sarkum (counterpressure) dan perubahan posisi
yang sering bisa mengurangi nyeri tersebut. Kedua tangan dan lutut atau
posisi lateral digunakan untuk memudahkan rotasi janin dari psisi
posterior ke posisi anterior (Biancuzzo,1991.,Fenwick, Simkin,1987).

5
F. MALPRESENTASI JANIN
Presentasi bokong (breech presentation) adalah contoh
malpresentasi yang paling umum, terjadi pada 3%-4% kelahiran dan 25%
kelahiran prematur. Empat jenis presentasi bokong terdiri dari: bokong
sempurna (frank breech) di mana paha fleksi, lutut ekstensi; bokong
komplet (complete breech) (kedua paha dan lutut fleksi); bokong tidak
komplet (incomplete breech), dimana kaki ekstensi dibawah bokong., dan
incomplete breech lain, dimana lutut ekstensi dibawah bokong.
Presentasi bokong berhubungan dengan kehamilan gemeli
(multipetalgestation), kelahiran prematur anomali fetal dan maternal,
hidramnion, dan oligohidramnion. Diagnosis ditegakkan dengan
melakukan palpasi abdomen dan pemeriksaan vagina dan biasanya
dipastikan dengan pindai ultrasonografi.
Selama persalinan, penurunan kepala bisa melambat karena
bokong tidak cukup baik berdilatasi seperti kepala janin, tetapi persalinan
biasanya tidak berlangsung lama. Risiko prolaps tali pusat dapat terjadi
jika ketuban pecah pada persalinan. Adanya mekonium dalam cairan
ketuban tidak menandakan distress janin. Hal ini terjadi akibat tekanan
pada dinding abdomen janin karena janin berada pada letak transversal
dalam jalan lahir. Denyut jantung janin terdengar keras di umbilicus atau
diatasnya. Kelahiran per vaginam dicapai melalui mekanisme yang
beruhubungan dengan munculnya bokong dan ekstermitas bagian
bawah. Forseps piper kadang kala digunakan untuk melhirkan kepala.
Kelahiran dengan presentasi bokong berhubungan dengan trauma
lahir, asfiksia, kelahiran prematur, anomali kognitif, yang mengakibatkan
angka mobiditas dan mortalitas neonatal dan perinatal serta abnormalitas
neorologis dikemudian hari lebih tinggi daripada angka pada kelahiran
presentasi virteks (Englinton,1998). Alternatif kelahiran janin per vaginam
dengan presentasi bokong ialah melalui eksternal cephalic persion
(ECV), dimana janin diputar menjadi presentasi virteks sambal berusaha
memberi tekanan pada janin dari luar abdomen ibu dan melalui kelahiran
sesaria diman janin dilahirkan melalui insisi abdomen.

6
Meskipun pilihan bervariasi, kelahiran sesaria umumnya dilakukan
pada wanita yang janinnya diperkirakan berbobot lebih dari 3800 gram (3
pon 6 ons) atau kekurangan dari 2000 gram (4 pon 4 ons ) atau bila
persalinan tidak efektif atau terjadi komplikasi (Bowes,1989). Meskipun
kelahiran sesaria mengurangi risiko pada janin, tetapi kelahiran dengan
cara ini dapat meningkatkan risiko pada ibu.
Presentasi muka dan dahi tidak umum terjadi dan berhubungan
dengan anomali janin, kontraktur pelvis, dan disproporsi petopelvis.
Kelahiran per vaginam mungkin dilakukan jika janin melakukan fleksi ke
presentasi virteks, meskipun seringkali digunakan posep. Kelahiran
sesaria dilakukan bila presentasi tetap tidak berubah, ada distres janin
atau persalinan tidak maju.
Janin dengan presentasi bahu, yang letaknya melintang biasanya
dilahirkan secara sesaria, meskipun versi sefalik eksterna dapat
dilakukan setelah kehamilan 38 minggu (Cunningham,dkk.,1993).

G. PERSALINAN DAN KELAHIRAN PREMATUR


Kelahiran premature terjadi setelah usia gestasi 20 minggu, tetapi
sebelum awal minggu ke-37. Seluruh insiden kelahiran prematur di
Amerika Serikat bervariasi antara 250.000 sampai 400.000 per tahun
atau sekitar 9% kelahiran (Creasy, Merkatz,1990). Kelahiran prematur
merupakan penyebab dua per tiga kematian bayi; separuh kematian ini
berkaitan dengan bayi, berberat badan 1500 gram atau kurang.
1. Faktor Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun,
sepertiga persalinan prematur terjadi setelah ketuban pecah dini (PROM).
Komplikasi kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan
prematur, meliputi kehamilan multi janin, hidramnion, serviks tidak
kompeten, plasenta lepas secara prematur, dan infeksi tertentu (seperti,
polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Faktor risiko persalinan dan kelahiran prematur telah diidentifiksi
dan beberapa kategori faktor risiko ini umumnya di sepakati oleh petugas
kesehatan profesional. Kategori ini terdiri risiko demografik, risiko medis,

7
risiko kehamilan saat ini dan risiko perilaku dan lingkungan (Institute of
Medicine,1985; Knuppel, Drukker,1993; Neal, Bockman,1992).
Iritabilitas uterus dan kejadian yang merangsang kontraksi uterus,
seperti aktivitas seksual, defisiensi progesteron, ketidakadekuatan
volume plasma, dan infeksi tertentu, misalnya Chlng sangat serius. Jika
amydia, bisap terlibat dalam awitan persalinan premature. Pengaruh
faktor-faktor ini belum dipahami dengan jelas (Bennett, Botti,1989;
Brustman, dkk; 1989; Main,1988).

H. POSTMATUR
Kehamilan Post Matur adalah persalinan yang berlangsung sampai
lebih dari 42 minggu. Postmaturitas adalah suatu sindroma dimana
plasenta mulai berhenti berfungsi secara normal pada kehamilan post-
matur dan hal ini membahayakan janin.
Menentukan apakah kehamilan telah melewati dari 42 miggu tidak
selalu mudah, karena saat terjadinya pertumbuhan tidak selalu dapat
ditemukan secara pasti. Kadang saat pembuahan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Kadang saat pembuahan tidak dapat ditentukan karena
siklus menstruari yang tidak teratur. Pada awal kehamilan bisa dilakukan
pemeriksaan USG untuk membantu menentukan usia kehamilan.
Pemeriksaan USG berikutnya dilakukan sebelum usia kehamilan
mencapai 32 minggu (antara 18-22 minggu) untuk mengukur diameter
kepala janin, hal ini bisa membantu memastikan usia kehamilan.
Jika kehamilan berlangsung sampai lebih dari 42 minggu dari hari
pertama menstruasi terakhir, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
tanda – tanda postmaturitas pada ibu dan janin, yaitu penciutan Rahim
dan berkurangnya gerakan janin. Pemeriksaan bisa dimulai pada usia
kehamilan 41 minggu, untuk menilai gerakan dan denyut jantung janin
serta jumlah cairan ketuban (yang menurun secara drastic pada
pengambilan dan Analisa cairan ketuban). Salah satu tanda dari
postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna khijauan yang berasal
dari meconium (tinja fetus yang pertama), hal ini mmenunjukan keadaan
gawat janin.

8
Selama hasil pemeriksaan tidak menunjukan tanda – tanda
postmaturitas, maka kehamilan post-matur masih mungkin dilanjutkan.
Tetapi jika hasil pemeriksaan menunjukan adanya tanda-tanda
postmatuitas, maka segera dilakukan induksi persalisan dan bayi
dilahirkan.

I. PROLAPS TALI PUSAT


Meskipun jarang, prolapse tali pusat adalah komplikasi yang sangat
serius. Jika tali pusat meluncur melewati leher Rahim ke vagina, melewati
bayi, tali pusat dapat terjepit di antara bayi dan leher rahimyang setengah
membuka atau tulang panggul ibu. Khususnya selam kontraksi,
penekanan pada tali pusat dapat secara drastis mengurangi pasokan
oksigen ke janin, yang tentunya membahayakan kehidupan si bayi.
Prolapse tali pusat cenderung terjadi (meskipun jarang) jika selaput
mendadak pecah dan ada ruang di sekitr bayi bagi keluarnya tali pusat.
Hal ini dapat terjadi jika bayi anda premature; jika kehamilan anda
kembar dua, kembar tiga,dan lebih; jika bayi sungsang pada presentasi
transversal; atau jika kepalanya “mengambang” dan tidak menempel
pada panggul.
Pemeriksaan pralahir di masa hamil tua, sebaiknya tanyakan pada
pemberi perawatan apakah bayi anda sunsang atau transversal, apakah
letak kepalanya tinggi. Pemberi perawatan seringkali memberi tahu hal-
hal tersebut dengan meraba bayi melalui dindingperut anda. Jika anda
tahu bahwa letak kepala bayi tinggi atau bayi sungsang atau transversal,
dan selaput pecah dengan disertai arus cairan yang deras, anda
sebaiknya mengambil langkah-langkah sebagai berikut sampai
pertolongan medis tiba.
 Ambil posisi bersujud sehingga gaya tarik bumi dapat
menggerakan bayi menjauh dari leher rahim dan tal pusat,
sehingga mungkin sudah prolaps. Anda dpat merasakan atau
dapat juga tidak merasakan adanya talipusat di vagina.
 Meminta tolong seseorang untuk segera mengatur sarana
transportasi kerumah sakit.

9
 Didalam kendaraan atau ambulan,anda harus tetapkeadaan
bersujud.
 Saat anda tiba di rumah sakit, beritahu staf rumah sakit bahwa
anda mengalami prolaps ali pusat.

Seorang perawat aka memeriksa tali pusat yang prolapsjika perlu,


memasukan tangannya kedalam vagina untuk menahan bayi agar bayi
menjauhi tali pusat tersebut. Pelahiran dengan beda Caesar akan dilakukan
seger mungkin. Jika tidak ditemukan adanya prolaps, semua orang tentu
akan merasa lega, dan pemberi perawatan akan memberitahu secara
menenangkan Anda dengan mengatakan bahwa anda telah melakukan hal
yang tepat dan tetap dapat melanjutkan perasalinan.

Dilihat dari akibat prolaps tali pusat yang menakutkan ini, mengetahui
apa itu prolaps dana pa yang dapat anda lakukan untuk meminimalkan
bahya tersebut, akan dapat membuat anda mampu menyelamatkan nyawa si
bayi.

J. KETUBAN PECAH DINI (KPD)

KPD adalah pecah kantong amnion dan kehilangan cairan amnion


kapan saja sebelum awitan persalinan sebenarnya. KPD kurang bulan
(pretern prematur rupture of membranes, PPROM), yaitu pecah ketuban
sebelum usia gestasi 37 minggu. Persalinan dan kelahiran kurang bulan
biasanya terkait dengan KPD, dan janin berada dalam bahaya akibat resiko
infeksi dan/atau kelahiran premature.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN
N DIAGNOS TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O A
1 Nyeri Setelah - Menentukan - membantu
berhubung dilakukan sifat, lokasi, dalam
an dengan intervensi dan durasi mendiagnosa
intensitas selama 1x24 nyeri. dan memilih
kontraksi jam kebutuhan tindakan,
uterus,kontr rasa nyaman - Kaji intesitas penekanan
aksi tidak pasien nyeri ibu kepala pada
efektif. terpenuhi dengan servik yang
dengan kriteria skala nyeri berlangsung
hasil : lama akan
- Nyeri - Berikan menyebabkan
yang lingkungan nyeri
dirasak yang
an klien nyaman, - Setiap
menuru tenang dan individu
n dari 9 aktivitas mempunyai
menjadi untuk tingkat
3 mengalihkan ambang nyeri
- Klien nyeri yang
tampak berbeda,
rileks - Bantu klien dengan skala
- Kontrak dalam dapat
si menggunaka diketahui
uterus n metode intensitas
efektif relaksasi dan nyeri klien
- Ada jelaskan
kemaju prosedur. - Lingkungan
an yang nyaman
persalin - Tinjau dapat
an yang kembali mengalihkan
baik penggunaan rasa nyeri
- metode yang
relaksasi dirasakan
pasien.
- Kuatkan
dukungan - Teknik
social/dukun relaksasi
gan keluarga dapat
mengalihkan
- Pemberian perhatian dan

11
sedative mengurangi
sesuai dosis rasa nyeri
yang telah
yang telah - Untuk
ditentukan memastikan
dokter keefektifan
metode
relaksasi
yang telah
dilakukan

- Dengan
kehadiran
keluarga akan
membuat
klien nyaman,
dan dapat
mengurangi
tingkat
kecemasan
dalam
melewati
persalinan,
klien merasa
diperhatikan
dan perhatian
terhadap
nyeri akan
terhindari

- Pemberian
narkotik atau
sedative
dapat
mengurangi
nyeri hebat.
2 Resiko Setelah - Tinjau - Membantu
tinggi dilakukan ulang dalam
cedera tindakan riwayat mengidentifik
maternal, keperawatan persalina asi
nerhubung selama 3x24 n, awitan kemungkinan
an dengan jam diharapkan dan penyebab
pola resiko cedera durasi kebutuhan
kontraksi pada pasien pemeriksaan
otot, berkurang - Catat diagnostic
keltihan waktu / dan interversi
maternal jenis yang tepat
obat,
hindari - Sedative yang

12
pemberi diberikan
an terlalu dini
narkotik dapat
dan menghambat
anastesi atau
blok menghentikan
epidural persalinan.
sampai
servirks - Kelebihan ibu
dilatasi yang
4cm berlebihan
menimbulkan
- Evaluasi disfungsi
tingkat sekunder,
keletihan atau mungkin
yang akibat dari
menyert persalinan
ai, serta lama
aktifitas
dan - Kelelahan ibu
istirahat, yang
sebelum berlebihan
awitan menimbulkan
persalina disfungsi
n sekunder,
atau mungkin
- Evaluasi akibat dari
tingkat persalinan
keletihan lam
yang
menyert - Disfungsi
ai, serta kontraksi
aktifitas dapat
dan memperlama
istirahat persalinan,
sebelum meningkatkan
awitan resiko
persalina komplikasi
n maternal/janin

- Kaji pola - Serviks kaku


kontraksi atau tidak
uterus siap tidak
secara akan dilatasi,
manual menghambat
atau penurunan
secara janin /
elektrokn kemajuan
ik persalinan,

13
terjadi
- Catat amniositis
kondisi secara
serviks, langsung
pantau dihubungkan
tanda dengan
amnioniti lamanya
s, catat persalinan
peningka sehingga
tan suhu melahirkan
atau harus terjadi
jumlah dalam 24 jam
sel darah setelah pecah
putih, ketuban
catat bau
dan - Catat
rabas penonjolan
vagina posisi janin
dan
- Catat presentasi
penonjol janin
an,
posisi - kandung
janin dan kemih dapat
presenta menghambat
se janin aktifitas
uterus dan
- Anjurkan mempengaru
klien hi penurunan
berkemih janin
setiap1-2
jam, kaji - ambulism
terhadap dapat
penuhan membantu
kandung kekuatan
kemih gravitasi
diatas dalam
simfisis merangsang
pubis pola
persalinan
- Tempatk normal dan
an klien dilatasi servik
pada
posisi - melahirkan
rekumbe seksio sesaria
n lateral segera
dan diindifikasikan
anjurkan untuk cincin
tirah bandl untuk

14
baring distress janin
atau karena CPD
ambulasi
sesuai - melahirkan
toleransi secara forsep
dilakukan
- Bantu pada ibu yang
dengan Lelah
persiapa berlebihan
n seksio dan tidak
sesaria mampu untuk
sesuai mengendan
indikasi lagi.
untuk
malposis
i

- Siapkan
untuk
melahirk
an
dengan
forsep
(bila
perlu)
3 Keletihan Setelah - Monitorin - Pemantauan
berhubung dilakukan g sumber
an dengan tindakan sumber energy guna
factor keperawatan energy pengukuran
fisiologis selama yang nutrisi yang
kehamilan 2x24jam adekuat akan
makan diberikan
kebuthan aman - konsulta
nyaman pada si - Memperhitun
pasien dapat dengan gkan jumlah
terpenuhi ahli gizi kalori yang
dengan kriteria untuk akan
hasil : meningk diberikan
- pasien atkan pada pasien
tampak asupan
lebi makanan - Pemantauan
segar yang apakah
- pasien berenerg keletihan ini
terlihat i tinggi. juga akibat
lebih dari
berener - Monitorin kurangnya
gi g pola istirahat
tidur dan
lamanya - Dapat

15
istirahat mengurangi
pasien tingkat
kelelahan
- Bantu
aktivitas
istirahat
pasien

- Bantu
aktivitas
sehari-
hari
sesuai
dengan
kebutuha
n
4 Cedera Setelah - Kaji - Bradikardi
resiko dilakukan denyut dan takikardi
tinggi intervensi jantung pada janin
terhadap selama 1x24 janin dapat
janin jam cedera secara disebabkan
berhubung pada janin manual oleh stress,
an dengan dapat dihindari dan hipoksia,asido
penekanan dengan kriteri elektrolit sis atau
kepala hasil : dan sepsis
pada - djj kajian
panggul, dalam irama - Tekanan dan
partus lama batas jantung kontraksi
normal janin yang besar
- kemaju dapat
an - Perhatik mengganggu
persalin an oksigenasi
an baik. tekanan dalam ruang
uterus intravilos
selama
istirahat
dan fase - Kontraksi
kontraksi yang terjadi
melalui setiap 2 menit
kateter atau kurang
tekanan tidak
intrauter memungkinka
us bila n oksigenasi
tersedia adekuat dari
intravilos
- Perhatik
an - Menentukan
frekuensi pembaringan
kontaksi janin, posisi,

16
uterus, dan
beri tahu presentase
dokter dapat
bila mengidentifik
frekuensi asi factor-
dua faktor yang
menit memperberat
atau disfungsional
kurang persalinan

- Kaji - Penurunan
malposis jalan lahir
i dengan merupakan
menggu tanda CPD
nakan atau
manuver malposisi
leopod
dan
temuan
pemeriks
aan
manuver
leopod
dan
temuan
pemeriks
aan
internal
tinjauan
ulang
hasil
USG

- Pantau
penurun
an janin
pada
jalan
lahir
dalam
hubunga
n
dengan
kolumna
vertebrali
siskial

17
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan bervariasi sesuai tipe distosia dan kebutuhan
individual wanita dan keluarganya. Diagnosa keperawatan yang potensial
dan actual, yang dapat diidetifikasi pada wanita yang mengalami distosia
ialah sebagai berikut :
Ansietas yang berhubungan dengan
 Kemajuan persalinan yang lambat

Nyeri yang berhubungan dengan

 Distosia
 Prosedur obsertri

Risiko tinggi cedera janin yang berhbungan dengan

 Gangguan pada janin

Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan

 Ruptur ketuban,prosedur operasi

Keletihan yang berhubungan dengan

 Persalinan yang lama

Takut yang berhubungan dengan

 Ancaman yang nyata atau potensial terhadap diri sendiri dan janin

Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan

 Prosedur operasi

Risiko tinggi perubahan peran orangtua yang berhubungan dengan

 Kelahiran sesaria yang tidak direncanakan

Perubahan persepsi sensori yang berhubungan dengan

 Berbagai intervensi penanganan distosia

18
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
 Kekecewaan
 Nyeri
 Rasa takut
 Keletihan
 System pendukung yang kurang

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan

 Prosedur posisi, Teknik relaksasi,dsb

Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan

 Ketidakmampuan untuk bersalin dan melahirkan seperti yang


diharapkan

Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan

 Infus intravena dengan oksitosin

Defisit volume cairan berhubungan dengan

 Status puasa

B. Hasil Akhir yang Diharapkan


Hasil akhir yang diharapkan pada wanita yang mengalami distosia ialah
sebagai berikut :
 Ia akan memahami penyebab dan penanganan disfungsi persalinan
 Ia akan menggunakan pola koping yang postif untuk
mempertahankan konsep diri yang positif.
 Ia akan memperlihatkan rasa cemasnya berkurang atau minimal
 Ia akan mengungkapkan bahwa nyerinya berkurang
 Ia akan bersaling dan melahirkan dengan komplikasi minimal atau
tanpa komplikasi, seperti infeksi, cedera, dan pendarahan
 Ia akan melahirkan bayi yang sehat tanpa distress janin

19
BAB IV

PENUTUP

A. Penutup

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga dapat bermanfaat dan

menambah wawasan para pembaca.kami mohon maaf apabila masih ada kesalahan,

kekurangan dalam penulisan dan penyampaian yang masih kurang jelas atau

dimengerti oleh pembaca.maka dari itu kami sangat menerima kritis dan saran dari

pembaca

Sekian dan terimakasih

20
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Standar Intrvensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi


1 Cetakan II. Tim pokja SIKI DPP PPNI.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Tim pokja SDKI DPP PPNI.

21

Anda mungkin juga menyukai