Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP TEORITIS KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

TEORI CULTURE CARE LEININGER

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


Dosen Pengampu:
Ns. Ritanti, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:
Kelompok 1 (Psikososial dan Budaya kelas A)

Vionita Apriliana 2010711006


Risma Hermawati 2010711014
Goldameir Florencia Asima 2010711018
Eunike Christina Natalia 2010711052
Raisha Athaya Ragilita 2010711093
Eka Dama Kriswandityaningrum 2010711096
Laksmi Nurul Aini 2010711102
Rizki Pramita Meswari Putri 2010711103

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Teoritis
Keperawatan Transkultural “Teori Culture care Leininger”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam
keperawatan. Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada kami dalam pembuatan
makalah ini, terlebih. Ucapan terima kasih terlebih kami sampaikan kepada semua dosen yang
telah membimbing kami dalam pembuatan makalah dan pembelajaran mata kuliah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun,
terlepas dari itu semua, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Hormat kami,

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
2.1 Biografi Leininger .......................................................................................................... 2
2.2 Konsep Utama serta Definisi Teori Culture Care Leininger ..................................... 3
2.3 Bagan Teori Culture Care Leininger ........................................................................... 5
2.4 Asumsi Teori Culture Care Leininger ......................................................................... 5
2.5 Aplikasi Teori Culture Care Leininger Pada Berbagai Suku Bangsa ...................... 7
BAB III......................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 15
3.2 Saran.............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan budaya dan
keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan oleh teori model
Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi klien
pelayanan spesifik secara kultural. Untuk memberikan asuhan keperawatan dengan budaya
tertentu, perlu memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam
rencana perawatan.
Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang
lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan,
dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus
culture, culture care, diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana Biografi Leininger?
2) Apa saja konsep utama teori culture care leininger dan bagaimana definisinya?
3) Bagaimana bagan teori culture care leininger?
4) Bagaimana asumsi teori culture care leininger?
5) Apa saja aplikasi teori culture care leininger pada berbagai suku bangsa?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Mengetahui bagaimana Biografi Leininger.
2) Mengetahui dan memahami apa saja konsep utama teori culture care leininger dan
bagaimana definisinya.
3) Memahami bagaimana bagan teori culture care leininger.
4) Memahami bagaimana asumsi teori culture care leininger.
5) Mengetahui dan memahami apa saja aplikasi teori culture care leininger pada
berbagai suku bangsa

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Leininger


Madeleine Leininger lahir pada tanggal 13 juli 1925 di Sutton, Nebraska, Amerika
Serikat. Beliau adalah seorang ahli teori keperawatan perintis, yang pertama kali muncul
pada tahun 1961. kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu
peduli. Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran
faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana yang
terbaik untuk mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Beliau menerima gelar diploma dalam keperawatan dari St Anthony’s School of
Nursing di Denver, Colorado. Pada tahun 1950, ia memperoleh B.S. dari St Scholastica
(Benedictine College) di Atchi, Kansas. Dan pada tahun 1954 meraih M.S. di Nurs
kesehatan jiwa dan mental dari Universitas Katolik Amerika di Washington, DC. Pada
tahun 1965, ia dianugerahi gelar Ph.D. dalam antropologi budaya dan sosial dari
Universitas Washington, Seattle (Tomey dan Alligood, 2001).
Pada awal karirnya sebagai perawat, Leininger mengakui pentingnya konsep
“peduli” dalam keperawatan. Teori peduli bertujuan untuk memberikan budaya pelayanan
keperawatan kongruen melalui “tindakan bantu, mendukung, fasilitatif, atau
memungkinkan kognitif berbasis atau keputusan yang sebagian besar dibuat khusus agar
sesuai dengan individu, kelompok, atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan, dan
lifeways” ( Leininger, MM (1995). Selama tahun 1950-an Leininger mengalami apa yang
menggambarkan sebagai kejutan budaya ketika dia menyadari bahwa pola-pola perilaku
berulang pada anak-anak tampaknya memiliki dasar budaya. Leininger mengidentifikasi
kurangnya pengetahuan budaya dan perawatan sebagai rantai yang hilang untuk
pemahaman keperawatan tentang banyak variasi yang diperlukan dalam perawatan pasien
untuk mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan kesehatan (George, 2002). Wawasan ini
adalah awal (tahun 1950-an) yang baru membangun dan penomena terkait dengan
pelayanan keperawatan disebut keperawatan transkultural. Leininger adalah pendiri
gerakan keperawatan transkultural dalam pendidikan penelitian dan praktek.

2
2.2 Konsep Utama serta Definisi Teori Culture Care Leininger
Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang
lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan,
dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus
culture, culture care, diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.

Teori transcultural nursing dipandang sebagai pengetahuan tentang individu,


keluarga, kelompok, komunitas, dan institusi dalam sistem perawatan kesehatan yang
beragam. Fokus utama teori Leininger adalah asuhan keperawatan sesuai dan memiliki
manfaat bagi orang tanpa melihat latar belakang budaya yang berbeda atau serupa. Teori
Leininger melibatkan pengetahuan dan pemahaman budaya yang berbeda sehubungan
dengan praktik keperawatan.

Transcultural Nursing berfokus pada fakta bahwa budaya yang berbeda memiliki
perilaku peduli yang berbeda dan nilai kesehatan dan penyakit yang berbeda, keyakinan,
dan pola perilaku. Fokus berikutnya adalah pada sistem generik, sistem perawatan
profesional, dan asuhan keperawatan.

Transcultural nursing bertujuan memberikan asuhan yang sesuai dengan nilai-nilai


budaya, keyakinan dan praktik. Pengetahuan budaya memainkan peran penting bagi
perawat untuk menangani pasien. Teori ini membantu perawat untuk memahami dan
menghormati keragaman yang sering kali ada dalam perawatan pasien.

Pengetahuan tentang budaya pasien membantu perawat untuk berpikiran terbuka


terhadap perawatan pasien, seperti terapi berbasis spiritual seperti meditasi. Melalui teori
Leininger ini membantu perawat untuk mengamati bagaimana latar belakang budaya
pasien dikaitkan dengan kesehatannya, dan menggunakan pengetahuan itu untuk
membantu rencana keperawatan yang akan membantu pasien menjadi sehat dengan cepat
sambil tetap peka terhadap budaya atau keyakinan pasien.

3
1. Cultural care preservation or Maintenance

Ini mencakup tindakan dan keputusan yang membantu, mendukung,


memfasilitasi atau memungkinkan profesional yang membantu orang dari budaya
tertentu untuk mempertahankan dan/atau melestarikan nilai-nilai perawatan yang
relevan sehingga mereka dapat mempertahankan kesejahteraan mereka,
memulihkan diri dari penyakit.

2. Cultural care accommodation or Negotiation

Tindakan dan keputusan profesional yang membantu, mendukung,


fasilitatif, atau memungkinkan yang membantu orang-orang dari budaya tertentu
untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain terkait kesehatannya.

3. Culture care repatterning or Restructuring

Tindakan dan keputusan yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau


memungkinkan profesional yang membantu pasien menyusun ulang, mengubah,
atau sangat mengubah cara hidup mereka untuk pola perawatan kesehatan yang
baru, berbeda dan bermanfaat sambil menghormati nilai-nilai budaya dan
keyakinan klien.

4. Generic (Folk or Lay) Care Systems

Memfasilitasi, mendukung, dan suportif kepada individu atau kelompok


untuk memperbaiki atau meningkatkan cara hidup manusia, kondisi kesehatan
(kesejahteraan), untuk menangani cacat dan situasi kematian.

5. Professional Nursing Care (Caring)

Pengetahuan asuhan profesional dan keterampilan praktik yang dipelajari


secara formal dan kognitif yang diperoleh melalui lembaga pendidikan yang
digunakan untuk memberikan tindakan bantu, suportif, atau fasilitatif kepada
individu atau kelompok untuk meningkatkan kualitas manusia.

6. Professional Care Systems

4
Perawatan profesional yang diajarkan, dipelajari, dan ditransmisikan secara
formal, kesehatan, penyakit, kebugaran dan pengetahuan serta keterampilan
tertentu.

2.3 Bagan Teori Culture Care Leininger

2.4 Asumsi Teori Culture Care Leininger


Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku peduli.
Tindakan peduli dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.Perilaku peduli
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Bentuk kepedulian orang-orang di
sekitar pasien/klien baik perawat yang bertugas, keluarga, dan masyarakat di sekitar dapat

5
mengembalikan semangat sembuh. Kesehatan fisik selalu berkolerasi dengan kondisi
manusia sebagai makhluk psikologis.
Ada beberapa asumsi spesifik yang melekat dalam teori ini yang mendukung
premis teori dan penggunaan istilah Leininger yang diuraikan di atas. Asumsi ini adalah
dasar filosofis dari Culture Care: Diversity and Universalitytheory. Mereka menambahkan
makna, kedalaman, dan kejelasan fokus keseluruhan pada asuhan keperawatan yang
kompeten secara budaya. Berikut ini adalah distilasi dari kerja Leininger dan diawali
dengan penggunaan perawat lainnya dalam beberapa tahun terakhir yang sekarang
menghargai dan menggunakan gagasan dan teori ini
Pernyataan ini berasal dari sumber utama Leininger (Leininger 1976, 1981, 1991,
1995, 2002, namun secara khusus, 2001, hlm. 44-45):
1. Perawatan adalah inti dan fokus utama keperawatan.
2. Perhatian sangat penting untuk sehat dan kesehatan, perawatan, pertumbuhan,
kelangsungan hidup, dan juga untuk menghadapi penyakit atau kematian.
3. Perawatan budaya adalah perspektif holistik yang luas untuk memandu pungli
perawatan.
4. Tujuan utama perawat adalah untuk melayani manusia dalam kesehatan, penyakit,
dan jika meninggal. Tidak ada pengobatan tanpa memberi dan menerima
perawatan.
5. Konsep perawatan budaya memiliki aspek yang berbeda dan serupa di antara semua
budaya di dunia.
6. Setiap budaya manusia memiliki pengobatan tradisional, pengetahuan profesional,
dan praktik perawatan profesional yang bervariasi. Perawat harus mengidentifikasi
dan mengatasi faktor-faktor ini secara sadar dengan setiap klien untuk memberikan
perawatan jasmani dan budaya yang sesuai.
7. Nilai-nilai perawatan budaya, kepercayaan, dan praktik dipengaruhi oleh
pandangan dunia dan bahasa, serta aspek religius, spiritual, sosial, politik,
pendidikan, ekonomi, teknologi, etnohistoris, dan environmentalfactors.
8. Asisten keperawatan berbasis budaya yang bermanfaat, sehat, memuaskan
meningkatkan kesejahteraan klien.

6
9. Asuhan keperawatan yang bermanfaat hanya dapat terjadi bila penilaian atau pola
kultural diketahui dan digunakan secara tepat dan secara sadar oleh perawat yang
menyediakan.
10. Klien yang mengalami asuhan keperawatan yang gagal kongruen dengan
kepercayaan dan nilai budaya klien akan menunjukkan tanda-tanda adanya stres,
konflik budaya, ketidakpatuhan, dan masalah moral etis. Dalam mensintesis
informasi yang terdapat dalam syarat dan asumsi yang menentukan hanya untuk hal
dengan rasa kasihan dan kejelasan, tanyakan kepada masing-masing pasien tentang
praktik budaya dan preferensi mereka.
11. Menggabungkan masalah pribadi, sosial, lingkungan, dan klien pasien.
Budaya/kepercayaan ke dalam rencana perawatan sedapat mungkin.
12. Menghormati dan menghargai keragaman budaya, dan berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan kepekaan yang terkait dengan masalah
keperawatan yang penting ini. Sebagai rangkuman, perawat yang memahami dan
menilai praktik kemampuan yang kompeten secara budaya dapat mempengaruhi
perubahan positif pada praktik kesehatan untuk klien dari budaya yang ditunjuk.

Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku peduli. Kepedulian adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan peduli dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku peduli semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai dikala manusia itu meninggal. Kepedulian manusia pada umumnya dikatakan
sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Kepedulian manusia merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi yang dipengaruhi oleh kultur tempat tinggal.

2.5 Aplikasi Teori Culture Care Leininger Pada Berbagai Suku Bangsa
Kasus Teori Leininger di Suku Jawa

1) Kasus

7
Sebuah keluarga baru yang terdiri dari Tn. X berusia 26 tahun dan Ny. Y berusia 19
tahun baru menikah sekitar 6 bulan yang lalu. Saat ini Ny. Y sedang hamil dengan usia
kandungan 3 bulan. Tn. X dan Ny. Y sama-sama dari suku Jawa. Saat ditanya perawat
Ny. Y mengatakan ia sering mual dan muntah sehingga ia malas untuk makan karena
khawatir akan muntah-muntah lagi setelah makan. Ny. Y mengatakan bingung cara
mengurus anak karena ia masih muda dan belum ada pengalaman menjadi seorang ibu.
Ketika ditanyakan mengenai pemeriksaan kesehatan yang telah dilakukan, Ny. Y
mengatakan bahwa ia belum pernah memeriksakan kandungannya ke pelayanan
kesehatan karena malas bepergian. Perawat juga berkesempatan bertemu suami Ny. Y
dan dari hasil pengkajian Tn. X mengatakan sangat berbahagia dengan kondisi istrinya
yang sedang mengandung dan mengatakan malasnya istrinya adalah hal yang wajar
selama masa hamil. Tn. X merupakan lulusan SMP dan Ny. Y lulusan SD. Tn. X
bekerja sebagai tukang serabutan. Tn. X dan Ny. Y aktif di pengajian dan kegiatan
masyarakat lainnya. Ny. Y yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya
dulu tidak pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan tetapi semuanya baik-
baik saja. Tn. X mengatakan ingin memiliki banyak anak karena menurutnya, banyak
anak banyak rejeki. Pada saat pemeriksaan, klien mengeluh pusing dan lemas
terutama setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci. Dari hasil
pemeriksaan ditemukan bahwa TD klien 90/70 mmHg, suhu 36,50C, RR 18x/menit,
nadi 61x/menit, BB 41 kg, TB 150cm, klien tampak lemah dan pucat, rutin mandi 2
kali sehari. Ny. Y memiliki riwayat anemia dan pernah sampai dibawa ke rumah sakit.
Ny. Y mengatakan hanya membeli obat di warung ketika merasa pusing dan lemas
karena setelah minum obat warung dan tidur, klien merasa sehat kembali sehingga
tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan. Ny.Y menolak transfusi darah karena ia
dan keluarga percaya bahwa menerima darah dari orang lain dilarang oleh agama.
Klien hanya tinggal berdua dengan suaminya. Perawat menyarankan klien untuk pergi
ke pelayanan kesehatan karena dikhawatirkan klien terkena anemia.

2) Penerapan Proses Keperawatan Sesuai Teori


a) Pengkajian
Nama KK : Tn. X (26Th)

8
Nama klien : Ny. Y (19Th)
Alamat : Surabaya
Pekerjaan KK : Tukang serabutan
Pekerjaan klien : Ibu rumah tangga
Pendidikan KK : SMP
Pendidikan klien : SD

Pengkajian Sunrise Model


a. Faktor teknologi (technology factors)
Klien belum pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan selama
hamil. Klien mengatakan yakin kandungannya baik-baik saja karena
orang tuanya dulu tidak pernah ke pelayanan kesehatan dan hasilnya
baik-baik saja. Klien hanya membeli obat di warung ketika pusing dan
lemas karena setelah minum obat warung dan tidur, klien merasa sehat
kembali sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan. Klien
pernah dibawa ke rumah sakit ketika mengalami anemia. Klien
menolak diberikan transfusi darah karena meyakini bahwa menerima
darah dari orang lain dilarang oleh agama.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Klien dan suaminya aktif di pengajian dan kegiatan masyarakat lainnya.
Klien menolak diberikan transfusi darah karena meyakini bahwa
menerima darah dari orang lain dilarang oleh agama. Klien merasa sehat
kembali sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan setelah
minum obat warung dan tidur.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Klien biasa dipanggil Ny. Y oleh keluarganya. Klien seorang
perempuan berusia 19 tahun dengan status menikah. Klien berada di
tahap perkembangan keluarga dengan pasangan baru (beginning
family). Pengambilan keputusan dalam keluarga dipegang oleh suami.
Klien dan suami rutin mengikuti pengajian dan kegiatan masyarakat
lainnya yang diadakan oleh lingkungannya.

9
d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways)
Klien dan suaminya sama-sama berasal dari suku Jawa. Klien dan
suaminya menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Klien mandi 2 kali sehari. Klien makan segala jenis makanan. Tidak ada
makanan pantangan menurut kepercayaan klien selama hamil. Klien
merasa mudah lelah setelah melakukan aktivitas, seperti mencuci
pakaian.
e. Faktor peraturan dan kebijakan (political and legal factor)
Klien dan suami akan memiliki anak pertama. Suami klien ingin
memiliki banyak anak karena menurutnya, banyak anak banyak rejeki.
Klien dan suami tidak ingin mengikuti peraturan KB dari pemerintah.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien tidak bekerja. Suami klien bekerja sebagai tukang bengkel untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Tn. X merupakan lulusan SMP dan Ny. Y lulusan SD. Klien pernah
mengalami anemia dan masuk rumah sakit. Namun klien tidak pernah
mau memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan ketika
mengalami gejala anemia seperti pusing dan lemas.

b) Diagnosa Keperawatan (Menurut NANDA 2018-2020)


1) Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078)
2) Resiko intoleran aktivitas (00094)
3) Defisien pengetahuan (00126)
4) Ansietas (00146)
5) Ketidakmampuan koping keluarga (00073)

c) Perencanaan dan Implementasi Keperawatan


Ada tiga strategi sebagai pedoman Leininger yaitu sebagai berikut :

10
a. Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care
preservation/maintenance) apabila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan.
Mengidentifikasi budaya yang tidak bertentangan dengan kesehatan
bahkan dapat menjadi pendukung dalam meningkatkan kesehatan
klien antara lain:
• sholat lima waktu, berobat, memeriksakan tekanan darah secara
rutin;
• memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik
(tanpa ada masalah karena budaya) antara klien dengan
perawat maupun klien dengan dokter atau klien dengan
tenaga kesehatan lain;
• bersikap tenang dan hati-hati saat berinteraksi dengan klien;
• mendiskusikan budaya yang dimiliki klien agar dipertahankan
bahkan lebih ditingkatkan.
b. Mengakomodasi/negosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan.
Perawat bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan
klien dan keluarga klien, mencoba memahami kebudayaan klien
sepanjang tidak memperburuk proses pengobatan dan perawatan.
Keluarga klien (suami) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengenai prosedur pengobatan medis dan
perawatan tanpa ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi
terhadap informasi pengobatan dan perawatan. Perawat mengakomodir
budaya klien yang kurang menguntungkan kesehatan dan merubah
budaya tersebut bila budaya yang dimiliki bertentangan dengan
kesehatan seperti melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan
menerima transfusi darah bila klien terdiagnosa anemia. Dalam
penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat) dalam
memberikan health education menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.

11
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik, dan bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi
dengan klien, serta mencoba memahami kebudayaan klien.
c. Mengubah dan mengganti budaya klien dan keluarganya (Cultural care
repatterning / reconstruction)
Perawat merubah budaya klien apabila budaya yang dimiliki klien dan
keluarganya bertentangan dengan kesehatan seperti: persepsi Ny. Y
terhadap pemeriksaan kandungan dan pembelian obat di warung
sehingga terjadi penolakan klien untuk dilakukan tindakan pengobatan
dan perawatan. Pada prinsip penanganan kasus ini, perawat memberikan
informasi kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya pemeriksaan
kandungan secara rutin serta keuntungan, dampak dan kekurangan
apabila tidak dilakukan tindakan tersebut, dan menjelaskan alternatif
pengobatan lain yang menunjang kesehatan seperti intake makan dan
minum diperbanyak, tidak melakukan kegiatan yang banyak
membutuhkan tenaga, menjaga pola makan, dan perawat memberikan
respon yang tepat terhadap kebutuhan klien dengan menginformasikan
cara pengobatan yang benar serta memberikan informasi dalam
pemenuhan kebutuhan gizi untuk kesehatan ibu dan bayi. Perawat
melibatkan keluarga untuk turut serta membantu dan memotivasi klien
melakukan prosedur secara bertahap. Perawat harus mencoba untuk
memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu
proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka.

Implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan


adalah sebagai berikut:
a. Cultural Care Preservation/Maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses pengobatan dan perawatan klien dengan riwayat anemia,

12
meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang
kehamilan.
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan
klien.
3. Diskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural Care Accommodation/ Negotiation
1. Kebiasaan Ny. Y tidak melakukan pemeriksaan kesehatan
selama masa kehamilan
1) Kaji pengetahuan klien tentang masa kehamilan
2) Ajarkan pada klien tentang pentingnya pemeriksaan
kesehatan selama masa kehamilan
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke
posyandu ibu hamil
4) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
2. Kebiasaan meminum obat dari warung tanpa konsultasi dengan
petugas kesehatan
1) Kaji pengetahuan klien tentang obat-obatan yang
dikonsumsi dari warung
2) Ajarkan pada klien tentang dampak negatif dari
mengkonsumsi obat tanpa diagnosis yang benar
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke
posyandu ibu hamil
4) Berikan PENKES tentang efek mengkonsumsi obat-
obatan secara berlebihan bagi klien dan bayinya
3. Ketidaksiapan klien menjadi ibu
1) Kaji pengetahuan klien tentang perubahan peran menjadi
seorang ibu
2) Ajarkan pada klien dan keluarga cara merawat
kehamilan dan peran menjadi orangtua

13
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke
posyandu ibu hamil dan mendapatkan gambaran ibu-ibu
yang mengurus anaknya
4) Berikan PENKES tentang perubahan peran menjadi
orang tua
c. Cultural Care Repatterning /Reconstruction
1. Persepsi Ny. Y terhadap pemeriksaan riwayat kesehatan klien
1) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi
penyakit klien
2) Jelaskan pada klien tentang anemia
3) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keuntungan
dan kekurangan pemeriksaan kesehatan
4) Libatkan keluarga dalam edukasi terhadap Ny. Y
5) Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti
minum obat teratur, menjaga pola makan, tidak
melakukan aktivitas berat.
2. Persepsi Ny. Y terhadap transfusi darah
1) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang transfusi
darah
2) Jelaskan pada klien tentang transfusi darah
3) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keuntungan
dan kekurangan pemberian transfusi darah pada saat
klien mengalami anemia
4) Libatkan keluarga dalam edukasi terhadap Ny. Y
5) Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti
menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas berat,
cukup tidur.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah pembahasan tersebut dapat terlihat bahwa teori ini dapat digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkanaspek budaya, nilai-nilai,
norma dan agama. Selain itu teori ini juga dapat digunakan untuk melengkapi teori
konseptual yang lain dalam praktik asuhan keperawatan

3.2 Saran
Demikianlah konsep teoritis keperawatan transcultural “Teori Culture Care
Leiningerini” kami buat. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan wawasan
kepada para pembacanya dan diharapkan akan meningkatkan proses asuhan keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Murdiyanti Prihatin Putri, M.Kep., Ns., S. K. M. . (2017). Keperawatan Transkultural


Pengetahuan praktik berdasarkan budaya. In Keperawatan Transkultural (pp. 285–287).
http://repository.akperykyjogja.ac.id/102/1/Buku Keperawatan Transkultural Lengkap.pdf

Triharini, M. (2019). Penerapan teori keperawatan madeleine m. Leininger dalam proses


keperawatan pada kasus pasien dengan hamil trimester 1 g1p0ab0.

16

Anda mungkin juga menyukai