Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

"Patofisiologi Peradangan pada Sistem Urinary dan Asuhan Keperawatan pada Anak :
NS, SNA, GNC dan Dampaknya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
(Dalam Konteks Keluarga)"

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Ajar Keperawatan Anak II

Dosen Pengajar : Hj. Iyam Mariam, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh:

Kelompok 2

Akah Saepul Anwar C1AA18008


Lucy Azzahra Aprilia C1AA18062
Nadia Maulidni C1AA18076
Siti Yoanny Putri C1AA18110

Kelas 3 B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat taufik serta
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul "Patofisiologi
Peradangan pada Sistem Urinary dan Asuhan Keperawatan pada Anak : NS, SNA,
GNC dan Dampaknya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Dalam
Konteks Keluarga)”, sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

Kemudian sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kapada junjungan besar
Nabi kita Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan keluarga beliau hingga akhir zaman,
karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke jalan yang terang
benderang ini.

Dalam kesempatan ini saya juga akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada ibu Hj. Iyam Mariam, S.kep., Ners., M.Kep. Selaku dosen Keperawatan
Anak II yang telah bersedia menerima makalah ini meskipun banyak terdapat kekurangan di
dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan khususnya kami.

Sukabumi, 16 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI…...…………………………………………………………………………...…ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Patofisiologi Peradangan pada Sistem Urinary..............................................................2
A. Pengertian Sistem Urinary....................................................................................2
B. Anatomi dan Fisiologi System Urinary...............................................................2
C. NS ( Nefrotik syndrom)........................................................................................5
D. SNA (Syndrom Nefritik Akut)..............................................................................9
E. GNC (Glomerulonefritis Kronik).......................................................................11
2.2 Asuhan Keperawatan....................................................................................................15
A. NS (Nefrotik Syndrom).......................................................................................15
B. SNA (Syndrom Nefritik Akut)............................................................................23
C. GNC (Glomerulonefritis kronik)........................................................................29
BAB III PENUTUP..................................................................................................................36
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................36
3.2 Saran.............................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA………..
……………………………………………………………….37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (Speakman,
2008). Peradangan pada sistem perkemihan yang sering terjadi pada anak yaitu NS,
SNA dan GNC. Merupakan peradangan yang biasanya terjadi pada anak usia pra
sekolah.
Sindrom nefritik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membrane glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan
urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Neprotik syindrom merupakan
kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada
anak dengan dengan karakterlistrik, proteinuria, hypoperotenuria, hypoalbuminemia,
hyperlipideimia dan edema. Sindrom Nefritik Akut adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia,
hyperlipidemia, dan edema (Linda dwi maharani, 2017). Glomerulonefritis kronis
adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. Kelainan ini dapat
terjadi akibat glomerolonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan
(Muttaqin & Sari, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana patofisiologi peradangan pada sistem urinary anak dengan : NS, SNA
dan GNC?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan : NS, SNA dan GNC?

1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi Peradangan pada Sistem Urinary
dan Asuhan Keperawatan pada Anak : NS, SNA, GNC dan dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga).

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi Peradangan pada Sistem Urinary

A. Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine
(Speakman, 2008). Urine, air seni atau air kencing sendiri merupakan cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan
urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra.

B. Anatomi dan Fisiologi System Urinary


Sistem urinaria (Panahi, 2010) terdiri dari dua ginjal (ren) tempat penyaringan
darah dan menghasilkan urine, dua ureter saluran yang mengalirkan urine dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria tempat
menampung urine, satu uretra saluran pengeluaran urine.

Gambar 1.1 Sistem Urinaria


2
1. Ginjal
Jumlah 2 buah, berbentuk seperti kacang , terletak di kedua sisi
columna vertebralis antara vertebra thorax 12 s/d lumbal 2, bagian atas ginjal
terlindungi oleh costa 11 dan costa 12, retroperitoneal (di belakang
peritoneum), ginjal dibungkus lapisan lemak yang membantu meredam
goncangan, ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang mempunyai fungsi
paling vital dalam ginjal, potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua
daerah yang berbeda yaitu korteks dan medula.
Ginjal berfungsi sebagai Pengeluaran zat sisa organic dan racun,
pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan Keseimbangan
asam–basa, pengaturan produksi sel darah merah, pengaturan tekanan darah,
penghasil Vit, sintesa glucosa.

Gambar 1.2. Bagian-bagian Ginjal

2. Nefron
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal
mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan
fungsi yang sama. Ada dua jenis nefron yaitu Nefron kortikalis dan Nefron
juxtamedullaris. Nefron terdiri dari glomerolus, kapsula Bowman yaitu,
tubulus (tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal), duktus pengumpul
(duktus kolektifus) .

3
Gambar 1.3. Bagian-bagian Nepron

3. Ureter
Ureter adalah saluran fibromuskulr yang mengalirkan urin dari ginjal ke
kandung kemih Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam
lapisan mukosa.
4. Vesica urinaria
Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan
organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta
pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. dalam keadaan kosong vesica
urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex,
fundus/basis dan collum. Fungsi vesica urinaria sebagai tempat untuk
menampung dan menyimpan urine yang berasal dari ginjal melalui ureter,
mendorong urine keluar dari tubuh melalui uretra dengan mekanisme relaksasi
sphincter.
5. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar, menghubungkan kantung kemih ke
lingkungan luar tubuh, sebagai saluran pembuang sistem kemih dan sistem
seksual pada pria. Uretra wanita panjang sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak
diantara klitoris dan pintu vagina, lebih  berisiko terkena infeksi kantung
kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih. Pada pria, panjang uretra sekitar
20 cm dan berakhir pada akhir  penis.  

4
Gambar 1.4. Uretra pada pria dan wanita

C. NS ( Nefrotik Syndrom)
1. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan
kadar protein di dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut
disebabkan oleh kebocoran pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring
darah (glomerulus). Status klinis Neprotic syindrom yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang
mengakibatkan kehilangan urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004 : 550).
Sindrom nefrotik salah satu jenis penyakit ginjal pada anak-anak
maupun orang dewasa, gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh
mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine. Sindrom nefrotik sering
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil di ginjal yang menyaring
limbah dan kelebihan air pada darah. Kondisi kesehatan yang mendasarinya
biasanya turut berpengaruh. Neprotic syindrom merupakan kumpulan gejala
yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan
dengan karakterlistrik, proteinuria, hypoperotenuria, hypoalbuminemia,
hyperlipideimia dan edema.
2. Etiologi
Sindrom nefrotik lesi minimal (MCNS : minimal change neprothic sindrom)
a. Sindrom nefrotik sekunder
b. Sindrom nefrotik kongenital

5
3. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hypoalbuminemia .dengan menurunya albumin,
tekanan osmotik menurun sehingga cairan intravask menurun sehingga cairan
intravaskular berpindah kedalam intrestestial. Perpindahan cairan menjadikan
volume cairan intravaskular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran
darah ke renal hypovolemi. Menurunya aliran darah kerenal, ginjal akan
melakukan konpensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi antidioretic hormon (ADH) dan ekresi aldosteron yang
kemudian terjadi retensi natrium dan air . Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan cholesterol dan triglycerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
ataua penurunan plasma onkotik. Adanya hiperilfidernia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urine (lipiduria).
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.  
4. Gejala Syndrom Nefrotik
Gejala utama sindrom nefrotik adalah penumpukan cairan dalam tubuh
atau edema. Edema terjadi akibat rendahnya protein dalam darah, sehingga
menyebabkan cairan dari dalam pembuluh darah bocor keluar dan menumpuk
di jaringan tubuh. Sindrom nefrotik terjadi akibat kerusakan pada glomerulus,
yaitu bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah dan membentuk urine.
Akibatnya, protein yang seharusnya tetap di dalam darah malah bocor ke
urine. Dalam kondisi normal, urine seharusnya tidak mengandung protein.
Kerusakan bagian ginjal ini dapat disebabkan oleh sel ginjal yang
menebal atau membentuk jaringan parut. Sampai saat ini belum dapat
diketahui penyebab glomerulus menebal atau membentuk jaringan parut.
Sindrom nefrotik yang disebabkan oleh glomerulus yang menebal atau
membentuk jaringan parut disebut juga dengan sindrom nefrotik primer.

6
5. Pathway

Permeabilitas

Proteinuria

Hypoalbuminemia

Tekanan osmotik plasma menurun

Stimulasi sintesis dalam hati, protein, dan lemak. Edema

↓ ↓

Hipelipidemi faktor pembekuan berlebih Retensi air dan natrium

Hypovolemi

Aktif renin angiotensin Peningkatan sekresi ADH


dan aldosteron

Vasokontriksi

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisasi
Volume biasanya kurang dari 400 ml 24 jam (fase) oliguri yang terjadi
dalam 24 sampai 48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor. sedimen
kecoklatan menunjukkan adanya darah, HB, monoglobin, porfirin. Berat
jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. protein urin
meningkat (nilai normal negative) urinalisis adalah tes awal diagnosis
sindrom nefrotik. proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstick
atau melalui tes semi kuantitatif dengan asam sulfosalisilat 3 +

7
menandakan kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih yang
artinya 3g dL atau lebih yang masuk dalam nefrotik range.
b. Pemeriksaan Sedimen Urine
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies :
epitel sel yang mengandung butir-butir lemah kadang-kadang dijumpai
eritrosit leukosit torak hialin dan torak eritrosit.
c. Pengukuran Protein Urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui tim collection atau single
Spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urine
24 jam mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya
pada individu sehat total protein urin kurang lebih 150 mg adanya
proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Singles collection lebih
mudah dilakukan saat rasio protein urin dan Kreatinin kurang lebih 2 g/g
ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak kurang lebih 3
albumin serum kualitatif ++ sampai kuantitatif +++ lebih 50 mg/kg
BB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH).
d. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
e. USG Renal terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
f. Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital concert
usia lebih 8 tahun resisten steroid dependen steroid atau frekuensi serta
terdapat manifestasi nefritik signifikan pada SN dewasa yang tidak
diketahui asalnya biopsi mungkin diperlukan untuk diagnosis mencegah
pencegahan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing
tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang beda penting untuk
membedakan minimal Aceng dishes pada dewasa dengan glomerulo vokal
karena minimal Ceng disease memiliki Respon yang lebih baik terhadap
steroid prodesur ini digunakan untuk mengambil sampel jaringan pada
ginjal yang kemudian akan diperiksa di laboratorium
g. Darah
HB menurun adanya anemia hati menurun pada gagal ginjal natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi kalium meningkat sehubungan dengan
retensi dengan perpindahan seluler asidosis atau pengeluaran jaringan
hemolisis sel darah merah penurunan pada kadar serum dapat
8
menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urine perpindahan
cairan penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan
asam amino esensial kolesterol serum meningkat umur 5-14 tahun kurang
dari atau sama dengan 220 mg/dL) pasa pemeriksaan kimia darah
dijumpai protein total menurun, albumin menurun, globulin normal,
globulin meninggi, globulin normal, albumin/globulin <1, komplemen C3
normal atau rendah , ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal .
7. Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Keluarga)
Friedman (dalam Aritonang 2008) menyebutkan bahwa keluarga
sebenarnya memiliki 5 fungsi dasar yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi,
fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan atau pemeliharaan
kesehatan. Berkaitan dengan fungsi yang terakhir, keluarga memiliki
kewajiban melaksanakan praktik asuhan yaitu mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Pada penyakit yang
tekanannya lebih seperti pada perawatan seperti nefrotik sindrom ini. Orangtua
seringkali merasa sendirian dalam berjuang menghadapi stressor yang terus
berlangsung dan beragam. Meskipun stressor ini bervariasi sepanjang waktu,
namun bisa dikategorisasikan dalam 4 macam situasi yaitu saat diagnosa,
selama waktu transisi perkembangan penyakit, hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan perawatan kesehatan anak, dan ketika anak mengalami
kekambuhan penyakit dan rawat inap.
Tidak semua keluarga dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan
cepat ketika menghadapi stressor tersebut. Dampak yang dirasakan sangat
beragam, baik secara sosial, ekonomi maupun psikologis. Berkaitan dengan
dampak sosial. Penyakit kronis pada anak seperti nefrotik sindrom ini juga
berdampak pada kondisi ekonomi keluarga. Stein (Bulletin Australian Institute
of Health and Walfare 2005) menyebutkan perawatan pada anak dengan
penyakit kronis seringkali sangat mahal, dan biaya ini menjadi lebih mahal
lagi karena penyakit ini tetap ada selama periode yang panjang.

D. SNA (Syndrom Nefritik Akut)


1. Pengertian
Sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan suatu kumpulan gejala klinik
berupa proteinuria, hematuria, azotemia, red blood cast, oligouria, dan

9
hipertensi (PHAROH) yang terjadi secara akut. Istilah SNA sering digunakan
bergantian dengan Glomerulonefritis Akut (GNA). GNA ini adalah suatu
istilah yang sifatnya lebih umum dan lebih menggambarkan proses
histopatologi berupa proliferasi dan inflamasi sel glomeruli akibat proses
imunologik. Jadi, SNA merupakan istilah yang bersifat klinik dan GNA
merupakan istilah yang lebih bersifat histologik.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau
secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan
gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau
hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan
berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar
80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
2. Patofisiologi
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di
traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta
hemoliticus golongan A tipe. Antara infeksi bakteri dan timbulnya
glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 10 hari. Kuman
streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen
daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor
iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya
glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus.
3. Gejala klinis
SNA sering terjadi pada anak laki-laki usia 2-14 tahun, gejala yang
pertama kali muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan
jaringan (edema) di sekitar wajah dan kelopak mata (infeksi post
streptokokal). Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah
dan kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa
menjadi hebat. Berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap
karena mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat.
4. Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Keluarga)
Pada penyakit yang tekanannya lebih pada perawatan seperti Syndrom
nefritik akut ini , orangtua seringkali merasa sendirian dalam berjuang
menghadapi stressor yang terus berlangsung dan beragam. Tidak semua
keluarga dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan cepat ketika
10
menghadapi stressor tersebut. Dampak yang dirasakan sangat beragam, baik
secara sosial, ekonomi maupun psikologis. Berkaitan dengan dampak sosial,
penyakit pada anak seperti Syndrom Nefritik Akut ini juga berdampak pada
kondisi ekonomi keluarga. Stein (Bulletin Australian Institute of Health and
Walfare 2005) menyebutkan perawatan pada anak dengan penyakit kronis
seringkali sangat mahal, dan biaya ini menjadi lebih mahal lagi karena
penyakit ini tetap ada selama periode yang panjang. Penyakit kronis pada anak
membawa dampak yang unik pada setiap keluarga. Meskipun disebutkan ada
dampak sosial, ekonomi, psikologis namun pengaruhnya terhadap masing-
masing keluarga bisa beragam.

E. GNC (Glomerulonefritis Kronis)


1. Pengertian
Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomerulus. Glomerulus
adalah bagian ginjal yang berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang
cairan serta elektrolit berlebih dari tubuh. Glomerulonefritis merupakan
kondisi yang bisa disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun, atau akibat
peradangan pada pembuluh darah. Kondisi ini perlu ditangani karena bisa
menyebabkan komplikasi, seperti gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis.
Glomerulonefritis bisa terjadi dalam waktu singkat (akut) atau jangka
panjang (kronis). Kondisi ini juga juga bisa berkembang dengan cepat dan
menyebabkan kerusakan ginjal (rapidly progressive glomerulonephritis).
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan
berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi
glomerulus yangdisebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.
Gromelruloneprotis konis merupakan suatu kondisi yang lama dari
sel-sel glomelurus. Kelainan ini dapat gerjadi akibat glomerulo neprithis akut
yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Sering timbul beberapa tahun
setelah cedera dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh
hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein dalam urin) ringan.
2. Etiologi
Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi kronik.
Kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera gromelurus yang bermakna dan
berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut adalah pembentukan jaringan

11
parut dan menurunnya fungsi glomerulus. kerusakan glomerulus sering d ikuti
oleh atrofi tubulus.
3. Patofisiologi
Hampir semua bentuk glomeruloneptritis akut memiliki kecenderungan
untuk berkembang menjadi glomeruloneprithis kronis. Setelah kejadian
berulangnya infeksi ini ukuran ginjal sedikit berkurang sekitar seperliam dari
ukuran normal, dan terdiri atas jaringan jaringan fibrosa2 yang luas. Korteks
mengecil menjadi lapisan yang tebal 1 smapai 2 mm atau kurang. Berkas
jatringan parut merusak sisa korteks menyebabkan permukaan ginjal kasar
dan ireguler. Sejumlah glomeruli dan tubulusnya berubah menjadi jaringan
jaringan parut serta cabang cabang arteri renal menebal.
Perubahan ini terjadi dalam rangka untuk menjaga GFR dari nefron
yang tersisa sehingga menimbulkan konsekuensi kehilangan fungsional
nefron. perubahan ini pada akhinya menyebabkan kondisi glomeruloklerosis
dan kehilangan nefron lebh lanjut. Pada penyakit ginjal dini tahap 1-3,
penurunan substansial dalam GFR dapat mengakibatkan hanya sedikit
peningkatan dalam kadar serum kreatinin. Azotemia yaitu peningkatan kadar
BUN dan keratin serum, terlihat ketika GFR menurun hingga kurang dari 60-
70ml/menit. Respon perubahan secara structural dan fungsional memberikan
berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus
kronis.
4. Manifestasi klinis
Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulonefritis yang berlangsung lama. Gejala
utama yang ditemukan adalah kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama
sekali sampai terjadi gagal ginjal, hematuri, edema, hipertensi, peningkatan
suhu badan, sakit kepala, lemah, gelisah, mual, tidak ada nafsu makan, berat
badan menurun, ureum dan kreatinin meningkat, oliguri dan anuria, suhu
subfebril, kolestrol darah naik, fungsi ginjal menurun, ureum meningkat +
kreatinin serum, anemia, gagal jantung kematian, selalu merasa haus dan
miksi pada malam hari (nokturia).

12
5. Pathway

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisasi menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4 )
b. Hematuria makroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita
c. Kelainan sedimen urine dengan eritrosit disformif
d. Leukosituria serta torak selulet
e. Granular
f. Eritrosit (++)
g. Albumin plus plus (+)
h. Silinder leukosit plus (+)

13
i. Kadang-kadang kadar ureum dan Kreatinin serum meningkat dengan
tanda tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia asidosis hiperfosfatemia dan
hipokalsemia
j. Kadang-kadang tampak adanya proteinuria masif dengan gejala sindrom
nefrotik komplemen hemolitik total serum dan C3 rendah pada hampir
semua pasien dalam minggu pertama tetapi C4 Normal atau hanya
menurun sedikit sedangkan kadar protein menurun pada 50% pasien
keadaan tersebut menunjukkan aktivasi jalur arternatif komplemen.

Menurut sukandar 2006 pendekatan diagnosis penyakit ginjal kronik pgk


mempunyai sasaran berikut :

 Memastikan adanya penurunan fall ginjal


 Mengetahui etiologi pgk yang mungkin dapat dikoreksi
 Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal
 Menentukan strategi terapi rasional
 Menentukan prognosis

7. Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Keluarga)


Pada penyakit kronis yang tekanannya lebih pada perawatan, orangtua
seringkali merasa sendirian dalam berjuang menghadapi stressor yang terus
berlangsung dan beragam. Meskipun stressor ini bervariasi sepanjang waktu,
namun bisa dikategorisasikan dalam 4 macam situasi yaitu saat diagnosa,
selama waktu transisi perkembangan penyakit, hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan perawatan kesehatan anak, dan ketika anak mengalami kekambuhan
penyakit dan rawat inap.
Tidak semua keluarga dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan cepat
ketika menghadapi stressor tersebut. Dampak yang dirasakan sangat beragam,
baik secara sosial, ekonomi maupun psikologis. Berkaitan dengan dampak
sosial, Lawrence (2012) menyebutkan hasil beberapa studi tentang kondisi
keluarga dengan anak berpenyakit kronis yang membawa dampak negative
terhadap hubungan antar pasangan, termasuk kurangnya waktu untuk
pasangan, problem komunikasi, angka penceraian tinggi, meningkatnya
tuntutan peran yang berlebihan.

14
Selain yang berkaitan dengan hubungan antar orangtua, penyakit kronis
anak juga berdampak pada kondisi ekonomi keluarga. Stein (Bulletin
Australian Institute of Health and Walfare 2005) menyebutkan perawatan pada
anak dengan penyakit kronis seringkali sangat mahal, dan biaya ini menjadi
lebih mahal lagi karena penyakit ini tetap ada selama periode yang panjang.
Penyakit kronis pada anak membawa dampak yang unik pada setiap keluarga.
Meskipun disebutkan ada dampak sosial, ekonomi, psikologis namun
pengaruhnya terhadap masing-masing keluarga bisa beragam. Pada satu
keluarga salah satu dampak bisa jadi lebih dominan dibandingkan dampak
yang lain.
Meski penelitian-penelitian lebih mengemukakan dampak negative dari
penyakit kronis anak, namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang
justru bertolak belakang. Terdapat beberapa keluarga yang justru menjadikan
penyakit tersebut sebagai sarana untuk saling mendekatkan diri dan memberi
dukungan.

2.2 Asuhan Keperawatan

A. NS (Nefrotik Syndrom)
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
 Umur : Lebih banyak pada anak-anak terutama usia pra-sekolah (3-6
tahun). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas
tubuh dan kelainan genetik sejak lahir.
 Jenis Kelamin : Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan
dengan perempuan. Ini dikarenakan fase umur 3-6 tahun terjadi
perkembangan psikososial.
 Agama
 Suku/Bangsa
 Status
 Pendidikan
b. Identitas Penanggung Jawab
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

15
f. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
g. Observasi adanya manisfestasi sindrom nefrotik :
 Penambahan berat badan
 Edema
 Wajah sembab : Khususnya disekitar mata, timbul pada saat bangun
pagi dan berkurang di siang hari.
 Pembengkakan abdomen (asites)
 Kesulitan bernafas (efusi pleura)
 Pembengkakan labial (scrotal)
 Edema mukosa usus yang menyebabkan : Diare, anoreksia dan
absorbsi usus buruk.
 Peka rangsang
 Mudah lelah
 Letargi
 Kerentanan terhadap infeksi
 Perubahan urin : Penurunan volume, gelap dan berbau
h. Pemeriksan Fisik
 Pemeriksaan Head to toe
1) Tanda-tanda vital
- Mengukur tinggi dan berat badan : tanda-tanda retardasi
pertumbuhan.
- Memantau suhu : Hipertermia.
- Mengukur tekanan darah : penuruna tekanan darah ringan
atau normal.
- Memantau frekuensi pernapasan : anak mungkin terlihat
pucat dan mengalami gawat napas.
2) Inspeksi
- Mengamati tanda-tanda kongesti sirkulasi : sianosis perifer,
waktu pengisian kapiler memanjang, pucat, edema perifer,
kulit mengkilat, dan vera menonjol.
- Mengamati adanya distensi abdomen.
- Mengamati adanya tanda-tanda awal anselopati uremik,
mencakup latergi, konsentrasi yang buruk.

16
- Mengamati adanya tanda-tanda anomaly kongenital:
hipospodia, epispodia, abnormalitas telinga (telinga dan
ginjal terbentuk pada saat yang bersamaan didalam uterus),
hidung seperti berparuh dan dagu kecil.
3) Palpasi
- Palpasi ginjal untuk adanya nyeri tekan dan pembesaran.
- Palpasi kandung kemih untuk adanya distensi.
- Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri pinggan, abdomen
atau panggul.
 Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
b. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (edema)
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
d. Kecemasan anak b.d lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi)
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor
biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)
f. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mokus dengan jumlah
berlebihan (efusi pleura)
g. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penekanan tubuh terlalu
dalam akibat edema
h. Ketidakefektifan pola nafas b.d nafas tidak adekuat

17
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Timbang berat badan setiap Estimasi penurunan edema
volume keperawatan selama … x 24 hari dan monitor status tubuh
cairan b.d jam, diharapkan kelebihan pasien
Jaga intake atau asupan Evaluasi harian keberhasilan
gangguan volume cairan tidak terjadi
yang akurat dan catat output terapi dan dasar penentuan
mekanisme dengan kriteria hasil :
tindakan
regulasi a. Terjadi penurunan edema
Kaji lokasi dan luasnya Menentukan intervensi lebih
b. Tidak terjadi peningkatan
edema lanjut
berat badan
Berikan cairan dengan tepat Mencegah edema tambah
parah
Berikan diuretic yang Diberikan dini pada fase
diresepkan dokter oliguria untuk mengubah ke
fase nonoliguria, dan
meningkatkan volume urine
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Bangun hubungan saling Memudahkan komunikasi
citra tubuh keperawatan selama … x 24 percaya dengan anak personal dengan anak
Monitor apakah anak bisa Mengidentifikasi respon anak
b.d penyakit jam, diharapkan gangguan citra
melihat bagian tubuh mana terhadap perubahan tubuhnya
(edema) tubuh dapat teratasi, dengan
yang berubah
kriteria hasil :
Identifikasi strategi – Respon orang tua
a. Citra tubuh positif
strategi penggunaan koping menentukan bagaimana
b. Mempertahankan interaksi
oleh orang tua dalam persepsi anak terhadap
18
sosial berespon terhadap tubuhnya
penampilan anak
Gunakan gambaran Mekanisme evaluasi dari
mengenai gambaran diri persepsi citra diri anak
Ajarkan untuk melihat Membantu meningkatkan
pentingnya respon keluarga citra tubuh anak
terhadap perubahan tubuh
anak dan penyesuaian di
masa depan, dengan cara
yang tepat
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Monitor keterbatasan Merencanakan intervensi
aktivitas b.d keperawatan selama … x 24 aktivitas, kelemahan saat dengan tepat
kelemahan jam, diharapkan intoleran beraktivitas
umum aktivitas dapat teratasi, dengan Catat tanda vital sebelum Mengkaji sejauh mana
kriteria hasil : dan sesudah aktivitas perbedaan peningkatan
a. Kelemahan yang berkurang selama aktivitas
b. Mempertahankan kemampuan
Lakukan istirahat yang Membantu mengembalikan
aktivitas semaksimal mungkin
adekuat setelah latihan dan energy
aktivitas

Berikan diet yang adekuat Membantu agar metabolisme


dengan kolaborasi ahli diet tetap stabil, karena
metabolisme juga

19
membutuhkan energi
4. Kecemasan Setelah dilakukan tindakan Validasi perasaan takut atau Perasaan adalah nyata dan
anak b.d keperawatan selama … x 24 cemas membantu pasien untuk
lingkungan jam, diharapkan kecemasan terbuka sehingga dapat
perawatan pasien menurun atau hilang menghadapinya
Pertahankan kontak dengan Memantapkan hubungan,
yang asing dengan kriteria hasil :
klien meningkatkan ekspresi
(dampak a. Pasien dapat kooperatif pada
perasaan dukungan yang
hositalisasi) tindakan keperawatan
terus-menerus
b. Komunikastif pada perawat
Upayakan ada keluarga Mengurangi ketakutan atau
c. Secara verbal mengatakan
yang menunggu kecemasan yang dihadapi
tidak takut
Anjurkan orang tua untuk Meminimalkan dampak
membawakan mainan atau hospitalisasi terpisah dari
foto keluarga anggota keluarga
5. Ketidakseim Setelah dilakukan tindakan Monitor kalori dan asupan Membantu dan
bangan keperawatan selama … x 24 makan mengidentifikasi defisiensi
nutrisi kurang jam, diharapkan dan kebutuhan diet
Lakukan atau bantu pasien Mulut yang bersih dapat
dari ketidakseimbangan nutrisi
terkait perawatan mulut meningkatkan nafsu makan
kebutuhan kurang dari kebutuhan tubuh
sebelum makan

20
tubuh b.d tidak terjadi, dengan kriteria Pastikan makanan disajikan Meningkatkan selera dan
factor hasil : secara menarik dan pada nafsu makan
biologis a. Nafsu makan klien suhu yang paling cocok
(hipoproteine meningkat untuk konsumsi secara
mia) dan b. Tidak terjadi hipoproteinemia optimal
kurang c. Porsi makan yang Kolaborasi dengan ahli gizi Diet yang tepat dapat

asupan dihidangkan dihabiskan untuk mengatur diet yang meningkatkan status nutrisi

makanan diperlukan pasien


6. Ketidakefekti Setelah dilakukan tindakan Monitor respirasi dan status Data dasar dalam menentukan
fan bersihan keperawatan selama … x 24 O2 intervensi lebih lanjut
jalan nafas jam, diharapkan bersihan jalan Auskultasi suara nafas, catat Suara nafas tambahan

b.d mokus nafas dapat dengan adanya


efektif, suara nafas mengidentifikasikan ada

dengan kriteria hasil : tambahan sumbatan dalam jalan nafas


Atur intake untuk cairan Mencegah edema bertambah
jumlah a. Klien mampu bernafas
parah
berlebihan dengan mudah Posisikan pasien semifowler Memaksimalkan ventilasi
(efusi pleura) b. Mampu mengidentifikasi dan
mencegah factor yang dapat Lakukan fisioterapi dada Membantu mengeluarkan
menghambat jalan nafas jika perlu sekret
7. Ketidakefekti Setelah dilakukan tindakan Berikan oksigen sesuai Meningkatkan perfusi
fan perfusi keperawatan selama … x 24 kebutuhan
jaringan jam, diharapkan perfusi jaringan Lakukan perawatan kulit, Menghindari gangguan
perifer b.d perifer efektif, dengan kriteria seperti pemberian lotion integritas kulit

21
penekanan hasil : Hindari terjadinya palsava Mempertahankan pasukan
tubuh terlalu a. Tekanan sistol dan diastole maneuver seperti mengedan, oksigen
dalam akibat dalam rentang yang menahan nafas dan batuk
edema diharapkan
b. Tingkat kesadaran membaik
8. Ketidakefekti Setelah dilakukan tindakan Berikan oksigen sesuai Mempertahankan oksigen
fan pola keperawatan selama … x 24 program arteri
nafas b.d jam, diharapkan pola nafas dapat Atur posisi pasien Meningkatkan pengembangan
nafas tidak efektif, dengan kriteria hasil : semifowler paru
Alat-alat emergensi Kemungkinan terjadi
adekuat a. Pasien dapat
disiapkan dalam keadaan kesulitan bernafas akut
mendemonstrasikan pola
baik
nafas yang efektif
Monitor jumlah pernapasan, Mengetahui status
b. Paien merasa lebih nyaman
penggunaan otot bantu pernafasam
dalam bernafas
pernapasan, batuk, bunyi
paru, tanda vital dan AGD

22
B. SNA (Syndrom Nefritik Akut)
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
 Umur : Lebih banyak pada anak-anak terutama usia pra-sekolah (3-6
tahun). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh
dan kelainan genetik sejak lahir.
 Jenis Kelamin : Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan dengan
perempuan. Ini dikarenakan fase umur 3-6 tahun terjadi perkembangan
psikososial.
 Agama
 Suku/Bangsa
 Status
 Pendidikan
b. Identitas Penanggung Jawab
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
g. Pemeriksaan Fisik
Genitourinaria
 Urin keruh
 Proteinuria
 Penurunan urine output
 Hematuri
Kardiovaskular
 Hipertensi
Neurologis
 Letargi
 Iritabilitas
 Kejang

23
Gastrointestinal
 Anorexia
 Vomitus
 Diare
Hematologis
 Anemia
 Azotemia
 Hiperkalemia
Integument
 Pucat
 Edema
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan volume cairan b.d oliguria
b. Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) b.d anorexia
c. Intoleransi aktivitas b.d fatigue
d. Risiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi dan edema
e. Kecemasan anak b.d lingkungan perawatan yang asing: dampak hospitalisai
f. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air & Hipernatremia

24
3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Peningkatan Klien dapat Timbang berat badan tiap hari, Peningkatan berat badan merupakan indikasi
volume mempertahankan monitor output urine tiap 4 jam adanya retensi cairan, penurunan output urine
cairan b.d volume cairan dalam merupakan indikasi munculnya gagal ginjal
Kaji adanya edema, ukur lingar Peningkatan lingkar perut dan pembengkakan
oliguria batas normal ditandai
perut setiap 8 jam, dan untuk pada skrotum merupakan indikasi adanya
dengan urine output 1-2
laki-laki cek adanya ascites
ml/kgBB/jam
pembengkakan pada skrotum
Monitor reaksi klien terhadap Diuretic dapat menyebabkan hypokalemia,
terapi diuretic, terutama bila yang membutuhkan penanganan pemberian
menggunakan tiazid/furosemide potassium
Monitor dan catat intake cairan Klien mungkin membutuhkan pembatasan
pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi
glomerulus, dan juga membutuhkan
pembatasan intake sodium

Kaji warna, konsentrasi dan Urin yang keruh merupakan indikasi adanya
berat jenis urin peningkatan protein sebagai indikasi adanya
penurunan perfusi ginjal
2. Perubahan Klien akan menunjukan Sediakan makan dan karbohidrat Diet tinggi karbohidrat biasanya lebih cocok
status nutrisi peningkatan intake yang tinggi dan menyediakan kalori esensial

25
(kurang dari ditandai dengan porsi Sajikan makan sedikit-sedikit Menyajikan makanan sedikit-sedikit tapi
kebutuhan akan dihabiskan tapi sering, termasuk makanan sering, memberikan kesempatan bagi klien
tubuh) minimal 80% kesukaan klien untuk menikmatinya makanannya, dengan
b.d anorexia menyajikan makanan kesukaannya dapat
meningkatkan nafsu makan
Batasi masukan sodium dan Sodium dapat menyebabkan retensi cairan,
protein sesuai order pada beberapa kasus ginjal tidak dapat
memetabolisme protein, sehingga perlu untuk
membatasi pemasukan cairan
3. Intoleansi Klien akan menunjukan Buat jadwal atau priode istirahat Dengan periode istirahat yang terjadwal
aktivitas b.d adanya peningkatan setelah aktivitas
fatigue aktivitas ditandai Sediakan atau ciptakan Jenis aktivitas tersebut akan menghemat

dengan adanya lingkungan yang tenang penggunaan energy dan mencegah kebosanan

kemampuan untuk Buat rencana atau tingkatan Tingkatan dalam perawatan dapat membantu
aktivitas atau dalam keperawatan klien agar klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya
menigkatnya waktu tidak dilakukan pada saat klien
beraktivitas dalam keadaan istirahat pada
malam hari
4. Risiko Klien dapat Sediakan kasur buda pada Menurunkan risiko terjadinya kerusakan kulit
kerusakan mempertahankan tempat tidur klien
integritas integritas kulit ditandai Bantu merubah posisi klien tiap Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki
kulit b.d dengan kulit tidak 2 jam sirkulasi, penurunan risiko terjadinya
kerusakan kulit.

26
immobilisasi pucat, tidak ada Mandikan klien tiap hari dengan Deodorant/sabun berparfum dapat
dan edema kemerahan, tidak ada sabun yang mengandung menyebabkan kulit kering, menyebabkan
edema dan keretakan pelembab kerusakan kulit.
pada kulit/bersisik Dukung/beri sokongan dan Menngkatkan sirkulasi balik dari pembuluh
elevasikan ekstremitas yang darah vena untuk mengurangi pembengkakan
mengalami edema
5. Kecemasan Kecemasan pasien Validasi perasaan takut atau Perasaan adalah nyata dan membantu pasien
anak b.d dapat menurun atau cemas untuk terbuka sehingga dapat menghadapinya
lingkungan hilang dengan kriteria
Pertahankan kontak dengan Memantapkan hubungan, meningkatkan
perawatan hasil :
klien ekspresi perasaan dukungan yang terus-
yang asing d. Pasien dapat
menerus
(dampak kooperatif pada
Upayakan ada keluarga yang Mengurangi ketakutan atau kecemasan yang
hositalisasi) tindakan
menunggu dihadapi
keperawatan
Anjurkan orang tua untuk Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah
e. Komunikastif pada
membawakan mainan atau foto dari anggota keluarga
perawat secara
keluarga
verbal mengatakan
tidak takut
6. Gangguan Klien akan menunjukan Monitor dan catat tekanan darah Untuk mendeteksi gejala dini perubahan
perfusi perfusi jaringan setiap 1-2 jam/hari selama fase tekanan darah dan menentukan intervensi
jaringan b.d serebral normal akut selanjutnya

27
retensi air ditandai dengan Jaga kebersihan jalan nafas, Serangan dapat terjadi karena kurangnya
dan tekanan darah dalam siapkan suction perfusi oksigen ke otak
hipernatremi batas normal, Atur pemberian anti hipertensi, Anti hipertensi dapat diberikan karena tidak
a penurunan retensi air, monitor reaksi klien terkontrol nya hipertensi yang menyebabkan

tidak ada tanda-tanda kerusakan ginjal

hypernatremia. Monitor status volume cairan Monitor sangat perlu karena perluasan
setiap 1-2 jam, monitor urine volume cairan dapat menyebabkan tekanan
output (N: 1-2 ml/kgBB/jam) darah meningkat

28
C. GNC (Glomerulonefritis kronik)
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulonephritis yang sudah berlangsung lama.
Penyakit cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya
baru ditemukan pada stadium yang sudah lanjut
b. Identitas
Sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun dan lebih sering ditemukan
pada pria.
c. Riwayat Penyakit
 Dahulu
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus (penyakit autoimun lain)
 Sekarang
Adanya keluaran kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar mata dan seluruh tubuh, tidak nafsu makan, mual, muntah dan
diare yang dialami klien
d. Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan (Malaise)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus otot
 Sirkulasi
Tanda : Hipertensi, pucat dan edema.
 Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (oliguria)
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
 Makanan atau cairan
Gejala : Edema, anoreksia, mual dan muntah
Tanda : Penurunan keluaran urine
 Pernafasan
Gejala : Nafas pendek

29
Tanda : Takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi, kedalaman
(Pernafasarn kusmaul)
 Nyeri (kenyamanan)
Gejala : Nyeri pinggang
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi dan gelisah
e. Pengkajian Berpola
 Pola nutrisi dan metabolic
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium
dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.
 Pola Eliminasi
Gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolisme tidak
dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium yang
menyebabkan oliguria, anuria, proteinuria, hematuria.
 Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan otor dan kehilangan tonus karena adanya hyperkalemia.
 Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia, keletihan, kelemahan malaise, kelemahan oto dan
kehilangan tonus
 Kognitif & perseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.
 Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urine nya berwarna merah dan edema
dengan perawatan yang lama.
 Hubungan peran
Anak tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh serta anak
mengalami kondisi kritis menyebabkan anak diam.
 Nilai keyakinan
Klien berdoa memohon kesembuhan pada tuhan
f. Pemeriksaan Diagnostik

30
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanis regulasi
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis
c. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
d. Ketidakmampuan dalam aktivitas b.d penurunan protein dan disfungsi
ginjal
e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang perawatan di rumah
dan kebutuhan evaluasi
f. Kecemasan anak b.d lingkungan perawatan yang asing: dampak
hospitalisasi
g. Resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d pengembangan paru tidak
optimal, perembesan cairan, kongesti paru sekunder perubahan membrane
kapiler alveoli dan retensi cairan intertisial dari edema paru
h. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (edema)

31
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Kelebihan volume cairan b.d Setelah dilakukan intervensi selama a. Monitor posisi edema klien
gangguan mekanis regulasi … x 24 jam kelebihan volume b. Monitor kadar albumin darah klien
cairan klien dapat teratasi, dengan c. Kolaborasi pemberian deuritik
kriteria hasil : d. Monitor intake dan output urin 24
a. Tidak ada edema jam
b. 24 jam intake dan output e. Monitor status hemodinamik
seimbang
c. Elektrolit urin dalam batas
normal
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan intervensi selama a. Monitor mual dan muntah pasien
kurang dari kebutuhan tubuh b.d … x 24 jam status nutrisi klien b. Anjurkan klien mengkonsumsi
factor biologis teratasi, dengan kriteria hasil : makan tinggi kalori dan protein
a. Intake nutrisi terpenuhi c. Monitor berat badan klien secara
b. Energi untuk aktivitas terpenuhi berkala
c. Ada peningkatan berat badan
d. Serum albumin dalam batas
normal (> 3,5 mg/dl)
3. Resiko infeksi b.d penyakit Setelah dilakukan intervensi selama a. Ajarkan pasien cara untuk
kronis … x 24 jam klien terhindar dari menghindari infeksi
resiko infeksi, dengan kriteria hasil : b. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
a. Pasien mampu mengidentifikasi membatasi pengunjung

32
penyebab infeksi c. Ajarkan klien apa saja tanda dan
b. Pasien mampu mengontrol gejala infeksi
lingkungan d. Anjurkan klien untuk segera
c. Pasien mengenali tanda dan melaporkan apabila ada tanda
gejala infeksi infeksi
4. Ketidakmampuan dalam Setelah dilakukan intervensi selama a. Monitor adanya penurunan protein
aktivitas b.d penurunan protein … x 24 jam, toleransi aktivitas secara berlebihan (proteinuria)
dan disfungsi ginjal pasien akan meningkat, dengan b. Gunakan diet protein untuk
kriteria hasil : mengganti protein yang hilang
a. Mengikuti rencana aktivitas c. Berikan diet tinggi kalori
b. TD dalam batas normal tanpa d. Berikan latihan dalam batas
pengeluaran protein berlebihan aktivitas yang dianjurkan
e. Rencanakan aktivitas dengan
memberikan periode waktu istirahat
5. Kurang pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan intervensi, pasien a. Jelaskan perlunya merencanakan
informasi tentang perawatan di dan/ orangtua menunjukan waktu istirahat dan menghindari
rumah dan kebutuhan evaluasi pemahaman tentang perawatan kelelahan.
dirumah. b. Jelasan pada pasien dan/
keluarganya bahwa permainan diluar
rumah, olahraga dan aktivitas yang
berat harus dihindari sampai tidak
ditemukannya bukti penyakit pada
pemeriksaan mikroskopis.

33
c. Diskusikan diet : biasanya diet
teratur tanpa pembatasan.
d. Jelaskan perlunya menghindari
orang-orang yang terinfeksi.
e. Ajarkan nama obat, tujuan, waktu,
dosis dan efek samping obat.
6. Kecemasan anak b.d lingkungan Setelah dilakukan intervensi selama a. Validasi perasaan takut atau cemas
perawatan yang asing (dampak … x 24 jam kecemasan pasien b. Pertahankan kontak dengan klien
hositalisasi) dapat menurun atau hilang dengan c. Upayakan ada keluarga yang
kriteria hasil : menunggu
a. Pasien dapat kooperatif pada d. Anjurkan orang tua untuk
tindakan keperawatan membawakan mainan atau foto
b. Komunikastif pada perawat keluarga
secara verbal mengatakan tidak
takut
7. Resiko tinggi pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi … x 24 a. Kaji factor penyebab pola nafas
efektif b.d pengembangan paru jam terjadi perubahan pola nafas, tidak efektif
tidak optimal, perembesan dengan kriteria hasil : b. Monitor ketat TTV
cairan, kongesti paru sekunder a. Pasien tidak sesak napas c. Istirahatkan pasien dengan posisi
perubahan membrane kapiler b. RR dalam batas normal 16-20 fowler
alveoli dan retensi cairan x/menit d. Ukur intake dan output
intertisial dari edema paru e. Manajemen lingkungan: lingkungan
tenang dan batasi pengunjung

34
8. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan a. Monitor apakah anak bisa melihat
penyakit (edema) keperawatan selama … x 24 jam, bagian tubuh mana yang berubah
diharapkan gangguan citra tubuh b. Identifikasi strategi – strategi
dapat teratasi, dengan kriteria hasil : penggunaan koing oleh orang tua
a. Citra tubuh positif dalam berespon terhadap penampilan
b. Mempertahankan interaksi sosial anak
c. Gunakan gambaran mengenai
gambaran diri
d. Ajarkan untuk melihat pentingnya
respon keluarga terhadap perubahan
tubuh anak dan penyesuaian di masa
depan, dengan cara yang tepat
e. Monitor apakah anak bisa melihat
bagian tubuh mana yang berubah

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. sistem urinaria terdiri dari dua
ginjal (ren) tempat penyaringan darah dan menghasilkan urine, dua ureter saluran yang
mengalirkan urine dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria
tempat menampung urine, satu uretra saluran pengeluaran urine. Penyakit SN,SNA dan
GNC merupakan gangguan peradangan pada sistem urinary.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita seharusnya mengetahui apa saja faktor yang dapat
menyebabkan gangguan pada sistem urinary dan kita harus mengetahui bagaimana
caranya agar terhindar dan tidak terkena penyakit peradangan pada sistem urinary seperti
SN,SNA dan GNC.

36
DAFTAR PUSTAKA

Tucker, S. N., Canobbio, M. M., Paquette, E. V., & Wells, M. F. (1993). STANDAR
KEPERAWATAN PASIEN: Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EOC.

Setia Asyanti,M.Si.,Psi. 2013. DINAMIKA PERMASALAHAN PADA ORANGTUA YANG


MEMILIKI ANAK DENGAN PENYAKIT KRONIS DAN TANTANGANNYA
DALAM MENGANTARKAN ANAK MENJADI PRIBADI YANG LEBIH SEHAT
DAN BERKARAKTER TANGGUH. Asyanti. S. [hal.214-224]

Academia. Askep Glomerulonefritis Akut (GNA). Diakses pada 14 oktober 2020, dari
https://www.academia.edu/10981675/askep_Glomerulonefritis_akut_GNA

Alodokter. Sindrom Nefrotik. Diakses pada 15 oktober 2020, dari


https://www.alodokter.com/sindrom-nefrotik

Scribd. Asuhan Keperawatan GNS-NS-GNC. Diakses pada 13 oktober 2020, dari


https://id.scribd.com/presentation/372055777/Asuhan-KeperawatanGNA-NS-GNC

Scribd. Makalah-Kelompok-3-Glomerulonefritis. Diakses pada 14 oktober 2020, dari


https://id.scribd.com/doc/133527710/MAKALAH-KELOMPOK-3-GLOMERULONEFRITIS

Scribd. Askep Sna pada Anak. Diakses pada 14 oktober 2020, dari
https://id.scribd.com/document/391220793/Askep-Sna-Pada-Anak

Academia, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sindrom Nefrotik. Diakses pada 14 oktober
2020, dari https://www.academia.edu/35381411/ Asuhan_Keperawatan_pada _Klien_dengan
_Sindrom_Nefrotik

Academia. Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis. Diakses pada 14 oktober 2020, dari


https://www.academia.edu/37797222/MAKALAH_ASUHAN_KEPERAWATAN_GLOMERU
LONEFRITIS

Academia. Makalah Glomerulonefritis. Diakses pada 14 oktober 2020, dari


https://www.academia.edu/25768385/MAKALAH_GLOMERULONEFRITIS

37
Belajar sukses (21 maret 2011). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
perkemihan(GLOMERULONEFRITIS). Diakses pada 15 oktober 2020, dari
http://belajarsukes.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html?m=1

38

Anda mungkin juga menyukai