Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOSOSIAL BUDAYA

“TEORI CULTURE CARE LEININGER”

DI SUSUN OLEH :

Livia Permata Gita 1710142010012

Liza Anggraini 1710142010013

Oktami Sridika ayu z 1710142010024

Rahmat Besly permata 1710142010026

Ratika Wulandari 1710142010031

Saraya Silmina mandiagi 17101420100

PRODI S1 KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Dian Anggraini, M.Kep


STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TA 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas berkat Rahmat dan Hidaya-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “konsep dan teori keperawatan
menurut Madeline Leiner dan aplikasinya dalam keperawatan ” tepat waktu.

Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,
oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua bela pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini.

Bukittingi , 26 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Konsep teori culture care ................................................................................. 2


2.2 Asumsi teori culture care ................................................................................. 7
2.3 Paradigma teori culture care ............................................................................ 8
2.4 Proses keperawatan teori culture care ............................................................. 9
2.5 Kelemahan dan kelebihan teori culture care ................................................... 10
2.6 Penerapan teori culture care dalam keperawatan ............................................ 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
3.2 saran ................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan
adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Keperawatan
merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi
kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan.Teori-teori
keperawatan juga digunakan dalam prakti,penelitian dan proses belajar-mengajardalam
bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan,disaji dan dikembangkan untuk
memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik
secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga perawat
dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut. Dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine
Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans Cultural”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa konsepteori culture care ?


2. Bagaimana asumsi dasar teori culture care ?
3. Bagaimana paradigma teori culture care ?
4. Bagaimana proses keperawatan teori culture care ?
5. Apa kelemahan dan kelebihan teori culture care ?
6. Bagaimana Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi secara runtut dan


lengkap tentang teori culture care.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apa definisi teori culture care.


2. Untuk mengetahui bagaimana asumsi dasar teori culture care.
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori culture care.
4. Untuk mengetahui bagaimana paradigma teori culture care.
5. Untuk mengetahi apa kelemahan dan kelebihan teori culture care.
6. Unutk mengetahui Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan.

4
BABA II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Culture Care


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan,sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Transcultural Nursing adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada


analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto,
2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya
(Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).

Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi
kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan
memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh klien
(Parker, 2001). Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku Minang.
Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan yang umumnya dipegang oleh
masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan
perilaku yang baik, untuk meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika
makan. Dengan mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien,
maka praktik keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.
Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan teorinya, yaitu:
1. Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai – nilai dan norma –
norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.
Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada.
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan landasan
budaya (Andrew, 1995). Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat,
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Konsep perawatan manusia dan keperawatan adalah ringkasan dan penjelasan
dari pendampingan, dukungan, kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk
membantu diri sendiri atau orang lain yang kekurangan atau sebagai upaya
pencegahan untuk meningkatkan kesehatan, memperbaiki cara hidup, atau untuk
menghadapi ketidakmampuan atau kematian

5
2. Budaya
Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan, norma, simbol dan
kebiasaan individu, kelompok atau institusi yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya
diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada budaya yang
sama persis; budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut
diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya
diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
3. Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, pengungkapan yang
terpola yang membantu, mendukung dan memungkinkan individu lain atau kelompok
untuk memelihara kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau
menghadapi kematian dan kecatatan. Berdasarkan asumsi bahwa cultural care adalah
pengertian yang luas untuk mengetahui, menjelaskan, menjumlahkan, dan
memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan untuk mengarahkan praktik asuhan
keperawatan.
4. Culture care diversity
Cultural care diversity adalah variasi makna, pola, nilai atau simbol asuhan yang
secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraannya atau untuk
meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan menghadapi kematian
5. Culture care universality
Culture care universality serupa atau seragam makna, pola, nilai atau simbol
asuhan yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraan atau
meningkatkan kondisi manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian. Perawatan
dapat diperlihatkan dengan bermacam – macam ekspresi, tindakan, pola, gaya hidup
dan arti.
6. Worldview
Worldview adalah cara seseorang atau kelompok untuk mencari tahu dan
memahami dunia mereka sebagai nilai, pendirian, dan gambaran tentang kehidupan
dan dunia.
7. Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola dari struktur budaya
(subculture), meliputi aspek spiritual, sosial, politik (legal), ekonomi, pendidikan,
tehnologi, nilai budaya, filosofi, sejarah, dan bahasa.
8. Konteks lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
keyakinan, dan prilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupan klien dengan budayanya. Lingkungan meliputi lingkungan itu sendiri
(fisik, geografis, sosial budaya), situasi, atau peristiwa/pengalaman yang memberikan
intepretasi terhadap arti sebagai petunjuk untuk berekspresi dan mengambil
keputusan.
9. Ethnohistori
Ethnohistori adalah rangkaian fakta, peristiwa, atau perkembangan yang terjadi,
atau catatan tentang budaya yang dipilih.

6
10. Emic
Emic berarti lokal, pribumi.
11. Etnic
Etnic berarti orang luar.
12. Kesehatan
Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan, dinilai, dan dipraktekkan,
yang merefleksikan kemampuan individu/kelompok untuk melakukan peran aktivitas
sehari – hari secara mandiri. Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki
klien dengan mengisi kehidupannya, yang terletak pada rentang sehat-sakit
13. Keperawatan transkultural
Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik dan ilmu
pengetahuan dan praktik yang berfokus pada perawatan budaya secara holistik dan
kompetensi atau kemampuan individu atau kelompok untuk
mempertahankan/menjaga kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau
kecacatan, dan menghadapi kematian.
Keperawatan transkultural adalah cabang dari keperawatan yang memfokuskan
pada studi komparatif dan analisis. Budaya yang berkenaan dengan keperawatan,
praktik asuhan sehat sakit, keyakinan dan nilai – nilai dengan tujuan profesionalisme
pelayanan asuhan keperawatan untuk individu sesuai dengan budaya pasien.
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus
pada analisis dan studi pebandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam
Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis,
yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
14. Pemeliharaan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien sebagai bagian
dari budaya untuk memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk
kesembuhan, atau menghadapi kematian.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan dan
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya olahraga setiap pagi.
15. Akomodasi/negosiasi perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu bagian budaya
tertentu (subculture) untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain untuk
menghasilkan kesehatan yang bermakna.
Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.

7
16. Perbaikan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien menangkap,
merubah, atau memodifikasi cara hidup mereka untuk memperoleh hasil kesehatan
yang lebih baik. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatannnya. Perawat berupaya merekonstruksi gaya hidup klien
yang biasanya tidak baik menjadi baik.
17. Kemampuan perawatan secara budaya
Merupakan sebuah penegasan perawatan berbasis budaya dan ilmu pengetahuan
yang menggunakan perasaan, kreativitas, kehati-hatian untuk memenuhi kebutuhan
individu atau kelompok dengan tujuan mencapai kesehatan yang bermakna, atau
untuk menghadapi kesakitan, kecacatan dan kematian.
Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan keperawatan, namun diformulasikan
menjadi keperawatan transkultural dengan perspektif asuhan pada manusia. Leinenger
mengembangkan metode penelitian enthnonursing dan menegaskan pentingnya mempelajari
seseorang dari pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, kemudian menghadapkan mereka
dengan perilaku dan kepercayaan yang ada di luar diri mereka (Alligood, 2006). Sunrise
model dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan komprehensif
dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori keragaman asuhan budaya &
kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001). Dalam model sunrisenya menampilkan
visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar
dari keperawatan. Terdapat 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" dan dapat
menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya yang berkaitan dengan asuhan transkultural
yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih
dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

8
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
F. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Empat prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan transkultural adalah sebagai
berikut (Alligood, 2006):
1. Ekspresi, arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam namun masih
ada nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.
2. Pandangan dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti agama, ekonomi,
nilai budaya, sejarah bangsa, konteks lingkungan, bahasa, asuhan umum dan
professional yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya
untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit, penyembuhan dan
cara orang dalam menghadapi kecacatan maupun kematian.
3. Nilai generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang berbeda akan
berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan kesakitan
4. Dari penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat. Ada 3 model keputusan
dan intervensi yang didasarkan pada budaya yaitu: (1) preservasi asuhan budaya atau
mempertahankan, (2) akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan (3)
Restrukturisasi asuhan budaya atau merubah pola. Model keputusan dan intervensi
yang didasarkan pada budaya dianggap sebagai kunci keberhasilan dari asuhan yang
aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.

9
2.2 Asumsi Dasar Teori Culture Care
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring di katakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.

Asumsi mayor untuk mendukung teori cultural care: diversity and universality yang
dikeskan oleh Leininger.

1. Perawatan (caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah suatu aspek esensial
untuk memperoleh kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan ketahanan, serta
kemampuan untuk menghadapi rintangan maupun kematian.
2. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan
holisatic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterpretasikan dan memprediksikan
fenomena asuhan keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan
keputusan dan tindakan perawatan.
3. Keperawatan transcultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi yang
memiliki tujuan utama untuk melayani individu, dan kelompok.
4. Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk mengobati dan
menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa perawatan,
sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.
5. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari bentuk
perawatan transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang ada.
6. Setiap kebudayaan manusia meiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional
serta praktik professional yang bersifat budaya dan individual.
7. Praktik perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung
tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial, politik,
pendidikan, ekonomi, tehnologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
8. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan kelompok, komunitas di dalam
lingkungan.
9. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola,
ekspresi, dan nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
10. Perbedaan dan persamaan perawatan culture tetap berada diantara masyarakat
tradisional dan profesional pada setiap kebudayaan manusia.
11. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stres kultural merefleksikan kurangnya
untuk memberikan perawatan, rasa aman, tanggung jawab yang koggruen dengan
kebudayaan.

10
12. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan interpretasi dan temuan yang
penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan kompleks yang
berbeda.

2.3 paradigma keperawatan


Paradigma Transcultural Nursing Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and
Boyle, 1995).

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan.Menurut Leininger (1984) manusiamemiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik.
a) Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun.
b) Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur
dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
c) Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

11
2.4 Proses keperawatan Transkultural.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model)

1. Pengkajian

Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,


kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan mengenai
pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang
berkembang di perbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup
yang sempit. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :

a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
2. Diagnosa keperawatan

Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan


keperawatan transkultural yaitu :

a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur


b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
3. Perencanaan dan pelaksanaan keperawatan

Peran perawat pada transkultural nursing teory ini adalah menjembatani antara system
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan professional
melalui asuhan keperawatan. 3 pedoman dalam transtrktural care :

a. Cultural care preservation/maintenance adalah mempertahanlan budaya


dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relavan yang telah di miliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi hari, beberapa hal yang harus diperhatiakn :
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

12
b. Cultural care accomodation/negotiation, intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini di lakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan, misalnya lien sedang hamil mempunyai
pantangan makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik.
c. Cultural care repartening/reconstruction, dilakukan apabila budaya yang di
miliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan
dan melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
3) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang
dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
4) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.

2.5 Kelemahan dan kelebihan Teori


Kelemahan teori culture care :
1. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien tetapi
keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh klien sering kali belum dapat
dimengerti oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Idealnya
perawat perlu memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga
klien dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau
kondisinya.

13
2. Sulitnya dalam memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien oleh
perawat akan menyebabkan Cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien
pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah
satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri.
Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki
kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau
menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut
menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-
pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Kelebihan teori culture care :
1. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena fleksibel
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat diperhatikan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Aplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem, Virginia
Henderson, dan Neuman.
3. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
4. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan saat
melakukan asuhan keperawatan.

2.5 Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan

a. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari dipelajari.
Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural
nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang membahas secara spesifik tentang
pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Edukasi (Education)
Keanekaragaman budaya atau dalam dunia keperawatan mulai diintegrasikan
ke dalam kurikulum keperawatan pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari
National League of Nursing (NLN) mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus
pada ilmu sosiologi dan isu social yang sering dihadapi oleh para perawat.
Kemudian, tahun 1937 komite NLN mengelompokan latar belakang budaya ke
dalam panduan untuk mengetahui reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang
dimilikinya. Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan
antara tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat besama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.

14
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada tahun
1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali pengaruh
dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan kurang
maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses
pembelajaran keperawatan yang ada di dunia.
Namun, Leinginger merasa khawatir beberapa program menggunkannya
sebagai fokus utama. Karena saat ini pengaruh globalisasi dalam pendidikan
sangatlah signifikan dengan presentasi dan konsultasi di setiap belahan dunia. Di
Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing dalam
sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan langsung dengan
klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai budaya yang sama
dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien yag berasal dari
luar negara Indonesia.
c. Kolaborasi (Colaboration)
Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). Dalam mengaplikasikan teori
Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan memerlukan suatu proses atau
rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya klien. Hal ini akan sangat
menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf kesehatan
yang lainnya. Nantinya, pemahaman terhadap budaya klien akan diimplentasikan ke
dalam strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini
merupakan strategi perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara
lain adalah :
1) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya
dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relavan
2) Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya. Intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan.
3) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien. Mengubah budaya klien
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat
berupaya mengubah gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

15
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi


oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi
dan faktor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan,
bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada
setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat
dan praktek-praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai
konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk
tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan
merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku
yang mendukung. Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif
jika latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

3.2. Saran

Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas
merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk
memperoleh data dan informasi karena terbatasnya pengetahuan kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2008. Pengantar Konsep dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
De Launa dan Ladner. 2002. Fundamental of Nursing: standart and Practice 2nd edition. USA:
Thompsons Learning Inc.
Julia. 1995. Nursing Theories: the base for professional nursing practice, 4th edition.
Connecticut: Apleton & Lange.
Kozier. 2004. Fundamentals of nursing: Concepts, process and practice. New Jersey: Pearson
Education Inc.
Muhlisin, A. 2008. Aplikasi model konseptual caring Jean Watson dalam asuhan
keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), halaman 147-150
Parker. 2001. Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: FA Davis Company.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4. Alih bahasa oleh yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. cetakan 1.Penerbit buku Kedokteran EGC

17

Anda mungkin juga menyukai