Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


PADA SISTEM KARDIOVASKULER (PENYAKIT JANTUNG KORONER)

Dosen Pengajar :
Abdul Qodir.,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok II

Azaria Rianda Rawang (1608.14201.523)


Arling Tamar Daworis (1608.14201.498)
Umi Kulsum (1608.14201.515)
Melvianus Maru (1608.14201.498)
Marzella I. C. Milla (1608.14201.498)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga tugas makalahini dapat
terselesaikan. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Sistem
Kardiovaskuler (Penyakit Jantung Koroner)”ini dengan tujuan untuk mengetahui
teori tentang Asuhan Keperawatan Kritis Pada Sistem Kardiovaskuler (Penyakit
Jantung Koroner.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan didalamnya. Kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis,

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN KONSEP


2.1 Definisi............................................................................................................. 6
2.2 ........................................................................................................................ 6
2.3 ........................................................................................................................ 9
2.4 ...................................................................................................................... 10
2.5 ...................................................................................................................... 11
2.6 ...................................................................................................................... 13
2.7 ...................................................................................................................... 14
2.8 ...................................................................................................................... 16
2.9 ...................................................................................................................... 17

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 ...................................................................................................................... 18
3.2 ...................................................................................................................... 18
3.3 ...................................................................................................................... 19

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
4.2 Saran ............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara
maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global
penyakit ini akan menjadi penyebab kematian pertama di negara
berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa
diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering
yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari
angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang
dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab
utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini
empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker
(6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang
meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai
peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis,
imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait (Anonimª, 2006).
Jantung sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai
bahanbahan energi secara terus menerus. Suplai bahan energi berupa
oksigen dan nutrisi ini mengalir melalui suatu pembuluh darah yang disebut
pembuluh koroner. Apabila pembuluh darah menyempit atau tersumbat
proses transportasi bahanbahan energi akan terganggu. Akibatnya sel-sel
jantung melemah dan bahkan bisamati. Gangguan pada pembuluh koroner
ini yang disebut penyakit jantung koroner (Yahya, 2010).
Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar
menggurangi atau bahkan menghilangkan keluhan. Yang paling penting
adalah memelihara fungsi jantung sehingga harapan hidup akan meningkat
(Yahya, 2010). Sebagian besar bentuk penyakit jantung adalah kronis,
pemberian obat umumnya berjangka panjang, meskipun obat-obat itu
berguna tetapi juga memberikan efek samping (Soeharto, 2001). Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun
memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik, penggunaan obat

4
harus secara teratur. Penghentian penggobatan tanpa konsultasi dengan
dokter dapat menimbulkan masalah baru (Soeharto, 2001).
Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan
penyakit penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan
perkembangan iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi
yang diberikan. Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat
menentukan kualitaspengguanan obat dalam pemilihan terapi. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat
saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis
obat yang tersedia dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktik,
terutama menyangkut pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan
aman (Anonim, 2000). Banyak penderita serangan jantung yang kembali ke
rumah setelah perawatan beberapa hari. Sebagian perlu perawatan
berminggu-minggu sebelum dipulangkan karena fungsi jantung sudah
menurun. Di antara penderita serangan jantung itu, ada pula yang tidak
dapat diselamatkan (Yahya, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Masalah

5
BAB 2
TINJAUAN KONSEP

2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)


American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang
dapat menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner
ini disebut dengan aterosklerosis. (AHA, 2012 hal:14)
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat.Arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang
banyak.terdapat beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup,
factor genetik, usia dan penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal
48)
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang
menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali,
pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut
dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Huon, 2002).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK
ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan
terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
Pemeriksaan Angiografi dan Elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk
memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan
terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara klinis
(Soeharto dalam Haslindah, 2015).

6
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa,2014:hal 2)
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh
arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi
berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan
aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses
pembentukan plak yangmenyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan
arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini
ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40
tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi
lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit”baru
yang bersifat degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada
masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang

7
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress.
(Hermawatirisa, 2014:hal 2)

2.3 Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil,
monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal.
(Ariesty, 2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera
pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel
meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma,
termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam
arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang
selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta
trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori
poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah
putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan,
mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus
inflamasi,pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal

8
darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial
yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel
darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil
mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil
tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin
proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan
sel otot polos tumbuh di tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi
terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan
darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut
sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah
penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut,
pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot
polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila
kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen,
dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-
sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien
dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH
miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris.
Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung
berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah
kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori
Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel darah putih
menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku & sempit
Aliran darah Pembentukan Trombus monositmakrofag Lapisan lemak sel
otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty,
2011:hal 6).

9
2.4 Pathway

10
2.5 Klasifikasi
Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain ; Hiperlipidemi,
Hipertensi, Merokok, Diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik, Stress, Jenis
Kelamin, Obesitas dan Genetik.
Menurut,( Putra S, dkk, 2013: hal 4) Klasifikasi PJK :
2.5.1 Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard
dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama
pada pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik karena
Iskemia Mi okard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan
Angina Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki
±50 tahun dan wanita 60 tahun.
2.5.2 Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi
plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan
aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas
atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau
istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard.
a. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya berlangsung>
10 menit.
b. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan
c. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan,
atau sering dari sebelumnya).
2.5.3 Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke
otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner
yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak
umum dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur.
Anda mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda
mempunyai: penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau
menggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika

11
kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang,
serangan jantung bisa terjadi.
2.5.4 Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau
spasme hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi 2:
a. Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)
b. ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

2.6 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner


Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi
PJK adalah:
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa
Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 ).

2.7 Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner


Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada iram denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu
melakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan
klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,

12
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim
jantung dapat membedakan subset klinis PJK.

2.8 Pemeriksaan dan Penentuan Diagnosis PJK


Mendiagnosis PJK dapat dilakukan dengan memperhatikan hasil
pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) dan Angiografi untuk mengetahui
adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner (National Heart, Lung
and Bood Institute, 2014). Menurut Rilantoni Lily, 2013 pemeriksaan EKG
adalah modalitas dalam mendiagnosis PJK yang seyogyanya dikuasai oleh
para dokter dan tersedia disemua pelayanan kesehatan primer.

2.9 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner


Menurut M.N.Bustan (2007) upaya pencegahan PJK dapat meliputi
tingkat upaya :
a. Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak
adanya faktor yang menjadi risiko PJK.
b. Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum
seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komunitas dengan
pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama
pada kelompok usia tinggi. Pencegahn primer ditujukan kepada
pencegahan terhadap berkembangnya proses artherosklerosis secara
dini, dengan demikian sasaranya adalah kelompok usia muda.
c. Pencegah sekunder, yaitu upaya pencegahan PJK yang sudah pernah
terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahapini diperlukan
perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang pernah
menderita PJK. Upaya peningkatan ini bertujuan untuk mempertahankan
nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.
d. Pencegan tersier, yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian.

13
2.10 Asuhan Keperawatan Kritis Penyakit Jantung Koroner
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Alamat :
Suku/bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tgl MRS :
Tgl prngkajian :
Identitas penganggung jawab
Nama :
Alamat :
Suku/bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Hub. Dengan klien :
b. Keluahan utama
Saat MRS :
Klien mengeluh nyeri dada hilang timbul seperti ditusuk-tusuk
timbul setelah melakukan aktivitas
Saat pengkajian :
Nyeri dada sebelah kiri.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat merokok, nyeri dada, mempunyai penyakit hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ada riwayat penyakit hipertensi
e. Pemerilsaan Fisik dan Observasi
1) Keadaan umum :
2) Kesadaran
3) TTV

14
4) Body system
a. Pernapasan (B1)
Pada klien PJK didapatkan pernapasan tidak teratur,
pernapasan sulit, frekuensi napas meningkat, serta
didapatakan suara paru ronchi, atau wheezing.
b. Kardiovaskuler (B2)
Bunyi jantung bisa normal, s3/S4/murmur, pulsasi
arteri,sianosis perifer dan palpitasi.
c. Persyarafan (B3)
Mengalami pusing dan dan kadang mengalami syncope.
d. Perkemihan (B4)
Kaji ada tidaknya peembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen
bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji
tentang keadaan alat-alat genitourinari bagian luar
mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri tekan dan
benjolan serta bagaimana pengeluaran urine nya , lancar
atau ada nyeri sewaktu miksi, serta bagaimana warna
urinenya.
e. Pencernaan (B5)
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk
mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau nyeri
tekan. Pada klien dengan penyakit jantung koroner
biasanya didapatkan bising usus normal.
f. Tulang otot integument (B6)
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit
meliputi tekstur, kelembapan, tugor, warna dan fungsi
perabaan.

15
f. Pengkajian Psikososial
Pasien mengatakan tidak bisa tidur, merasa cemas, Stress, kesu
litan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol
g. Pengkajian spiritual
Selama di MRS klien tidak dapat menjalankan sholat 5 waktu
karena keadaan umum klien bedrest.
h. Pengkajian sosial
Klien biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan
lingkungan sekitarnya.

16
2. Analisa data
No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah

1. Pasien mengeluh − TD: Iskemi Nyeri


nyeri dada sebelah 150/170 jaringan
kiri mmHg akibat
− N: 80x/m penyumbatan
− RR: arteri
24x/m koroner.

2. − Sulit − k/u : Aliran O2 Penurunan


melakukan lemah arteri curah
aktifitas − TD: koronaria jantung
− Pasien menurun
mengatakan
nyeri dada Jantung
kekurang O2

Iskimia otot
jantung

Kolerasi
jantung
menurun

Penurunan
curah jantung

17
3. Intervensi
N Diganosa Tujuan intervensi
o Keperawata
n
1. nyeri − Setelah dilakukan − Observasi
tindakan TTV
keperawatan − Ciptakan
selama 1x24 jam lingkungan
nyeri hilang yang nyaman
− Kriteria hasil: − Batasi
1. Pasien pengunjung
mengatakan yang masuk
nyeri hilang − Batasi
2. TTV dalam aktivitas
batas normal pasien
3. Ekspresi wajah − Ajarkan
rileks pasien
4. Pasien latihan napas
mengatakan dalam
bisa − Kolaborasi
beristirahat dengan tim
atau tidur. mendis untuk
pemberian
terapi

2. Penurunan − Setelah dilakukan − Observasi


curah tindakan TTV
jantung keperawatan − Berikan
selama 1x24 jam posisi
curah jantung nyaman yaitu
kembali normal semifowler
− Kriteria hasil : − Monoton
curah jantung output cairan
normal − Kolaborasi
dengan tim

18
medis untuk
pemberian
terapi

19
4. Implementasi
No Diganosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri − Mengobservasi TTV
− Menciptakan
lingkungan aman dan
nyaman
− Membatasi
pengunjung yang
masuk
− Membatasi aktifitas
pasien
− Mengajarkan pasien
latihan nafas dalam
− Mengkolaborasikan
dengan tim medis
untuk pemberian terapi
2. Penurunan curah − Observasi TTV
jantung − Berikan posisi yang
nyaman yaitu
semifowler
− Monoton output cairan
− Kolabirasi dengan tim
medis untuk
memberikan terapi

5. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai betikut :
S : respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilakukan
O : respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilakukan
A : analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau atau ada masalah
baru

20
P : perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon.

21
BAB 3
PEMBAHASAN

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 saran

23
DAFTAR PUSTAKA

Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:


Kandas media (Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar.Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 /Februari 2013
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed
9.Jakarta: EGC
Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung koroner. Manado: fakultas
kedokteran.
Rochmayanti, 2011. Analis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dengan penyakit jantun koroner. Jakarta: fakultas ilmu
keperawatan

A.Fauzi Yahya.2010.Penaklukan No.1: Mencegah dan mengatasi penyakit


jantung koroner.Bandung:Qanita

24

Anda mungkin juga menyukai